BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pesatnya
persaingan
di
tengah
globalisasi
menuntut
manajemen
perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya agar dapat bertahan (survive), bertumbuh (growth) dan memperoleh laba yang berkesinambungan secara efektif dan efisien. Perusahaan juga dituntut untuk lebih inovatif dan mampu beradaptasi dengan berbagai perubahan, baik perubahan dalam kondisi ekonomi maupun politik. Hal ini dilakukan agar tujuan untuk mengoptimalkan kekayaan pemegang saham (optimizing shareholder wealth) melalui kebijakan investasi, kebijakan pendanaan,dan kebijakan dividen yang tercermin dari harga pasar saham dapat tercapai dengan resiko yang dapat diminimalkan (Sartono, 2001:4). Tingkat resiko dan return saham merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan calon investor sebelum mengambil keputusan investasi. Return saham dan resiko berhubungan secara linier dengan leverage yang akan digunakan perusahaan. Apabila resiko tinggi maka para pemegang saham akan meminta return saham yang tinggi pula, disamping itu penggunaan leverage juga dapat mempengaruhi nilai perusahaan . Return on Equity (ROE) merupakan indikator return yang sering kali menjadi perhatian para calon investor. Return on Equity (ROE) menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memberikan keuntungan bagi pemiliknya. ROE menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak manajemen dalam memaksimum
kan tingkat hasil pengembalian investasi pemegang saham dan menekankan pada hasil pendapatan sehubungan dengan jumlah yang diinvestasikan. Semakin tinggi ROE maka semakin tinggi penghasilan yang diterima pemilik perusahaan (Sartono, 2001:124). Rasio ini bisa dikatakan sebagai rasio yang paling penting dalam keuangan perusahaan. Suatu angka ROE yang bagus akan membawa keberhasilan bagi perusahaan yang mengakibatkan tingginya harga saham dan membuat perusahaan dapat dengan mudah menarik dana baru. Hal ini juga akan memungkinkan persahaan untuk berkembang, menciptakan kondisi pasar yang sesuai, dan pada gilirannya akan memberikan laba yang lebih besar. Semua hal tersebut pada akhirnya akan menciptakan nilai yang tinggi dan pertumbuhan yang berkelanjutan atas kekayaan pemiliknya (Walsh, 2004: 56). Besarnya return yang mampu diberikan perusahaan bagi pemilik dan pemegang sahamnya dipengaruhi oleh besarnya laba yang dihasilkan. Upaya manajemen perusahaan untuk mendapatkan laba secara efektif dan efisien membutuhkan ketersediaan dana yang cukup untuk membeli aktiva tetap, persediaan barang jadi, penjualan dan pembelian surat berharga baik untuk kepentingan transaksi maupun untuk menjaga likuiditas perusahaan. Dana yang dibutuhkan perusahaan ini dapat bersumber dari pemilik perusahaan (modal sendiri) maupun dari pinjaman (hutang). Keputusan menambah modal dengan menerbitkan hutang akan meningkatkan jumlah investasi, dengan harapan peningkatan investasi akan meningkatkan keuntungan dan pengembalian dibanding jika mengandalkan modal sendiri.
Perusahaan
yang
perusahaan yang memiliki
menggunakan
hutang
leverage. Leverage
dapat
dikatakan
sebagai
dapat didefenisikan sebagai
penggunaan aktiva atau dana, dan sebagai konsekuensi dari penggunaan ini, perusahaan harus mengeluarkan biaya dan beban tetap. Hutang sebagai salah satu alternatif pendanaan termasuk dalam kategori financial leverage (Brigham dan Houston, 2001:14). Financial Leverage dapat didefenisikan sebagai pendanaan dengan hutang yang dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat dampak dari perubahan dalam laba operasi terhadap pengembalian untuk pemegang saham. Semakin besar tingkat hutang yang dimiliki perusahaan akan mengindikasikan bahwa
financial leverage yang dimiliki perusahaan juga semakin besar
(Brealey,Meyrs, dan Marcus; 2008: 10). Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), dan Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) merupakan rasio leverage. Rasio leverage digunakan untuk mengukur seberapa besar financial leverage yang ditanggung perusahaan (Sartono,2001: 267). DER menunjukkan hubungan antara jumlah total pinjaman yang diberikan oleh para kreditur dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik modal perusahaan. DAR merupakan rasio yang menunjukkan tingkat aktiva yang dibiayai oleh hutang perusahaan. LTDER mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka panjang melalui modal sendiri. Semakin tinggi nilai rasio mengindikasikan bahwa financial leverage juga semakin tinggi. Brigham dan Houston (2001: 16) menyatakan bahwa penggunaan hutang pada umumnya akan meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan untuk
suatu investasi, tetapi juga akan meningkatkan resiko. Tingkat pengembalian akibat penggunaan financial leverage dapat dilihat dari besarnya Return on Equity (ROE). Ross, Jordan, dan Westerfield (2000:491) menyatakan bahwa ” The effect of financial leverage depends on the company’s EBIT. When EBIT is relatively high, leverage is beneficial. Under the expected scenario, leverage increases the returns to shareholders, as measured by both ROE and EPS”. Artinya, efek dari penggunaan financial leverage tergantung pada EBIT (Earning Before Interest and Tax) yang dimiliki perusahaan. Ketika EBIT yang dimiliki tinggi, maka leverage yang digunakan menguntungkan. Hal diatas memberikan gambaran bahwa peningkatan leverage
akan meningkatkan tingkat pengembalian yang
diberikan kepada pemegang saham yang dapat dilihat dari besarnya Earning per Share (EPS) dan Return on Equity (ROE). Sektor barang konsumsi merupakan salah satu sektor yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Kinerja dari sektor ini menarik untuk diikuti mengingat sektor ini merupakan salah satu sektor yang memiliki prospek bagus dan diminati para investor. Sektor barang konsumsi terdiri atas lima subsektor yakni industri makanan dan minuman, industri farmasi, industri rokok, perusahaan kosmetik dan keperluan rumah tangga, serta peralatan rumah tangga. Jumlah seluruh emiten yang tergabung dalam sektor industri barang konsumsi berjumlah 35 perusahaan. Berdasarkan
informasi
yang
peneliti
peroleh
dari
situs
www.vibizportal.com, pada triwulan I 2010 Sektor Industri Barang Konsumsi masih tetap menjadi sektor yang tumbuh paling tajam dibanding sektor lain yang
ada di BEI. Pertumbuhan saham sektoral sepanjang semester I 2010 dapat dilihat pada Gambar1.1.
Gambar 1.1 Kinerja Saham Sektoral Semester I 2010 Sumber : www.vibizportal.com
Gambar 1.1 menunjukkan bahwa sektor industri barang konsumsi, aneka industri dan manufaktur menjadi tiga sektor yang memiliki posisi kuat di semester I 2010. Kinerja sektor industri barang konsumsi yang semakin menguat tak lepas dari dukungan emiten yang tergabung di dalamnya. Di semester I 2010, emiten yang memberi pengaruh cukup besar dapat dilihat pada Gambar 1.2.
Gambar 1.2 Pertumbuhan Harga Saham Beberapa Emiten Sektor Barang Konsumsi Semester I 2010. Sumber : www.vibizpotal.com
Prestasi yang diraih oleh sektor barang konsumsi ini tentunya tak lepas dari kebijakan yang diambil oleh manajer masing-masing perusahaan dalam hal
pendanaan perusahaan. Keputusan pendanaan dapat mencakup penggunaan modal sendiri ataupun menambahkan modal eksternal yang diperoleh dari penggunaan hutang. Sebagaimana yang dikemukakan Walsh (2004:123) bahwa penggunaan hutang yang semakin tinggi akan meningkatkan profitabilitas, kemudian menaikkan harga saham, sehingga meningkatkan kesejahteraan pemegang saham dan membangu potensi pertumbuhan yang lebih besar. Adapun penggunaan hutang dan tingkat laba beberapa emiten yang tergabung dalam Sektor Industri Barang Konsumsi dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1. 1 Penggunaan Hutang dan Tingkat Laba Beberapa Emiten Sektor Industri Barang Konsumsi (dalam Jutaan Rupiah) Nama Emiten
2007 Total Laba Hutang
2008 Total Laba Hutang
2009 Total Laba Hutang
Tiga Pilar Sejahtera Tbk
358.133
15.761
560.876
28.686
818.764
37.787
-510.652 2.082.605
-226.749
Davomas Abadi Tbk
2.241.722
Kalbe Farma Tbk
314.118
208.456 2.555.093 705.694
405.504
706.822
340.678
929.004
HM Sampoerna Tbk
2.288.735 3.624.018 2.165.930 3.895.280
Mustika Ratu Tbk
5.202
11.131
4.161
22.291
882.344 5.087.339 5.019
21.017
Sumber: www.idSaham.com, data diolah.
Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa penggunaan hutang (financial leverage) yang dilakukan beberapa emiten yang tergabung dalam sektor industri barang konsumsi tidak selalu meningkatkan laba perusahaan. Sedangkan berdasarkan teori yang ada, hutang diharapkan dapat meningkatkan laba sehingga tingkat pengembalian bagi pemilik perusahaan juga meningkat.
Dengan demikian, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengkaji lebih lanjut fenomena yang ada. Adapun judul penelitian yang dilakukan adalah ”Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Return On Equity (ROE) Sektor Industri
Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: ”Apakah Financial Leverage berpengaruh terhadap Return On Equity (ROE) sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?”.
C. Kerangka Konseptual Return on Equity (ROE) merupakan indikator return yang penting bagi para calon investor sebelum melakukan keputusan investasi. ROE menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak manajemen dalam memaksimumkan tingkat hasil pengembalian atas investasi pemegang saham dan menekankan pada hasil pendapatan sehubungan dengan yang diinvestasikan. Semakin tinggi ROE maka semakin tinggi tingkat penghasilan yang diterima pemilik perusahaan. Ross, Jordan, dan Westerfield (2000:69) menyatakan ” ROE is affected by three things which are operating efficiency (as measured by profit margin), asset use efficiency (as measured by total asset turn over), and financial leverage”. Artinya ROE dipengaruhi oleh tiga faktor yakni: efisiensi operasi (dapat dilihat
dari nilai profit margin, efisiensi penggunaan aktiva (dapat dilihat dari tingkat perputaran aktiva), dan financial leverage. Financial Leverage adalah penggunaan potensial biaya-biaya keuangan tetap untuk meningkatkan pengaruh perubahan dalam laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) terhadap laba per lembar saham (EPS) (Warsono, 2003:217). Sutrisno (2000:242) menyatakan bahwa financial leverage mengukur pengaruh perubahan keuntungan operasi (EBIT) terhadap perubahan pendapatan bagi pemegang saham (EAT). Keputusan pendanaan yang dilakukan tidak menjadi masalah asal bisa meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham yang dapat diukur dengan Earning per Share (EPS) atau Return on Equity (ROE). Analisis financial leverage juga digunakan sebagai suatu ukuran yang menunjukkan sampai sejauh mana sekuritas berpenghasilan tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam struktur modal perusahaan (Brigham dan Houston, 2001:14). Besar kecilnya pendanaan perusahaan yang berasal dari hutang merupakan cerminan dari tingkat financial leverage dari suatu perusahaan. Semakin besar hutang dalam suatu perusahaan maka financial leverage juga akan semakin besar. Keputusan perusahaan untuk menggunakan hutang (financial leverage) oleh pemilik modal dianggap sebagai peningkatan resiko keuangan perusahaan. Tingkat resiko keuangan akibat penggunaan financial leverage akan berpengaruh terhadap
besarnya Return on Equity (ROE) (Brealey, Meyrs, dan Marcus,
2008:84). Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), dan Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) merupakan rasio leverage yang dapat digunakan
untuk melihat financial leverage yang digunakan perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Debt to Asset Ratio (DAR) menunjukkan seberapa besar aktiva yang dimiliki perusahaan dibiayai dengan hutang. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Peningkatan nilai rasio DER, DAR, dan LTDER mengindikasikan bahwa penggunaan financial leverage semakin besar. Konsep financial leverage akan menimbulkan perimbangan (trade off) antara resiko dan tingkat pengembalian (return). Menurut Ross, Jordan dan Westerfield (2000:491), Walsh (2004:123) dan Brigham dan Houston (2001:16), Return on Equity (ROE) dipengaruhi oleh besar kecilnya financial leverage yang dapat dilihat dari Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) perusahaan, apabila proporsi hutang dalam perusahaan makin besar maka Return on Equity (ROE) juga makin besar. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka secara konseptual, penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Debt to Equity Ratio (DER) (X1) Debt to Asset Ratio (DAR) (X2) Long Term Debt to Equity Ratio
Return On Equity (ROE) (Y)
(LTDER) (X3) Gambar 1.3 Kerangka Konseptual Sumber : Brigham dan Houston (2001), Ross,Jordan, dan Westerfield (2000) Brealey, Meyrs, dan Marcus(2008), Walsh (2004) Data dimodifikasi.
D. Hipotesis Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, dan kerangka konseptual yang telah dijelaskan sebelumnya maka dapat dikemukakan hipotesis sebagai berikut: ”Financial Leverage dengan indikator Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR), dan Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) berpengaruh terhadap Return on Equity (ROE) sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh variabel financial leverage yang diproksikan melalui: Debt to Asset Ratio (DAR), Debt to Equity Ratio (DER), dan Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) terhadap Return on Equity (ROE) pada sektor industri barang konsumsi di Bursa Efek Indonesia baik secara parsial maupun simultan. 2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Bagi Peneliti Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan, dan pengaplikasian teori yang sudah diperoleh terutama yang berkaitan dengan Financial Leverage dan Return on Equity (ROE). b. Bagi Pihak Lain Penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya baik yang bersifat melanjutkan maupun melengkapi.
F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional Variabel Batasan
operasional
variabel
digunakan
untuk
menghindari
kesimpangsiuran dalam membahas dan menganalisis permasalahan dalam penelitian ini. Batasan operasional variabel dalam penelitian ini antara lain: a. Variabel Independen (X) adalah Financial Leverage dengan indikator rasio leverage yakni, Debt to Equity Ratio (DER), Debt to Asset Ratio (DAR) dan Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) dan Variabel Dependen (Y) adalah Return on Equity (ROE). b. Populasi sasaran penelitian adalah perusahaan yang bergerak di sektor industri barang konsumsi, dan terdaftar di BEI selama periode 2006 – 2009. c. Data laporan keuangan tahunan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di BEI selama tahun 2006 – 2009. d. Perusahaan emiten menggunakan modal eksternal atau hutang dalam pendanaan perusahaan. 2. Defenisi Operasional Variabel Defenisi operasional variabel-variabel yang akan diteliti adalah: 1) Variabel Independen (X) Financial leverage sebagai variable X menggunakan tiga indikator rasio leverage, yakni: a. Debt to Equity Ratio (DER) (X1) adalah persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman (Warsono, 2003:239).
Debt to Equity Ratio, dapat dirumuskan sebagai berikut: DER =
b.
Total Hutang x 100% Total Ekuitas
Debt to Asset Ratio (DAR) menunjukkan tingkat penggunaan hutang yang dipakai untuk meningkatkan atau membiayai total aktiva (Brigham dan Houston, 2001:58). Debt to Asset Ratio, dapat dirumuskan sebagai berikut: DAR =
Total Hutang x 100 % Total Aktiva
c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) menunjukkan hubungan antara hutang jangka panjang perusahaan dengan ekuitas yang dimiliki (Brealey, Meyrs, dan Marcus, 2008:76). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut: LTDER =
Total Hutang Jangka Panjang x 100% Total Ekuitas
2) Variabel Dependen (Y) Return on Equity (ROE) (Y) menunjukkan kemampuan ekuitas perusahaan untuk menghasilkan laba (Sugiyarso, 2005:112). Return on Equity, dapat dirumuskan sebagai berikut: ROE =
Laba bersih x 100% Ekuitas
3. Populasi dan Populasi Sasaran Penelitian a. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2004:72). Populasi
pada penelitian ini adalah emiten yang termasuk dalam sektor industri barang konsumsi dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2006 sampai tahun 2009 yang berjumlah 35 perusahaan. b. Populasi Sasaran Dalam penelitian ini tidak semua populasi akan dijadikan sebagai objek penelitian. Populasi penelitian didasarkan pada populasi sasaran. Populasi sasaran adalah populasi yang benar-benar dijadikan sumber data (Dadang Sugiana, www.dankfsugiana.wordpress.com). Pertimbangan yang digunakan dalam menentukan populasi sasaran adalah: 1. Industri yang termasuk dalam sektor barang konsumsi menerbitkan laporan keuangan selama 4 tahun berturut-turut yakni tahun 2006, 2007, 2008, 2009. 2. Perusahaan menggunakan modal pinjaman (hutang). Tabel 1.2 Jumlah Populasi Sasaran Berdasarkan Karakteristik yang Ditetapkan No. Karakterisitik Populasi Sasaran Jumlah 1. Industri yang termasuk dalam sektor barang konsumsi dan 35 terdaftar di BEI tahun 2006 – 2009. 2. Industri yang termasuk dalam sektor industri barang konsumsi (5) tidak menerbitkan laporan keuangan lengkap tahun 2007 – 2009. 3. Perusahaan tidak menggunakan hutang. (16) Jumlah populasi sasaran 14 Sumber: www.idx.co.id, data diolah.
Berdasarkan kriteria populasi sasaran yang telah ditetapkan, terdapat 14 perusahaan yang termasuk dalam sektor industri barang konsumsi yang dapat dijadikan populasi sasaran dalam penelitian ini yang dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Tabel 1. 3 Populasi Sasaran Penelitian Nama Emiten Kode Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk AISA Cahaya Kalbar Tbk CEKA
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Davomas Abadi Tbk Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk Indofood Sukses Makmur Tbk Kalbe Farma Tbk Mustika Ratu Tbk Mayora Indah Tbk Prasidha Aneka Niaga Tbk Pyridam Farma Tbk Bentoel Internasional Investama Tbk Sekar Laut Tbk Tempo Scan Pacific Tbk UltraJaya Milk & Trading Company Tbk
14
DAVO HMSP INDF KLBF MRAT MYOR PSDN PYFA RMBA SKLT TSPC
Tanggal Listing 11 Juni 1997 9 Juli 1996 22 Desember 1994 15 Agustus 1990 14 Juli 1994 30 Juli 1991 27 Juli 1995 4 Juli 1990 18 Oktober 1994 16 Oktober 2001 5 Maret 1990 8-Sep-93 17 Juni 1994
ULTJ
2 Juli 1990
Sumber: www.idx.co.id dan www.idSaham.com, data diolah.
4. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui pemanfaatan situs www.idx.co.id dan melalui situs www.idSaham.com. b. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Nopember 2010 sampai dengan bulan Januari 2010. 5. Jenis Data Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung, yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia melalui situs www.idx.co.id dan melalui situs www.idSaham.com, laporan keuangan,
buku-buku, jurnal referensi, surat kabar, dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian. 6. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi dokumentasi yakni pengumpulan data pendukung berupa literatur, penelitian terdahulu, laporan-laporan yang dipublikasikan untuk mendapat gambaran dari masalah yang akan diteliti serta melalui pengumpulan data sekunder yang diperlukan berupa laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia. 7. Metode Analisis Data a. Metode Analisis Deskriptif Metode analisis deskriptif adalah metode analisis dimana data yang ada dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai objek yang dibahas. b. Metode Regresi Berganda Regresi linier berganda dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen, yakni Financial Leverage dengan indikator Debt to Equity Ratio (X1), Debt to Asset Ratio (X2),dan Long Term Debt to Equity Ratio (X3) terhadap variabel dependen yaitu Return on Equity (Y), dengan rumus: Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e Keterangan : Y
: Return on Equity (ROE)
α
: Konstanta
β1,2,3 : Koefisien regresi masing-masing variabel independen X1
: Debt to Equity Ratio (DER)
X2
: Debt to Asset Ratio (DAR)
X3
: Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER)
e
: Standar Error Sebelum data tersebut dianalisis dengan model regresi linear berganda maka
sebelumnya harus memenuhi syarat uji normalitas dan uji asumsi klasik: 1. Pengujian Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable pengganggu atau residual tidak mengikuti distribusi normal, uji statistikmenjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk melihat apakah data berdistribusi normal atau tidak, yakni dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2006:110). Dasar pengambilan keputusannya yaitu: a. Jika data menyebar diantara garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola berdistribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas b. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola tidak berdistribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik Kolmogorov- Smirnov (K-S) (Ghozali, 2006: 115). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:
H0 : Data residual berdistribusi normal H1 : Data residual tidak berdistribusi normal Bila signifikansi > 0,05 dengan α = 5 % berarti data normal dan H0 diterima, sebaliknya bila nilai signifikansi < 0,05 berarti data tidak normal dan H0 ditolak. 2. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas digunakan utuk mengetahui apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2006: 105). Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas. Dasar analisis yang dapat digunakan untuk menentukan heterokedastisitas, antara lain: a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur
(bergelombang,
melebar
kemudian
menyempit),
maka
mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas atau terjadi homokedastisitas. b. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
tahun berkaitan satu dengan lainnya. Hal ini sering ditemukan pada penelitian time series. Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi adalah dengan menggunakan nilai Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan pada Tabel 1.4. Tabel 1.4 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi Hipotesis Nol Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi postif atau negatif Sumber: Ghozali (2006: 96).
Keputusan
Jika
Tolak No decision Tolak No Decision Tidak ditolak
0 < DW < dl dl ≤ DW ≥ du 4 – dl < DW < 4 4 – du ≤ DW ≤4 - dl du < DW < 4 – dl
Uji Autokorelasi juga dapat dilakukan melalui Run Test. Uji ini merupakan bagian dari statistik non-parametric yang dapat digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat nilai Asymp. Sig (2-tailed) uji Run Test. Apabila nilai Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari tingkat signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi (Ghozali,2006:103). c. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengkaji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak ada korelasi antar variabel independen. Ada tidaknya multikolinieritas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF), serta dengan menganalisis matriks korelasi variabelvaribel independen. Nilai yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan VIF > 5 dan
untuk matriks korelasi adanya indikasi multikolinieritas dapat dilihat jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi umumnya di atas 0,90(Situmorang dkk. 2010: 136). c. Pengujian Hipotesis 1. Uji F (Uji Global) Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah model penelitian telah dapat diterima atau tidak untuk dilakukan analisis selanjutnya. Bentuk pengujiannya adalah: H0 : β1 = β2 = β3 = 0, artinya secara simultan variabel DAR, DER, dan LTDER tidak memenuhi model penelitian. Ha : Tidak semua βi = 0 (β1, β2, β3) sama dengan nol, maka dianggap variabel independen telah memenuhi model penelitian terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan yaitu: Ho diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5% Ho ditolak jika Fhitung > Ftabel pada α = 5% 2. Uji t (Uji Parsial) Digunakan untuk menguji koefisien regresi secara individual. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah secara parsial masing-masing variabel independen mempunyai pengaruh signifikan atau tidak terhadap variabel terikat. Setelah nilai t diperoleh maka selanjutnya nilai thitung dibandingkan dengan nilai ttabel. Bentuk pengujiannya adalah:
H0: β1 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel DAR secara parsial terhadap variabel ROE. Ha: β1 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan dari variabel DAR secara parsial terhadap variabel ROE. H0: β2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel DER secara parsial terhadap variabel ROE. Ha: β1 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan dari variabel DER secara parsial terhadap variabel ROE. H0: β2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan dari variabel LTDER secara parsial terhadap variabel ROE. Ha: β1 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan dari variabel LTDER secara parsial terhadap variabel ROE. Kriteria pengambilan keputusan, yakni: H0 diterima jika –ttabel ≤ thitung ≤ ttabel pada α = 5% H0 ditolak jika thitung > ttabel atau thitung < - ttabel pada α = 5% Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan alat bantu SPSS (Statistic Package for the Social Science) 16.0 for windows.