BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Hutang luar negeri Indonesia memiliki sejarah yang sangat panjang. Selama 30 tahun dimulai dari pemerintahan orde lama, Selama masa orde baru saja jumlah hutang luar negeri Indonesia mencapai US$ 27 milliar atau rata–rata US$900 juta per tahunya. Mulai tahun 1980-an hingga pertengahan 1990-an perekonomian Indonesia tumbuh rata-rata sekitar 8% dengan laju tahunan 7,4%. Pada masa itu sebenarnya ada kekhawatiran terutama dari kalangan bank sentral bahwa ekonomi mulai mengalami overheating, namun tidak ada tanda – tanda yang menunjukan bahwa krisis akan melanda (Boediono, 2008 ). Pada masa–masa ini Indonesia memiliki cadangan devisa sekitar US$18 miliar. Namun pada tahun 1997 Indonesia mengalami krisis moneter yang mengakibatkan tranksaksi berjalan semakin membengkak. Krisis ini membuat Indonesia mulai mengalami kesulitan likuiditas dalam melakukan pembayaran bunga dan cicilan hutangnya (Basri, 2002). Penyebab terjadinya krisis moneter ini bisa dilihat dari beberapa faktor, seperti terdepresiasinya nilai tukar rupiah yang membuat cadangan devisa Indonesia semakin berkurang yang digunakan untuk menutupi depresiasi nilai tukar rupiah, selain itu cicilan hutang Indonesia yang terus membengkak juga turut andil menghabiskan cadangan devisa negara, yang membuat Indonesia pada akhirnya mengalami krisis ekonomi secara keseluruhan. Pada masa ini Indonesia benar-benar mengalami kondisi perekonomian yang parah.
1
Menurut Pasaribu (2012) pengalaman masa lalu terutama pada masa krisis telah memberikan pelajaran yang sangat berharga, seperti pemerintah perlu secara terencana mengurangi dan mengakhiri ketergantungan pada utang luar negeri dengan jalan mengoptimalkan pemerintah melalui pajak. Selain itu dari sisi APBN, memperbesar surplus melalui upaya meningkatkan pendapatan negara dan penghematan belanja negara sehingga surplus tersebut dapat digunakan untuk mengurangi pokok hutang pemerintah. Meningkatakan dan melakukan perbaikan pengelolaan dan pemanfaatan pinjaman dan hibah luar negeri baik dari aspek kebijakan, kelembagaan, dan mekanisme pengelolaan dan pemanfaatanya. Serta mengadakan pengendalian terhadap hutang luar negeri swasta agar pengelolaan neraca pembayaran dan stabilitas ekonomi makro lebih terkendali. Pasca terjadinya krisis, untuk memperbaiki kondisi perekonomian yang sudah hancur, pemerintah memerlukan stimulus untuk kembali merangsang perekonomian negara. Keadaan ini membuat Indonesia bekerja sama dengan IMF untuk memperbaiki perekonomian Indonesia bersama-sama, bentuk kerjasama tersebut berupa bantuan pinjaman yang diberikan oleh IMF kepada Indonesia. Pinjaman dari IMF ini dimaksudkan agar kembali terciptanya kepercayaan yang besar kepada kemampuan negara untuk menghadapi berbagai kewajiban pembayaran ke luar negeri, termasuk impor, dengan memperlihatkan jumlah cadangan devisa negara yang lebih baik pada negara peminjamnya. Pinjaman pertama IMF dikucurkan pada tanggal 5 November 1997 sekitar US$ 3 milliar. Sampai akhir tahun 2003, jumlah pinjaman dari IMF telah mencapai US$ 14,6 milliar (Pasaribu, 2012).
2
Posisi hutang luar negeri Indonesia pada akhir tahun 2003 sudah mencapai US$ 80,91 milliar dan jika digabungkan dengan swasta, maka total hutang luar negeri akan mencapai 55% dari PDB atau 222% dari total ekspor. Angka rasio hutang ini masih relative diatas batas ambang batas aman bagi negara berkembang, dimana rasio beban hutang masih tegolong tinggi, yaitu 31% dari total ekspor pemerintah Indonesia pada tahun 2003. Seiring berjalanya waktu perekonomian Indonesia semakin membaik, dimana dengan melakukan perbaikan ekonomi membuat ekonomi Indonesia kembali membaik, hingga pada tahun 2006 pemerintah Indonesia berhasil mempercepat pelunasan hutang kepada IMF sebesar US$ 7,8 milliar yang dimana seharusnya hutang tersebut baru lunas hingga tahun 2010. Pelunasan hutang ini dilakukan pemerintah karena kondisi cadangan devisa Indonesia yang terus membaik, hingga 2006 posisi cadangan devisa negara adalah sebesar US$ 43,3 milliar (Trianto, 2006). Hal ini membuat pemerintah Indonesia harus secara mandiri berusaha menjaga tingkat hutang agar bisa berada dalam kondisi batas aman, sekaligus memperbaiki perekonomian agar kembali tumbuh dan kembali stabil. Namun walaupun kondisi perekonomian Indonesia menunjukan trend yang positif dan Indonesia telah melunasi hutangnya kepada IMF, Indonesia masih memiliki sejumlah hutang –hutang luar negeri lainya, dan cenderung masih mengalami kenaikan, menurut Depaetemen komunikasi Bank Indonesia pada bulan Mei 2014 jumlah Hutang luar negeri Indonesia tercatat sebesar US$ 283,7 milliar, hutang ini tumbuh 9,7% dibandingkan pada bulan Mei 2013. Posisi hutang luar negeri ini sendiri terdiri dari hutang luar negeri pemerintah sebesar
3
US$ 132,2 milliar dan hutang luar negeri dari swasta sebesar US$ 152,5 milliar. Dengan perkembangan ini, pertumbuhan tahunan hutang luar negeri pada Mei 2014 lebih tinggi dari pada pertumbuhan bulan April 2014 yaitu sebesar 7,7%. Saat tahun 2000 jumlah hutang luar negeri Indonesia adalah sebesar 714.324 milliar rupiah. Walaupun sempat mengalami penurunan jumlah hutang pada tahun 2002 dan pada tahun 2006, namun pada tahun – tahun selanjutnya hutang luar negeri terus mengalami peningkatan hingga pada tahun 2013 jumlah hutang luar negeri pemrintah Indonesia adalah sebesar 1.505 trilliun rupiah. Hutang luar negeri pemerintah Indonesia dari masa kemasa trus mengalami peningkatan. Walaupun banyak upaya pemerintah dalam mengatasi hutang luar negeri, namun Indonesia masih terjerat dalam hutang luar negeri ini. Dari penjelasan diataspun dapat kita lihat bahwa pemerintah belum mapu melepaskan diri dari ketergantungan terhadap utang luar negeri dalam membiayai pembangunan nasional. Walaupun pada saat ini kondisi perekonomian Indonesia mulai membaik, tapi kondisi hutang luar negeri juga ikut meningkat, apabila tidak diawasi akan beresiko Indonesia akan masuk kedalam perangkap hutang (debt trap). Apabila dilihat lebih jauh, ternyata kondisi perekonomian Indonesia yang masih mengalami ketergantungan hutang bisa juga disebabkan oleh faktor-faktor internal, dimana pemerintah melakukan pinjaman ke luar negeri karena kondisi perekonomian dalam negeri yang masih memerlukan bantuan – bantuan dari pihak asing. Selain itu bisa juga karena kebijakan dari pemerintah sendiri yang membuat perlunya pinjaman luar negeri dilakukan. Contohnya adalah kebijakan melakukan defisit anggaran untuk meningkatkan perekonomian dalam negeri,
4
Kekurangan dalam defisit tersebut dapat ditutupi dengan melakukan pinjaman luar negeri. Selain itu kondisi makroekonomi terkadang juga bisa mempengaruhi pemerintah untuk melakukan pinjaman luar negeri. Karena itu perlu adanya kita meneliti apa saja faktor–faktor internal yang membuat pemerintah melakukan pinjaman luar negeri ke pihak asing. 1.2 RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa peningkatan jumlah hutang luar negeri di Indoensia bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor. Pembahasan dalam penelitian ini lebih difokuskan kepada Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi hutang luar negeri dalam jangka pendek ? 1.3 TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi hutang luar negeri di Indonesia dalam jangka pendek. 1.5. MANFAAT PENELITIAN 1. Bagi Penulis Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis agar dapat mengembangkan ilmu yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, selain itu penulis dapat membandingkan antara teori dan praktek yang terjadi di lapangan. 2. Bagi Instansi Terkait Penelitian merupakan syarat yang wajib bagi penulis dalam menyelesaikan studi, maka penulis mengadakan penelitian ini dan hasilnya diharapkan mampu
5
memberikan informasi dan penambahan wawasan bagi pihak-pihak terkait dengan permasalahan ekonomi, dengan demikian diharapkan dapat menentukan kebijakan dengan tepat. 1.6 SISTEMATIKA PENULISAN. BAB I PENDAHULUAN Menjelaskan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, batasan masalah, sistematika penulisan, dan gambaran umum tentang penelitian yaitu : HUTANG LUAR NEGERI INDONESIA DAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA yang berisi apa saja faktor – faktor dalam negeri di Indonesia dapat mempengaruhi pertumbuhan hutang luar negeri di Indonesia BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Kajian pustaka berisikan tentang studi pustaka terhadap penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya. Dari proses ini ditemukan kelemahan atau kekurangan pada penelitian yang lalu, sehingga dapat dijelaskan di mana letak hubungan, perbedaan maupun posisi penelitian ini dengan penelitian-penelitian tersebut sekaligus menghindari duplikasi. Serta berisi deskripsi teoritis mengenai teoriteori yang digunakan sebagai dasar penelitian sesuai dengan masalah yang diteliti. BAB III METODE PENELITIAN Berisikan tentang data – data penelitian, sumber data dan metode perhitungan serta model pengujian yang akan dilakukan terhadap data – data yang diperoleh.
6
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Berisi tentang analisis hasil pengolahan data yang terkait dengan tujuan penelitian, pengujian hipotesis dan penerapan metode analisis.
7