BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Permasalahan nasional yang berkaitan dengan penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkoba di Indonesia tidak kunjung tuntas dan semakin memprihatinkan bahkan sampai mengancam kelangsungan hidup generasi muda dari berbagai lapisan masyarakat tanpa membedakan strata sosial, ekonomi, usia maupun tingkat pendidikan. Dampak buruk yang diakibatkan karena penyalahgunaan narkoba selalu memberikan penderitaan yang berkepanjangan tidak hanya bagi penyalah guna namun keluarga dan masyarakat lingkungan sekitar turut merasakannya. Apabila bahaya penyalahgunaan narkoba ini tidak ditangani dengan segera dan serius akan berpotensi mengancam kelangsungan hidup bangsa dan negara yakni kehilangan satu generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. Salah satu indikator penting dalam menentukan Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, yang tentunya hal ini menjadi prioritas utama dalam mencapai segala sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi. Penyalahgunaan
narkoba
sudah
dapat
dipastikan
mengakibatkan
sindrom
ketergantungan berkepanjangan, yang pada akhirnya akan merusak kesadaran, kemauan dan kemampuan seseorang dalam menjalani kehidupan dan menatap masa depannya. Dengan adanya penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui pola hidup para pecandu, maka masalah penyalahgunaan narkoba menjadi semakin serius. Lebih memprihatinkan lagi bila yang kecanduan adalah remaja yang merupakan masa depan bangsa, karena penyalahgunaan narkoba ini sangat berpengaruh terhadap 1
2
kesehatan, sosial dan ekonomi suatu bangsa. Salah satu masalah terbesar terhadap dampak kesehatan utama akibat penyalahgunaan narkoba adalah penyebaran penyakit infeksi seperti Hepatitis A, Hepatitis B dan virus HIV/AIDS. Penyebaran penyakit yang dewasa ini telah menyebar secara luas dan cepat dikarenakan adanya penggunaan narkoba suntik tidak steril (intravenous drug user-IDU) (Badan Narkotika Nasional, 2010). Berdasarkan laporan perkembangan situasi masalah HIVAIDS oleh Ditjen PP & PL Kemenkes RI sampai dengan September 2014, jumlah kumulatif kasus AIDS menurut faktor resiko pada kelompok IDU atau pengguna narkoba suntik (penasun) pada tahun 2013 menempati urutan kedua yaitu sebanyak 8.462 kasus. Sedangkan untuk Provinsi Bali, faktor risiko penularan HIV/AIDS melalui penasun menempati urutan kedua setelah penularan melalui heteroseksual yaitu sebesar 15,2% (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Prevalensi penyalahgunaan narkoba di Indonesia cenderung meningkat yaitu di tahun 2008 sebesar 1,99%, tahun 2011 sebesar 2,32%, tahun 2013 sebesar 2,56% dan diperkirakan pada tahun 2015 mencapai 2,80% sedangkan di tahun 2019 prevalensinya menjadi 4,9% atau setara dengan 7,4 juta populasi penduduk Indonesia. Berdasarkan survei nasional Badan Narkotika Nasional (BNN) tercatat terdapat peningkatan jumlah pelajar yang menjadi tersangka kasus narkoba yaitu 515 tersangka pada tahun 2010, 605 tersangka pada tahun 2011, 695 tersangka pada tahun 2012 dan terus meningkat menjadi 1.121 tersangka pada tahun 2013 (Badan Narkotika Nasional, 2014). Berdasarkan data kejahatan Narkoba di Indonesia periode 2012-2013 (BNN, 2014), teridentifikasi bahwa telah terjadi peningkatan jumlah tersangka kejahatan pada usia-usia pelajar dan mahasiswa (<16 – 24 tahun) yaitu dari 7.679 kasus pada tahun 2012 menjadi 8.745 kasus pada tahun 2013. Sementara dari segi pendidikan
3
terakhir, umumnya tersangka Narkoba berpendidikan SMU (52,5%), SMP (27,8%), SD (17,2%) dan PT (2,5%) (BNN, 2014). Bila pada usia-usia emas (golden ages) tersebut telah terpapar Narkoba, terikat dalam bisnis ilegal Narkoba, mendekam di tahanan karena kasus Narkoba maka seperlima generasi muda sebagai aset bangsa bagi pembangunan telah hilang dikarenakan produktivitas yang menurun dan hilangnya masa depan (Badan Narkotika Nasional, 2014). Peredaran narkoba di Provinsi Bali berdasarkan data BNN Provinsi Bali dari tahun 2010 hingga September 2013 tercatat 3.294 generasi muda dari jenjang pendidikan SD hingga Perguruan Tinggi tersandung kasus narkoba. Berdasarkan data dari Direktorat Tindak Pidana Narkoba di Provinsi Bali pada Bulan Mei 2014, jumlah kasus narkoba di Provinsi Bali dari tahun 2007 – 2014 juga cenderung mengalami peningkatan dengan jumlah total kasus sebanyak 3.870 kasus. Permasalahan penyalahguna narkoba yang telah dijelaskan di atas memerlukan pemecahan bersama, melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan seluruh komponen masyarakat oleh karena merupakan ancaman besarbagi bangsa Indonesia, khususnya generasi muda. Melihat peredaran narkoba yang semakin meluas hampir ke seluruh kalangan masyarakat, pemerintah membentuk suatu lembaga non kementerian Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai lembaga pemerintahan yang dikedepankan dalam pencegahan dan pemberantasan Narkoba di Indonesia, sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 dan Perpres Nomor 23 Tahun 2010 tentang kelembagaan BNN (Badan Narkotika Nasional, 2010). Salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba yaitu dengan menerbitkan Inpres No. 12 tahun 2011 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional di Bidang Pencegahan dan Pemberantasan
4
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN). Inpres ini dijadikan sebagai pedoman oleh BNN bekerja sama dengan sektor terkait sebagai penanganan tindakan dan preventif mencegah dan memberantas penyalahgunaan narkoba di Indonesia. Salah
satu
program
P4GN
khususnya
dalam
bidang
Pencegahan
Penyalahgunaan Narkoba yang digalakkan oleh BNN adalah pembentukan kader penyuluh anti narkoba di lingkungan sekolah yang bertujuan sebagai perpanjangan tangan BNN sehingga diharapkan mampu menyampaikan informasi tentang bahaya penyalahgunaan narkoba kepada lingkungan sekitarnya dan memiliki keterampilan pengembangan diri untuk menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Kegiatan
pembentukan
kader
penyuluh
anti
narkoba
yang
telah
diselenggarakan oleh BNN Kabupaten Badung dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 belum pernah dilakukan evaluasi. Berdasarkan laporan tahunan yang dikeluarkan oleh BNN Kabupaten Badung, kegiatan pembentukan kader penyuluh anti narkoba yang telah dilaksanakan dari tahun 2012 hingga tahun 2014 sesuai dengan anggaran dana yang tersedia berjumlah 640 orang yang berasal dari 22 sekolah menengah (SMP, SMA/ SMK) di wilayah Kabupaten Badung dan hingga saat ini belum dilakukan kegiatan evaluasi untuk mengetahui bagaimana dampak jangka pendek dari diadakannya kegiatan pembentukan kader penyuluh anti narkoba. Kegiatan evaluasi ini penting dilakukan untuk menilai sejauh mana program yang telah dilaksanakan berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan program dan memastikan apakah program tersebut berjalan dengan efektif sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian tentang “efektivitas kegiatan kader penyuluh anti narkoba di lingkungan sekolah Kabupaten Badung”.
5
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan
masalah yang diajukan adalah setelah diadakannya kegiatan pembentukan kader penyuluh anti narkoba di lingkungan sekolah Kabupaten Badung oleh BNN Kabupaten Badung dari tahun 2012 hingga tahun 2014 belum pernah dilakukan kegiatan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana penerapan dan kegiatan/ upaya tindak lanjut yang dilakukan oleh para kader penyuluh anti narkoba yang telah terbentuk. Kegiatan evaluasi ini merupakan hal yang terpenting untuk dilakukan di mana bertujuan untuk menilai sejauh mana program yang telah terlaksana berjalan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan program. Evaluasi ini dilakukan terhadap salah satu aspek indikator shorterm outcome dalam pelaksanaan kegiatan guna mengetahui tingkat efektivitas capaian sasaran program kegiatan pembentukan kader penyuluh anti narkoba di lingkungan sekolah yang telah dilaksanakan.
1.3
Pertanyaan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka pertanyaan penelitian yang
diajukan peneliti adalah bagaimana dampak kegiatan dari kader penyuluh anti narkoba di lingkungan sekolah Kabupaten Badung terhadap indikator jangka pendek yaitu pengetahuan ?
6
1.4
Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan kegiatan pembentukan kader penyuluh anti narkoba di lingkungan sekolah Kabupaten Badung dilihat dari indikator jangka pendek yaitu berupa pengetahuan siswa terhadap narkoba.
1.4.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan para siswa sekolah menengah di salah satu SMA/ SMK yang pernah terlibat dalam kegiatan pembentukan kader penyuluh anti narkoba di lingkungan sekolah Kabupaten Badung 2. Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan para siswa sekolah menengah pada salah satu SMA/ SMK yang belum pernah terlibat dalam kegiatan pembentukan kader penyuluh anti narkoba di lingkungan sekolah Kabupaten Badung 3. Untuk menganalisis perbedaan tingkat pengetahuan para siswa sekolah menengah SMA/ SMK yang pernah terlibat dalam kegiatan pembentukan kader penyuluh anti narkoba dengan siswa sekolah menengah SMA/ SMK yang belum pernah terlibat dalam kegiatan pembentukan kader penyuluh anti narkoba di lingkungan sekolah Kabupaten Badung.
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1
Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap khasanah
keilmuan yaitu menambah pengetahuan dan memperluas wawasan terkait efektivitas
7
kegiatan pembentukan kader penyuluh anti narkoba ditinjau dari dampak jangka pendek (pengetahuan) serta hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
1.5.2
Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada instansi BNN
Kabupaten Badung khususnya seksi pencegahan dalam menentukan intervensi selanjutnya di dalam pelaksanaan program pencegahan penyalahgunaan narkoba khususnya dalam hal kegiatan pembentukan kader penyuluh anti narkoba di lingkungan sekolah Kabupaten Badung.
1.6
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan merupakan penelitian dalam bidang administrasi dan
kebijakan kesehatan tentang efektivitas kegiatan pembentukan kader penyuluh anti narkoba di lingkungan sekolah Kabupaten Badung.