BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan industri pariwisata saat ini mengalami peningkatan yang sangat pesat dan menjadikan industri ini sebagai salah satu bagian dalam memberikan sumbangsih dibidang ekonomi. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (Kememparekraf), Mari Elka Pangestu dalam artikel yang berjudul “Sektor Pariwisata Sumbangkan Devisa Negara 9,07 Miliar Dolar” menyatakan bahwa sektor pariwisata menyumbangkan devisa 9,07 miliar dolar AS pada 2012 atau naik 6,03 persen dibandingkan tahun lalu. (Diakses: http://ekonomi.tvonenews.tv/berita/view/65414/2012/12/19/ sektor_pariwisata_sumbangkan_devisa_negara_907_miliar_dolar.tvOne
;
pada 6 Juni 2013; Pukul 23.41) Dengan kekayaan dan keindahan alam yang dimilikinya, membuat Indonesia menjadi salah satu negara tempat tujuan wisata maupun bisnis yang potensial. Banyak sekali wisatawan maupun investor asing yang datang ke Indonesia untuk melakukan perjalanan wisata maupun bisnis. Pada artikel yang berjudul “Wisatawan Mancanegara Diklaim Naik Dua Digit” menyatakan bahwa berdasarkan laporan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (Kememparekraf), pada bulan Maret, wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia mencapai
1
752.316 orang. Jumlah ini naik 10,13 % dibandingkan Maret 2012 yang hanya mencapai 658.602 orang. pada periode Januari-Maret 2013, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara telah mencapai 2.018.059 orang. Jumlah ini naik 6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang jumlahnya 1.903.796 orang. (Diakses::http://www.tempo.co/read/news/2013/05/02/090477303/Wisataw an-Mancanegara-Diklaim-Naik-Dua-Digit; pada 3 Juni 2013; pukul 18.17). Guna mempertahankan dan meningkatkan jumlah para wisatawan asing datang ke Indonesia, maka perlu dibangun sarana dan prasarana yang memadai. Salah satu prasarana penting yang dapat mempengaruhi minat para wisatawan dan investor asing adalah perusahaan jasa hotel atau perhotelan. Dengan memberikan pelayanan jasa yang memuaskan, maka diyakini dapat menjadi salah satu faktor yang mengundang para wisatawan asing untuk berkunjung ke Indonesia, selain masih banyak lagi faktor yang mendukung para wisatawan asing datang ke suatu negara, seperti faktor keamanan, perekonomian, kebudayaan, dan kekayaan serta keunikan yang dimiliki oleh suatu negara. Industri jasa perhotelan merupakan salah satu sektor yang memiliki prospek yang sangat menguntungkan, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Memasuki era kompetisi saat ini, para pelaku bisnis di sektor industri harus menghadapi berbagai tantangan global untuk dapat bertahan.
2
Supaya dapat terus meningkatkan daya saing, maka perusahaan jasa perhotelan perlu mengembangkan kapabilitas dan kompetensi yang dimiliki agar dapat memenuhi kriteria sebagai hotel yang baik dan berkualitas tinggi. Berdasarkan keputusan Departemen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No 22/U/VI/1978 (Endar Sri, 1996:9),
Direktorat Jenderal Pariwisata
mengeluarkan aturan pengklasifikasian hotel berdasarkan simbol bintang, yang disusun mulai dari hotel berbintang satu hingga yang tertinggi adalah hotel berbintang lima. Semakin banyak bintang yang dimiliki suatu hotel, semakin berkualitas hotel tersebut. Penilaian dilakukan selama tiga tahun sekali dengan tata cara serta penetapan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pariwisata. Berdasarkan pada peraturan pengklasifikasian tersebut, maka hotel bintang lima merupakan jenis hotel yang memiliki tingkat paling tinggi dari seluruh klasifikasi hotel berdasarkan simbol bintang. Berikut adalah daftar hotel bintang lima yang ada di Jakarta berdasarkan peringkat (Diakses: http://www.tripadvisor.co.id/Hotels-g294229-zff12-Jakarta_JavaHotels.html; pada 3 Juni 2013; pukul 19.10) 1) Mandarin Oriental, Jakarta 2) Hotel Mulia Senayan 3) Four Season Hotel Jakarta 4) The Dharmawangsa 5) The Ritz-Carlton Jakarta, Mega Kuningan 6) Shangri-La Hotel Jakarta’
3
7) The Ritz-Carlton Jakarta, Pasific Place 8) Grand Hyatt Jakarta 9) JW Mariott Hotel Jakarta 10) Keraton at The Plaza 11) Hotel Indonesia Kempinski Jakarta 12) Pullman Jakarta Central Park 13) InterContinental Jakarta MidPlaza 14) Hotel Gran Mahakam Jakarta Salah satu hotel bintang lima yang ada di Indonesia adalah Hotel Indonesia Kempinski Jakarta (dulunya bernama Hotel Indonesia). Hotel Indonesia merupakan hotel bintang lima pertama yang terletak didepan Tugu Selamat Datang Bundaran Hotel Indonesia. Hotel ini diresmikan pada tanggal 5 Agustus 1962 oleh Presiden pertama Republik Indonesia untuk menyambut Asian Games IV tahun 1962. Dalam perjalanannya Hotel Indonesia beberapa kali mengalami renovasi. Kemudian, pengelolaan hotel bersejarah ini berpindah ke swasta di bawah pengelolaan jaringan Kempinski, yang berpengalaman mengelola hotel-hotel tua di Eropa, Timur Tengah, Afrika, dan Asia. Nama Hotel Indonesia pun kemudian berganti nama menjadi Hotel Indonesia Kempinski Jakarta. Pengambilalihan hotel ini oleh pihak asing mendapat banyak aksi protes dari para pecinta cagar budaya, karena Hotel Indonesia adalah hotel yang memiliki nilai sejarah tinggi dan merupakan icon penting dari Kota Jakarta. Pemugaran Hotel Indonesia Kempinski Jakarta berlangsung selama
4
lima tahun, dimulai sejak tahun 2004. Pembangunan besar-besaran terjadi tanpa merusak arsitektur utama, dan terjadi penambahan konstruksi. Akhirnya hotel ini diresmikan kembali pada tanggal 20 Mei 2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Kawasan Hotel Indonesia Kempinski Jakarta merupakan bagian dari Megakompleks PT Grand Indonesia yang berlokasi di depan Bundaran Hotel Indonesia, yang terkenal sebagai jantung Ibukota Jakarta. Kawasan Megakompleks PT Grand Indonesia ini juga terdiri dari Kempinski Private Residences yang memiliki 59 lantai, gedung perkantoran tertinggi di Jakarta saat ini (Menara BCA), dan pusat perbelanjaan Grand Indonesia Shopping Town. Sebagai salah satu hotel bintang lima yang baru dibuka dan diresmikan kembali, maka strategi yang tepat sangatlah penting untuk mempertahankan keberadaan dan eksistensinya ditengah hotel bintang lima lainnya, serta meningkatkan brand awareness masyarakat terhadap Hotel Indonesia Kempinski Jakarta. Thomas L. Harris dalam Ruslan (2006: 245) mengemukakan bahwa MPR merupakan proses dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program-program yang mendorong minat beli serta kepuasan konsumen, melalui penyampaian informasi dan kesan yang meyakinkan, dalam usaha memperlihatkan bahwa perusahaan dan produk-produknya sesuai dengan kebutuhan, keinginan, kepentingan, dan minat konsumen.
5
Marketing public relations lebih berfokus pada pemberian informasi, pendidikan, dan kegiatan peningkatan pengertian melalui penambahan pengetahuan tentang suatu merek produk atau jasa yang dimiliki oleh sebuah perusahaan. Penggunaan MPR ini lebih efektif karena memiliki dampak yang kuat bagi customer. MPR merupakan penggunaan strategi dan taktik public relations untuk mencapai tujuan pemasaran. Tujuan dari MPR adalah untuk mendapatkan kesadaran (awareness), mendorong penjualan, memfasilitasi komunikasi, dan membangun hubungan antara konsumen, perusahaan dan merek. Terdapat berbagai macam kegiatan MPR yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya, diantaranya adalah pemberian penghargaan/award,
pameran/exhibits,
grand
opening,
newsletter,
penyelenggaraan kontes/kompetisi, blog, websites, seminar, product placement, sponsorship, special events, dll. Kegiatan MPR yang dilakukan oleh Hotel Indonesia Kempinski Jakarta sebagai taktik dalam meningkatkan brand awareness adalah special event melalui penyelenggaraan Indonesian Food Promotion. Special events merupakan salah satu program kegiatan PR yang dilakukan untuk memberikan informasi secara langsung, yang dapat dikemas dalam suatu media PR pada acara khusus dan menarik. Tujuan dari special
events
adalah
pengenalan
(awareness)
dan
meningkatkan
pengetahuan terhadap perusahaan dan produk yang ingin ditampilkan. Indonesian Food Promotion merupakan acara yang diselenggarakan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Hotel Indonesia ke-50. Acara
6
tersebut bertujuan untuk membawa kembali memorial dari nilai historical / warisan Hotel Indonesia yang masih dipertahankan hingga saat ini. Momentum Ulang Tahun Hotel Indonesia ke-50 dilihat sebagai peluang yang baik dalam meningkatkan brand awareness dari Hotel Indonesia Kempinski Jakarta. Oleh karena itu, keberhasilan pencitraan dan publikasi positif terhadap acara Indonesian Food Promotion Hotel Indonesia Kempinski Jakarta sangat tergantung pada strategi marketing public relations yang dilakukan, serta hubungan baik yang terjalin dengan stakeholder. Hal tersebut akan memberikan dampak yang baik pula demi tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan, serta meningkatkan kepercayaan publik terhadap hotel. Berdasarkan pada uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji strategi marketing public relations yang diterapkan oleh Hotel Indonesia Kempinski Jakarta dalam meningkatkan brand awareness masyarakat melalui acara Indonesian Food Promotion.
1.2 PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijabarkan diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah : “Bagaimana strategi Marketing Public Relations dalam meningkatkan brand awareness Hotel Indonesia Kempinski Jakarta? (Studi kasus : Acara Indonesian Food Promotion periode September – Desember 2012)”.
7
1.3 TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami strategi Marketing Public Relations dalam meningkatkan brand awareness Hotel Indonesia Kempinski Jakarta melalui studi kasus acara Indonesian Food Promotion periode September – Desember 2012.
1.4 KEGUNAAN PENELITIAN 1.4.1 Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau landasan yang akan memperkaya ilmu komunikasi pada umumnya dan pemikiran pada teori ilmu komunikasi tentang Marketing Public Relations pada khususnya, yang berkaitan dengan peningkatan brand awareness sebuah perusahaan jasa perhotelan.
1.4.2 Kegunaan Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangansumbangan pemikiran, serta menyempurnakan strategi Marketing Public Relations dalam meningkatkan brand awareness yang dikelola oleh perusahaan jasa perhotelan, sehingga dapat terus mempertahankan citra dan reputasi positif.
8