BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Interaksi manusia dengan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses
yang wajar dan terlaksana sejak manusia itu dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur – unsur lingkungan untuk kelangsungan hidupnya. Udara, air, makanan, sandang, papan, dan seluruh kebutuhan manusia harus diambil dari lingkungan hidupnya. Akan tetapi, dalam proses interaksi manusia dengan lingkungannya ini tidak selalu didapatkan keuntungan, kadang – kadang manusia bahkan mendapat kerugian. Hal ini merupakan akibat hubungan timbal balik antara aktivitas manusia dengan lingkungannya (Soemirat, 2009) Udara merupakan perbandingan dari beberapa campuran gas yang tidak tetap, yang tergantung dari keadaan suhu udara, tekanan udara dan lingkungan sekitarnya. Udara dapat disebut juga atmosfer yang mengelilingi bumi yang sangat penting bagi kehidupan. Komposisi udara kering dan basah diantaranya nitrogen (78,09%), oksigen (21,94%), argon (0,93%), dan karbon dioksida (0,032%). Selain gas – gas tersebut terdapat gas – gas lain yang terdapat dalam udara antara lain nitrogen oksida, hydrogen, metana, belerang oksida, ammonia dan lain – lain. Apabila susunan udara mengalami perubahan dari keadaan normal dan mengganggu kehidupan manusia dan hewan maka udara tersebut telah tercemar. (Wardhana, 2004)
1
Universitas Sumatera Utara
2
Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi makhluk hidup untuk hidup secara optimal. (Depkes, 2007) Pencemaran udara saat ini semakin menunjukkan kondisi yang sangat memprihatinkan. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Berbagai kegiatan tersebut merupakan kontribusi terbesar dari pencemar udara yang dibuang ke udara bebas. Selain itu, pencemaran udara dapat juga disebabkan oleh berbagai kegiatan alam seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun dan lain – lain. Dampak dari udara tersebut adalah menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia. (Depkes, 2007) Industri dan transportasi yang semakin maju akan memberikan dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya yaitu berupa pencemaran udara dan kebisingan. Keadaan ini dapat membahayakan kesehatan manusia dan terjadinya penularan penyakit. Pencemaran udara dan kebisingan akibat keadaan tersebut diperkirakan akan meningkat 2 kali pada tahun 2000 dari kondisi tahun 1990 dan 10 kali pada tahun 2020 (Depkes, 2007). Kendaraan bermotor merupakan sumber utama polusi udara di daerah perkotaan dan menyumbang 70% emisi NOx, 52% emisi VOC dan 23% partikulat (Department of Environment & Conservation dalam Tarigan 2009). Menurut Hickman (1999) kegiatan transportasi mempunyai kontribusi terhadap polusi
Universitas Sumatera Utara
3
udara atmosfir. Setiap liter bahan bakar yang dibakar akan mengemisikan sekitar 100 gram Karbon Monoksida, 30 gram Oksida Nitrogen, 2,5 gram Karbon Dioksida dan berbagai senyawa lainnya termasuk senyawa sulfur. Hasil pemantauan BPLHD (2002) kualitas udara dari tahun 1995 - 2001 , di wilayah pemukiman, industri dan perkantoran di DKI Jakarta memperlihatkan konsentrasi zat-zat yang menimbulkan polusi (SO2, NO2, TSP dan Pb) berfluktasi setiap tahun dan bervariasi di tiap-tiap lokasi pemantauan. Konsentrasi SO2 cenderung meningkat, sedangkan konsentrasi NO2 cenderung menurun. Konsentrasi debu (TSP) cenderung meningkat hingga melebihi baku mutu dan rata-rata tahunan nasional. Demikian juga konsentrasi Pb cenderung meningkat tetapi masih di bawah baku mutu. Bahkan di daerah industri konsentrasi Pb cenderung menurun. Demikian juga Total Suspended Partikel (TSP) menurun dan masih di bawah baku mutu. Sedangkan pemantauan kualitas udara di ruas Jalan Thamrin menunjukkan adanya kecenderungan konsentrasi parameter SO2 dan NO2 meningkat, sedangkan di Gambir terlihat adanya kecenderungan menurun (Anonimous, 2005). Hasil studi yang dilakukan oleh Ditjen PP & PL (1999) pada pusat keramaian di 3 kota besar di Indonesia seperti Jakarta, Yogyakarta dan Semarang menunjukkan gambaran sebagai berikut : kadar debu (SPM) 280 ug/m3, kadar SO2 sebesar 0,76 ppm, dan kadar NOx sebesar 0,50 ppm, dimana angka tersebut telah melebihi nilai ambang batas/standar kualitas udara. Hasil pemeriksaan kualitas udara disekitar stasiun kereta api dan terminal di kota Yogyakarta pada tahun 1992 menunjukkan kualitas udara sudah menurun, yaitu kadar debu rata-
Universitas Sumatera Utara
4
rata 699 μg/Nm³, kadar SO2 sebesar 0,03–0,086 ppm, kadar NOx sebesar 0,05 ppm dan kadar Hidro Karbon sebesar 0,35–0,68 ppm. Kondisi kualitas udara di Jakarta khususnya kualitas debu sudah cukup memprihatinkan, yaitu di Pulo Gadung rata-rata 155 μg/Nm³, dan Casablanca rata-rata 680 μg/Nm³ (Depkes, 2007) Gas Karbon Monoksida (CO) adalah gas yang dapat mengganggu pengikatan oksigen pada darah karena CO lebih mudah terikat oleh darah dibandingkan dengan oksigen. Udara yang tidak sehat dengan partikel – partikel polusi sebesar 10 mikron (PM10) bisa mengakibatkan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) (Nugrahini, 2010). Suspended Particulat adalah partikel halus di udara yang terbentuk pada pembakaran bahan bakar minyak oleh kendaraan. Terutama partikulat halus yang disebut PM10 sangat berbahaya bagi kesehatan (Notoatmodjo, 2003). Tingginya penggunaan kendaraan bermotor di Jakarta menyebabkan meningkatnya polusi PM10 dari emisi kendaraan bermotor. Di Jakarta PM10 dari sektor transportasi mencapai 71 persen dari emisi total polutan (Anonimous; 2005). Pertumbuhan penduduk yang demikian pesat akan membawa konsekuensi peningkatan aktivitas penduduk yang berakibat kepada peningkatan polusi udara. Peningkatan jumlah penduduk di Kota Medan diikuti dengan peningkatan sarana transportasi yang berpotensi menimbulkan pencemaran akibat emisi kendaraan bermotor serta dapat membahayakan kesehatan masyarakat. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tarigan (2008) diketahui pada jalan Medan-Binjai Jumlah kendaraan yang melintas yaitu sebanyak 55089
Universitas Sumatera Utara
5
unit dan emisi NOx dari kendaraan bermotor yang dihasilkan yaitu 0,014 ton. Pada penelitian Avrianto (2010) juga diketahui kadar Particulate Matter 10 (PM10) di udara pada lokasi yang sama pada sore hari melebihi baku mutu udara ambien yaitu sebesar 162 μg/Nm³ dan terdapat gangguan pernafasan pada masyarakat di lokasi tersebut. Berdasarkan data BPS tahun 2008 jumlah kendaraan bermotor menurut jenis kendaraan di Kota Medan tahun 2002-2006 hingga bulan Desember adalah sebanyak 1.289.745 unit, yang terdiri dari Mobil Penumpang 175.198 unit, Mobil Bis 116.184 unit, Mobil Gerobak 12.619 unit, Sepeda motor 985.745 unit. Sedangkan perkiraan besarnya emisi debu yang berasal dari kendaraan bermotor menurut jenis kendaraannya hingga 2006 adalah sebanyak Mobil Penumpang 1.334,0 ton/tahun, Mobil bus 122,9 ton/tahun, Mobil Gerobak 548,2 ton/tahun, Sepeda motor 6.619,2 ton/tahun, dimana jumlah total emisi debu yang dihasilkan adalah 8.624,4 ton/tahun. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian di simpang Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan karena merupakan lokasi yang cukup padat oleh transportasi seperti bus, sepeda motor, mobil pribadi dan truk sehingga menyebabkan terjadinya macet. Lokasi ini merupakan jalan lintas menuju ke daerah pariwisata seperti Berastagi, Kutacane dan lain – lain. Dan di sepanjang jalan ini banyak ditemukan jasa transportasi, salah satunya yaitu pengendara becak mesin. Dari hasil survei awal yang dilakukan, pengendara becak mesin tersebut menunggu penumpang di pangkalan yang terdapat di simpang Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan. Selain menunggu penumpang di
Universitas Sumatera Utara
6
pangkalan ada juga pengendara becak mesin yang bersedia di hubungi. Untuk keselamatan
dalam
bekerja
pengendara
becak
mesin
tersebut
bekerja
menggunakan helm. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui kadar Karbon Monoksida (CO) dan Particulate Matter 10 (PM10) di udara ambien dan keluhan gangguan pernafasan pada pengendara becak mesin yang menunggu penumpang di simpang Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2016. 1.2
Perumusan Masalah Simpang
Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan merupakan jalan
lintas yang sering dilalui transportasi sehingga sering terjadi kepadatan lalu lintas yang memungkinkan kadar debu dan karbon monoksida meningkat. Pengendara becak mesin yang menunggu penumpang di pangkalan yang terdapat di simpang Simalingkar mempunyai potensi untuk terkena gangguan pernafasan sehingga perlu diteliti. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu mengenai analisa gas Karbon Monoksida (CO), Particulate Matter 10 (PM10) di udara ambien dan keluhan gangguan pernafasan pada pengendara becak mesin di simpang Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan tahun 2016. 1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum Untuk mengetahui kadar Karbon Monoksida (CO) dan Particulate Matter
(PM10) di udara ambien dan keluhan gangguan pernafasan pada pengendara becak di simpang Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan.
Universitas Sumatera Utara
7
1.3.2 Tujuan Khusus 1.
Untuk mengetahui distribusi karakteristik responden yaitu umur, lama bekerja, dan jam kerja pengendara becak yang terpapar di jalan raya simpang Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan.
2.
Untuk mengetahui kadar gas Karbon Monoksida (CO) di udara ambien pada jalan raya simpang Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan.
3.
Untuk mengetahui kadar Particulate Matter (PM10) di udara ambien pada jalan raya simpang Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan.
4.
Untuk mengetahui keluhan kesehatan pada pengendara becak mesin yang menunggu penumpang di pangkalan yang berada di simpang Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan.
1.4 1.
Manfaat Penelitian Sebagai bahan masukan dan sumbangan pemikiran bagi masyarakat khususnya pengendara becak mesin di simpang Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan.
2.
Sebagai masukan informasi bagi peneliti lainnya mengenai kadar Karbon Monoksida (CO) dan Particulate Matter 10 (PM10) udara ambien dan keluhan gangguan pernafasan pada pengendara becak mesin di simpang Simalingkar Kecamatan Medan Tuntungan.
3.
Untuk menambah pengetahuan penulis tentang pencemaran udara di simpang simalingkar kecamatan medan tuntungan.
Universitas Sumatera Utara