BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ditinjau letak geografisnya, Indonesia terletak di belahan khatulistiwa oleh Multatuli dalam Kusnaka adimihadja, dkk(1999:V) disebut sebagai “Untaian Jamrud di khatulistiwa“ dan merupakan sebuah negara kepulauan yang subur dengan latar belakang kebudayaan yang sangat kaya akan sumber daya alam. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan diwilayah Indonesia diperuntukkan sebagai lahan pertanian dan hampir 50% dari total angkatan kerja masih menggantungkan nasibnya di sektor pertanian. Keadaan seperti ini menuntut kebijakan sektor pertanian yang disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan yang terjadi di lapangan dalam mengatasi berbagai persoalan yang menyangkut kesejahteraan bangsa. Sektor pertanian sebagai bagian integral dari sistem pembangunan Nasional. Tujuan utama pembangunan nasional adalah untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Salah satu indikator kesejahteraan petani adalah tingkat pendapatan yang meningkat. Peningkatan pendapatan dapat diperoleh dengan keanekaragaman usahatani serta adanya pendapatan lain dari usah tani
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan pertanian di Indonesia apabila ditelusuri dari waktu ke waktu mengalami berbagai pasang surut. Bidang pertanian sebagai dasar perekonomian kerakyatan yang pada awalnya sangat diandalkan dalam menopang sendi-sendi pembangunan bangsa, yang akhirnya mengalami berbagai gejolak permasalahan. Penyebabnya adalah berbagai kebijakan yang justru menciptakan keadaan yang tidak menguntungkan bagi para petani. Kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah diharapkan mampu mengatasi berbagai persoalan pertanian., namun malah bermuara pada permasalahan yang sangat kompleks. Kebijakan-kebijakan tersebut hanya memberatkan petani sebagai para pelaku di bidang pertanian. Upayaupaya yang ditempuh dalam mensejahterakan kehidupan para petani dianggap belum berhasil. Karena dalam mengambil keputusan, pemerintah kurang berpihak kepada kaum petani dan cendrung merungikan petani. Petani sebagai salah satu profesi, semakin hari semakin tidak digemari, terutama oleh generasi muda. Petani dalam konteks pergaulan sosial, ekonomi, politik selalu menjadi kelompok yang terpinggirkan dan sering dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu. Padahal sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi yang
melimpah ruah dan semestinya bangunan sektor pertanian mampu
meningkatkan kesejahteraan kehidupan petani. Namun kenyataannya, potensi yang melimpah ruah tersebut belum dapat memberikan hasil yang cukup dalam ukuran sekedar untuk kepentingan kehidupan para petani itu sendiri. Petani di Indonesia merupakan masyarakat yang sebagian besar (sekitar 55%) masuk dalam kelompok penduduk miskin saat ini, sebagian besar (55%) dari jumlah penduduk miskin di Indonesia adalah petani, dan 75% dari petani miskin itu adalah
Universitas Sumatera Utara
petani tanaman pangan. Fakta tersebut adalah bagian sangat strategis dalam peta 36 juta penduduk miskin di Indonesia (17% dari total penduduk), karena lebih dari 15 juta orang miskin tersebut berada di daerah pedesaaan, dan umumnya berhubungan langsung dan tidak langsung dengan sektor pertanian. (Media Komunikasi dan Informasi. No. 46/XV (Januari 2006). Demikian pula di daerah Indonesia yang lain seperti Daerah Aceh, memiliki potensi besar di bidang sektor pertanian dan perkebunan yang merupakan sektor utama bagi perekonomian Aceh. Kontribusi terhadap sektor pertanian Aceh tahun 2001-2006 merupakan yang tertinggi yaitu berkisar 37,24-42,88%. Sektor pertanian Aceh juga menyerap tenaga kerja terbesar, yakni sekitar 35% dari jumlah angkatan kerja yang berjumlah 2.487.426 orang. Selain itu sekitar 70% rumah tangga pedesaan umumnya bergantung kepada sektor pertanian. Menurut luas lahan secara umum, sektor pertanian didominasi oleh sub sektor perkebunan, total luas lahan perkebunan mencapai sekitar 1.103.803 ha sedangkan luas lahan persawahan hanya sebesar 390.300 (Aceh dalam angka 2005). Perkebunan di daerah Aceh menghasilkan coklat, kemiri, kelapa sawit, kopi, cengkeh, pala, nilam, tembakau, dll. ( http://lpsa.Wordpress.com/2007/11/15/potensi-pertanian-aceh) Begitu juga halnya sebagian daerah di Aceh, seperti daerah Kuta Cane Kab, Aceh Tenggara, daerah ini juga memiliki banyak kekayaan alam Kekayaan alam yang terdiri dari kekayaan yang bersifat dapat diperbaharui (renewbel) seperti hutan, sungai, dan lahan pertanian, serta kekayaan yang bersifat tidak dapat diperbaharui (non-renewbel) seperti bahan tambang dan mineral. Menurut studi yang dilakukan oleh Universitas Sumatera Utara pada tahun 2003, areal pertanian di wilayah
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Aceh Tenggra cocok untuk tanaman pangan seperti, padi, sayur-sayuran, buah-buahan dan palawija. Tanaman perkebunan yang dikelola secara tradisional juga sangat dominan yaitu berupa tanaman karet, coklat, kopi, nilam, kemiri, dan tembakau dan didukung juga dengan iklim dan kondisi lahan yang sesuai dengan Daerah
Kuta
Cane,
Kab,
Aceh
Tenggara,
(http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/30161121-2FAC-4086-9E2647E0F625FC6C/11303/Boks1.pdf.) Desa Pasir Bangun, Kec, Lawe Alas, Kab, Aceh Tenggara memiliki potensi besar juga dibidang pertanian dan perkebunan karena daerah Pasir Bangun termasuk zona pertanian di Nanggroe Aceh Darussalam, Desa Pasir Bangun memiliki banyak kekayaan alam karena
sumber lahan merupakan asset dalam merencanakan
pengolahan pertanian dan perkebunan. Tipe dan kualitas sumberdaya yang tersedia sangat menguntugkan bagi masyarakat Desa Pasir Bangun. Lahan pertanian di Aceh Tenggara didominasi oleh lahan kering dan lahan basah. Pertanian lahan basah pada umumnya bersifat subsisten karena adanya kendala alam, iklim, unsur hara yang rendah, serangaan hama,pupuk yang mahal, murahnya harga gabah dan faktor sosial ekonomi lainnya. Keadaan sumberdaya alam demikian cenderung menyebabkan produktivitas tanaman menjadi rendah sehingga petani lahan basah di Desa Pasir Bangun umumnya adalah petani kecil dengan tingkat perekonomian lemah dan pendapatan rendah sehingga sangat berpengaruh terhadap sosial ekonomi mereka. . Kesulitan petani Desa Pasir Bangun itu tampaknya tidak hanya disebabkan oleh kendala alam, iklim, unsur hara yang rendah, serangan hama, pupuk yang mahal, gabah yang murah akan tetapi dengan hasil yang diperolehnya mereka harus
Universitas Sumatera Utara
menyisihkan untuk berbagai macam dana, seperti sewa tanah, pembagian hasil, dan pendidikan. Oleh karena itu, surplus yang mereka peroleh habis untuk menutupinya. Malahan, seringkali tidak cukup. Dalam hal ini, R. Walf (1983) menyatakan bahwa lebih dari separuh dari seluruh yang diperoleh petani disishkan untuk keperluan produksi. Dari kendala-kendala yang mereka hadapi masyarakat Desa Pasir Bangun merasa perlu untuk mengubah perekonomian mereka, sehingga membuat mereka beralih mata pencaharian dari petani sawah menjadi petani coklat karena Komoditas perkebunan yang diusahakan petani lahan kering di Desa, Pasir Bangun Kec, Lawe Alas adalah kakao (coklat), kopi,karet dan kelapa sawit. Belakangan ini, yang jumlah produksinya mengalami pertumbuhan sangat pesat adalah coklat (kakao) karena pananaman coklat oleh masyarakat Desa Pasir Bangun, Kec, Lawe Alas, baru dilakukan sekitar sepuluh tahun terahkir. Limpahan produksi coklat ini sangat membantu perekonomian masyarakat yang tinggal di Desa Pasir Bangun karena harganya relatif tinggi dan stabil. Sehingga membuat masyarakat Desa Pasir Bangun, Kec, Lawe Alas beralih mata pencaharian dari petani sawah menjadi petani coklat. Peralihan mata pencaharian ini secara langsung atau tidak langsung tentunya akan menyebabkan perubahan juga dalam segala bidang. Akan tetapi dalam penelitian ini peneliti hanya melihat bagaimana peralihan mata pencaharian dari petani sawah menjadi petani coklat dalam hal sosial ekonomi.( http://www.google.com/. Pertanian di Aceh Tenggara.)
Universitas Sumatera Utara
1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mencoba untuk menarik suatu permasalahan lebih mengarah pada penelitian yang akan dilakukan oleh penulis. Maka yang menjadi perumusan masalah penelitian ini adalah : Apakah ada hubungan antara peralihan mata pencaharian dari petani sawah menjadi petani coklat, dalam meningkatkan status soial ekonomi masyarakat desa Pasir bangun, Kecamatan Lawe Alas, Kabupaten Aceh Tenggara ?
1.3. Tujuan Penelitian Mengacu kepada pernyataan M. Iqbal Hasan ( 2002: 44 ) bahwa tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Dengan demikian, pada dasarnya tujuan penelitian memberikan informasi mengenai apa yang akan diperoleh setelah selesai penelitian. Berdasarkan adanya keinginan penulis untuk memperoleh informasi guna menjawab pertanyaan pada perumusan masalah penelitian ini, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk melihat dan mengetahui hubungan antara peralihan mata pencaharian dalam meningkatkan status sosial masyarakat Desa Pasir Bangun, Kecamatn Lawe Alas, Kabupaten Aceh Tenggara.
1.4. Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan kajian Ilmiah bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa sosiologi serta dapat memberikan sumbangan dalam ilmu sosial. 2. Manfaat Praktis. Dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan rujukan untuk penelitian selanjutnya, dan dapat menjadi sumbangan bagi khasanah kepustakaan.
1.5. Kerangka Teori Perubahan
pertanian merupakan suatu era kehidupan peradaban manusia
yang berhasil mengalami suatu perubahan besar sebagai dampak dari perubahan pola dan tata cara kehidupan umat manusia di dunia yang dalam berbagai tulisan disebut sebagai “revolusi hijau” ciri menonjol dari perubahan adalah berhasil karena ketekunan dan kegigihan manusia dalam upaya mempertahankan diri dan bersaing yang sepenuhnya masih menggantungkan pada sumber daya tenaga manusia secara fisik. Kecanggihan teknologi belum mewarnai deraf dan gerak kehidupan manusia. Disampang itu, ciri lain yang cukup menonjol adalah adanya ketegantungan yang amat sangat terhadap iklim dan cuaca yang sama sekali diluar kemampuan manusia untuk mengendalikannya.(Mulyadi:2003:231). Perubahan sosial adalah suatu gejala yang pasti dialami oleh setiap masyarakat. Jadi, pada hakekatnya tidak ada satu masyarakat yang tidak berubah, walaupun masyarakat sesedeharna apapun. Atau dengan kata lain tidak satupun masyarakat yang statis. Semua masyarakat berubah menurut kadar perubahannya
Universitas Sumatera Utara
masing-masing, ada masyarkat yang berubah dengan pesat, ada juga yang berubah dengan lambat, bahkan ada juga yang tidak kelihatan perubahannya, tetapi paling tidak berubah dalam hal kualitasnya. Menurut M. Hoogvelt dalam Soekanto (1982; 240) salah satu dari ciri perubahan sosial yang dapat diketahui karena “ tidak ada masyarakat yang stagnant (tetap), oleh karena setiap masyarakat mengalami perubahan-perubahan yang terjadi secara lambat atau secara cepat. “ Perubahan sosial sebagaimana dikemukakan oleh Gillin Dan Gillin dalam Selo Soemardjan Dan Soelaiman Soemardi (1964:67), suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan, material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi atau penemuan-penemuan baru dalam masyarakat tersebut. Perubahan sosial itu sendiri terjadi dalam masyarakat, maupun terjadi karena faktor-faktor yang datang dari luar. Kalau dilihat sekarang ini, terjadinya suatu perubahan dalam masyarakat desa, kebanyakan datang dari luar masyarakat. Terlebih dilihat dari segi komunikasi dimana dengan hal ini masyarakat didorong untuk menghubung-hubungkan apa yang didengar dengan apa yang dilihat, apa yang diinginkan dengan apa yang dilakukan dan diperoleh. Menurut Bouman(dalam I Nyoman Beratha, 1982) desa adalah salah satu bentuk dari kehidupan bersama beberapa ribu orang, hampir semuanya saling mengenal, kebanyakan yang termasuk di dalamnya hidup dari pertanian, dan sebagainya, usaha-usaha yang dapat dipengaruhi oleh hukum dan kehendak alam. Di desa menurut Bouman selanjutunya terdapat banyak ikatan-ikatan keluarga yang rapat, taat pada tradisi dan kaidah-kaidah social. Masyarakat desa merupakan sistem
Universitas Sumatera Utara
sosial yang komprehenshif, artinya di dalam masyarakat desa terdapat semua bentuk pengorganisasian atau lembaga-lembaga yang diperlukan untuk kelangsungan hidup dan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Namun ini tidak berarti 100% masyarakat itu secara ekonomi betul-betul dapat memenuhi kebutuhankebutuhan sendiri.(jabal Tarik Ibrahim:2003:31). Pada dasarnya Masyarakat pertanian di pedesaan pada umumnya masih tergolong miskin dan mayoritas hanya mengandalkan tenaga kerja sebagai sumber utama proses produksi. Pembangunan pertanian yang menganut prinsip efisien telah menyebabkan terjadinya perubahan struktur sosial masyarakat. Perubahan yang terjadi terutama terkait
dengan
struktur
pemilikan
lahan
pertanian
yang
mengakibatkan terjadinya : 1. Petani lapisan atas, yang akses pada sumberdaya lahan, kapital, maupun merespon teknologi dan pasar dengan baik serta mempunyai peluang berproduksi yang berorientasi keuntungan. 2. Petani lapisan bawah yang relatif miskin (dari segi lahan dan kapital), tetapi hanya memiliki faktor produksi tenaga kerja. Faktor ekonomi dalam lapisan sosial merupakan faktor utama atau dominan dalam proses pelapisan sosial masyarakat. Pelapisan sosial berdasarkan faktor ekonomi, kita membedakan orang menurut kesempatan yang dimilikinya dalam bidang ekonomi. Kesempatan-kesempatan itu antara lain dapat dilihat dalam pendapatan yang diperoleh setahun, kekayaan yang dimilinya sekarang yang dapat dipergunakan sewaktu-waktu untuk meningkatkan kehidupan ekonominya.
Universitas Sumatera Utara
Diantara lapisan atasan dengan yang terendah, terdapat lapisan yang jumlahnya relatif banyak. Biasanya lapisan atasan, tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai oleh masyarakat. Akan tetapi kedudukannya yang tinggi itu bersifat kumulatif. Artinya mereka yang mempunyai uang banyak, akan mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan mungkin juga kehormatan. Ukuran atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota masyarakat kedalam suatu lapisan adalah sebagai berikut : 1. Ukuran kekayaan. Kekayaan tersebut, misalnya dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-cara mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya, dan seterusnya. 2. Ukuran kekuasaan, yang mempunyai kekuasaan dan wewenang terbesar, mencapai lapisan atas. 3. Ukuran kehormatan, Orang yang paling di segani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran seperti banyak dijumpai di masyarakat pedesaan. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa 4. Ukuran Ilmu Pengetahuan. Ilmi Pengetahian sebagai ukuran, dipakai oleh masyarkat yang menghargai Ilmi Pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat negatif. Karena ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal yang demikian memacu segala macam usaha untuk mendapatkan gelar. (soekanto, 1982: 263)
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat petani secara umum sering dipahami sebagai suatu katagori sosial yang seragam dan bersifat umum. Artinya, sering tidak disadari adanya diferensiasi atau perbedaan-perbedaan dalam berbagai aspek yang terkandung dalam komunitas petani ini. Komunitas petani itu akan terlihat berdasar atas perbedaan dalam tingkat perkembangan masyarakatnya, jenis tanaman yang mereka tanam, teknologi atau alatalat yang mereka pergunakan., sistem pertanian yang mereka pakai, topografi atau kondisi-kondisi pisik geografik lainnya. Di antara gambaran-gambaran yang bersifat diferensiatif pada kalangan masyarakat petani umumnya, adalah perbedaan antara petani bersahaja, yang sering disebut petani tradisional( termasuk golongan peasant) dan petani modren (termauk golongan farmer atau agricultural enterpreneur). Secara garis besar golongan pertama adalah kaum petani yang masih tergantung dan dikuasai oleh alam karena rendahnya tingkat pengetahuan dan teknologi mereka. Produksi mereka lebih ditujukan untuk sebuah usaha menghidupi keluarga, bukan untuk tujuan mengejar keuntungan (profit oriented). Sebaliknya, farmer adalah golongan petani yang usahanya ditujukan mengejar keuntungan. Dalam masyarakat yang materialistis seperti sekarang ini faktor ekonomi menjadi sorotan utama dalam stratifikasi sosial masyarakat. Seseorang dikatakan berhasil kalau sudah meraih keberhasilan meningkatkan ekonomi keluarganya. Peralihan matapencaharian dari petani sawah menjadi petani coklat pada dasarnya dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat desa, masyarakat desa sangat terikat oleh ttradisi dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan lingkungannya. Menurut Boeke (1985:25) bahwa ciri tersebut adalah ciri masyarakat pra-kapitalis. Dalam masyarakat ini setiap orang menjadi bagian dari keluarga dalam
Universitas Sumatera Utara
aturan-aturan yang longgar. Keterbatasan yang ada pada sesorang akan cendrung bersifat kontra. Apabila yang suatu baru dianggap mengganggu hidupnya. Sikap ini muncul apabila masuknya suatu perubahan yang tidak dapat diterima. 1.6. Hipotesis Hipotesis merupakan suatu pendapatan atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara dan belum benar-benar menjadi tesis. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah hipotesis itu diterima atau ditolak perlu pengujian yang cermat. Suatu hepotesa selalu dirumuskan dalam bentuk pertanyaan yang menghubungkan dua variabel atau lebih. Untuk penelitian ini hipotesa yang diajukan penelliti adalah : Ho : Tidak ada hubungan beralihnya mata pencaharian dari petani sawah ke petani coklat dan daya terima masyarakat dalam mempengaruhi peningkatan status sosial ekonomi. Ha : Ada hubungan beralihnya mata pencaharian dari petani sawah ke petani coklat dan daya terima mayarakat dapat mempengaruhi peningkatan status sosial ekonomi. 1.7. Defenisi Konsep Konsep merupakan suatu gagasan yang dinyatakan dalam suatu simbol atau kata. Untuk memperoleh maksud dan pengertian mengenai konsep yang digunakan dalam penelitian ini, maka penulisan membatasi konsep- kensep yang digunakan. Pemberian batasan konsep ini diperlukan untuk menuntut peneliti dalam menangani rangkian proses penelitian bersangkutan serta dalam menginterpretasikan hasil penelitian. ( Sanapiah, Faisal 1988 : 107 ). Adapun konsep-konsep yanng digunakan dalam penelitian ini adalah :
Universitas Sumatera Utara
1. Peralihan : Pergantian dari keadaan yang satu pada keadaan yang lain. dalam hal ini yaitu petani sawah menjadi perkebunan coklat. 2. Mata pencaharian Pekerjaan atau pencaharian utama yang dikerjakan untuk biaya sehari-hari. 3. Petani sawah Orang yang pekerjaannya adalah bercocok tanam yang menghasilkan seperti padi 4. Petani coklat Sebagai usaha budidaya tanaman baik oleh pemerintah, swasta, rakyat, maupun secara bersama-sama dalam skala luas maupun sempit areal lahan yang digunakan namun bertujuan untuk mendapatkan peningkatan pendapatan dan devisa negara, tanpa mengabaikan penyerapan tenaga kerja dan pelestarian sumber daya alam. Akan tetapi dalam penelitian ini yang dimasud peneliti coklat adalah orang yang berusaha di perkebunan coklat milik sendiri. 5. Aksesbilitas Daya terima masyarakat terhadap perubahan yang terjadi di Desa Pasir bangun yaitu masyarakat yang beralih mata pencaharian dari petani sawah menjadi petani coklat. Dalam hal memenuhi kebutuhan hidup. 6. Status sosial ekonomi Suatu kedudukan yang diakui secara sosial dan menempatkan seseorang dalam posisi tertentu didalam struktur masyarakat, pemberian posisi ini
Universitas Sumatera Utara
disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh sipembawa status. 7. Masyarakat Suatu keutuhan psikis yang mempunyai jiwa sosial yang terwujud dalam organisasi dan lembaga. Masyarakat dalam penelitian ini adalah masyarakat di Desa Pasir bangun, Kec, Lawe Alas, Kab, Aceh Tenggara. 8. Desa Wilayah terkecil yang dihuni oleh penduduk yang mempunyai sistem pemerintahan sendiri ( merupakan bagian kecamatan, wilayah pemerintahan yang terkecil dan dipimpin oleh seorang kepala desa ).
1.8. Operasional Variabel Defenisi operasional adalah unsur-unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana mengukur suatu variabel, sehingga dengan pengukuran tersebut dapat diketahui indikator-indikator apa saja sebagai pendukung untuk dianalisa dari variabel-variabel tersebut, (Singarimbun, 1989:46). Defenisi operasional merupakan gambaran teliti mengenai prosedur yang diperlukan untuk memasukkan unit-unit dalam kategori tertentu dari tiap-tiap variabel. Variabel adalah konsep yang secara empiris dapat diukur dan dinilai. Dalam penilitian kuantitatif secara umum terdiri dari dua variabel atau lebih. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya yaitu: •
Peralihan mata pencaharian (x) Merupakan variabel yang akan diteliti pengaruhnya terhadap masalah yang akan diajukan.
Universitas Sumatera Utara
Yang menjadi indicator variabel dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana proses peralihan mata pencaharian terkait terhadap perubahan perilaku atau tindakan. 2. Bagaimana informasi terhadap mata pencaharian yang baru. •
Variabel antaranya yaitu aksesibilitas (z) Yaitu sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, akan tetapi dapat diprhitungkan terhadap variabel bebas. Yang menjadi variabel anatara untuk penelitian ini adalah aksesbilitas artinya daya terima anggota masyarakat terhadap perubahan yang terjadi di desa Pasir Bangun kecamatan Lawe Alas terhadap petani coklat .
•
Variabel terikat Yaitu variabel yang perubahannya dipengaruhi variabel lain. Yang menjadi variabel terikat yaitu: peningkatan status sosial yang
menjadi indikatornya adalah: 1. Penghasilan. 2. Tingkat status, yang terkait terhadap hubungan social. 3. Pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
Bagan Operasional Variabel
Peralihan Mata Pencaharian (variabel bebas)
- Proses peralihan mata pencaharian terkait tehadap perubahan atau tindakan. - Informasi terhadap mata pencaharian yang baru.
Aksesibilitas (variabel antara)
Peralihan Mata Pencaharian (variabel bebas)
Daya terima masyarakat terhadap perubahan
- Penghasilan - Tingkat status social ekonomi - Pendidikan
Universitas Sumatera Utara