BAB I PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul Anak-anak merupakan anugerah dari Tuhan YME yang harus dijaga dan dirawat dengan baik. Setiap anak berhak atas pelindungan dan demi perkembangnya dengan sempurna, seorang anak seharusnya berada dilingkungan yang aman, memperoleh penghidupan yang layak, dan pendidikan yang memadai. Kepedulian pada dunia anak membuat penulis tertarik kepada kasus perekrutan anak-anak sebagai tentara angkatan bersenjata pada sebuah konflik. Sampai saat ini masih banyak negara yang sedang berkonflik menggunakan anakanak sebagai bagian dari tentaranya. 1 Anak-anak sebagai generasi penerus seharusnya mendapatkan perlindungan dan rasa aman dari segala macam ancaman yang mungkin saja dapat terjadi. Akan tetapi pada kenyataan yang ada mereka justru direkrut dan dilatih untuk bertempur. Kasus perekrutan anak-anak sebagai tentara ini nampaknya belum mendapat perhatian dari masyarakat dunia dengan sebagaimana mestinya. Meskipun telah dilakukan penanganan-penangan terkait dengan kasus ini, penulis merasa kurang adanya perhatian akan fenomena tentara anak (child soldier) ini mengingat betapa pentingnya anak-anak bagi masa depan dunia. Fenomena ini tentu saja dapat dikategorikan sebagai tindakan pelanggaran hak anak 1
Menurut laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan Februari 2008, sebanyak 58 kelompok di 13 negara masih menggunakan anak-anak sebagai bagian dari angkatan bersenjata.
sebagaimana tertuang dalam Konvensi Hak Anak yang disahkan di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 20 November 1989.2 Selain melanggar Konvensi Hak Anak, penggunaan anak-anak dalam dalam konflik bersenjata juga melanggar Konvensi International Labour Organization (ILO) no. 182 tentang Pelanggaran dan Aksi Segera untuk Mengeliminasi Bentuk-Bentuk Terburuk Pekerja Anak (The Prohibition and Immediate Action for the Elimination of the Worst Forms of Child Labour).3 Ketersediaan data-data yang mendukung membuat penulis optimis bahwa penelitian ini akan bisa diselesaikan. Data-data yang ada sebagian besar diambil dari laporan-laporan United Nation Children’s Fund (UNICEF) dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) lainnya tentang kasus tentara anak yang terjadi diseluruh dunia pada umumnya dan di negara Kolombia pada khususnya. B. Latar Belakang Masalah Meningkatnya
pelanggaran
hak
asasi
anak-anak
membuat
PBB
(Perserikatan Bangsa-Bangsa) tidak tinggal diam. Setelah berakhirnya Perang Dunia II, peran UNICEF (United Nation Children’s Fund) untuk mengatasi permasalahan pelanggaran hak-hak anak masih dibutuhkan. Hal ini yang membuat PBB tidak membubarkan UNICEF pasca Perang Dunia II. justru UNICEF mendapatkan mandat yang lebih kompleks dari PBB untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi anak-anak di dunia.
2
Penggunan anak-anak dalam angkatan bersenjata melanggar Konvensi Hak Anak artikel 38. Pada pasal 3 dicantumkan bahwa pemaksaan anak dalam konflik bersenjata sebagai salah satu bentuk terburuk pekerja anak. Diakses dari situs www.bpkp.go.id/uu/filedownload/2/43/340.bpkp pada tanggal 5 April 2012. 3
United Nation Children’s Fund (UNICEF) adalah sebuah badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang terlibat dalam penanggulangan masalah anak-anak dunia. UNICEF diberi kewenangan sesuai mandatnya untuk melindungi jiwa anak-anak dan membantu meningkatkan perkembangannya. UNICEF ditetapkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 11 Desember 1946 sesuai dengan artikel 55 dalam UN Charter untuk mengupayakan solusi terbaik di negara-negara yang membutuhkan. UNICEF pada awalnya dikenal sebagai United Nation Children’s Emergency Fund yang bertujuan untuk menyediakan bantuan darurat serta pelayanan kesehatan untuk korban (terutama anak-anak) yang negaranya hancur akibat Perang Dunia II. UNICEF mulai menjadi bagian permanen dari sistem organisasi PBB di tahun 1953. United Nation Children’s Emergency Fund berubah menjadi United Nation Children’s Fund
4
dan berkembang menjadi advokat global untuk
melindungi dan mempromosikan hak asasi manusia terutama anak-anak dan wanita. Tujuannya untuk merubah standar kualitas anak-anak di setiap belahan dunia khususnya di negara berkembang sesuai dengan Konveksi Hak Anak 1989. UNICEF bekerjasama dengan badan-badan PBB lainnya, organisasi pemerintah (IGOs) maupun organisasi non-pemerintah (NGOs) dan melalui jaringan luas dari seluruh dunia yang menekankan pada program pengembangan masyarakat dan kesejahteraan anak-anak. Dalam menjalankan misinya sebagai organisasi internasional yang menanggulangi
permasalahan-permasalahan
anak-anak,
UNICEF
sering
4
“UNICEF” diakses dari situs http://en.wikipedia.org/wiki/UNICEF pada tanggal 6 April 2012.
menghadapi masalah pelanggaran hak anak, salah satunya yaitu penggunaan anakanak sebagai bagian dari angkatan bersenjata. Atau lebih populer dengan sebutan tentara anak (child soldier). Jika dilihat dari sejarahnya, keterlibatan anak-anak dalam konflik bersenjata sudah ada sejak abad ke-18. Walaupun pada masa itu anak-anak tidak terjun langsung ke medan perang, melainkan hanya sebagai pelengkap saja, yaitu sebagai penabuh genderang. Namun, kenyataannya tradisi terus berkembang dan anak-anak tidak hanya menabuh genderang. Mereka berubah fungsi menjadi kadet yang membantu tentara angkatan bersenjata. Hal ini lambat laun memunculkan fenomena tentara anak tersebut. Tidak hanya sebagai kadet, tetapi anak-anak bahkan ditempatkan di garis depan pada suatu konflik, memanggul senjata dan bertempur layaknya orang dewasa. Kolombia adalah sebuah negara yang terletak di barat daya Amerika Selatan. Kolombia adalah bekas negara bekas jajahan Spanyol yang berhasil mendapatkan kemerdekaannya pada tahun 1810. Negara ini memiliki konflik intensif berskala kecil dengan grup gerilya, mantan militer, perdagangan narkoba dan korupsi di sejumlah kota-kota kecil. Konflik ini terjadi ketika FARC (Fuerazas Armadas Revolucionarias de Colombia) dan ELN (Ejercito de Liberacion Nacional) didirikan dan ketika dimulai kampanye melakukan pemberontakan “gerilya” melawan pemerintah Kolombia.5 Konflik di Kolombia sudah terjadi sejak tahun 1948 yang telah menewaskan lebih dari 300.000 korban jiwa di periode ini. Pada tahun 1960 muncul pasukan gerilya yang bernama Fuerazas Armadas Revolucionarias de 5
“Kolombia” diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Kolombia pada tanggal 26 Juli 2012.
Colombia (FARC) dan Ejercito de Liberacion Nacional (ELN) yang tujuannya menggulingkan pemerintahan demokratis dan mengubahnya menjadi negara komunis. FARC menguasai sepertiga dari wilayah Kolombia dan ELN beroperasi di barat daya Kolombia. Kedua kelompok ini berkoalisi untuk menggulingkan pemerintahan tetapi di lapangan banyak terjadi konflik antara dua pihak. FARC memperoleh dana dari penculikan anak-anak kecil, protection money, dan penjualan narkoba. FARC dan ELN tetap menggunakan anak-anak sebagai tentara meskipun ada undang-undang di Kolombia tahun 1999 yang menyatakan bahwa umur minimal merekrut tentara adalah 18 tahun. Menurut hukum internasional merekrut anak berumur dibawah 15 tahun merupakan kejahatan perang sedangkan perekrutan anaka-anak berusia 15-18 tahun diperbolehkan dibawah persyaratan tertentu untuk tentara pemerintah. 6 Menurut War Child, pada tahun 2007 sebanyak 14.000 anak-anak Kolombia merupakan tentara anak. Sekitar setengah dari tentara yang digunakan oleh kedua kelompok gerilya terbesar, yaitu FARC dan ELN, merupakan anak-anak. Satu dari empat tentara anak bahkan berusia dibawah 15 tahun. Banyak diantara mereka yg direkrut melalui penculikan oleh kelompok bersenjata diluar gedung sekolah pada saat usai jam belajar disekolah.7 Pada bulan Maret 2009 Sekretaris Jendral PBB melaporkan dalam beberapa kasus anak-anak bahkan disiksa dan dibunuh apabila mereka menolak
6
“Child Soldier: The Shadow of Their Existence” diakses dari situs www.warchild.nl/download.php?fileId=3620 pada tanggal 3 April 2012. 7 “Education Under Attack” diakses dari situs http://www.unhcr.org/refworld/country,,UNESCO,,COL,,4b7aa9e328,0.html pada tanggal 3 April 2012.
atau mencoba untuk melarikan diri.8 Anak-anak ini diberi pendidikan paramiliter dan gerilya. Mereka digunakan sebagai kombatan untuk meletakkan ranjau dan bahan peledak lainnya. Mereka juga bertugas menjadi informan pergerakan pasukan pemerintah, mengikuti perang frontal melawan pasukan pemerintah, dan melaksanakan tugas-tugas militer lainnya. Anak perempuan mengalami pelecehan seksual, termasuk pemerkosaan dan aborsi paksa.9 Permasalahan ini telah menjadi perhatian dunia mengingat pentingnya anak-anak bagi masa depan dunia. Anak-anak yang masih polos sangat mudah menyerap segala informasi sekalipun informasi itu terkadang jauh dari kebenaran. Oleh karena itu anak-anak wajid diberikan perlindungan terhadap apapun yang dapat mengancam jiwa dan raganya. C. Rumusan Masalah Bagaimana peran UNICEF dalam mencegah pelanggaran hak anak dalam kasus tentara anak di Kolombia? D. Kerangka Teori x Konsep Organisasi Internasional Organisasi Internasional adalah sebuah organisasi yang dibuat oleh masyarakat internasional secara sukarela atau atas dasar kesamaan tujuan untuk menciptakan perdamaian dalam tata hubungan internasional. 10 Secara umum organisasi internasional bisa diartikan sebagai organisasi bukan negara yang 8
Ibid. “Child Soldier Global Report 2008” diakses dari situs http://www.childsoldiersglobalreport.org/content/colombia pada tanggal 3 April 2012. 10 “Pengertian Organisasi Internasional” diakses dari situs http://www.scribd.com/doc/38439102/Pengertian-organisasi-internasional pada tanggal 6 April 2012. 9
berkedudukan sebagai subyek hukum internasional dan mempunyai kapasitas untuk membuat perjanjian internasional. Menurut A. Lerroy Bennet mengatakan bahwa fungsi utama dari organisasi internasional adalah untuk menyediakan sarana untuk kerjasama antar negara-negara, dimana kerjasama tersebut dapat menghasilkan keuntungan untuk semua atau sebagian besar negara.11 Selain itu organisasi internasional berfungsi untuk menyediakan sarana sebagai saluran komunikasi antar pemerintah agar penyelesaian secara damai dapat dilaksanakan apabila terjadi konflik. Umar S. Bakry mengklasifikasi organisasi internasional berdasarkan jenisnya menjadi dua, yaitu: 12 1. Intergoverment Organizations (IGO), organisasi antar pemerintah, yaitu organisasi yang dibentuk oleh dua atau lebih negara-negara yang berdaulat dimana mereka bertemu secara reguler dan memiliki staff yang fulltime. Keanggotaan IGO umumnya bersifat sukarela, sehingga eksistensinya tidak mengancam kedaulatan negara-negara. 2. Non-Goverment
Organizations
(NGO),
organisasi
non-pemerintah,
definisi ini mengaju pada Yearbook of Internasional Organizations yang menyatakan bahwa NGO adalah organisasi yang terstruktur dan beroperasi secara internasional serta tidak memiliki hubungan resmi dengan pemerintah suatu negara. Menurut jenisnya UNICEF merupakan IGO karena dilihat dari strukturnya UNICEF merupakan bagian dari PBB dan tidak terikat oleh negara manapun. 11
Bennet, A. L. (2001). International Organizations: Principles and Issues. New Jersey: Prentice Hall. 12 Bakry, U. S. (1999). Pengantar Hubungan Internasional. Jakarta: University Press.
UNICEF memiliki peran yang besar dalam kasus tentara anak di daerah konflik di Kolombia ini. Pelaksaan tugas UNICEF merupakan peran dari organisasi tersebut. Peran ini dapat diartikan sebagai peran yang harus dimainkan suatu organisasi dalam porsi sosialnya. Konsep peran ini dikemukakan oleh Biddle and Biddle bahwa peran suatu lembaga dalam bentuk bantuan kepada pihak lain dapat dibedakan sebagai berikut: 13 1. Peran sebagai motivator yang berarti suatu lembaga bertindak untuk memberikan dorongan kepada orang lain untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan. 2. Peran sebagai komunikator, yang berarti suatu lembaga menyampaikan suatu informasi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan. 3. Peran sebagai perantara, yang berarti suatu lembaga mengupayakan dana, daya dan upaya serta keahlian yang diperlukan untun masyarakat. Peran sebagai motivator dijalankan oleh UNICEF dengan memberi dorongan kepada masyarakat dunia agar lebih peduli, mendukung dan melindungi hak-hak anak dan menentang pelanggaran terhadapa hak-hak anak. UNICEF juga menjalankan fungsi sebagai organisasi internasional yang menjamin dan memajukan kersajama antar negara untuk penanggulangan kekerasan dan eksploitasi anak. Peran sebagai komunikator yang dijalankan oleh UNICEF meliputi pengumpulan data yang akurat di lapangan untuk dilaporkan ke forum. Laporanlaporan ini akan berguna untuk membuka mata dunia bahwa pelanggaran terhadap 13 Biddle, W. W., & Biddle, L. J. (1965). The Community Development Process: The Rediscovery of Local Initiative. New York: Holt, Richard and Wilson.
hak anak juga dalam keadaan yang mendesak untuk diatasi mengingat pentingnya anak-anak untuk masa depan dunia. Komunikasi yang dilakukan UNICEF tentu tidak hanya berupa komunikasi satu arah, UNICEF juga membuat programprogram khusus untuk menanggulangi permasalahan tentara anak di Kolombia. UNICEF melakukan perannya dengan cara berunding dengan pihak yang sedang berkonflik untuk menghentikan penggunaan anak-anak sebagai tentara. Dalam upaya
mengatasi
permasalahan
tersebut,
UNICEF
bekerjasama
dengan
pemerintah dan lembaga-lembaga masyarakat lainnya dan mengupayakan komunikasi dengan pihak-pihak yang sedang berkonflik agar tidak menggunakan anak-anak sebagai bagian dari angkatan bersenjatanya. Peran
UNICEF
sebagai
perantara
dapat
terlihat
dari
berbagai
penggalangan dan penyaluran dana dan upaya bagi pihak yang sedang membutuhkan. UNICEF juga telah berhasil membebaskan sejumlah anak-anak yang tergabung dalam angkata bersenjata. Selain itu UNICEF juga menyalurkan dana untuk merehabilitasi anak-anak bekas anggota angkatan bersenjata agar mereka tidak mengalami trauma di masa yang akan datang dan agar mereka dapat mendapatkan kehidupan sebagai anak-anak pada umumnya. E. Hipotesa Berdasarkan dari Latar Belakang Permasalahan dan Kerangka Teori di atas maka dapat diambil hipotesa yaitu UNICEF mempunyai 3 (tiga) peran dalam mengatasi perlanggaran terhadap hak-hak anak dalam kasus tentara anak di Kolombia, yaitu:
1. UNICEF sebagai motivator telah mendorong masyarakat dunia agar lebih peduli kepada hak-hak anak. 2. UNICEF
sebagai
komunikator
menjadi
pihak
yang
mengkomunikasikan tentang keadaan anak-anak yang sebenarnya di dunia, khususnya di Kolombia. 3. UNICEF sebagai perantara telah menyalurkan dana dan upaya agar permasalahan tentara anak dapat segera teratasi. F. Metodologi Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dengan pola penjabaran tentang kondisi kemanusian di Kolombia khususnya pada saat terjadi konflik dan apa yang menyebabkan munculnya fenomena tentara anak di daerah konflik tersebut. Penelitian ini juga difokuskan pada peranan UNICEF dalam upayanya untuk mengatasi permasalahan penggunaan anak-anak dalam perang di Kolombia. G. Jangkauan Penelitian Penulis membatasi penelitian dari awal partisipasi UNICEF dalam menanggani permasalahan tentara anak di Kolombia. Pada tahun 2003 yang merupakan tahun dimana UNICEF mengambil langkah konkrit dalam perannya untuk menangani permasalahan tersebut hingga tahun 2011. Sekalipun demikian, tidak menutup kemungkinan penulis menambahkan jangkauan hingga tahun 2012 dikarenakan keterbatasan data dalam mengemukakan masalah di luar jangkauan tersebut sebagai latar belakang atau sebagai faktor pendukung sepanjang hal tersebut masih ada relevansinya dengan masalah yang dibahas.
H. Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan adalah studi kepustakaan (library research), yaitu teknik pengumpulan data sekunder dari buku, terbitan ilmiah (makalah dan jurnal), dokumen, majalah, surat kabar, dan sumber-sumber lain dari internet. Dimana data-data yang disadur memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti oleh penulis. I.
Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini akan disajikan dalam lima bab, yaitu:
x
BAB I
: penulisan yang memuat Alasan Pemilihan Judul, Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Kerangka Teori, Hipotesa, Metode Penelitian, Jangkauan Penelitian, Metode Pengumpulan Data, dan Sistematika Penulisan. x
BAB II
: UNICEF sebagai organisasi kesejahteraan untuk internasiol. Bab
ini terdiri dari 2 sub-bab. Sub-bab pertama berisi tentang gambaran umum UNICEF. Mulai dari awal terbentuknya, visi dan misi, fungsi, struktur organisasi, sumber dana, mitra kerja, program secara global, prioritas UNICEF dan Konvensi Hak Anak. Sub-bab kedua berisi tentang UNICEF di Kolombia. x
BAB III : memaparkan permasalah tentara anak di Kolombia. Bab ini terdiri dari 3 sub-bab. Sub-bab pertama berisi tentang latar belakang konflik internal di Kolombia. Sub-bab kedua berisi tentang keterlibatan anak-anak dalam
angkatan bersenjata di seluruh dunia. Sub-bab ketiga berisi tentang keterlibatan anak-anak dalam angkatan bersenjata di Kolombia. x
BAB IV : berisi tentang peran-peran UNICEF sebagai organisasi dan juga advokasi global untuk membela hak-hak anak. Bab ini menjabarkan tindakantindakan yang telah dilakukan oleh UNICEF dalam mengurangi jumlah tentara anak di Kolombia
x
BAB V
: kesimpulan