BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang
dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang terbatas. Konstruksi adalah semua kegiatan membangun suatu bangunan. Sehingga proyek konstruksi adalah suatu upaya untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk bangunan atau infrastruktur. Proyek konstruksi memiliki karakteristik unik yang tidak berulang. Proses yang terjadi pada suatu proyek tidak akan berulang pada proyek lainnya. Hal ini disebabkan oleh kondisi yang mempengaruhi proses suatu proyek konstruksi berbeda satu sama lain (Ervianto, 2004). Proses siklus proyek dari penilaian investasi awal sampai selesai dan mulai digunakan adalah kompleks. Hal ini membutuhkan banyak orang dengan berbagai keterampilan, minat dan koordinasi dari berbagai unsur yang berbeda, dengan kegiatan-kegiatan yang saling terkait. Selain itu, kerumitan tersebut ditambah oleh banyak faktor eksternal, faktor-faktor tak terkontrol (Flanagan dan Norman, 1993). Industri konstruksi tunduk pada resiko dan ketidakpastian lebih daripada industri lain. Risiko konstruksi secara umum menurut Akintoye dan Macleod, 1997 dalam Construction Risk Management dianggap sebagai peristiwa yang mempengaruhi tujuan proyek biaya, waktu dan kualitas. Industri konstruksi memiliki reputasi buruk untuk mengatasi risiko, banyak proyek gagal memenuhi target tenggang waktu dan biaya. Akibatnya klien, kontraktor, publik dan lainnya
1
2
mengalami dampaknya (Thompson dan Perry, 1991 dalam Construction Risk Management). Pada setiap tahapan proyek tidak terlepas dari berbagai risiko yang mempengaruhi baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Pembuatan rencana suatu proyek konstruksi selalu mengacu pada perkiraan yang ada pada saat rencana pembangunan tersebut dibuat, karena itu masalah dapat timbul apabila ada ketidaksesuaian antara rencana yang telah dibuat dengan pelaksanaannya. (Proboyo, 1999). Dari segi biaya, biaya yang paling besar dikeluarkan oleh pemilik proyek adalah pada tahap implementasi. Kegiatan fisik pada tahap ini cukup banyak dan memakan banyak pengeluaran (Husen, 2009). Pada tahap ini berbagai risiko mungkin muncul baik risiko waktu, risiko biaya maupun risiko yang mempengaruhi mutu proyek. Biaya yang besar juga terjadi pada akhir proyek yaitu pada kegiatan oprasional dan pemeliharaan yang berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, karena pada masa ini adalah masa pemanfaatan sekaligus masa pemeliharaan sampai dengan akhir umur proyek (Husen, 2009). Pada proyek konstrusi di Kabupaten Jembrana, khususnya proyek pemerintah, awal timbulnya proyek sebagian besar bersumber dari rencana pemerintah, yang menitik beratkan pada kepentingan umum dan masyarakat. Dalam
usahanya
meningkatkan
pembangunan
di
Kabupaten
Jembrana,
pemerintah kabupaten melakukan pembangunan dan pemeliharaan pada proyek gedung maupun infrastruktur. Proyek-proyek pemerintah di Kabupaten Jembrana juga tidak terlepas dari berbagai risiko yang menyertainya. Menurut Bali Post Tanggal 4 Mei 2008,
3
beberapa proyek di Kabupaten Jembrana dinilai DPRD Jembrana mubasir bahkan ada di antaranya mangkrak. Hal tersebut dikarenakan perencanaan yang belum matang. Pernyataan Dewan ini didasari setelah melakukan sidak ke sejumlah proyek tersebut. Pada BeritaBali.com Tanggal 04 Oktober 2009, mengenai proyek senderan Ijogading, ambrolnya proyek senderan sepanjang 1.620 di sisi kanan kiri Sungai Ijogading menurut Kepala Dinas Pekerjaan Umum Jembrana, lantaran kelalaian pengawas lapangan dan rekanan. Begitu pula dengan instalasi keran air minum Megumi siap minum.
Pada Bali Post tanggal 29 Desember 2009
diberitakan, saluran air minum Megumi yang terpasang disejumlah titik di kantor Pemkab Jembrana dan DPRD macet. Kondisi ini sudah berlangsung berbulanbulan dan keran air tak dapat dipakai. Padahal proyek untuk pengadaan saluran dan pemasangan keran berikut wastafelnya menelan dana ratusan juta rupiah. Proyek Gedung Kesenian di areal Jembrana Tower dan proyek lain hasilnya cenderung asal-asalan. Menurut Wakil Bupati Jembrana dalam harian Bali Post 10 Januari 2009 selama ini proyek rekanan sering melenceng dari bestek dan kesepakatan awal, pengerjaannya pun tidak sesuai dengan kualitas yang diharapkan. Selain masalah kualitas dan kuantitas, proyek konstruksi di Kabupaten Jembrana mengalami masalah keterlambatan dari batas waktu kontrak. Pada tahun anggaran 2007 terdapat 5 proyek di Dinas PULH mengalami keterlambatan. Berdasarkan uraian diatas terdapat beberapa proyek di Jembrana mengalami kegagalan atau bermasalah, sangat disadari setiap kegiatan proyek mengandung risiko, jika tidak dilakukan pemantauan dan pengendalian, dapat
4
menimbulkan risiko yang lebih besar dari yang terdeteksi atau yang sudah diperhitungkan. Untuk mengurangi dampak yang merugikan bagi pencapaian tujuan fungsional suatu proyek konstruksi, diperlukan suatu sistem manajemen terhadap berbagai resiko yang mungkin terjadi selama masa pembangunan. Terkait dengan penjelasan diatas, diperlukan penelitian terhadap manajemen risiko pada proyek konstruksi di Kabupaten Jembrana dengan memberi batasan pada proyek konstruksi dilingkungan Pemerintah Kabupaten Jembrana. Harapannya agar berbagai risiko dapat diidentifikasi dan dimitigasi, sehingga kerugian yang terjadi masih dalam batas-batas yang dapat diterima.
1.2
Rumusan Masalah
1. Risiko apa saja yang berpotensi menjadi masalah pada proyek konstruksi di Pemerintah Kabupaten Jembrana? 2. Risiko apa saja yang termasuk kategori dominan (major risk) pada proyek konstruksi di Pemerintah Kabupaten Jembrana? 3. Bagaimana tindakan mitigasi (mitigation risk) untuk meminimalkan potensi kerugian yang muncul pada proyek konstruksi di Pemerintah Kabupaten Jembrana? 4. Bagaiamana pengalokasian kepemilikan risiko (ownership of risk) terhadap risiko-risiko dominan (major risk) pada proyek konstruksi di Pemerintah Kabupaten Jembrana?
5
1.3
Lingkup dan Batasan Penelitian
Batasan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Penelitian ini meninjau proyek konstruksi yang teridentifikasi bermasalah pada proyek konstruksi di Pemerintah Kabupaten Jembrana, perioda Tahun 2007 sampai dengan 2009.
2.
Analisis yang digunakan dalam penilaian risiko adalah analisis kualitatif.
3.
Analisis risiko yang dilakukan hanya terbatas pada tahap identifikasi risiko (risk identification), melakukan penilaian (assessment) risiko dan menangani risiko (risk mitigation). Risiko sisa (residual risk) setelah proses mitigasi tidak ditinjau.
4.
Pihak yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah konsultan perencana, pemerintah (direksi), kontraktor dan pemakai (dari instansi pemerintah dan masyarakat yang menggunakan).
1.4
Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: 1.
Mengidentifikasi dan menilai (assessment) terhadap berbagai jenis risiko yang menjadi masalah pada proyek konstruksi di Pemerintah Kabupaten Jembrana.
2.
Menentukan tingkat penerimaan risiko (risk acceptability) dan risiko-risiko dominan (mayor risk) pada proyek konstruksi di Pemerintah Kabupaten Jembrana.
6
3.
Melakukan tindakan mitigasi (mitigation risk) terhadap risiko-risiko dominan (major risk) pada proyek konstruksi di Pemerintah Kabupaten Jembrana.
4.
Mengalokasikan kepemilikan risiko (ownership of risk) terhadap risiko-risiko dominan (major risk) pada proyek konstruksi di Pemerintah Kabupaten Jembrana.
1.5
Manfaat penelitian
Manfaat Penelitian ini antara lain: 1.
Memberikan
informasi
mengenai
identifikasi risiko dan penilaian
(assessment) terhadap berbagai jenis risiko pada proyek konstruksi di Pemerintah Kabupaten Jembrana. 2.
Memberikan informasi mengenai risiko-risiko dominan (major risk) pada proyek konstruksi di Pemerintah Kabupaten Jembrana.
3.
Memberikan informasi mengenai tindakan mitigasi (mitigation risk) untuk meminimalkan potensi kerugian yang muncul pada proyek konstruksi di Pemerintah Kabupaten Jembrana.
4.
Memberikan informasi mengenai pengalokasian kepemilikan risiko (ownership of risk) terhadap risiko-risiko dominan (major risk) pada proyek konstruksi di Pemerintah Kabupaten Jembrana.
5.
Bagi konsultan perencana dan kontraktor diharapkan memberikan masukan dalam mengantisipasi risiko-risiko pada proyek konstruksi.
6.
Bagi Pemerintah, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan dalam mengendalikan suatu proyek.