BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Setiap tahun di Indonesia hampir 1 juta anak meninggal karena kecelakaan dan lebih dari puluhan juta anak-anak lainnya memerlukan perawatan rumah sakit karena mengalami luka berat. Diantara yang luka berat banyak yang menjadi cacat permanen dan mendapat gangguan fungsi otak. Kecelakaan yang biasa terjadi adalah jatuh, terbakar,dan tenggelam. Umumnya
kecelakaan terjadi di dekat
rumah. Hampir semuanya dapat dicegah dan dapat diatasi jika orang tua tahu apa yang harus mereka lakukan untuk mencegah kecelakaan dan jika terjadi kecelakaan (Depkes RI, 2010). Banyak orangtua tidak menyadari beberapa perangkat di rumah dapat membahayakan bagi anak-anak mereka. Terlebih untuk anak di bawah usia lima tahun, balita lebih rentan terhadap kecelakaan di rumah. Sebuah survei terhadap ratusan rumah di Inggris didapatkan bahwa perabotan dan peralatan di rumah kerap beresiko pada kecelakaan anak. Namun demikian banyak orangtua tidak menyadari beberapa perangkat rumah yang membahayakan bagi anak (Republika, 2012). Pada masa perkembangan anak, hal-hal baru yang anak temukan pada saat bermain bisa menjadi sesuatu yang berbahaya pada anak yang dapat menyebabkan kecelakaan baik disengaja maupun tidak. Kecelakaan dan cedera pada anak dapat terjadi dimana saja. Sampai umur empat tahun anak belum memiliki kemampuan
1
2
mendeteksi bahaya. Setiap saat bahaya dapat terjadi pada anak mulai dari tempat bermain, tempat tidur, mainan, benda-benda disekitar rumah, cuaca, serangga dan hewan lain, serta tumbuhan (Sabrina, 2008). Sebuah penelitian terbaru menyatakan bahwa 1 dari 9 anak-anak kecil setiap tahunnya mengalami kecelakaan ringan maupun serius di dalam rumah. Diperkirakan setiap tahun di Amerika Serikat terdapat 2.100 anak-anak meninggal dan 4 juta mengalami kecelakaan. Bahkan sekitar 70,000 diantaranya harus masuk rumah sakit. Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa kepala keluarga mengeluarkan banyak biaya untuk perawatan medis pada saat anak cedera dan kerugian lainnya. Sementara sang anak bisa mengalami kerugian dari kualitas kehidupan mereka saat dewasa, karena menderita cacat fisik (Sabrina, 2008). Tingginya angka mobilitas di Indonesia, membuat tinggi tingkat kecelakaan berkendara. Bahkan tanpa disadari kecelakaan berkendara juga berdampak kepada anak balita dan yang berusia 5 tahun atau usia kebawah. Ribuan balita tewas di jalan tiap tahunnya dan selalu meningkat setiap tahunnya. Data mengejutkan juga diberikan WHO dengan mengatakan kasus kematian di Indonesia, berjumlah sama tinggi dengan kasus kematian akibat penyakit TBC. Kematian di Indonesia pada tahun 2011 akibat TBC itu mencapai 16,15 persen, sedangkan kematian akibat kecelakaan mencapai 16,02 persen, angka ini menunjukkan bahwa akibat kecelakaan lalu lintas yang menimpa anak-anak balita itu cukup tinggi (Rulli, 2011). Meskipun data tersebut mengejutkan, ternyata ada temuan lain yang tidak kalah mengagetkan, yakni setengah dari orang-orang dewasa tidak tahu apa yang
3
harus dilakukan agar rumahnya lebih aman guna mencegah kecelakaan. Selain itu, survey yang dilakukan The Home Safety Council ini menemukan indikasi banyak masyarakat Amerika Serikat yang tidak terlalu peduli dan tidak tahu penyebab kecelakaan-kecelakaan itu bisa terjadi, akibat ini dari pendidikan yang ibu miliki, pengetahuan yang kurang tentang perawatan anak serta informasi yang kurang dan didukung umur ibu (Sabrina, 2008). Pada masa balita pertumbuhan fisik anak relatif lebih lambat tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Oleh karena itu anak perlu diawasi karena dalam beraktifitas anak tidak memperhatikan bahaya. Perhatian anak terhadap lingkungan menjadi lebih besar dibanding dengan masa sebelumnya. Toddler lebih banyak tertarik benda disekitarnya dan meniru apa yang diperbuat oleh orang lain (Murwani, 2009). Anak adalah individu unik dan aset bangsa utama yang sebagian besar aktivitasnya adalah bermain. Anak merupakan generasi muda penerus cita-cita bangsa dan sumber daya manusia bagi pembangunan nasional. Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan pembinaan terus menerus demi kelangsungan hidup, pertumbuhan dan perkembangan fisik mental dan sosial anak, termasuk mendapatkan pelayanan kesehatan (Sulistiyani, 2011). Pengetahuan ibu turut mempengaruhi terhadap terjadinya kecelakaan pada balita, ibu yang mempunyai pengetahuan yang baik tentunya akan menjaga balitanya agar tidak mengalami cidera. Selain pengetahuan, umur, pendidikan dan informasi yang diterima oleh orang tua juga turut memberikan kontribusi terhadap kecelakaan yang dialami oleh balita (Sulistiyani, 2011).
4
Kecelakaan pada anak todler sering kali mengakibatkan kondisi yang fatal pada anak yaitu kematian. Kondisi tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi apabila orang tua memahami tingkat pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Oleh karena itu orang tua harus diberi pengertian tentang bahaya yang dapat terjadi pada anak (Supartini, 2005). Masalah kecelakaan pada balita di rumah tangga masih menjadi masalah yang memerlukan penanganan yang tepat. Faktor ibu sebagai pengasuh dianggap sebagai faktor utama penyebab kecelakaan anak dalam rumah tangga. Di Indonesia, tingkat pengetahuan ibu yang rendah, sikap yang kurang baik dan tindakan ibu yang kurang tepat merupakan penyebab kejadian keselakaan pada anak (Budi Utomo, 2008). Dari studi pendahuluan di desa Pulo Kawa diperoleh hasil bahwa jumlah seluruh kepala keluarga sebanyak 362 KK dimana diantaranya jumlah keluarga yang mempunyai balita sebanyak 70 KK. Dari hasil penelitian 5 orang ibu yang mempunyai balita tentang kecelakaan kecil yang terjadi dalam rumah tangga, diketahui ibu-ibu tersebut semuanya mengalami pengalaman pribadi yang mengakibatkan anaknya terjadi kecelakaan baik dalam saat bermain maupun kecelakaan yang terjadi dengan tanpa disengaja seperti balita pernah kecelakaan jatuh dari tempat tidur, balita cedera akibat disakiti oleh orang tua maupun pengasuh, kecelakaan jatuh dari kursi pada saat bermain, menelan benda asing, ketumpahan cairan panas atau terkena zat panas dan jatuh dari tangga. Hal itu terjadi bersamaan dengan perkembangan mental yang amat pesat seperti kemampuan mobilitas si anak, rasa ingin tahu dan pengenalan anak dengan
5
menggunakan daya motoriknya terhadap alam sekeliling dengan menggunakan aktivitas bermain. Dan setengah dari orang-orang tua tidak tahu apa yang harus dilakukan agar rumahnya lebih aman guna mencegah kecelakaan. Dari uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang “Hubungan Pengetahuan Orang Tua Dengan Resiko Kecelakaan Balita Dalam Rumah Tangga di desa Pulo Kawa Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2013”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas penulis membuat rumusan masalah sebagai yaitu Bagaimanakah Hubungan Pengetahuan Orang Tua Dengan Resiko Kecelakaan Balita Dalam Rumah Tangga da desa Pulo Kawa Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie?
C.
Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Orang Tua Dengan Resiko Kecelakaan Balita Dalam Rumah Tangga di desa Pulo Kawa Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie Tahun 2013. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui Hubungan Pendidikan dengan Pengetahuan Orang Tua tentang Resiko Kecelakaan Balita Dalam Rumah Tangga di Desa Pulo Kawa Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie.
6
b. Untuk mengetahui Hubungan Umur dengan Pengetahuan Orang Tua Tentang Resiko Kecelakaan Balita Dalam Rumah Tangga di Desa Pulo Kawa Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie. c. Untuk mengetahui Hubungan Sumber Informasi Dengan Pengetahuan Orang Tua Tentang Resiko Kecelakaan Balita Dalam Rumah Tangga di Desa Pulo Kawa Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi: 1.
Peneliti, sebagai bahan kajian ilmiah tentang Hubungan
Pengetahuan
Orang Tua Dengan Resiko Kecelakaan Balita Dalam Rumah Tangga Terhadap
Pencengahan
Kecelakaan
sehingga
dapat
menambah
pengetahuan, wawasan dan pengalaman. 2.
Institusi pendidikan, khususnya akademi kebidanan U’budiyah Banda Aceh, sebagai bahan kajian peserta didik dan memperkaya literatur bagi pustaka kampus.
3.
Tempat Penelitian, sebagai bahan masukan bagi pihak keluarga lebih jeli terhadap perawatan anak balita sehingga dapat terhindari kecelakaan pada balita.
4.
Ibu balita, sebagai bahan masukan bagi ibu untuk dapat meningkatkan wawasan dan kewaspadaan dalam mencegah terjadinya kecelakaan pada balita di dalam rumah.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Balita 1. Definisi Balita atau bayi dibawah lima tahun merupakan periode kanak-kanak awal yang terdiri dari atas usia anak 1 sampai 5 tahun yang disebut juga dengan todler. Todler menunjukkan perkembangan motorik yang lebih lanjut dan anak menunjukkan kemampuan aktifitas lebih banyak bergerak, mengembangkan rasa ingin tahu dan eksplorasi terhadap benda yang ada disekelilingnya. Dengan demikian bahaya atau resiko terjadi kecelakaan harus diwaspadai pada periode todler. Orang tua perlu mendapatkan bimbingan antisipasi terhadap kemungkinan terjadi bahaya atau ancaman kecelakaan tersebut (Supartini, 2005). Sedangkan Murwani (2009) menjelaskan pada masa batita pertumbuhan fisik anak relatif lebih lambat tetapi perkembangan motoriknya berjalan lebih cepat. Oleh karena itu anak perlu diawasi karena dalam beraktifitas anak tidak memperhatikan bahaya. Perhatian anak terhadap lingkungan menjadi lebih besar dibanding dengan masa sebelumnya. Anak lebih banyak menyelidiki benda disekitarnya dan meniru apa yang diperbuat oleh orang lain. Ia mungkin akan mengaduk-ngaduk tempat sampah, laci atau lemari pakaian serta membongkar mainan. Benda-benda yang membahayan hendaknya disimpan ditempat yang lebih aman untuk menghindari kecelakaan pada anak.
8
B. Konsep Perkembangan Fisik Dan Psikologis Balita Pertumbuhan adalah suatu proses alamiah yang terjadi pada individu, yaitu secara bertahap, berat dan tinggi anak semakin bertambah dan secara simultan mengalami peningkatan untuk berfungsi baik secara kognitif, psikososial, maupun spiritual. Anak usia toddler memiliki karakteristik tersendiri dalam berbagai ranah pertumbuhan dan perkembangannya. Pertumbuhan dan perkembangan biologis. Secara umum pertumbuhan baik dari segi berat maupun tinggi badan, berjalan cukup stabil atau lambat. Rata – rata bertambah sekitar 2,3 kg/ tahun, sedangkan tinggi badan bertambah sekitar 6–7cm / tahun (tungkai bawah lebih dominant untuk bertambah dibanding anggota tubuh lainnya). Hampir semua fungsi tubuh sudah matang dan stabil sehingga dapat beradaptasi dengan berbagai perubahan dan stress, sehingga saat inisudah bisa diajarkan toilet training (Erma, 2012). Soetjiningsih (2005) menjelaskan bahwa perkembangan anak pada masa balita baik gerakan halus, kasar, emosi, sosial, perilaku seperti belajar meloncat, memanjat, melompat dengan satu kaki, membuat jembatan dengan tiga kotak, sudah mampu menyusun kalimat, banyak bertanya, mengerti terhadap kata yang ditujukan padanya dan bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain diluar keluarganya. C. Resiko Kecelakaan Balita 1. Definisi Menurut Safir (2010) resiko adalah segala hal yang bisa terjadi pada diri manusia yang tidak diinginkan untuk terjadi. Setiap manusia memiliki resiko atas apa pun yang dia lakukan. Selain itu, hidup manusia sendiri juga
9
mengandung banyak resiko. Ada beberapa resiko yang bisa dihindari, dan ada beberapa resiko yang tidak bisa dihindari. Sedangkan Wardoyo dkk (2009) menjelaskan kecelakaan adalah salah satu kejadian yang tidak di inginkan, tidak terduga yang dapat menimbulkan kerugian material, disfungsi atau kerusakan alat atau bahan, cidera, korban jiwa, kekacauan produksi. Kecelakaan dapat terjadi dimana saja, kecelakaan dapat terjadi saat berkendaraan, di tempat kerja, di penambangan, di kantor, di kebun, di sekolah maupun di rumah. Banyak orang mengira rumah merupakan tempat yang paling aman dimana kita bisa melindungi keluarga dari bahaya dan kejahatan diluar. Sebagian orang mengira bahwa rumah merupakan tempat yang paling aman. Kenyataannya kecelakaan banyak terjadi dirumah. Kecelakaan bukan saja menimpa orang dewasa tetapi juga dapat terjadi pada anak-anak, banyak orang yang tidak sadar bahwa sebenarnya banyak kecelakaan yang terjadi pada anak-anak di rumah. Setiap tahun, hampir 1 juta anak meninggal karena kecelakaan dan lebih dari puluhan juta anak-anak lainnya memerlukan perawatan rumah sakit karena mengalami luka berat. Diantara yang luka berat banyak yang menjadi cacat permanen dan mendapat gangguan fungsi otak. Kecelakaan yang biasa terjadi adalah jatuh, terbakar, tenggelam dan kecelakaan lalu lintas. Beberapa kasus kecelakaan di Indonesia juga diakibatkan bom atau bahan peledak yang banyak tersisa dari perang dunia dan perang kemerdekaan. Umumnya kecelakaan terjadi di dekat rumah. Hampir semuanya dapat dicegah dan dapat
10
diatasi jika orang tua tahu apa yang harus mereka lakukan untuk mencegah kecelakaan dan jika terjadi kecelakaan (Depkes RI, 2010). 2. Penyebab Salah satu penyebab kecelakaan tertinggi pada anak kecil dirumah diantaranya disebabkan oleh produk bayi, baby walker menempati peringkat pertama penyebab kecelakaan pada anak dan angkanya cukup signifikan. Penyebab kecelakaan lain pada anak adalah terdesak, tenggelam, mimisan, luka bakar/tersiram air, kejang, demam, jatuh dan keracunan (Wardoyo, 2009). Menurut World Books Childcraft (2006) kecelakaan sering terjadi karena kebanyakan orang tua tidak menyadari apa yang bisa dilakukan anaknya. Ketika anak-anaknya mulai masuk pra sekolah, anak-anak sudah bisa berjalan, berlari, memanjat, melompat dan mencoba segala sesuatu. Pada masa ini, semua hal baru yang mereka temukan bisa menjadi sesuatu yang berbahaya untuk mereka. Sulistiyani (2012) menguraikan faktor-faktor penyebab kecelakaan pada anak antara lain: a. Faktor Internal 1) Usia dan tingkat perkembangan anak Seiring dengan pertumbuhan anak banyak keahlian-keahlian baru yang dimilikinya, kemampuan untuk meraih dan memegang sesuatu, kemampuan berguling dan merangkak menuju ke perabot rumah, berjalan, dll. Oleh sebab itu, cedera yang sering kali terjadi berhubungan dengan usia dan jenis perkembangannya.
11
2) Jenis kelamin Banyak kajian yang menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih rawan terhadap kecelakaan daripada perempuan, mungkin hal ini disebabkan karena anak laki-laki lebih aktif dan berani mengambil resiko daripada anak perempuan. 3) Keadaan psikologis anak Kecelakaan pada anak kebanyakan terjadi dikarenakan anak dalam kondisi kelelahan, lapar, tidak enak badan atau frustasi ketika mereka dalam keadaan stress b. Faktor Eksternal 1) Lingkungan Lingkungan merupakan faktor penyebab kecelakaan tersering. Cedera pada anak dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Sampai umur empat tahun anak belum memiliki kemampuan mendeteksi bahaya. 2) Keadaan psikologis orang yang mengasuh Penelitian telah menunjukkan bahwa kecelakaan pada anak dikarenakan ibu yang sedang hamil, pada hari menjelang menstruasi atau ketika mereka sedang capek. Keadaan stress yang terjadi pada keluarga seperti menanti kelahiran sang bayi, sakit dan lain sebagainya juga bisa menjadikan kecelakaan beresiko tinggi. 3) Keadaan sosial Resiko kecelakaan dapat juga dipengaruhi oleh keadaan sosial. Anak dari keluarga besar dengan perumahan buruk, yang sebagaian besar waktunya
12
dihabiskan di jalan, dan hanya diawasi oleh anak yang sedikit lebih besar, berada dalam bahaya besar. Sedangkan Depkes RI (2010) menyatakan Sebab utama kecelakaan di rumah adalah: a. Tertelan benda kecil, seperti koin, kelereng, biji buah-buahan b. Jatuh dari bangku, jendela, meja, dan tangga c. Luka bakar karena api, kompor, oven, panci, makanan panas, air mendidih, uap panas, lemak panas, lampu parafin, setrika, dan peralatan listrik d. Luka potong karena pecahan kaca, pisau, gunting, atau kapak e. Tertelan racun dari parafin atau kerosin, obat serangga, pemutih, dan deterjen f. Terkena setrum karena memegang peralatan listrik atau kabel yang rusak, atau memasukkan pisau atau benda lain ke dalam colokan listrik.
3. Jenis Kecelakaan Kecelakaan pada anak todler sering kali mengakibatkan kondisi yang fatal pada anak yaitu kematian. Kondisi tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi apabila orang tua memahami tingkat pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Oleh karena itu orang tua harus diberi pengertian tentang bahaya yang dapat terjadi pada anak (Supartini, 2005). Menurut Eva Tio Pitna (2007) jenis-jenis kecelakaan yang dapat terjadi pada masa kanak-kanak yaitu: anak tersedak, tenggelam, mimisan, luka bakar, kejang demam dan kecelakaan akibat penggunaan baby walker.
13
4. Pencegahan Menurut Dr. Sudjoko Kuswadji dalam Hartono (2008) setiap kecelakaan pada anak yang terjadi di rumah menjadi tanggung jawab orang tuanya. Sebab anak-anak usia di bawah lima tahun, pada dasarnya belum bisa menjaga dirinya sendiri. Berikut ini cara-cara mengantisipasi bahaya di rumah yaitu: a. Tersedak 1) Jauhkan anak dari barang-barang kecil dan mainan yang bisa dilepas menjadi bagian-bagian kecil. 2) Belilah mainan yang sesuai dengan umur dan keterampilan bayi. 3) Jauhkan mainan anak-anak yang lebih besar dari jangkauan si bayi. 4) Ajari orang terdekat dari balita untuk selalu menyimpan mainannya secara rapi pada kotak khusus tertutup yang sudah disediakan. 5) Periksa secara berkala semua mainan yang mungkin kendur atau sudah patah. 6) Setiap kali membersihkan lantai, pastikan tak ada benda kecil yang tertinggal. 7) Hindari memakaikan baju yang penuh kancing atau aksesoris yang mudah ditarik. 8) Jangan memberikan permen, popcorn, kacang, dan makanan potongan kecil atau butiran karena dapat membuat bayi tersedak, atau benda itu masuk ke dalam hidung. 9) Selalu menunggui setiap kali bayi makan.
14
b. Tenggelam 1) Gunakan ember dan air yang ukurannya disesuaikan usia anak 2) Selalu buang air di dalam bath-up setiap kali usai menggunakannya. 3) Sekeliling kolam renang harus diberi pagar pengaman yang rapat dan pintu pagar menuju kolam harus selalu terkunci. 4) Selalu awasi balita bila ia berada di dekat air, meski di kolam yang khusus untuknya sekalipun. 5) jangan terlalu berambisi mengajari bayi berenang sejak dini di kolam renang umum. c. Kesetrum 1) Selalu memeriksa setiap kabel-kabel listrik dan stop kontak yang ada di rumah. 2) Tutup stop kontak dengan barang-barang furnitur berat yang tak mudah digeser. 3) Hindari peralatan listrik seperti mikser atau setrika dengan kabel menjuntai dari jangkauan anak-anak. d. Terbakar 1) Selalu memeriksa terlebih dulu panasnya air yang akan digunakan untuk menyeduh susu atau memandikan bayi. 2) Hindari sambil memegang bayi bila sedang minum kopi atau teh 3) Hindari menggendong bayi bila sedang memasak. 4) Arahkan mulut teko ke dalam, untuk menghindari tertumpah ke bawah bila tersenggol.
15
5) Jangan sambil menggendong bayi bila sedang menyetrika. 6) Simpan korek api dan pemantik api jauh dari jangkauan anak. e. Jatuh 1) Tidak membiarkan bayi sendirian (terutama yang sudah bisa tengkurap dan merangkak). 2) Pasang pagar pengaman di tangga yang menuju ruang atas. 3) Pasang tali pengaman di kursi bayi, dorongan bayi, kursi makan dan peralatan lain yang dilengkapi tali pengaman. 4) Jika si bayi sudah mampu berdiri, lepaskan bumper (bantal pengaman) dari tempat tidurnya karena akan dipakainya untuk memanjat. 5) Untuk mengantisipasi balita jatuh dari tempat tidur, sejak awal belilah tempat tidur yang bisa diatur ketinggiannya. 6) Jangan gunakan baby walker Ini penyebab bayi sering jatuh. 7) Jangan taruh bayi dan kursinya di tempat tinggi, semisal di meja, di tempat yang tidak rata atau di bangku yang tinggi. f. Tercekik dan kekurangan napas 1) Taruh bayi di tempat tidur yang spreinya tidak kusut dan kasurnya tak terlalu empuk agar tak timbul gelombang. 2) Hindari bayi tidur dengan bantal-bantal yang bertumpuk di sekitarnya. Tumpukan ini bisa rubuh lalu bantal menutupi jalan napasnya. 3) Ikat semua tali yang menjuntai, seperti tali gorden, tali sarung guling dan lainnya sehingga tak bisa dibuat mainan oleh si kecil.
16
4) Jangan mengikatkan sesuatu pada lehernya, termasuk topi yang memakai tali pengikat. 5) Jangan memberikan mainan yang bertali atau mempunyai simpul-simpul yang bisa dilepas. 6) Simpan semua tas plastik, kantong plastik dari jangkauan bayi. g. Keracunan h. Meletakkan semua barang-barang yang menimbulkan potensi keracunan seperti bahan-bahan pembersih, pewangi pakaian, pupuk, dan lainnya di tempat tinggi dan tak mudah dijangkau. i. Meletakkan bumbu dapur, kecap, sirup, dan minyak goreng di tempat yang terkunci pula. Demikian juga vitamin, obat-obat bebas, dan lainnya di tempat yang aman dari jangkauan anak. Upaya yang dapat dilakukan orang tua dirumah adalah sebagai berikut (Supartini, 2005): a. Benda tajam untuk memasak atau berkebun dapat disimpan didalam laci yang dapat dikunci sehingga tidak dapat dibuka anak b. Benda-benda kecil seperti manik-manik, perhiasan, jarum, mainan kecil, alat tulis seperti penghapus harus disimpan dalam laci yang tertutup rapat dan terkunci c. Zat yang berbahaya seperti obat-obatan, baygon, cairan pembersih lantai, pestisida, lem dan lainnya dapat disimpan dalam lemari terkunci d. Amankan kompor dan berikan penutup yang aman e. Jaga lantai rumah selalu bersih dan kering
17
f. Apabila ada tangga maka pasang pintu dibagian bawah atau atas dan jaga anak apabila naik turun tangga g. Sekring listrik harus tertutup dan atur kabel supaya tidak terlalu panjang sehingga tidak terjuntai kebawah dan dapat dijangkau oleh anak-anak h. Apabila ada parit di samping atau depan rumah maka tutup dengan papan atau disemen i. Bagi yang letak rumahnya ditepi jalan raya sebaiknya ada pintu pagar yang selalu terkunci rapat j. Apabila rumah menggunakan sumber air dengan sumur gali, buat selongsongnya kemudian tutup dengan papan atau kayu Bayi yang ditidurkan ditempat tidur jangan ditinggal tanpa dipasang pengaman di pinggir tempat tidur. D. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Menurut Rogers dalam Sunaryo, (2005) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:
18
a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek) b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. d. Trial, dimana individu sudah mulai mencoba prilaku baru. e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus. Kecelakaan pada anak todler sering kali mengakibatkan kondisi yang fatal pada anak yaitu kematian. Kondisi tersebut sebenarnya tidak perlu terjadi apabila orang tua memahami tingkat pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Oleh karena itu orang tua harus diberi pengertian tentang bahaya yang dapat terjadi pada anak (Supartini, 2005). 2. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yakni: a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. b. Memahami (comprehension)
19
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut dengan benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi atau keadaan yang riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan/ menguraikan atau menganalisis suatu material atau suatu objek ke dalam komponenkomponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-
20
penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau Kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut diatas (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan di bagi atas 3 katagori yaitu : (Arikunto 2012) a. Tinggi : Jika Responden menjawab benar 76 %-100% b. Cukup : Jika Responden menjawab benar 56 %-75% c. Kurang : Jika Responden menjawab benar < 55%
E.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan 1. Pendidikan Menurut Notoatmodjo (2005) konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok dan masyarakat. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah suatu proses yang unsurnya
terdiri dari masukan
(input) yaitu sasaran pendidikan (out put) yaitu suatu bentuk perilaku dan kemampuan dari saran-saran pendidikan. Tujuan pendidikan untuk
21
mengubah prilaku masyarakat yang tidak sehat menjadi sehat. tujuan tersebut dapat dicapai dengan anggapan bahwa manusia selalu dapat belajar atau berubah, karena manusia selama hidupnya selalu berubah untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan (Notoadmodjo, 2009). Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal. Jenjang pendidikan formal terdiri atas (Depdiknas, 2004 Dalam Notoatmodjo, 2009): a. Pendidikan Dasar, Pendidikan dasar berbentuk: Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat; serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat. b. Pendidikan Menengah, Pendidikan menengah berbentuk: Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat. a. Pendidikan Tinggi, Perguruan tinggi dapat berbentuk: akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik, profesi, dan/ atau vokasi. Gangguan terhadap kesehatan juga disebabkan oleh manusia terutama menyangkut pendidikan, pengetahuan dan sikap seseorang dalam menjaga kesehatan apabila tingkat pendidikan seseorang tinggi maka bisa
22
memperbaiki pengetahuan, sikap dan prilaku orang tersebut sehingga mempunyai kesadaran yang tinggi terhadap kesehatan, baik kesehatan pribadi maupun kesehatan keluarga, Pendidikan merupakan kegiatan yang sengaja
dilakukan
untuk
memperoleh
hasil
berupa
pengetahuan,
keterampilan dan sikap seseorang (Notoatmodjo, 2009). Bagaimanapun pendidikan dan pengalaman orang tua dalam perawatan anak akan mempengaruhi kesiapan mereka dalam menjalankan peran pengasuhan. Memperhatikan keamanan dan melaksanakan praktik pencegahan kecelakaan dan selalu menyediakan waktu luang untuk anak merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menjadi lebih siap dalam menjalankan peran pengasuhan (Supartini, 2005).
2. Umur Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan. Umur juga berpengaruh terhadap psikis seseorang dimana usia muda sering menimbulkan ketegangan, kebingungan, rasa cemas dan rasa takut sehingga dapat berpengaruh terhadap tingkah lakunya. Biasanya semakin dewasa maka cenderung semakin menyadari dan mengetahui tentang permasalahan yang sebenarnya. Semakin bertambah umur maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh, sehingga seseorang dapat meningkatkan kematangan mental dan intelektual sehingga dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana dalam bertindak (Hurlock, 2005). Pieter (2010) menguraikan bahwa secara umum masa dewasa dikelompokkan atas tiga bagian yaitu:
23
a. Dewasa dini (early adulthood) (18-35 tahun) Masa ini sering dihubungkan dengan masa subur, karena pada usia ini kehamilan sehat paling mungkin terjadi. Inilah usia produktif dalam menapak karir yang penuh kesibukan di luar rumah. Di usia ini wanita harus lebih memperhatikan kondisi tubuhnya agar selalu dalam kondisi prima, sehingga jika terjadi kehamilan dapat berjalan dengan lancar, dan bayi yang dilahirkan pun sehat. Pada periode ini masalah kesehatan berganti dengan gangguan kehamilan, kelelahan kronis akibat merawat anak, dan tuntutan karir. Masa dewasa dini selalu dianggap sebagai penyesuaian diri terhadap kehidupan dan harapan sosial baru. Kriteria utama periode dewasa dini yaitu interdependen, kesediaan untuk bertanggung jawab dan mempunyai pekerjaan. Interdependen dan tanggung jawab menentukan kondisi kehidupan emosional, sosial dan ekonomi. Interdependen adalah keseimbangan antara sikap tergantung dan sikap bebas. b. Dewasa madya (middle adulthood) (35-45 tahun) Kangas dan bradway menyimpulkan bahwa saat periode dewasa madya terdapat kenaikan pada kemampuan intelektual, terutama pada tingkat kecerdasan tinggi. Pria akan menunjukkan perubahan intelektual lebih tinggi dibandingkan wanita. Pria akan menunjukkan peningkatan nilai intelegensi ketika mereka tua. c. Dewasa akhir (late adulthood) (45-60 tahun)
24
Batasan usia dewasa akhir adalah usia 45-65 tahun dengan perubahan fisik yang menonjol dibandingkan dengan perubahan psikologis. Bagi pria yang memasuki periode ini ditandai dengan memasuki fase klimakterium, sedangkan wanita ditandai dengan fase menopouse. Ketidakseimbangan fisiologis akan berdampak pada terganggunya keseimbangan emosi seperti stres dan depresi. Dilihat dari segi kesehatan, pasangan usia muda dapat berpengaruh pada tingginya angka kematian ibu yang melahirkan, kematian bayi serta berpengaruh pada rendahnya derajat kesehatan ibu dan anak. Menurut ilmu kesehatan, bahwa usia yang kecil resikonya dalam melahirkan adalah antara usia 20-35 tahun, artinya melahirkan pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun mengandung resiko tinggi. Ibu hamil usia 20 tahun ke bawah sering mengalami prematuritas (lahir sebelum waktunya) besar kemungkinan cacat bawaan, fisik maupun mental , kebutaan dan ketulian (Suparyanto, 2011). 3. Sumber Informasi Menurut Notoatmodjo (2005), sumber informasi mempengaruhi pengetahuan baik dari media maupun orang-orang dalam terkaitnya dengan kelompok manusia
memberi kemungkinan untuk dipengaruhi dan
mempengaruhi anggota-anggota. Seseorang di dalam proses pendidikan juga memperoleh pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu. Alat Bantu media akan membantu dalam melakukan penyuluhan. Agar pesan kesehatan dapat disampaikan dengan jelas. Dengan media orang dapat lebih
25
mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit sehingga mereka dapat menghargai betapa bernilainya kesehatan. Alat Bantu dapat dibagi dalam tiga macam: a. Media Cetak Yaitu sarana komunikasi untuk menyampaikan pesan kesehatan dengan variasi seperti: (1) Booklet. Suatu media untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan dalam bentuk tulisan maupun gambar. (2) Leaflet. Bentuk penyampaian informasi melalui lebaran yang dilipat. Isi informasi dapat dalam bentuk kalimat maupun dalam bentuk gambar. (3) Selebaran. (4) Lembar balik (Flip Chart). Bentuk penyampaian pesan atau informasi-informasi kesehatan dalam bentuk lembar balik di mana tiap lembar berisi gambaran peragaan dan di baliknya berisi kalimat yang berkaitan dengan gambar tersebut. (5) Rubik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang berkaitan dengan kesehatan. (6) Foster. Bentuk media cetak berisi pesan-pesan atau informasi kesehatan yang biasanya ditempel di tembok-tembok, di tempat-tempat umum atau di kendaraan umum b. Media Elektronika Media sarana komunikasi merupakan sarana komunikasi dengan menggunakan elektronik terdiri dari televisi, radio, video, dan lain-lain. Untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi c. Media Papan
26
Papan yang dipasang di tempat-tempat umum yang diisi dengan pesan-pesan atau informasi kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh faktor internal yang terdiri dari: umur, motivasi, persepsi dan faktor eksternal yang terdiri dari: pendidikan, pekerjaan, media massa, pengalaman serta lingkungan. Notoatmodjo (2007) menyatakan seseorang atau masyarakat didalam proses pendidikan dapat memperoleh pengalaman atau pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu pendidikan, tetapi masing-masing alat mempunyai intensitas yang berbeda-beda dalam membantu persepsi seseorang. Oleh karena itu menurut Supartini (2005) untuk dapat melakukan upaya pencegahan kecelakaan maka strategi yang paling tepat untuk menyiapkan orang tua adalah dengan melakukan pendidikan kesehatan yang bersifat menyeluruh dengan memperhatikan prinsip belajar mengajar, keberadaan orang tua, karakteristik orang tua serta penggunaan media dan alat bantu pembelajaran yang efektif. Menurut Tugiman, 2005 Sumber informasi dibagi 2 katagori yaitu: a. Pernah b. Tidak pernah
27
BABIII KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep Menurut Notoatmodjo (2003) menjelaskan bahwa pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan, dan sumber informasi. Menurut Hurlock (2005) menjelaska bahwa umur juga dapat mempengaruhi pengetahuan Karena semakin bertambah umur semakin banyak pengetahuan. Karena keterbatasan waktu maka peneliti hanya meneliti beberapa variabel yaitu dapat dilihat dari gambar dibawah ini:
Variabel independent
Variabel dependent
Pendidikan Pengetahuan orang tua tentang resiko kecelakaan balita
Umur
Sumber informasi
Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian
B. Definisi operasional Tabel 3.1. Definisi Operasional N o
Variabel
Definisi Operasional Variabel dependen
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala ukur
28
1 Pengetahuan orang tua tentang resiko kecelakaan balita
Sesuatu yang diketahui oleh orang tua tentang kecelakaan pada balita di rumah tangga masalah yang memerlukan penanganan yang tepat
Variabel independen 1 Pendidikan Jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah ditempuh ibu dan mendapat ijazah 2 Umur Lamanya hidup responden sampai dengan tahun terakhir 3 Informasi
Perantara atau media dalam mendapatkan pesan yang di sampaikan
Menyebarkan Kuesioner a.Tinggi kuesioner b.Cukup c.Kurang
Ordin al
Menyebarkan Kuesioner a.tinggi Ordinal kuesioner b.menengah c.dasar
Menyebarkan Kuesioner a.dewasa kuesioner awal b.dewasa menengah c.dewasa akhir Menyebarkan Kuesioner a. pernah Kuesioner b.tidak pernah
Ordinal
Ordinal
C. Hipotesa Penelitian Ada hubungan pendidikan dengan pengetahuan orang tua tentang resiko kecelakaan balita
29
Ada hubungan umur dengan pengetahuan orang tua tentang resiko kecelakaan balita Tidak ada hubungan sumber informasi dengan pengetahuan orang tua tentang kecelakaan balita D. Cara Pengukuran Variabel Untuk mempermudah melakukan penilaian, maka diperlukan suatu cara pengukuran variabel sebagai berikut : 1. Pengetahuan di bagi 3 katagori yaitu (Arikunto 2006). a. Tingkat pengetahuan tinggi, bila >75%-100%, jika jawaban responden benar 12-15 soal b. Tingkat pengetahuan cukup , bila 56%-75%, jika jawaban responden benar 8-11 soal c. Tingkat pengetahuan kurang, bila <56%, jika jawaban responden benar 0-7 soal 2. Pendidikan dibagi menjadi 3 kategori yaitu (Notoatmodjo, 2006) a. Tinggi apabila pendidikan terakhir yang diselesaikan responden adalah Diploma/PT atau sederajat. b. Menengah apabila pendidikan terakhir yang diselesaikan responden adalah SMA/ MA atau sederajat. c. Dasar apabila pendidikan terakhir yang diselesaikan responden adalah SD/MIN/SMP atau sederajat. 3. Umur dibagi menjadi 3 kategori (Hurlock, 2005) yaitu: a. Dewasa awal bila responden berusia diantara 18–35 Tahun
30
b. Dewasa menengah bila responden berusia diantara 36 -45 tahun c. Dewasa akhir bila responden berumur > 45 tahun 4. Sumber informasi dibagi 2 katagori (Tugiman, 2005) yaitu: c. Pernah d. Tidak pernah
31
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat analitik dengan desain crossectional yaitu untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Orang Tua Dengan Resiko Kecelakaan Balita Dalam Rumah Tangga di Desa Pulo Kawa Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie.
B. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Menurut Sastroasmoro (2008) yang di maksud populasi dalam penelitian adalah sejumlah besar subjek yang mempunyai karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang mempunyai anak balita berjumlah 70 orang
2.
Sampel Menurut Sastroasmoro (2008) sample adalah bagian dari populasi yang di pilih dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 70 orang ibu yang mempunyai balita dengan cara pengambilan sampel menggunakan tekhnik total sampling.
C. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian di lakukan di Desa Pulo Kawa Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie
32
b. Waktu Penelitian Dilakukan pada tanggal 22 Agustus Tahun 2013.
D. Cara Pengumpulan Data
a. Data primer Data yang dikumpulkan adalah data primer yaitu data yang langsung diperoleh di lapangan dengan menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan yang selanjutnya diisi oleh responden. Kemudian penulis menjelaskan tentang petunjuk pengisian kuesioner, setelah responden mengerti tentang penjelasan tersebut maka kuesioner diberikan untuk diisi. Penulis mendampingi responden dalam pengisian kuesioner untuk memudahkan responden jika ada hal-hal yang tidak mengerti, dapat ditanyakan langsung kepada peneliti.
b. Data skunder Sedangkan data skunder adalah data yang diperoleh dari kepala desa pulo kawa kecamatan tangse kabupaten pidie setelah responden mengerti tentang penjelasan tersebut maka kuesioner diberikan untuk diisi dan kemudian data tersebut dikumpulkan untuk rencana pengolahan dan anlisa data.
E. Instrumen Penelitian Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi 19 pertanyaan yaitu 15 pertanyaan tentang pengetahuan ibu tentang pencengahan kecelakaan balita, 1 pertanyaan tentang pendidikan , 1 pertanyaan tentang umur, dan 2 pertanyaan tentang informasi.
33
F. Pengolahan dan Analisa Data
1.
Pengolahan data. Menurut Budiarto (2004) data yang telah didapatkan akan diolah dengan tahap-tahap berikut: a. Editing Yaitu melakukan pengecekan kembali apakah semua item pertanyaan telah terisi dan melihat apakah ada kekeliruan yang mungkin dapat mengganggu pengolahan data selanjutnya. b. Coding Yaitu memberi kode berupa nomor, setelah penelitian diberi kode pada lembaran kuesioner untuk memudahkan pengolahan data. c. Transfering Yaitu data yang telah diberi kode disusun secara berurutan dari responden pertama sampai responden terakhir untuk dimasukkan kedalam tabel sesuai dengan variabel yang diteliti. d. Tabulating yaitu pengelompokan responden yang telah dibuat pada tiap-tiap variabel yang
diukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel
distribusi frekuensi.
34
2. Analisa data. a. Analisa univariat Menurut Budiarto (2005), data analisa dengan menggunakan statistik sederhana
yaitu
rumus presentasi selanjutnya di sajikan dalam tabel
distribusi frekuwensi.
P=
f x100% n
Keterangan : P = Persentase f = Frekuensi teramati n = Jumlah responden yang menjadi sampel b. Analisa bivariat
Analisa data Bivariat, Untuk mengukur hubungan atau pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat dan dilakukan analisa silang dengan mengunakan tabel silang yang dikenal dengan Baris x Kolom (B x K) dengan derajat kebebasan (df) yang sesuai. Skor diperoleh dengan mengunakan metode statistic Chi Square Test (X2). Bila pada tabel contingency 3 x 2 terdapat nilai frekwensi harapan (expected frequensi) kurang dari 20 %, maka dilakukan marjer sel (grouping) atau pengabungan sel menjadi 2 x 2 dengan derajat kebebasan (df) yang sesuai. Adapun ketentuan yang di pakai dalam uji statistik ini adalah : Ho diterima, jika P value ≥ α (0,05) artinya tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen, Ho ditolak, jika P value < α (0,05) artinya ada hubungan antara variabel
35
independen dengan variabel dependen. Data yang telah dikumpulkan akan diolah dengan mengunakan bantuan program SPSS varian 16,0 kemudian di sajikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi untuk dinarasikan.
36
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi
Desa Pulo Kawa merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Tangse, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Neubok Badeuk b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pulo Mesjid I c. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pulo Seunong d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Pegunungan/ Bukit Barisan Gampong Pulo Kawa memiliki jumlah penduduk sebanyak 773 jiwa dengan jumlah KK sebanyak 163. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 301 jiwa, jumlah penduduk perempuan sebanyak 402 jiwa dan jumlah balita sebanyak 70 balita. Mayoritas penduduk berprofesi sebagai Petani, Wiraswasta dan PNS. beberapa fasilitas diantaranya seperti meunasah, tempat pengajian, polindes, kamar mandi umum, dan WC umum. B. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mulai tanggal 22 Agustus sampai dengan 26 Agustus 2013 terhadap 70 responden yaitu seluruh ibu yang ada didesa Polo Kawa dengan memberikan kuesioner serta wawancara yang berisikan 19 pertanyaan tentang pengetahuan, pendidikan, umur dan informasi. Penyajian hasil penelitian ini memberikan gambaran mengenai distribusi frekuensi responden baik variabel bebas maupun variabel terikat dimana diperoleh hasil penelitian sebagai berikut :
1. Analisa Univariat
Analisa univariat untuk melihat distribusi variabel dependent (terikat) dan variabel independet (bebas) yang meliputi: pengetahuan, pendidikan, umur dan sumber informasi: a. Pengetahuan Orang Tua
Tabel 5. 1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Orang Tua dengan Resiko Kecelakaan Balita dalam Rumah Tangga di Desa Pulo Kawa Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie
37
No 1 2
Pengetahuan Tinggi
F 20
% 28,6
Cukup
29
41,4
3
Kurang 21 30,0 Jumlah 70 100 Sumber data primer (di olah 2013) Dari tabel 5.1 Dapat dilihat bahwa dari 70 responden mayoritas pengetahuan cukup, yaitu sebanyak 29 responden (41,4%).
b. Pendidikan Orang Tua
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Orang Tua dengan Resiko Kecelakaan Balita dalam Rumah Tangga di Desa Pulo Kawa Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie
No 1
Pendidikan Orang Tua Tinggi
F 0
% 0,0
2
Menengah
43
61,4
3
Dasar
27 70
38,6 100
Jumlah Sumber data primer (di olah 2013) Dari tabel 5.2 Dapat dilihat bahwa dari 70 responden mayoritas berpendidikan menengah, yaitu sebanyak 43 responden (61,4%) c.Umur
Tabel 5. 3 Distribusi Frekuensi Umur Orang Tua dengan Resiko Kecelakaan Balita dalam Rumah Tangga di Desa Pulo Kawa Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie
38
No
Umur
F
%
1
Dewasa Awal
67
95.7
2
Dewasa Menengah
3
4.3
3
Dewasa Akhir Jumlah
0 70
0.0 100
Sumber data primer (di olah 2013) Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa dari 70 responden mayoritas berumur dewasa awal, yaitu sebanyak 67 responden (95,7%). d. Sumber Informasi
Tabel 5. 4 Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Orang Tua dengan Resiko Kecelakaan Balita dalam Rumah Tangga di Desa Pulo Kawa Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie
No 1
Sumber Informasi Pernah
F 70
% 100,0
2
Tidak Pernah 0 0,0 Jumlah 70 100 Sumber data primer (di olah 2013) Dari tabel 5.4 Dapat dilihat bahwa dari 70 responden mayoritas pernah mendapatkan sumber informasi tentang resiko kecelakaan balita, yaitu sebanyak 70 responden (100%).
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat untuk melihat kemaknaan hubungan antara variabel dependent dan variabel independent dengan menggunakan
39
statistik sederhana yaitu: chi square ( ) pengambilan keputusan ada hubungan atau tidak pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05%). a. Hubungan Pengetahuan Dengan Pendidikan Tentang Resiko Kecelakaan Balita Dalam Rumah Tangga
Tabel 5. 5 Tabulasi Silang Pengetahuan Dengan Pendidikan Tentang Resiko Kecelakaan Balita Dalam Rumah Tangga Di Desa Pulo Kawa Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie
Pengetahuan
No Pendidikan
Jumlah
Tinggi
%
cukup
%
kurang
%
F
%
1 Tinggi
0
0
0
0,0
0
0,0
0
0
2 Menengah
17
39,5 12,0 27,9
14
32,6 43
100
3 Dasar Jumlah
3 20
11,1
7 21
25,9 27 70
100
17 29
63,0
Uji Statist ik P 0,02
Sumber data primer (di olah 2013) Dari tabel 5.5 Dapat dilihat bahwa dari 43 responden yang berpendidikan menengah berada pada yang berpengetahuan tinggi, yaitu sebanyak 17 responden (39,5%) dan dari 27 responden yang berpengetahuan kurang mayoritas berpendidikan dasar, yaitu sebanyak 3 responden (11,1%) Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square didapatkan P value = 0,02 (P < 0,05). Artinya Ha diterima atau adanya pengaruh yang signifikan antara Pengetahuan Dengan Pendidikan Tentang Resiko Kecelakaan Balita Dalam Rumah Tangga. b. Hubungan Pengetahuan Dengan Umur Tentang Resiko Kecelakaan Balita Dalam Rumah Tangga
Tabel 5. 6 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pengetahuan Dengan Umur Tentang Resiko Kecelakaan Balita Dalam Rumah Tangga Di Desa Pulo Kawa Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie
40
No
Pengetahuan
Jumlah F %
Umur Tinggi
%
Cukup
% Kurang %
1 Dewasa Awal
20
29,9
28
41,8
19
28,4 67
100
2 Dewasa Menengah
0
0
1,0
33,3
2
66,7
3
100
3 Dewasa Akhir Jumlah
0 20
0
0 29
0,0
0 21
0,0
0 70
0
Uji Statistik P
0,31
Sumber data primer (di olah 2013) Dari tabel 5.6 Dapat dilihat bahwa dari 67 responden yang berpengetahuan cukup mayoritas berumur dewasa awal, yaitu sebanyak 28 responden (41,8%) dan dari 3 responden yang mayoritas berumur dewasa menengah mayoritas berpengetahuan kurang, yaitu sebanyak 2 responden (66,7%). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square didapatkan P value = 0,31 (P < 0,05). Yang bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan orang tua dengan umur tentang resiko kecelakaan balita dalam rumah tangga. c. Hubungan Pengetahuan Dengan Sumber Informasi Tentang Resiko Kecelakaan Balita Dalam Rumah Tangga
Tabel 5. 7 Distribusi Frekuensi Tabulasi Silang Pengetahuan Dengan Sumber Informasi Tentang Resiko Kecelakaan Balita Dalam Rumah Tangga Di Desa Pulo Kawa Kecamatan Tangse Kabupaten Pidie
No
Sumber Informasi
Pengetahuan
Jumlah
tinggi
%
cukup
%
kurang %
F %
1 Pernah
20
28,6
29
41,4
21
30,0 70 100
2 Tidak Pernah Jumlah
0 20
0
0 29
0,0
0 21
0,0
Uji Statistik P 0,07
0 0 70 100
Sumber data primer (di olah 2013) Dari tabel 5.6 Dapat dilihat bahwa dari 70 responden yang pernah mendapatkan sumber informasi yang berpengetahuan cukup, yaitu sebanyak 29 responden (41,4%) dan responden yang berpengetahuan rendah mayoritas juga ada mendapatkan sumber informasi, yaitu sebanyak 21 responden (30%). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square didapatkan P value = 0,07 (P < 0,05). Hipotesa yang menyatakan tidak ada hubungan antara sumber informasi dengan resiko kecelakaan balita di terima.
41
C. Pembahasan 1. Hubungan Pengetahuan Orang Tua dengan Pendidikan Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa dari 43 responden yang berpendidikan menengah berada pada yang berpengetahuan tinggi, yaitu sebanyak 17 responden (39,5%) dan dari 27 responden yang berpengetahuan kurang mayoritas berpendidikan dasar, yaitu sebanyak 3 responden (11,1%) Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square didapatkan P value = 0,02 (P < 0,05). Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Dari hasil penelitian Erwin (2009) bahwa tingkatan pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pendidikan, usia dan pekerjaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian peneliti yang menggambarkan bahwa pengetahuan responden mayoritas berpengetahuan baik. ini disebabkan pendidikan berpengaruh terhadap pengetahuan, karena semakin
tinggi
pendidikan seseorang akan semakin bagus ilmu pengetahuan yang dimilikinya. begitu juga jika pendidikannya rendah maka akan mempengaruhi tingkat pengetahuan yang menyebabkan pengetahuan seseorang rendah. Menurut asumsi peneliti pendidikan sangat mempengaruhi seseorang terhadap pengetahuan yang dimilikinya dimana melalui pendidikan maka seorang ibu akan dapat mengembangkan potensi dirinya dan memperoleh pengetahuan maupun ketrampilan-ketrampilan yang dibutuhkannya untuk meningkatkan derajat kesehatannya. bila ibu berpendidikan rendah ibu maka akan susah menerima hal-hal yang baru yang dapat merubah pengetahuannya. 2. Hubungan Umur dengan resiko kecelakaan balita
42
Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa dari 67 responden yang berpengetahuan cukup mayoritas berumur dewasa awal, yaitu sebanyak 28 responden (41,8%) dan dari 3 responden yang mayoritas berumur dewasa menengah mayoritas berpengetahuan kurang, yaitu sebanyak 2 responden (66,7%). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square didapatkan P value = 0,31 (P < 0,05). Dari hasil penelitian Nasrul (2011) menjelaskan bahwa Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini Umur adalah lama waktu hidup atau ada sejak dilahirkan atau diadakan. Umur juga berpengaruh terhadap psikis seseorang dimana usia muda sering menimbulkan ketegangan, kebingungan, rasa cemas dan rasa takut sehingga dapat berpengaruh terhadap tingkah lakunya. Biasanya semakin dewasa maka cenderung semakin menyadari dan mengetahui tentang permasalahan yang sebenarnya. Semakin bertambah umur maka semakin banyak pengalaman yang diperoleh, sehingga seseorang dapat meningkatkan kematangan mental dan intelektual sehingga dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana dalam bertindak (Hurlock, 2005). Dilihat dari segi kesehatan, pasangan usia muda dapat berpengaruh pada tingginya angka kematian ibu yang melahirkan, kematian bayi serta berpengaruh pada rendahnya derajat kesehatan ibu dan anak. Menurut ilmu kesehatan, bahwa usia yang kecil resikonya dalam melahirkan adalah antara usia 20-35 tahun, artinya melahirkan pada usia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun mengandung resiko tinggi. Ibu hamil usia 20 tahun ke bawah sering mengalami prematuritas (lahir sebelum waktunya) besar kemungkinan cacat bawaan, fisik maupun mental , kebutaan dan ketulian (Suparyanto, 2011). Peneliti berasumsi bahwa bahwa usia sangat mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku seseorang dimana akan sangat mempengaruhi juga terhadap keyakinan dan tindakan seseorang dalam kehidupannya. Semakin bertambah usia maka semakin banyak pengetahuan yang diperoleh. Maka semakin bertambah pula ilmu pengetahuan. Hal ini membuktikan bahwa usia seseorang saja tidak cukup untuk meningkatkan tingkat pengetahuan seseorang, dan juga masih ada faktor lain yang juga mempengaruhi yaitu seperti pendidikan. 3. Hubungan Sumber Informasi dengan resiko kecelakaan balita
Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa dari 70 responden yang pernah mendapatkan sumber informasi yang berpengetahuan cukup, yaitu
43
sebanyak 29 responden (41,4%). Dan dari 70 responden yang berpengetahuan kurang mayoritas juga pernah mendapatkan sumber informasi, yaitu sebanyak 21 responden (30%). Sedangkan dari 70 responden yang pernah mendapatkan sumber informasi yang berpengetahuan tinggi yaitu sebanyak 20 responden (28,8). Setelah dilakukan uji statistik dengan chi square didapatkan P value = 0,07 (P < 0,05). Dari hasil penelitian Nasrul (2011) menjelaskan bahwa informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. Sumber informasi adalah segala hal yang dapat digunakan oleh seseorang sehingga mengetahui tentang hal yang baru,dan mempunyai ciri-ciri yaitu,(1) dapat dilihat, dibaca dan dipelajari, (2) diteliti, dikaji dan dianalisis (3) dimanfaatkan dan dikembangkan didalam kegiatan-kegiatan pendidikan, penelitian, laboratorium, (4) ditransformasikan kepada orang lain (Notoatmodjo, 2003). sumber informasi mempengaruhi pengetahuan baik dari media maupun orang-orang dalam terkaitnya dengan kelompok manusia memberi kemungkinan untuk dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-anggota. Seseorang di dalam proses pendidikan juga memperoleh pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu. Alat Bantu media akan membantu dalam melakukan penyuluhan. Agar pesan kesehatan dapat disampaikan dengan jelas. Dengan media orang dapat lebih mengerti fakta kesehatan yang dianggap rumit sehingga mereka dapat menghargai betapa bernilainya kesehatan. Peneliti berasumsi bahwa pengetahuan ibu tentang resiko kecelakan balita tidak ada hubungan antara sumber informasi dengan pengetahuan orang tua tentang resiko kecelakaan balita dalam rumah tangga, dimana sumber informasi tidak mempengaruhi pengetahuan baik dari media maupun orang-orang dalam terkaitnya dengan kelompok manusia
yang
memberi
kemungkinan
untuk
dipengaruhi
dan
44
mempengaruhi bagi individu-individu lain dalam suatu masyarakat. bahwa media informasi memegang peranan penting dalam peningkatan pengetahuan seseorang. Dimana media dapat digunakan oleh ibu dan keluarga
untuk
pengetahuan.
mendapatkan
yang
pengetahuan seseorang.
suatu
informasi
kurang maka ikut
atau
hal
tentang
mempengaruhi terhadap
45
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran terhadap penelitian yang sudah dilakukan, sehingga dapat diberikan kesimpulan dan saran sebagai berikut: A.
Kesimpulan
1. Ada Hubungan Antara Pendidikan dengan Pengetahuan Orang Tua Tentang Resiko Kecelakaan Balita Dalam Rumah Tangga, dimana didapatkan P value = 0,02 (P < 0,05). 2. Tidak Ada Hubungan Antara Umur dengan Pengetahuan Oran Tua Tentang Kecelakaan Balita Dalam Rumah Tangga, damana didapatkan P value = 0,31 (P < 0,05). 3. Tidak Ada Hubungan Antara Sumber Informasi dengan Pengetahuan Orang Tua Tentang Kecelakan Balita Dalam Rumah Tangga, dimana didapatkan P value = 0,07 (P < 0,05). B.
Saran-saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat menyarankan sebagai berikut:
5.
Peneliti Sebagai bahan kajian ilmiah tentang Hubungan Pengetahuan Orang Tua Dengan Resiko Kecelakaan Balita Dalam Rumah Tangga Terhadap Pencengahan Kecelakaan sehingga dapat wawasan dan pengalaman.
6.
Institusi pendidikan
menambah pengetahuan,
46
Khususnya Akademi Kebidanan U’Budiyah Banda Aceh, sebagai bahan kajian peserta didik dan memperkaya literatur bagi pustaka kampus. 7.
Tempat Penelitian Sebagai bahan masukan bagi pihak keluarga lebih jeli terhadap perawatan anak balita sehingga dapat terhindari kecelakaan pada balita.
8.
Ibu balita Sebagai bahan masukan bagi ibu untuk dapat meningkatkan wawasan dan kewaspadaan dalam mencegah terjadinya kecelakaan pada balita di dalam rumah.
47
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, 2004. Biostatistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, EG, Jakarta. Budi Utomo, 2008. Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Dan Tindakan Ibu Terhadap Kejadian Kecelakaan Balita Di Lingkungan Rumah Tang ga Di Kecamatan Lawang Jawa Timur. Info litbang Kes, Airlangga. Depkes RI, 2010, Penuntun Hidup Sehat (Pencegahan Kecelakaan), Kemenkes RI, Jakarta. Erma, 2012, Makalah Tumbang Anak Usia Toddler, http://coretanerma.blogspot.com/2012/03/makalah-tumbang-anakusia-toddler.html (diakses tanggal 18 Januari 2013). Eva Tio Pitna, 2007, P3K Untuk Anak-Anak, Artikel We R Mommies Indonesia, Jakarta. Hartono, 2008, Mencegah Kecelakaan Pada Bayi, http://www.tabloidnova.com/ Nova/Keluarga/Anak/ (diakses tanggal 28Januari 2013). Hurlock, 2005, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Erlangga, Jakarta. Murwani, 2009, Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Fitramaya, Yogyakarta. Notoatmodjo S. 2003, Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta ___________, 2005. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta. ___________, 2007. Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni. Rineka Cipta, Jakarta. ___________, 2009, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta.
48
___________, 2011, Defenisi Pengetahuan Serta FaktorFaktor Yang Mempeng aruhi Pengetahuan, http://referensiparamedis.blogspot.com/2012/11/def inisi-pengetahuan-serta-faktor.html (diakses tanggal 28 November 2012)
Pieter, 2010, Pengantar Psikologi Dalam Keperawatan, Kencana Prenadia Medio Group, Jakarta. Republika, 2012, Jauhkan Perabot Rumah Tangga Dari Anak Anda, http://www.kesrepro.info/?q=node/101, (diakses tanggal 28 Januari 2013) Sabrina, 2008, Awas, Kecelakaan Di Dalam Rumah, http://kabarinews. com/article.cfm?articleID=31845, (diakses tanggal 28 Juli 2012). Safir, 2010, Langkah-Langkah Mengantisipasi Resiko, Dikutip Dari Tabloid Nova No. 639/XIII, http://www.mail-archive.com/
[email protected] (diakses tanggal 28 Januari 2013). Sastroasmoro, 2008, Dasar-dasar metodelogi penelitian klinis, CV . Sagung Seto: Jakarta Soetjiningsih, 2005, Tumbuh Kembang Anak, EGC, Jakarta. Sulistiyani, 2012, Kecelakaan Pada Anak, Resiko Dan Pencegahan, http://www midewifehomes-mine.blogspot.com (diakses tanggal 28 Januari 2013). Sunaryo, 2005, Psikologi Keperawatan, EGC, Jakarta. Supartini, 2005, Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, EGC, Jakarta. Suparyanto, 2011, Konsep Pernikahan, Hyperlink reference. (Dikutip tanggal 23 Januari 2013) Wardoyo dkk, 2009, Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan Anak Di Rumah, Jurnal, Jakarta. World Books Childcraft, 2006, Menghindari Kecelakaan Pada Balita, http://ww w.ibudanbalita.com/pojokcerdas/menghindari-kecelakaan-padabalita, (diakses tanggal 28 Januari 2013).
49