BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam adalah agama yang bersih dan suci, yang mendorong setiap muslim agar selalu bersih, indah, dalam penampilannya dan suci hatinya. Bersih dan suci adalah suatu yang dicintai Allah.1 Segala sesuatu yang telah dibebankan oleh syariat merupakan keuntungan bagi kita. Setiap kewajiban yang dibebankan kepada kita memiliki kebaikan untuk kita, jika kita laksanakan. Semua perintah–perintah agama hanyalah untuk kemaslahatan manusia. Bila dilaksanakan, akan mendatangkan keuntungan baginya.2 Demikian pula dengan larangan-larangan dalam agama, apabila dijauhi dan dihindari oleh manusia, niscaya ia akan selamat dan terhindar dari kecelakaan serta kerugian. Sebab, perintah–perintah agama merupakan obat penyembuhan. Sedangkan larangan–larangan agama merupakan pencegahan dari penyakit. Shalat adalah jalinan yang menghubungkan antara seseorang hamba di bumi dengan Allah Sang Pencipta. Mendirikan dan membiasakan shalat berarti selalu mengadakan jalinan dengan pencipta-Nya. Untuk mendirikan shalat ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan. Di antaranya adalah siap meninggalkan 1
Hilmy al-Khulli, Mukjizat Kesembuhan dalam Gerakan Shalat, Jogjakarta: Hikam Pustaka, 2012, hlm. 44 2 Ibid.
1
2
kesibukan
duniawi
dan
mengesampingkannya
untuk
sementara,
lalu
melangkahkan kaki untuk mengambil air wudlu guna memperoleh kebersihan secara fisik. Di dalam al-Qur’an Allah telah memerintahkan kita berwudlu. Allah berfirman:
’n<Î) öΝä3tƒÏ‰÷ƒr&uρ öΝä3yδθã_ãρ (#θè=Å¡øî$$sù Íο4θn=¢Á9$# ’n<Î) óΟçFôϑè% #sŒÎ) (#þθãΨtΒ#u šÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ (#ρã£γ©Û$$sù $Y6ãΖã_ öΝçGΖä. βÎ)uρ 4 È÷t6÷ès3ø9$# ’n<Î) öΝà6n=ã_ö‘r&uρ öΝä3Å™ρâãÎ/ (#θßs|¡øΒ$#uρ È,Ïù#tyϑø9$# “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah.” ( QS. al- Maidah: 6 )3 Bila kita perhatikan, sebetulnya wudhu adalah proses kebersihan yang dilakukan oleh seseorang untuk membasuh bagian-bagian tubuhnya sebanyak lima kali sehari. Kebersihan adalah bagian dari keimanan. Dalam hadits telah dikemukakan bahwa, Rasulullah Saw bersabda:
ِ ِ أَ ْﺧﺒَـَﺮِﱐ ُﻣ َﻌﺎ ِوﻳَﺔ ﺑِ ْﻦ،ﺐ ﺑﻦ َﺷﺎﺑُ ْﻮر ُ ﻤ ُﺪ ﺑْﻦ ُﺷ َﻌْﻴ َﺪﺛَﻨﺎَ ُﳏ َﺣ،ﺮ ْﲪ ِﻦ ﺑْﻦ إﺑْـَﺮاﻫﻴﻢﺪﺛَﻨﺎَ َﻋْﺒ ُﺪ اﻟ َﺣ ﻚ ْ ِﺮ ْﲪ ِﻦ ﺑْ ِﻦ َﻏْﻨﻢ َﻋ ْﻦ أَِﰊ َﻣﺎﻟﺪﻩِ أَِﰊ َﺳﻼَ ْم َﻋ ْﻦ َﻋْﺒ ِﺪ اﻟ ﻪُ أَ ْﺧﺒَـَﺮﻩُ َﻋ ْﻦ َﺟَﺳﻼَم َﻋ ْﻦ أَ ِﺧْﻴ ِﻪ أَﻧ 4 ِ ِ ﺿ ْﻮِء َﺷﻄُْﺮ اْ ِﻹْﳝَﺎن َ َ َﻢ ﻗﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﻰ اﻟﻠﺻﻠ ُ "إِ ْﺳﺒﺎَغُ اﻟْ ُﻮ:ﺎل َ ن َر ُﺳ ْﻮَل اﻟﻠّﻪ َاﻷَ ْﺷ َﻌ ِﺮي أ ()رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ “Bersungguh-sungguh dalam wudlu adalah bagian dari iman” Wudlu mengandung dua kebersihan: kebersihan fisik dan kebersihan jiwa. Kebersihan untuk kehidupan duniawi dan kebersihan untuk kehidupan akhirat. Wudlu mengandung dua aspek kebersihan: yakni kebersihan lahir berupa 3
Al-Qur’an dan terjemahannya, Depag RI, Jakarta,1989, hlm. 158. Syarhu Sunan Ibnu Majah, juz 1, ( Mamlakah Saudiah Arabiah : Maktabah Nizar Musthafa al-Baz), hlm. 40 4
3
pencucian bagian tubuh manusia dan kebersihan batin yang ditimbulkan oleh pengaruh wudlu berupa pembersihan dari kesalahan dan dosa yang dilakukan oleh anggota tubuh.5 Selain wudlu, membersihkan badan dan pakaian juga pendahuluan shalat. Merupakan aturan dalam Islam bahwasannya shalat atau wudlunya seorang muslim tidak diterima apabila pakaiannya kotor. Islam mengistilahkan kotoran dengan kata najis. Memakai pakaian yang terkena najis tidak diperbolehkan oleh Islam kecuali setelah dihilangkan najisnya, baunya, dan warnanya. Shalat adalah ikatan yang kuat antara Allah dan hamba-Nya. Shalat dalam Islam memiliki kedudukan yang tinggi yaitu sebagai rukun dan tiang agama. Shalat menempati rukun kedua setelah membaca kedua syahadat, serta menjadi lambang hubungan yang kokoh antara Allah dan hamba-Nya. Pada sa’at melaksanakan shalat, hamba-hamba Allah berada dalam keadaan bersih dan suci. Mereka bermunajat, berdo’a sembari mengharap kepada Allah agar diberikan keteguhan (istiqomah) dalam beragama dan senantiasa memohon petunjuk-Nya.6 Shalat merupakan salah satu amaliah terpenting dalam Islam, dan berada setingkat dibawah pentingnya mempercayai serta meyakini ke- Tuhanan Allah, dan kerasulan Muhammad,7 karena shalat merupakan bukti dari keimanan dalam bentuk penghambaan manusia terhadapnya, juga merupakan wahana hubungan kejiwaan antara manusia dengan Allah sebagai Tuhannya.
5
Hilmy al-Khulli, Op.Cit, hlm. 50 Amir an-Najjar, Kitabus Shalah, (Kairo: Daarul Ma’arif, 1996), hlm. 7. 7 Kamil Muhammad Hasan, Risalah Fi al- Shalaat, al- Majlis al-A’la li-Syuun al-Islamiyah, Kairo, 1970, hal. 10 6
4
Di samping itu, Rasulullah menyatakan, bahwa Islam itu dibentuk dengan lima sendi, yaitu dua kalimat syahadat, yakni pengakuan akan ketuhanan Allah dan kerasulan Muhammad, shalat lima kali sehari semalam, pembayaran zakat, puasa di bulan Ramadhan, dan pelaksanaan ibadah haji di Baitullah, sebagaimana dikemukakan dalam salah satu haditsnya:
ِ ﺪﺛَﻨﺎَ ﻋ ﺪﺛَﻨﺎَ أَِﰊ ﺣ ﺪﺛَﻨﺎَ ﻋﺒـﻴ ُﺪ اﷲِ ﺑﻦ ﻣﻌﺎ ْذ ﺣ وﺣ ﻤ ُﺪ ﺑْ ُﻦ َزﻳْ ُﺪ ﺑْ ُﻦ َﻋْﺒ ِﺪ َﺎﺻ ْﻢ ) َو ُﻫ َﻮ اِﺑْ ُﻦ ُﳏ َ َ ْ َُ َ َ َ َُ َ ِﺎل َﻋْﺒ ُﺪ اﷲِ ﻗﺎَ َل َر ُﺳ ْﻮ ُل اﷲ ِ ِ ﲏ َ َ ﻗ:ﺎل َ َاﷲِ ﺑْ ُﻦ ﻋُ َﻤْﺮ ( َﻋ ْﻦ أَﺑِْﻴ ِﻪ ﻗ َ ُﺻﻠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠ َﻢ ﺑ ٍ َْاْ ِﻹ ْﺳﻼَ ُم َﻋﻠﻰ ﲬ ﺼﻼَِة ﻤﺪاً َﻋْﺒ ُﺪﻩُ َوَر ُﺳ ْﻮﻟُﻪُ َوإِﻗَ ِﺎم اﻟ َن ُﳏ َ اﷲُ َوأﺎدةِ أَ ْن ﻻَ إِﻟَﻪَ إِﻻ َ َﺷ َﻬ:ﺲ َ ِ ِ ِ ِ (ﻀﺎ َن )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرى وﻣﺴﻠﻢ َ ﺻ ْﻮم َرَﻣ َ ﺞ اْﻟﺒَـْﻴﺖ َو ﺰَﻛﺎة َو َﺣَوإِﻳﺘَﺎء اﻟ “Agama Islam itu dibentuk dengan lima sendi, yaitu pengakuan tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya, pelaksanaaan zakat, pembayaran zakat, ibadah haji di bait Allah dan puasa di bulan Ramadhan.”(HR. Bukhari Muslim)8
Karena posisinya yang sangat penting , maka Rasulullah telah memberikan pelajaran khusus kepada para sahabat tentang cara-cara pelaksanaan shalat dari mulai gerakan-gerakannya sampai pada ucapan dan bacaannya, dan beliau berpesan agar mereka mengikuti apa yang telah beliau ajarkan itu, dengan suatu perintah mengikat dalam salah satu haditsnya:
ِ ِ ُ ﺎل رﺳ ِ ِو َﻋﻦ ﻣﺎﻟ ﻮاﺻﻠ ْ ﻚ ﺑْ ِﻦ َ َاﳊَُﻮﻳْ ِﺮ ِث رﺿﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗ ﺻ َ َﻢﻠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠ َ ﻪﻮل اَﻟﻠ ُ َ َ َ ﻗ:ﺎل َْ َ ﻲ )رواﻩ اﻟﺒﺨﺎرىُﺻﻠ َ َﻛ َﻤﺎ َرأَﻳْـﺘُ ُﻤ ِﻮﱐ أ
8
Syarhu Shahih Muslim Lil-Nawawi, Juz 9, (Beirut: Daarul Kutub al-Arabi), hlm.49.
5
“Dari Malik bin al- Huwairits ra dia berkata bahwa Rasulullah Saw : telah bersabda, lakukanlah salat sebagaimana kalian melihat aku melakukannya,” (HR. Bukhari)9 Shalat merupakan salah satu perbuatan amaliah yang paling pertama diwajibkan setelah Rasulullah melakukan pelurusan akidah para sahabatnya dari kelompok musyrik Quraisy, yakni tiga tahun sebelum hijrah, atau tahun ke-10 dari dakwah kenabiannya, dan dilakukan dalam dialog langsung antara Muhammad sebagai Rasul dengan Allah sebagai Tuhan yang mengutusnya itu, pada kesempatan
mi’raj,10
yakni
sebagai
pengalaman
spiritual
yang
amat
mengagumkan, saat Nabi menghadap langsung kepada Allah. Shalat merupakan
petunjuk ajaran Islam membantu manusia dalam
menumbuhkan dan membina pribadinya, yakni melalui penghayatan nilai-nilai ketakwaan dan keteladanan Nabi Muhammad Saw serta memberikan tuntunan kepada akal agar benar dalam berpikir. Segala petunjuk yang ada di dalamnya merupakan obat bagi jiwa atau penyembuh segala penyakit hati yang terdapat dalam diri manusia (rohani). Allah berfirman:
“Y‰èδuρ Í‘ρ߉÷Á9$# ’Îû $yϑÏj9 Ö!$xÏ©uρ öΝà6În/§‘ ÏiΒ ×πsàÏãöθ¨Β Νä3ø?u!$y_ ô‰s% â¨$¨Ζ9$# $pκš‰r'‾≈tƒ ∩∈∠∪ tÏΨÏΒ÷σßϑù=Ïj9 ×πuΗ÷qu‘uρ “Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” ( QS. Yunus: 57)11 9
Tahafatu al- Hawadi bi-Syar’i Jami’ at- Turmudzi, juz. II, (Beirut: Darut Kutub al-Ilmiah), hlm.144. 10 Yusuf Qardhawi, al-Ibadah fi al-Islam, Muassasah al-Risalah, Neirut, 1979, hlm. 51 11 Al-Qur’an dan terjemahannya,Op.Cit. hlm. 315
6
Di dalam al-Qur’an telah diterangkan bahwa agama Islam berperan dalam
mendorong manusia untuk berbuat baik dan taat, serta mencegahnya dari
berbuat jahat dan maksiat. Allah berfirman:
Ç∅tã 4‘sS÷Ζs? nο4θn=¢Á9$# āχÎ) ( nο4θn=¢Á9$# ÉΟÏ%r&uρ É=≈tGÅ3ø9$# š∅ÏΒ y7ø‹s9Î) zÇrρé& !$tΒ ã≅ø?$# ∩⊆∈∪ tβθãèoΨóÁs? $tΒ ÞΟn=÷ètƒ ª!$#uρ 3 çt9ò2r& «!$# ãø.Ï%s!uρ 3 Ìs3Ζßϑø9$#uρ Ï!$t±ósxø9$# “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” ( QS. alAnkabut: 45 )12 Setiap barang tentunya memiliki cara-cara perawatan yang berbeda dan masa pengoperasian barang tersebut akan berbeda satu dengan lainnya. Allah, Dzat yang menentukan proses perawatan tubuh manusia, karena Allah satusatunya Dzat yang menciptakan manusia. Dengan begitu, Pencipta tubuh manusia adalah Allah yang berhak untuk menentukan cara yang paling jitu dan aman dalam merawat dan menjaga ciptaan-Nya begitu juga cara pengoperasiannya. Semua itu karena manusia adalah makhuk Allah SWT, sedangkan Allah adalah Sang Maha Pencipta dalam menentukan program perawatan dan pengoperasian organ-organ dalam tubuh manusia. Allah telah mewajibkan shalat sebagai salah satu ajaran kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw, dengan seluruh gerakannya demi merawat persendian yang menggerakkan tubuh manusia dan juga mengobati kelainankelainan dalam pengoperasianya.
12
Al-Qur’an dan terjemahannya,Op.Cit. hlm. 635
7
Semua program perawatan bertujuan hanya pada pemurnian syahadat “Tiada tuhan kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah.” Artinya, dengan syahadat maka dinyatakan bahwa Allah adalah Pencipta manusia dan Muhammad Saw adalah pembawa misi kenabian yang diutus dari Allah langsung. Sedangkan ajaran agama yang dibawa beliau merupakan program perawatan untuk seluruh manusia. Dengan kata lain, umat manusia dengan program perawatannya yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw merupakan paket hadiah yang diberikan oleh Allah SWT.13 Bila dibandingkan dengan ibadah-ibadah lainnya, bahwa shalat memiliki beberapa keistimewaan dibanding yang lain. Puasa merupakan ibadah tahunan. Demikian pula zakat, mirip ibadah tahunan. Sedangkan haji dilakukan seumur hidup sekali. Sedangkan shalat merupakan ibadah harian yakni dilakukan lima kali dalam sehari. Oleh karena itu, shalat merupakan titik konsentrasi agama. Allah telah mengajarkan bahwa shalat mempunyai manfaat yang besar, baik untuk di dunia maupun diakhirat. Bahkan, kedua telapak kaki Rasulullah sampai bengkak karena banyak melakukan shalat di tengah malam, saat manusia tidur nyenyak. Shalat merupakan sarana komunikasi antara hamba dengan Tuhannya, sebagai jalinan antara hamba sebagai makhluk yang lemah dengan Allah Sang Pencipta Yang Maha Agung dan Maha Perkasa. Membiasakan shalat dengan penuh konsisten merupakan sarana bagi seorang muslim untuk mencapai tangga iman dan menapaki tingkat-tingkat menuju ke puncak keimanan.
13
Jalal Syafi’i, Dahsyatnya Gerakan Shalat Tinjauan Syariah & Kesehatan, hlm. 29
8
Al-Qur’an berorientasi pada kepada keimanan, sedangkan shalat merupakan salah satu sarana jalan menuju keimanan. Karena iman sangat penting bagi jiwa dan hati manusia. Allah berfirman:
∩⊄∇∪ Ü>θè=à)ø9$# ’È⌡yϑôÜs? «!$# Ìò2É‹Î/ Ÿωr& 3 «!$# Ìø.É‹Î/ Οßγç/θè=è% ’È⌡uΚôÜs?uρ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”(QS. al- Ra’du: 28)14 Shalat dengan gerakan-gerakannya yang meliputi berdiri, ruku’, sujud, dan duduk adalah sejenis olahraga, yang bila dijaga manusia dan dilaksanakan dengan cara sempurna, maka akan bermanfaat pada kesehatan badan. Ibn alQayyim al-Jauziyah menyatakan: Olahraga yang sedang (seimbang) adalah yang dapat mengakibatkan warna kulit memerah dan terasa memanas, serta kondisi badan yang lembab. Adapun jika berolahraga sampai kerimgat bercucuran, maka hal itu termasuk perbuatan yang melampui batas. Anggota tubuh yang banyak terlatih akan menguat sesuai dengan jenis olahraganya. Orang yang memperbanyak menghafal akan kuat hafalannya. Orang yang memperbanyak berfikir akan memperkuat pemikirannya. Setiap anggota tubuh memiliki olahraga yang khusus. 15 Cara berolahraga hati dengan membaca, dimulai secara bertahap dari yang sedikit. Olahraga telinga adalah dengan mendengarkan suara dan perkataan. Olahraga mulut dengan berbicara, olahraga mata dengan melihat dan seterusnya.
14 15
Al-Qur’an dan terjemahannya,Op.Cit. hlm. 373 Hilmy al-Khulli, Ajaibnya Gerakan Shalat Bagi Kesehatan Fisik dan Jiwa, hlm. 103-104
9
Tidak diragukan bahwa di dalam shalat mempunyai unsur menjaga kesehatan badan dan menjaga keimanan serta memperoleh kebahagiaan dunia akhirat. Ibn Qayyim juga
mengatakan tentang manfaat berolahraga, bahwa
gerakan merupakan faktor paling utama untuk menjadikan ibadan lebih ringan dan enerjik, menciptakan selera makan, memperkokoh persendian dan menguatkan jaringan-jaringan tubuh, sehingga dapat menghindarkan tubuh dari penyakit fisik dan psikis.16 Seorang pakar olahraga kebangsaan Mesir, Prof. Ahmad Muhammad Marzuq mengatakan:17 Diantara manfaat shalat adalah bahwa shalat merupakan olahraga yang cocok untuk otot dan persendian-persendian tubuh.
B. Penegasan Istilah Judul Untuk menghindari kerancuan, kesalahpahaman, serta membatasi permasalahan yang penulis maksudkan, maka perlu adanya penegasan dalam peristilahan yang penulis pakai dalam judul skripsi ini. Hikmah
: daya yang ditimbulkan dari sesuatu.
Shalat
: dzikir, membaca, ruku’, sujud, dan berdiri.18
Mental
.
: hal yang berkenaan dengan jiwa manusia, watak, otak, batin dan ruh manusia. 19
Kesehatan 16
: keadaan sehat, kebaikan keadaan.
Hilmy al-Khulli, Op. Cit.,hlm. 105 Amir Hajjar, Kitabush Shalaah, dikutip dari Majalah Liwa’ul Islam (Panji Islam). 18 Ihya ‘Ulum Ad-Din, hlm. 134-135 19 Trisno Yuwono, Pius Abdullah, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis, (Surabaya: Arkola), hlm. 342 17
10
Jasmani
: tubuh, bersifat benda
Dengan demikian, pokok masalah dalam judul skripsi ini adalah tentang hikmah shalat bagi perkembangan mental dan kesehatan jasmani.
C. Rumusan Masalah Untuk mempermudah dalam penyusunan skripsi, rumusan masalah yang penulis paparkan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengertian shalat, perkembangan mental, dan kesehatan jasmani? 2. Bagaimana hikmah shalat terhadap perkembangan mental? 3. Bagaimana hikmah shalat terhadap kesehatan jasmani?
D. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian shalat, perkembangan mental, dan kesehatan jasmani. 2. Untuk mengetahui dan memahami hikmah shalat bagi perkembangan mental. 3. Untuk mengetahui dan memahami hikmah shalat terhadap kesehatan jasmani.
E. Manfaat Penelitian Sedangkan manfaat dari penelitian ini secara teoritis diharapakan dapat bermanfaat antara lain sebagai berikut:
11
1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi seluruh umat Islam sebagai landasan beragama Islam khususnya bagi penulis untuk mengetahui dampak shalat bagi perkembangan bagi mental dan kesehatan manusia. 2. Secara Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran terhadap umat Islam dan penulis sendiri dalam meningkatkan pemahaman terhadap hikmah shalat bagi perkembangan bagi mental dan kesehatan manusia 3. Secara Akademis Di samping manfaat secara teoritis dan praktis tersebut, penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan syari’at Islam serta melengkapi kepustakaan Perguruan Tinggi UNISNU Jepara.
F. Kajian Pustaka Kajian pustaka menyajikan tentang studi-studi terdahulu dalam konteks fenomena dan masalah yang sama atau serupa.20 Untuk menghindari perbauran hasil temuan yang membahas permasalahan yang sama dari seseorang baik dalam bentuk buku-buku, kitab dan dalam bentuk tulisan lainnya. Maka penulis perlu meninjau secara kritis data, analisis, faktor-faktor yang perlu diperhatikan, kekuatan dan kelemahan logika yang ada, serta persetujuan atau ketidaksetujuan
20
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), hlm. 212
12
diantara peneliti-peneliti sebelumnya.21 Sehingga diharapkan akan muncul penemuan baru. Proposal ini ditulis dengan merujuk dari beberapa buku. Dan diantaranya sebagai berikut: 1. Skripsi dari saudara Nur Yadi yang berjudul “Studi Korelasi Antara Prestasi Belajar Bidang studi Fiqih dengan Keaktifan Menjalankan Shalat ” angkatan tahun 2009. Skripsi ini berisi tentang korelasinya prestasi belajar bidang studi fiqih dalam keaktifan seseorang menjalankan shalat. 2. Skripsi dari saudari Nur Uziyah Listianah yang berjudul “Hubungan Antara Hasil Belajar Fiqih dengan Pelaksanaan Ibadah Mahdhah (Shalat Fardlu)” angkatan 2008. Skripsi ini berisi tentang hubungan antara hasil belajar fiqih dengan pelaksanaan ibadah mahdhah (shalat fardlu). 3. Skripsi dari saudari Efa Alifah yang berjudul “Studi Korelasi Antara Kecerdasan Spiritual dengan Kemampuan Melaksanakan Shalat Fardlu” angkatan 2010. Skripsi ini berisi tentang korelasinya antara kecerdasan spiritual dengan kemampuan melakasanakan shalat fardlu. Studi dan penelitian pustaka ini berbeda dengan penelitian atau studi literatur sebelumnya. Pada studi analisis ini akan memfokuskan pada analisis shalat fardlu. Dengan objek penelitian adalah hikmah shalat bagi perkembangan mental dan kesehatan jasmani.
21
Burhan Bungin, Op. Cit., hlm. 213
13
G. Metode Penelitian Metode mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai suatu tujuan, dengan memakai teknik serta alat-alat untuk mendapatkan kebenaran yang objektif dan terarah dengan baik. 1. Metode Pendekatan Metode yang digunakan penulis dalam mengadakan penelitian guna mengumpulkan data yang dianalisis, yaitu melalui penelitian yuridis normatif. Penelitian hukum normatif yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder atau juga disebut penelitian kepustakaan yang mencakup penelitian terhadap asas-asas hukum, sistematika hukum, perbandingan hukum serta sejarah hukum untuk mematuhi adanya hubungan antara ilmu-ilmu hukum dengan hukum positif.22 2. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif analisis. Deskriptif adalah untuk memberikan data seteliti mngkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah untuk mempertegas hipotesis-hipotesis agar dapat membantu memperkuat teori-teori baru. 3. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung melalui sumber dari pihak pertama atau data yang dipeoleh langsung dari penelitian lapangan yakni dari para imam masjid, pegawai medis dan pihak lain yang terkait. Disamping ini juga dari 22
Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm 14
14
sumber data sekunder yaitu sumber data yang berupa buku-buku, tulisantulisan, dan sumber data tertulis lainnya dari hasil studi pustaka dan arsip. 4. Pengumpulan Data Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk penelitian, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Data Primer Pengumpulan data menggunakan cara dengan mengadakan penelitian langsung ke objek penelitian atau riset lapangan (field reseach) untuk memperoleh data dengan jalan: a. Observasi Cara pengumpulan dan observasi yaitu perhatian terfokus terhadap gejala,
kejadian
atau
sesuatu
dengan
maksud
menafsirkannya,
mengungkap faktor-faktor penyebab dan menemukan kaidah-kaidah yang mengaturnya.23 Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara langsung mengenai bagaimana hikmah shalat bagi perkembangan mental dan kesehatan jasmani. b. Wawancara Pengumpulan data dengan wawancara, dalam penelitian ini pada dasarnya merupakan metode tambahan atau pendukung dari keseluruan bahan hukum yang dihimpun melalui studi kepustakaan. Adapun wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan wawancara dengan cara meminta informasi atau ungkapan kepada orang 23
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisa Data, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Cet. 2, hlm. 37
15
yang diteliti yang berputar disekitar pendapat dan keyakinannya.24 Hal ini dilakukan adanya keterbatasan waktu, biaya dalam penelitian. Sample yang diambil oleh peneliti adalah imam masjid atau musolla, sebagaian jama’ah, pegawai medis, psikologi, dan guru olahraga. 2. Data Sekunder Dalam pengumpulan data sekunder ini dipergunakan cara-cara: a. Riset / Library Reseach Riset kepustakaan yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, laporan-laporan25 serta obyek penelitian yang berkaitan dengan shalat bagi perkembangan mental dan kesehatan jasmani. b. Jenis data dari sudut sumber dan kekuatan mengikat Oleh
karena
yang
hendak
diteliti
adalah
shalat
bagi
perkembangan mental dan kesehatan jasmani, dalam penelitian data sekunder yang dari sudut mengikatnya digolongkan dalam: 1) Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan hukum yang mempunyai kekuatan mengikat, terdiri dari al-Qur’an, Kitab-kitab Hadits Shohih, fiqih ibadah, kitab-kitab yang berhubungan dengan shalat. 2) Bahan hukum sekunder yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku, makalah, hasil penelitian dan lainlain.
24 25
.Ibid., hlm. 49 Nur Khoiri, Metode Penelitian Pendidikan, (Jepara: INISNU, 2012). Hlm. 115.
16
3) Bahan hukum tertier yaitu hukum yng dapat memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer mauapun bahan hukum sekunder yaitu berupa kamus-kamus hukum dan ensiklopedi hukum.26 5. Analisis Data Untuk menganalisis data dipergunakan analisis kualitatif yaitu upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasi dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Analisis data dalam penelitan kualitatif dilakukan secara induktif, setelah data terkumpul maka langkah berikutnya adalah menganalisis data yang merupakan cara untuk mencari dan menata secara sistematis catatan hasil wawancara, observsi dan lainnya.27 Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menggambarkan (mendekripsikan) mengenai shalat bagi perkembangan mental dan kesehatan jasmani.
H. Sistematika Penulisan Skripsi Untuk mengetahui isi atau materi skripsi secara menyeluruh, maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut: 1. Bagian Muka, terdiri dari:
26 27
Soerjono Soekanto, op. cit., hlm 13 Nur Khoiri, Op., cit., hlm 117
17
Halaman judul, halaman nota pengesahan, halaman nota persetujuan pembimbing, abstrak, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar dan halaman daftar isi. 2. Bagian Isi, terdiri dari beberapa bab: BAB I
: Pendahuluan Bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II
: Landasan Teori Bab ini membahas pengertian shalat, perkembangan mental, dan kesehatan jasmani
BAB III
: Objek Kajian Bab ini membahas hikmah shalat bagi perkembangan mental dan bagi kesehatan jasmani
BAB IV
: Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini membahas analisis tentang hikmah shalat bagi perkembangan mental dan kesehatan jasmani.
BAB V
: Penutup Mencakup kesimpulan, saran-saran dan penutup.
3. Bagian Akhir terdiri dari, daftar pustaka, daftar riwayat peneliti, dan lampiranlampiran