BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi merupakan komponen penting dari sistem informasi. Tanpa adanya teknologi yang mendukung, maka sistem informasi tidak akan dapat menghasilkan informasi tepat waktu. Komponen teknologi mempercepat sistem informasi dan pengolahan data. Oleh karena itu, teknologi dapat memberikan nilai tambah untuk organisasi. Penggabungan dari teknologi komunikasi dan teknologi komputer secara bersama-sama dengan otomasi kantor selanjutnya dikenal dengan istilah teknologi informasi. Teknologi informasi (TI) sudah menjadi kebutuhan dasar bagi setiap organisasi terutama dalam menjalankan aktivitasnya. Teknologi informasi adalah suatu teknologi yang menitikberatkan pada penggunaan komputer dan teknologi yang berhubungan dengan pengaturan sumber informasi (Fazli, 1999). Seiring dengan perkembangan teknologi informasi pada akhir-akhir ini yang berlangsung sangat pesat, serta adanya berbagai penemuan mutakhir dalam teknologi perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software), dalam hal tersebut dapat
memberikan sumbangan yang sangat besar dalam
mempermudah aktivitas pekerjaan baik yang dilakukan secara perorangan maupun organisasi. Aktivitas kerja dapat diarahkan untuk memperoleh hasil kerja yang optimal, jika ditinjau dari segi kecepatan, ketepatan, dan efisiensi dengan
1
menggunakan berbagai fasilitas dan kemampuan dari teknologi informasi tersebut (Tjandra, 2007). Penggunaan teknologi dalam menunjang sistem informasi membawa pengaruh terhadap hampir semua aspek dalam pengelolaan bisnis termasuk dalam pengelolaan pada lembaga keuangan. Di era globalisasi saat ini dimana persaingan usaha semakin ketat telah menyebabkan banyak berkembang lembaga-lembaga ekonomi lainnya, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Perkembangan perekonomian
masyarakat
pedesaan
sangat
penting
dalam
menunjang
pembangunan nasional, karena sebagian besar penduduk Indonesia berada di daerah pedesaan. Wilayah pedesaan menyimpan banyak potensi yang dapat menunjang pertumbuhan dan kelancaran pembangunan nasional. Oleh karena itu, berdasarkan Keputusan Gubernur Bali Nomor 3 Tahun 2003 dibentuklah suatu lembaga keuangan yang disebut Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di daerah Bali yang dimaksudkan untuk membantu pertumbuhan ekonomi masyarakat pedesaan. Dalam perkembangannya, LPD tidak terlepas dari persaingan di antara lembaga keuangan lainnya yang secara formal telah ada di desa seperti BPR, Koperasi, Bank Umum ataupun Bank milik pemerintah, yang menggunakan manajemen modern, sehingga jika ingin bertahan LPD harus mampu bersaing dengan kekuatan ekonomi yang lain dengan cara memperkokoh diri, salah satunya dengan meningkatkan kinerja individualnya. Penggunaan teknologi informasi sangat membantu dalam transaksi yang terjadi dalam LPD, baik itu transaksi masukan maupun transaksi keluaran.
2
Kehadiran dan pesatnya perkembangan TI saat ini memberikan berbagai kemudahan pada kegiatan bisnis. Komputer memegang peran penting dalam kehidupan manusia, yaitu berfungsi sebagai alat untuk mengolah data (data processing) dan menyimpan data (data storage). Sistem komputer digunakan karena kebutuhan pengolahan data yang semakin kompleks dan akses data yang semakin luas. Menurut Mariani (2004) sistem komputer memberikan beberapa manfaat dibandingkan sistem manual, yaitu kecepatan, volume, hasil, pencegahan kekeliruan, posting otomatis, dan penyusunan laporan otomatis. Dengan adanya perkembangan TI, organisasi perlu mempersiapkan sumber daya manusia. Hal ini berkaitan dengan perilaku yang ada pada individu dalam organisasi yang bersangkutan. Kecanggihan TI akan sangat tidak berarti jika pengguna TI tidak berkembang sejalan dengan perkembangan TI tersebut (Wijaya dan Johan, 2005). Oleh karena itu dituntut kesiapan sumber daya manusia untuk menanggapi perubahan TI, yaitu berupa keahlian pemakai dalam menggunakan komputer. Penggunaan komputer dalam bidang akuntansi memberikan manfaat besar, baik dalam ketelitian maupun volume pekerjaan yang dapat ditangani. Menurut Mariani (2004), saat ini di Indonesia beredar puluhan program aplikasi komputer akuntansi standar seperti: Dac Easy Accounting, MYOB, Accounting Quicken, Accpac, Platinum Paechtree Complete Acconting dan sebagainya. Program aplikasi tersebut pada umumnya memiliki beberapa kelengkapan fasilitas, fleksibilitas dan kemudahan untuk dioperasikan sehingga lebih cepat diposisikan
3
sebagai software dalam menjalankan bisnis daripada sekedar software akuntansi (Mariani, 2004). Dibalik berbagai kemudahan dan efisiensi manfaat yang diberikan dalam perkembangan TI, ada beberapa problematik yang kemungkinan dapat mengganggu keberhasilan TI diantaranya adalah kompleksitas dan ketidakjelasan tujuan sistem informasi yang dikembangkan, tidak adanya dukungan manajemen puncak, kelemahan desain sistem, kurangnya pengalaman dan sikap negatif pemakai, serta adanya masalah keterbatasan dana. Faktor dukungan, keterlibatan, dan partisipasi manajemen pada berbagai tingkat dan sikap pemakai merupakan faktor yang mempengaruhi akseptasi TI oleh pemakainya, sehingga perusahaan dapat mengimplementasikan TI dengan baik. Pemanfaatan TI dapat meningkatkan kinerja organisasional jika didukung dengan keahlian pemakai komputer. Seperti yang dikemukakan oleh Nelson (1990), bahwa diterimanya teknologi komputer tergantung pada karakteristik teknologi komputer dan tingkat skill atau expertise dari individu pemakai komputer. Keahlian yang dimiliki pemakai komputer tidak saja meningkatkan kinerja organisasional secara keseluruhan, melainkan juga dapat meningkatkan kinerja individual. Oleh karena itu, tercapainya peningkatan kinerja membutuhkan dukungan berbagai peringkat manajemen dan pemakai komputer secara individual. Adanya perbedaan karakteristik pemakai individual, misalnya faktor sikap (kecemasan), demografi, dan cara berfikir dapat menyebabkan perbedaan perilaku kerja dan pencapaian kinerja individual.
4
Dari berbagai faktor yang mempunyai pengaruh terhadap pemanfaatan TI, aspek sikap pemakai merupakan faktor penting yang memberi kontribusi terhadap akseptasi TI (Igbaria, 1995). Setiap individu akan bersikap positif terhadap kehadiran teknologi komputer, jika mereka merasakan manfaat TI untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas. Manfaat yang dirasakan oleh pemakai komputer disebabkan oleh kemampuan setiap individu mengoperasikan komputer (skills) dan karena adanya dukungan (support) organisasional. Setiap individu yang mengalami kecemasan terhadap komputer (computer anxiety) akan merasakan manfaat komputer yang lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami kecemasan terhadap kehadiran komputer (Igbaria, 1995) Ketidaksukaan seseorang terhadap komputer dapat disebabkan oleh ketakutan dan kekhawatiran yang bersangkutan terhadap penggunaan TI atau disebut dengan computer anxiety (Indriantoro, 2000). Ketakutan dan kekhawatiran individu muncul akibat konsep cara pandang individu terhadap keadaan saat ini. Indriantoro (1993) menyebutkan faktor penguasaan dan cara pandang individu sebagai faktor locus of control. Individu yang memiliki internal locus of control berpandangan bahwa peristiwa-peristiwa yang akan terjadi diakibatkan oleh keputusan-keputusan yang dimilikinya. Individu dengan tipe tersebut menyikapi ketidakpastian lingkungan yang dihadapi dengan memanfaatkan teknologi informasi untuk membuat perencanaan. Locus of control eksternal menyebabkan individu merasa tidak mampu menguasai keadaan sehingga timbul kecemasan (anxiety) yang akan menurunkan keahlian/kinerja individu. Menurut Wijaya (2005), apabila internal locus of control berperan dalam diri individu, kecemasan
5
yang dialami dapat diminimalisir namun apabila yang berperan adalah eksternal locus of control maka kecemasan akan meningkat. Jadi variabel locus of control dapat dijadikan variabel moderasi dalam menentukan pengaruh sikap individu terhadap keahlian individu. Beberapa menunjukkan adanya pengaruh jenis kelamin terhadap computer anxiety. Rifa dan Gudono (1999) menemukan bahwa jenis kelamin berhubungan negatif dengan keahlian End User Computing (EUC). Karyawan pria memiliki keahlian dalam EUC yang lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan wanita. Hal ini disebabkan karakteristik personality yang berbeda antara pria dan wanita. Keahlian komputer berasosiasi negatif dengan sikap individu (computer anxiety), sehingga ada kemungkinan computer anxiety pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Menurut Rustiana (2004), pendekatan sosialisasi gender (gender sosialization approach) menyatakan pria dan wanita membawa perbedaan nilai dan perlakuan dalam pekerjaannya. Perbedaan ini disebabkan karena pria dan wanita mengembangkan bidang perminatan, keputusan dan praktik yang berbeda sehubungan dengan pekerjaannya. Pria akan melakukan apa saja untuk mencapai kesuksesan, termasuk untuk bertindak secara kreatif dan inovatif. Sedangkan wanita dalam melakukan tugas-tugasnya lebih mementingkan aspek harmonisasi dengan relasi pekerjaannya dan kurang menunjukkan aspek kreatif dan inovatif. Dalam kaitannya dengan keahlian menggunakan komputer, pria cenderung lebih baik dibandingkan dengan wanita. Hal ini menunjukkan bahwa pria memiliki
6
peminatan, keputusan, dan praktis yang berbeda khususnya dalam pengembangan teknologi informasi dibanding dengan wanita. Menurut Matindas, 1996 (dalam Trisanti 1999) wanita cenderung lebih cemas dalam bekerja karena takut akan penilaian orang lain. Kecenderungan wanita untuk menjadi cemas dengan keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh Horner (1974) dalam Trisanti (1999) disebut dengan istilah fear of success. Di samping itu juga terdapat beberapa hasil penelitian yang mengatakan bahwa wanita menghadapi banyak masalah kesehatan sehubungan dengan penggunaan komputer, seperti yang dikutip oleh Alter (1996). Penggunaan komputer (Video Display Terminals/VDTs) secara terus menerus dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti stress, ketegangan pada mata, tangan, punggung, dan ketegangan otot. Lebih jauh Alter mengutip bahwa suatu penelitian yang menggunakan sampel kecil menemukan bahwa wanita hamil yang menghabiskan waktu selama 20 jam atau lebih per minggu untuk bekerja pada VDTs akan menderita keguguran dua kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja pada VDTs, selama tiga bulan pertama masa kehamilan. Hasil penelitian-penelitian yang dikemukakan tersebut masih saling kontradiksi. Beberapa temuan menunjukkan adanya pengaruh jenis kelamin terhadap computer anxiety. Rifa dan Gudono (1999) menemukan bahwa jenis kelamin berhubungan negatif dengan keahlian EUC. Karyawan pria memiliki keahlian dalam EUC yang lebih tinggi dibandingkan dengan karyawan wanita. Rustiana (2004) juga menemukan bahwa keahlian pria lebih baik dari keahlian wanita dalam menggunakan komputer. Menurut Rifa dan Gudono (1999) serta
7
Indriantoro (2000) keahlian komputer berasosiasi negatif dengan sikap individu (computer anxiety), sehingga ada kemungkinan computer anxiety pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Namun Igbaria (1995) menemukan hasil yang berbeda bahwa tidak terdapat perbedaan sikap antara pria dan wanita dalam pemakaian personal computer. Wijaya dan Johan (2005) juga menemukan hasil yang berbeda dengan temuan Rifa dan Gudono (1999) yaitu tidak terdapat perbedaan computer anxiety pada wanita dan pria. Hal inilah yang memotivasi dilakukannya penelitian ini, agar dapat diperoleh bukti tambahan mengenai pengaruh computer anxiety terhadap keahlian pemakai komputer dengan memasukkan variabel moderasi locus of control dan gender terutama pada Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Kabupaten Jembrana. LPD diambil sebagai objek penelitian dikarenakan LPD merupakan salah satu lembaga keuangan dalam lingkup kecil di lingkungan pedesaan dan LPD merupakan lembaga keuangan yang dipastikan ada di tiap-tiap dan di seluruh wilayah Kabupaten atau Kota, sehingga menarik menggunakan LPD sebagai objek penelitian. Kabupaten Jembrana merupakan suatu daerah yang masih menjadikan LPD sebagai suatu badan usaha yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Mata pencaharian masyarakat Kabupaten Jembrana yang heterogen menjadikan LPD sebagai suatu lembaga yang dapat membantu masyarakat dalam berbagai hal dan usaha. Penerapan Teknologi Informasi yaitu sistem informasi dalam suatu perusahaan khususnya LPD tentu harus diimbangi dengan
8
kemampuan para pemakai sistem informasi didalamnya agar sistem informasi bisa berjalan secara efektif. Kabupaten Jembrana memiliki LPD sebanyak 64 LPD yang tersebar di lima kecamatan. Adapun jumlah LPD yang ada di Kabupaten Jembrana dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini: Tabel 1.1 Jumlah LPD yang ada di Kabupaten Jembrana Nama Kecamatan
Jumlah LPD
Pekutatan
13
Mendoyo
19
Jembrana
9
Negara
10
Melaya
13 TOTAL
64
Sumber: Pembina Lembaga Perkreditan Desa Kabupaten Jembrana, 2011 Penelitian ini dilakukan khususnya untuk mengetahui pengaruh computer anxiety dari perspektif gender terhadap keahlian pemakai komputer dengan variabel moderasi locus of control. Perluasan penelitian dilakukan dengan mengambil sampel pada pengguna komputer di LPD Kabupaten Jembrana untuk melihat konsistensi atas hasil penelitian yang diperoleh. Berdasarkan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka permasalahan tersebut dirumuskan dalam pertanyaan berikut: 1. Adakah pengaruh antara computer anxiety terhadap keahlian pemakai komputer?
9
2. Apakah terdapat perbedaan computer anxiety pemakai komputer pria dan wanita? 3. Apakah locus of control memoderasi pengaruh computer anxiety terhadap kualitas pemakai komputer?
1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang terdapat dalam penelitian, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan: 1. Menguji pengaruh computer anxiety terhadap keahlian pemakai komputer. 2. Menguji perbedaan computer anxiety pemakai komputer pria dan wanita. 3. Menguji pengaruh computer anxiety terhadap keahlian pemakai komputer dengan memasukkan variabel locus of control sebagai variabel moderasi.
1.3 Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, adapun manfaat yang diharapkan dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memperluas wawasan dan pengetahuan khususnya mengenai pengaruh computer anxiety dari perspektif gender terhadap keahlian pemakai komputer dengan variabel moderasi locus of control, sehingga nantinya dapat digunakan sebagai referensi bagi penelitian terkait di masa mendatang.
10
2. Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi LPD Kabupaten Jembrana tentang pengaruh computer anxiety dari perspektif gender terhadap keahlian pemakai komputer dengan variabel moderasi locus of control, sehingga dapat meningkatkan pengembangan mengenai penerapan kualitas pemakai sistem informasi pada LPD yang ada.
1.4
Sistematika Penulisan Sistematika penyajian memberikan gambaran secara garis besar, isi dan
susunan laporan penelitian yang dilakukan. Adapun sistematika penyajian dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penyajian dari penulisan.
BAB II
Kajian Pustaka Bab ini menguraikan landasan teori yang relevan dan berhubungan dengan
skripsi
yang
dilakukan,
pembahasan
hasil
penelitian
sebelumnya, serta hipotesis penelitian. BAB III Metode Penelitian Bab ini menguraikan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam pemecahan masalah meliputi: lokasi penelitian, obyek penelitian, indentifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber
11
data, metode penentuan sampel, responden penelitian, metode pengumpulan data, pengujian instrumen penelitian, dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. BAB IV Pembahasan Bab ini menguraikan tentang gambaran umum perusahaan, gambaran umum data, deskripsi hasil penelitian, dan disertai dengan pembahasan hasil penelitian yang dilakukan. BAB V
Penutup Dalam bab ini diuraikan tentang kesimpulan yang mencakup seluruh hasil penelitian dan juga merekomendasikan saran-saran yang dipandang perlu berdasarkan atas kesimpulan yang dilakukan.
12