1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Menyusui adalah suatu proses alamiah. Banyak ibu di seluruh dunia berhasil menyusui bayinya tanpa membaca mengenai ASI (Proverawati & Rahmawati, 2010). Dalam menyusui diperlukan cara-cara sederhana untuk mencapai kesuksesan menyusui, antara lain, menyusu di areola, percaya diri, meningkatkan frekuensi menyusui, dukungan yang optimal, konsumsi makanan dan minuman yang sehat serta rileks ketika menyusui (Proverawati & Rahmawati, 2010). Salah satu cara mencapai kesuksesan menyusui adalah adanya kepercayaan diri. Sering orang bingung dengan istilah kepercayaan diri dan self-efficacy. Kepercayaan diri adalah suatu keyakinan seseorang terhadap gejala aspek kelebihan yang dimiliki oleh individu dan keyakinan tersebut membuatnya mampu untuk bisa mencapai berbagai tujuan hidup ( Hakim & Thursan, 2002). Kemudian menurut Bandura self efficacy meliputi keyakinan terhadap kemampuan diri untuk mengatur dan melaksanakan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, dan berusaha mencari solusi apabila muncul masalah dalam proses mencapai tujuannya (Bandura, 1997). Self-efficacymenyusui
merupakan
keyakinan
seorang
ibu
pada
kemampuannya untuk menyusui bayinya dan memprediksi akan menyusui atau tidak, seberapa besar usaha yang dikeluarkan untuk menyusui, keinginan untuk
2
meningkatkan pola pikir
atau merusak pola pikir dan cara untuk mengatasi
kesulitan dalam menyusui (Dennis, 1999). Ada empat sumber utama informasi yang mempengaruhi sel-efficacy
menyusui yaitu: prestasi kerja (pengalaman
menyusui sebelumnya), pengalaman perwakilan (melihat orang lain menyusui), persuasi lisan (dukungan suami dan keluarga dalam menyusui) dan respon fisiologis ( kelelahan, stress dan kecemasan) (Dennis, 1999). Ibu postpartum sering mengalami kesulitan diawal menyusui seperti kelelahan, ASI sedikit, puting susu lecet, dan sebagainya. Kesulitan pada awal menyusui anak pertama mempengaruhi keputusan ibu untuk melanjutkan menyusui atau tetap menyusui pada anak selanjutnya, maka dari itu diperlukan support atau dukungan dalam menyusui (Andrew & Harvey, 2011). Dukungan keluarga akan sangat dibutuhkan ibu untuk meningkatkan rasa percaya diri dalam menghadapi dan memecahkan masalah menyusui sehingga mencegah penghentian menyusui secara dini (Yusria, 2011). Pengaruh dukungan sosial yang positif telah banyak dibuktikan, sebuah studi longitudinal di Amerika Serikat terhadap 203 ibu menyebutkan bahwa wanita yang terus menyusui sampai 6 minggu postpartum memiliki pasangan, ibu dan bidan yang mempunyai pandangan lebih mendukung terhadap menyusui dibandingkan wanita yang tidak melanjutkan menyusui sampai 6 minggu. Perilaku dan praktik menyusui ibu dipengaruhi oleh orang-orang khusus di dalam jaringan sosial ibu termasuk diantaranya ayah bayi, nenek, teman dekat dan tenaga professional (Swanson & Power, 2005).
3
Dukungan sosial terhadap ibu menyusui adalah perilaku yang mendukung pemberian ASI dari orang lain di dalam jaringan sosial yang dipercaya akan bermanfaat bagi dirinya (Williams et al., 2004). Ibu memperoleh dukungan saat ibu menerima pelayanan, perhatian, penghargaan, pengertian, saran, dorongan dan bantuan secara praktis yang diberikan tenaga professional, keluarga dan teman (Meedya et al., 2010). Selain dukungan dalam menyusui pengalaman melihat orang lain menyusui juga mempengaruhi proses menyusui (Hoddinott et al., 2010). Pengalaman melihat orang lain menyusui mempengaruhi minat wanita dalam menyusui. Wanita yang tidak pernah menyusui, namun pernah melihat orang menyusui lebih berminat untuk menyusui anaknya dibandingkan wanita yang tidak pernah melihat orang menyusui (Hoddinott et al., 2010). Pada masa pasca melahirkan ada perubahan dalam aspek fisik yaitu ibu postpartum rentan mengalami kelelahan. Hal ini disebabkan oleh proses persalinan yang mengeluarkan banyak energi, infeksi, kurang istirahat dalam keseharian, tekanan untuk dapat melakukan semua aktivitas, gangguan tidur malam hari, nyeri, stress yang berhubungan dengan peran baru, anemia dan aktivitas social (kebiasaan jagong bayi) (Troy & Pelish, 1995). Kelelahan ibu merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap pencapaian step 6 program Baby Friendly Initiative yaitu program tidak ada makanan atau minuman selain ASI Untuk bayi (Jones, 2011). Pasca melahirkan ibu juga mengalami perubahan pada aspek psikologis dapat berupa depresi.Terdapat 3 jenis depresi postpartum yaitu, postpartum blues,
4
postpartum depression dan postpartum psychosis(Munoz, Agruss, Haeger & Sivertsen, 2006).Dimana ada 3 jenis depresi postpartum yaitu, postpartum blues, postpartum depression dan postpartum psychosis(Munoz, Agruss, Haeger & Sivertsen, 2006).Depresi postpartumdapat terjadi sejak hari pertama sampai hari kesepuluh setelah persalinan( Pillitteri, 2005). Pada penelitian di bidang obstetric menyebutkan bahwa dari 2500 kelahiran setiap tahunnya bisa diperkirakan 7 kasus depresi setiap minggu ( Cogil, 1994). Penyebab depresi postpartum antara lain, riwayat depresi, masa kanak-kanak bermasalah, stress di rumah, harga diri rendah atau kuraang mendapatkan dukungan yang efektif dari orang terdekat (Pillitteri, 2005). Pada ibu yang mengalami depresi postpartum muncul rasa sedih, merasa lelah yang berlebihan, ketidak mampuan berhenti menangis, peningkatan kecemasan mengenai kesehatannya serta anaknya, perasaan tidak aman atau tidak bersedia ditinggal sendirian atau tidak dapat membuat keputusan dan gejala-gejala psikosomatis misalnya mual, muntah dan diare (Pillitteri, 2005). Beberapa penelitian menunjukan bahwa depresi postpartum berdampak pada proses menyusui. Ibu yang mengalami depresi postpartum beresiko lebih tinggi menghentikan pemberian ASI eksklusif (Akman et al.,2008 cit. Jager et al., 2012). Ketika masa onset,
82% ibu yang mengalami depresi postpartum berhenti
menyusui (Henderson et al., 2003 cit. Jager et al., 2012). ASI merupakan makanan yang penting dan terlengkap untuk bayi. ASI terdiri dari air, alfa-laktoalbumin, laktosa, kasein, asam amino, antibodi terhadap kuman, virus, dan jamur. Menyusui dapat meningkatkan perkembangan bayi dan
5
memberikan manfaat bagi kesehatan bayi, selain itu juga meningkatkan keterikatan antara ibu dan bayi (Proverawati & Rahmawati, 2010). World
Health
Organization
(WHO),
merekomendasikan
menyusui
dilanjutkan setidaknya sampai jangka waktu 2 tahun, sementara menyapih makanan tambahan dimulai setelah 6 bulan ASI eksklusif. Di Indonesia cakupan pemberian ASI eksklusif mencapai 61,5%. Pencapaian provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
dalam pemberian ASI eksklusif sudah di atas rata-rata
Indonesia yaitu 71%. Namun DIY masih menduduki peringkat delapan seIndonesia. Peringkat pertama diduduki oleh Nusa Tenggara Barat dengan selisih 8,7 % dari Yogyakarta. Hasil SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) 2012 menunjukan bahwa 50,8 % bayi umur 0-1 bulan mendapat ASI ekslusif (tanpa tambahan makanan atau minuman lain). Namun ibu yang memberikan tambahan susu lain pada usia yang sama sebanyak 31,5 % (Kementrian kesehatan, 2010). Proses menyusui dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, faktor fisik, sosial budaya, pengetahuan dan psikologis (Soetjiningsih, 2009). Pada ibu postpartum selain fisik yang masih lemah juga mengalami perubahan status emosi, dimana perubahan emosi berupa kecemasan ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi self-efficacy ibu dalam menyusui (Dennis, 1999). Hasil penelitian yang dilakukan di Brazil bagian selatan menunjukan bahwa ibu yang memiliki sindrom depresi postpartum merasa kurang percaya diri dalam menyusui (Zubaran & Foresti, 2013). Ibu yang mengalami peningkatan gejala depresi postpartum memiliki resiko lebih tinggi untuk penghentian menyusui
6
eksklusif dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami gejala depresi postpartum (Jager et al., 2012). Self-efficacy penting untuk segera ditingkatkan setelah melahirkan karena pengungkapan
kesulitan
dalam
awal
menyusui
berhubungan
dengan
ketidakefektifan menyusui eksklusif (Jager et al., 2012). Efikasi diri ibu berhubungan dengan lama pemberian ASI saja, yaitu efikasi diri ibu yang rendah mempunyai resiko untuk terjadinya pemberian ASI saja <60 hari 1,93 kali dibandingkan dengan efikasi diri ibu yang tinggi (Zakiah, Rasyad & Sujatno, 2012). Self-efficacy penting dalam proses menyusui namun penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi self-efficacy menyusui masih terbatas. Sebuah penelitian di Inggris menbuktikan bahwa pengalaman menyusui, pengalaman orang lain, persuasi verbal dan timbulnya emosi mempengaruhi self-efficacy menyusui (Entwistle et al., 2009). Di Indonesia sendiri masih belum ada penelitian tentang faktor yang mempengaruhi self-efficacy menyusui. RSUP Dr. Sardjito merupakan rumah sakit pusat di Yogyakarta yang menyediakan pelayanan pertolongan persalinan dan perawatan postpartum. Pertolongan dan perawatan postpartum dilakukan di Ruang Bougenville 2. Peneliti telah melakukan studi pendahuluan di bagian rekam medis RSUP Dr. Sardjito peneliti mendapatkan data jumlah ibu melahirkan di RSUP Dr. Sardjito. Peneliti melakukan penelitian di Ruang Bougenville 2 karena berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukan bahwa prevalensi depresi postpartum di Ruang Anggrek RSUP Dr. Sardjito mencapai 33,4 % (Udayani, 1998), 71,66% dan 24,32 % dengan tingkatan ringan – sedang (Isdinawati, 2000; Herlina, 2008).
7
Persentase pemberian susu tambahan pada bayi usia 0-1 bulan di Yogyakarta yang mencapai 31,5%, prevalensi depresi postpartum sebesar 33,4% di RSUP Dr. Sardjito, pentingnya self-efficacy dalam menyusui dan terbatasnya penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan self-efficacy di Indonesia menjadi latar belakang peneliti akan melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan self-efficacy ibu dalam menyusui Di RSUP Dr. Sardjito. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan self-efficacy menyusui di RSUP Dr. Sardjito.
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui
faktor- faktor yang berhubungan dengan self-efficacy
menyusui di RSUP Dr. Sardjito. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran depresi postpartum di RSUP Dr. Sardjito. b. Untuk mengetahui gambaran kelelahan pasca melahirkan di RSUP Dr. Sardjito. c. Untuk mengetahui gambaran self-efficacy ibu dalam menyusui. d. Untuk mengetahui hubungan usia dengan self-efficacy menyusui. e. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan self-efficacy menyusui. f. Untuk mengetahui hubungan jumlah anak dengan self-efficacy menyusui.
8
g. Untuk mengetahui hubungan pengalaman menyusui dengan self-efficacy menyusui. h. Untuk mengetahui hubungan melihat orang lain menyusui dengan selfefficacy menyusui. i. Untuk mengetahui hubungan dukungan suami/keluarga dengan selfefficacy menyusui. j. Untuk mengetahui hubungan tingkat kelelahan postpartum dengan selfefficacy menyusui. k. Untuk mengetahui hubungan depresi postpartum dengan self-efficacy menyusui. l. Untuk mengetahui faktor apa yang paling dominan berhubungan dengan self-efficacy menyusui.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahun khususnya dalam lingkup keperawatan
maternitas tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan self-efficacy menyusui. 2. Manfaat praktis a. Dapat memberikan informasi dan gambaran bagi pelaksana program KIA tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan self-efficacy menyusui sehingga dapat diperoleh suatu gambaran kondisi atau keadaan yang terkait dengan faktor self-efficacy menyusui.
9
b. Dapat dijadikan ilmu masukan bagi pelaksana program KIA mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan self-efficacy menyusui sehingga dapat diupayakan kegiatan atau program dalam meningkatkan self-efficacy menyusui. c. Dapat memberikan pengetahuan informasi kepada masyarakat dan pembaca mengenai self-efficacy menyusui.
E. Keaslian Penelitian Sepengetahuan
penulis,
penelitian
mengenai
“Faktor-Faktor
yang
Berhubungan dengan Self-Efficacy Menyusui di Ruang Bougenville 2 RSUP Dr. Sardjito”belum pernah dilakukan. Penelitian yang telah dilakukan dan berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Zubaran dan Foresti (2012) dengan judul “The Correlation Between Breastfeeding Self-Efficacy and Maternal Postpartum Depression in Shouthern Brazil”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan
self-efficacy
menyusui
dengan
gejala
depresi
postpartum. Persamaannya adalah jenis rancangan penelitian yaitu crosssectional, dan menggunakan kuesioner BSES-SF (Breast-feeding Self-Efficacy ScaleShort Form). Perbedaanya adalah variabel, tempat penelitian dan waktu penelitian. Pada penelitian ini
menggunakan variabel bebas self-efficacy
menyusui dan variabel terikat depresi postpartum. Variabel yang akan diteliti menggunakan variabel bebas pengalaman menyusui, pengalaman melihat orang lain menyusui, dukungan suami/keluarga, kelelahan postpartum, dan
10
depresipostpartumsedangkan variabel terikatnya yaitu self-efficacy menyusui. Tempat penelitian ini adalah Brazil bagian Selatan. Pada penelitian ini data diambil pada minggu kedua sampai minggu keduabelas postpartum sedangkan peneliti akan melakukan pengambilan data pada hari pertamapostpartumdi RSUP Dr. Sardjito. 2. Penelitian oleh Wijayanti (2011) dengan judul “Gambaran Tingkat Kelelahan dan Manajemen Kelelahan Berdasarkan Tiredness Management Guide (TMG) Selama Periode Postpartum”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kelelahan yang dialami ibu postpartum dan manajemen kelelahan berdasarkan TMG selama periode postpartum. Persamaannya adalah instrumennya yaituPostpartum Fatigue Scale (PFS). Sedangkan perbedaannya adalah variabel penelitian dan lokasi penelitian. Variabelpenelitian ini merupakan variabel tunggal yaitu tingkat kelelahan ibu postpartum sesuai dengan sumber yang berpotensi menyebabkan kelelahan berdasarkan TMG, serta manajemen atau cara mengatasi kelelahan tersebut berdasarkan intervensi yang ada di TMG. Variabel yang akan diteliti menggunakan variabel bebas pengalaman menyusui, pengalaman melihat orang lain menyusui, dukungan suami/keluarga, kelelahan postpartum, dan postpartum blues sedangkan variabel terikatnya yaitu self-efficacy menyusui.
Lokasi
penelitian ini di Rb Aisyah Muntilan dan BKIA Siti Khadijah Salam, sedangkan lokasi yang akan diteliti oleh peneliti adalah diruang Bougenville 2 RSUP Dr. Sardjito.
11
3. Penelitian oleh Entwistle, Kendall dan Mead (2009) dengan judul “Breastfeeding Support – The Importance of Self-Efficacy for Low-Income Women”. Tujuan penelitian ini adalah untuk memunculkan hasil interview kualitatif dan menexplorasi gambaran pengalaman dari kelompok wanita berpendapatan rendah dalam penjelasan kerangka teori self-efficacy. Persamaannya adalah meneliti tentang faktor yang berhubungan dengan selfefficacy. Sedangkanperbedaannya adalah jenis dan lokasi penelitian. Jenis rancangan penelitian ini adalah kualitatif sedangkan jenis rancangan penelitian peneliti adalah deskriptif analitik korelasional. Penelitian ini dilakukan di Inggris sedangkan penelitian peneliti akan dilakukan di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta. 4. Penelitian oleh Yunifah (2009) dengan judul “Hubungan Kualitas Hidup dengan Depresi Pada Ibu Postpartum Di Ruang Anggrek 2 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas hidup dengan depresi ibu postpartum di Ruang Anggrek 2 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.Persamaannya adalah menggunakan kuesioner Beck Depression Inventory (BDI). Sedangkanperbedaannya adalah variabel bebas dan variabel terikatnya. Variabel bebas penelitian ini adalah kualitas hidup sedangkan variabel bebasa pada penelitia yang akan dilakukan adalah pengalaman menyusui, pengalaman melihat orang lain menyusui, dukungan suami/keluarga, kelelahan postpartum dan depresi postpartum.Variabel terikat pada penelitian ini adalh depresi ibu postpartum sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan adalah self-efficacy menyusui.