BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa yunani, yaitu curir yang berarti “pelari” dan curere yang artinya “jarak yang harus ditempuh oleh pelari”.1Kurikulum secara sempit berarti sejumlah mata pelajaran di sekolah atau mata kuliah di perguruan tinggi, yang harus ditempuh untuk mencapai suatu tingkat tertentu atau ijazah.2 Adapun kurikulum secara luas diartikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.3 Implementasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti pelaksanaan, atau penerapan.4 Implementasi juga dapat diartikan sebagai suatu penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, ketrampilan, nilai maupun sikap. Adapun implementasi kurikulum diartikan sebagai suatu proses penerapan ide, konsep, dan kebijakan kurikulum (kurikulum potensial) dalam suatu aktivitas pembelajaran sehingga peserta
1
Abdul Khobir, Filsafat Pendidikan Islam (Landasan Teoritis dan Praktis) (Pekalongan: STAIN Press Pekalongan, 2009), hlm. 107. 2 Nik Haryati, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm. 1-2. 3 Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 22. 4 Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), hlm. 529.
1
2
didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.5 Sekolah sebagai tempat berlangsungnya proses pendidikan merupakan bagian dari masyarakat. Oleh karena itu, program pendidikan sekolah perlu memberikan wawasan yang luas pada peserta didik tentang karakteristik dan kekhususan yang ada dilingkungannya. Pengenalan keadaan lingkungan alam sosial dan budaya kepada peserta didik di sekolah memberikan kemungkinan kepada mereka untuk akrab, dan terhindar dari keterasingan terhadap lingkungannya.
Pengenalan
dan
pengembangan
lingkungan
melalui
pendidikan diarahkan untuk menunjang peningkatan kualitas sumber daya manusia pada akhirnya diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik. Dalam rangka inilah perlunya dikembangkan kurikulum muatan lokal.6 Muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh peserta didik di daerah itu.7 Kurikulum muatan lokal pada hakikatnya merupakan suatu perwujudan pasal 38 ayat 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) yang berbunyi, “pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan didasarkan atas kurikulum yang berlaku secara nasional
5
Muhammad Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 174. 6 E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2008), hlm. 271-272. 7 Subandijah, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum (Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada, 1996), hlm. 148.
3
dan kurikulum disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan dari ciri khas satuan pendidikan”.8 Kurikulum muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuikan dengan ciri khas dan potensi daerah termasuk keunggulan daerah yang materinya menjadi bagian dari mata pelajaran sendiri. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran ketrampilan.9 Muatan lokal merupakan
mata
pelajaran
sehingga
satuan
pendidikan
harus
mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang diselenggarakan.10 Pada
umumnya
sekolah
memasukkan
muatan
lokal
tentang
pengetahuan umum di lingkungan sekitar seperti seni batik, menjahit, menggambar/melukis, kerajinan tangan, tari-tarian, atau hal-hal yang menjadi ciri khas kebudayaan daerah setempat. Pada kenyataannya berbeda dengan Madrasah memasukkan muatan lokal pendidikan agama Islam yang bersumber dari kitab. Sama halnya di MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang memberikan pendidikan agama Islam yang disesuaikan dengan kurikulum dari Depag RI dengan ditambah kurikulum dari yayasan madrasah itu sendiri. MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang merupakan lembaga pendidikan yang muncul, tumbuh dan berkembang melalui dukungan 8
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Srategi, Sekolah) (Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2003), hlm. 40. 9 Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini TK/RA Usia Kelas Awal SD/MI (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 127. 10 Ibid., hlm. 128.
4
masyarakat, maka dalam program pendidikan (kurikulum) memperhatikan pengembangan isi yang sesuai dengan lingkungan masyarakat. MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang berada di lingkungan yang kental dengan agama Islam dan kebutuhan tentang pendidikan agama Islam yang tinggi. Sehingga MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang ini terkenal sebagai lembaga pendidikan yang kental akan pembelajaran ilmu agama. Walaupun MTs. Tholabuddin ini sudah mengikuti kurikulum dari Depag RI, akan tetapi MTs. Tholabuddin tetap konsisten dengan tujuan dan cita-cita semula, yaitu melestarikan ajaran Islam yang telah diajarkan oleh sang pendiri yayasan Tholabuddin yaitu dengan menambah pelajaranpelajaran agama yang mengadopsi materi-materi dari pondok pesantren seperti Nahwu Shorof, Ta’limul Muta’alim, dan Faraidh yang dijadikan sebagai kurikulum muatan lokal Diniyah. Dalam catatan sejarah pendidikan agama Islam di Indonesia, proses pengajaran banyak diimplementasikan diberbagai lembaga pendidikan nonformal seperti halnya di Pondok Pesantren maupun Madrasah Diniyah. Namun, semakin kesini banyak masyarakat yang kurang memperhatikan pendidikan agama, sama halnya dengan siswa MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang yang mana input siswa di MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang itu mayoritas dari Sekolah Dasar, selain itu juga banyak siswa dari luar desa Masin dan ada siswa yang sekolah nonformal (TPQ/Madrasah Diniyah) tidak melanjutkan sehingga pengetahuan tentang pendidikan agama Islam minim. Sehingga MTs. Tholabuddin Masin
5
Warungasem Batang memasukkan muatan lokal pendidikan agama Islam yakni mata pelajaran Diniyah. Implementasi kurikulum muatan lokal ini bertujuan agar siswa tidak merasa
asing
dan
dapat
membaca
kitab
kuning
serta
mampu
menerjemahkannya. Sehingga dari pihak sekolah berharap dapat mencetak siswa yang setidaknya mampu mengaji ilmu agama melalui kitab dan dapat mengamalkannya.11 Berawal dari latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk memilih judul “Implementasi Kurikulum Muatan Lokal Diniyah di MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang”, dengan alasan sebagai berikut: 1. Peneliti tertarik meneliti tentang kurikulum muatan lokal Diniyah di MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang karena walaupun pelajaran di MTs itu sudah berbasis agama, namun MTs. Tholabuddin ini menambah mata pelajaran Diniyah yang dijadikan sebagai kurikulum muatan lokal. Hal ini diselenggarakan oleh pengurus MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang dengan tujuan agar siswa mampu mengetahui dan dapat mempelajari ilmu Diniyah seperti Nahwu Shorof, Ta’lim Muta’alim dan Faraidh serta dapat membaca kitab kuning. 2. Peneliti tertarik meneliti di MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang karena ada salah satu pendidik di MTs. Tholabuddin Masin yang masih mempunyai hubungan saudara dengan peneliti, sehingga dapat
11
Nur Fitriyah, Kepala Sekolah MTs Tholabuddin Masin Warungasem Batang, Wawancara Pribadi, MTs Tholabuddin Masin Warungasem Batang, 18 September2015.
6
mempermudah dan membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian dari awal sampai akhir.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana implementasi kurikulum muatan lokal Diniyah di MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang?
2.
Apa faktor pendukung dan faktor penghambat implementasi kurikulum muatan lokal Diniyah di MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang? Supaya tidak terjadi perbedaan dalam penafsiran beberapa kata/istilah
yang tercantum dalam judul skripsi, peneliti memandang perlu untuk menegaskan istilah-istilah yang di pakai sebagai berikut: 1.
Implementasi Implementasi adalah pelaksanaan, penerapan.12
2.
Kurikulum Kurikulum
merupakan
suatu
program
pendidikan
yang
direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan tertentu.13 3.
Muatan Lokal Muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial
12
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), hlm. 375. 13 Muhammad Joko Susilo, Op. Cit., hlm. 80.
7
dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah yang wajib dipelajari oleh peserta didik di daerah itu.14 4.
Diniyah Diniyah merupakan salah satu nama mata pelajaran yang masuk dalam muatan lokal di MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang, yang isinya fokus pada pembelajaran ilmu Nahwu Shorof, Ta’lim Muta’alim dan Faraidh. Berdasarkan pengertian di atas, maka maksud dari judul skripsi
“Implementasi Kurikulum Muatan Lokal Diniyah di MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang” adalah suatu studi tentang pelaksanaan pembelajaran Diniyah sebagai pelajaran muatan lokal di MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang.
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban dari rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu: 1.
Untuk mengetahui pelaksanaan kurikulum muatan lokal Diniyah di MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang.
2.
Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat kurikulum muatan lokal Diniyah di MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang.
14
Subandijah, Loc. Cit.
8
D. Kegunaan Penelitian Berdasarkan uraian di atas, Penelitian ini diharapkan akan memiliki kegunaan sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menambah khasanah ilmu dalam bidang kependidikan yang dapat dijadikan sebagai studi lanjut. Dan diharapkan hasil penelitian nanti dapat memperkaya informasi dalam ilmu pendidikan, khususnya di bidang ilmu agama. 2. Secara Praktis Secara praktis penelitian ini dapat memiliki kegunaan: a. Bagi lembaga MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang Sebagai
bahan
pertimbangan
dalam
upaya
peningkatan
pemahaman dan pengalaman dalam bidang ilmu Diniyah secara benar. b. Bagi peneliti dan pembaca Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan pengalaman yang luas bagi peneliti dan pembaca.
E. Tinjauan Pustaka 1. Analisis Teoritis Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan
9
sumber daya manusia yang berkualitas dan pembangunan sektor ekonomi, yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan berlangsung dengan bebarengan.15 Menurut Syafruddin Nurdin dalam bukunya yang berjudul Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, mengemukakan bahwa implementasi sebagai proses untuk melaksanakan ide, program atau seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat menerima dan melakukan perubahan.16 Berdasarkan definisi impelentasi tersebut, implementasi kurikulum didefinisikan sebagai proses aktualisasi potensial/ideal menjadi kurikulum aktual (real) oleh staf pengajar/dosen/guru dalam kegiatan belajar mengajar perkuliahan.17 Menurut
Abdullah
Idi
dalam
bukunya
yang
berjudulPengembangan Kurikulum Teori dan Praktik, mengemukakan bahwa muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, serta lingkungan budaya dan kebutuhan daerah, sedangkan anak didik di daerah itu wajib mempelajarinya. Dengan demikian, kita harus benarbenar memerhatikan karakteristik lingkungan daerah tersebut dalam proses perencanaan kurikulum.18
15
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), hlm. 1. Syafruddin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), hlm. 72. 17 Ibid., hlm. 74. 18 Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 284. 16
10
Menurut E. Mulyasa dalam bukunya yang berjudul Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, memberikan pengertian tentang kurikulum muatan lokal adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran yang ditetapkan oleh daerah sesuai dengan keadaan dan kebutuhan daerah masing-masing serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.19 Kurikulum muatan lokal pada hakikatnya merupakan suatu perwujudan pasal 38 ayat 1 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) yang berbunyi, “pelaksanaan kegiatan pendidikan dalam satuan pendidikan didasarkan atas kurikulum yang berlaku secara nasional dan kurikulum disesuaikan dengan keadaan serta kebutuhan lingkungan dari ciri khas satuan pendidikan”.20 Menurut A. Maryanto dalam bukunya Kurikulum Lintas Bidang Studi, mengemukakan bahwa konsep muatan lokal merupakan strategi yang tepat. Konsep tersebut sebaiknya diberlakukan bagi sekolah-sekolah lanjutan dan tidak terbatas pada jenjang pendidikan sekolah dasar. Konsep tersebut merupakan pengakuan sah terhadap potensi lingkungan sekolah, ditilik dari aspek sosial, ekonomi, budaya, geografis dan alam. Dengan pengakuan tersebut, kebutuhan siswa masyarakat setempat serta aspirasi hidupnya menuntut para perencana kurikulum untuk bersikap lebih
19
E. Mulyasa, Op. Cit., hlm. 273. E. Mulyasa, Loc. Cit.
20
11
terbuka. Bentuk kurikulum yang diolah dengan pola pendekatan lintas bidang studi akan memiliki peluang berarti.21 Masuknya muatan lokal dalam kurikulum nasional tidak mengubah esensi tujuan pendidikan nasional. Artinya, tujuan pendidikan nasional dan tujuan kelembagaan pendidikan (tujuan institusional) tetap menjadi kerangka acuan bagi pelaksanaan muatan lokal. Masuknya muatan lokal harus dipandang sebagai pengaya kurikulum nasional. Dengan demikian tujuan muatan lokal sifatnya memperkaya, memperluas tujuan pendidikan yang telah digariskan dalam kurikulum nasional. Dengan perkataan lain, muatan lokal tidak boleh bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional, bahkan sebaliknya muatan lokal harus merupakan penjabaran lebih lanjut dari tujuan pendidikan nasional.22 Menurut Wina Sanjaya dalam bukunya yang berjudul Kurikulum dan Pembelajaran, mengemukakan bahwa sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup di lingkungan masyarakat. Dengan demikian apa yang dibutuhkan masyarakat harus menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan isi kurikulum. Kurikulum yang tidak memperhatikan kebutuhan masyarakat akan kurang bermakna.23
21
A. Maryanto, Kurikulum Lintas Bidang Studi (Jakarta: PT. Gramedia, 1994), hlm.9. Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1993), hlm. 173-174. 23 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm. 114. 22
12
2. Penelitian yang Relevan Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, terlebih dahulu telah dilakukan penelaahan terhadap judul-judul skripsi yang ada relevansi dengan judul penelitan ini.Diantara judul yang ditelaah adalah: Skripsi yang ditulis oleh Hidayatul Hasanah yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Kitab Riyaadhul Badii’ah (Analisis Muatan Lokal Kelas VIII di MTs Salafiyah Wonoyoso Buaran Pekalongan)”. Skripsi ini pada dasarnya mengulas tentang pembelajaran kitab kuning. Adapun hasil dari penelitian ini adalah tujuan dari pada pembelajaran kitab Riyadhul Badii’ah dengan muatan lokal adalah agar siswa tidak merasa asing dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya yang agamis, dimana kitab menjadi pedoman dalam praktik keagamaan seharian dan membekali siswa tentang cara makna “gandul” agar siswa nantinya dimasyarakat dapat mengikuti pengajian kitab baik di mushola, majlis ta’lim atau sejenisnya.24 Skripsi yang ditulis oleh Husein Syauqi Azmi yang berjudul “Implementasi Kurikulum Muatan Lokal English Conversation Kelas X di SMA Al-Irsyad Pekalongan” bahwa pelaksanaan muatan lokal English Conversation kelas X di SMA Al-Irsyad Pekalongan sudah baik ditandai dengan adanya konsep muatan lokal kurikulum English Conversation yang di dalamnya berupa dasar, tujuan, pemilihan bahan ajar, metode, media pembelajaran dan evaluasi. Namun jika dilihat dari faktor 24
Hidayatul Hasanah, “Implementasi Pembelajaran Kitab Riyaadhul Badii’ah (Analisis Muatan Lokal Kelas VIII di MTs Salafiyah Wonoyoso Buaran Pekalongan)”, Skripsi Sarjana Pendidikan Agama Islam, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2011), hlm. vii.
13
penghambat, muatan lokal ini masih mempunyai kekurangan yaitu tidak adanya perhatian khusus dari lajnah pendidikan dan pengajaran (LPP) di Al-Irsyad Al-Islamiyah Pekalongan yang merupakan lembaga atau penyelenggara di bidang pendidikan dan pengajaran di Al-Irsyad AlIslamiyah atau induk dari pada yayasan pendidikan di Al-Irsyad AlIslamiyah. Konsep-konsep kurikulum muatan lokal English Conversation di SMA Al-Irsyad Pekalongan dibuat sendiri tanpa ada bantuan dari yayasan yang seharusnya mempunyai peran aktif dalam bidang pendidikan di organisasi Al-Irsyad Al-Islamiyah Pekalongan, baik berupa pengadaan dana pendidikan untuk muatan lokal English Conversation.25 Adapun dalam pembahasan yang kaitannya dengan muatan lokal Diniyah itu sendiri belum ditemukan secara khusus, dari permasalahan ini peneliti tertarik untuk melalukan penelitian dalam pembahasan tentang pendidikan muatan lokal mata pelajaran Diniyah di MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang. 3. Kerangka Berpikir Kurikulum muatan lokal Diniyah sebagai ciri khas di MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang. Pelaksanaan pembelajaran merupakan proses belajar yang saling berhubungan dengan komponen satu dengan yang lain, yaitu tujuan, materi, metode dan evaluasi. Tujuan pembelajaran dalam proses belajar mengajar merupakan komponen utama yang harus dicapai setelah siswa menyelesaikan kegitan belajar. Untuk 25
Husein Syauqi Azmi, “Implementasi Kurikulum Muatan Lokal English Conversation Kelas X di SMA Al-Irsyad Pekalongan”, Skripsi Sarjana Pendidikan Agama Islam, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2013), hlm. vii.
14
mencapai tujuan pembelajaran tersebut, metode yang digunakan harus disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan. Kemudian setelah pembelajaran selesai maka diadakan evaluasi sebagai barometer untuk mengukur tercapai tidaknya pembelajaran. Dalam mata pelajaran Diniyah ini secara khusus menyajikan pengetahuan ilmu Nahwu Shorof, Ta’lim Muta’alim dan Faraidh kepada peserta didik. Dengan adanya pembelajaran Diniyah di MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang akan membantu siswa dalam menambah wawasan dan menambah keilmuan terutama pada bidang pendidikan agama Islam. Dari pemaparan kerangka berpikir di atas dapat dilihat pada skema di bawah ini. Bagan 1 Implementasi Kurikulum Muatan Lokal Diniyah di MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang.
15
F. Metode Penelitian 1. Desain Penelitian Desain penelitian meliputi jenis pendekatan dan jenis penelitian. a. Jenis Pendekatan Jenis pendekatan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yaitu prosedur yang menghasilkan data diskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.26 Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena data yang dicari berupa data-data langsung yang berbentuk lisan maupun tertulis, sehingga untuk memudakan pengambilan data tersebut maka pendekatan kualitatiflah yang sesuai dalam penelitian ini, disamping itu data hasil pengamatan yang diperoleh nantinya akan peneliti sajikan dalam bentuk data yang terjadi dari hasil pengamatan bukan dari suatu proses perhitungan angka-angka, maka dari itu peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. b. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan di tempat terjadinya gejala-gejala yang diselidiki.27 Dan dalam penelitian
26
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1998), hlm. 3. 27 James P. Spradley, Metode Etnografi, Edisi Terjemahan Oleh Misbah Zulfa Elizhabeth (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), hlm. vii.
16
ini yang menjadi objek penelitian adalah kurikulum muatan lokal Diniyah di MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang. 2. Sumber Data Sumber data adalah subyek dari mana dapat diperoleh. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu: a. Sumber Data Primer Sumber data primer adalah sumber bahan yang dilakukan oleh pihak yang hadir pada waktu kajian yang diperoleh dari sumber pertama melalui prosedur dan tenik pengambilan data yang berupa interview dan sebagainya.28 Adapun yang akan menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah, guru mata pelajaran muatan lokal Diniyah, kepala sekolah MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang, waka kurikulum MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang, dan kurikulum muatan lokal Diniyah di MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang. b. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder adalah sumber kajian pendukung atau bahan kajian yang bukan dari pihak yang hadir. Sumber data sekunder diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa bukubuku yang berkaitan dengan judul penelitian.29
28
Syaifuddin Azwar, Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1999), hlm. 36. Noeng Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1998), hlm. 28.
29
17
Adapun yang menjadi sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah arsip-arsip (dokumentasi), dan buku-buku yang berkaitan dengan judul penelitian. c. Sampel Dalam penelitian kualitatif, penentuan sampel dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung (emergent sampling design). Jadi jumlah sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya karena besar sampel ditentukan oleh pertimbangan informasi atas keadaan di lapangan. Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Pertimbangan tersebut atas dasar sumber data yang terdiri dari orang-orang yang dianggap paling tahu tentang apa yang peneliti harapkan, selain itu juga orang yang berkuasa sehingga akan memudahkan peneliti mempelajari obyek atau situasi orang yang diteliti. Penentuan unit sampel (responden) dianggap telah memadai apabila telah sampai pada taraf “redundancy” (datanya telah jenuh), artinya bahwa dengan menggunakan sumber data selanjutnya bisa dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti.30
30
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 55.
18
3. Teknik Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa teknik yang lazim digunakan dalam penelitian ilmiah untuk penelitian lapangan, antara lain: a. Metode Observasi Metode observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial dengan gejala-gejala perilaku untuk kemudian dilakukan pencatatan.31 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan cara mengamati secara langsung kegiatan belajar mengajar tentang pembelajarn muatan lokal diniyah di MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang. b. Metode Wawancara Metode wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung kepada responden, dan jawaban responden dicatat atau direkam.32 Metode ini digunakan untuk mengetahui informasi secara langsung dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan kepada Guru Mata Pelajaran
Muatan
Lokal
Diniyah
MTs.
Tholabuddin
Masin
Warungasem Batang, Kepala Sekolah MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang, Waka Kurikulum MTs. Tholabuddin Masin
31
P. Joko Subagyo, Metodologi Penelitian: Dalam Teori dan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 63. 32 M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Metodologi Pendidikan dan Aplikasinya (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 63.
19
Warungasem Batang, yang bertujuan untuk mengumpulkan data yang akurat dan mendalam dari pihak-pihak yang memiliki wewenang dalam kegiatan implementasi kurikulum muatan lokal Diniyah di MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang. c. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode yang dilakukan dengan mempelajari dokumen, arsip-arsip yang ada dan segala yang berhubungan dengan masalah tersebut.33 Metode ini digunakan untuk melengkapi data yang berkenaan dengan gambaran umum MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang antara lain tentang: Sejarah berdirinya MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang, Visi & Misi dan tujuan Madrasah, Struktur Organisasi dan data-data yang terkait lainnya. 4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis yaitu penenelitian yang berorientasi pada fenomena atau gejala yang bersifat alami mengingat dari intensitasnya demikian maka sifatnya mendasar dan naturalistik atau bersifat kealamian, serta tidak dilakukan di laboratorium, melainkan di lapangan.34 Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan 33
Sugiyono, Op. Cit., hlm. 82. Muhammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan (Bandung: Bumi Aksara, 1996), hlm. 16.
34
20
analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Miles and Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display dan data conclusion drawing/verification.35 a. Data Reduction (Reduksi Data) Reduksi data adalah proses analisis untuk memilih, memusatkan perhatian,
menyederhanakan,
mentransformasikan
data
yang
mengabstraksikan, muncul
dari
serta
catatan-catatan
lapangan.36 Dengan kata lain, reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data tentang implementasi kurikulum muatan lokal Diniyah di MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang dengan sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan akhir verifikasi. b. Data Display (Penyajian Data) Setelah melakukan reduksi terhadap data yang dikumpulkan, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Bentuk penyajian data
35
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D) (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 246. 36 Trianto, Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan Tenaga Kependidikan (Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 287.
21
yang akan digunakan adalah bentuk teks naratif. Hal ini didasarkan pertimbangan bahwa setiap data yang muncul selalu berkaitan erat dengan data lainnya. Oleh karena itu, diharapkan setiap data bisa dipahami dan tidak terlepas dari latarnya. Penyajian data ini digunakan sebagai bahan untuk menafsirkan dan mengambil simpulan atau dalam penelitian kualitatif dikenal dengan istilah inferensi yang merupakan makna terhadap data yang terkumpul dalam rangka menjawab permasalahan.37 c. Conclusion
Drawing/Verification
(penarikan
kesimpulan
dan
verivikasi) Langkah terakhir dalam analisis data ini adalah menarik kesimpulan dan verifikasi. Simpulan tersebut merupakan pemaknaan terhadap data yang telah dikumpulkan. Dalam penelitian ini, pengambilan kesimpulan dilakukan secara bertahap. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Proses untuk mendapatkan bukti-bukti inilah yang disebut sebagai verifikasi data. Apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang kuat dalam arti konsisten dengan kondisi yang ditemukan saat peneliti
37
Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2011), hlm. 172.
22
kembali ke lapangan maka kesimpulan yang diperoleh merupakan kesimpulan yang kredibel.38 Dengan demikian maka peneliti menganalisis data bermula dari data-data langsung dari sumber penelitian, yaitu guru mata pelajaran muatan lokal Diniyah dan waka kurikulum, kemudian peneliti padukan dengan konsep-konsep yang terlebih dahulu peneliti cantumkan, dari paduan tersebut peneliti simpulkan sehingga mendapat hasil yang jelas dari penelitian tersebut.
G. Sistematika Penulisan Skripsi Penulisan yang digunakan dalam penelitian ini diawali dengan halaman judul, halaman pernyataan, nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman persembahan, halaman moto, abstrak, kata pengantar, dan daftar isi. Untuk memudahkan pemahaman mengenai tata urut penulisan dari penelitian ini secara keseluruhan, maka sistematika penulisan skripsi ini disusun dalam lima bab. Bab I berisi Pendahuluan, meliputi: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan Skripsi. Bab II Kurikulum Muatan Lokal Diniyah. Pertama, Kurikulum Muatan Lokal meliputi: Pengertian Kurikulum Muatan Lokal, Dasar dan Tujuan Muatan Lokal, Fungsi Muatan Lokal, Strategi Pelaksanaan Muatan
38
Ibid., hlm. 291.
23
Lokal, Bahan Pengajaran Muatan Lokal, Evaluasi Muatan Lokal. Kedua, Metode Pembelajaran Diniyah. Ketiga, Media dan Sumber Pembelajaran Diniyah meliputi: Media Pembelajaran Diniyah dan Sumber Pembelajaran Diniyah. Keempat, Evaluasi Pembelajaran Diniyah. Bab III Implementasi Kurikulum Muatan Lokal Diniyah di MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang. Pertama, Gambaran Umum MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang, meliputi: Profil MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang, Letak Geografis, Visi Dan Misi, Sarana dan Prasarana, Struktur Organisasi, Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa. Kedua, Implementasi kurikulum muatan lokal Diniyah di MTs. Tholabuddin Masin Warungasem
Batang.
Ketiga,
Faktor
pendukung
dan
penghambat
implementasi kurikulum muatan lokal Diniyah di MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang. Bab IV Analisis Implementasi Kurikulum Muatan Lokal Diniyah di MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang. Meliputi: Pertama, Analisis Implementasi kurikulum muatan lokal Diniyah di MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang. Kedua, Analisis Faktor pendukung dan penghambat implementasi kurikulum muatan lokal Diniyah di MTs. Tholabuddin Masin Warungasem Batang. Bab V Penutup yang terdiri dari Simpulan dan Saran.
24
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 1996. Strategi Penelitian Pendidikan. Bandung: Bumi Aksara. Arifin, Zainal. 2011. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Azmi, Husein Syauqi. 2013. “Implementasi Kurikulum Muatan Lokal English Conversation Kelas X di SMA Al-Irsyad Pekalongan”, Pekalongan: Skripsi Sarjana Pendidikan Agama Islam. Azwar, Syaifuddin. 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara. Haryati, Nik. 2011. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam. Bandung: Alfabeta. Hasan, M. Iqbal. 2004. Pokok-pokok Materi Metodologi Pendidikan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Hasanah, Hidayatul. 2011. “Implementasi Pembelajaran Kitab Riyaadhul Badii’ah (Analisis Muatan Lokal Kelas VIII di MTs Salafiyah Wonoyoso Buaran Pekalongan)”, Pekalongan: Skripsi Sarjana Pendidikan Agama Islam. Hidayat, Sholeh. 2013. Pengembangan Kurikulum Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Idi, Abdullah. 2013. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Jogjakarta: ArRuzz Media. Khobir, Abdul. 2009. Filsafat Pendidikan Islam (Landasan Teoritis dan Praktis). Pekalongan: Stain Press Pekalongan. Maryanto, A. 1994. Kurikulum Lintas Bidang Studi. Jakarta: PT. Gramedia. Moleong, Lexy J. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Muhadjir, Noeng. 1998. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.
25
Mulyasa, E. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Srategi, Sekolah). Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. . 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Nurdin, Syafruddin. 2005. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum. Ciputat: Quantum Teaching. Sanjaya, Wina. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Spradley, James P. 2006. Metode Etnografi, Edisi Terjemahan Oleh Misbah Zulfa Elizhabeth. Yogyakarta: Tiara Wacana. Subagyo, P. Joko. 2004. Metodologi Penelitian: Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Subandijah. 1996. Pengembangan dan Inovasi Kurikulum. Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada. Sudjana, Nana. 1993. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta. ________ . 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Susilo, Muhammad Joko. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Manajemen Pelaksanaan dan Kesiapan Sekolah Menyongsongnya). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Trianto. 2010. Pengantar Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana. _____ . 2011. Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik Bagi Anak Usia Dini TK/RA Usia Kelas Awal SD/MI. Jakarta: Kencana.