1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Salah satu usaha yang memiliki arah dan sifatnya sistematis demi perubahan tingkah laku yang menjadi lebih baik dari siswa adalah pendidikan. (Sadirman, 2011). Dengan pendidikan, siswa akan menjalankan tugas perkembangannya sesuai dengan semestinya karena mendapat bimbingan dari guru. Bimbingan guru akan sangat berguna untuk kehidupan siswanya kelak. Tugas guru bukan hanya menyampaikan bahan pengajaran pada siswa, tetapi harus menguasi bahan tersebut secara keseluruhan agar siswa memiliki motivasi belajar yang lebih baik (Sadirman, 2011). Hubungan antara siswa dan guru merupakan hal cukup penting dalam proses belajar dan mengajar terutama di sekolah. Selama di sekolah, siswa melakukan interaksi dengan guru dalam menerima pelajaran. Interaksi tersebut dapat tumbuh positif maupun negatif pada setiap siswa. Hubungan yang positif antara siswa dan guru dapat membuat pengalaman belajar dan menumbuhkan motivasi belajar siswa (Ahmad & Sahak, 2009). Suatu keadaan yang dapat membuat seseorang menjadi lebih bersemangat dan lebih fokus mencapai tujuan, disebut motivasi. Perilaku yang menunjukkan seseorang memiliki motivasi adalah orang tersebut mempunyai fokus terhadap arah dan tujuannya, selain itu hal tersebut bertahan tidak sebentar (Santrock, 2004). Menurut Whittaker (Soemanto, 2006), motivasi mampu membuat seseorang menjadi lebih terdorong untuk mencapai tujuannya. Sama halnya dengan Whittaker, Morgan mengatakan bahwa motivasi berhubungan dengan aspek-aspek sebagai berikut, yaitu keadaan yang dapat menimbulkan perilaku termotivasi (motivating states), perilaku yang ditimbulkan akibat keadaan itu (motivated behavior), dan tujuan dari perilaku itu (goals or ends of such behavior) (Soemanto, 2006:206). Febi Rosalia Indah, 2014 Hubungan antara Kelekatan dengan Motivasi Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
Motivasi merupakan aspek penting dari proses belajar dan mengajar. Seorang siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah tidak akan berusaha keras belajar untuk menggapai cita-citanya. Sedangkan Siswa yang memiliki motivasi tinggi akan senang pergi ke sekolah dan menikmati proses belajar (Santrock, 2004:509). Terdapat dua jenis motivasi yang ada dalam diri seseorang, yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik merupakan suatu keadaan yang dapat membuat sesorang terdorong melakukan usaha untuk mendapatkan sesuatu (tujuan). Sesuatu yang datang dari luar tersebut dapat berupa imbalan atau hukuman. Contohnya, seorang siswa rajin belajar karena agar mendapat uang jajan lebih dari orang tuanya. Sedangkan motivasi intrinsik adalah suatu dorongan yang datang dari diri sesorang untuk melakukan usaha dalam medapatkan sesuatu (tujuan). Contohnya, siswa rajin belajar karena menyukai pelajarannya (Santrock, 2004). Motivasi belajar adalah Motivasi belajar dapat timbul karena faktor instrinsik, misalnya seorang siswa mempunyai keinginan untuk berhasil karena ia menyukai proses yang ditempuh untuk mendapatkan keberhasilan itu. Sedangkan faktor ekstrinsiknya, dapat berupa imbalan atau penghargaan yang datang dari lingkungan belajar. Lingkungan belajar yang mendukung seperti adanya perhatian orang-orang terdekat anak, yaitu orang tua, guru, teman dekat dan lainnya akan sangat membantu anak menumbuhkan motivasi belajarnya (Uno, 2006:23). Beberapa peran yang dimiliki guru dalam proses belajar dan mengajar diataranya adalah, guru tidak hanya betugas sebagai “pengajar” menyampaikan bahaan pelajaran, tetapi juga seorang “pendidik” yang mampu membimbing siswanya mengembangkan potensi yang dimiliki siswanya agar menjadi lebih optimal. Artinya, seorang guru memiliki peranan yang cukup penting dalam proses pencapaian tujuan pendidikan. Dalam proses belajar dan mengajar, terdapat interaksi antara guru dengan siswa yang diharapkan dapat memotivasi Febi Rosalia Indah, 2014 Hubungan antara Kelekatan dengan Motivasi Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
siswa untuk belajar. Melalui interaksi tersebut seorang guru diharapkan dapat mengembangkan potensi yang dimiliki siswanya, karena siswa tersebut akan lebih termotivasi dalam belajar dan berusaha optimal dalam menggapai citacitanya. Pernyataan di atas sesuai dengan pendapat Hawley (Yusuf, 1993), siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi, maka usaha yang dilakukannya akan lebih optimal dibandingankan dengan siswa yang memiliki motivasi yang rendah. Menurut Stipek (dalam Santrock, 2008) siswa yang bermasalah di sekolah pada umumnya memiliki interaksi yang negatif dengan gurunya. Interaksi yang baik antara guru dengan siswa, akan membuat siswa merasa nyaman belajar di kelas, sedangkan jika siswa sendiri merasa kurang nyaman dengan guru maka proses belajar pun akan terhambat. Perhatian orang tua, guru, dan teman dalam bentuk dukungan akan memungkinkan anak untuk lekat yang ditunjukan anak terhadap figur lekatnya (Bashori, 2003). Dalam usaha menunjukkan tingkah laku lekatnya ini, anak akan berusaha untuk mempertahankan hubungan ini dengan cara menaruh rasa percaya dan menjalin komunikasi dengan figur lekatnya. Menurut Bowlby, kelekatan (attachment) sendiri adalah ikatan kasih sayang yang berkembanng antara anak dan pengasuhnya (Bashori, 2003:31). Pengasuh dalam hal ini adalah guru, sebagai orang tua pengganti ketika siswa berada di sekolah. Guru adalah salah satu figur lekat siswa di sekolah. Ainsworth (1978) menggambarkan tiga jenis gaya kelekatan, yaitu gaya kelekatan aman (secure), cemas (anxious) dan menghindar (avoidant). Orangorang yang memiliki gaya kelekatan aman (secure) memiliki kepercayaan pada orang lain. Mereka sangat menyambut jika orang lain membuat hubungan dekat dengan mereka dan hubungan mereka cenderung bertahan lama. Sedangkan orang-orang yang menunjukkan gaya kelekatan cemas (anxious) berpikir bahwa orang lain enggan untuk membuat hubungan yang dekat dengan mereka. Mereka memiliki rasa takut untuk ditolak, selain itu hubungan mereka cenderung tidak bertahan lama. Jenis gaya kelekatan yang terakhir yaitu gaya kelekatan Febi Rosalia Indah, 2014 Hubungan antara Kelekatan dengan Motivasi Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
menghindar (avoidant), orang-orang yang memiliki gaya kelekatan ini tidak nyaman berada dekat dengan orang lain. Mereka sulit untuk mempercayai orang lain. Selain itu, mereka juga tidak bisa membiarkan diri mereka tergantung pada orang lain. Terdapat beberapa hasil peneltian yang berhubungan dengan kelekatan dan motivasi belajar. Penelitian dari Ahmad & Sahak (2009) tentang kelekatan siswa-guru dan sikap guru terhadap kerja dilakukan pada 242 orang guru di 17 sekolah Malaysia. Penelitian ini hanya diujikan pada guru biasa (tidak termasuk kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan guru konseling). Hasilnya menunjukan bahwa terdapat hubungan antara kelekatan siswa pada guru dengan sikap guru terhadap kerja. Hubungan yang positif antara siswa dan guru membuat kenyamanan pada saat proses belajar mengajar, dengan begitu guru akan lebih termotivasi untuk mengajar. Menurut Sadirman (2011) dengan adanya motivasi yang dimiliki oleh guru, guru akan melakukan usaha dalam membimbing dan menumbuhkan motivasi pada siswanya agar dapat belajar secara optimal. Penelitian dari Helmi (1999) tentang gaya kelekatan dan konsep diri yang dilakukan terhadap mahasiswa jurusan psikologi negeri (33 orang) dan swasta (58 orang), menunjukkan bahwa ketiga jenis gaya kelekatan merupakan konstruksi yang bersifat kecenderungan, artinya jenis gaya kelekatan tersebut tidak selamanya melekat pada diri seseorang dan dapat berubah seiring waktu, sesuai intensitas interaksi seseorang dengan figur lekatnya. Selain itu, dalam penelitian ini gaya kelekatan aman mempunyai kontribusi lebih besar dalam konsep diri seseorang dibandingkan dengan gaya kelekatan cemas dan gaya kelekatan menghindar. Rienties dkk (2008) melakukan penelitian tentang virtual tim dan attachment khusus untuk motivasi intrinsik. Penelitian ini dilakukan pada 82 partisipan yang dibagi ke dalam sub-kelompok, dengan profil yang berbedaFebi Rosalia Indah, 2014 Hubungan antara Kelekatan dengan Motivasi Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
beda. 45% partisipan diantaranya adalah perempuan. Hasilnya menyatakan dalam 3 profil yang dibentuk sebelumnya yaitu: 1. motivasi intrinsik rendah, motivasi eksrinsik tinggi, 2. motivasi intrinsik dan ekstrinsik sedang, 3. motivasi intrinsik tinggi dan motivasi ekstrinsik tinggi. Ternyata setelah diujikan hasilnya profil motivasi mempengaruhi dengan siapa partisipan berinteraksi. Partisipan dengan motivasi intrinsik tinggi lebih mudah berinteraksi atau menjalin hubungan kelekatan dengan profil lain, sedangkan partisipan dengan motivasi intrinsik rendah dan sedang lebih fokus pada kelompok profilnya sendiri daripada dengan kelompok profil lain. Hal tersebut menyiratkan motivasi yang timbul dari dalam diri siswa memiliki peran lebih besar daripada motivasi yang datang dari orang lain, seperti orang tua ataupun guru di sekolah. Dengan kata lain kelancaran pembelajaran dengan virtual tim tersebut dipengaruhi oleh motivasi intrinsik siswa itu sendiri. Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa kelekatan merupakan konstruksi yang bersifat kecenderungan, artinya kelekatan tersebut dapat berubah seiring waktu sesuai intensitas interaksi seseorang dengan figur lekatnya. Seseorang akan merasa nyaman jika memiliki interaksi atau kelekatan (attachment) yang positif dengan figur lekatnya. Dalam setting sekolah, guru merupakan salah satu figur lekat. Figur lekat sendiri termasuk faktor ekstrinsik dalam motivasi belajar siswa. Interaksi positif antar guru dan siswa dapat menciptakan suasana yang nyaman, sehingga guru akan termotivasi untuk lebih mengembangkan potensi siswanya agar memiliki motivasi belajar yang tinggi. Namun, dalam penelitian lain ternyata motivasi instrinsik pada anak (siswa) memiliki peran yang lebih besar daripada motivasi yang datang dari pihak lain, siswa yang memiliki motivasi intrinsik tinggi lebih mudah berinteraksi atau melakukan kelekatan dengan orang lain. Dengan adanya keragaman dari hasil penelitian di atas, peneliti tertarik untuk mengungkap dan mengidentifikasi hubungan gaya kelekatan dengan motivasi belajar siswa.
Febi Rosalia Indah, 2014 Hubungan antara Kelekatan dengan Motivasi Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Dalam proses belajar dan mengajar, guru mempunyai peran yang cukup penting. Salah satunya memotivasi siswa untuk giat belajar agar mencapai prestasi yang dicita-citakan. Kelekatan siswa pada guru akan mempengaruhi proses belajar mengajar tersebut. Interaksi yang baik antara guru dengan siswa, akan membuat siswa merasa nyaman belajar di kelas, sedangkan jika siswa sendiri merasa kurang nyaman dengan guru maka proses belajar pun akan terhambat. Menurut Ainsworth (1978) ada tiga jenis gaya kelekatan, yaitu gaya kelekatan aman, gaya kelekatan cemas dan gaya kelekatan menghindar (avoidant). Dari ketiga jenis gaya kelekatan ini dikentarai akan berbeda-beda pula hubungannya dengan motivasi belajar siswa. Dengan begitu, secara imum fokus permasalah yang ingin peneliti kaji adalah,“Apakah terdapat hubungan antara kelekatan dengan motivasi belajar siswa?” Berdasarkan pemaparan di atas, maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran gaya kelekatan di SDN Sukagalih Bandung? 2. Bagaimana gambaran motivasi belajar siswa di SDN Sukagalih Bandung? 3. Apakah terdapat hubungan antara gaya kelekatan dengan motivasi belajar siswa di SDN Sukagalih Bandung?
Febi Rosalia Indah, 2014 Hubungan antara Kelekatan dengan Motivasi Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah tersebut, adalah sebagai berikut: 1. Untuk memperoleh temuan mengenai kelekatan di SDN Sukagalih Bandung. 2. Untuk memperoleh temuan mengenai motivasi belajar siswa di SDN Sukagalih Bandung. 3. Untuk memperoleh temuan mengenai hubungan antara kelekatan dengan motivasi belajar siswa di SDN Sukagalih Bandung.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dari segi teoritik maupun empirik, yaitu:
1. Kegunaan Teoritis Memberikan sumbangan aspek teoritik yaitu bagi perkembangan ilmu psikologi khususnya pada bidang psikologi pendidikan melalui pendekatan serta metode-metode yang digunakan terutama yang menyangkut kelekatan siswa pada guru dan motivasi belajar siswa, sehingga diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi para akademisi dalam pengembangan teori kelekatan dan motivasi belajar.
2. Kegunaan Praktis a. Untuk Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber keilmuan mengenai hubungan antara kelekatan dengan dengan motivasi belajar siswa yang nantinya dapat dijadikan masukan bagi bagi sekolah untuk membangun suasana belajar yang lebih nyaman, sehingga mampu mencapai tujuan belajar yang sudah ditetapkan. Misalnya melalui cara mewajibkan guru menyambut siswa dengan senyum dan sapaan salam ketika bertemu siswa. Febi Rosalia Indah, 2014 Hubungan antara Kelekatan dengan Motivasi Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
b. Untuk Guru Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru agar mampu membuat hubungan kelekatan yang baik dengan siswanya agar siswanya lebih termotivasi untuk giat belajar, misalnya dengan cara mengajar yang ramah namun tegas dan memberikan hadiah atau hukuman pada siswa sesuai dengan kebutuhan.
c. Penelitian Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu referensi bagi peneliti selanjutnya untuk mengembangkan penelitian lain, khususnya yang berhubungan dengan gaya kelekatan dan motivasi belajar.
Febi Rosalia Indah, 2014 Hubungan antara Kelekatan dengan Motivasi Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
E. Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi skripsi dirancang untuk mengetahui alur pikir dalam penelitian ini dan berfungsi sebagai pedoman pembuatan laporan penelitian. Pemaparannya adalah sebagai berikut: Skripsi ini terdiri atas lima bab, yaitu Bab I merupakan pendahuluan, yang meliputi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi. Bab II terdiri atas kajian pustaka mengenai kelekatan dan motivasi belajar, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Bab III menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan, terdiri atas lokasi dan sampel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas instrumen, dan analisis data penelitian. Bab IV memaparkan hasil penelitian dan pembahasan. Bab V merupakan penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran.
Febi Rosalia Indah, 2014 Hubungan antara Kelekatan dengan Motivasi Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu