BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial, dimana manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Sejak jaman dahulu manusia hidup bergotongroyong, sesuai dengan pepatah “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Nilai kesetiakawanan, kebersamaan, gotong-royong, menolong tanpa pamrih selalu diturunkan dari generasi ke generasi. Namun seiring dengan kemajuan jaman, perkembangan ilmu dan teknologi, pola pikir serta pola hidup manusia pun mulai terjadi perubahan. Perubahan ini ditandai dengan adanya pergeseran norma dan nilai, pola hidup manusia yang berorientasi pada dirinya sendiri, dan materi atau uang serta keenganan untuk menolong orang lain, sampai menolong dengan pamrih atau mengharapkan balas jasa. Perilaku prososial merupakan salah satu bentuk perilaku yang muncul dalam kontak sosial, sehingga perilaku prososial adalah tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong orang lain tanpa mempedulikan motif-motif si penolong. Tindakan menolong sepenuhnya dimotivasi oleh kepentingan sendiri tanpa mengharapkan sesuatu untuk dirinya. Tindakan prososial lebih menuntut pada pengorbanan tinggi dari si pelaku dan bersifat sukarela atau lebih ditunjukkan untuk menguntungkan orang lain daripada untuk mendapatkan imbalan materi maupun sosial. Baron, dkk (2006) mendefinisikan perilaku prososial sebagai suatu tindakan menolong yang menguntungkan orang lain tanpa harus menyediakan suatu manfaat
1
2
langsung kepada orang yang melakukan tindakan menolong tersebut, dan bahkan mungkin memberikan risiko bagi orang yang menolong. Meskipun tindakan prososial dimaksudkan untuk memberikan keuntungan kepada orang lain, namun tindakan ini dapat muncul karena beberapa alasan. Misalnya, seorang individu mungkin membantu orang lain karena punya motif untuk mendapatkan keuntungan pribadi (mendapat hadiah), agar dapat diterima orang lain, atau karena memang dia benar-benar bersimpati, atau menyayangi seseorang. Hal tersebut juga terjadi pada siswa SMK Batik Surakarta. Fenomena yang terjadi pada diri siswa SMK Batik Surakarta kaitannya dengan perilaku prososial siswa berdasarkan hasil angket awal, yang dilakukan kepada 20 siswa menyatakan bahwa siswa ikut menjenguk apabila ada kerabat teman yang sedang sakit sebanyak 13 siswa (65%), siswa tidak membiarkan nenek-nenek kesusahan dalam menyebrang jalan raya sebanyak 7 siswa (35%), menolong teman yang kesusahan mengeluarkan motor dari parkiran sebanyak 4 siswa (20%), ikut melayat kerabat teman yang meninggal dunia sebanyak 15 siswa (75%), bersedia meminjamkan catatan kepada teman yang tidak dekat sebanyak 3 siswa (15%), bersedia menjelaskan kepada teman yang kurang mengerti setelah pelajaran usai sebanyak 2 siswa (10%), bersedia mengantarkan teman yang sedang sakit ketika di sekolah sebanyak 17 siswa (85%). Berdasarkan hasil angket awal prososial yang diberikan kepada siswa menunjukkan bahwa prososial yang dimiliki oleh siswa berkaitan dengan sikap berbagi (sharing) sudah baik, sebagian besar siswa sudah bersedia berbagi perasaan dengan orang lain dalam suasana suka dan duka, misalnya menjenguk kerabat teman yang sakit, ikut melayat kerabat teman yang meninggal dunia serta bersedia
3
mengantar teman yang sedang sakit. Sedangkan perilaku prososial yang masih rendah nampak pada kerjasama (cooperating), yaitu siswa masih enggan untuk berbagi catatan dengan teman yang tidak dekat, tidak bersedia menjelaskan materi kepada teman yang kurang jelas. Perilaku prososial yang belum optimal juga ditunjukkan dari ketidaksediaan siswa dalam membantu teman yang kesusahan dalam mengeluarkan motor dari parkiran. Perilaku prososial merupakan suatu bentuk tindakan yang dilakukan individu untuk menolong orang lain tanpa memperdulikan konsekuensi yang terjadi pada dirinya saat memberikan pertolongan kepada orang lain serta tanpa pamrih, namun terdapat beberapa siswa dalam lingkungan SMK Batik 2 Surakarta yang memiliki rasa kepeduliaan dan kepekaan yang baik pada orang sekitarnya dan ada juga yang tidak memiliki rasa kepedulian dan kepekaan pada orang sekitarnya. Ketika siswa tersebut melihat seseorang yang membutuhkan pertolongan seperti halnya yang sudah dilakukan oleh siswa seperti mengantar pulang siswa lain yang sedang sakit, menjengung kerabat teman yang sakit maupun membantu nenek-nenek yang sedang menyebrang jalan. Perilaku prososial yang ditunjukkan oleh siswa SMK Batik 2 Surakarta ada yang tinggi dan ada yang rendah, hal tersebut disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut Dayaksini dan Hudaniah (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku prososial adalah self-gain, personal values and norms, dan empathy. Empati merupakan faktor yang menentukan perilaku prososial remaja. Empati diartikan sebagai perasaan simpati dan perhatian terhadap orang lain, khususnya untuk berbagi pengalaman atau secara tidak langsung merasakan penderitaan orang lain (Sears, dkk
4
dalam Asih, 2010). Kemampuan empati yang ditunjukkan oleh individu akan dapat membuatnya memahami orang lain secara emosional dan intelektual. Perasaan kasihan terhadap orang lain dapat meningkatkan kesediaan pendidik untuk bekerjasama dan mau berbagi memberikan sumbangan yang berarti kepada orang lain. Stephan dan Stephan dalam Asih (2010) meyatakan bahwa orang yang mempunyai rasa empati akan berusaha untuk menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan dan merasa kasihan terhadap penderitaan orang tersebut. Motif prososial dilandasi oleh respon empati, empati itu sendiri termasuk aspek afeksi. Untuk menghasilkan suatu motif prososial dalam diri seseorang, perlu terjadi interaksi antara dua aspek yakni aspek kognisi dan aspek afektif. Secara singkat interaksi tersebut yakni bahwa reaksi empati tergantung pada kemampuan kognitif yang dimiliki oleh seseorang, sedangkan untuk kemampuan kognitif yang dipakai untuk dapat memahami, menginterpretasikan keadaan seseorang sebagai keadaan yang membutuhkan bantuan, tergantung pada reaksi empati. Beberapa penelitian yang di lakukan di Indonesia maupun di luar negeri menyatakan bahwa empati dan simpati adalah faktor yang sangat penting dalam munculnya perilaku prososial. Gagasan tersebut telah banyak diuji secara sistematis, dan telah didukung banyak bukti empiris. Temuan yang sangat jelas menunjukkan peran empati dan perilaku prososial adalah hasil penelitian yang dilakukan terhadap sekelompok subjek dewasa. Salah satu penelitian adalah yang dilakukan oleh Toi dan Batson (Eisenberg, 1987 dalam Kau, 2010). Empati dan perilaku prososial juga berkaitan dalam seting kehidupan sehari-hari. Orang-orang yang membantu orang Yahudi dari Nazi ketika diwawancara menjelaskan motif mereka membantu. Lebih
5
dari separuh menyatakan bahwa mereka membantu karena rasa empati dan simpati dengan kondisi para korban (Oliner & Oliner dalam Eisenberg, 1987 dalam Kau, 2010 ). Sementara itu, studi terhadap subjek anak-anak menunjukkan hasil yang tidak konsisten, namun tetap mengindikasikan adanya hubungan antara empati dan perilaku prososial. Beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa empati tidak berhubungan secara positif dengan perilaku prososial mungkin disebabkan karena pengukuran empati yang kurang valid. Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas maka muncul rumusan masalah sebagai berikut: “Apakah ada hubungan antara empati dengan perilaku prososial pada siswa SMK Batik 2 Surakarta?”. Dengan ini penulis ini melakukan penelitian dengan judul “Hubungan antara Empati dengan Perilaku Prososial pada Siswa SMK Batik 2 Surakarta”.
B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Hubungan antara empati dengan perilaku prososial pada siswa SMK Batik 2 Surakarta. 2. Tingkat empati pada siswa SMK Batik 2 Surakarta 3. Tingkat perilaku prososial pada siswa SMK Batik 2 Surakarta. 4. Besarnya sumbangan efektif empati dengan perilaku prososial pada siswa SMK Batik 2 Surakarta.
6
C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Siswa Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi siswa dalam melakukan perilaku prososial yang bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkannya. 2. Kepala Sekolah Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi sekolah dalam upaya menumbuhkan sikap empati pada diri siswa sehingga berdampak terhadap perilaku prososial pada diri siswa. 3. Guru Hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman bagi guru dalam meningkatkan perilaku prososial siswa dengan memberikan contoh keteladanan bagi siswa. 4. Peneliti Lain Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wacana pemikiran serta menjadi referensi acuan untuk penelitian selanjutnya bagi kalangan ilmuwan psikologi pada khususnya dan peneliti lain pada umumnya.