BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat anti inflamasi nonosteroid (OAINS) merupakan kelompok obat yang paling banyak dikonsumsi diseluruh dunia untuk mendapatkan efek analgetik, antipiretik dan anti inflamasi. Obat ini merupakan salah satu kelompok obat yang paling banyak diresepkan dan digunakan tanpa resep dokter. Salah satu obat OAINS yang sering digunakan dan merupakan prototipe awal adalah acidum asetilo salicilicum (asetosal) (Wilmana dan Gan, 2007). Asetosal oleh masyarakat sering digunakan untuk mengobati nyeri sendi seperti rhematoid arthritis dan analgesik. Obat-obat ini dapat
mempunyai efek iritasi pada
mukosa lambung, berakibat perdarahan lambung yang berakhir dengan timbulnya tukak lambung (Tarigan, 2006 ; Hirlan, 2006). Tukak lambung dapat terjadi karena adanya ketidak seimbangan dari faktor agresif (asam lambung dan pepsin) dan faktor defensif (sekresi mukosa, sekresi bikarbonat, aliran darah mukosa dan regenerasi epitel). Salah satu contoh yang dapat sebagai penyebab terjadinya tukak lambung adalah asetosal yang merupakan suatu Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) yang sejak lama banyak digunakan sebagai analgesik pilihan pertama. Hal yang dapat ditimbulkan akibat tukak lambung yaitu terjadi kematian sel atau nekrosis yang menyebabkan reaksi inflamasi (Neal, 2006). Tukak lambung adalah kerusakan pada jaringan mukosa, sub mukosa sampai lapisan otot lambung, penyebab tukak lambung diantaranya hipersekresi asam lambung sehingga terjadi kerusakan mukosa pada lambung (Ramakrishnan dan Salnas, 2007). Cara pencegahan terbentuknya tukak lambung diantaranya dengan cara pemberian obat yang
1
dapat berfungsi sebagai sitoprotektif pada mukosa lambung, penghambatan pompa proton atau antagonis-H2, analog prostaglandin dan penurunan motilitas lambung (Neal, 2006). Obat sitoprotektif (pelindung mukosa) merupakan obat yang berfungsi sebagai lapisan pelindung mukosa lambung . Salah satu obat sitoprotektif mukosa lambung yang sering digunakan adalah sukralfat. Penggunaan sukralfat sebagai obat kimia bukan berarti tanpa risiko. Resiko dan efek samping yang sering ditimbulkan dan perlu mendapat perhatian diantaranya konstipasi, insomnia, gatal-gatal, sakit perut dan muntah. Oleh sebab itulah perlu alternatif obat pengganti yang lebih aman, yang salah satunya berasal dari herbal (BPOM, 2008). Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 121/MEI/KES/SK/III/2008 menyatakan bahwa dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang aman maka digunakan medik herbal sebagai bagian dari pengobatan komplementer alternatif (DepKes, 2008). Tanaman herbal bisa berupa daun-daunan, kulit batang, buah, serta rimpang (akar-akaran). Di Indonesia mempunyai kekayaan dan keanekaragaman tumbuhan, sekitar 940 jenis tanaman diantara puluhan ribu jenis tanaman yang telah diketahui mempunyai khasiat sebagai obat. Dari semua jumlah tersebut baru 250 jenis yang sudah dimanfaatkan dalam industri jamu dan dijadikan alternatif obat tradisional seperti rimpang kunyit, akar manis dan kelor. Rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) mempunyai kandungan curcumin yang mampu meningkatkan sekresi musin lambung yang berfungsi sebagai gastroprotektif karena kurkumin mempunyai efek sebagai anti inflamasi, menghambat sekresi asam lambung dan mencegah pertumbuhan H. Pylori yang dapat menyebabkan gastric ulcer (Chatterjee, 2012). Akar manis (G. glabra Linn.) mempunyai kandungan saponin yang lebih dikenal dengan Glycyrrhetic acid yang berfungsi sebagai gastroprotektif (Depkes RI,
2
1979). Gliserisin adalah konstituen aktif yang mempunyai aktivitas anti ulkus dengan cara menginhibisi 15-hidroksi prostaglandin dehidrogenase dan prostaglandin reduktase. Penghambatan kedua enzim tersebut merangsang terjadinya peningkatan konsentrasi prostaglandin E dan F2α dilambung sehingga memacu penyembuhan tukak peptik dan mempunyai efek sitoprotektif pada mukosa lambung (WHO, 2002; Wijayanti, 2013). Kelor (M. oleifera Lam.) pada bagian daun mengandung turunan flavonoid yaitu kuersetin
yang berfungsi sebagai antioksidan, antiinflamasi, menghambat kerusakan
mukosa lambung atau gastroprotektif dengan cara menstabilkan sel mast, menghambat peroksida lipid, meningkatkan aktivitas glutation, meningkatkan indeks infiltrasi neutrofil, meningkatkan aktivitas myeloperoxidase, meningkatkan jumlah senyawa non protein SH pada mukosa (agen antioksidan), meningkatkan glikoprotein lendir lambung melalui mekanisme stimulasi prostaglandin dan penghambatan produksi leukotrien (Kemenkes RI, 2010; Daniel, 2006; Harborne, 2000). Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk mengkombinasikan 3 macam tanaman obat diatas agar dapat dihasilkan efek terapeutik yang bersinergik dan menguntungkan. Produk kombinasi merupakan produk yang mengandung 2 atau lebih unsur obat dalam satu unit sediaan. Obat dalam bentuk tunggal mungkin hanya memenuhi kebutuhan terapinya saja tanpa meningkatkan efektifitasnya. Keuntungan obat kombinasi dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat, mudah dan lebih murah dari pada obat diberikan secara terpisah padahal pemakaiannya bersamaan (Ansel, 1989). Dalam penelitian ini, campuran rimpang kunyit (C. domestica), akar manis (G. glabra) dan kelor (M. Oleifera) akan dibuat dalam sediaan infusa. Pemakaian infusa yang murah dan mudah digunakan oleh masyarakat menjadi salah satu alasannya. Selain itu
3
belum adanya data ilmiah mengenai campuran ketiga bahan tersebut dalam mengatasi masalah tukak lambung. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penelitian ini ingin menilai pengaruh dari infusa campuran antara rimpang kunyit (C. domestica), akar manis (G. glabra) dan kelor (M. Oleifera) terhadap daya gastroprotektif mukosa lambung dan gambaran histopatologi untuk mengamati kerusakan struktur jaringannya serta mengetahui jumlah sel mast pada jaringan lambung tikus model tukak lambung yang diinduksi asetosal
B. Rumusan Masalah Permasalahan yang akan diteliti pada penelitian ini adalah: 1. Seberapa besar efek ekstrak rimpang kunyit (C. domestica), akar manis (G. glabra), kelor (M. Oleifera) dan ramuan ekstrak tersebut mampu menurunkan jumlah lesi, luas lesi, skor kerusakan lambung, sel mast dan sel eosinofil pada jaringan lambung tikus model tukak lambung yang diinduksi asetosal? 2. Seberapa besar kandungan kurkumin, saponin, flavanoid (kuersetin) terdapat dalam ekstrak infusa rimpang kunyit (C. domestica), akar manis (G. glabra) dan kelor (M. Oleifera) yang dapat bersifat gastroprotektor yang dapat melindungi mukosa dari kerusakan lambung tikus akibat induksi asetosal?
C. Keaslian Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya mengenai uji aktivitas dari tanaman rimpang kunyit (C. domestica), akar manis (G. glabra) dan kelor (M. oleifera). Adapun penelitian mengenai rimpang kunyit terhadap tukak lambung sudah pernah dilakukan dan keistemewaan rimpang kunyit adalah
4
mengandung kurkumin yang mampu meningkatkan sekresi musin lambung sehingga berfungsi sebagai gastroprotektif dari efek ulserogenik fenilbutason pada marmut dengan dosis 50 mg/kg (Dasgupta et al., 1969). Rimpang kunyit (C. domestica Val.) mempunyai kandungan kurkumin yang mampu meningkatkan sekresi musin lambung sehingga berfungsi sebagai gastroprotektif karena kurkumin dapat berefek sebagai anti inflamasi, menghambat sekresi asam lambung dan mencegah pertumbuhan H. Pylori (Chatterjee, 2012). Akar manis (G. glabra Linn.) mempunyai kandungan saponin yang lebih dikenal dengan gliserisin yang berfungsi sebagai gastroprotektif (Depkes RI, 1979). Pada tikus secara intraperitoneal, intraduodenal dan oral memiliki efek proteksi terhadap tukak lambung yang diinduksi oleh aspirin dan ibuprofen dan dapat meningkatkan sekresi mukosa. Akarnya juga memiliki kemampuan untuk melepaskan sekretin yang merupakan mediator anti tukak. Carbenolokson (merupakan turunan suksinat dari asam glisiretinat) memiliki aktivitas mempercepat penyembuhan tukak lambung. Pemberian secara oral kepada 15 orang pasien tukak lambung dapat mengurangi gejala tukak dan mempercepat penyembuhan sebesar 75%. Gliserisin merupakan komponen aktif yang berperan dalam efek antitukak dengan cara menghambat enzim 15- hidroksiprostaglandin dehidrogenase dan delta- prostaglandin reduktase. Hambatan pada pencernaan yang berfungsi untuk kedua enzim ini dapat menstimulasi dan meningkatkan konsentrasi prostaglandin E dan E2α pada saluran pencernaan yang berfungsi untuk meningkatkan proses penyembuhan tukak lambung (Direktorat Obat Asli Indonesia, 2008). Kelor (M. oleifera Lam.) khususnya bagian daun mengandung derivat flavonoid yaitu kuersetin yang berfungsi sebagai antioksidan, antiinflamasi, dan dapat menghambat 5
kerusakan mukosa lambung atau gastroprotektif dengan cara menstabilkan sel mast, penghambatan peroksida lipid, meningkatkan aktivitas glutation, meningkatkan indeks infiltrasi neutrofil, meningkatkan aktivitas myeloperoxidase, meningkatkan jumlah senyawa non protein SH pada mukosa (agen antioksidan) dan meningkatkan glikoprotein lendir lambung melalui mekanisme stimulasi prostaglandin dan penghambatan produksi leukotrien (Kemenkes RI, 2010; Daniel, 2006; Harborne, 2000). Dari penelusuran penelitian tentang akar manis didapatkan penelitian yang menyebutkan bahwa pemberian secara oral pada 15 pasien dengan tukak lambung ternyata dapat mengurangi gejala dan penyembuhan pada 75 % dari kasus (WHO, 2002). Dehpour et al., (1994), dalam penelitiannya dengan cara memberikan induksi asetosal dan setelah pemberian akar manis atau derivatnya yang diberikan secara peroral kepada hewan uji memberikan hasil bahwa akar manis mampu mengurangi rasio ulkus lambung 96% menjadi 46%. Dari studi literatur dan jurnal penelitian ditemukan bahwa kelor mempunyai kandungan kaemferol dan flavonoid (kuersetin). Kuersetin berfungsi sebagai antioksidan yang mampu menstabilkan radikal bebas karena adanya gugus hidroksi fenolik (Daniel, 2006; Pokorny et al., 2001), kuersetin memiliki aktivitas antiinflamasi dan efek gastroprotektif (Harborne, 2000). Tidak hanya itu, kuersetin dan kaemferol juga mempunyai potensi cukup baik dalam menghambat aktivitas enzim ksantin oksidase (Cos dkk., 1998). Kaemferol merupakan kristal padat berwarna kuning dengan titik lebur 276278 ° C. Senyawa ini tidak larut dalam air tetapi larut dalam etanol dan dietil eter. Kaempferol memiliki berbagai aktivitas farmakologi, termasuk antioksidan, anti-inflamasi, antibakteri, antikanker, antidiabetes, dan anti-osteoporosis (Calderon et al., 2011). Untuk
6
membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang lalu adalah pada penelitian ini dilakukan dengan membuat campuran 3 bahan alam yaitu rimpang kunyit, akar manis dan kelor diuji aktivitas gastroprotektif terhadap mukosa lambung yang diinduksi asetosal. Diharapkan dari penelitian ini didapatkan suatu ramuan yang memiliki daya gastroprotektif yang lebih baik dari obat kimia sehingga dihasilkan ramuan yang mempunyai efek terapeutik yang bagus dan memiliki efek samping yang lebih kecil.
D. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Menilai bagaimana pengaruh pemberian ekstrak rimpang kunyit, akar manis, kelor dan ramuan ekstrak tersebut dapat melindungi mukosa lambung dan gambaran histopatologi untuk mengamati kerusakan struktur jaringannya serta mengetahui jumlah sel mast dan eosinofil pada jaringan lambung tikus yang diinduksi asetosal.
2.
Tujuan khusus Mengetahui bagaimana pengaruh pemberian ekstrak infusa rimpang kunyit, akar manis, kelor dan ramuan ekstrak tersebut dalam melindungi mukosa lambung dengan pengamatan: a. Jumlah dan luas lesi pada mukosa lambung tikus. b. Skor kerusakan mukosa lambung tikus. c. Jumlah sel mast dibagian mukosa dan sub mukosa lambung tikus. d. Jumlah sel eosinofil dibagian mukosa dan sub mukosa lambung tikus.
7
E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi untuk masyarakat sebagai obat alternatif untuk pengobatan dan pencegahan tukak lambung karena asetosal secara tradisional yaitu menggunakan
ramuan rimpang kunyit, akar
manis, dan kelor.
8