BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Resistensi insulin merupakan prediktor yang kuat untuk terjadinya diabetes pada orang obese sehingga derajat resistensi insulin pada individu obese perlu diakses sejak awal sebelum terjadinya diabetes untuk pencegahan penyakit. Selain itu, resistensi insulin juga berkaitan erat dengan gangguan metabolisme tunggal seperti hiperkolesteromia, hipertrigliserida, hiperurisemia dengan prevalensi berkisar antara 53.5%-88.1% sedangkan pada gangguan metabolisme gabungan seperti sindrom metabolik, prevalensi resistensi insulin mencapai 95.2% (Bonora, dkk., 1998). Metode untuk menentukan derajat resistensi insulin yang dikemukakan oleh peneliti sebelumnya dibedakan menjadi metode pengukuran derajat resistensi insulin secara langsung seperti
euglycemic-hyperinsulin glucose clamp, minimal model
maupun secara tidak langsung, seperti Homeostasis Model of Assesment-Insulin Resistant (HOMA-IR), FIRI, ISI, rasio insulin/glukosa yang didasarkan pada model matematika ataupun perhitungan berbasis kadar insulin dan/atau glukosa dari darah subyek (Muniyappa et al. , 2008). Glucose clamp merupakan metode baku emas untuk uji resistensi insulin, namun metode ini sulit diterapkan pada aplikasi klinis maupun pada uji di populasi berskala besar karena prosedur pengerjaannya yang memakan banyak waktu, memerlukan persiapan dan pengawasan khusus, maupun pengambilan sampel yang
1
2
berulang yang kurang nyaman untuk pasien dan biaya pemeriksaan yang tidak ekonomis. Maka dari itu, keberadaan uji sensitivitas insulin pengganti yang dapat diaplikasikan pada level klinis maupun epidemiologis sangat diperlukan. Berbagai indeks resistensi insulin telah dibuat untuk menentukan tingkat resistensi insulin pada berbagai kondisi individu baik normal, maupun dengan gangguan metabolisme dan sampai saat ini HOMA-IR merupakan indeks resistensi insulin yang paling banyak diaplikasikan di klinis (Muniyappa, dkk., 2008; Cheng., dkk., 2004; Straczkowski, dkk., 2004). Namun, HOMA-IR memiliki kelemahan berupa ketidakmampuan untuk memberikan nilai resistensi insulin yang akurat pada kondisi dengan kadar glukosa yang sangat tinggi, pada kasus endokrin dengan produksi insulin ektopik maupun pada kelainan hati yang mengganggu asupan gula di hati dan degradasi insulin di hati (Wallace, dkk., 2004; Muniyappa, dkk., 2008; Matsuda, 2010). Nilai yang dihasilkan cenderung membentuk kurva lengkung dan melebar sehingga perlu dicari indeks pengganti yang tidak terpengaruh oleh kelemahan tersebut di atas. Pada tahun 2000, Katz dkk. mengusulkan indeks sensitivitas insulin baru yang disebut Quantitative Insulin Sensitivity Check Index (QUICKI). Indeks ini didasarkan pada model matematika dan fungsi logaritmik dari kadar insulin dan gula darah puasa individu yang diuji sensitivitas insulinnya (Katz et al. 2000). Penelitian oleh Katz dkk. (2000) menunjukkan bahwa pada populasi Kaukasoid QUICKI berkorelasi kuat dengan metode glucose clamp pada individu
3
normal gemuk, bahkan korelasinya lebih baik dibandingkan dengan HOMA-IR. (Ryu dkk., 2005; Gungor, dkk., 2004). Penentuan derajat resistensi insulin dengan menggunakan parameter kimia juga diusulkan oleh McLauglin dkk. pada tahun 2005 yaitu dengan rasio trigliserid/kolesterol High-Density Lipoprotein (HDL). Rasio trigliserid/kolesterol HDL ini merupakan prediktor resistensi insulin terbaik dibandingkan dengan komponen lipoprotein lain pada parameter profil lipid. Peneliti ini pada publikasi berikutnya mendapatkan bahwa rasio trigliserid/kolesterol HDL berhubungan dengan luaran kardiovaskuler pada wanita dan pria dewasa (Salazar, dkk., 2013a) meskipun pada kelompok Afrika Amerika tidak didapatkan hubungan dari rasio ini dengan resistensi insulin yang diduga dilandasi oleh faktor etnisitas dan genetik (Salazar, dkk., 2013b; Gasevic, dkk., 2012) Rasio trigliserid/kolesterol HDL ini lebih mudah diperiksa karena parameter yang diukur yaitu trigliserid dan kolesterol HDL merupakan parameter kimia rutin dalam pemeriksaan profil lipid sehingga sangat memungkinkan untuk dilakukan di layanan kesehatan primer dengan fasilitas laboratorium yang terbatas seperti Puskesmas maupun rumah sakit tipe D dan C. Namun, sampai saat ini belum diketahui apakah QUICKI dan rasio trigliserid/kolesterol HDL ini dapat digunakan untuk menguji derajat resistensi insulin orang Indonesia normal
yang obese dan overweight (IMT≥23) serta
hubungan antara berbagai indeks resistensi insulin ini.
4
B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.
Resistensi insulin merupakan kondisi yang mendasari gangguan metabolisme lain seperti hiperkolesterolemia, hipertrigliserida, hiperurisemia maupun sindrom metabolik. Penentuan derajat resistensi insulin seawal mungkin diperlukan untuk mendeteksi gangguan metabolisme yang terkait.
2.
Pengukuran derajat resistensi insulin dapat dengan metode langsung maupun tidak langsung. Pemilihan metode pengukuran resistensi insulin yang sesuai dengan kondisi di klinis dan populasi menentukan prevalensi resistensi insulin.
3.
Glucose clamp merupakan metode baku emas untuk uji resistensi insulin namun sulit diterapkan pada aplikasi klinis maupun pada uji di populasi berskala besar.
4. Indeks resistensi insulin dapat menggantikan metode glucose clamp dan HOMAIR yang paling banyak diaplikasikan di klinis. Namun untuk indeks resistensi insulin yang baru seperti QUICKI dan rasio trigliserid/kolesterol HDL belum diujikan pada populasi Indonesia obese dan overweight C. Pertanyaan Penelitian Berapakah rasio prevalensi resistensi insulin pada populasi overweight
obese dan
yang diukur dengan metode QUICKI, HOMA-IR dan rasio
trigliserid/kolesterol HDL dan berapakah korelasi antara rasio trigliserid/kolesterol HDL dengan QUICKI dan HOMA-IR?
5
D. Manfaat Penelitian Bagi ilmu pengetahuan, informasi tentang rasio prevalensi berbagai indeks resistensi insulin pada populasi dengan IMT ≥23 akan menjadi dasar untuk penentuan indeks resistensi insulin yang paling baik kemampuannya dalam mendeteksi resistensi insulin. Bagi pelayanan di level klinis, hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam memilih indeks resistensi insulin yang paling sesuai dengan level pelayanan klinis yang ditanganinya. Adapun informasi tentang korelasi dari rasio trigliserid/kolesterol HDL dengan QUICKI maupun HOMA-IR berguna untuk pemilihan indeks resistensi insulin untuk layanan kesehatan yang memiliki fasilitas pemeriksaan laboratorium yang terbatas. E. Keaslian Penelitian Penelitian terkait dengan QUICKI dan rasio trigliserid/kolesterol HDL telah dilakukan di berbagai populasi lain di dunia yaitu pada orang Amerika, Sri Langka, Korea, Italia yang terangkum sebagai berikut: 1.
Penelitian oleh Katz dkk (2000) yang pertama kali mengusulkan QUICKI dan mengaplikasikannya pada subyek orang Amerika dan mendapatkan QUICKI berkorelasi kuat dengan glucose clamp pada kelompok orang non-obese, obese, diabetik sedangkan penelitian sekarang ini menggunakan subyek orang Indonesia sehat dan dengan kelebihan berat badan (IMT≥23), tanpa populasi diabetik.
6
2.
Penelitian Antuna-Puente, dkk., (2008) yang ingin mengetahui reprodusibilitas QUICKI pada populasi wanita Kanada non diabetik overweight dan obese postmenopause mendapatkan bahwa QUICKI memiliki reprodusibilitas yang lebih baik dari HOMA maupun log HOMA sedangkan penelitian sekarang menggunakan subyek orang Indonesia laki-laki dan perempuan sehat dengan IMT ≥23.
3.
Penelitian Vaccaro dkk., (2004) pada populasi orang Italia non diabetik yang ingin membandingkan validitas berbagai indeks resistensi insulin terhadap minimal model untuk sensitivitas insulin mendapatkan bahwa QUICKI, HOMA dan insulin puasa memiliki kemampuan yang serupa untuk mengidentifikasi individu dengan metabolik sindrom sedangkan penelitian sekarang ini menguji penampilan
klinis
indeks
resistensi
HOMA,
QUICKI
dan
rasio
trigliserid/kolesterol HDL pada subyek orang Indonesia sehat dengan IMT ≥23.. 4.
Penelitian oleh Salazar dkk. tahun 2012 mendapatkan bahwa
rasio
trigliseride/kolesterol HDL dapat membedakan individu dengan resistensi insulin dan berhubungan dengan risiko kardiometabolisme pada wanita dan pria dewasa. F. Tujuan Penelitian Untuk mengukur rasio prevalensi resistensi insulin pada populasi dengan IMT ≥23 menggunakan QUICKI, HOMA-IR dan rasio trigliserid/kolesterol HDL
7
dan mengetahui korelasi antara rasio trigliserid/kolesterol HDL dengan HOMA-IR maupun QUICKI.