BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap tahunnya, sekitar 65% mengalami ikterus. Ikterus masih merupakan masalah pada bayi baru lahir yang sering dihadapi. Sekitar 25% - 50% bayi baru lahir menderita ikterus pada minggu pertama. Ikterus sendiri merupakan masalah yang sering muncul pada neonatus yang terjadi akibat akumulasi bilirubin yang berlebihan dalam darah dan jaringan (Departemen kesehatan Indonesia, 2012). Ikterus
biasanya
akan
ditemukan
dalam
minggu
pertama
kehidupannya. Kejadian ikterus 50% terdapat pada bayi cukup bulan (Aterm) dan sekitar 75% - 80% terdapat pada bayi kurang bulan (Preterm) (Winkjosastro, 2007). Pada neonatus ikterus dapat bersifat fisiologis ataupun patologis. Ikterus fisiologis tampak kira-kira 48 jam setelah kelahiran dan biasanya menetap dalam 10 – 12 hari. Ikterus yang tampak lebih awal bersifat menetap atau berkaitan dengan kadar bilirubin yang tinggi. Ikterus ini memiliki sejumlah penyebab patologis, meliputi peningkatan hemolisis, gangguan metabolik, endokrin, infeksi, serta ensefalopati bilirubin. Ensefalopati bilirubin terjadi akibat terikatnya asam bilirubin bebas dengan lipid dinding sel neuron di ganglia basal, batang otak dan serebulum yang dapat
1
2
menyebabkan kematian sel, dimana bila tidak segera ditangani dapat mengakibatkan kematian (Franser, 2009: 836). Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 10,57/1.000 kelahiran hidup. Data di Jawa Tengah, insidensi ikterus pada tahun 2011 sebesar 10,3% dengan perincian 67% merupakan ikterus fisiologis dan sisanya ikterus patologis, sedangkan pada tahun 2012 insidensi ikterus meningkat menjadi12,5% dengan perincian 89% merupakan ikterus fisiologi dan sisanya ikterus patologis (Dinkes Provinsi Jateng, 2012). Pada tahun 2010 angka kematian bayi di kabupaten Demak sebanyak 115 jiwa, sedangkan jumlah kelahiran hidup sebanyak 21.216 jiwa. Jadi Infant Mortality Rate (IMR) Kabupaten Demak adalah 4,56/1.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi pada tahun 2011 sebanyak 142 jiwa, sedangkan jumlah kelahiran hidup sebanyak 21.329 jiwa. Jadi IMR Kabupaten Demak adalah sebesar 6,66/1.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2012 kematian bayi sebanyak 119 jiwa, sedangkan jumlah kelahiran hidup sebanyak 20.605 jiwa. Jadi IMR Kabupaten Demak adalah sebesar 5,7/1.000 kelahiran hidup. Penyebab angka kematian bayi di Kabupaten Demak salah satunya adalah ikterik sebesar 13,09% (Dinkes Demak, 2012). Penelitian didunia kedokteran menyebutkan bahwa 70% bayi baru lahir mengalami ikterus atau kuning, meski bisa dikategorikan normal namun diharapkan untuk tetap diwaspadai, sehingga tidak terjadi hiperbilirubinemia pada keadaan dimana terjadi kadar peningkatan hiperbilirubinemia serum yang dihubungkan dengan hemolisis sel darah merah dan repsopsi lanjut dari
3
bilirubin yang terkonjugasi dari usus kecil. Salah satu penyebab ikterik adalah inkompibilitas ABO atau ketidak cocokan golongan darah. Kejadian ini ditemukan pada ibu dengan golongan darah O yang melahirkan bayi dengan golongan darah A atau B, sekitar 20-40% (Noortiningsih, 2003). Menurut Surasmi, dkk (2003) bayi cukup bulan yang mendapat Air Susu Ibu (ASI), kadar bilirubin akan mencapai puncaknya (sekitar 6 – 8 mg/dL) pada hari ke-3 dan kemudian akan menurun cepat selama 2 – 3 hari diikuti dengan penurunan yang lambat sebesar 1 mg/dL selama 1 – 2 minggu. Pada bayi cukup bulan yang mendapat susu formula, kadar bilirubin puncak akan mencapai kadar yang lebih tinggi (berkisar 7 – 14 mg/dL) dan penurunannya lebih lambat hingga 2 – 4 minggu, bahkan dapat mencapai waktu 6 minggu. Penelitian yang dilakukan oleh Newman (2008) menyatakan bahwa bayi yang diberikan ASI sekitar 85% akan lebih cepat hilang ikteriknya bila dibandingkan dengan bayi yang diberikan susu formula. Hal ini disebabkan karena ASI kolustrum yang berfungsi sebagai pencahar yang membantu bayi mengeluarkan feces dan meningkatkan frekuensi buang air besar. Hal ini membuat bilirubin akan banyak dibuang dan hanya sedikit sekali yang diserap kembali oleh tubuh. Angka kejadian bayi baru lahir dengan ikterik patologi di RSUD Sunan Kalijaga Demak pada tahun 2012 ada 10,63% (54 kasus) dari 508 bayi baru lahir dengan riwayat persalinan SC, vakum ekstrasi (VE) dan normal, menurun bila dibandingkan pada tahun 2013 ada 1,16% (8 kasus) dari 495 bayi
4
baru lahir dengan riwayat persalinan SC, vakum ekstrasi dan normal. Penyebab terjadinya ikterik di RSUD Sunan Kalijaga adalah terjadinya infeksi pada saat persalinan yang disebabkan karena ketuban pecah dini (KPD), maupun riwayat persalinan dengan vakum ekstrasi (Register ruang Perinatologi RSUD Sunan Kalijaga Demak 2012-2013). Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan Asuhan kebidanan bayi baru lahir patologi dengan ikterik di RSUD Sunan Kalijaga Demak. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah pada karya tulis ilmiah ini adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Patologi dengan Ikterik di RSUD Sunan Kalijaga Demak?” C. Tujuan 1. Tujuan umum Mahasiswa mampu melakukan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir dengan Ikterik melalui pendekatan manajemen kebidanan Hellen Varney di Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak. 2. Tujuan Khusus a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada bayi baru lahir dengan ikterik. b. Mahasiswa mampu membuat interpretasi data dari pengkajian data pada bayi baru lahir dengan ikterik.
5
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa potensial pada bayi baru lahir dengan ikterik. d. Mahasiswa mampu melaksanakan antisipasi yang harus dilakukan pada pasien ikterik. e. Mahasiswa mampu melaksanakan perencanaan sesuai dengan masalah dan kebutuhan yang dibutuhkan oleh bayi baru lahir dengan ikterik. f. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi yang sesuai dengan masalah dan kebutuhan yang dibutuhkan oleh bayi baru lahir patologi dengan ikterik. g. Mahasiswa mampu melaksanakan evaluasi dari implementasi yang telah dilakukan. h. Mahasiswa mampu mengevaluasi adanya kensenjangan antara teori dan lahan praktik pada bayi baru lahir patologi dengan ikterik. D. Ruang Lingkup 1. Sasaran Bayi baru lahir patologi dengan ikterik 2. Tempat Ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Daerah Sunan Kalijaga Demak 3. Waktu Bulan April 2014 sampai dengan Juni 2014
6
E. Manfaat 1. Manfaat teoritis Memberikan tambahan tentang Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Patologi dengan Ikterik, serta sebagai pengembangan ilmu pengetahuan tentang Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Patologi dengan Ikterik. 2. Manfaat Praktis Bidan mampu mengetahui penatalaksanaan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Patologi dengan Ikterik, serta diharapkan bidan dapat memberikan Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir Patologi dengan Ikterik secara profesional. F. Metode Memperoleh Data Menurut Mufdlilah (2010:112), dalam pengumpulan data yang digunakan untuk menyusun karya tulis ini, penulis menggunakan beberapa metode yaitu : 1. Studi pustaka Mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan ikterus neonatorum. 2. Anamnesa Informasi yang dicatat mencangkup identitas, keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada orang tua pasien. 3. Observasi Pengamatan secara langsung terhadap perubahan warna kuning yang terjadi pada pasien.
7
4. Melakukan pemeriksaan fisik Dengan melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis mulai dari kepala hingga kaki pada klien untuk memperoleh data yang objektif. 5. Studi dokumentasi Penulis membaca dan mempelajari status klien berdasarkan dengan catatan medis yang berkaitan dengan kasus klien, yang bersumber dari buku status pasien, seperti catatan dokter, bidan dan hasil laboratorium. G. Keaslian Stusi Kasus Tabel 1.1 keaslian studi kasus No
1
Judul
Observasi
Asuhan Kebidanan Pada 6 hari Bayi
Ny.
L
dengan
Implementasi
Hasil
1. Memenuhi
kebutuhan
nutrisi
Warna kuning pada kepala, badan, paha sampai lutut
Hiperbilirubin Derajat III
sudah 2. Memantau
tidak
terlihat,
hiperbilirubin
di Keluarga Sehat Hospital
keadaan umum bayi baik, bayi
Pati (Yuliana, 2011)
berat badan naik 1 kg 3. Kolaborasi dengan dokter : a.
Memberi
injeksi
cefotaxim 180 mg/ 12 jam dan dexa 3x 1/4
2
Asuhan Kebidanan Pada Bayi
Ny.
I
5 hari
Kolaborasi dengan dokter :
dengan di
sudah
terpenuhi,
kadar bilirubin total dati 10,65 mg/dl menjadi 8,95
Foto terapi 1 x 6 jam. Warna kuning pada muka, badan, paha, sampai lutut
1. Infus Hiperbilirubinemia
cairan
mg/dl.
ampul/ 12 jam b.
selama 6 hari, kebutuhan
D5
1/4
Ns tidak terlihat dan bayi
8
Keluarga Sehat Hospital
(mikrodrip) 15 tpm,
sudah
Pati (Yesika, 2012)
dalam
keadaan
sehat, kadar bilirubin total 2. Fototerapi dari 11,59 mg/dl menjadi 3. Injeksi
cefotaxin
180
9,68 mg/dl
mg/ 12 jam dan dexa 3x 1/4 ampul/ 12 jam 3
Asuhan keperawatan Klien
3 hari
Pada Bayi Ny. S dengan hiperbilirubinemia
1. Memenuhi
kebutuhan
nutrisi
di
Kebutuhan
nutrisi
terpenuhi,
bayi
sudah
keadaan
sehat,
dalam 2. Kolaborasi
telah
dengan
Ruang BBRT RS Roemani
kadar bilirubin total dari dokter :
Semarang (Kartika, 2012)
10,90 mg/dl menjadi 10,90 a. Infus D5% 5tpm b. Fototerapi 1 x 24 jam
mg/dl, dan kadar bilirubin direk dari 0,64 mg/ dl menjadi 0,64 mg/ dl.
c. Injeksi starxon 2 x 100 mg/ 10 jam 4
Asuhan
kebidanan
bayi
4 hari
1. Memenuhi
kebutuhan
baru lahir patologi dengan
nutrisi
sectio cecarea atas indikasi
memberikan ASI
plasenta
previa
totalis
bayi
2. Kolaborasi
dengan
Kebutuhan
bayi
telah terpenuhi, bayi sudah dalam
dengan
nutrisi
keadaan
sehat,
kadar bilirubin total dari
dengan ikterik fisiologis di
dokter :
10,67 mg% menjadi 20,3
RSUD
a.
Fototerapi 1 x 24
mg%, kadar bilirubin direk
jam
1,57
Sunan
Kalijaga
Demak (Era, 2014)
mg%
menjadi
2
mg%,dan kadar bilirubin indirek 9,08 mg% menjadi 18,3 mg%.