1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Proyek Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada pelangggan, Batara Puri Asri yang selama ini kita ketahui bergerak di bidang tranportasi angkutan umum, kini PT. Batara Puri Asri mengembangkan usahanya dengan merambat ke dunia perhotelan, Supaya penumpang yang datang dari luar daerah Bandung dapat dengan mudah mencari penginapan yaitu di hotel yang akan dibangun tersebut. Rencana pembangunan Hotel Batara Bandung yang terletak di area Cihampelas Bandung, tepatnya di Jalan Cihampelas No 117 Bandung, P.T Batara Puri Asri selaku owner Pembangunan Hotel Batara Bandung, membangun sebuah hotel yang diperuntukan bagi pengunjung. Pada
kurun
lima
tahun
terakhir
pertumbuhan
pariwisata
dan
perekonomian kota Bandung terus terdongkrak naik. Penyebab kondisi yang tengah dialami kota Bandung tidak hanya karena menjadi salah satu kota tertinggi yang dikunjungi wisatawan sebagai kota wisata tetapi juga sebagai kota bisnis dan konvensi. Imbas dari kondisi tersebut, julukan “business and leisure” di Bandung menjadi sangat kondang. Selain itu, jumlah kunjungan wisatawan ke kota Bandung dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan selalu melampaui target, jumlah kedatangan wisatawan ke kota Bandung setiap pekannya mencapai 50.000 orang dan setiap tahunnya rata-rata mencapai 2 juta orang. Jumlah tersebut, 1,93 juta diantaranya wisatawan domestik dan 94.600 orang merupakan turis mancanegara. Tingkat hunian kamar hotel juga setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Dibandingkan tahun 2009, pada tahun 2011 terjadi peningkatan kira-kira mencapai 15%. Dengan 251 hotel yang ada saat ini, kota Bandung masih kewalahan menampung serangan wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang begitu tinggi saat akhir pekan
2
(weekend). Okupansi saat weekend tersebut bisa mencapai 90%-95% di setiap level hotel, baik berbintang butik, bahkan melati sekalipun. Jika memasuki libur akhir pekan yang panjang (long weekend), tawaran daftar tunggu (waiting list) atau bahkan tidak kebagian kamar pun tak urung menjadi masalah yang sering dihadapi oleh para wisatawan. Tujuan Obyek wisata yang biasa dikunjungi wisatawan di bandung adalah wisata belanja, wisata kuliner, wisata budaya, dan wisata pegunungan. Wilayah Cihampelas juga merupakan salah satu tempat yang paling terkenal di Bandung bagi para wisatawan yang sering berkunjung ke Bandung, karena kebanyakan orang menjadikan Cihampelas sebagai patokan jika ingin bepergian ke kota Bandung. Sepanjang jalan Cihampelas terdapat banyak tempat yang bisa dikunjungi seperti Mall, butik, Factory Outlet, tempat kuliner & jajanan, dll. Jika naik ke atas lagi tepatnya di daerah Ciumbuleit, maka akan menemukan tempat wisata pegunungan yang disebut Punclut, wisatawan bisa melihat pemandangan kota bandung dari atas pegunungan itu. Dikarenakan tuntutan akan kebutuhan tempat menginap untuk para wisatawan yang semakin mendesak dan potensi wisata di daerah Cihampelas yang besar, maka di Bandung dibutuhkan penambahan hotel baru dengan yang berfungsi sebagai tempat akomodasi penginapan bagi para wisatawan yang ingin berwisata di kota Bandung khususnya di Kawasan Cihampelas. Hotel Batara Bandung diharapkan mampu memberikan keamanan, kenyamanan, dan kemudahan bagi wistawan domestik maupun manca negara yang akan menempatinya. Adapun kegunaan bangunan ini ditinjau dari aspek ekonomi, aspek sosial, dan aspek geografis dari proyek itu sendiri antara lain : a. Aspek Ekonomi Dalam aspek ekonomi ini masyarakat dapat lebih memajukan bisnisnya lebih baik lagi. Hotel Batara Bandung ini menjadi salah satu fasilitator antara pengusaha dan wisatawan dari berbagai tempat.
3
b. Aspek Sosial Sebagai tempat wisata dan hunian Hotel Batara Bandung ini merupakan tempat dimana orang bisa liburan dan melakukan transaksi atau pertemuan bisnis dengan nyaman, aman, bersih. c. Aspek strategi Pembangunan Dalam aspek strategi pembangunan Hotel Batara Bandung dikawasan ini memiliki potensi yang bisa diandalkan dalam penginapan. 1.2 Lokasi Proyek Di bawah ini merupakan peta lokasi proyek Hotel Batara Bandung
Gambar 1.1 Peta Hotel Batara Bandung
Adapun letak pembangunan proyek tersebut adalah : 1
Sebelah utara
: Cihampelas walk
2
Sebelah selatan
: Jalan Layang Pasupati
4
3
Sebelah timur
: Kawasan Bisnis
4
Sebelah barat
: Perumahan Warga
1.3 Tujuan Proyek Tujuan dari proyek pembangunan Hotel Batara Bandung ini adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan
Pelanggan khususnya
pengguna jasa PT. Batara Puri Asri 2. Memberikan alternatif pilihan hotel kepada para wisatawan yang bekunjung ke Kota Bandung. 3. Usaha pemenuhan kebutuhan hotel di Kota Bandung. 1.4 Ruang Lingkup Proyek 1.4.1 Data Umum Proyek
Nama Proyek
: Hotel Batara Bandung
Lokasi Proyek
: Jl. Cihampelas No 112 Bandung.
Pemilik Proyek
Konsultan Perencana : PT. Batara Puri Asri
Kontraktor Pelaksana : PT. Mitra Bangun Prima (MBP)
System pelelangan
: Pelelangan Terutup
Jenis Kontrak
: Monhtly Payment Progress
Tahun Anggaran
: 2012
Waktu pelaksanaan
: 16 April 2012 – 2 Juni 2013
Waktu Pemeliharaan
: 1 Tahun
Luas Tanah
: ±550 m2
Luas Bangunan
: ± 504,5 m2
Sumber Pendanaan
: Owner (PT. Batara Puri Asri)
: PT. Batara Puri Asri
1.4.2 Data Teknis Proyek
Jenis Bangunan
Fungsi Bangunan : Gedung Hotel
Tipe Pondasi
: Struktur Beton Bertulang 5 (Lima) lantai
: Pondasi Borpile
5
1.5 Ruang Lingkup Pelaksanaan Proyek Adapun Jenis dan lingkup pekerjaan dari proyek ini adalah sebagai berikut: 1. Pekerjaan Persiapan 2. Pekerjaan Tanah dan Urugan Pasir 3. Pekerjaan Galian 4. Pekerjaan Struktur (Pilecap, Sloof, Kolom, Balok, Pelat, Ringbalk) 5. Pekerjaan Dak beton/Penutup atap 6. Pekerjaan Dinding 7. Pekerjaan Mekanikal dan Elektrikal 8. Pekerjaan Plafond 9. Pekerjaan Plumbing dan Resapan 10. Pekerjaan Tangga 11. Pekerjaan Finishing 1.6 Kerja Praktik Industri 1.6.1 Manfaat Kerja Praktik Industri 1
Dapat
mengembangkan
penalaran
tentang
hubungan
secara
komprehensif antara pengetahuan bidang studi yang diperoleh dengan penerapan aktual di lapangan dalam bentuk kerja riil sebagai wahana aplikasi dan komparasi pengetahuan. 2
Sebagai salah satu proses pengaplikasian dari ilmu yang telah diperoleh dari hasil belajar selama di perkuliahan.
3
Menambah pengetahuan dan pengalaman yang tidak diperoleh dalam perkuliahan baik secara teori maupun praktik.
4
Mengetahui secara langsung cara penanganan suatu proyek serta koordinasinya di lapangan.
5
Mengetahui kendala–kendala yang terjadi selama di lapangan dalam pelaksanaan suatu proyek.
6
Dapat memberikan penilaian atas potensi dan kemampuan yang selama ini didapatkan di perkuliahan dalam pengaplikasian di lapangan kerja yang sebenarnya.
6
7
Membiasakan diri untuk lebih familiar terhadap permasalahan proyek yang ada di lapangan, baik yang berhubungan dengan pengetahuan mengenai bahan – bahan material, mengatur tenaga kerja, mengatur pelaksanaan proyek, menyelesaikan berbagai masalah teknis, dan lain – lain.
1.6.2 Ruang Lingkup Proyek Dalam penyusunan laporan Kerja Praktik Industri ini penyusun membahas tentang pekerjaan struktur dari lantai Basement sampai dengan lantai 1 yaitu pekerjaan plat lantai dan tinjauan khusus untuk pekerjaan pondasi, tulangan, dan kolom pada proyek Pembangunan Hotel Batara Bandung. 1.7 Sistematika Penulisan Untuk sistematika pembahasan laporan praktek kerja lapangan ini, penulis tampilkan dalam lima bab yaitu : BAB I PENDAHULUAN Membahas tentang latar belakang proyek; lokasi proyek; tujuan proyek; ruang lingkup yang mencangkup data umum dan data teknis proyek; ruang lingkup kegiatan Kerja Praktek Industri; dan sistematika penulisan. BAB II MANAJEMEN PROYEK Membahas tentang sistem manajemen proyek, peranan organisasi pelaksanaan proyek, serta mekanisme kerja dan koordinasi atau pengendalian proyek. BAB III PELAKSANAAN PROYEK Berisikan uraian pekerjaan-pekerjaan dilapangan yang diamati selama melaksanakan
Kerja
Praktek
Industri
meliputi:
mutu,
metode,
alat,
pengendalian waktu dan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. BAB IV PEMBAHASAN Membahas tentang tinjauan umum (permasalahan lapangan, percepatan dan perlambatan pekerjaan), dan tinjauan khusus mengenai spesifikasi pekerjaan tertentu yang diamati oleh penyusun. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
7
Berisi tentang kesimpulan dan saran dari pengalaman yang didapat penyusun selama melaksanakan Kerja Praktek Industri, yang dikaitkan dengan mutu, biaya dan waktu, serta saran untuk kedepanya. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
8
BAB II MANAJEMEN KONSTRUKSI DAN MANAJEMEN PROYEK
2.1 Manajemen Konstruksi (MK) 2.1.1 Pengertian Manajemen Konstruksi Menurut Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien.( Suharto, Imam. Ir. Manajemen Proyek.1995:85).
Efektif berarti bahwa tujuan dapat
dicapai sesuai dengan perencanaan,. Manajemen pada hakikatnya berfungsi untuk melaksanakan semua kegiatan yang dilakukan dalam rangka pencapaian tujuan dengan batas-batas tertentu. Namun secara umum fungsi–fungsi manajemen dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Fungsi perencanaan (planning), berupa tindakan pengambilan keputusan yang mengandung data/informasi, asumsi maupun fakta kegiatan yang akan dipilih dan akan dilakukan pada masa mendatang. 2. Fungsi organisasi (organizing), berupa tindakan – tindakan guna mempersatukan kumpulan kegiatan manusia, yang mempunyai pekerjaan masing – masing, saling berhubungan satu sama lain dengan tata cara tertentu dan berinteraksi dengan lingkungannya dalam rangka mendukung tercapainya tujuan. 3. Fungsi pelaksanaan (actuating), berupa tindakan untuk menyelaraskan seluruh anggota organisasi dalam kegiatan pelaksanaan, serta agar seluruh anggota organisasi dapat bekerja sama dalam pencapaian tujuan bersama. 4. Fungsi pengendalian (controlling), berupa tindakan pengukuran kualitas pekerjaan dan penganalisaan serta pengevaluasian pekerjaan yang diikuti dengan tindakan perbaikan yang harus diambil terhadap penyimpangan yang terjadi (diluar batas toleransi).
9
Berdasarkan pada orientasi dan tingkatan manajemen dapat dibagi menjadi tiga bagian : 1. Manajemen Puncak (Higher Management), berkaitan dengan seluruh kegiatan managemen organisasi secara luas, umum dan menyeluruh. 2. Manajemen Menengah (Middle Management), ruang lingkupnya berkaitan dengan manajemen pada bagian yang menjadi tanggung jawabnya. 3. Manajemen Tingkat Bawah (Lower Management), berkaitan dengan manajemen tingkat operasional yang berhubungan langsung dengan tenaga – tenaga operasional. Di dalam proyek konstruksi, manajemen diartikan sebagai suatu proses yang berupa serangkaian tahap kegiatan yag diarahkan pada pencapaian suatu tujuan tertentu dengan waktu yang tertentu pula dengan memanfaatkan seoptimal mungkin sumber daya manusia dan sumber daya lain yang tersedia. Tujuan yang dimaksud adalah dihasilkannya suatu bangunan yang berkualitas (sesuai dengan fungsi dan kebutuhannya) serta memenuhi syarat kekuatan dan kenyamanan. Jadi, manajemen konstruksi
dapat diartikan sebagai suatu rangkaian
kegiatan yang dilakukan untuk mengelola suatu proyek konstruksi dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal mungkin untuk menghasilkan suatu produk konstruksi (hasil akhir bangunan fisik) sesuai dengan tujuan penetapannya. Bila dilihat dari beberapa aspek/pendekatan, maka Manajemen Konstruksi dapat dibedakan menjadi : 1. Manajemen
Konstruksi
(MK)
sebagai
suatu
system
atau
metode/pendekatan, disini pengelolan proyek didasarkan pada system metode konstruksi, mulai dari perencanaan, perancangan
maupun
pengadaan dan pelaksanaannya, sehingga diperoleh perancangan dan pelaksanaan proyek yang optimal. 2. Manajemen Konstruksi sebagai suatu proses atau prosedur untuk mendapatkan, melaksanakan dan mengelola proyek yang harus sesuai
10
dengan sistem tersebut, yaitu mulai dari pengelolaan, perancangan, pengadaan dan pelaksanaan ditentukan oleh tim Manajemen Konstruksi bersama pemilik. 3. Manajemen Konstruksi sebagai profesi, yaitu sebagai badan usaha yang bergerak dibidang manajemen konstruksi. 2.1.2 Tujuan Manajemen Konstruksi Konsep Manajemen Konstruksi (MK) menuntut adanya dapur professional yang mengelola keputusan-keputusan yang akan diambil oleh proyek, dan konsep ini juga menuntut suatu pengelolaan proyek secara teknis operasional yang akan melengkapi pengelolaan strategis yang berada ditangan pemilik (owner). Manajemen Konstruksi dilaksanakan oleh tim professional, yang bersama-sama
dengan pemilik merupakan satu kesatuan dalam pengelolaan
proyek secara terpadu. Penerapan konsep MK yang baik adalah dimulai dari tahap perencanaan, tetapi dapat juga dimulai pada tahap-tahap lain sesuai dengan tujuan dan kondisi proyek tersebut sehingga konsep MK dapat diterapkan pada tahap-tahap proyek sebagai berikut : 1. MK dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek. Pengelolaan proyek dengan system MK, disini mencakup pengelolaan teknis operasional proyek, dalam bentuk masukan-masukan atau keputusan yang berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi, yang mencakup seluruh tahapan proyek, mulai dari persiapan, perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan penyerahan proyek. 2. Tim MK sudah berperan sejak awal desain, pelelangan
dan
pelaksanaan proyek selesai, setelah suatu proyek dinyatakan layak (feasible) mulai dari tahap desain. 3. Tim MK akan memberikan masukan dan atau keputusan dalam penyempurnaan desain sampai proyek selesai apabila Manajemen Konstruksi dilaksanakan setelah tahap desain selesai atau hampir selesai.
11
4. MK berfungsi sebagai coordinator pengelolaan pelaksanaan dan melaksanakan
fungsi
pengendalian
atau
pengawasan,
apabila
Manajemen Konstruksi dilaksanakan mulai tahap pelaksanaan dengan menekan pemisahan kontrak-kontrak pelaksanaan untuk kontraktor. Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari manajemen proyek konstruksi adalah mengelola atau megatur pelaksanaan pembangunan sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimal sesuai dengan persyaratan (specification). Untuk keperluan pencapaian tujuan ini, perlu diperhatikan mengenai mutu bangunan, biaya yang digunakan dan waktu pelaksanaan. Dalam rangka pencapaian hasil ini, selalu diusahakan pelaksanaan mutu (quality control), pengawasan penggunaan biaya (cost control), dan pengawasan waktu pelaksanaan (time control). Ketiga kegiatan pengawasan ini harus dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan. Penyimpangan yang terjadi dari salah satu kegiatan pengawasan dapat berakibat hasil pembangunan tidak sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan. 2.1.3 Tahapan Proyek Konstruksi Pada dasarnya yang dimaksud dengan proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang terbatas. Sehingga pengertian proyek konstruksi adalah suatu upaya untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk bangunan / infrastruktur. Tahapan proses proyek konstruksi ini dianggap penting mengingat bahwa karakteristik suatu proyek konstruksi yaitu ada waktu mulai, dan ada waktu selesai. Hal ini menunjukkan bahwa setiap pembagian tahapan perlu dicermati dengan baik agar tujuan dari proyek tersebut dapat tercapai dengan optimal. Walaupun sifat dari suatu proyek konstruksi itu unik, tetapi ada suatu fungsi lain dari pendataan suatu tahapan proyek yang dapat dipetik, yaitu memberikan gambaran mengenai unjuk kerja sumber daya (manusia, peralatan, metode, kemampuan manajemen dan finansial) dan kemampuan organisasi dalam mengantisipasi suatu besaran proyek. Ini akan memberikan bantuan informasi dalam merencanakan manajemen proyek (konstruksi) berikutnya.
12
1. Tahapan Pengembangan Konsep Suatu proyek konstruksi diawali dengan gagasan/ide dari pemilik proyek konstruksi (Owner). Kemudian owner bekerja sama dengan pihak-pihak yang mampu mewujudkan gagasannya. Pihak-pihak yang dimaksud adalah : konsultan Perencana, Konsultan studi Kelayakan, dan konsultan Manajemen Konstruksi. 2. Tahapan Perencanaan (Planning) Pada tahap perencanaan/perancangan (desain) terdiri dari dua tahapan,yaitu:
Tahap Pra-rancangan, mencakup kriteria desain, skematik desain, estimasi biaya dan konseptual.
Tahap Pengembangan rancangan, merupakan pengembangan dari tahap pra rancangan.
3. Tahapan Pengadaan/Pelelangan/Tender ( Procurenment ) Dalam pelaksanaan pembangunan suatu proyek, owner selaku pemilik proyek biasanya melakukan suatu pekerjaan yaitu mencari pelaksana pekerjaan (kontraktor) yang diinginkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Untuk merealisasikan pelaksanaan pembangunan proyek tersebut terdapat beberapa cara yang biasa dilakukan, diantaranya adalah : A. Eigenbeheer Eigenbeheer adalah owner melaksanakan sendiri proyek tersebut. Dalam hal ini owner mempunyai staf yang mampu untuk melaksanakan proyek dan biasanya pada proyek yang berskala kecil. B. Penunjukan langsung Cara ini dilakukan untuk pekerjaan yang berskala kecil dengan nilai maksimum Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dengan ketentuan untuk keperluan sendiri , dan atau teknologi sederhana, dan atau resiko kecil, dan atau dilaksanakan oleh
13
penyedia barang/jasa usaha perseorangan dan atau badan usaha kecil/koperasi kecil. C. Mengadakan Tender ( Pelelangan ) Yaitu mencari kontraktor yang dapat merealisasikan pelaksanaan pembangunan proyek dengan memenuhi persyaratan : teknis, menguntungkan, dan administrasi. Pengertian tender adalah suatu cara yang ditempuh oleh owner untuk merealisasikan proyeknya dengan cara menunjuk pihak lain untuk melaksanakan secara fisik pekerjaan pembangunan sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan. 4. Tahap Pelaksanaan (Construction) Pada tahap ini, pihak yang berperan utama yaitu kontraktor sebagai pelaksana proyek. Kontraktor untuk mendapatkan kepercayaan dalam pelaksanaan proyek harus berperan serta dengan mengikuti dari tahapan prakualifikasi, tender proyek, dan pelaksanaan progress fisik proyek, serta penyerahan akhir proyek kepada pemilik proyek. Ada 3 (tiga) fase pelaksanaan proyek diantaranya adalah : A. Fase persiapan Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini terutama adalah melakukan pengadaan sarana dan prasarana pelaksanaan fisik proyek dan kegiatan administrasi yang diperlukan selama operasional pelaksanaan proyek. Persiapan sarana dan prasarana meliputi pembuatan dokumen (administrasi) keperluan operasional pelaksanaan proyek, dan pekerjaan fisik, seperti pembangunan jalan masuk, jalan kerja , bangunan fasilitas, kantor proyek, dan lain-lain. Adapun data yang perlu disiapkan untuk sarana koordinasi dan komunikasi (Pre-Construction Meeting) pertama kali antara kontraktor, manajer proyek bersama staf tertentu dan pemilik proyek serta konsultan pengawas/supervisor adalah :
Rencana kerja proyek, meliputi :
14
-
Jadwal pelaksanaan pekerjaan
-
Site plan (project facility plan)
-
Rencana mobilisasi alat, material tertentu, dan tenaga.
-
Metode pelaksanaan pekerjaan (Construction Method = CM) untuk pekerjaan tertentu.
-
Dan lain-lain yang diperlukan atau sejauh yang diminta informasinya dari pemilik proyek (via undangan).
Organisasi proyek dengan data personal terpilih secara lengkap.
Time schedule, berupa bart chart atau dengan critical Parh Method (CPM).
Metode pelaksanaan (Construction Method) terdiri dari : -
Site Plan (gambar kontur dengan denah lapangan).
-
Data perhitungan kebutuhan alat dan tenaga.
-
Gambar pelaksanaan, gambar kerja dari beberapa pekerjaan yang harus segera dikerjakan sebagai gambar Bantu untuk penjelasan pelaksanaan pekerjaan.
-
Uraian singkat tentang urutan pelaksanaan pekerjaan proyek dengan jelas.
Gambar – Gambar untuk fasilitas lapangan yang lengkap sehingga pekerjaan fisik dapat segera dikerjakan.
Jaminan bank berupa jaminan pelaksanaan proyek (performance bond).
Surat kuasa dari direksi (perusahaan) untuk manajer proyek guna kepentingan penandatanganan dokumen proyek, antara lain dokumen tagihan (progress billing document).
Surat kuasa dari direksi (perusahaan) untuk pembukaan rekening dan kepentingan keuangan proyek lainnya atau kepentingan penerimaan tagihan proyek sesuai prosedur dan policy perusahaan.
Project Quality Plan (rencana mutu proyek).
15
Project Safety Plan/PSP (rencana K-3 proyek).
Prosedur pelaksanaan pekerjaan (prosedur kerja atau instruksi kerja).
Rencana Biaya Pelaksanaan Proyek (RBPP) dan Rencana Arus Kas Proyek (RAKP).
Menyiapkan dan memproses dokumen tagihan uang muka sesuai jumlah dalam dokumen kontrak pelaksanaan pekerjaan yang telah ditandatangani bersama antara pemilik proyek dan kontraktor.
Inventarisasi data sumber daya proyek, meliputi : -
Peralatan konstruksi,
-
Peralatan umum,
-
Material,
-
Supplier, sub-kontraktor mandor borong, dan
-
Rekanan jasa lainnya.
B. Fase operasional
Pekerjaan pengukuran (surveying) Pekerjaan ini telah mulai dilaksanakan pada fase persiapan pekerjaan atau bahkan sebelumnya, namun persetujuan dan pengawasannya tetap dari pemilik proyek. Yang termasuk penyelesaian pekerjaan adalah pengukuran, perhitungan, gambar profile memanjang, cross-section, dan konturnya. Hal itu sangat menentukan apakah kegiatan pekerjaan fisik yang bersangkutan dapat dimulai atau tidak.
Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan Dari hasil evaluasi dan mengingat perlunya pelaksanaan pekerjaan secara benar, efektif dan ekonomis, maka dokumen prosedur pelaksanaan pekerjaan dan instruksi kerja harus dibuat (ada) sebelum pekerjaan yang akan dilaksanakan itu dimulai.
Koordinasi Kerja
16
Manajer proyek dan staf terkait harus segera melakukan koordinasi kerja dengan pemilik proyek dan konsultan pengawas.
Tujuannya
untuk
merealisasikan
pelaksanaan
pekerjaan sesuai dengan proposal, metode kerja, jadwal kerja dan kesepakatan dalam rapat konstruksi dan pengarahan engineer.
Pelaksanaan tes Program pelaksanaan tes yang dibutuhkan, antara lain : -
Tes material yang akan dipergunakan. Misalnya, semen, pasir, gravel, tanah, besi beton, dan lain-lain.
-
Tes hasil pekerjaan. Misalnya, beton silinder/kubus beton, untuk mendapatkan rekomendasi yang memenuhi syarat atas campuran beton dan pelaksanaannya.
-
Tes dilaksanakan selama pekerjaan. Misalnya compaction test pada timbunan tanah, slump test strength test pada pengecoran beton. Tes dilaksanakan di lab.
Tindak lanjut terhadap hasil tes yang tidak memenuhi syarat : -
Diperbaiki Dengan evaluasi dan prosedur pengecekan atau testing lanjutan tertentu, pemilik proyek dan konsultan akan merekomendasikan
apakah
pekerjaan
tersebut
layak
diteruskan, diperbaiki, atau dibongkar sehingga harus diperbaharui lagi. -
Dibongkar Bila hasil evaluasi dan tes lanjutan memberikan nilai yang tidak memenuhi syarat, maka pekerjaan tidak layak untuk dilanjutkan sehingga pekerjaan harus dilaksanakan lagi dengan benar dan memenuhi syarat.
17
Membuat laporan Membuat laporan bulanan (progress reports) dan laporan mingguan, harus mengikuti format yang telah ditentukan atau disetujui oleh pemilik proyek. Data progres fisik yang tercantum merupakan kemajuan pelaksanaan pekerjaan yang disetujui nilai batas penyelesaiannya
oleh pengawas
lapangan (direksi
lapangan), yaitu sejauh memenuhi syarat untuk diperhitungkan dalam progres billing. Untuk pekerjaan yang setengah jadi (dan mungkin) belum bisa diperhitungkan sebagai progress, dalam progress reports biasanya disebut Works in Progress (WIP = pekerjaan sudah dilaksanakan, tetapi belum selesai atau belum layak diperhitungkan sebagai progress fisik) dan Works in Process
(WIPC = pekerjaan yang sudah dikerjakan sampai
dengan tahap persiapan pelaksanaan atau sudah mulai pelaksanaan). Dalam laporan mingguan maupun bulanan kontraktor pelaksana membuat laporan tersebut dilapangan agar adanya quantity control apa yang di rencanakan dengan apa yang dilapangan. Laporan yang dibuat dilapangan berisi tentang keluar masuk barang maupun alat yang digunakan serta progress fisik yang sedang dikerjakan.
Addendum kontrak atau amandemen kontrak
Semua kegiatan harus selaras atau memenuhi persyaratan klausal dokumen kontrak pekerjaan.
Dokumen kontrak meliputi : -
Dokumen – perjanjian pelaksanaan pekerjaan
-
Berita acara klarifikasi tender dan berita acara pre-award meeting
-
Dokumen addendum atau amandemen kontrak
-
Dokumen tender
18
-
Dalam dokumen tender terdapat beberapa syarat administrasi, diantaranya spesifikasi teknik, syarat khusus dan syarat tambahan, dan gambar konstruksi.
-
Surat pemberi kerja yang merupakan penjelasan kontrak Selain itu dalam sebuah kontrak, sekurang-kurangnya harus
memuat ketentuan sebagai berikut : -
Para pihak yang menandatangani kontrak yang meliputi nama, jabatan, dan alamat.
-
Pokok pekerjaan yang diperjanjikan dengan uraian yang jelas mengenai jenis dan jumlah barang/jasa yang diperjanjikan.
-
Hak dan kewajiban para pihak yang terikat di dalam perjanjian.
-
Nilai atau harga kontrak pekerjaan, serta syarat-syarat pembayaran.
-
Persyaratan dan spesifikasi teknis yang jelas dan terinci.
-
Tempat dan jangka waku penyelesaian atau penyerahan dengan disertai jadwal waktu penyelesaian.
-
Jaminan teknis atau hasil pekerjaan yang dilaksanakan, dll. Semua kegiatan proyek akan dimonitor dan diamati oleh direksi
lapangan
(owner’s
(consultant’s
site
site
engineer/supervisor)
superviso
/engineer)
dan
yang
konsultan mempunyai
kewenangan. Dalam hal ini kontraktor pelaksana dan konsultan pelaksana pada proyek ini diawasi dan dimonitori oleh konsultan pengawas. C. Fase menjelang selesai, masa pemeliharaan, dan penyerahan proyek. Fase menjelang selesainya proyek sampai dengan penyerahan pekerjaan ini sangat dipengaruhi oleh banyak faktor demi suksesnya pekerjaan akhir suatu proyek. Beberapa kemungkinan negatif yang harus diperhatikan dan ditindaklanjuti oleh manajer proyek pada fase ini, antara lain:
19
Adanya perubahan waktu penyelesaian proyek yang biasanya diajukan karena alasan teknis seremonial atau politis tertentu dari pemilik proyek.
Pekerjaan finishing atau pekerjaan akhir proyek biasanya sangat meminta pengerahan banyak tenaga kerja dan tenaga terampil, termasuk beberapa pihak yang terkait dan berkepentingan atas penyelesaian pekerjaan akhir pada proyek tersebut.
Lokasi proyek dan koordinasi pengaturan jadwal pelaksanaan pekerjaan sangat meminta perhatian khusus.
5. Tahap Pemeliharaan (Maintenance) Pada tahapan ini dilakukan uji kelayakan terhadap produk dari proyek tersebut. Terkadang tahapan ini juga berjalan beriringan dengan tahap pelaksanaan fase operasional pelaksanaan proyek. Sehingga pada tahapan ini lebih menitikberatkan pada pengecekan atau evaluasi terhadap hasil pekerjaan. Biasanya untuk pemeliharaan dibebankan kepada pihak kontraktor dalam kurun waktu tertentu biasanya 6 bulan setelah serah terima atau sesuai dengan perjanjian . Setelah kurun waktu pemeliharaan selesai, maka untuk pemeliharaan selanjutnya menjadi tanggung jawab dari pemilik masing-masing. 2.2 Pengadaan Jasa Konstruksi Jasa konstruksi mempunyai peranan yang penting dalam pembangunan nasional sehingga penyelenggaraannya perlu diatur dalam rangka untuk mewujudkan pekerjaan konstruksi yang tertib, dengan hasil pekerjaan konstruksi yang berkualitas, serta peningkatan peran masyarakat. Semua kegiatan yang berhubungan dengan jasa kontraktor disesuaikan dengan Perpres No.70 tahun 2012 Tentang Jasa Konstruksi. Pemilihan penyedia jasa konstruksi yang meliputi konsultan perencana, konsultan pengawas, dan kontraktor pelaksana oleh pengguna jasa dapat dilakukan dengan cara : A. Pelelangan a. Pelelangan Umum
20
b. Pelelangan Tertutup B. Pemilihan Langsung C. Penunjukan Langsung D. Swakelola 2.2.1 Peraturan Pembangunan dan Standar Referensi Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Normalisasi Indonesia, Standar Industri Konstruksi, dan Peraturan Nasional lainnya. Adapun Peraturan Pembangunan dan Standar Referensi yang digunakan sebagai dasar dalam melaksanakan proyek ini adalah sebagai berikut :
SNI 03-6861.1-2002, Spesifikasi bahan bangunan bagian A (Bahan bangunan bukan logam)
SNI 03-6861.1-2002, Spesifikasi bahan bangunan Bagian B (Bahan bangunan dari besi/baja)
SNI 03-6861.1-2002, Spesifikasi bahan bangunan Bagian C (Bahan bangunan dari logam bukan besi
SNI 03 – 6816 – 2002, Tata Cara Pendetailan Penulangan Beton Bertulang Indonesia.
SNI 03 – 1729 - 2002, Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan.
SNI 03-1726-2002, Tata cara perencanaan ketahanan gempa bangunan gedung
Standar Industri Indonesia (SII)
Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI – 1991 dan SK - SNI T – 15 – 1991 - 03.
Peraturan Umum Instalasi Air
Peraturan Pembebanan Indonesia Utuk Gedung 1981
Peraturan Perburuhan di Indonesia (Departemen Tenaga kerja RI)
Peraturan Tentang Keselamtan Tenaga kerja (Departemen Tenaga kerja RI)
21
Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KTSP/1985 tentang Penanggulangan Bahaya Kebakaran
Peraturan Beton Bertulang Indonesia (NI-2)
Karet spons yang dibentuk dan pengisi sambungan dari gabus untuk lapisan beton dan konstruksi struktur (AASTHO M 153-70)
Pengendap sambungan beton, tipe elastic yang dituang panas (AASTHO M173-60)
Jumlah material yang lebih halus dari ayakan 0.075 mm dalam agregat (AASTHO T 11-78)
Ketidakmurnian organis dalam pasir untuk beton (AASTHO T 21-78)
Kuat Tekan dari contoh beton silindris (AASTHO T 22-74)
Pembuatan dan perawatan contoh untuk pengujian kuat tekan dan kuat lentur dilapangan (AASTHO T 23-76)
Mutu air yang akan digunakan dalam beton (AASTHO T 26-72)
Abrasi dari agregat kasar dengan menggunakan mesin Los Angeles (AASTHO T 96-77)
Penentuan Mutu Agregat dengan menggunakan Sodium Sulfat (AASTHO 104-77)
Gumpalan lembung dari partikel yang dapat pecah dalam agregat (AASTHO T 112-78)
Pembuatan
dan
perawatan
contoh
untuk
pengujian
beton
dilaboratorium (AASTHO T 126-76)
Pengambilan contoh beton segar (AASTHO T 141-74)
2.2.2 Pengadaan Jasa Kontraktor Menurut keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Metode pengadaan bahan dan jasa dapat dilakukan melalui : pelelangan umum, pelelangan terbatas, pemilihan langsung, penunjukan langsung dan swakelola. Selain itu, dalam proses jasa kontraktor, semua kegiatan yang berhubungan dengan jasa kontraktor disesuaikan dengan keputusan presiden No. 80 tahun 2003,
22
yang mencakup tentang pedoman pelaksanaan pengadaan barang atau jasa pemerintah. Untuk mencari pelaksana pembangunan proyek ini, pihak owner menggunakan sistem penunjukan langsung. Adapun secara rinci mengenai pelelangan akan dijelaskan berikut ini : 1. Pengertian Pelelangan Berdasarkan Keppres No. 18 Tahun 2012, pengertian pelelangan adalah serangkaian kegiatan untuk menyediakan barang/jasa dengan cara menciptakan persaingan yang sehat diantara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat, berdasarkan metode dan cara tertentu yang telah ditetapkan dan diikuti oleh pihak-pihak yang terkait secara taat asas sehingga terpilih penyedia terbaik. Dalam sistem ini terjadi persaingan diantara kontraktor untuk memenangkan dan mendapatkan proyek. Sehingga para kontraktor saling menunjukan bonafiditasnya dengan kualifikasi yang sesuai, cara yang menguntungkan dan wajar. Pada
sistem
ini
pemborong
yang
berhak
melaksanakan
pembangunan adalah pemborong yang mengajukan harga penawaran yang wajar atau dapat juga memperhatikan hal-hal yang sifatnya nonteknis seperti relasi, nama baik pemborong, modal, jumlah peralatan yang dimiliki oleh pemborong. 2. Tujuan Pelelangan Pelelangan ini dilakukan guna untuk mendapatkan konsultan atau kontraktor yang memenuhi syarat teknis pelaksanaan, dan dapat dipertanggungjawabkan serta dapat melaksanakan pekerjaan fisik pembangunan sesuai dengan kriteria pelelangan tersebut. 3. Jenis-Jenis Pelelangan A. Pelelangan Terbuka (umum) Pelelangan
terbuka
(umum)
adalah
pelelangan
yang
dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa, undangan secara resmi dan atau pada papan pengumuman
resmi
untuk
penerangan
umum,
sehingga
23
masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya. Dalam hal metode pelelangan umum atau pelelangan terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya pelelangan, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metoda pemilihan langsung, yaitu pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan dengan
membandingkan
sebanyak-banyaknya
penawaran,
sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran dari penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan negosiasi baik teknis maupun biaya serta harus diumumkan minimal melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet. Pelelangan ini dapat diikuti oleh banyak kontraktor (± 50 kontraktor) jadi setiap kontraktor yang lolos prakualifikasi dan telah memenuhi syarat dari bouwheer dapat mengikutinya. keuntungan dari pelelangan umum ini diantaranya : 1. Bouwheer lebih untung karena harga penawaran yang relative lebih murah. 2. Bebas untuk semua kontraktor sehingga terjaminnya nilai kompetisi antar kontraktor sangat maksimal sesuai dengan proyek yang besar. Kerugian dari pelelangan umum ini diantaranya : 1. Kualitas pekerjaan kurang terjamin, karena dalam system tender siapa saja boleh ikut serta dalam tender, sehingga kemungkinan pengalaman dan bonafiditas kurang terjamin. 2. Pada kontraktor yang berkompeten akan menjadi pesimis dan segan untuk ikut serta dalam penawaran tersebut, karena mereka berpendapat terlampau banyak pengikut yang berspekulasi dan berani memotong harga dalam penawaran.
24
B. Pelelangan terbatas/tertutup Pelelangan terbatas/tertutup adalah tender yang dilakukan melalui surat panggilan kepada rekanan yang telah memenuhi persyaratan sebagai anggota tender dengan jumlah peserta tidak boleh kurang dari lima kontraktor dan tidak boleh lebih dari sepuluh kontraktor. Dalam hal ini jumlah kontraktor yang terlibat terbatas jumlahnya. Kontraktor dalam system ini biasanya memenuhi syarat prakualifikasi baik secara teknis maupun administrasi termasuk modal dari perusahaan. Jadi pelelangan terbatas ini dilakukan jika ada pekerjaan yang sifatnya khusus, dalam arti pelaksanaannya memerlukan keahlian dan pengalaman tertentu yang belum tentu dimiliki oleh setiap kontraktor lain. keuntungan dari pelelangan terbatas ini diantaranya adalah : 1. Bonafiditas dari kontraktor terjamin karena sudah lulus dalam prakualifikasi 2. Harga bangunan relative cukup, artinya tidak murah dan tidak juga terlalu mahal. Hal ini karena menggunakan anggaran biaya direksi sebagai harga baku 3. Pengamatan waktu sangat menguntungkan karena objek terbatas 4. Hasil pekerjaan akan relative lebih baik karena kualitas dari kontraktor telah terjamin 5. Adanya
persaingan
antara
kontraktor
yang
lulus
prakulaifikasi sehingga dari segi mutu kontraktor akan lebih terjamin. kerugian dari pelelangan terbatas ini adalah : 1. Kontraktor merasa terikat oleh harga penawaran yang ditinjau dan berdasarkan tender dari harga terendah. Maka kemungkinan hasilnya akan menjadi kurang memuaskan
25
dikarenakan kontraktor akan berusaha mencari keuntungan yang sebesar-besarnya. 2. Pelelangan umum dan terbatas dapat dinyatakan gagal oleh panitia atau pejabat pengadaan, apabila :
Jumlah penyedia barang atau jasa yang memasukkan penawaran kurang dari tiga peserta.
Tidak ada penawaran yang memenuhi persyaratan administrasi dan teknis.
Harga penawaran terendah lebih tinggi dari pada anggaran yang tersedia.
C. Penunjukan langsung (Tender Bawah Tangan) Tender bawah tangan adalah suatu metode pengadaan jasa kontraktor dengan cara mengundang satu kontraktor yang dianggap memenuhi syarat selanjutnya mengadakan perundingan dan negosiasi. Metode ini ditempuh hanya karena :
Keharusan mempercepat waktu pekerjaan (tergesa-gesa).
Ingin memilih kontraktor yang paling bonafide.
Adanya kelanjutan pekerjaan terdahulu yang dilaksanakan oleh kontraktor dengan hasil yang cukup baik.
Keuntungan tender penunjukan langsung adalah : 1. Kemungkinan hasil akan lebih baik sebab penentuan kontraktornya lebih terjamin dari segi kualitas dan bonafiditas. Kelemahan dari system tender ini diantaranya adalah : 1. Harga penawaran relative lebih mahal karena tidak adanya persaingan. 2. Sering terjadi opzet contract (jenis kontrak yang tidak sesuai
dengan
perjanjian)
atau
collusion
yang
mengakibatkan penolakan pembayaran atau pembatalan tender.
26
D. Swakelola Swakelola adalah pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang direncanakan,
dikerjakan
dan
diawasi
sendiri,
dengan
menggunkan tenaga dan alat sendiri atau upah borongan tenaga. Pekerjaan konstruksi dengan swakelola dilakukan pada keadaan : 1. Bila pekerjaan tersebut dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaannya tidak dapat dilakukan dengan cara pelelangan atau pemilihan langsung atau penunjukan langsung. 2. Pekerjaan
yang
dihitung/ditentukan
secara
rinci/detail
tidak
dapat
terlebih
dahulu,
sehingga
apabila
dilaksanakan oleh penyedia jasa konstruksi akan menanggung resiko yang sangat besar. 3. Penyelenggaraan diklat, kursus, penataan, seminar, lokakarya, atau penyuluhan. 4. Pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) yang bersifat khusus untuk pengembangan teknologi/metode kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh penyedia jasa konstruksi. 5. Pekerjaan khusus yang bersifat memproses data, perumusan, kebijakan
pemerintah,
pengujian
di
laboratorium,
pengembangan sistem tertentu dan penelitian oleh perguruan tingga/lembaga ilmiah pemerintah. Pada proyek ini, pihak owner menggunakan sistem Penunjukan Langsung (tender bawah tangan) untuk melaksanakan seluruh fisik bangunan. 4. Prosedur Pelelangan Tahapan-Tahapan pelaksanaan pelelangan secara garis besar adalah sebagai berikut : a. Undangan lelang dari panitia tender untuk kontraktor. b. Pengambilan dokumen tender yang terdiri dari : - Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) - Gambar bestek dan gambar detail
27
- Rencana volume pekerjaan BQ (Bill of Quantity) - Berita acara rapat penjelasan (Aanwijzing) dan semua dokumen lainnya
yang diperlukan dalam pengajuan penawaran.
c. Aanwijzing. d. Tinjauan lokasi rencana proyek e. Penandatanganan berita acara Aanwijzing. f.
Pemasukan dokumen tender/penawaran.
g. Pembukaan dan evaluasi dokumen tender. h. Klasifikasi, termasuk didalamnya pengumuman pemenang. i.
Sanggahan dari peserta tender atau kontraktor.
j.
Pelulusan/penetapan pemenang tender.
k. Penandatanganan surat perintah kerja, dilanjutkan dengan pelaksanaan oleh kontraktor. Adapun keterangan dari point-point prosedur pelelangan diatas akan dibahas secara rinci sebagai berikut : a) Undangan pelelangan Undangan pelelangan dilakukan pada kontraktor rekanan sesuai dengan jenis pelelangan. Dalam undangan pelelangan dicantumkan tentang : 1. Identifikasi pekerjaan, 2. Tanggal, tempat dan waktu pelelangan, 3. Tempat, batas tanggal dan waktu pemasukan penawaran. b) Pengambilan dokumen tender Setelah peserta pelelangan yang memenuhi syarat diundang oleh panitia
pelelangan,
maka
ia
berhak
untuk
melaksanakan
pengambilan dokumen tender dan mendaftarkan diri sebagai peserta tender sebelum mengikuti rapat penjelasan. Untuk tanggal, tempat dan waktu pengambilan dokumen tender sebelumnya sudah diberitahukan oleh panitia tender. Dalam tahap ini ada suatu babak yang disebut babak prakualifikasi yaitu suatu prosedur agar kontraktor berpengalaman dan kompeten
28
saja yang diperbolehkan ikut serta dalam tender, babak kualifikasi ini meliputi pemeriksaan sumber daya keuangan, manejerial dan fisik kontraktor yang potensial, dan pengalamannya pada proyek serupa, serta menilai integritas perusahaan. c) Aanwijzing Rapat penjelasan tender atau pre bid conference adalah pertemuan untuk menjelaskan segala sesuatu tentang pelelangan atau syaratsyarat mengenai tender yang dilaksanakan antara panitia lelang dengan rekanan yang diundang. Pada rapat tersebut panitia pelelangan menjelaskan pekerjaan dan tanggung jawab mengenai pelaksanaan pekerjaan menurut prosedur dan cara pelelangan beserta syarat-syarat berdasarkan dokumen tender. d) Tinjauan lokasi rencana proyek Tinjauan lokasi ini merupakan kelanjutan dari rapat penjelasan dengan tanya jawab dilapangan pekerjaan, semua peserta tender melihat dan mencocokkan data-data yang ada dalam dokumen tender dengan kondisi fisik lapangan. e) Penandatanganan berita acara aanwijzing Bila peserta tender ingin mengetahui dengan rinci mengenai penjelasan pekerjaan, maka pihak panitia memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan secara tertulis dalam jangka waktu tertentu. Hasil jawaban atas pertanyaan tersebut dituangkan dalam berita acara Aanwijzing, ditandatangani oleh semua peserta tender, diperbanyak kemudian dibagikan kepada semua peserta yang diundang. Berita acara penjelasan pekerjaan tersebut akan merupakan bagian yang mengikat dan tidak dapat dipisahkan dari dokumen tender. f) Pemasukan dokumen tender/penawaran Rekanan yang berhak mengajukan penawaran adalah rekanan yang telah mengambil dokumen tender dan menghadiri Aanwijzing.
29
Pengajuan penawaran harus mengikuti aturan-aturan yang telah ditentukan oleh panitia tender. g) Pembukaan dan Evaluasi Dokumen Tender Tender segera dibuka setelah berakhirnya waktu yang telah ditentukan untuk penerimaan penawaran. Ketentuan-ketentuan pembukaan penawaran dokumen tender adalah sebagai berikut : 1. Pada waktu yang telah ditentukan, panitia menyatakan dihadapan para peserta tender bahwa pada saat penyampaian surat penawaran telah ditutup. 2. Setelah saat penyampaian ditutup tidak dapat lagi diterima surat penawaran, surat keterangan, dan sebagainya dari peserta. 3. Panitia membuka kotak dan sampul/amplop surat penawaran dihadapan para peserta. 4. Semua surat penawaran dan surat keterangan dibaca dengan jelas, sehingga terdengar oleh semua peserta dan kemudian dilampirkan pada berita acara pembukaan surat penawaran. 5. Dari semua surat penawaran yang disampaikan, panitia tender menyatakan mana yang syah dan mana yang tidak syah serta mencantumkan dalam berita acara. 6. Kelainan-kelainan dan kekurangan-kekurangan yang dijumpai dalam surat penawaran dinyatakan pula dalam berita acara. 7. Para peserta yang hadir diberi kesempatan melihat surat-surat penawaran yang disampaikan kepada panitia. 8. Setelah penetapan dan pembacaan setidaknya surat penawaran tersebut, panitia segera membuat acara pembukaan surat penawaran yang memuat hal-hal tersebut di atas keteranganketerangan lainnya. 9. Berita acara setelah dibaca dengan jelas ditandatangani oleh panitia yang hadir sekurang-kurangnya dua orang wakil dari para peserta tender.
30
10. Pada berita acara disertakan semua surat penawaran dengan semua lampirannya dan surat keterangan serta sampul. h) Klasifikasi Termasuk didalamnya pengumuman pemenang panitia tender mengevaluasi harga penawaran yang diajukan oleh pihak kontraktor dengan mengurut ranking yang penawarannya terendah, logis dan dapat dipertangggung jawabkan hasil perhitungannya maka panitia mengumumkan kontraktor tersebut sebagai pemenang tender. i) Sanggahan dari peserta tender atau kontraktor Jika ada peserta tender
yang berkeberatan dengan hasil
pengumuman dari para panitia maka panitia akan mengadakan acara sanggahan yang merupakan diskusi atau tanya jawab dengan semua peserta untuk mengadakan penjelasan dari pengumuman hasil tender tersebut, ditunggu selama satu minggu setelah pengumuman. j) Pelulusan atau penetapan pemenang tender Setelah akhirnya peserta menerima keputusan hasil pengumuman dengan penjelasan kepada forum sanggahan tersebut di atas maka panitia membuat surat keputusan yang dilaporkan kepada pimpinan proyek mengenai penetapan pemenang tender dan diumumkan pada semua peserta tender. k) Penandatanganan Surat Perjanjian Kontrak, dilanjutkan dengan surat perintah kerja (pelaksanaan) Pihak pimpinan proyek dan kontraktor menandatangani surat perjanjian kontrak dan surat perintah kerja yang memuat semua persetujuan-persetujuan yang telah disepakati bersama di atas materai. 2.2.3 Pengadaan Jasa Konsultan Dalam pengadaan jasa konsultan pada proyek ini, pihak owner dibantu oleh kontraktor dan konsultan perencana.
31
2.3 Manajemen Proyek 2.3.1 Manajemen Proyek Konstruksi Manajemen dan manajemen proyek adalah dua sebutan yang sebenarnya mempunyai prinsip dan fungsi manajemen yang sama. Keduanya memberikan arahan agar bertindak sistematis dalam mencapai apa yang telah direncanakan dengan tepat, efektif, efisien. Manajemen proyek adalah manajemen yang penerapannya lebih banyak menggunakan pendekatan sarana dan prasarana. Itulah yang merupakan karakteristik khas proyek sesuai dengan sifat dan ciri khas proyek. Fungsi atau peranan manajemen (proses manajemen) adalah sebagai berikut :
Merencanakan (Planning).
Melaksanakan (Do).
Mengorganisasi (Organizing).
Mengkoordinasi (Coordinating).
Mengendalikan (Controling).
Memimpin (Leading).
Proyek adalah suatu kegiatan yang terorganisasi dengan menggunakan sumber-sumber yang dijalankan selama waktu tertentu, yang mempunyai titik awal saat dimulainya kegiatan dan titik akhir yaitu pada saat selesainya seluruh kegiatan. Pendekatan manajemen proyek menitikberatkan pada hubungan yang terjalin antara kontraktor, owner, dan pihak-pihak yang terlibat dalam pembangunan fisik suatu proyek konstruksi. Hubungan antara satu pihak dengan pihak yang lain dalam suatu manajemen proyek dapat terdiri dari dua hubungan kerja, yaitu : 1. Hubungan Fungsional Hubungan fungsional adalah hubungan sesuai dengan fungsi masing-masing pihak yang terlibat dalam proyek, seperti hubungan antara konsultan perencana dengan kontraktor. Misalnya pada tahap desain dimana konsultan perencana berfungsi sebagai perencana, sedangkan kontraktor belum berfungsi. Demikian pula sebaliknya.
32
Bila pada saat pelaksanaan konstruksi terdapat masalah yang berkaitan dengan masalah perencanaan, penyelesaian masalah tergantung pada hubungan kerja sama (kontrak) antara pemilik dengan perencana dan kontraktor. 2. Hubungan Kontrak Hubungan kerja sama (kontrak) adalah hubungan berdasarkan kontrak kerja antara dua pihak atau lebih. Kontrak merupakan kesepakatan (perjanjian) secara sukarela antara dua pihak yang mempunyai kekuatan hukum. 2.3.2 Sumber Dana Sumber dana yang digunakan pada tahap pelaksanaan konstruksi diperoleh dari owner. Dana pembangunan proyek dikeluarkan atas persetujuan owner yang digunakan untuk membiayai seluruh pekerjaan. 2.3.3 Jenis Kontrak Kontrak konstruksi adalah dokumen yang mempunyai kekuatan hukum yang memuat persetujuan bersama secara sukarela. Kontrak merupakan suatu kesepakatan (perjanjian) antara kontraktor dengan owner yang mempunyai kekuatan hukum. Kesempatan ini dicapai setelah satu pihak menerima penawaran yang diajukan oleh pihak lain untuk melakukan sesuatu yang tercantum dalam penawaran. Elemen-elemen kontrak yang mempunyai kekuatan hukum antara lain :
Penawaran yang sudah definitif
Hal-hal yang tidak diterima didalam penawaran
Imbalan atas penawaran
Dalam pengadaan barang atau jasa, kontrak dibedakan atas : 1. Kontrak berdasarkan waktu imbalan A. Kontrak lump sum Adalah
kontrak
pengadaan
barang
atau
jasa
atas
penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah harga yang pasti dan tetap dan semua resiko yang mungkin
33
terjadi
dalam
proses
penyelesaian
pekerjaan
sepenuhnya
ditanggung oleh penyedia barang atau jasa. B. Kontrak harga satuan Adalah
kontrak
pengadaan
barang
atau
jasa
atas
penyelesaian seluruh pekerjaaan dalam batas waktu tertentu, berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaaanya
masih
bersifat
sementara, sedangkan
pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia barang atau jasa. C. Kontrak gabungan lump sum dan harga satuan Adalah kontrak yang merupakan gabungan lump sum dan harga satuan dalam satu pekerjaan yang diperjanjikan. D. Kontrak terima jadi ( Turn Key ) Adalah kontrak pengadaan barang atau jasa pemborongan atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh bangunan atau konstruksi, peralatan dan jaringan utama maupun penunjangnya dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan. E. Kontrak persentase Adalah Kontrak pelaksanaaan jasa konsultasi di bidang konstruksi
atau
pekerjaaan
pemborongan
tertentu,
dimana
konsultan yang bersangkutan menerima imbalan jasa berdasarkan persentase tertentu dari nilai pekerjaan fisik konstruksi atau pemborongan tersebut. 2. Kontrak berdasarkan jangka waktu pelaksaanaan A. Kontrak tahun tunggal Adalah kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana anggaran untuk masa satu tahun.
34
B. Kontrak tahun jamak Kontrak tahun jamak adalah kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana anggaran untuk masa lebih satu tahun anggraran yang dilakukan atas persetujuan oleh menteri keuangan untuk pengadaan yang dibiayai oleh APBD, Bupati atau Walikota untuk pengadaan yang dibiayai APBD Kabupaten atau kota. 3. Kontrak berdasarkan jumlah pengguna barang atau jasa A. Kontrak pengadaan tunggal Kontrak pengadaan tunggal adalah kontrak antara satu unit kerja atau satu proyek dengan penyedia barang atau jasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu. B. Kontrak pengadaan bersama Kontrak pengadaan bersama adalah kontrak antara beberapa unit kerja atau beberapa proyek dengan penyedia barang atau jasa tertentu untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu dalam waktu tertentu sesuai dengan kegiatan bersama yang jelas dari masing-masing unit kerja dan pendanaan bersama yang dituangkan dalam kesepakatan bersama. 2.3.4 Struktur Organisasi Proyek Dalam suatu pekerjaan konstruksi yang relatif sederhana kemungkinan besar dapat dilaksanakan dengan atau tanpa adanya suatu wadah atau organisasi, namun suatu organisasi akan sangat berperan penting dalam mengatur kegiatan agar satu dengan yang lainnya dapat saling berkomunikasi, mengingat dengan sekian banyaknya keterlibatan orang-orang yang bekerja dalam berbagai macam bidang kerja. Dengan adanya organisasi kerja yang baik dapat terjadi kemungkinan akan terbentuknya suatu organisasi yang sadar akan hasil yang hendak dicapai yaitu efisiensi yang tinggi dan tepat waktu, itu pun jika didukung oleh manajemen proyek yang baik pula. Proses pengorganisasian ini meliputi perincian pekerjaan dan pengkoordinasian pekerjaan, dan ini terjadi dalam struktur tertentu (Sukanto Reksohadiprojo,1987 : 11) Organisasi proyek merupakan wadah kerja yang terdiri dari beberapa unsur yang saling mengikat satu dengan yang lainnya dan mempunyai hubugan
35
kerja serta tanggung jawab yang jelas dalam pelaksanaan suatu proyek. Tujuan dari organisasi proyek adalah untuk mempertegas hubungan kerja dalam proses sehingga dapat dicapai suatu hasil kerja yang diharapkan. Beberapa keuntungan dari organisasi, yaitu: 1. Sebagai alat pembagi tugas antara masing-masing yang terlibat dalam kegiatan, 2. Sebagai koordinasi masing-masing unit kegiatan agar dapat berjalan dengan lancar, 3. Sebagai alat penempatan tenaga ahli sesuai dengan spesialisasi, 4. Sebagai alat pengawasan pimpinan terhadap bawahan dapat dilakukan dengan mudah. Adapun gambaran kerja secara eksternal pada proyek tempat Praktikan melakukan kerja praktik yaitu sebagai berikut : Owner
Konsultan Perencana
Konsultan Pengawas
Kontraktor
Sub. Kontrakor
Sub. Kontrakor
Sub. Kontrakor
Bagan 2.2. Diagram gambaran kerja eksternal proyek
Dari bentuk organisasi tersebut terdapat beberapa pihak yang terlibat yang memiliki tugas dan wewenang sendiri-sendiri, diantaranya : 1. Pemilik / Owner Pemilik proyek berperan sebagai :
Pemberi tugas (Bouwheer).
36
Penanggung jawab seluruh pembiayaan proyek.
Penyedia lokasi proyek.
Tugas dan wewenang Pemberi Tugas :
Menyediakan tempat untuk lokasi proyek yang akan dibangun.
Penanggung jawab pembiayaan proyek dengan mengusahakan pembiayaan yang efisien untuk mendapat hasil yang optimal.
Menunjuk konsultan perencana, pengawas, dan pelaksana (kontraktor)
Mengadakan pelelangan.
Mengeluarkan surat perintah kerja (SPK).
Menyediakan fasilitas-fasilitas umum yang diperlukan untuk menunjang lancarnya proyek, seperti listrik kerja, kantor kerja, mushola, gudang, air kerja dan sebagainya.
Mengawasi pelaksaan proyek dan memberi semua instruksi kepada tim pelaksana termasuk persyaratan resmi dan administrasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan pembangunan sesuai dengan kontrak yang telah disepakati.
Menerima hasil pekerjaan pelaksanaan pembangunan.
Membiayai seluruh pengeluaran dari proses pembangunan proyek sejak awal hingga akhir.
2. Konsultan (Perencana) Tugas dan wewenang konsultan perencana :
Menerima tugas dari pemilik atau pemberi tugas.
Persiapan perancangan, meliputi pngumpulan data dan informasi lapangan, membuat interpretasi secara garis besar terhadap pedoman persyaratan (term of reference). Konsultasi dengan pemerintah daerah tingkat II setempat mengenai perijinan bangunan.
37
Penyusunan rancangan pelaksanaan, meliputi membuat rancangan arsitektur berikut uraian teknis dan visualisasi dua atau tiga dimensi bila diperlukan, membuat rancangan utilitas beserta uraian dan perhitungan strukturnya.
Penyusunan rencana detail, meliputi membuat gambar detail, meliputi membuat gambar detail, rencana kerja dan syarat-syarat, membuat rincian volume pekerjaan dan rancangan anggaran baiya pekerjaan konstruksi.
Persiapan pelelangan, meliputi membantu pemimpin proyek dalam mempersiapkan dokumen pelelangan, membantu panitia pelelangan
dalam
menyusun
program
pelelangan
dan
melaksanakan pelelangan.
Membantu
pelelangan
meliputi
:
memberikan
penjelasan
pekerjaan pada waktu pelelangan termasuk dalam menyusun berita acara penjelasan pekerjaan (Aanwijzing), membantu panitia dalam melaksanakan evaluasi penawaran, menyusun kembali pelelangan dan melaksanakan tugas-tugas yang sama bila terjadi pelaksanaan
pelelangan
ulang,
serta
menyusun
dokumen
pelaksanaan.
Pengawasan berkala meliputi pemeriksaan pelaksanaan pekerjaan secara berkala, memberikan penjelasan terhadap persoalanpersoalan yang timbul selama masa pekerjaan konstruksi, menyusun laporan akhir perancangan.
3. Kontraktor (Pelaksana) Tugas Pelaksana
Melaksanakan pembangunan proyek sesuai dengan gambar kerja dan uraian persyaratan yang telah ditetapkan (RKS).
Menentukan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan Time Schedule atau penjadwalan yang didalamnya terdapat kurva S (untuk mengontrol waktu pelaksanaan pekerjaan), barchart (untuk
38
menyelesaikan satu bagian pekerjaan) dan pedoman pembayaran angsuran terjamin.
Meneliti dan mempelajari gambar-gambar sebelum melaksanakan pekerjaan pembangunan.
Menyediakan tenaga ahli yang cukup, mandor-mandor dan tukang serta pengaturan tugas dan haknya masing-masing agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Menyusun suatu rencana kerja atau time schedule yang logis dan rasional sebelum melaksanakan pekerjaan.
Membuat tempat dan gudang untuk menyimpan material bangunan dan peralatan bangunan.
Menyediakan tempat (direksi keet) tim pelaksana dan proyek beserta tempat kerja untuk konsultan perencana dan ruang rapatnya.
Menyusus
laporan
harian
dan
bulanan
yang
berisi
prestasi/progress pekerjaan, jumlah material dan jumlah pekerja yang dipakai.
Membuat laporan yang kemudian akan diperiksa kebenarannya oleh pengawas lalu diteruskan kepada pemberi tugas.
Melakukan perbaikan-perbaikan atas kerusakan atau kurang sempurnanya pekerjaan serta kelalaian pelaksanaan.
Membiayai asuransi untuk pekerja berupa construction all risk insurance dan accident incurance serta menyediakan P3K untuk para pekerjanya.
Wajib mentaati dan mengikuti petunjuk dari pengawas maupun pemberi tugas.
Mengikuti dan mentaati ketentuan-ketentuan dan peraturanperaturan dari daerah setempat mengenai pelaksanaan pekerjaan pembangunan dan pemburuhan serta keselamatan kerja.
Koordinasi pelaksana dengan pengawas
39
Pelaksana
harus
menyerahkan
jadwal
pelaksaan
kepada
pengawas.
Menyerahkan perkiraan tahap pelaksanaan.
Mengkoordinasi
organisasi
pelaksanaan
kepada
pengawas
sehingga pengawas dapat meneliti kemajuan-kemajuan proyek dan memberikan petunjuk.
Pengawas harus berani menegur pelaksana apabila terjadi suatu penyimpangan atau kekeliruan di lapangan.
Koordinasi Pelaksana dengan Pekerja
Tim pelaksana wajib memelihara kesejahteraan pekerja.
Menyediakan P3K untuk pekerja.
Wajib
menganjurkan
untuk
memelihara
kebersihan
dan
keselamatan kerja.
Pelaksanaan suatu proyek dapat berjalan lancar dan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan apabila dibuat suatu pembagian tugas yang jelas antara manajer proyek, kepala pelaksana, pelaksana, kepala tukang dan pekerja oleh kontraktor pelaksana itu sendiri. Tugas dan wewenang pihak-pihak yang terlibat dalam struktur organiasi pada proyek adalah sebagai berikut : A. Direktur/Project Manager Direktur/project manager adalah kepala proyek yang mendapat tugas dari pemilik untuk merencanakan proyek sesuai dengan permintaan pemilik, baik dari segi konstruksi maupun arsitekturnya. Tugas dan Wewenang PM antara lain adalah: Sebagai pimpinan dari seluruh staf proyek. Menentukan time schedule dan network planning, serta mengontrol schedule dan budget selama pelaksanaan proyek. Memimpin dan mengarahkan untuk kegiatan pelaksanaan proyek.
40
Memacu dan memotivasi tenaga-tenaga staf proyek agar biasa bekerja sesuai dengan rencana. Mengadakan hubungan dan pendekatan-pendekatan secara positif terhadap masyarakat sekitar dan penguasa setempat maupun konsultan / pemberi tugas agar bisa mendukung kelancaran proyek. Mengerahkan kegiatan sub kontraktor / pemasok dalam pelaksanaan proyek. Mengkoordinir seluruh kegiatan pelaksanaan proyek agar sesuai dengan perencanaan awal. Selalu mengusulkan dan mencari alternative metode kerja yang lebih baik untuk menyelesaikan pekerjaan. Aktif dalam rapat yang diselenggarakan oleh konsultan / pemberi
tugas
dan
mengusulkan
hal-hal
yang
menguntungkan perusahaan. Mengkoordinir dan memonitor persediaan alat, bahan dan tenaga sesuai dengan perencanaan. Melakukan pengecekan kegiatan pengusulan dan pemakaian bahan. Memimpin dan mengarahkan kegiatan penyusunan cash flow secara rutin dan pendistribusian biaya. Melakukan pengecekan kegiatan penggunaan keuangan proyek. Mencatat semua hasil pekerjaan yang telah dilakukan atau dilaksanakan. Memantau dan mengerahkan proses kegiatan pekerjaan proyek guna mendapatkan hasil yang ditetapkan. Memimpin rapat koordinasi lapangan. Bertanggung jawab penuh atas berhasil atau tidaknya pelaksanaan proyek.
41
B. Wakil Direktur/Wakil Project Manager Adalah wakil kepala proyek yang bertugas membantu dan melaksanakan tugas/pekerjaan kepala proyek. Tugas dan wewenang wakil direktur antara lain adalah : Membantu
dan
melaksanakan
tugas/pekerjaan
Project
Manager Bertanggung jawab penuh atas berhasil atau tidaknya pelaksanaan proyek. C. Pelaksana Seorang pelaksana dapat membawahi beberapa proyek, sedangkan pelaksanaannya dilapangan diserahkan pada seorang wakil pelaksana pelaksana. Tugas dari seorang pelaksana antara lain adalah : Bertanggung jawab atas terlaksananya semua keberhasilan proyek yang dipimpin, Mengawasi pelaksanaan pekerjaan di lapangan secara periodik supaya tidak terjadi penyimpangan, Menentukan time schedule dan budget selama pekerjaan proyek, Bersama Site Engineering dan Pelaksana membuat Rencana Anggaran Proyek (RAP), Memimpin rapat rutin. D. Wakil Pelaksana Wakil pelaksana bertugas melaksanakan perintah dari ketua pelaksana, dimana wakil ketua pelaksana bertugas langsung dilapangan untuk mengawasi dan memberi instruksi pada mandor yang ada dilapangan. E. Administrasi dan Keuangan Tugas dan tanggung jawab administrasi dan keuangan adalah : Mengatur dan menyiapkan arsip-arsip proyek secara teratur.
42
Menentukan pembiayaan yang dibutuhkan untuk setiap kegiatan dalam rangka mencapai hasil pembangunan. Menentukan arus pembayaran (cast flow) setiap periode waktu tertentu berdasarkan jadwal waktu kegiatan yang telah tersusun. Menuangkan hasil penyusunan anggaran keuangan ke dalam daftar usulan proyek dengan mengelompokan pembiayaan dalam beberapa jenis pengeluaran sebagai berikut : pengeluaran gaji dan upah, pengeluaran keperluan bahan, pengeluaran
peralatan
dan
mesin,
pengeluaran
biaya
konstruksi, pengeluaran biaya perjalanan dan pengeluaran lainnya. Mengurus perijinan : Depnaker, Astek, PLN, Telepon, PDAM, dsb. Mengurus seluruh administrasi umum. F. Logistik Tugas dan wewenang dari logistik diantaranya adalah : Mencari material yang sesuai dengan spek dan harganya murah, Membuat bon permintaan barang dan alat, Melakukan pencatatan terhadap seluruh barang yang masuk dan keluar, Membuat laporan barang masuk, barang keluar, sisa barang, mutasi barang dan time sheet. G. Mandor Tugasnya
adalah
mengkoordinir
kepala
tukang
untuk
menyelesaikan pekerjaan yang diberikan oleh pelaksana. Dalam suatu proyek terdapat beberapa kepala tukang seperti tukang kayu, besi, batu.
43
H. Kepala Tukang Kepala tukang bertugas menjalankan tugas dari mandor, dan mengkoordinir pekerja sesuai dengan pekerjaan yang digelutinya serta menginstruksikan benar salahnya pekerjaan kepada pekerja yang dibawahinya. 4. Pengawas Adapun kewajiban dari pihak pengawas adalah sebagai berikut: Mengendalikan kegiatan proyek Mengkoordinasikan kegiatan kontraktor, konsultan perencana serta kegiatan yang menjadi tanggung jawab proyek dalam hal pengendalian waktu, biaya, dan kualitas pekerjaan. Menyediakan tenaga-tenaga yang mampu dilapangan untuk pengendalian proyek. Membuat jadwal dan pelaksanaan pertemuan antar pemilik proyek dan konsultan pengawas untuk membahas masalahmasalah sebelum memulai pelaksanaan serta rencana pekerjaan selanjutnya. Mengendalikan jadwal keseluruhan proyek untuk mencapai sasaran. Membuat laporan ringkas dari hasil pengawasan dilapangan termasuk perubahan jadwal. Mengendalikan Biaya Melaksanakan pengawasan secara teratur terhadap anggaran biaya pelaksanaan yang telah disetujui dan mengestimasi anggaran biaya yang belum dilaksanakan. Merekomendasikan
perubahan-perubahan
kerja
yang
ditentukan pemilik proyek dan konsultan perencana serta mengadakan kesepakatan kembali pada kontraktor. Pengawasan dan pemeriksaan Mengawasi pekerjaan kontraktor agar sesuai dengan dokumen kontrak.
44
Melindungi pemilik proyek terhadap kerusakan-kerusakan dan kerugian lain akibat pelaksanaan. Memerintahkan kontraktor untuk menghentikan pekerjaan dan melakukan pengujian khusus jika dikehendaki. Mengawasi dan meneliti kemajuan pekerjaan pelaksanaan konstruksi fisik dari segi kualitas dan kuantitas bahan bangunan dengan hasil pekerjaan sesuai dengan isi Rencana Kerja dan syarat-syarat (RKS). Mengawasi para pekerja dan hasil pekerjaannya dengan ketepatan waktu pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Mengawasi dan meneliti perubahan dan penyesuaian yang terjadi selama proses pelaksanaan konstruksi berlangsung. Menyusun berita acara mengenai kemajuan pekerjaan untuk keperluan terjaminnya penyelesaian dan penyerahan pekerjaan konstruksi. Menyusun daftar keuangan dalam waktu pemeliharaan serta penyerahan bangunan. Bertanggung jawab terhadap pemberi tugas atas pengawasan pekerjaan. Koordinasi Pekerjaan dan Penjelasan pekerjaan Berkonsultasi dengan pemilik proyek dan konsultan perencana bila timbul masalah yang berkenaan dengan tafsiran tim pelaksana terhadap dokumen kontrak. Menyiapkan hal-hal yang belum terpenuhi dari dokumen kontrak, membuat jadwal perbaikan dan mengawasi pekerjaan lebih lanjut. Mencatat dan melaporkan perkembangan proyek. Menyimpan catatan harian mengenai masalah-masalah yang muncul dari pemilik proyek dan konsultan perencana.
2.4 Sistem Koordinasi dan Pengendalian Proyek
45
2.4.1 Sistem Koordinasi Proyek Selain mengadakan pengawasan secara langsung di lapangan, untuk mendapatkan hasil yang maksimal seperti yang diharapkan, maka perlu adanya koordinasi dari tiap komponen yang terlibat di dalam proyek tersebut. Dalam sistem koordinasi proyek dibutuhkan suatu rapat konstruksi dan rapat koordinasi. Dimana rapat konstruksi dan rapat koordinasi eksternal adalah wadah, media, komunikasi dan koordinasi antar anggota tim manajemen proyek yang terdiri dari pemilik proyek/owner, konsultan perencana, konsultan pengawas/MK, dan kontraktor atau pihak lain yang berkepentingan dengan materi rapat tersebut dalam rangka penyelesaian pelaksanaan proyek. Rapat konstruksi, meliputi: 1. Biasanya dilakukan sekali setiap bulan atau tergantung kebutuhan dan kepentingan, 2. Biasanya dilakukan di tempat pemilik proyek atau di kantor proyek, 3. Rapat formal, 4. Undangan resmi diberikan, 5. Materi yang dibahas sudah tertentu, 6. Peserta membawa data dan alternative usulan pernyelesaian masalah proyek, rencana kerja proyek berikutnya, dan sebagainya. Keputusan merupakan kesepakatan bersama dari partisipan rapat dan dituangkan dalam berita acara rapat, dan 7. Rapat dipimpin/diketuai oleh pemilik proyek (atau pemimpin proyek/manajer proyek/manajer konstruksi. Rapat koordinasi, meliputi: 1. Biasanya dilaksanakan sekali setiap minggu atau tergantung kebutuhan dan kepentingan, 2. Biasanya dilaksanakan di tempat pemilik proyek atau di kantor proyek, 3. Rutin, tanpa undangan resmi, cukup pemberitahuan langsung,
46
4. Materi yang dibahas sekitar rencana kerja, kesiapan sumber daya, kemajuan pekerjaan, laporan kemajuan pekerjaan, dan hal–hal yang berhubungan dengan kelancaran operasional pelaksanaan proyek, 5. Biasanya dilakukan dengan suasana informal dan terencana, 6. Peserta siap membawa data dan materi usulan, 7. Melaksanakan
koordinasi
yang
perlu
untuk
mendapatkan
penyelesaian bersama, dan 8. Rapat dipimpin oleh koordinator pelaksana lapangan atau site engineer dari pemilik proyek.
2.4.2 Sistem Pengendalian Proyek Pengendalian adalah suatu kegiatan yang memonitor kemajuan dan pengambilan tindakan yang tepat serta untuk menjamin penyesuaian hasil kerja secara factual tentang rencana program dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dan tindakan-tindakan kolektif terhadap penyimpangan. Dalam proyek yang sangat besar diperlukan sistem pengendalian pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan target yang telah ditetapkan pada pelaksanaan proyek. Dalam penerapannya sistem ini membandingkan hasil usaha yang telah dicapai dalam kurun waktu tertentu terhadap target usaha yang telah ditentukan dalam perencanaan proyek. Agar lebih jelasnya dapat dilihat bagan langkah-langkah pengendalian proyek, seperti di bawah ini :
47
Pemeriksaan Kegiatan Untuk Menghindari Penyimpangan
Rencana Pengorganisasian Proyek
Pelaksanaan
Pengukuran Evaluasi Perbandingan kinerja terhadap rencana
Proyek
Analisis Penyimpangan
Tindakan Koreksi Proyek Berhasil
Pengendalian proyek :
Pencapaian
Bagan 2.3. Bagan Langkah-Langkah Pengendalian Proyek
Adapun fungsi dari pengendalian proyek yakni sebagai berikut : 1.
Sebagai alat ukur evaluasi terhadap pelaksanaan pekerjaan dan sekaligus berfungsi menemukan data-data selanjutnya, dan
2.
Memonitoring secara teratur dalam pekerjaan fisik berjalan sekaligus sebagai kegiatan kolektif untuk menghindari penyimpangan.
Untuk mempermudah pengendalian dan penyelesaian permasalahan yang mungkin timbul selama masa pelaksanaan proyek tersebut berlangsung, maka diberlakukan sistem pengendalian proyek. Sistem ini terdiri atas : 1.
Pengendalian Administrasi Pengendalian ini meliputi masalah laporan perkembangan yang sedang berjalan yaitu : a. Laporan Harian Laporan harian adalah laporan yang dibuat setiap hari kerja yang menyangkut masalah tenaga kerja, alat-bantu yang dipakai, jenis pekerjaan yang sedang dilaksanakan dan juga untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang terjadi selama proyek tersebut dilaksanakan.
48
b. Laporan Mingguan Laporan mingguan adalah laporan yang dibuat setiap satu minggu kerja, yang memuat evaluasi pekerjaan dalam satu minggu, kemajuan pekerjaan dan rencana kerja satu minggu kedepan. 2.
Pengendalian Pelaksanaan a. Pengendalian biaya Pengendalian biaya adalah pelaksanaan proyek adalah semua upaya yang dilakukan oleh seluruh staf proyek (manajer proyek dan staf) dan perusahaan, agar biaya pelaksanaan proyek menjadi wajar, murah, efisien, sesuai dengan rencana dan atau evaluasi yang telah dilakukan. Pengendalian biaya pelaksanaan proyek terkait erat dan sangat dipengaruhi oleh : Pengendalian
waktu
pelaksanaan
proyek
(efek
dari
penambahan biaya tidak langsung) Pengendalian mutu dan hasil pelaksanaan proyek (efek dari pekerjaan ulang, finishing, pembongkaran, dan lain-lain yang harus menambah biaya lagi, yaitu biaya langsung maupun tidak langsung) Pengendalian sistem manajemen operasional proyek yang bersangkutan, yang kurang baik atau tidak konsisten dalam pelaksanaan/penerapannya (efek penambahan biaya karena inefektivitas dari cara dan sistem kerja dan inefisiensi realisasi biaya pekerjaan dari yang seharusnya direncanakan). Tujuan atau dalam arti khusus pengendalian biaya proyek adalah tindakan dan penerapan sistem manajemen operasional pelaksanaan proyek yang secara khusus mengarah kepada tercapainya biaya pekerjaan (proyek) yang wajar, murah dan efisien. Untuk mencapai hal itu dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : Cara langsung :
Melakukan peninjauan dan menentukan pilihan atas harga material, alat (sewa atau beli), upah kerja atau borong kerja,
49
dan pekerjaan yang memenuhi syarat kebutuhan, wajar, murah dan efisien bagin pekerjaan dan proyek yang bersangkutan.
Melakukan seleksi atas penawaran harga dari supplier, sub kontraktor, dan borong kerja untuk mendapatkan harga yang efisien dan memenuhi syarat serta kebutuhan.
Melakukan prioritas pemberian dana operasional proyek.
Melakukan prioritas atas stock barang dan persetujuan atas permintaan (pemakaian) barang yang diperlukan. Tujuannya adalah terutama untuk menghindari stock barang dan „idle process’-nya material di proyek.
Cara tidak langsung :
Melalui laporan, evaluasi laporan hasil usaha proyek dan laporan lainnya.
Melakukan seleksi terhadap rekanan usaha proyek atau pembuatan vendor list terhadap supplier, sub kontraktor, dan bos borong, serta rekanan jasa yang memenuhi syarat kebutuhan proyek.
Tujuan atau dalam arti luas pengendalian biaya proyek adalah tindakan yang lebih tepat disebut sebagai pengendalian operasional pelaksanaan proyek. Dengan kata lain, tindakan dan sistem manajemen operasional pelaksanaan proyek yang dilaksanakan sebagai langkah antisipasi dan pencegahan terhadap hal – hal yang secara luas mempengaruhi tercapainya nilai biaya pekerjaan (proyek) yang wajar, murah dan efisien. Cara yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut dilakukan dengan cara : Cara langsung
Peninjauan
pemeriksaan
pengawasan dan
audit.
50
Cara tidak langsung : Dokumen proyek , melalui : -
Rencana Biaya Pelaksanaan Proyek (RBPP),
-
Rencana Arus Kas Proyek (RAKP),
-
Adanya Dokumen kontrak dan technical specification, dan
-
Prosedur kerja dan instruksi kerja.
Laporan – laporan proyek : -
Laporan harian,
-
Laporan mingguan,
-
Laporan bulanan, dan
-
Foto – foto dokumentasi beberapa pekerjaan penting.
Dalam pengendalian biaya harus memperhatikan segi mutu, kuantitas, dan harga satuan untuk unsur biaya utama, sehingga untuk memeriksa setiap unsur rancangan selalu dalam batas rencana biaya. Semua kejadian yang mempengaruhi biaya harus dicatat dan harus mencakup informasi sebagai berikut : Pemeriksaan biaya yang disiapkan selama tahap perancangan, Kontrak dengan konsultan, kontraktor, pemasok, dan organisasi lainnya, Perkiraan perubahan biaya akibat gangguan pekerjaan yang direncanakan, dan Kualitas aktual dengan rencana flukturisasi harga. Proyek pembangunan Hotel Batara Bandung ini sepenuhnya dibiayai oleh owner. Pembayaran dilakukan secara berangsur-angsur sesuai dengan progress fisik pekerjaan. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang dilakukan oleh pihak pemborong / kontraktor. Pada waktu pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus mengerjakan seluruh pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan kontrak sampai selesai dan setiap pekerjaan berfungsi dengan baik tanpa ada penambahan biaya kecuali apabila ada pekerjaan tambah kurang.
51
b. Pengendalian mutu Mutu adalah karakteristik dari suatu barang atau jasa yang menunjukan kemampuan dalam memuaskan kebutuhan pelanggan (Owner), baik yang dinyatakan maupun yang tersirat. Dalam kontrak pelaksanaan pekerjaan antara kontraktor dan pemilik proyek, mutu yang diinginkan tercantum dalam dokumen, misalnya : Gambar konstruksi dan gambar kerja proyek, Spesifikasi administrasi dan teknik proyek (pekerjaan), serta Termasuk contoh material dan mock-up. Dalam praktek ada beberapa istilah yang berhubungan dengan mutu, yaitu: Kebijakan mutu yaitu keseluruhan maksud dan tujuan organisasi yang berhubungan dengan mutu, yang secara formal dinyatakan oleh pimpinan puncak, Sistem mutu yaitu meliputi struktur organisasi, prosedur kerja, proses, dan sumber daya yang diperlukan untuk menerapkan manajemen mutu, Jaminan mutu yaitu seluruh kegiatan yang terencana dan sistematik,
yang
diterapkan
dalam
sistem
mutu,
dan
diperagakan sesuai dengan kebutuhan, Manajemen
mutu
yaitu
seluruh
kegiatan
dan
fungsi
manajemen yang menerapkan kebijakan mutu, sasaran dan tanggung jawab dan penerapannya di dalam perencanaan, pengendalian, jaminan, dan peningkatan mutu, serta Sasaran mutu, yaitu bisa berarti mencapai, memelihara, dan mengupayakan perbaikan secara berkesinambungan atas mutu produk, sehubungan dengan tuntutan mutu, serta memperbaiki mutu operasinya untuk memenuhi kebutuhan yang tersurat dan tersirat dari pelanggan dan stake holder yang terkait. Pengendalian mutu dalam tahapan pembangunan dilaksanakan oleh pengawas lapangan dalam hal ini tim MK. Pengawas lapangan
52
bertanggung jawab agar kegiatan harian kontraktor memberi hasil akhir sesuai dengan spesifikasi kontrak. Misalnya dengan cara memeriksa bahan yang digunakan di laboratorium. c. Pengendalian waktu Pengendalian waktu memberi gambaran yang menunjukan hubungan antara waktu yang tersedia dengan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek. Setiap rencana gambar, spesifikasi waktu harus dapat dianggap sebagai media untuk mengkomunikasikan informasi proyek secara efisien dan efektif bagi setiap pihak yang terikat dalam suatu proyek. Data kemajuan pelaksanaan fisik proyek merupakan fungsi waktu, dan tindakan monitoring atas waktu pelaksanaan proyek merupakan tindakan pengendalian setelah diikuti dengan tindakan pencegahan atau perbaikannya, sehingga tidak terjadi lagi keterlambatan. Dalam merencanakan skala waktu proyek dapat ditinjau dari dua sudut pandang yang berbeda, yaitu : Membuat seperangkat perkiraan-perkiaran waktu dan dari perkiraan ini akan diramalkan waktu untuk menyelesaikan proyek, dan Menetapkan waktu penyelesaian proyek terlebih dahulu, kemudian waktu tersebut didistribusikan ke masing kegiatankegiatan dengan berbagai perkiaraan. Faktor penghambat kemajuan atau progress pelaksanaan proyek, sangat banyak macamnya, antara lain : Delivery time sumber daya kebutuhan proyek terlambat sampai di site/proyek, Salah penafsiran atas spesifikasi dalam pelaksanaannya, Salah memilih metode pelaksanaan pekerjaan, Salah pengertian dalam koordinasi antara petugas yang bertanggung jawab dan petugas yang terkait dalam pekerjaan tersebut,
53
Mudah atau tidaknya mendapat material yang akan digunakan, karena hal ini akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian volume pekerjaan, Adanya gangguan di luar jangkauan estimasi/perhitungan teknis (kondisi alam/medan kerja, cuaca), Musibah dan atau bencana alam. Pengendalian tidak berjalan dengan semestinya, san Hal-hal lain yang sifatnya insidentil atau dari pihak owner menginginkan adanya perubahan terhadap bentuk / konstruksi bangunan. Untuk memperoleh jadwal waktu pelaksanaan proyek yang ideal yaitu dengan cara : rencana waktu yang telah disusun secara matang dilaksanakan dengan bekerja sama, kompak antara semua pihak yang terlibat yang akan berperan dalam pelaksanaan proyek dengan pikiran-pikiran yang handal dan logis. Pengendalian waktu pelaksanaan proyek dilakukan dengan menggunakan alat bantu yaitu jadwal pelaksanaan Bart chart schedule dan kurva S sebagai indikator terlambat/tidaknya proyek dan formulir-formulir pengendalian jadwal yang lebih rinci, masing-masing untuk bahan,alat, maupun sub kontraktor. Bart chart schedule juga memuat rencana pelaksanaan pekerjaan (time schedule) yang merupakan alat pengatur aktivitas dalam suatu proyek yang nantinya akan dapat rentang waktu pelaksanaan proyek. Secara garis besar fungsi time schedule adalah untuk : Pedoman bagi kontraktor untuk melakukan evaluasi pekerjaan yang telah diselesaikan, Pedoman bagi kontraktor untuk mengetahui apakah metode pelaksanaanya sudah baik atau perlu diperbaiki lagi, dan Pedoman
bagi
kontraktor
untuk
mengatur
kecepatan
pelaksanaan proyek. Faktor–faktor yang harus dipertimbangkan untuk membuat jadwal pelaksanaan proyek , diantaranya :
54
Kebutuhan dan fungsi proyek tersebut, Keterkaitannya dengan proyek berikutnya ataupun kelanjutan dari proyek sebelumnya, Alasan sosial politis lainnya, apabila proyek tersebut milik pemerintah, Kondisi alam dan lokasi proyek, Keterjangkauan
lokasi
proyek
ditinjau
dari
fasilitas
perhubungannya, Ketersediaan dan keterkaitan sumber daya material, peralatan, dan material pelengkap lainnya yang menunjang terwujudnya proyek yang bersangkutan, Kapasitas atau daya tampung area kerja, Produktivitas sumber daya, peralatan proyek, dan tenaga kerja proyek, Cuaca, musim, debit banjir, skala gempa tahunan, dan lain-lain. Referensi
hari
kerja
efektif
(pekerjaan)
dengan
mempertimbangkan hari–hari libur nasional, daerah, dan hari– hari keagamaan, serta adat setempat dimana proyek berada. Time schedule ini biasanya dilengkapi dengan kurva S atau S Curve, yaitu suatu kurva yang memperlihatkan lamanya pekerjaan dengan bobot pekerjaan. Adapun kegunaan dari kurva S diantaranya adalah : Pengarahan penilaian atas progress pekerjaan, Sangat membantu seorang perencana proyek dalam memberikan indikasi dan koreksi pertama pada jadwal yang kita buat, Sebagai alat kontrol untuk membandingkan prestasi kerja dan jadwal yang telah direncanakan sebelumnya, Untuk menjelaskan prestasi kerja yang telah dicapai oleh kontraktor, dan Untuk mengatur distribusi kerja yang baik yaitu pekerjaan semakin meningkat ketengah.
55
Man Power Schedule Man power schedule merupakan pengaturan seluruh karyawan
yang terlibat
dalam
proyek tersebut.
Dalam
aplikasinya di lapangan man power schedule merupakan alat untuk menjaga agar tenaga kerja yang digunakan lebih efektif dan efisien. Sehingga untuk mengatur tenaga kerja diperlukan koordinator dalam hal ini mandor pada setiap pekerjaan. Tenaga kerja yang akan bekerja atau dibutuhkan di catat pada setiap hari pada waktu pagi hari sebelum pekerjaan dimulai yang dilaporkan oleh mandor masing – masing. Material Schedule Material schedule diadakan untuk mengatur material yang akan digunakan dalam suatu proyek. Material schedule ini dibuat berdasarkan time schedule yang direncanakan. Dalam aplikasinya di lapangan, time schedule merupakan alat pengendali material sehingga diharapkan antara material yang diperlukan dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan tidak akan terjadi kesenjangan, bahkan diupayakan dalam penyimpanan material supaya lebih teratur dan efektif, begitu pula dalam pengiriman material akan lebih terkontrol. Dalam hal ini praktikan mengamati terjadi adanya perlambatan bahan tulangan besi, sehingga untuk mempercepat pekerjaan dilakukan dengan mengganti diameter tulangan yang ada (dengan diameter yang lebih besar). 2.5 Manajemen Konstruksi dan Manajemen Proyek Pembangunan Hotel Batara Bandung 2.5.1 Manajemen Konstruksi Pembangunan Hotel Batara A. Dalam proses pembangunan Hotel Batara Bandung Konstruksi ( MK ) digunakan sebagai suatu system atau metode/pendekatan, disini pengelolan proyek didasarkan pada system metode konstruksi, mulai dari
perencanaan,
perancangan
maupun
pengadaan
dan
56
pelaksanaannya, sehingga diperoleh perancangan dan pelaksanaan proyek yang optimal. B. Manajemen konstruksi dilaksanakan pada seluruh tahapan proyek. Pengelolaan proyek dengan sistem MK, disini mencakup pengelolaan teknis operasional proyek, dalam bentuk masukan-masukan atau keputusan yang berkaitan dengan teknis operasional proyek konstruksi, yang mencakup seluruh tahapan proyek, mulai dari persiapan, perencanaan, perancangan, pelaksanaan, dan penyerahan proyek. 2.5.2 Tahapan Proyek Konstruksi A. Tahapan Pengembangan Konsep Pengembangan konsep pembangunan Hotel Batara Bandung, dilakukan oleh PT. Batara Puri Asri. B. Tahapan Pengadaan/Pelelangan/Tender (Procurenment) Dalam pelaksanaan pembangunan proyek pembangunan Hotel Batara Bandung, owner selaku pemilik proyek turun langsung sebagai konsultan perencana dan konsultan pengawas. Proses pencarian kontraktor dengan cara melakukan tender (pelelangan) secara terbatas dan terpilih PT.Mitra Bangun Prima (MBP) sebagai kontraktor. Untuk metode yang digunakan yaitu dengan metode lump sump. C. Tahapan Perencanaan (Planning) Untuk tahapan perencana owner memberikan perencanaan struktur, arsitektur, mekanikal elektrikal, sanitasi dan yang lainnya kemudian diserahkan kepada PT. Mitra Bangun Prima (MBP). D. Tahap Pelaksanaan (Construction) Pada tahap ini, pihak yang berperan utama yaitu kontraktor PT. Mitra Bangun Prima sebagai pelaksana proyek. Fase-fase pelaksanaan proyek pembangunan Hotel Batara Bandung yaitu: 1. Fase persiapan Aktivitas yang dilakukan pada tahap ini terutama adalah melakukan pengadaan sarana dan prasarana pelaksanaan fisik
57
proyek dan kegiatan administrasi yang diperlukan selama operasional pelaksanaan proyek. Persiapan sarana dan prasarana meliputi pembuatan dokumen (administrasi) keperluan operasional pelaksanaan proyek, dan pekerjaan fisik, seperti pembangunan jalan masuk, jalan kerja , bangunan fasilitas, kantor proyek, dan lain-lain. 2. Fase operasional
Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan
Koordinasi Kerja
Pelaksanaan tes
Tindak lanjut terhadap hasil tes yang tidak memenuhi syarat
Membuat laporan
3. Fase menjelang selesai, masa pemeliharaan, dan penyerahan proyek Fase menjelang selesainya proyek sampai dengan penyerahan pekerjaan ini dipengaruhi oleh banyak faktor demi suksesnya pekerjaan akhir suatu proyek. Ada Beberapa faktor negatif yang harus diperhatikan dan ditindak lanjuti oleh manajer proyek pada fase ini, antara lain karena adanya perubahan waktu penyelesaian proyek yang biasanya diajukan karena alasan teknis seremonial. Dalam proyek ini PT Mitra Bangun Prima sebagaimana mengerjakan pekerjaan proyek Tahap 1 yang tercantum dalam kontrak yang telah disepakati. Dalam pelaksanaannya, kontraktor diawasi oleh konsultan pengawas sebagai quality control dalam proyek konstruksi. Dalam proyek pembangunan Hotel Batara Bandung yang bertindak sebagai sebagai konsultan pengawas adalah dari PT. Batara Puri Asri.
58
2.6. Tahap Pemeliharaan (Maintenance) Pada tahapan ini menitik beratkan pada pengecekan atau evaluasi terhadap hasil pekerjaan. Untuk pemeliharaan dibebankan kepada PT. Batara Puri Asri dalam kurun waktu 1 tahun sesuai dengan perjanjian. 2.6.2 Manajemen Proyek Pembangunan Hotel Batara Bandung Manajemen proyek Hotel Batara Bandung menitik beratkan pada hubungan yang terjalin antara owner, konsultan Perencana, kontraktor dan pihakpihak yang terlibat dalam pembangunan fisik suatu proyek konstruksi. Penyelesaian
pelaksanaan konstruksi
yang berkaitan dengan maslaah
perencanaan, penyelesaian masalah tergantung pada hubungan kerja sama (kontrak) antara pemilik dengan perencana dan kontraktor. Dalam proses kontrak kerja sama yang dilakukan oleh PT. Mitra Bangun Prima dan PT. Batara Puri Asri adalah Lump Sump dimana kontrak pengadaan barang atau jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah harga yang pasti dan tetap dan semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang atau jasa. Sumber Dana Sumber dana yang digunakan pada tahap pelaksanaan konstruksi sepenuhnya dari PT. Batara Puri Asri Sistem Koordinasi Proyek Selain mengadakan pengawasan secara langsung di lapangan, diadakan juga rapat konstruksi
yang dilakukan sekali setiap bulan atau tergantung
kebutuhan dan kepentingan. Selain itu dilakukan juga rapat koordinasi yang dilaksanakan sekali dalam setiap satu minggu, yang dilaksanakan di kantor proyek.
59
BAB III KAJIAN PROYEK SECARA UMUM
3.1 Pelaksanaan Proyek Secara Administrasi Dan Teknis Tahapan dalam proses proyek konstruksi menjadi penting untuk diperhatikan mengingat dalam Schedule atau jadwal proyek tahapan proses konstruksi tersebut memiliki tenggang waktu pelaksanaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Setiap pembagian tahapan perlu dicermati dengan baik agar tujuan dari proyek tersebut dapat tercapai dengan optimal pada pelaksanaan proyek. Pelaksanaan proyek merupakan wujud nyata atau realisasi dari rangkaian kegiatan pada tahap-tahap sebelumnya, yaitu tahap perencanaan dan perancangan. Pada tahap pelaksanaan terjadi pengerahan dan pemanfaatan sumber daya yang tersedia. Sebelum proyek dilaksanakan, perlu dibentuk suatu struktur organisasi pelaksana konstruksi (kontraktor) sehingga terlihat hubungan dan tanggung jawab antara keduanya. Dengan adanya kejelasan hubungan dan tanggung jawab maka akan memudahkan pengawasan terutama terhadap orang-orang yang terlibat langsung di lapangan. Oleh sebab itu dalam suatu kegiatan proyek konstruksi diperlukan adanya kerjasama yang baik diantara pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan konstruksi tersebut. Untuk sistem pengadaan jasa konstruksi pada Proyek Pembangunan Hotel Batara Bandung, dilakukan dengan sistem pelelangan terbatas dari pihak Owner (PT. Batara Puri Asri) ke pihak kontraktor (PT. Mitra Bangun Prima). Sumber dana yang digunakan pada tahap pelaksanaan konstruksi adalah dari PT Batra Puri Asri. Dana pembangunan proyek dikeluarkan atas persetujuan owner yang digunakan untuk membiayai seluruh pekerjaan. Disini dalam pelaksanaan suatu proyek dapat berjalan lancar dan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan apabila dibuat suatu pembagian tugas
60
jelas antara manager proyek, kepala pelaksana, pelaksana, kepala tukang dan pekerja oleh kontraktor pelaksana itu sendiri. Waktu kerja pada proyek ini dimulai dari jam 08.00 – 17.00 WIB dengan waktu istirahat satu kali yaitu pada jam 12.00-13.00 WIB selama 6 hari kerja. Sistem pengupahan dalam proyek ini yaitu dengan sistem upah tenaga harian, upah ini diberikan secara harian dan pembayaran dilakukan seminggu sekali dan jumlah upah yang diberikan tergantung dari tingkat kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh pekerja. Sedangkan untuk pegawai tetap dalam hal ini karyawan dari kontraktor pelaksana dibayarkan setiap suatu pekerjaan selesai. Pelaksanaan Kerja Praktek Industri terhitung sejak tanggal 24 September 2012 hingga 15 Januari 2013. Jadwal yang praktikan ambil dalam Kerja Praktek Industri ini adalah 3x dalam seminggu. 3.2 Metode Pelaksanaan Proyek Hal terpenting yang ingin dicapai dari suatu kegiatan adalah menghasilkan suatu produk sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya.
Kesesuaian
ini
merupakan
hasil
optimal,
dalam
arti
mendapatkan pemasukan yang maksimal dengan pengeluaran yang minimal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produk, adalah hasil karya yang bermutu. Untuk mendapat produk yang bermutu, perlu adanya realisasi langkahlangkah yang terencana. Agar tidak terjadi penyimpangan langkah-langkah tersebut perlu diambil satu patokan yang dijadikan acuan. Dalam dunia konstruksi bangunan, patokan tersebut sering dikenal dengan metode konstruksi. Jadi metode pelaksanaan merupakan acuan dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan konstruksi bangunan. Dalam pembuatan metode pelaksanaan, ada beberapa aspek yang perlu mendapat perhatian, yaitu : 1. Aspek efisiensi. 2. Aspek kualitas. 3. Aspek keamanan dan keselamatan.
61
4. Aspek sumber daya yang tersedia. 3.3 Urutan Pelaksanaan Pekerjaan Proyek Pelaksanaan pekerjaan yang dilaksanakan di lapangan harus sesuai dengan ketentuan yang tertera pada Petunjuk Pelaksanaan yang telah disusun oleh PT. Mitra Bangun Prima selaku pihak pelaksana. Yang mana petunjuk pelaksanaan itu telah diketahui dan disetujui pula oleh pihak pemberi tugas, manajemen konstruksi, dan konsultan perencana. Adapun penjelasan urutan pelaksanaan pekerjaan pada proyek ini adalah sebagai berikut: 3.3.1 Pekerjaan Persiapan Pada pekerjaan kami membaginya menjadi 2, yaitu persiapan administrasi dan persiapan teknis. 1. Persiapan Administrasi Pekerjaan persiapan administrasi adalah pekerjaan persiapan yang menunjang pekerjaan proyek dalam hal administrasi, dimana sebelum proyek ini dimulai terlebih dahulu dilakukan kegiatan serah terima lahan lokasi proyek yang akan dibangun, oleh pihak owner (PT.Batra Puri Asri) kepada pihak kontraktor (PT. Mintra Bangun Prima)
selaku
kontraktor pelaksana. 2. Persiapan Teknis Pekerjaan persiapan teknis adalah pekerjaan persiapan yang menunjang pekerjaan proyek pada saat pelaksanaan pekerjaan akan dimulai, yang antara lain sebagai berikut : A. Pekerjaan Pembersihan Lahan Sebelum
pekerjaan
dilaksanakan,
terlebih
dahulu
lokasi
proyek
dibersihkan & diratakan. Pekerjaan pembersihan ini dilakukan terhadap semua belukar, sampah yang tertanam, dan material/benda lain yang tidak diinginkan berada di lokasi proyek. Sisa-sisa tanaman seperti akar-akar, rumput-rumput dihilangkan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah pekerjaan dan demi keselamatan bangunan pasca konstruksi.
62
B. Pembuatan Pagar Proyek Sebelum pembuatan pagar proyek, dilakukan pengukuran terlebih dahulu untuk menentukan garis besar pemakaian tanah dengan batasan-batasannya sehingga pagar proyek ini tidak mengganggu pekerjaan selama pelaksanaan proyek. Pagar proyek ini diperlukan untuk keamanan dan perlindungan terhadap pekerjaan proyek selain dari itu agar keluar masuk suatu barang dan orang dapat dipantau dengan baik dan juga terhindar dari pencurian barang yang terdapat di lokasi proyek. Pagar proyek dibuat secara sederhana dengan tinggi 2m, kolom setempat dibuat dari rangka kayu borneo ukuran 5/7 dan ditutupi dengan seng gelombang BJLS 32 dan dicat.
Gambar 3.1. Pagar Batas Proyek C. Pembuatan Gerbang/Pintu Masuk Berfungsi sebagai sarana mobilisasi peralatan, bahan serta para pekerja yang ada di lokasi. Gerbang/pintu masuk ini dibuat sebanyak satu pintu utama dengan sistem geser dan lebar pintu 6 m.
63
Gambar 3.2. Gerbang Utama Proyek D. Pembuatan Pos Jaga Pos keamanan dibangun disamping pintu masuk proyek yang berfungsi sebagai pos keamanan proyek. Pos tersebut dijaga oleh satpam guna mengontrol proses keluar masuknya barang atau orang yang akan berkunjung ke lokasi proyek. Tiap orang yang mengunjungi lokasi
proyek wajib mengisi buku tamu
terkecuali para konsultan pengawas, konsultan perencana, kontraktor, tenaga kerja ataupun orang-orang yang terlibat dalam proses pembangunan proyek.
Gambar 3.3. Pos Jaga
64
E. Pembuatan Papan Nama Proyek Papan nama proyek di buat secara jelas sesuai dengan petunjuk dan ditempatkan dilokasi yang mudah terlihat. Papan nama proyek berfungsi sebagai identitas proyek yang sedang dibangun.
Gambar 3.4. Papan Nama Proyek F. Pembuatan Direksikeet Direksi dibangun untuk keperluan pengawas lapangan dan pemborong, bersifat semi permanen dengan rincian ruangan sebagai berikut :
Ruang Kontraktor 2 x 2 m2
Ruang Rapat 4 x 5 m2
Ruang Konsultan 2 x 2 m2
Pembuatan ini dipilih tempat yang paling strategis terhadap bangunan sehingga memudahkan kita untuk melakukan pengawasan langsung ke lapangan dan juga untuk memudahkan koordinasi antara pekerja dan pengawas, mengingat pembangunan yang cukup luas.
65
Gambar 3.5 Direksi Keet G. Pembuatan Gudang Bouwkeet didirikan berguna untuk ruang penyimpan barang2, baik itu bahan maupun peralatan dengan ukuran 5 x 6 m sebagai tempat penyimpanan barang-barang dan bahan-bahan material yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan proyek.
Gambar 3.6. Gudang
66
H. Penyediaan Sumber Air Bersih, Kamar Mandi, WC Dan Pembuangan Air Kotor Air bersih didapatkan dari ledeng, yang digunakan untuk memperlancar jalannya proyek, serta digunakan untuk mandi pekerja.
Gambar 3.7. Sumber Air Bersih I. Penyediaan Panel Listrik Dan Penerangan Proyek Listrik diperlukan untuk menjalankan peralatan yang menggunakan tenaga listrik seperti: lampu penerangan, molen, mesin pemotong kayu, pompa air, dan lain-lain.
67
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini menjelaskan tentang pelaksanaan proyek pembangunan Hotel Batara Bandung yang memiliki 5 lantai. Karena keterbatasan waktu dalam melaksanakan Praktek Industri serta untuk lebih memfokuskan kerja praktik dalam mengetahui cara pelaksanaan di proyek, maka praktikan memilih dua item pekerjaan di proyek, yaitu pekerjaan kolom dan balok. 4.1
Pekerjaan Kolom Bangunan Hotel Batara Bandung
yang dilaksanakan oleh kontraktor
PT.Mitra Bangun Prima (MBP) ini terdiri dari lima lantai, oleh karena itu dimensi kolom yang digunakan dalam proyek ini memiliki ukuran yang bervariasi di masing-masing tingkatannya dengan catatan kolom lantai bawah lebih besar daripada kolom lantai diatasnya. Adapun dimensi kolom yang dipakai diantaranya berukuran: 50 x 50, 40 x 40, 15 x 15, 45 x 25, 50 x 25. 4.1.1 Tinjauan Pekerjaan Kolom Dalam suatu pekerjaan, terdapat beberapa tahapan pekerjaan yang harus diperhatikan. Sebelum pelaksanaan pekerjaan kolom dimulai, persiapan alat dan bahan secara umum untuk pekerjaan ini adalah sebagai berikut : Material yang digunakan Material yang digunakan dalam perencanaan kolom adalah sebagai berikut: -
Mutu beton
-
Mutu Tulangan
-
: K-300
Tulangan Berulir
: BJTD-40 pake HIJ
Tulangan Polos
: BJTP-24
Selimut Beton Tidak berhubungan tanah atau cuaca : 50 mm Berhubungan dengan cuaca
-
Agregat
: D-16 dimakai 50 mm
68
-
Air
-
Oil form
-
Kawat pengikat
-
Paku
-
Bekisting Kayu
Tenaga kerja dalam Pembuatan kolom -
Tukang cor terampil
-
Tukang besi
-
Kepala tukang besi
-
Pelaksana
-
Mandor
Peralatan yang digunakan -
Theodolite
-
pembengkok tulangan
-
pemotong tulangan
-
Lift Barang
-
Concrete bucket dan pipa tremie
-
Concrete mixer truck
-
Vibrator
-
Bekisting Kayu
-
Kerucut Abrams (untuk slump test)
-
Alat cetak untuk benda uji beton
4.1.2 Pelaksanaan Pekerjaan kolom Tinjauan Khusus untuk pelaksanaan pekerjaan kolom pada proyek pembangunan Hotel Batara Bandung tersebut meliputi pekerjaan pembesian, pekerjaan pemasangan bekisting, dan pekerjaan pengecoran, serta perawatan. 1. Pekerjaan Pembesian Semua lingkup pekerjaan pembesian mulai dari penyerahan laporan gambar-gambar kerja pembesian kolom, penyedian besi tulangan, dan pelaksanaan pembesian harus sesuai petunjuk dari pengawas yang ditunjuk atau
69
terlihat dan disyaratkan didalam gambar rencana. Adapun pekerjaan yang bekaitan dengan pembesian diantaranya: a. Percobaan-percobaan dan Pemeriksaan Percobaan-percobaan dan pemeriksaan yang dilakukan terhadap bahan pembesian adalah sebagai berikut: - Setiap pengiriman harus berasal dari sumber yang telah disetujui dan harus disertai surat keterangan percobaan dari pabrik (manufacturer‟s test certificate). - Segala macam kotoran, karat, cat, minyak, atau bahan-bahan lain yang merugikan terhadap kekuatan rekatan harus dibersihkan. - Tulangan harus ditempatkan dan dipasang cermat dan tepat, serta diikat dengan kawat dari baja lunak. - Sambungan mekanik harus diuji dengan percobaan tarik. - Sebelum pengecoran beton, lakukan pemeriksaan pekerjaan pembesian untuk mendapatkan persetujuan dari pengawas yang ditunjuk. b. Pengiriman, Penyimpanan, dan Penanganan Pengiriman tulangan ke lapangan dalam kelompok ikatan ditandai dengan etiket/label yang mencantumkan ukuran batang, panjang dan tanda pengenal. Sementara Pemindahan tulangan harus berhati-hati untuk menghindari kerusakan. Gudang penyimpanan harus kering, bagus saluran-salurannya, dan terlindung dari kotoran, lumpur, karat, dan sebagainya.
Gbr. 4.1 Gudang logistik di lokasi proyek
70
c. Jaminan Mutu Jaminan mutu dalam pengerjaan tulangan ini diantaranya: - Bahan-bahan harus dari produk yang sama seperti yang telah disetujui oleh pengawas yang ditunjuk. - Sertifikat dari percobaan untuk semua tulangan yang dipakai harus
diperlihatkan.
Percobaan-percobaan
ini
harus
memperlihatkan hasil-hasil dari semua komposisi kimia dan sifat-sifat fisik d. Pemotongan dan Pembengkokan Tulangan Pemotongan besi dilakukan setelah dilakukan pengukuran pada besi dan diatur panjangnya sesuai dengan kebutuhan pada gambar rencana dan harus diketahui luas sebenarnya sebelum dipotong. Pemotongan ini dilakukan oleh pekerja ahli dengan menggunakan mesin pemotong tulangan yang disebut dengan bar cutter.
Gambar 4.2 Alat Pemotong Besi Untuk pembengkokan tulangan yang perlu ditekuk harus ditekuk dengan ukuran yang benar sesuai dengan gambar rencana. Batang tulangan tidak boleh di bengkokan atau diluruskan dengan cara-cara yang dapat merusak tulangan itu dipanaskan. Pekerjaan pembengkokan tulangan dilakukan dengan menggunakan alat pembengkok seperti pada gambar dibawah ini.
71
Gambar 4.3 Alat Penekukan Besi e. Pemasangan Besi Tulangan Besi tulangan dirangkai terlebih dahulu sesuai dengan dibentuk dan ukuran dari kolom tersebut, kemudian dipasangkan dengan gambar rencana. Pemasangan dilakukan menggunakan bantuan Scaffolding sebagai pijakan.
Gambar 4.4 Besi Tulangan Kolom Untuk sambungan tulangan, atau sebagai pengikat antar besi tulangan digunakan kawat baja. Ikatan kawat harus kuat oleh karena itu dilakukan dengan cara menyilang dan ditarik sekuat-kuatnya yang kemudian diputar dan dipotong yang menyisakan sedikit saja. Jarak dan ukuran sengkang disesuaikan dengan gambar rencana.
72
Tulangan kolom ini langsung menyatu dengan pilecap, dimana tulangan dari kolom diperpanjang sampai kedasar pilecape yang diikat dengan kuat, pada pemasangan ini harus berhati-hati karena posisi kolom benar-benar berada pada center dari pilecap dan siku terhadap bangunan. Untuk menghindari kolom terpelintir, digunakan penahan kolom yang bahannya menggunakan tulangan yang di ikatkan antara kolom yang satu dengan kolom yang lainnya. Adapun pelaksanaan pemasangan tulangan kolom adalah sebagai berikut: 1. Memasang stek-stek kolom sesuai dengan gambar rencana 2. Pekerjaan dimulai dengan memasang tulangan pada posisi yang benar dan untuk menjaga jarak bersih digunakan spacer/penjaga jarak. 3. Pemasangan tulangan sengkang yang melingkari tulangan pokok dengan jarak antar sengkang sesuai dengan gambar rencana, sengkang diikat dengan kuat menggunakan kawat baja. 4. Pemasangan beton decking sebagai penahan jarak untuk ketepatan tebal penutup beton, dipasang sebanyak minimum 4 buah setiap cetakan atau lantai kerja. Pemasangan dilakukan tersebar merata 5.
Dilakukan pengecekan kembali tulangan sehingga tidak ada tulangan yang belum terkait satu sama lain agar tidak mengurangi kekuatan Kolom tersebut.
Mensejajarkan kolom bawah lantai dan atas lantai Supaya kolom lantai bawah dengan lantai atas sejajar digunakan dengan membuat garis tengah bangunan dengan menggunakan pesawat theodolit. Cara kerja: Pertama cari titik patok arah utara, putar theodolit menghadap bangunan, tembakan titik titik di bangunan tersebut sehingga membentuk garis lurus di lantai pertama setelah itu tembakan pula di lantai ke 2 dengan sejajar titik titik seperti lantai pertama,
73
setelah dapat titik titik nya, maka ukur jarak dari titik tersebut terhadap kolom, sesuaikan jarak kolom yg di lantai bawah sana dengan lantai yang diatas. Syarat Penulangan Kolom a. Selimut beton minimal 2,5 cm untuk di dalam, dan 3 cm untuk diluar b. Lebar b minimal 15 cm c. Garis tengah tulangan bujur minimal 12 mm dan diameter begel minimal 6 mm d. Jarak bersih atar tulangan <3/4 diameter tulangan 3 cm e. Jarak begel < 15 x diameter tulangan pokok 2. Pekerjaan Pemasangan Bekisting Bekisting (acuan) adalah alat yang dibuat untuk mencetak beton. Pada Proyek Pembangunan Hotel Batara Bandung ini menggunakan bekisting yang terbuat dari Kayu. Adapun persyaratan secara umum untuk bekisting adalah sebagai berikut : a. Harus merupakan konstruksi yang kuat, kokoh, dan terhindar dari bahaya kemiringan dan penurunan, selain itu konstruksinya harus juga kokoh terhadap pembebanan yang akan ditanggungnya. b. Direncanakan sedemikian rupa untuk kemudahan pembongkaran guna mengeliminasi kerusakan pada beton apabila bekisting di buka. c. Dapat menghasilkan beton yang mempunyai bentuk, ukuran dan batas-batas yang sesuai dengan gambar rencana. d. Harus cukup kuat dan kaku dalam memikul beban-beban pada masa prakonstruksi, sehingga jarak antara pengaku harus diperhitungkan dan diatur sedemikian rupa rupa agar bekisting yang didukungnya tidak melendut. e. Jarak antara papan bekisting harus cukup rapat sehingga air semen tidak merembes keluar pada saat pengecoran. f. Bersih dari kotoran, serbuk gergaji, potongan kawat dan bendabenda lainnya.
74
g. Bekisting harus diolesi oli supaya mudah untuk di bongakar setelah beton mengeras, sehingga sebelum melakukan pengecoran maka bekisting diolesi dengan pelumas agar beton tidak merekat pada bekisting. h. Untuk menjaga jarak antara tulangan dengan permukaan dalam bekisting digunakan beton tahu yang tebalnya disesuaikan dengan selimut beton. PUSH PULL PROPS RSS1 dan Kicker AV1.
Gambar 4.5 Push Pull Props RSS1 dan Kicker Av1
Dalam Brosur PERI disebutkan bahwa fungsi utama Push Pull Props RSS1 dan Kicker Av1 adalah pengunci dan Penegak dari Bekisting Kolom. Ketegakan ataupun kemiringan dari kolom yang dikehendaki di atur oleh RSS1. Sebelum pengecoran dimulai, chek ketegakan bekisting harus melibatkan pengawas dan pelaksana Bekisting.Kemudian setelah Pengecoran selesai, ketegakan bekisting di chek kembali.Apabila terjadi kemiringan yang tidak diinginkan, maka Pelaksana Bekisting akan menyetel RSS1 dengan cara
75
memutarnya sehingga posisi bekisting akan kembali pada ketegakan yang diinginkan. Jika gaya yang diterima oleh RSS1 ataupun Kicker akan di check, maka dalam brosur PERI tersedia tabel tinggi bekisting dan beban yang diijinkan diterima oleh RSS1 dan Kicker.
Gambar 4.6 Pemasangan Bekisting Kolom
Pada proyek ini, bekisting yang digunakan terbuat dari kayu. Kemudian diikat dengan baja, untuk menahan bekisting digunakan tiang kayu. Digunakan unting-unting untuk meluruskan kolom, setelah kolom lurus kemudian dikunci ditakan dengan tiang kayu.
untuk membuka bekisting harus dibuka terlebih
dahulu tiang kayunya kemudian dibuka pengunci baja yang mengikat bekisting. Adapun bahan dan alat yang harus dipersiapkan pemasangan bekisting adalah sebagai berikut : a. Bahan-bahan - Bekisting dari Kayu - Oli pelumas - Beton decking
76
b. Alat - Waterpass c. Pekerja - Mandor - Pekerja d. Pelaksanaan Pekerjaan - Pekerjaan
bekisting
kolom
dikerjakan
setelah
pekerjaan
penulangan kolom selesai. - Sebelum bekisting dipasang, permukaan bekisting diolesi dengan pelumas untuk mencegah terserapnya air pada campuran beton dan merekatnya beton pada bekisting, hal ini akan mempermudah dalam pembongkaran bekisting dikemudian hari tanpa merusak permukaan beton. - Untuk menjaga jarak antara tulangan kolom dengan permukaan dalam bekisting digunakan beton decking yang tebalnya disesuaikan dengan selimut beton. - Agar beton decking tidak berubah posisi maka diikatkan pada sengkang dengan menggunakan kawat pengikat. - Cek kembali apakah as kolom serta dimensi dari kolom, yang direncanakan telah sesuai dengan gambar kerja dan apakah kolom tegak lurus, bila perlu gunakan waterpass. - Memasang pengikat pada jarak tertentu untuk ketepatannya menahan cetakan selama pengecoran beton dan untuk menahan berat serta tekanan dari beton basah.
Bekisting adalah suatu sarana pembantu struktur beton untuk mencetak beton sesuai ukuran, bentuk, rupa, ataupun posisi serta alinyemen yang dikehendaki. Secara umum, ada dua jenis bekisting yaitu konvensional dan fabrikasi. Bekisting konvensional yaitu bekisting yang terbuat dari kayu sedangkan bekisting fabrikasi merupakan bekisting hasil produksi pabrik seperti
77
plywood, besi/baja, aluminium, fiberglass, PVC, dan karton. Setiap jenis bekisting tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Sehingga dengan mengetahui kelebihan dan kekurangan dari masing-masing jenis bekisting, diharapkan calon pengguna bekisting dapat memilih bekisting yang tepat dan sesuai dengan kondisi proyeknya, baik dari segi biaya, mutu, maupun waktu. Hal lain yang perlu ditinjau adalah masalah global warming. Penggunaan bekisting berbahan dasar kayu secara terus menerus tentu akan meningkatkan kegiatan penebangan hutan yang akhirnya meningkatkan pemanasan global. Sehingga perlu untuk mencari material alternatif pengganti bekisting berbahan dasar kayu agar dampak dari global warming dapat dikurangi. Dalam penelitian ini ditinjau 7 jenis material bekisting. Setiap jenis material memiliki kekurangan dan kelebihan dari segi mutu, biaya, dan waktu. Hasil ini digunakan untuk memilih bekisting yang tepat dan sesuai dengan kondisi proyek. Selain itu juga diperoleh material alternatif yang dianjurkan sebagai pengganti bekisting berbahan dasar kayu yaitu bekisting fiberglass. Walaupun fiberglass merupakan bahan yang sulit diurai oleh tanah, tetapi jika dikumpulkan dengan baik, maka fiberglass tersebut dapat didaur ulang sehingga tidak mencemari lingkungan Akan tetapi bekisting kayu juga mempunyai kelebihan yaitu lebih murah, mudah di angkut, mudah dibongkar. Pada pekerjaan bekisting di proyek ini, untuk melihat lurus tidaknya bekisting menggunakan unting-unting, sementara pada teori ada yang lebih praktis dengan menggunakan alat Push Pull Props RSS1 dan Kicker Av1.
3. Pekerjaan Pengecoran Kolom Sebelum dilakukan pengecoran dilakukan pekerjaan pendahuluan agar pengecoran dapat berjalan dengan lancar dan dapat sesuai dengan rencana. Pekerjaan pendahuluan pengecoran meliputi: 1. Menyiapkan
jadwal
pengecoran
dan
menyerahkan
kepada
pengawas yang ditunjuk untuk disetujui sebelum memulai pekerjaan pengecoran.
78
2. Temperature beton pada saat pengecoran tidak boleh lebih dari C. 3. Memeriksa lagi apakah pipa listrik, pipa air telah terpasang dengan baik. 4. Memeriksa letak tulangan apakah sesuai dengan gambar kerja. 5. Memeriksa posisi bekisting yaitu kelurusan dalam arah vertikal, horizontal dan ketepatan garis as-nya. 6. Alat-alat pengangkut dan pengadukan beton dalam keadaan bersih. 7. Basahkan cetakan beton secukupnya untuk mencegah timbulnya retak, basahkan bahan-bahan lain secukupnya untuk mengurangi penyusutan dan menjaga pelaksanaan beton. 8. Kondisi cuaca pada waktu pengecoran diperhatikan untuk menghindari
adanya
gangguan
seperti
hujan
yang
dapat
mengganggu pada saat pengecoran berlangsung. A. Persyaratan Bahan Mutu beton kolom yang digunakan pada proyek ini beton mutu K-300. Untuk mendapat beton dengan mutu diatas maka digunakan beton Ready – mix dimana untuk penggunaan, nama dan alamat dari perusahaan beton ready mix harus dengan persetujuan tertulis dari konsultan perencana/pengawas, dan pihak kontraktor yang akan mengatur dan meninjau perusahaan tersebut. Di dalam syarat pelaksanaan pekerjaan beton harus dicantumkan dengan jelas jenis yang boleh dipakai dan jenis semen ini harus sesuai dengan jenis semen yang digunakan dalam menentukan rencana campuran beton berdasarkan ketentuan persyaratan mutu beton. B. Pengujian Beton Pada pekerjaan kolom di pembangunan Hotel Batara Puri Asri ini pengujian beton yang dilakukan meliputi pengujian kuat tekan, tes slump dan tes silinder. Tes slump dilakukan di lapangan ketika adukan beton dari molen sudah selesai dibut dan tes silinder untuk uji tekan harus dilakukan di laboratorium. Pada proyek tersebut, uji tekan dilakukan dilaboratorium ITB. 1) Tes slump
79
Campuran yang baru datang terlebih dahulu di tes slumpnya. Pengujian slump diperlukan untuk mengetahui kadar kekentalan dari beton yang akan dipakai. Test slump ini sering disebut juga dengan tes kerucut karena alat yang digunakan dalam pergujian ini adalah kerucut Abrams, yaitu baja dengan bentuk kerucut yang berlubang pada kedua ujungnya, berdiameter masing-masing 10 cm dan 20 cm dengan tinggi 30 cm. Dibantu dengan sebuah batang baja berdiameter 16 mm dengan panjang 50 cm, ember, dan alas dari multipleks.
Gambar 4.7 Test Slump Adapun langkah pengerjaan slump test ini adalah sebagai berikut : -
Letakkan kerucut dengan muka yang lebih besar menempel pada alas, dimana bagian atas berdiameter 10 cm.
-
Ambil beton dan masukan kedalam karucut hingga penuh dengan tiga kali tahapan pengisian.
-
Setiap tahapan pemasukan beton tusuk-tusuklah dengan menggunakan tongkat sebanyak 25 kali.
-
Buka kerucut dengan perlahan.
-
Hasil kerucut pada samping beton yang akan diuji.
-
Ukur penurunan beton yang terjadi setelah kerucut dibuka,dengan cara menyimpan tongkat di atas kerucut dan ukur kedalaman beton tersebut dari tongkat dengan meteran.
80
-
Toleransi dari kekentalan beton yang diinginkan untuk test ini maksimal 10 cm sampai 150 cm. Dari percobaan tersebut, harus mmenjamin bahawa slump berikut, beton
dengan mutu dan kekuatan yang memuaskan, yang akan menghasilkan hasil akhir yang bebas keropos, ataupun rongga-rongga. Pelaksanaan dari persetujuan kontrak adalah bahwa “kontraktor” bertanggung jawab penuh untuk produksi dari beton dan pencapaian mutu, kekuatan dan penyelesaian yang memenuhi syarat batas slump. 2) Uji tekan Tes silinder diperlukan untuk mengetahui kuat tekan beton. Pengujian tekan beton tidak dilakukan langsung dilapangan tetapi dilakukan di laboratorium. Tes tekan beton dilakukan setelah umur beton mencapai 7 hari, 21 hari dan 28 hari. Selain bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton sekaligus sebagai pedoman waktu pembukaan bekisting. Adapun tahapan-tahapan dalam tes silinder ini yaitu : -
Masukan beton ke dalam silinder secara tiga tahapan dengan masing-masing tahapan mendapat tusukan dari batang pengaduk sebanyak 25-30 kali.
-
Lakukan hal yang sama pada setiap silinder yang akan di uji sehingga semuanya mendapat komposisi yang sama.
-
Setelah dua hari, dan beton mengeras, bukalah beton dari cetakan silinder dan beton percobaan tadi rendam di dalam air. Lama rendaman sesuai dengan kebutuhan pengetesan.
-
Untuk silinder yang akan di test 7 hari maka direndam selama 7 hari, dan begitu pula untuk silinder yang akan di test 28 hari.
Dari uji kuat tekan yang telah dilakukan praktikan mendapat informasi dari konsultan pengawas bahwa adukan telah sesuai dengan perjanjian dan ketentuan yaitu menggunakan mutu beton K-300 untuk kolom. C. Pelaksanaan Pengecoran Kolom a. Alat yang dibutuhkan dalam pengecoran :
81
- Concrete bucket dan pipa tremie - Concrete mixer truck - Vibrator - Bekisting Kayu - Kerucut Abrams (untuk slump test) - Alat cetak untuk benda uji beton - Peralatan scaffolding b. Pekerja yang terlibat : - Tukang cor terampil yang mengerti lingkup pekerjaan pengecoran - Mandor dan pelaksana yang dapat membaca shop drawing / forcon dengan baik. c. Langkah pekerjaan : - Setelah pemasangan bekisting kolom selesai maka selanjutnya adalah pengecekan kembali kolom yang akan di cor. - Melakukan pekerjaan persiapan. - Beton diangkut dari concrete mixer truck melalui bucket kemudian diarahkan ke atas kolom lalu tuangkan beton secara perlahan. Lama pelaksanaan dalam tahap ini kurang lebih: o Pengisian beton dari concrete mixer truck ke dalam bucket ± 2,5 menit o Penurunan beton dari bucket ke dalam bekisting ± 1,5 menit - Masukan pula vibrator sebagai penggetar agar kolom dapat terisi beton dengan sempurna. Pemadatan ini berlangsung sekitar 10 detik. - Lakukanlah sampai kolom terisi penuh.
82
Dari yang kami lihat di lapangan, untuk satu pengerjaan kolom diperlukan waktu kurang lebih 30 menit untuk jenis kolom K3 dengan dimensi 1 m x 1 m, dengan tinggi 4 m.
Gambar 4.8 Pengangkutan dan Pemasukan Beton Pada Pengecoran kolom
Di proyek pembangunan hotel Batara Bandung pengecoran kolom dilakukan dengan cara manual, yaitu menggunakan pompa hidrolik dari concrete mixet truck dan coran disalurkan oleh pompa hidrolik ke lantai kerja, setelah itu coran dimasukan kedalam kolom langsung oleh para tukang menggunakan ember dan kemudian dipadatan dengan cara ditusuk tusuk menggunakan batang kayu. Akan tetapi dewasa ni banyak terdapat alat-alat teknologi khususnya di bidang sipil salah satu diantaranya menggunakan tower crane, prinsip kerjanya: Siapkan bucket coran yang dihubungkan ke tower crane untuk mengangkat beton agar dapat dituangkan kedalam bekisting yang sudah jadi. Bucket coran yang dipakai dalam proyek ini berkapasitas 0,5
sehingga untuk satu buah kolom
dengan dimensi 1m x 1m serta tinggi = 4m diperlukan 8 kali pengisian cor beton. Beton diangkut dari concrete mixer truck melalui bucket kemudian diarahkan ke atas kolom lalu tuangkan beton secara perlahan. Lama pelaksanaan dalam tahap ini kurang lebih Pengisian beton dari concrete mixer truck ke dalam bucket ± 2,5 menit. Penurunan beton dari bucket ke dalam
83
bekisting ± 1,5 menit. Masukan pula vibrator sebagai penggetar agar kolom dapat terisi beton dengan sempurna. Pemadatan ini berlangsung sekitar 10 detik. Lakukanlah sampai kolom terisi penuh. Dari yang kami lihat di lapangan, untuk satu pengerjaan kolom diperlukan waktu kurang lebih 30 menit untuk jenis kolom K3 dengan dimensi 1 m x 1 m, dengan tinggi 4 m. Proyek pembangunan hotel Batara Bandung pada tahap pengecran tidak menggunakan tower crane dikarenakan bangunan tersebut masih tergolong kepada bangunan yang tidak terlalu tinggi sehingga tanpa tower crane pun bias lakukan pengecoran, kelebihan tidak menggunakan tower crane pada pembangunan proyek hotel Batara Bandung yaitu biaya nya tidak terlalu mahal dan mudah dilaksanakan. Kelemahannya kita membutuhkan banyak tenaga kerja untuk memasukan coran kedalam kolom dan pekerjaan pengecoran lebih lama. Apabila menggunakan tower crane pengecoran tidak memakan terlalu banyak memakan tenaga kerja serta pengerjaannya pun relative lebih cepat.
D. Pembongkaran Bekisting Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus mengikuti petunjuk konsultan pengawas. Pekerjaan ini dilakukan secara hati-hati untuk menghindarkan kerusakan pada struktur beton tersebut. Umumnya diperlukan waktu dua hari sebelum cetakan tersebut dibuka untuk dinding-dinding yang tidak
84
bermuatan, tujuh hari untuk dinding pemikul dan saluran-saluran, sedangkan untuk struktur (kolom, balok, tangga dan pelat lantai) diperlukan waktu 24 hari sebelum cetakannya dibuka. Dalam
pelaksanaan
pembongkaran
bekisting
dalam
proyek
ini,
diperhatikan hal-hal berikut : 1. Semua alat support atau penyokong di lepas. 2. Sekur yang berfungsi memperkuat bekisting dilepas. 3. Kerangka bekisting dilepas. 4. Pembongkaran dilakukan secara berhati-hati tanpa menambah tegangan atau tekanan terhadap sudut-sudut, sehingga keutuhan dari desain dapat dipertahankan. 5. Bersihkan
cetakan-cetakan
expose
secepatnya
setelah
pembongkaran untuk mencegah kerusakan pada bidang kontak. 6. pembongkaran bekisting dapat dilakukan bila beton mencapai kekuatan cukup untuk mendukung berat sendiri dan beban yang bekerja diatasnya. E. Cacat Pada Beton (Defective Work) Meskipun hasil pengujian bahan memuaskan, apabila terdapat pekerjaan yang dianggap cacat harus dibongkar dan diganti atau diadakan perbaikan apabila disetujui konsultan atau pengawas. Dalam hal ini pekerjaan bongkaran dan pergantian dari pekerjaan cacat pada beton dan semua biaya ditanggung oleh kontraktor. F. Perawatan dan Perlindungan beton Untuk mendapatkan hasil mutu beton yang diharapkan perlu dilakukannya tindakan perawatan dan perlindungan beton. Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap proses pengeringan yang belum saatnya dengan cara mempertahankan kondisi dimana kehilangan kelembaban adalah minimal dan suhu yang konstan dalam jangka waktu yang diiperlukan untuk proses hydrasi semen serta pengerasan beton.
a. Masa perawatan dan cara perawatan
85
- Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran beton selesai dilaksanakan dan harus berlangsung terus menerus selama paling sedikit dua minggu. Suhu beton pada awal pengecoran harus dipertahankan tidak melebihi
C.
- Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan betonpun harus tetap dalam keadaan basah. Bisa dengan cara menutupinya dengan karung-karung basah atau cara lain yang disetujui pengawas. b.
Perlindungan dari kerusakan akibat cuaca (weather injury) - Selama pengadukan Dalam udara panas, bahan-bahan beton didinginkan (memakai es sampai air dingin) sebelum dicampur, agar pemeliharaan dari suhu beton masih dalam batasan yang disyaratkan. Tidak diijinkan pemakaian air hujan untuk menambah campuran air. - Selama pengecoran dan pemeliharaan a) Umum Harus disediakan penutup selama pengecoran dan perawatan dari beton untuk melindungi beton terhadap hujan dan terik matahari. b) Dalam cuaca panas Adakan dan pelihara keteduhan, atau membasahi permukaan
beton
selama
pengecoran
dan
pemeliharaan beton untuk melindungi beton dari kerugian/kehilangan bahan terhadap panas matahari. c) Kelebihan perubahan suhu Lindungi
beton
sedemikian
sehingga
terjamin
perubahan suhu yang seragam di dalam beton, tidak lebih dari
4.2.
Pekerjaan Balok
C dalam setiap jamnya.
86
4.2.1. Pelaksanaan Pekerjaan Balok Balok adalah batang dengan empat persegi panjang yang dipasang secara horizontal. Hal–hal yang perlu diketahui dari balok adalah beban yang bekerja pada balok adalah beban horizontal, balok menangkap beban dari plat lantai, dan jika ukuran penampang dan spesifikasi material balok tidak sesuai dengan jumlah beban yang disalurkan, maka balok akan melendut. Berdasarkan pada tugas yang diembannya, balok terbagi menjadi 3 jenis yaitu balok induk, balok anak, dan balok cantilever. Fungsi balok induk adalah menghubungkan antara dua kolom struktur dan menyalurkan beban dari plat lantai menuju kolom struktur. Berat dan beban yang harus disalurkan oleh balok akan mempengaruhi ukuran penampang balok induk . Sedangkan balok anak berukuran lebih kecil dibanding dengan balok induk, fungsi balok anak adalah untuk menghubungkan antara dua balok induk dan membantu kerja plat lantai untuk menyalurkan beban ke balok induk. Dan balok cantilever adalah balok yang disangga atau dijepit hanya pada salah satu ujungnya, sehingga sumbu balok tidak dapat berputar pada titik tersebut. Ukuran balok yang dipakai di proyek ini adalah B1=30/60 dengan Panjang = 157,6 m,B2=20/45 dengan panjang =302 m, B3=20/45 dengan Panjang =79,3 m, B4=15/30 dengan Panjang = 88,27, B5=20/30 dengan Panjang 44m, B6=20/35 dengan Panjang 359,8m. 4.2.1.1.
Pekerjaan Persiapan Sebelum mengerjakan pekerjaan Balok harus terlebih dahulu
mempersiapkan pekerjaan persiapan, pekerjaan persiapan ini meliputi: a.
Persiapan Bahan Beton K-300 Baja tulangan Bekisting / Papan cetakan
b.
Persiapan alat Gergaji Roll meter Sekop
87
Concrete mixer Vibrator Unting-unting Waterpass Paku dan palu 4.2.1.2.
Pekerjaan Penulangan
a.
Alat-alat yang dipakai pada pekerjaan penulangan balok antara lain: Alat pemotong besi Alat pembengkok besi Gegep atau Tang Palu Alat ukur (meteran)
b.
Bahan-bahan yang digunakan pada penulangan balok antara lain : Besi baja pada tulangan pokok balok yaitu besi ulir berdiameter dalam D10, D12, dan D16 mm Besi baja untuk tulangan sengkang berdiameter 10 Kawat pengikat
c.
Tenaga kerja yang digunakan
Mandor
Kepala tukang besi
Tukang besi
Pekerja
88
Gambar 4.10 Pekerjaan Penulangan d.
Pekerjaan pemotongan Tulangan
Pekerjaan pemotongan besi tulangan dilakukan setelah dilakukan pengukuran panjang dan pembuatan daftar ukuran dan bentuk tulangan (diameter dan panjangnya) yang disesuaikan dengan gambar kerja. Alat yang digunakan untuk memotong tulangan antara lain : 1. Bar cutter atau alat pemotong besi 2. Gunting pemotong 3. Gunting Blok Dalam pemotongan harus diperhatikan, pertambahan panjang akibat pembengkokan, yaitu batang-batang yang dimeternya sampai dengan 12 mm akan dipotong dengan gunting blok atau dengan alat bar cutter. Dalam pemotongan besi tulangan, dilakukan batang perbatang. Batang tulangan yang telah dipotong diangkat oleh pekerja dari lokasi penyimpanan ke meja pembengkok, dan batang yang sepadan sama-sama kualitas besi, diameter dan panjangnya dibundel dan diberi label, kemudian dibawa ke lokasi penyimpanan sementara. e.
Penekukan atau Pembengkokan Tulangan
Setelah pengukuran dan pemotongan besi dilakukan, pekerjaan selanjutnya adalah penekukan atau pembengkokan besi tulangan balok yang disesuaikan dengan bentuk dan ukuran pada gambar kerja. Pembengkokan adalah perubahan arah yang diperlukan batang. Sebelum melakukan pembengkokan tulangan, disarankan membuat daftar pembengkokan tulangan, yang berfungsi agar tulangan tang dibengkokan sesuai dengan gambar kerja dan tidak terlalu melenceng. Setelah dibuat daftar tulangan dibengkokan, baru kemudian besi tulangan ditekuk atau dibengkokan dengan menggunakan alat pembengkok besi barbender. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembengkokan besi tulangan, diantaranya:
89
1.
Pembengkokan besi tulangan disesuaikan dengan gambar rencana dengan toleransi yang sudah disyaratkan.
2.
Pembengkokan sebisa mungkin dilakukan sewaktu besi dalam keadaan dingin.
3.
Membengkok dan meluruskan besi tulangan tidak boleh merusak batang tulangan.
4.
Batang tulangan yang telah tertanam pada beton tidak boleh dibengkokan atau diluruskan di lapangan.
5.
Besi tulangan ulir tidak boleh dibengkokan lagi sejarak 10 cm dari pembengkokan pertama.
f.
Pemasangan Tulangan
Pemasangan tulangan khususnya balok di lapangan, dikerjakan setelah pekerjaan pembesian dan bekisting balok selesai. Pemasangan tulangan harus dilakukan seakurat mungkin sesuai dengan gambar (rancang), agar sebelum dan sesaat pengecoran, tulangan tidak bergeming.
Bahan yang dipakai untuk
mengikat tulangan agar tulangan tidak bergerak adalah kawat pengikat dengan diameter 1,5 mm. Dalam pengikatan ini, ada beberapa macam pengikatan yang dipakai, diantaranya adalah: 1.
Pengikatan silang atau tunggal, yaitu pengikatan yang digunakan untuk menghubungkan batang-batang bersilangan.
2.
Pengikatan sadel digunakan untuk menghubungkan sengkangsengkang dengan empat batang tulangan sudut dari kolom dan balok-balok pada titik persilangan.
3.
Pengikatan
rangkap
(dobel)
digunakan
untuk
membuat
sambungan ekstra kuat. Dari ketiga jenis pengikatan ini, yang paling banyak digunakan khususnya didalam sebuah pekerjaan tulangan adalah dengan menggunakan pengikatan rangkap dobel, karena pengikatan ini sangat kuat sehingga tulangan tidak mudah bergerak. Dalam pemasangan tulangan, ada beberapa cara yang dilakukan, khususnya dalam perakitan atau pengayaman tulang balok, diantaranya:
90
1.
Di dalam bekisting
2.
Di atas bekisting
3.
Di luar bekisting
Di dalam proyek pembangunan Hotel Batara Bandung, penulis mengamati bahwa perakitan atau penulangan tulangan khususnya untuk balok dilakukan penganyaman terlebih dahulu sebelum dikerjakan pekerjaan bekisting. Langkah-langkah pemasangan tulangan yang penulis amati di lapangan: 1. Pembesian pada sambungan balok dan kolom dikerjakan di tempat kerja dengan cara mengikat sambungan tersebut dengan kawat sehingga kuat dan kokoh agar tidak terlepas. 2. Pekerjaan di mulai dengan memasang tulangan memanjang terlebih dahulu yang menggunakan besi ulir berdiameter sesuai dengan gambar kerja yang telah direncanakan. 3. Setelah pekerjaan pemasangan tulangan memanjang selesai dikerjakan, maka dilanjutkan dengan pemasangan tulangan yang melingkari tulangan tersebut (sengkang) dan kemudian diikat dengan kawat baja. 4. Setelah pemasangan tulangan untuk balok dan pengikatan tulangan serta pemasangan sengkang, kemudian dipasang beton decking di setiap balok dengan jarak yang teratur (berkisar setiap 1 meter), agar jarak selimut beton tetap terjaga sehingga tidak terjadi lendutan akibat berat sendiri tulangan.
91
Gambar 4.11. Pemasangan Tulangan
4.2.1.3 Pekerjaan Bekisting a.
b.
c.
Alat-alat yang dipakai
Gergaji kayu
Palu
Unting-unting
Alat ukur (meteran)
Bahan-bahan yang digunakan
Multiplex dengan tebal 12 mm.
Kaso ukuran 5/7 cm sebagai penguat
Paku besi
Tenaga kerja
Mandor
Kepala tukang kayu
Tukang kayu
Pekerja
Bekisting merupakan alat bantu sementara, yang memegang peranan penting untuk mendapatkan bentuk dan sebuah pekerjaan yang akan dibuat. Kualitas bekisting menentukan bentuk dan rupa konstruksi beton, oleh karena itu bekisting harus dibuat dari bahan-bahan yang bermutu tinggi dan perlu direncanakan sedemikian rupa supaya konstruksi tidak mengalami kerusakan akibat lendutan atau lenturan yang timbul ketika beton dituang. Adapun persyaratan pembuatan bekisting adalah sebagai berikut:
Dapat mengahasilkan beton yang mempunyai bentuk, ukuran, dan batas-batas yang sesuai dengan gambar rencana.
Bersih dari kotoran, serbuk gergaji, potongan kawat dan bendabenda lainnya.
92
Dapat menahan berat sendiri dan berat konstruksi yang dibuat.
Kokoh, kuat serta rapat, sehingga dapat dicegah kebocoran adukan.
Memiliki sambungan yang kuat terhadap pergeseran dan perubahan bentuk.
Bahan yang digunakan tidak mudah menahan air.
Bekisting harus mudah untuk dibongkar setelah beton mengeras, sehingga sebelum melakukan pengecoran maka bekisting diolesi dengan pelumas agar beton tidak merekat pada bekisting.
Langkah-langkah pemasangan bekisting balok yang penulis amati di lapangan:
Sebelum pemasangan bekisting balok, terlebih dahulu memasang bekisting untuk kolom, sesuai dengan rencana pada gambar.
Setelah pemesangan bekisting kolom selesai, baru kemudian dilakukan pemasangan scaffolding yang dipasang sejajar dengan jarak yang cukup rapat antara scaffolding satu dengan yang lainnya, kemudian dirangkai menjadi satu kesatuan penyokong bekisting.
Gambar 4.12. Pemasangan Scaffolding dan Bekisting Bagian Bawah
93
Setelah pemasangan scaffolding sebagai penyangga bekisting selesai, baru diatas scaffolding diletakkan balok gelagar berukuran 6/12.
Kemudian di atas gelagar diletakkann kaso melintang dengan jarak 30-50 cm sebagai penyangga dasar bekisting.
Setelah pemasangan balok gelagar, baru kemudian dipasang multipleks atau papan yang dipaku pada balok kayu berukuran 5/78/12 sesuai dengan dimensi atau ukuran balok.
Pada saat pemasangan bekisting balok antara pertemuan multipleks satu dengan yang lainnya mesti rapat sehingga tidak ada celah yang mungkin bisa menyebabkan keluarnya adukan saat pengecoran.
Syarat Pemasangan Bekisting Semua bagian dari bekisting atau cetakan pembentuk harus benar-benar kuat dan kokoh, serta harus dilengkapi pula ikatan-ikatan penguat lainnya, hal tersebut dimaksudkan agar supaya tidak terjadi adanya perubahan bentuk sewaktu-waktu dilakukannya pekerjaan pengecoran dan pemadatan beton. Bekisting yang dibuat dari kayu atau polywood harus benar-benar dibuat sebaik mungkin serta dari kayu yang tahan cuaca.
Gambar 4.13. Pemasangan Bekisting
94
Pada proyek pembangunan hotel Batara Bandung pekerjaan bekisting balok menggunakan kayu, sementara kayu yang sering digunakan sebagai bekisting semakin sulit didapat. Hutan sebagai bahan baku kayu semakin berkurang. Penebangan hutan dihadapkan pada permasalahan yang semakin hari semakin serius yaitu pemanasan global (Global Warming) Bekisting dari kayu harusnya sudah sejak lama dicarikan penggantinya. Dalam dunia konstruksi di Indonesia, penggunaan bekisting kayu hampir belum ada. penggantinya. Proyek konstruksi di Indonesia sepertinya masih sangat menggantungkan kayu sebagai material utama pembuatan bekisting. Ada alternatif dengan menggunakan material baja atau besi namun penggunaannya masih terbatas karena material tersebut memiliki berat jenis yang tinggi sehingga menimbulkan masalah kesulitan pelaksanaan dalam aplikasinya. Selama ratusan tahun negara kita merupakan penghasil bahan baku dari hutan yang besar. Bisa jadi merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Itu dulu, namun sekarang dengan banyaknya penebangan hutan secara liar dan eksploitasi yang besar-besaran dan tidak terkendali hutan kita menyusut cukup banyak sehingga saat ini mulai sering kita hadapi kelangkaan kayu sebagai bahan bekisting dalam pengerjaan proyek konstruksi di samping masalah-masalah akibat mulai rusaknya hutan seperti banyaknya bencana alam banjir, tanah longsor, perubahan iklim yang ekstrim, dan lainnya. Berdasarkan pengalaman selama mengerjakan proyek, bekisting pekerjaan struktur beton telah menghabiskan begitu banyak kayu yang setelah digunakan, tidak dapat diolah kembali dan menjadi masalah baru yaitu sampah. Penggunaan kayu bekisting merupakan satu-satunya hal yang membuat pelaksanaan konstruksi masih belum bisa dikatakan ”green”. Penggunaan begitu banyak kayu telah membuat enviromental assesment pada perusahaan kontraktor yang telah mendapatkan sertifikasi ISO 14000 tidak begitu bagus. Masalah ini telah menjadi handycap yang harus diselesaikan. Sudah saatnya kita mulai memikirkan alternatif lain selain kayu sebagai bahan bekisting. Beberapa tahun terkahir telah ada produk bekisting yang
95
menggunakan bahan dasar plastik yang dikompositkan dengan bahan fiber glass. Bahan plastik yang dikompositkan dengan fiber glass memiliki kemampuan yang sama bahkan lebih baik dari kayu untuk digunakan sebagai bekisting. Banyak pabrik di luar negeri telah memproduksi sistem bekisting plastik ini secara massal. Bekisting plastik yang mereka buat dapat digunakan untuk elemen struktur pondasi, kolom, dinding dan pelat lantai. Hal ini berarti hampir semua elemen struktur beton dapat menggunakan sistem bekisting plastik yang mereka produksi. Beberapa perusahaan yang telah memasarkan produk sistem bekisting plastik / Plastic Formwork System yang Saya dapatkan di internet antara lain: -
Hangzhou Yongshun Plastic Industry
-
EPIC ECO
-
Moladi
N
Gambar 4.14 Contoh bekisting Plastik
Material plastik untuk pengganti kayu pada bekisting merupakan ide yang brillian. Hal ini disebabkan karena plastik memiliki keunggulan yang lebih dari pada kayu disamping untuk kepentingan pelestarian lingkungan. Berikut ini adalah keunggulan bekisting plastik:
96
1. Bebas kelembaban dan tidak mengalami perubahan dimensi atau bentuk 2. Pemasangan lebih mudah dan tanpa perlu minyak bekisting. 3. Mempercepat waktu pelaksanaan bekisting 4. Tidak berkarat 5. Tidak gampang rusak oleh air sehingga cocok untuk konstruksi bawah tanah dan lingkungan berair 6. Efisien secara biaya 7. Kualitas hasil yang lebih baik 8. Gampang dipasang dan dilepas sehingga mengurangi biaya upah 9. Daya tahan lama, dapat digunakan 40-70 kali. Ada produk yang dapat digunakan hingga 1000 kali. Terlihat bekisting plastik memiliki banyak keunggulan dibanding dengan bekisting kayu baik dari sisi mutu, biaya, dan waktu. Bagi Owner dan Perencana, bekisting plastik akan menurunkan biaya proyek. 4.2.1.4 Pengecoran Balok a.
b.
Alat yang dipakai
Pompa beton (concrete pump)
Concrete mixer
Vibrator
Compressor
Alat untuk meratakan adukan (garu)
Bahan-bahan yang digunakan
c.
Adukan beton ready mix K-300
Tenaga kerja Pekerjaan pengecoran merupakan pekerjaan puncak yang
dilakukan dalam proyek ini, sehingga dalam pelaksanaan pekerjaan pengecoran banyak sekali pihak yang terlibat, seluruh pekerja dikerahkan dan para staff proyek ikut serta menghadiri pada saat proses pengecoran berlangsung. d.
Pengetesan Beton
97
Pada Proyek ini dilakukan pengetesan beton terlebih dahulu sebelum beton digunakan. e.
Pengecoran Beton Tahapan-tahapan pekerjaan pengecoran dan pemadatan pada
proyek ini yaitu : Sebelum pengecoran dimulai semua pekerjaan sebelumnya seperti pemasangan tulangan balok dan pemasangan bekisting sudah dilakukan. Setelah memastikan pekerjaan tulangan dan bekisting selesai, dilanjutkan dengan pembersihan bagian-bagian yang akan di cor. Pengecoran dilaksanakan menggunakan beton Ready mix K-300. Kemudian beton dipompa dengan concrete pump dan langsung dialirkan ke bekisting yang sudah siap di cor. Lakukan penggetaran dengan Vibrator.
Gambar 4.15. Pengecoran
4.2.1.5
Pemadatan Beton Adukan beton dipadatkan dengan memakai alat penggetar
(vibrator). Dalam permukaan vertikal, vibrator dekat dengan cetakan, tetapi tidak boleh menyentuh sehingga dihasilkan suatu permukaan
98
beton yang baik. Pada saat menggetarkan suatu bagian adukan, tidak lebih dari 30 detik. Penggetar tidak boleh dilakukan langsung menembus tulangan kebagian-bagian adukan yang sudah mengeras, oleh karena itu, penggunaan vibrator harus sesegera mungkin. Dijaga dan diyakinkan pula bahwa semua unsur atau bagian dari beton telah bergetar semuanya, dengan tidak menimbulkan segregasi dari material-material dikarenakan over vibration. Mesin penggetar dipergunakan tegak lurus dan tidak boleh digetarkan langsung mengenai besi tulangan beton terutama apabila besi tersebut adalah stek-stek yang mempunyai ukuran tertentu. Jumlah dari mesin penggetar yang dipergunakan pada setiap pengecoran beton ditentukan oleh rata-rata dari pengecoran beton itu sendiri. Kontraktor mempersiapkan pula satu cadangan mesin penggetar, yang dipergunakan sewaktu-waktu apabila terjadi mesin penggetar yang ada rusak atau mogok. 4.2.1.6 Pembongkaran Bekisting a.
Alat yag dipakai Palu Gegep Linggis Martil
b.
Tenaga kerja Mandor Tukang kayu ½ terampil Pekerja
c.
Pelaksanaan pembongkaran Dalam pelaksanaan pembongkaran beton ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, diantaranya : 1. Waktu dan cara membongkar bekisting dilakukan dengan hati-hati, untuk menghindari kerusakan pada beton.
99
2. Beton yang masih muda tidak diijinkan untuk dibebani langsung setelah bekisting dibuka, karena permukaan beton harus diperiksa dan permukaan yang tidak beraturan harus diperbaiki. 3. Pembongkaran bekisting dapat dilakukan bila beton mencapai kekuatan cukup untuk mendukung berat sendiri dari beban yang bekerja di atasnya. 4. Pada proyek Hotel Batara Bandung ini, bekisting diizinkan dibuka oleh pengawas setelah 2 minggu dari hari pengecoran, karena mereka yakin dengan umur beton sekian sudah kuat.
Sebelum perencanaan pembongkaran bekisting, mula-mula dilihat cara yang mana dan urutan dari pembongkarannya. Sebaliknya untuk permulaan pembongkaran bekisting dimulai dari bagian yang tidak mendukung seperti : biasa sisi dari kolom, dinding, balok dan lantai. d.
Langkah-langkah pembongkaran bekisting 1.
Pembongkaran bekisting atau cetak pembentuk balok bisa dilakukan bila hal tersebut tidak akan mengakibatkan dan menimbulkan kerusakan beton.
2.
Pembongkaran bekisting dilakukan bila cor beton telah benarbenar kering. Pembongkaran bekisting dilakukan bersamaan dengan pembongkaran scafolding.
3.
Kontraktor bertanggung jawab penuh apabila sampai terjadi adanya kerusakan atau cacat beton yang disebabkan oleh adanya pembongkaran bekisting sewaktu beton masih belum cukup umur, ataupun pembongkaran bekisting terlalu cepat sebelum waktunya.
4.3
Kendala Yang Terjadi Pada Saat Pelaksanaan Proyek Pada setiap proyek konstruksi memiliki perencanaan dan target
waktu tertentu dalam melaksanakannya. Pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut dapat mengalami percepatan ataupun perlambatan dari jadwal
100
rencana sebelumnya. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan timbulnya permasalahan pada saat proses pelaksanaan pekerjaan yang diluar rencana sehingga perlu diatasi dengan mencari solusi yang tepat dan cepat demi kelancaran proyek tersebut. Berbagai masalah yang terjadi dalam proyek pembangunan Hotel Batara Bandung, dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis permasalahan yaitu permasalahan teknis dan permasalahan non teknis. Permasalahan teknis yaitu semua masalah yang berhubungan dengan persoalan fisik teknis proyek di lapangan. Sedangkan permasalahan non teknis adalah permasalahan yang timbul dari faktor luar atau lingkungan yang erat kaitannya dengan pelaksanaan proyek yang lebih cenderung bersifat abstrak. Hambatan-hambatan ini dapat diatasi dengan banyak cara, semakin kita sering dan sudah berpengalaman dalam bidangnya maka banyaklah alternatif-alternatif yang dapat menyelesaikan berbagai macam hambatan atau problematika dalam pekerjaan pelaksanaan dilapangan.
101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan Setelah meninjau pelaksanaan di lapangan selama Praktik Industri 5 (lima)
bulan pada pembangun “Hotel Batara Bandung”, praktikan dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Pada pelaksanaan proyek ini, terkadang terhambat pelaksanaan, ada beberapa hari proyek ini off atau tidak berjalan dikarenakan keterlambatan datangnya bahan dari suplayer sehingga membuat perkembangan dari pembangunan proyek ini terhambat. 2.
Pada proyek ini diadakan pengawasan umum dari pihak Owner (PT. Batara Puri Asri), kontraktor pelaksana PT. Mitra Bangun Prima. Juga adanya rapat koordinasi di proyek serta konsultasi dengan konsultan mengenai pemeriksaan mutu dari bahan-bahan (besi tulangan, kusen-kusen pintu dan jendela, skakolding, dll) yang digunakan dalam pembangunan proyek. Begitu juga dalam pemberian informasi mengenai laporan harian, laporan mingguan, laporan bulanan pada semua instansi yang terk ait.
102
Proses pembayaran dari pihak owner ke pihak kontraktor adalah dengan cara money progress payment, yaitu pihak owner membayar ke pihak kontraktor melihat dari progress.
5.2
Saran - Saran Setelah melaksanakan Praktik Industri ini praktikan ingin menyampaikan
beberapa saran bagi pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan Praktik Industri ini.
Adapun saran-saran tersebut sebagai berikut : A. Saran Untuk Pelaksana Proyek 1. Untuk menghindari keterhambatan berjalannya proyek, maka perlu adanya koordinasi yang lebih baik lagi antara pengelola dan owner supaya jalanya proyek lancar. 2. Pengawasan yang dilakukan lebih ketat lagi dan rapat koordinasi antara pengelola dan owner lebih mantap lagi. 3. Dalam proses pembayaran terjadi kesepakatan yang deal antara dua pihak, sehingga tidak saling merugikan. B. Saran Untuk Jurusan Pendidikan Teknik Sipil 1. Sebaiknya dari jurusan bisa memberikan link-link dalam pembangunan proyek serta letak lokasinya, sehingga memudahkan mahasiswa dalam mencari tempat Praktik Industri demi kelancaran studi mahasiswa. 2. Perlu adanya koordinasi atau hubungan antara pihak Jurusan dengan pihak kontraktor agar didapatkan hasil yang optimal. C. Saran Untuk Mahasiswa Calon Peserta Kerja Praktik Industri 1. Mahasiswa calon peserta Kerja Praktik Industri hendaknya membekali diri terlebih dahulu dengan pengetahuan, tidak hanya pengetahuan yang telah didapatkan pada waktu kuliah. Hal ini mengingat permasalahan yang ada
103
di lapangan tidak selamanya seperti teori yang didapat di bangku kuliah, dan hal itu memerlukan pengetahuan yang lebih luas lagi. 2. Mahasiswa peserta Kerja Praktek Industri, sebaiknya lebih aktif dan banyak bertanya pada pembimbing yang ada di lapangan, sehingga kita banyak menambah pengetahuan,tanpa harus menunggu untuk diberi penjelasan oleh pembimbing yang ada di lapangan.