BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Insomnia merupakan suatu gangguan tidur dengan gejala lesu sepanjang hari, sehingga menyebabkan rasa sakit danrasa tidak nyaman bagi tubuh. (Kalat, 2003). Erliana (2009), berpendapat kesulitan tidur merupakan keluhan tentang kurangnya kualitas tidur yang disebabkan oleh beberapa faktor misalnya, sulit memasuki waktu tidur, sering terbangun malam kemudian kesulitan untuk tidur kembali, bangun terlalu pagi, dan tidur yang kurang nyenyak. Di negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia, meskipun pelayanan kesehatan dan kedokteran didasarkan pada sistim kedokteran modern, tetapi pemakaian obat-obat alam (khususnya obat tradisional) masih luas dalam masyarakat. Akan tetapi sampai saat ini, khasiat obat-obat tradisional hanya didasarkan pada pengalaman empiris, sehingga perlu pendekatan ilmiah untuk membawa obat tradisional tersebut ke dalam praktek kedokteran dan pelayanan kesehatan formal. Salah satu tanaman yang banyak dimanfaatkan oleh orang Indonesia untuk keperluan sayuran adalah tanaman kangkung air. Beberapa orang yang telah mengkonsumsi sayuran kangkung air tersebut mengaku merasakan kantuk. Berdasarkan literatur, dalam 100 gram tanaman kangkung mengandung 458,00 gram Kalium dan 49,00 gram Natrium. Dimana Kalium dan Natrium ini merupakan persenyawaan garam bromida. Senyawa-senyawa ini bekerja sebagai obat tidur berdasarkan sifatnya yang dapat menekan susunan saraf pusat. Pada umumnya masyarakat mengenal sayuran hanya dapat digunakan sebagai sayuran olahan untuk dimasak dan dimakan sehari-hari. Tetapi pada 1
2
sayuran kangkung air ini selain dapat dimanfaatkan sebagai sayuran kangkung air juga dapat digunakan sebagai sayuran yang dapat memberikan efek sedasi yaitu memberikan rasa kantuk. Secara empiris masyarakat memanfaatkan kangkung air sebagai obat tradisional yang dipercaya memberikan efek sedasi. Kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk.) merupakan tanaman yang banyak mengandung vitamin A dan C serta mineral terutama zat besi yang berguna untuk pertumbuhan dan kesehatan tubuh manusia (Dibiyantoro 1996). Kangkung air telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sayuran yang biasanya diolah sebagai masakan. Secara empiris masyarakat mempercayai setelah mengkonsumsi kangkung air dapat menimbulkan efek sedasi. Karena kandungan sedatif pada kangkung air Tetapi kangkung air juga dapat dimanfaatkan sebagai minuman herbalyang dipercaya memberikan efek sedasi di kalangan masyarakat. Kangkung air perlu dilakukan uji farmakodinamik untuk membuktikan khasiat-khasiat yang dimilikinya. Pada penelitian sebelumnya kebanyakan peneliti melakukan uji efek sedasi menggunakan kangkung darat, dan sejauh ini peneliti belum menemukan penelitian efek sedasi menggunakan kangkung air. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan salah satu pengujian mengenai efek sedasi dari ekstrak kangkung air dengan menggunakan pembanding obat lelap herbal. Sedasi merupakan salah satu khasiat kangkung darat yang dipercaya masyarakat dapat menurunkan ketegangan dan menginduksi ketenangan. Sekarang ini banyak beredar obat yang memberikan efek sedasi berbentuk tablet misalnya fenobarbital, obat ini merupakan salah satu obat psikotropik yang memberikan efek sedasi. Tetapi tidak semua orang bisa minum obat dalam
3
sediaan tablet. Untuk itu dalam penelitian ini peneliti membuat sediaan cair yang dibuat dalam bentuk larutan kangkung air yang memeberikan efek sedasi. Pembuatan larutan bertujuan untuk membantu orang yang tidak biasa atau kesulitan untuk minum obat dalam bentuk padat seperti tablet, atau pil. Selain itu kelebihan dalam sediaan cair yaitu cepat bereaksi dalam tubuh. Infundasi merupakan penyarian yang umum dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan metode ini menghasilkan sari/ekstrak yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan dalam waktu yang lama. Untuk membuktikan larutan kangkung air dapat memberikan efek sedasi dengan menggunakan pembanding fenobarbital, penelitian dilakukan kepada hewan uji yakni pada mencit jantan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan uji farmakologi larutan kangkung air dapat memberikan efek sedasi pada mencit jantan yang dapat diamati dari efektivitasnya, yaitu lamanya mencit dapat bertahan pada rotarod. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah larutan Kangkung Air (Ipomoea aquatica Forsk.) dapat memberikan efek sedasi pada mencit jantan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui larutan Kangkung Air (Ipomoea aquatica Forsk.) dapat memberikan efek sedasi pada mencit jantan.
4
1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan diatas, maka manfaat dari penelitian ini sebagai berikut : 1.4.1
Bagi Mahasiswa Bisa membuktikan kebenaran khasiat obat tradisional yang digunakan
pada masyarakat dengan data penelitian ilmiah. 1.4.2
Bagi Institusi Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian
selanjutnya dalam pengembangan obat tradisional, dalam ilmu pengetahuan maupun industri obat tradisional. 1.4.3
Bagi Masyarakat Memberi
alternatif
pilihan
menggunakan
obat
tradisional
untuk
memberikan efek sedasi. 1.5 Asumsi Penelitian 1.5.1
Kangkung air merupakan sayuran yang mengandung sedatif.
1.5.2
Metode rotarod dapat digunakan untuk mengetahui efektivitas dari larutan kangkung air pada mencit jantan.
1.6 Ruang Lingkup dan Ketrbatasan Penelitian 1.6.1
Ruang Lingkup Pada ruang lingkup penelitian ini meliputi determinasi tanaman kangkung
air, infundasi, formulasi pembuatan larutan, pengujian larutan yang memberikan efek sedasi pada mencit jantan dengan menggunakan metode rotarod.
5
1.6.2
Keterbatasan Penelitian Zat aktif diambil melalui proses infundasi, serta tidak dilakukan
pengambilan senyawa murni. 1.7 Definisi Istilah Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah yang digunakan dalam tulisan ini, maka perlu ada definisi istilah sebagai berikut : 1.7.1
Efektivitas merupakan perbandingan dosis yang digunakan untuk mengetahui dosis yang memberikan efek yang signifikan.
1.7.2
Sedatif adalah zat-zat yang dalam dosis terapi yang rendah dapat menekan aktivitas mental, menurunkan respons terhadap rangsangan emosi sehingga menenangkan.
1.7.3
Metode Rotarod merupakan alat yang digunakan untuk pengujian sedatifhipnotik. Alat ini digunakan untuk menentukan waktu ketahanan mencit terhadap perputaran roda dengan kecepatan tertentu. Efek sedatif-hipnotik diperlihatkan dengan semakin cepatnya mencit terjatuh dari rotarod.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Kangkung Air (Ipomoea aquatica Forsk.) 2.1.1 Kangkung Air (Ipomoea aquatica Forsk.) Kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk.) merupakan tanaman air yang banyak ditemukan di beberapa wilayah Asia Tenggara, India dan Cina bagian Tenggara. Tanaman ini tumbuh dengan cara merambat dan dapat mengapung diatas air (Austin 2007; Wang et al. 2008). Kangkung air merupakan tanaman yang mengandung serat tinggi. Serat makanan (diatery fiber) merupakan komponen dalam tanaman yang tidak dicerna secara enzimatik menjadi bagian-bagian yang dapat diserap saluran pencernaan. Serat terdiri atas berbagai substansi yang kebanyakan di antaranya adalah karbohidrat kompleks. Serat makanan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu serat larut (soluble fiber) dan serat tidak larut (insoluble fiber). Tanaman mengandung kedua-duanya dengan serat tidak larut pada porsi yang lebih banyak. Serat larut merupakan serat yang larut di dalam air, antara lain pektin, getah tanaman dan beberapa hemiselulosa, sedangkan serat tidak larut adalah lignin dan selulosa. Serat dalam tubuh dapat bermanfaat sebagai bahan pencegah kanker, menurunkan kolesterol, mencegah sembelit, mengontrol kadar gula darah dan mengontrol berat badan (Gunawan 2002).
6
7
Tanaman kangkung darat ( Ipomea reptans Poir. ) adalah salah satu tanaman yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Karena, selain dapat diolah menjadi berbagai macam masakan, tanaman ini juga dapat menyembuhkan. Berdasarkan tempat hidupnya, tanaman kangkung dapat dibedakan menjadi kangkung darat ( Ipomea reptans Poir. ) dan kangkung air ( Ipomeaaquatiqa Poir. ). Akan tetapi, jumlah varietas kangkung darat lebih banyak dibandingkan kangkung air. Varietas kangkung darat terbagi menjadi varietas Bangkok, biru, cinde, sukabumi, dan sutra. Sedangkan varietas kangkung air terbagi menjadi varietas sumenep dan varietas biru. Secara alamiah, Kangkung ini dapat ditemukan di kolam, rawa, sawa, dan tegalan. Tumbuhnya menjalar dengan banyak percabangan. Sistem perakarannya tunggang dengan cabang-cabang akar yang menyebar ke berbagai penjuru. Tangkai daun melekat pada buku-buku batang dan bentuk helaiannya seperti hati. Bunganya menyerupai terompet. Bentuk buahnya bulat telur dan di dalamnya berisi 3 butir biji. Kandungan gizi dalam 100 gram kangkung darat diantaranya adalah 458,00 gram kalium dan 49,00 gram natrium.4 Dimana kalium dan natrium merupakan persenyawaan garam bromida. Senyawa-senyawa ini bekerja sebagai obat tidur berdasarkan sifatnya yang menekan susunan saraf pusat. (Gunawan 2001). Dan pada umumnya tanaman kangkung mempunyai daun licin dan berbentuk mata panah, sepanjang 5 – 6 inci. Tumbuhan ini memiliki batang yang menjalar dengan daun berselang dan batang yang menegak pada pangkal daun. Tumbuhan ini berwarna hijau pucat dan menghasilkan bunga berwarna putih, yang menghasilkan kantong, mengandung empat biji benih (Nisma & Arman 2008). Daun kangkung dapat dipanen setelah 6 minggu sesudah penanaman. Jika
8
penanaman basah yang digunakan, potongan kangkung sepanjang 12 inci ditanam dalam lumpur dibiarkan basah dan tenggelam dalam air mengalir. Panen dapat dilakukan 30 hari setelah penanaman. Apabila pucuk tanaman dipetik, cabang dari tepi daun akan tumbuh lagi dan dapat dipanen setiap 7 – 10 hari. (Nisma & Arman 2008). 2.1.2
Klasifikasi kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk.) menurut Suratman et al. (2000) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Tubiflorae Famili : Convolvulaceae Genus : Ipomoea Spesies : Ipomoea aquatica Forsk. Famili Covovulaceae merupakan herba atau semak berkayu, kebanyakan merayap atau membelit, daun tunggal, duduk tersebar tanpa daun penumpu. Famili ini memiliki sekitar 50 genus dan lebih dari 1200 spesies, 400 spesies diantaranya termasuk genus Ipomoea (Suratman et al. 2000). 2.1.2 Morfologi Tumbuhan Kangkung Air (Ipomoea aquatica Forsk.) Akar tumbuhan kangkung (Ipomoea aquatic Forsk.) tumbuh menjalar dengan percabangan yang cukup banyak. Pada bagian batang berbentuk menjalar di atas permukaan tanah basah atau terapung, kadang- kadang membelit. Tangkai daun melekat pada buku-buku batang, bentuk daunnya seperti jantung, segitiga,
9
memanjang, bentuk garis atau lanset, rata atau bergigi, dengan pangkal yang terpancung atau bentuk panah sampai bentuk lanset (Prasetyawati 2007). Prasetyawati (2007) menjelaskan bahwa tanaman kangkung air memiliki karangan bunga di ketiak, bentuk payung atau mirip terompet, berbunga sedikit. Terdapat daun pelindung tetapi kecil, daun kelopak bulat telur memanjang tetapi tumpul. Tonjolan dasar bunga bentuk cincin, tangkai putik berbentuk benang, kepala putik berbentuk bola rangkap. Bentuk buahnya bulat telur yang di dalamnya berisi 3-4 butir biji. Bentuk biji bersegi-segi agak bulat dan berwarna cokelat atau kehitam-hitaman. Habitat tumbuh tanaman kangkung air di tempat yang lembab, daerah rawa, parit, sawah, pinggir-pinggir jalan yang tergenang. Menurut Steenis (2005) Tumbuhan Kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk.) dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Tanaman kangkung air termasuk semak, daur hidupnya kadang-kadang berumur satu tahun atau menahun (Prasetyawati 2007). Tumbuhan kangkung air (Ipomoea aquatica Forsk.) merupakan tumbuhan yang hidup di air dan biasanya disebut dengan hydrophyta. Sistem perakarannya di tanah meskipun tempat tumbuhnya adalah di perairan (Lukito 2001). 2.1.3
Kandungan dan Khasiat Khasiat yang terkandung dalam kangkung air adalah saponin, flavonoid
dan polifenol. Selain itu kangkung juga mengandung: kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, zat besi, natrium, kalium, vitamin A, vitamin B, vitamin C, karoten, hentriakontan, dan sitosterol. Sehingga tergolong tanaman yang sangat bergizi tinggi.
10
Secara farmakologis, kangkung berperan sebagai antiracun (antitoksik), antiradang, peluruh kencing (diuretik), menghentikan pendarahan (hemostatik), dan obat tidur (sedatif). Selain itu kangkung digunakan untuk : mengurangi haid, mimisan, ambeien, insomnia, sakit gigi, melancarkan air seni, menghilangkan ketombe, sembelit dan mual pada ibu hamil, gusi bengkak, kapalan, serta kulit gatal karena eksim. 2.1.4 Komposisi nutrisi Kandungan Gizi dalam tiap 100 gram Sayuran Kangkung air Segar No
Komposisi Gizi
Banyaknya Kandungan Gizi
1.
Kalori
29.00 kal
2.
Protein
3.00 g
3.
Lemak
0.30 g
4.
Karbohidrat
5.40 mg
5.
Serat
1.40 g
6.
Kalsium
73.00 mg
7.
Fosfor
50.00 mg
8.
Zat besi
2.50 mg
9.
Natrium
49.00 mg
10.
Kalium
458.00 mg
11.
Vitamin A
6300.00 SI
12.
Vitamin B1
0.07 mg
13.
Vitamin B2
0.24 mg
14.
Vitamin C
32.00 mg
15.
Air
89.70 mg
Sumber: 1) Food and Nutrition Center Hand-book No. 1, Manila, (2006) 2) Direktorat Gizi Depkes R.I. (2002)
11
2.2 Penapisan Fitokimia Tujuan utama dari penapisam fitokimia adalah menganalisis tumbuhan untuk mengetahui kandungan bioaktif yang berguna untuk pengobatan (pedrosa, et. Al., 1978; Farnsworth, 1966; Harborne, 1966). Fitokimia atau kimia tumbuhan merupakan disiplin ilmu yang mempelajari aneka ragam senyawa organik pada tumbuhan, yaitu mengenai struktur kimia, biosintesis, metabolisme, penyebaran secara ilmiah dan fungsi biologinya. Pendekatan secara penapisan fitokimia meliputi analisis kualitatif kandungan dalam tumbuhan atau bagian tumbuhan (akar, batang, daun, bunga, buah dan biji) terutama kandungan metabolit sekunder yang merupakan senyawa bioaktif seperti alkaloid, antrakinon, flafonoid, glikosida jantung, kumarin, saponin (steroid dan tritepenoid), tannin, polifenol dan minyak atsiri. (Mustarichie, 2011). 2.3 Insomnia Insomnia merupakan suatu gangguan tidur yang memiliki gejala lesu sepanjang hari karena kekurangan waktu tidur, menyebabkan rasa sakit atau ketidaknyamanan yang mengharuskan gangguan tidur harus diobati (Kalat, 2003). Sedangkan Erliana (2009), berpendapat kesulitan tidur atau insomnia adalah keluhan tentang kurangnya kualitas tidur yang disebabkan oleh satu dari hal berikut ini: sulit memasuki tidur, sering terbangun malam kemudian kesulitan untuk kembali tidur, bangun terlalu pagi, dan tidur yang tidak nyenyak. Infundasi merupakan penyarian yang umum dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan metode ini menghasilkan sari/ekstrak yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan
12
kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Selain obat tradisional yang dipercaya membantu mengobati penyakit yang sedang diderita. Tetapi obat sintetis sekarang ini juga mulai sering digunakan dalam penyembuhan suatu penyakit. salah satu obat sintetis yang dipercaya
dapat
membantu
mengatasi
penyakit
insomnia
yaitu
phenobarbital,diazepam dan masih banyak obat sintetis lain yang dipercaya dapat membantu mengobati insomnia 2.4 Fenobarbital Fenobarbital merupakan obat sedatif-hipnotik dari golongan barbiturat. Golongan barbiturat digunakan secara luas sebagai obat sedatif-hipnotik. Banyak masalah yang berhubungan dengan obat golongan ini, antara lain tingginya penyalahgunaan obat, indeks terapi yang sempit, dan efek samping yang tidak menyenangkan. Fenobarbital saat ini digunakan sebagai lini pertama untuk mengatasi gejala bangkitan kejang, status epilepsi, dan sebagai obat sedasi pada siang hari. Dalam penelitian ini alasan menggunakana fenobarbital digunakan sebagai kontrol positif karena obat ini adalah salah satu obat anestesi yang sering dimanfaatkan efek sedasinya untuk menenangkan pasien. Selain itu fenobarbital relatif murah dan mudah didapat dibandingkan golongan barbiturate lainnya. 2.5 Sedatif Sedatif adalah zat-zat yang dalam dosis terapi yang rendah dapat menekan aktivitas mental, menurunkan respons terhadap rangsangan emosi sehingga menenangkan. Hipnotik yaitu senyawa yang menimbulkan rasa kantuk,
13
mempercepat tidur dan sepanjang malam mempertahankan keadaan tidur yang menyerupai tidur alamiah. 2.6 Garam – garam Bromida 2.6.1 Kalium dan Natrium 2.6.1.1 Kalium Kalium adalah salah satu mineral yang sangat penting bagi manusia. Kalium digunakan untuk membantu kinerja otot dan syaraf pada tubuh manusia agar bekerja dengan baik. Kalium juga sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk menyimpan gula dalam bentuk glikogen. Kalium juga merupakan elektrolit, yaitu mineral yang mampu menghasilkan listrik dalam tubuh yang dilakukan secara bersama dengan beberapa mineral penting lainya seperti kalsium, klorida, magnesium dan natrium.
Kalium sering juga disebut sebagai potassium. Kalium bersama dengan sodium dan klorida berfungsi untuk mengontrol kadar air di dalam tubuh. Menurut penelitian para ahli, manfaat kalium yang lain adalah untuk mencegah penyakit tekanan darah tinggi jika berada dalam jumlah yang sesuai di dalam tubuh. Kalium sangat penting dan dibutuhkan untuk menunjang kinerja jantung serta memiliki perrang penting dalam kontraksi otot rangka dan otot halus.
2.6.1.2 Natrium Pada orang yang sehat jarang sekali ditemukan kasus kekurangan natrium. Tanda pertama kekurangan natrium adalah rasa haus. Bila terjadi banyak kehilangan natrium, maka cairan ekstraseluler berkurang, akibatnya banyak tekanan osmotik dalam cairan tubuh menurun. Pekerja-pekerja dalam industriyang
14
pengap banyak mengeluarkan keringat. Setiap jam mereka mengeluarkan keringat sebanyak 1 liter. Selama delapan jam kerja, akan dikeluarkan sebanyak 10-200 gram. Biasanya, dengan meng konsumsi makanan yang cukup mengan-dung garam (NaCL) diperkirakan cukup memproduksi 4 liter keringat, tanpa mengganggu kadar NaCl di dalam badan. Pada keadaan hilangnya banyak natrium, orang akan muntah-muntah atau diare karena cairan yang ada dalam usus banyak mengandung natrium. 2.7 Sistem Syaraf Pusat Susunan saraf pusat merupakan jaringan kompleks subunit yang beraksi sebagai penghubung lintasan antara reseptor perifer dan efektor, memungkinkan orang tanggap terhadap lingkungannya. Juga mengatur tingkah laku terhadap mutu dan intensitas stimuli, mengkoordinasikan aktivitas, dan menyediakan seperangkat kesatuan aksi. Obat-obatan yang dapat meningkatkan aktivitas dari berbagai bagian pada sistem saraf pusat disebut sebagai stimulan susunan syaraf pusat (Tjay dan Rahardja, 1978). Susunan saraf di bagi atas dua bagian penting yaitu : susunan saraf pusat atau sistem serebrospinal, susunan saraf otonom, yang mencakup susunan saraf simpatik dan susunan saraf parasimpatik. Susunan ini terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang (Pearce, 1984). 2.8 Ekstraksi Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor seperti sifat dari bahan obat mentah dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan
15
dalam memperoleh ekstrak yang sempurna atau mendekati sempurna dari obat. Sifat
dari
bahan
mentah
obat
merupakan
faktor
utama
yang
harus
dipertimbangkan dalam memilih metode ekstraksi (Ansel,1989). Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Pembuatan sediaan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat yang terdapat di simplisia terdapat dalam bentuk yang mempunyai kadar yang tinggi dan hal ini memudahkan zat berkhasiat dapat diatur dosisnya. Dalam sediaan ekstrak dapat distandarisasikan kadar zat berkhasiat sedangkan kadar zat berkhasiat dalam simplisia sukar didapat yang sama (Anonim,1987). Proses pengekstraksian komponen kimia dalam sel tanaman yaitu pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif, senyawa tersebut akan larut dalam pelarut organik di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi cairan zat aktif di dalam dan di luar sel. Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Indonesia, 1995 : 8).
16
2.9 Infundasi Infundasi merupakan metode penyarian dengan cara menyari simplisia dalam air pada suhu 90OC selama 15 menit. Infundasi merupakan penyarian yang umum dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan metode ini menghasilkan sari/ekstrak yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam.
Gambar 2.1 alat infundasi. Sediaan yang dibuat dengan metode infundasi Infus atau rebusan obat sedian air yang dibuat dengan mengextraksi simplicia nabati dengan air suhu 90° C selama 15 menit,yang mana extraksinya dilakukan secara infundasi Penyarian adalah peristiwa memindahkan zat aktif yang semula di dalam sel ditarik oleh cairan penyanyi sehingga zat aktif larut dalam cairan penyari. Secara umum penyarian akan bertambah baik apabila permukaan simplisia yang bersentuhan semakin luas (Ansel, 1989).
17
2.10 Metode Rotarod Metode rotarod merupakan alat yang digunakan untuk pengujian sedatifhipnotik. Alat ini digunakan untuk menentukan waktu ketahanan mencit terhadap perputaran roda dengan kecepatan tertentu. Efek sedatif-hipnotik diperlihatkan dengan semakin cepatnya mencit terjatuh dari rotarod. 2.11 Larutan Larutan adalah minuman yang terbuat dari bahan alam yang memiliki khasiat terhadap kesehatan. 2.12 Pemilihan Hewan Uji Pemilihan hewan percobaan yang tepat secara garis besar didasarkan pada kepekaan hewan terhadap metode uji yang akan dilakukan dan berkaitan erat dengan faktor internal biologis pada masing-masing spesies. Penelitian menggunakan Mencil spesies Mus musculus sebagai hewan coba dalam penelitiaan ini dikarenakan mencit merupakan hewan coba yang mudah berkembang biak, dan tersedia dalam banyak galur. Karakteristik Mencit dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini :
18
Tabel 2.2 Karakteristik Mencit Karakteristik Pubertas (dewasa) Masa beranak Hamil Jumlah sekali lahir Lama hidup Masa laktasi Frekuensi Kelahiran/ tahun Suhu tubuh Berat badan dewasa Volume darah Tekanan darah Kecepatan respirasi Lain-lain
Mecit 35 hari Sepanjang tahun 19-20 hari 4-12 (biasanya 6-8) 2-3 tahun 21 hari 4 37,9-39,2 0C 20-40 g dan : 18-35 g 7,5 % BB 147/106 S/ D 136-216/menit bersifat penakut, fotofobik, cenderung berkumpul sesamanya, mempunyai kecenderungan untuk bersembunyi dan lebih aktif pada malam hari dibandingkan siang hari.
Pertumbuhan berbeda dengan perkembangan, pertumbuhan dilukiskan sebagai proses pertambahan bobot sejalan dengan bertambahnya waktu (umur) sedangkan perkembangan adalah penggantian bentuk, penyusunan komponen tubuh panca indra dan fungsi organ tubuh. Pada umumnya berat lahir mencit sekitar 1 gram, berat lahir tergantung pada jenis (strain) mencit. Setelah 4 hari rambut mulai tumbuh di sekujur tubuhnya, terutama misai yang jelas terlihat, pada 5 hari seluruhnya sudah terlihat putih. Pada umur 10 hari daun telinga membuka, bagian tubuh lainnya seperti puting susu dan alat kelamin luar menjadi jelas kelihatan. Pada umur 12 hari mata mulai membuka dan anak-anak mencit aktif lari berkeliling-keliling. Pada umur 13-14 hari mencit selain minum susu induk mulai memakan makanan padat (pellet) dan mulai belajar minum dari botol. Pada umur 16 hari sudah dapat disapih tetapi penyapihan sebaiknya dilakukan umur 21
19
hari pada saat ini berat mencit sekitar 8-12 gram dan 20 – 25 gram pada kondisi dewasa serta perbedaan (strain). Mencit mencapai pubertas 3,5-4 minggu, menurut Collin pubertas dicapai pada umur 35-40 hari, menurut Mitruka pada umur 6-8 minggu, sedangkan menurut Bennet dan Vickery pada umur 2 bulan, tergantung strainnya. Mencit yang telah dewasa dan siap dikawinkan mempunyai bobot tubuh 28 gram untuk jantan, 20-25 gram untuk betina lamanya bunting antara 17 hari sampai 22 hari, rata-rata 21 hari Mencit termasuk hewan polioestrus, siklusnya berlangsung setiap 4-5 hari sekali, lamanya birahi antara 9-20 jam, eustrus terjadi 20-40 jam setelah partus. Penyapihan dapat menginduksi uterus dalam 2-4 hari. Cara perkawinan mencit berdasarkan rasio jantan dan betina dibedakan atas monogamus, triogamus dan harem system. Monogamus terdiri dari satu jantan dan satu betina, triogamus terdiri dari satu jantan dan dua betina dan harem satu jantan lebih dari tiga betina dalam satu kandang. (anonim,1976). Mencit merupakan hewan yang jinak, lemah, mudah ditangani, takut cahaya dan aktif pada malam hari; mencit yang dipelihara sendiri makannya lebih sedikit dan bobotnya lebih ringan dibanding yang dipelihara bersama-sama dalam satu kandang, kadang-kadang mempunyai sifat kanibal. Temperatur ruangan untuk pemeliharaan mencit berkisar antara 20-25° C. Mencit dapat dipelihara dengan baik pada temperatur 70- 80° F. Kelembaban ruang tersebut berkisar 45-55%.
20
2.13 Kerangka Teori Kangkung air telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai sayuran yang biasanya diolah sebagai masakan. Secara empiris masyarakat mempercayai setelah mengkonsumsi kangkung air dapat menimbulkan efek sedasi. Selain itu tumisan kangkung air yang sudah diolah menjadi masakan juga dipercayai dapat memberikan efek sedasi. Karena pada tanaman kangkung mengandung persenyawaan garam bromida ini yang merupakan natrium dan kalium yang bekerja sebagai obat tidur berdasarkan sifatnya yang dapat menekan susunan saraf pusat. Untuk membuktikan kebenaran dari larutan kangkung air yang dipercaya memeberikan efek sedasi, peneliti harus mengekstrak kangkung air terlebih dahulu dengan metode infundasi, metode ini dipilih karena penyarian yang umum dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahanbahan nabati, unit alat yang digunakan sederhana selain itu prinsip kerjanya yang sederhana. Penelitian ini dilakukan untuk melihat efektivitas larutan kangkung air yang memeberikan efek sedasi pada hewan uji mencit jantan. Sebelum dilakukan perlakuan, tahap pertama disiapkan sebanyak 25 ekor mencit putih yang telah dipilih secara random untuk masing-masing perlakuan yang dikelompokkan menjadi 5 kelompok dan masing-masing kelompok sebanyak 5 mencit putih dengan pengulangan sebanyak 3 kali. Pada penelitian kali ini dosis terendah yang digunakan dosis terendah yaitu setengah ikat kangkung air setara dengan 10 g, satu ikat kangkung air setara dengan 15 g, dan satu setengah ikat kangkung air setara dengan 20 g yang
21
dikonversikan terlebih dahulu sesuai dengan perhitungan dosis sekali minum pada mencit dengan asumsi bobot mencit 20 g pada manusia normal 70 kg. (Laurence & Bacharach: 2004). Setelah mendapatkan data dari hasil percobaan yang telah terkumpul maka selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Analisa Varian Satu Arah atau ANAVA. 2.13 Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam penelitian ini adalah pemberian larutan kangkung air dapat memberikan efek sedasi pada mencit jantan.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental dengan menggunakan hewan uji mencit jantan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh larutan kangkung air terhadap mencit jantan yang dapat memberikan efek sedasi. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap yaitu tahap persiapaan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Pada tahap pertama yaitu tahap persiapan yang meliputi penentuan obyek penelitian, menyiapkan alat dan bahan. Pada tahap kedua yaitu tahap pelaksanaan yang meliputi pembuatan sampel, pemberian sampel pada obyek penelitian dan pengamatan efek sedasi pada mencit. Pada tahap ketiga yaitu tahap akhir, pada tahapan ini dilakukan analisis data yang telah diperoleh berdasarkan hasil yang di dapat oleh penelitian. 3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi penelitian ini adalahtanamankangkung air yang diperoleh dari Desa Sumberjo Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang. 3.2.2 Sampel Sampel pada penelitian ini adalah kangkung air yang di buat dalam bentuk larutan. Pengambilan sampel ditentukan berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut :
22
23
3.2.2.1 Kriteria Inklusi 1. Kangkung air 2. Kangkung yang masih muda 3. Kangkung air berwarna hijau segar 4. Kondisi kangkung tidak rusak atau tidak layu 3.2.2.2 Kriteria Eksklusi 1. Bukan kangkung air 2. Kangkung Sudah tua 3. Kangkung dalam kondisi rusak atau layu 3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.3.1 Lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. 3.3.2 Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari penyusunan proposal bulan Desember 2013 sampai berakhirnya kegiatan penelitian pada bulan Juni 2014. 3.4 Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dosis bertingkat ekstrak kangkung air dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah efek sedasi.
24
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel No 1.
2.
Variabel Variabel Bebas : konsentrasi larutan kangkung air Variabel Terikat : efek sedasi
Sub Variabel 1. 1,3 BB 2. 2,6 BB 3. 5,2 BB
Definisi Operasional g/kg Takaran yang diberikan pada g/kg mencit yang bertujuan g/kg memberikan efek sedasi Dilihat dari efektivitas mencit yang dapat diamati saat mencit berada dirotarod
Hasil Ukur
-
Waktu lemas sampai waktu tidur
Skala
Alat ukur
Ordinal
-
Nominal
Stopwatc h
3.5 Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas alat dan bahan : Alat yang digunakan dalam pembuatan larutan kangkung air meliputi timbangan dan anak timbangan, panci infus, spuit injeksi (0,1-1 ml), jarum oral (sonde), dan kandang mencit. Sedangkan bahan yang digunakan meliputi aquadest, kangkung air. 3.6 Perhitungan Dosis Dalam penelitian ini dosis ditentukan berdasarkan pengalaman yang sesuai dengan dikonsumsi sebagai obat tradisional, yang digunakan biasanya 10 g. Dalam penelitian ini digunakan dosis terendah yaitu 10 g yang di konversikan terlebih dahulu sesuai dengan perhitungan dosis sekali minum pada mencit dengan asumsi bobot mencit 20 g pada manusia normal 70 kg faktor konversinya sebesar 0,0026. (Laurence 2002). Perhitungan dosis terdapat pada lampiran satu.
25
3.7 Penetapan Hewan Percobaan Hewan coba dalam penelitian ini menggunakan mencit putih
(Mus
musculus) yang sehat yang sebelumnya tidak pernah digunakan sebagai objek penelitian lain dan sudah diadaptsikan atau dikondisikan untuk perlakuan uji, dengan syarat Mencit putih, Berjenis kelamin jantan, Berumur antara 2-3 bulan pada saat perlakuan uji, Bobot mencit rata-rata 20 g. Cara randomisasi dilakukan dengan pengundian yaitu dengan cara penulisan nomor pada kertas yang digulung kemudian dikocok dan diambil satu kertas. Tabel 3.2 Hasil Random Perlakuan Kontrol Positif Infus kangkung air Dosis 1,3 g/ kg BB Infus kangkung air Dosis 2,6 g/ kg BB Infus kangkung air Dosis 5,2 g/ kg BB
No Mencit 9 1 3 6 10 8 2 12 5 11 4 7
3.8 Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, yang harus dilakukan dalam penelitian ini meliputi determinasi tanaman, penyiapan bahan baku, proses pembuatan minuman herbal, pembuatan larutan kontrol positif dari sediaan obat lelap, pengujian efek sedasi, dan menganalisis data. 1.
Determinasi tanaman yang dilakukan di MMB (Materia Medika Batu).
2.
Penyiapan bahan baku. Penyiapan bahan baku meliputi pengambilan dengan cara langsung
dipetik dengan tangan kemudian dicuci bersih setelah itu dikeringkan dengan cara
26
dijemur dibawah panas matahari. Setelah kering dihaluskan. Serbuk kangkung air di ekstrak menggunakan nmetode infundasi. 3.
Proses pembuatan larutankangkung air . Timbang serbuk
20 g sesuai dengan perhitungan dosis kemudian
tambahkan gula secukupnya, lalu masukkan dalam panci infus dan tambahkan aquadest sampai 100 ml lalu didihkan pada suhu kurang lebih 90oC selama 15 menit, diamkan sampai dingin kemudian saring ampasnya serkai menggunakan kertas saring. 3.9 Analisa Data Berdasarkan data-data yang telah terkumpul untuk selanjutnya dianalisis dengan menggunakan Analisa Varian Satu Arah atau ANAVA Satu Arah dalam Rancangan Acak Lengkap untuk memisahkan komponen-komponen variasi dalam suatu hasil penelitian pengaruh larutan kangkung air yang dapat memberikan efek sedasi pada mencit jantan. Prosedur dalam analisa varian adalah sebagai berikut : 3.9.1
Rumusan Hipotesis :
H0 : yaitu tidak ada efek sedasi antara masing-masing perlakuan. Ha : ada efek sedasi dari masing-masing perlakuan. 3.9.2
Perhitungan Analisa Varian Faktor koreksi
FK =
=
T
2
n
T
Keterangan
2
r.t :
27
3.9.3
FK
= Faktor koreksi
T
= Total nilai pengamatan
n
= Total nilai sampel.
JKT ( Jumlah Kuadrat Total )
JKT
= ∑ (Xn)2 – FK = (a1)2 + (a2)2 + ……. + (e3)2 – FK
Keterangan
3.9.4
:
JKT
= Jumlah kuadrat Total
FK
= Faktor koreks
JKP (Jumlah Kuadrat Perlakuan) Jumlah Total Perlakuan2
JKP =
Jumlah Baris
– FK
p 2 t 1 1
T
n T .............. T p2 2 1
n
FK
Keterangan :
3.9.5
JKP
= Jumlah kuadrat Total
r
= Jumlah nilai replikasi
FK
= Faktor koreksi
JKG (Jumlah Kuadrat Galat) JKG = JKT – JKP
3.9.6
Derajat Kebebasan
db perlakuan (kolom) = jumlah perlakuan - 1 = p - 1 db total = jumlah total pengamatan 1 = np – 1 db galat = jumlah perlakuan (jumlah replikasi -1) = p(n-1)
28
3.9.7
Kuadrat Tengah (KT) JKP P 1
Kuadarat Tengah Perlakuan (KTP) =
Kuadarat Tengah Galat (KTG) 3.9.8
=
JKP P 1
Harga Statistik F hitung antar Perlakuan
KRP
= KTG
Tabel 3.3 Anava Satu Arah Sumber Keragaman
Db
Jumlah Kuadrat Kuadarat Tengah (JK) (KT)
Perlakuan
P-1
JKP
KTP
Galat
P(n-1)
JKG
KTG
Total
np-1
JKT
3.9.9
Aturan Keputusan
F hitung
F total 5%
1%
1. Jika F hitung > F tabel 1%, perbedaan rata-rata perlakuan atau pengaruh perlakuan dikatakan sangat nyata dan pada hasil perhitungan dalam tabel ANAVA diberi tanda bintang dua (**). 2. Jika F hitung > F tabel 5 % tetapi lebih kecil F tabel 1% atau F hitung terletak diantara F tabel 5 % dan F tabel 1% perbedaan pengaruh perlakuan nyata pengaruh perilaku, dan pada hasil perhitung F dalam tabel ANAVA diberi tanda bintang satu (*). 3. Jika F hitung < F tabel 5 %, dikatakan bahwa tidak ada perbedaan antara harga rata-rata perlakuan atau tidak ada pengaruh yang nyata
29
dari perlakuan-perlakuan yang dicobakan dan pada hasil perhitungan F dalam tabel ANAVA diberi tanda tn (tidak nyata)
BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 4. 1 Hasil Pengamatan Pada penelitian ini awalnya dilakukan uji organoleptis pada larutan kangkung air yang memberikan efek sedasi pada mencit jantan. Dan pada pengamatan uji organoleptis diperoleh data sebagai berikut : Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Organoleptis pada Larutan Kangkung Air. Uji Organoleptis
Hasil Pengamatan
Bentuk
Cair
Bau
Khas
Rasa
Sedikit tawar
Warna
Coklat seperti teh
Sedangkan untuk hasil pengamatan mengenai efektivitas larutan kangkung air sebagai efek sedasi pada mencit jantan diperoleh data sebagai berikut :
30
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Waktu Mencit Jantan Bertahan di Rotarod .
Percobaan Hewan uji
Fenobarbit al Kontrol (+)
dosis 1,3 g/ kg BB
dosis 2,6 g/ kg BB
dosis 5,2 g/ kg BB
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Waktu Efek sedasi mencit bertahan (menit) mencit (menit) (Durasi-Onset) Onset Durasi 25 39 14 31 42 11 27 38 11 20 41 21 29 40 11 40 60 20 37 60 23 35 59 24 30 58 28 32 59 27 38 55 17 38 59 21 37 60 23 33 60 27 32 58 26 35 47 12 45 60 15 38 55 17 31 43 12 45 60 15
jumlah Rata – rata (menit) (menit )
68
13,6
122
24,4
114
22,8
71
14,2
4.2 Hasil Analisa Data Berdasarkan penelitian ini dianalisis menggunakan metode Analisis yang digunakan adalah dengan analisis Varian Satu Arah atau ANAVA Satu Arah dalam Rancangan Acak Lengkap untuk mengetahui masing-masing efek sedasi antar masing-masing perlakuan. Hasil dari perhitungan analisa varian desain percobaan dengan randomisasi acak lengkap adalah sebagai berikut :
35
Tabel 4.3 Tabel Analisa Ragam
Sumber Variasi
Db
Perlakuan Galat Total
3 8 11
Jumlah Kuadrat (Jk) 0,64897 0,4524 1,10137
Kuadrat Tengah (Kt) 0,2163 0,05655
F Tabel
F Hitung
5%
1%
3,824**
0.1912
0,03824
Berdasarkan tabel ANAVA diatas, harga F hitung > F tabel 5%, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dikatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan efek sedasi antar masing – masing perlakuan. Dengan demikian dinyatakan bahwa hasil infundasi kangkung air memiliki efektivitas sebagai efek sedasi pada mencit jantan. 4.3 Pembahasan Untuk hasil pengamatan pada uji organoleptis yaitu sedian berbentuk larutan dengan bau khas kangkung air, sedangkan untuk rasa dari larutan kangkung air ini rasa agak sedikit tawar disebabkan pemanis yang ditambahkan kurang, dan larutan kangkung air berwarna coklat seperti teh. Hasil penelitian menunjukkan pada dosis tertinggi yakni dosis 5,2 g/kg BB menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dengan kontrol negatif sebagai efek sedasi pada hewan uji. Fenobarbital diberikan sebagai kontrol positif menunjukan adanya perbedaan yang signifikan onset dan durasi, karena fenobarbital sudah teruji secara klinis, sehingga menunjukkan waktu kantuk pada mencit jantan sebelum dan sesudah perlakuan mempunyai selisih waktu 68 menit.
36
Kelompok kedua dengan pemberian larutan, dengan dosis 1,3 g/kg BB sebelum dan sesudah perlakuan mempunyai selisih waktu yang relative lama yakni selisih 122 menit. Hal ini dikarenakan pada dosis 1,3 g/kg BB mempunyai senyawa aktif yang sangat sedikit sehingga kurang memberikan efek sedasi pada mencit jantan. Sedangkan pada kelompok dosis 2,6 g/kg BB mempunyai selisih waktu 114 menit, dan dosis 5,2 g/kg BB mempunyai selisih waktu 71 menit. Dibandingkan dengan dosis 1,3 g/kg BB, kelompok dosis 2,6 g/kg BB dan dosis 5,2 g/kg BB mempunyai selisih waktu yang lebih cepat. Hal ini menunjukkan bahwa dosis 2,6 g/kg BB, dosis 5,2 g/kg BB mempunyai efektivitas sebagai efek sedasi pada mencit. Pada penelitian ini perhitungan dosis seharusnya memperhatikan berat badan setiap mencit supaya konsentrasi ekstrak yang diinginkan sesuai dengan berat badan mencit. Tetapi dalam penelitian ini pada masing-masing perlakuan terjadi kesalahan dalam perhitungan dosis, misalnya pada perlakuan pertama dosis yang diberikan pada mencit yaitu 0,13 ml/20 g BB akan tetapi pada kelompok pertama terdapat berat badan mencit 25 g/BB seharusnya dosis yang diberikan yaitu 0,16 ml/25 g BB. Tetapi pada penelitian ini dosis yang diberikan 0,13 ml/20g BB, sehingga hasil yang didapatkan mempengaruhi hasil dari penelitian tersebut. Pada hasil perhitungan data dengan uji Analisis Varian satu arah tersebut dengan program SPSS statistik versi 15. Dinyatakan bahwa harga F hitung > F tabel 5%, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dikatakan bahwa terdapat perbedaan signifikan efek sedasi antar masing – masing perlakuan.
37
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat efek sedasi dari hasil larutan kangkung air terhadap mencit jantan. Tetapi hasil ini belum bisa dikatakan hasil yang terdapat efek sedasi, karena pada penelitian ini peneliti tidak memperhatikan bobo setiap mencit sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian. 5.2 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pengujian efek sedasi, dapat disarankan sebagai berikut : 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengujian pada larutan kangkung air. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang uji volunter pada larutan kangkung air sebagai efek sedasi. 3. Perlu dilakukan penelitian senyawa aktif
lain yang terdapat pada
kangkung air. 4. Perlu diperhatikan dalam pemberian dosis kepada mencit harus sesuai dengan berat badan mencit.
38
DAFTAR PUSTAKA
Anonym, 1996, Materia Medika Indonesia Jilid VI, 158 – 162, Departemen Kesehatan R.I., Jakarta Anonym. 1986. Sediaan Galenika. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Eden Foundation, Sweden (1992:2), Nutritional study on Ziziphus spina-christi, (Online),(http://www.edenfoundation.org/project/articles_nutritionzizspi na.html) diakses 8 Januari 2014. Ganiswara, Sulistia G. (Ed). 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi V. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Indonesia, Departemen Kesehatan. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Iskandar, Junaidi. 2010. Ensiklopedia Natrium,Kalium, dan Zat Berkhasiat Lainnya. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Gramedia. Jannah, Nurul. 13 Januari 2013. Makalah Galenika Infundasi, (Online), (http://noerhul14.blogspot.com/2013/01/makalah-galenikainfundasi.html) diakses 16 Januari 2014. Morton, J. 1987. Indian Jujube. p. 272–275. In: Fruits of warm climates. Julia F. Morton, Miami, FL, (0nline), (http://www.hort.purdu.edu/newcrop/morton/indian_jujube.html, diakses 15 Januari 2014) Sunaryo. 1995. Farmakologi dan Terapi Edisi IV. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Steenis, C.G.G.J., 1975, Flora Untuk Sekolah di Indonesia, 2008, Pradnya Paramitha, Jakarta. Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana. 2007. Obat-obat Penting. Jakarta : PT.Elex Media Komputindo. WHO. Traditional medicine. Available from: URL:http//www.who.int/botanical/mediacenter/factsheet/fs134/en/ Japardi,
Iskandar.
Gangguan
39
tidur.
Available
from
37
URL :http//library.usu.ac.id/download/fk bedah-iskandar%20 japardi12.pdf/
Listiani, Amelia. 2007. Rahasia tidur malam yang nyenyak. Jakarta: Interaksara ; p.4-7.
Widjayanti VN. 1988. Obat-obatan. Yogyakarta : kanisius;. P.47.
http://en.wikipedia.org/sedative
Santosa Hb. 2008. Ragam dan khasiat tanaman obat. Jakarta : Agromedia Pustaka.
38
Lampiran 1. Skema Prosedur Penelitian
Tahap persiapan Alat dan Bahan
Tahap Pelaksanaan
Mencit dimasukan ke dalam rotarod setelah itu digulinggulingkan kemudian dihitung waktu kantuk mencit dengan menggunakan stopwatch
Pemberian larutan sebanyak 0,5 ml pada masing-masing kelompok secara oral
Kelompok 1(fenobarbital) Klompok 2 dosis 1,3 g/ kg BB Klompok 3 dosis 2,6 g/ kg BB Klompok 4 dosis 5,2 g/ kg BB
Catat hasil pengukuran
39
Lampiran 2. Tabel Konversi Untuk Berbagai Jenis Hewan dan Manusia (Laurence & Bacharach, 1964) Subyek Mencit 20 g Tikus 200 g Marmut 400 g Kelinci 1,5 g Kera 4 kg Anjing 12 kg Manusia 70 kg
Mencit 20 g
Tikus 200 g
Marmut 400g
Kelinci 1,5 g
Kera 4 kg
Anjing 12 kg
Manusia 70 kg
1,0
7,0
12,25
27,8
64,1
124,2
387,9
0,14
1,0
1,74
3,9
9,2
17,,8
56,0
0,08
0,57
1,0
2,25
5,2
10,2
31,5
0,04
0,25
0,44
1,0
2,4
4,5
14,2
0,016
0,11
0,19
0,42
1,0
1,9
6,1
0,008
0,06
0,10
0,22
0,52
1,0
3,1
0,0026
0,18
0,031
0,07
0,16
0,32
1,0
40
Lampiran 3. Tabel Volume Maksimum Larutan Yang Biasa Diberikan Pada Binatang
i.v 0,5
Volume maksimum (ml) Cara pemberian i.m i.p s.c 0,05 1,0 0,5-1,0
p.o 1,0
1,0
0,1
2,0-5,0
2,0-5,0
5,0
-
0,25
2,0-5,0
5,0
10,0
5,0-10,0
0,5
10,0-20,0
5,0-10,0
20,0
5,0-10,0
1,0
10,0-20,0
5,0-10,0
50,0
10,0-20,0
5,0
20,0-50,0
5,0-10,0
100,0
bintang Mencit (20-30 g) Tikus (100g) Marmot (250) Kelinci (2,5) Kucing (3 kg) Anjing (5 kg)
41
Lampiran 4. Perhitungan Dosis
Larutan kangkung air Stok : 100 ml Stok : larutan kangkung air 20 g / 100 ml = 2 g /10 ml = 0,1 g / 0,5 ml 1.
Pada mencit jantan untuk dosis 10 gram dari manusia sekali minum dikonversikan ke mencit 0,0026 : 10 gr x 0,0026 = 0,026 g/20 g BB
Untuk dosis yang diberikan pada mencit : Konsentrasi dalam 0,5 ml :
10 𝑔 𝑥 20 𝑔 1000 𝑔 0,2 𝑔 0,5 𝑚𝑙
0,026 𝑔 0,1 𝑔
𝑥 0,5 𝑚𝑙 = 0,13 𝑚𝑙
= 0,2 𝑔
= 0,4 g
25 𝑔
Untuk BB mencit 25 g : 20 𝑔 𝑥 0,026 = 0,0325 Dosis yang diberikan pada mencit 25 g/BB Konsentrasi dalam 0,5 ml :
10 𝑔 𝑥 25 𝑔 1000 𝑔 0,25 𝑔 0,5 𝑚𝑙
0,0325 0,1 𝑔
x 0,5 ml = 0,16 ml
= 0,25 𝑔
= 0,5 𝑔
2. Pada mencit jantan untuk dosis 20 gram sekali minum
:
20 gr x 0,0026 = 0,052 g/20 g BB Untuk dosis yang diberikan pada mencit : Konsentrasi dalam 0,5 ml :
20 𝑔 𝑥 20 𝑔 1000 𝑔 0,4 𝑔 0,5 𝑚𝑙
25 𝑔
0,052 𝑔 0,1 𝑔
= 0,4 𝑔
= 0,8 𝑔
Untuk BB mencit 25 g : 20 𝑔 𝑥0,052 = 0,065 𝑔
𝑥 0,5 𝑚𝑙 = 0,26𝑚𝑙
42
Dosis yang diberikan pada mencit 25 g/BB : Konsentrasi dalam 0,5 ml :
25 𝑔 𝑥 20 𝑔 1000 𝑔 0,5 𝑔 0,5 𝑚𝑙
3.
0,065 0,1 𝑔
𝑥 0,5 𝑚𝑙 = 0,32 𝑚𝑙
= 0,5 g
= 1𝑔
Pada mencit jantan untuk dosis 40 gram sekali minum : 40 gr x 0,0026 = 0,104 g/20 g BB
Untuk dosis yang diberikan pada mencit : Konsentrasi dalam 0,5 ml :
40 𝑔 𝑥 20 𝑔 1000 𝑔 0,8 𝑔 0,5 𝑚𝑙
0,026 g 0,1 g
x 0,5 ml = 0,52 ml
= 0,8 g
= 1,6 𝑔
25 𝑔
Untuk BB mencit 25g /BB : 20 𝑔 𝑥 0,104 𝑔 = 0,13 𝑔 0,13
Dosis yang diberikan pada mencit 25 g/BB : 0,1 𝑔 𝑥 0,5 𝑚𝑙 = 0,65 𝑚𝑙 Konsentrasi dalam 0,5 ml :
40 𝑔 𝑥 25 𝑔 1000 𝑔 1𝑔 0,5 𝑚𝑙
4.
= 1𝑔
= 2𝑔
Pada mencit jantan untuk kontrol negatif sekali minum yakni menggunakan
aquades 0,5 ml. 5.
Pada mencit jantan untuk kontrol positif sekali minum yakni menggunakan
fenobarbital tablet yang 1 tabletnya setara dengan 50 mg Stok : 10 ml Stok : fenobarbital 50 mg / 10 ml Pengkorversian dosis fenobarbital pada mencit jantan 50 mg x 0,0026 = 0,13 mg / 20 g BB
43
Untuk dosis yang diberikan pada mencit 0,13 𝑚𝑔 0,5 𝑚𝑙
x 10 ml = 2,6 mg 5
PGA 5 % = 100 𝑥 10 = 0,5 𝑔 Air Pelarutnya PGA: 1,5 ml x 0,5 mg = 0,75 ml
44
Lampiran 5. Hasil Analisis Anava
NPar Tests One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,b Most Extreme Dif f erences
waktu 20 18,75 5,973 ,135 ,135 -,112 ,604 ,860
Mean Std. Dev iat ion Absolute Positiv e Negativ e
Kolmogorov -Smirnov Z Asy mp. Sig. (2-tailed) a. Test distribution is Normal. b. Calculated f rom data.
Oneway Descriptives waktu
N kontrol positif 1,3 g/kg bb 2,6 g/kg bb 5,2 g/kg bb Total
Mean 13,60 24,40 22,80 14,20 18,75
5 5 5 5 20
St d. Dev iation 4,336 3,209 4,025 2,168 5,973
St d. Error 1,939 1,435 1,800 ,970 1,335
95% Conf idence Interv al f or Mean Lower Bound Upper Bound 8,22 18,98 20,42 28,38 17,80 27,80 11,51 16,89 15,95 21,55
Minimum 11 20 17 12 11
Test of Homogeneity of Variances waktu Lev ene St at ist ic ,536
df 1
df 2 3
Sig. ,664
16
ANOVA waktu
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 477,750 200,000 677,750
df 3 16 19
Mean Square 159,250 12,500
F 12,740
Sig. ,000
Maximum 21 28 27 17 28
45
Post Hoc Tests Multi ple Compari sons Dependent Variable: waktu
Tukey HSD
(I) dosis kontrol positif
1,3 g/kg bb
2,6 g/kg bb
5,2 g/kg bb
Bonf erroni
kontrol positif
1,3 g/kg bb
2,6 g/kg bb
5,2 g/kg bb
(J) dosis 1,3 g/kg bb 2,6 g/kg bb 5,2 g/kg bb kontrol positif 2,6 g/kg bb 5,2 g/kg bb kontrol positif 1,3 g/kg bb 5,2 g/kg bb kontrol positif 1,3 g/kg bb 2,6 g/kg bb 1,3 g/kg bb 2,6 g/kg bb 5,2 g/kg bb kontrol positif 2,6 g/kg bb 5,2 g/kg bb kontrol positif 1,3 g/kg bb 5,2 g/kg bb kontrol positif 1,3 g/kg bb 2,6 g/kg bb
Mean Dif f erence (I-J) St d. Error -10,800* 2,236 -9,200* 2,236 -,600 2,236 10,800* 2,236 1,600 2,236 10,200* 2,236 9,200* 2,236 -1,600 2,236 8,600* 2,236 ,600 2,236 -10,200* 2,236 -8,600* 2,236 -10,800* 2,236 -9,200* 2,236 -,600 2,236 10,800* 2,236 1,600 2,236 10,200* 2,236 9,200* 2,236 -1,600 2,236 8,600* 2,236 ,600 2,236 -10,200* 2,236 -8,600* 2,236
Sig. ,001 ,004 ,993 ,001 ,889 ,002 ,004 ,889 ,007 ,993 ,002 ,007 ,001 ,005 1,000 ,001 1,000 ,002 ,005 1,000 ,009 1,000 ,002 ,009
*. The mean dif f erence is signif icant at t he .05 lev el.
Homogeneous Subsets waktu
Tukey HSDa
dosis kontrol positif 5,2 g/kg bb 2,6 g/kg bb 1,3 g/kg bb Sig.
N 5 5 5 5
Subset f or alpha = .05 1 2 13,60 14,20 22,80 24,40 ,993 ,889
Means f or groups in homogeneous subset s are display ed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5,000.
95% Conf idence Interv al Lower Bound Upper Bound -17,20 -4,40 -15,60 -2,80 -7,00 5,80 4,40 17,20 -4,80 8,00 3,80 16,60 2,80 15,60 -8,00 4,80 2,20 15,00 -5,80 7,00 -16,60 -3,80 -15,00 -2,20 -17,53 -4,07 -15,93 -2,47 -7,33 6,13 4,07 17,53 -5,13 8,33 3,47 16,93 2,47 15,93 -8,33 5,13 1,87 15,33 -6,13 7,33 -16,93 -3,47 -15,33 -1,87
46
Lampiran 6 . Gambar Kangkung Air, Alat dan Tahap Pelaksanaan
Simplisia Kangkung Air
Pemberan Oral
Minuman Herbal Kangkung Air
Spuit, Sonde, Stopwatch
47
Timbangan, Hand Skon
Rotarod
Panci Infundasi
Efek Sedasi pada Mencit