BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Manusia hidup tidak selamanya berada dalam kondisi dimana semuanya berjalan lancar sesuai dengan apa yang direncanakan dan diingininya. Ada saat dimana muncul ketegangan-ketegangan dalam kehidupannya. Ketegangan-ketegangan itu sering kali menyebabkan seseorang mengalami “krisis”. Aart Martin van Beek membagi krisis pribadi dalam dua macam, pertama adalah krisis perkembangan yang selalu muncul pada tahap-tahap perkembangan individu dan yang kedua adalah krisis yang didahului oleh suatu peristiwa yang tak terduga sehingga tidak dapat diantisipasi pada umur-umur atau fase-fase hidup tertentu, seperti kehilangan orang tua, patah hati, kecelakaan, kematian dan seterusnya.1 Menurut Elizabeth K. Nottingham, manusia dimanapun mereka berada harus menyesuaikan diri dengan peristiwa-peristiwa yang tidak dapat mereka ramalkan dan mereka kuasai. Dari satu segi, agama dapat dianggap sebagai salah satu cara yang paling penting bagi manusia untuk menyesuaikan diri dengan situasi-situasi yang penuh ketegangan itu.2
Dalam konteks pelayanan Kristen dikenal adanya pendampingan pastoral, yang salah satu tugasnya adalah mendampingi orang-orang yang mengalami krisis dalam kehidupannya. Salah satu bentuk dari pendampingan tersebut adalah konseling. Konseling ini sering disebut dengan istilah Konseling Kristen atau Konseling Pastoral. Meskipun pendampingan pastoral termasuk di dalamnya konseling pastoral kepada sesama merupakan tugas semua orang percaya, tetapi secara khusus tugas ini biasa dilakukan oleh seorang Pendeta atau Pastor, karena hal ini merupakan bagian dari kewajiban profesinya sebagai tugas penggembalaan.3
Pokok-pokok persoalan yang dijumpai oleh pendeta dalam konseling Kristen di jemaatnya ada bermacam-macam. Persoalan dukacita merupakan salah satu pokok yang pasti akan dan sering dijumpai oleh seorang pendeta, karena kematian merupakan hal yang alamiah terjadi kepada manusia sebagai makhluk hidup. Seperti kelahiran ada demikian juga kematian itu ada dan tidak dapat ditolak oleh siapapun jika hal itu datang. Dan sebagai hal yang alami tentunya persoalan ini akan sering dijumpai oleh pendeta dalam kehidupan jemaatnya. Karena itu pantaslah jika para 1
Aart Martin van Beek, Konseling Pastoral, Semarang: Satya Wacana, 1987, hlm. 45. Elizabeth K. Nottingham, Agama dan Masyarakat, Jakarta: CV Rajawali, 1985, hlm. 75 – 76. 3 Aart Martin van Beek, Konseling Pastoral, hlm. 3. 2
1
pendeta jemaat berpendapat bahwa salah satu pelayanan pastoral yang paling penting
ialah
pelayanan kepada orang yang berduka (termasuk di dalamnya dukacita karena kematian).4
Dalam pendampingan konseling pastoral seorang pendeta atau pastor sebagai seorang konselor, terkadang menggunakan sumber-sumber religius seperti Alkitab, dokrin gereja, nyanyian jemaat dan doa. Disamping juga menggunakan sumber-sumber lain yang mendukung seperti ilmu psikologi sebagai alat untuk membantu dalam proses pertolongan kepada konseli.
2. Permasalahan Alkitab merupakan sumber religius yang penting bagi orang Kristen. Dari Alkitab itulah orang Kristen mempelajari pengetahuan tentang iman kepercayaannya. Dalam bukunya yang berjudul “Penggunaan Alkitab dalam Konseling Pastoral”, Donald Capps mengemukakan bahwa orang Kristen selalu mencari pertolongan Alkitab dalam memahami dan mengatasi persoalan hidupnya. Namun peranan Alkitab dalam konseling pastoral masih merupakan persoalan yang kontroversial. Di satu sisi sebagai sumber religius, Alkitab merupakan pedoman yang penting, yang memimpin kehidupan orang Kristen. Di sisi yang lain penggunaan Alkitab yang tidak tepat justru dapat menjadikan proses konseling menjadi tidak efektif dan tidak menolong.5
Dalam Konseling pastoral seorang konselor akan berusaha untuk mengaplikasikan
kebenaran
firman Tuhan atas persoalan-persoalan hidup ini. Ada dua kelemahan yang sering kita jumpai pada konselor-konselor Kristen, yaitu mengabaikan atau terlalu menekankan hal-hal spiritual. Banyak konselor-konselor Kristen yang tidak pernah berdoa bersama-sama konseli dan memberi nasehat sesuai dengan kebenaran Alkitab. Tetapi sebaliknya ada juga konselor yang menekankan, bahwa membaca Alkitab dan berdoa adalah bagian yang terutama untuk suksesnya suatu percakapan konseling.6
Meskipun seperti kata Donald Capps bahwa tampaknya ada kesepahaman umum diantara para pastor dan pendeta bahwa Alkitab berperanan dalam konseling pastoral, tetapi sedikit sekali konsensus
mengenai peran apa yang sepantasnya.7 Meskipun peran Alkitab penting dalam
4
J.L. Ch. Abineno, Pelayanan Pastoral Kepada Orang Berduka, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1991, hlm.ix. Donald Capps, Penggunaan Alkitab dalam Konseling Pastoral, Yogyakarta: Kanisius, 1999, hlm.10-11. 6 Gary R. Collins, Konseling Kristen yang Efektif, Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1989, hlm.32. 7 Donald Capps, Penggunaan Alkitab dalam Konseling Pastoral, hlm.10. 5
2
konseling pastoral tetapi apa peran itu masih belum terlalu digali. Melihat permasalahan tersebut penyusun tertarik untuk menggali lebih jauh, apa peran Alkitab dalam proses konseling pastoral khususnya konseling pastoral dukacita? Untuk mencapai tujuan ini pendekatan yang penyusun lakukan adalah dengan melihat dan mempelajari praktek konseling pastoral dukacita yang dilakukan oleh pendeta-pendeta dalam jemaat di GKJ Klasis Banyumas Selatan melalui wawancara dengan mereka secara langsung mengenai pokok persoalan tersebut.
3. Penjelasan Judul Dari uraian di atas penyusun akan membahas permasalahan dengan memberikan judul sebagai berikut:
PERAN ALKITAB DALAM KONSELING PASTORAL DUKACITA DI GKJ KLASIS BANYUMAS SELATAN
Penjelasan mengenai judul a. Peran Alkitab yang dimaksud penyusun adalah bagaimana pendeta-pendeta atau konselor Kristen menempatkan dan menggunakan Alkitab dalam konseling pastoral yang dilakukannya, berdasarkan pengalamannya selama ini kepada jemaat atau konseli. b. Konseling Pastoral Dukacita adalah percakapan antara pendeta dan jemaatnya dalam rangka mendampingi untuk menolong orang/jemaat yang mengalami krisis dukacita karena kematian orang-orang yang dikasihi. Baik sebelum maupun sesudah upacara pemakaman, sehingga orang yang berduka tersebut bisa melaksanakan fungsinya lagi dengan lebih baik dalam situasi yang baru. c. GKJ (Gereja-gereja Kristen Jawa) Klasis Banyumas Selatan adalah gereja-gereja dimana pendeta-pendetanya menjadi responden yang akan diwawancarai oleh penyusun dalam penelitian ini.
4. Tujuan Penulisan Dalam skripsi ini penyusun mempunyai tujuan untuk menggali lebih jauh apa peran Alkitab dalam proses konseling pastoral dukacita melalui pokok-pokok sebagai berikut: 1. Bagaimana pendeta-pendeta di GKJ Klasis Banyumas Selatan menggunakan Alkitab dalam konseling pastoral dukacita?
3
2. Menggali ayat-ayat apa yang sering dipakai oleh pendeta-pendeta di GKJ Klasis Banyumas Selatan dalam konseling pastoral dukacita? 3. Usulan apa yang dapat disumbangkan sehubungan dengan penggunaan Alkitab dalam konseling pastoral dukacita di GKJ Klasis Banyumas Selatan?
5. Metode 5.1. Metode Penulisan Metode penulisan skripsi ini bersifat deskriptif-analitis. Penyusun akan memaparkan data-data yang diperoleh berdasarkan studi literatur dan dari hasil penelitian untuk kemudian menganalisanya.
5.2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dilakukan melalui dua cara, yaitu melalui wawancara langsung dengan responden dan melalui studi pustaka. Wawancara dilakukan kepada para pendeta GKJ di Wilayah Klasis Banyumas Selatan dengan beberapa pertanyaan yang telah direncanakan dan sifatnya terbuka. Terencana maksudnya bahwa dalam wawancara ini pertanyaan-pertanyaan yang diajukan telah direncanakan dan disusun sebelumnya dan semua responden yang akan diwawancara akan diajukan pertanyaan yang sama dengan tata urut yang seragam. Sedangkan pertanyaan bersifat terbuka, dalam arti bahwa responden tidak hanya terbatas dalam jawaban-jawaban kepada beberapa kata saja, tetapi dapat mengucapkan keterangan yang panjang sebagai alasan dari jawabannya.8 Penelitian ini dilakukan dalam rangka mencari tahu bagaimana penggunaan Alkitab dalam pelayanan konseling pastoral dukacita yang dilakukan oleh para pendeta di jemaat. Apa peran Alkitab, ayat-ayat apa yang digunakan, serta permasalahan apa yang muncul berkaitan dengan penggunaan Alkitab dalam konseling pastoral dukacita tersebut.
6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan latar belakang, permasalahan, penjelasan judul, tujuan penulisan, metode, dan sistematika penulisan skripsi ini.
8
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, hlm. 174-176.
4
BAB II. PERAN ALKITAB DALAM KONSELING PASTORAL DUKACITA Dalam bab ini penyusun menjelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan konseling pastoral dukacita, dengan terlebih dahulu menguraikan tentang apa yang dimaksud dengan dukacita dan konseling pastoral. Selain itu juga akan dijelaskan mengenai peran Alkitab dalam konseling pastoral dukacita berdasarkan pendapat-pendapat beberapa ahli yang pernah berbicara tentang pokok persoalan ini.
BAB III. KONSELING PASTORAL DUKACITA DI GKJ KLASIS BANYUMAS SELATAN Dalam bab ini penyusun menguraikan mengenai praktek konseling pastoral yang dilakukan oleh pendeta-pendeta di GKJ Klasis Banyumas Selatan, kepada jemaat yang mengalami dukacita, terutama tentang bagaimana penggunaan Alkitab dalam konseling dukacita tersebut.
BAB IV. USULAN TERHADAP PENGGUNAAN ALKITAB DALAM KONSELING PASTORAL DUKACITA DI GKJ KLASIS BANYUMAS SELATAN Selanjutnya dalam bab IV penyusun memberikan usulan apa yang bisa diberikan berkaitan dengan peran Alkitab dalam konseling pastoral dukacita di GKJ Klasis Banyumas Selatan. Hal ini dilakukan dengan memperhatikan informasi yang didapat dalam penelitian lapangan dan berdasarkan teori-teori yang dikemukakan melalui penelitian literatur.
BAB V. PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dan saran.
5