BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Makro Ekonomi 4.1.1 Kondisi Global Akhir tahun 2007 diawali dengan perekonomian yang bergerak lambat. Hal ini disebabkan salah satunya adalah krisis ekonomi di amerika serikat (USA) yang dimulai pada minggu ke 2 di bulan agustus 2007, salah satu penyebabnya adalah kredit macet subprime mortgage (kredit perumahan untuk yang tidak layak diberikan kredit oleh perbankan). Akibat dari kredit macet ini banyak perusahaanperusahaan financial seperti morgan stanley, citibank mengalami kerugian, bahkan salah satu bank di Inggris mengalami rush karena bank tersebut terkena efek dari subprime tersebut. Krisis mulai menyebar diberbagai dunia termasuk ke Indonesia, walaupun memiliki fundamental ekonomi kuat, namun kekhawatiran akan terjadinya krisis ekonomi seperti tahun 1997 akan terjadi. Hal ini merupakan salah satu efek dari globalisasi saat ini dimana apabila suatu negara maju mengalami krisis, negara lain juga akan mengalaminya. Selain krisis subprime mortgage juga diakibatkan oleh naiknya harga-harga komoditi baik pertambangan maupun pertanian. Naiknya harga tersebut diakibatkan seperti menegangnya perseteruan di Timur Tengah dan di Afrika serta diakibatkan oleh melemahnya USD terhadap mata uang Negara lain yang dipicu oleh melemahnya ekonomi AS dan menurunnya tingkat suku bunga yang cukup agresif oleh FED sehingga mengakibatkan terjadinya inflasi yang mengancam di semua Negara termasuk di Indonesia. Meningkatnya harga CPO juga telah menyebabkan harga minyak makan menjadi semakin mahal dimana CPO dijadikan sebagai bahan bakar alternatif atau biodiesel. Keadaan ekonomi dunia tahun 2008 semakin berat, laju inflasi di USA yang tinggi menyebabkan FED menurunkan suku bunganya 75 basis poin, disaat itu juga Indeks seluruh dunia melemah bahkan dua Bursa di Korea dan India malah sampai disuspend dan Indonesia sendiri sampai turun 7%. Hal ini
42
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008
Universitas Indonesia
43
merupakan indikasi lambatnya pergerakan ekonomi namun dengan keadaan seperti ini diperlukan adanya perhatian yang lebih. 1
4.1.2 Pertumbuhan Ekonomi Dua faktor yang memengaruhi kinerja ekonomi Indonesia tahun 2008 di samping kinerja tahun 2007. Salah satunya adalah melemahnya kinerja ekonomi dunia dan ketidakpastian tentang akhir dari ketimpangan makroglobal dewasa ini. Defisit transaksi berjalan AS naik ke 5,6 persen dalam 2007 atau jauh di atas batas 2,5 persen yang dianggap aman. Meskipun ekonomi dunia melemah, Indonesia dapat saja mengurangi dampak pelemahan itu melalui inovasi kebijakan. Ruang gerak masih terbuka bagi kebijakan fiskal yang lebih ekspansif digabung dengan kebijakan moneter yang juga lebih ekspansif. 2 Gambar 4.1 Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi Pergerakan Pertumbuhan Ekonomi 7.00
6.30 5.60
6.00
Persen
5.00
5.13
5.50
4.10
4.00 Pertumbuhan
3.00 2.00 1.00 2003
2004
2005
2006
2007
Tahun
Jika dilihat pada gambar 4.1 pergerakan pertumbuhan ekonomi tahunan tersebut diatas bahwa pertumbuhan ekonomi secara selama 5 (lima) tahun, maka pertumbuhan tersebut tidak mengalami banyak perubahan yang signifikan artinya pertumbuhan tersebut mengindikasikan hal yang sama pada tahun 2008. Pertumbuhan produk domestic bruto (PDB) tahun 2007 meningkat sebesar 6,3 persen terhadap tahun 2006 yang terjadi pada semua sector ekonomi dengan pertumbuhan tertinggi di sector pengangkutan-komunikasi 14,4 persen dan 1
http://www.westborneo.info/komunitas/blogs.php?action=show_member_post&o wnerID=60&post_id=5 2
Sumber: Kompas, 31 Desember 2007 Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008
44
terendah di sector pertambangan-penggalian 2,0 persen. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2007 mencapai 6,9 persen. Perekonomian Indonesia pada triwulan I/2008 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q), yang digambarkan oleh PDB atas dasar harga konstan 2000, mengalami peningkatan sebesar 2,1 persen. Peningkatan tersebut terjadi pada beberapa sektor ekonomi yaitu sektor pertanian (18,0 persen), sektor keuangan – real estat – jasa perusahaan (1,8 persen), sektor lisrik-gas-air bersih (1,2 persen), sektor pengangkutan-komunikasi (0,6 persen) dan sektor jasa – jasa (0,4 persen). Sedangkan sektor – sektor yang mengalami penurunan adalah sektor industri pengolahan (minus 0,1 persen), sektor perdagangan-hotel-restoran (minus 0,2 persen), sektor pertambangan-penggalian (minus 1,1 persen) dan sektor konstruksi (minus 1,6 persen). PDB triwulan I bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya mencerminkan pertumbuhan PDB selama satu tahun pada triwulan I (y-on-y). PDB triwulan I/2008 dibandingkan dengan triwulan I/2007 meningkat 6,3 persen terjadi pada semua sektor kecuali sektor pertambangan-penggalian yang mengalami pertumbuhan negatif 2,3 persen. PDB tanpa migas secara berantai (q-to-q) triwulan I/2008 dibandingkan triwulan IV/2007 tumbuh sebesar 2,4 persen. Sementara pada triwulan I/2008 dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya (y-on-y) tumbuh sebesar 6,8 persen.
4.1.3 Tingkat Inflasi Perkembangan harga komoditas pada bulan Juni 2008 secara umum menunjukkan
adanya
kenaikan.
Berdasarkan
pemantauan
BPS
dengan
menggunakan penghitungan dan tahun dasar baru (2007= 100) di 66 kota (hasil SBH 2007) pada bulan Juni 2008 terjadi inflasi 2,46 persen atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 107,44 pada bulan Mei 2008 menjadi 110,08 pada bulan Juni 2008. Laju inflasi tahun kalender 2008 yaitu 7,37 persen sedangkan inflasi “year on year” (Juni 2008 terhadap Juni 2007) adalah 11,03 persen.
Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008
45
Tabel 4.1 Tingkat Inflasi Indonesia, 2005 – Juni 2008 2005
2006
2007
2008
Months CPI
Inflations
CPI
Inflations
CPI
Inflations
CPI
Inflations
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
January
118.53
1.43
138.72
1.36
147.41
1.04
158.26
1.77
February
118.33
-0.17
139.53
0.58
148.32
0.62
159.29
0.65
March
120.59
1.91
139.57
0.03
148.67
0.24
160.81
0.95
April
121.00
0.34
139.64
0.05
148.43
-0.16
161.73
0.57
May
121.25
0.21
140.16
0.37
148.58
0.10
164.01
1.41
June
121.86
0.50
140.79
0.45
148.92
0.23
110.08*)
2.46*)
July
122.81
0.78
141.42
0.45
149.99
0.72
August
123.48
0.55
141.88
0.33
151.11
0.75
September 124.33
0.69
142.42
0.38
152.32
0.80
October
135.15
8.70
143.65
0.86
153.53
0.79
November
136.92
1.31
144.14
0.34
153.81
0.18
December
136.86
-0.04
145.89
1.21
155.50
1.10
(1)
Inflation Rate
17.11
6.60
6.59
7.37
*) Since June 2008, CPI has been based on a consumption pattern obtained from 2007 Cost of Living Survey in 66 cities (2007=100)
Sumber: http://www.bps.go.id/sector/cpi/table3.shtml
Berdasarkan pada tabel 4.1 bahwa laju inflasi di Indonesia pada periode 2005-2008 terlihat bahwa dalam pada tahun 2005 merupakan tingkat inflasi yang paling tinggi yaitu pada level 17,11% yang disebabkan adanya kenaikan harga BBM pada tahun tersebut sedangkan tahun 2006 dan 2007 laju inflasi cederung stabil dan sampai dengan akhir tahun 2008 tingkat inflasi diperkirakan sebesar 7,37%. Peningkatan laju inflasi pada tahun 2008 merupakan implikasi dari naiknya harga minyak mentah dunia yang cenderung terus naik yang disebabkan Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008
46
belum stabilnya kondisi keamanan di Timur Tengah yang merupakan wilayah pengekspor minyak terbesar di dunia serta meningkatnya ketegangan antara Amerika dengan Iran. Kenaikan tingkat inflasi tersebut secara signifikan dapat mempengaruhi terhadap tingkat kebutuhan masyarakat terhadap produk asuransi sehingga dapat menurunkan profit margin PT Asuransi Parolamas khususnya bisnis ritel dan pada bisnis corporate pengaruh inflasi tidak mengalami banyak perubahan karena asuransi merupakan suatu kewajiban bagi perusahaan untuk memindahkan risikonya atas harta yang dimiliki tetapi jika banyak perusahaan (rekanan) mengalami kepailitan akibat inflasi yang tinggi akan menjadi kerugian besar bagi PT Asuransi Parolamas baik dari segi produksi maupun cash flow-nya.
4.1.4 Nilai Tukar Rupiah Senin 4 Agustus nilai rupiah terapresiasi hingga mencapai level terkuatnya dalam empat bulan terakhir yang dipicu adanya spekulasi Bank Indonesia akan menaikkan BI Rate untuk meredam inflasi. Menurut data televisi CNBC rupiah menguat menjadi Rp9.092 per dolar AS setelah hari Jumat, 1 Agustus 2008 kurs ditutup melemah di level Rp9.095 dan opening di Rp9.085 setelah bergerak di kisaran Rp9.075–Rp9.095. Pelaku pasar diperkirakan akan mencoba pada level Rp9.100 per dolar AS dan kurangnya kebutuhan dolar AS dari korporat di awal bulan Agustus 2008 serta bayang-bayang intervensi Bank Indonesia diperkirakan memberikan mixed sentiment terhadap rupiah. Survei Bloomberg terhadap sejumlah analis menyatakan Bank Indonesia kemungkinan menaikkan BI Rate menjadi 9% dari 8,75%, kenaikan ketiganya dalam tiga bulan berturut-turut menambah 25 basis poin karena ekspektasi inflasi masih tinggi.
Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008
47
Tabel 4.2 Nilai Rupiah Terhadap Dollar Amerika, 2003-2007 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2003 8,876 8,905 8,908 8,675 8,279 8,285 8,505 8,535 8,389 8,495 8,537 8,465
2004 8,441 8,447 8,587 9,661 9,210 9,415 9,168 9,328 9,710 9,090 9,018 9,290
2005 9,165 9,260 9,480 9,570 9,495 9,713 9,819 10,240 10,310 10,090 10,035 9,830
2006 9,395 9,230 9,075 8,775 9,220 9,300 9,070 9,100 9,235 9,110 9,165 9,020
2007 9,090 9,160 9,118 9,083 8,828 9,054 9,186 9,410 9,137 9,103 9,376 9,419
Sumber: www.bi.go.id
Berdasarkan pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa pergerakan rupiah tahunannya cenderung stabil terhadap dollar Amerika. Sedangkan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing relatif kecil terhadap risiko yang akan ditanggung oleh PT Asuransi Parolamas karena sebagian besar nasabahnya merupakan nasabah lokal tetapi dalam hal hutang piutang reasuransi PT Asuransi Parolamas harus menanggung risiko atas fluktuasi mata uang asing karena banyak premi yang direasuransikan ke luar negeri.
4.1.5 Tingkat Suku Bunga Pada awal bulan Juli 2008 BI Rate berada pada level 8,75% atau lebih tinggi 50 basis poin dari bulan yang sama pada tahun 2007. Dalam tabel 4.3 dibawah ini bahwa pada tahun 2005 tingkat suku bunga mengalami peningkatan dari 7,43% pada tahun 2004 menjadi 12,75% di tahun 2005. Peningkatan tersebut merupakan implikasi dari meningkatnya laju inflasi pada tahun 2005 yang mencapai level 17,11% dan setelah itu cenderung menurun sampai dengan akhir 2007 yang kemudian menguat kembali pada tahun 2008 yang berkisar 8,25- 9%.
Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008
48
Tabel 4.3 Tingkat Suku Bunga Indonesia (SBI), 2003-2007 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2003 12.69% 12.24% 11.40% 11.06% 10.44% 9.53% 9.10% 8.91% 8.66% 8.48% 8.49% 8.31%
2004 7.86% 7.48% 7.42% 7.33% 7.32% 7.34% 7.36% 7.37% 7.39% 7.41% 7.41% 7.43%
2005 7.42% 7.43% 7.44% 7.70% 7.95% 8.25% 8.49% 9.51% 10.00% 11.00% 12.25% 12.75%
2006 12.75% 12.74% 12.73% 12.74% 12.50% 12.50% 12.25% 11.75% 11.25% 10.75% 10.25% 9.75%
2007 9.50% 9.25% 9.00% 9.00% 8.75% 8.50% 8.25% 8.25% 8.25% 8.25% 8.25% 8.00%
Sumber: www.bi.go.id
Pengaruh tingkat suku bunga terhadap PT Asuransi Parolamas tidak signifikan karena beban bunga yang ditanggung oleh perusahaan sangat kecil bahkan tidak tidak ada karena perusahaan dalam mencari sumber dana berasal dari ekuitas dan beban bunga yang ditanggung relatif kecil yang untuk membiayai pembelian kendaraan yang bersifat leasing.
4.2 Analisis Industri Asuransi Umum 4.2.1 Persaingan dalam Industri Saat ini, dalam industri asuransi khususnya asuransi umum telah terjadi perang tarif hampir di semua lini bisnis asuransi seperti asuransi kebakaran, asuransi rekayasa, asuransi pengangkutan barang, atau asuransi kapal. Persaingan di ranah asuransi khususnya asuransi umum sudah dalam tahap mengkhawatirkan. Karena begitu ketat persaingan, industri ini pun mengarah pada persaingan yang tidak sehat. Hal ini ditandai dengan murahnya premi dan diskon yang ditawarkan oleh beberapa perusahaan asuransi umum. Persaingan semacam ini, akan terus berlangsung jika pasarnya tidak diatur secara benar. Pasar industri asuransi sebaiknya diatur secara tersegmentasi, sehingga masing-masing perusahaan asuransi bermain sesuai dengan kelasnya masing – masing. Adapun pemain industri asuransi yang sudah ada dalam skala menengah dapat dilihat pada tabel 4.4 yang mana pemain tersebut dikategorikan berdasarkan jumlah modal sendiri Rp. 50 – Rp. 100 miliar.
Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008
49
Tabel 4.4 Kinerja Perusahaan Asuransi Umum Tahun 2007 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Nama Perusahaan Umum Mega Takaful Umum Mitra Maparya Samsung Tugu Parolamas Sarana Lindung Upaya Purna Arthanugraha Bringin Sejahtera A.M Bosowa Periskop Raksa Pratikara LIG Insurance Ind. Mega Pratama QBE Pool Indonesia Rama Satria Wibawa Buana Independent
(dalam jutaan rupiah) Modal 2007 2006 66,932 58,903 58,956 52,950 52,159 46,837 60,025 49,321 60,215 35,141 54,056 51,231 52,165 46,977 56,705 44,903 70,411 23,608 83,109 71,151 51,530 48,739 59,706 59,463 64,222 69,600 66,461 65,903 67,807 66,308
Sumber: Laporan Keuangan Publikasi, diolah oleh ”Lembaga Riset Media Asuransi”
Harga premi asuransi yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi umum cenderung terus menurun dan sudah tidak wajar. Bahkan, ada perusahaan asuransi yang memberi tambahan diskon untuk asuransi mobil dan properti padahal penerapan premi yang terlalu murah, bertentangan dengan peraturan dibidang perasuransian. Dalam aturan itu jelas dikatakan bahwa premi asuransi itu harus memadai. Artinya, premi tidak boleh terlalu tinggi dan tidak boleh terlalu rendah.
4.2.2 Ancaman dari Pendatang Baru Keuntungan yang abnormal dalam suatu industri akan menarik minat pemain baru untuk masuk dalam industri tersebut. Ancaman yang datang biasanya dihadapi pemain lama dengan memainkan harga produk. Akibatnya yang terjadi adalah perang harga denga tingkat pelayanan yang rendah. Perang harga dalam jangka panjang dapat mengakibatkan industri hancur karena tidak ada keuntungan ekonomis yang timbul. Untuk menghindari hal tersebut, diperlukan adanya peraturan yang membatasi perusahaan asuransi dalam optimalisasi usahanya yaitu dengan menentukan batas modal minimum yang harus ditempatkan jika akan membuat perusahaan baru dimana berdasarkan PP Nomor 63 tahun 1999 Pasal 6 ayat (1) bahawa Persyaratan modal disetor bagi pendirian baru Perusahaan Asuransi atau Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008
50
Perusahaan Reasuransi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) huruf c Undang-undang Nomor 2 Tahun1992, sekurang-kurangnya sebagai berikut: a. Rp.100.000.000.000,00(seratus miliar rupiah), bagi Perusahaan Asuransi; b. Rp.200.000.000.000,00 (dua ratus miliar rupiah), bagi Perusahaan Reasuransi. Ketentuan
modal
yang
besar
adalah
untuk
memberikan
jaminan
terselenggaranya operasional asuransi terutama kewajiban kepada pihak pemegang polis dan premi yang cukup dengan risiko yang dikelola. Bagi perusahaan pemain lama untuk meningkatkan modal setor sebesar Rp. 100 miliar telah dilakukan dengan beberapa tahapan.
4.2.3 Produk Pengganti dan Pelengkap Dalam asuransi umum lebih menjamin penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggungjawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti. Untuk saat ini bisnis asuransi belum mempunyai produk pengganti yang mampu menjamin terhadap suatu risiko.
4.2.4 Kekuatan Tawar Menawar Pembeli Kekuatan tawar pembeli terjadi pada jenis asuransi yang jumlah pangsa pasarnya besar dan jumlah asuransinya banyak yaitu asuransi kendaraan bermotor, kebakaran, pengangkutan, dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan harga pertanggungan atau risiko yang harus ditanggung oleh perusahaan asuransi untuk setiap risikonya kecil, permodalannya cukup mendukung untuk leluasa bergerak, dan di lain pihak jumlah pasarnya sangat besar (hukum bilangan besar/law of the large number) memenuhi. Akibatnya perusahaan asuransi sangat bersaing untuk menjadi yang paling menguasai pasar dalam artian diminati oleh pelanggan. Sehingga pembeli mempunyai banyak pilihan untuk menentukan di perusahaan asuransi mana risiko tersebut akan ditempatkan. Pada kondisi ini faktor pricing/ rate dan level of service/pelayanan menjadi faktor utama sehingga kondisi perang harga sukar untuk
dihindari
dan
yang
menikmati
keuntungan
ini
adalah
para
pembeli/tertanggung. Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008
51
Namun demikian, pembeli juga tidak mempunyai pilihan terhadap jenis asuransi yang bilangan produknya secara nominal tidak terlalu banyak, kondisi pasarnya sangat tergantung pada penjual. Jenis asuransinya adalah untuk produk penerbangan (aviation), telekomunikasi (termasuk satelit) dan oil & gas. Walaupun mempunyai nilai kapitalisasi asuransi besar, tetapi tetap saja pembeli tidak mempunyai pilihan lain kecuali mengikuti kemauan pasar/market.
4.2.5 Kekuatan Tawar Menawar Pemasok Pada industri asuransi saat ini khususnya asuransi umum dimana peranan perbankan sangat dominan artinya bahwa sumber bisnis asuransi sebagian besar berasal dari bank (back to back). Ketergantungan tersebut karena bisnis langsung dari tertanggung belum banyak berkembang karena masalah tingkat kebutuhan maupun tingkat kesadaran masyarakat sendiri yang masih rendah. Ketergantungan industri terhadap perbankan semakin tinggi dengan adanya jumlah asuransi umum yang cukup banyak di Indonesia sedangkan bank mempunyai keleluasaan untuk memilih asuransi mana yang akan diberikan bisnis kecuali perusahaan group. Tabel. 4.5 Ringkasan Analisis Industri Analisis Industri Persaingan dalam industri Ancaman dari pendatang baru Produk pengganti/pelengkap Kekuatan tawar menawar pembeli Kekuatan tawar menawar pemasok
Keterangan tinggi sedang rendah tinggi tinggi
Sumber: diolah penulis
Berdasarkan pada tabel 4.5 diatas dapat disimpulkan bahwa bisnis asuransi umum pada saat ini relatif sulit untuk dikembangkan secara maksimal karena tingginya perang tarif hampir di semua lini bisnis asuransi, tingginya kekuatan tertanggung terhadap premi yang ditawarkan sehingga mengakibatkan perusahaan terlalu besar untuk mengeluarkan discount dan banyaknya pemain asuransi umum di Indonesia sehingga nasabah mempunyai kebebasan untuk menawar dan menentukan perusahaan. Disamping itu perusahaan asuransi juga masih sangat tergantung terhadap bisnis perbankan karena sebagian besar premi asuransi saat ini diperoleh dari jasa perbankan (seperti back to back guarantee). Tetapi produk asuransi untuk saat ini merupakan produk yang belum tergantikan oleh produk Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008
52
lain dan dengan adanya PP nomor 39/2008 akan mengakibatkan perusahaan yang tidak mampu memenuhi permodalan asuransi akan dipaksa untuk merger atau ditutup. Hal ini mengakibatkan perusahaan – perusahaan yang mampu memenuhi permodalan akan mendapat bisnis baru yang sebelumnya ditangani oleh pemain lain.
4.3 Analisis Keuangan Perusahaan Analisis keuangan perusahaan dilakukan dengan membandingkan beberapa rasio dari PT Asuransi Parolamas dari tahun ke tahun. Rasio – rasio tersebut merupakan rasio yang sering digunakan dalam industri asuransi umum. a. Rasio likuiditas Rasio likuiditas dalam industri asuransi menjadi hal yang startegis karena untuk menilai kemampuan perusahaan untuk segera membayar kewajiban jangka pendek karena khususnya pembayaran klaim, perusahan asuransi harus telah membayar klaim paling lama 30 (tiga puluh) hari sejak adanya kesepakatan antara tertanggung dan penanggung atau kepastian mengenai jumlah klaim yang harus dibayar. Tabel 4.6 Rasio Likuiditas PT Asuransi Parolamas Tahun 2003 - 2007 Uraian Likuiditas a. Kekayaan Lancar (Rincian Y-2) b. Kewajiban Lancar (Rincian Y-2) c. Rasio (a : b)
2003
2004
2005
2006
2007
40,136 47,939 50,604 58,716 64,218 27,538 33,965 34,674 42,977 46,916 145.75% 141.14% 145.94% 136.62% 136.88%
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan
Pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa rasio likuiditas PT Asuransi Parolamas sejak tahun 2003 sampai dengan tahun 2007 tidak mengalami banyak perbedaan yang signifikan dimana rata – rata dalam lima tahun tersebut perusahaan memiliki rasio likuiditas 141,27%. Dengan meningkatnya pertumbuhan premi tiap tahunnya yang menyebabkan cadangan teknis juga meningkat, maka perusahaan harus meningkatkan kekayaan lancarnya untuk menjamin terhadap seluruh kewajiban.
Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008
53
b. Rasio investasi dengan kewajiban Rasio ini menunjukkan Bahwa perusahaan asuransi dan reasuransi harus memiliki kekayaan dalam bentuk investasi yang telah memenuhi ketentuan mengenai jenis, penilaian, dan pembatasan kekayaan yang diperkenankan paling sedikit sebesar jumlah cadangan teknis dan kewajiban pembayaran klaim retensi sendiri. Semakin besar rasio tersebut semakin terjamin kewajiban kepada tertanggung. Tabel. 4.7 Rasio Investasi terhadap Cadang Teknis dan Hutang Klaim 2003
Uraian Perimbangan Investasi dengan Kewajiban a. Investasi b. Cadangan Teknis c. Utang Klaim Retensi Sendiri c. Rasio (a : (b + c))
2004
2005
2006
2007
23,303 28,083 27,301 39,758 43,437 20,600 24,024 23,871 35,273 38,851 1,880 1,105 1,603 1,197 103.66% 111.76% 114.37% 107.82% 108.46%
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan
Berdasarkan pada tabel 4.7 PT Asuransi Parolamas telah mampu memenuhi rasio tersebut sesuai dengan yang telah dipersyaratkan oleh departemen keuangan yaitu minimal sebesar 100%. Rasio yang dimiliki oleh PT Asuransi Parolamas hanya sedikit diatas dari yang telah dipersyaratkan yaitu rata – rata 109,21% dalam lima tahun terakhir, maka diharapkan perusahaan harus mampu untuk menjaga rasio tersebut untuk menjamin terhadap kepercayaan tertaggung atas kemungkinan terjadinya klaim dan pembayaran hutang klaim. c. Rasio premi retensi sendiri terhadap modal sendiri Rasio ini akan memperlihatkan sejauh mana modal yang dimiliki perusahaan dapat menghasilkan pendapatan yang maksimal sesuai dengan kapasitas risiko yang berdasarkan pada kecukupan modalnya. Perusahaan asuransi dan reasuransi hanya dapat memiliki premi neto paling banyak 300% (tiga ratus per seratus) dari modal sendiri periode berjalan. Tabel. 4.8 Rasio Premi Neto dengan Modal Sendiri 2003
Uraian Perimbangan Premi Neto dengan Modal Sendiri a. Premi Neto b. Modal Sendiri SAK c. Rasio (a : b)
2004
2005
2006
24,908 30,776 36,455 48,852 22,891 25,381 29,514 35,141 108.81% 121.26% 123.52% 139.02%
2007 56,142 60,215 93.24%
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008
54
Pada tabel 4.8 tersebut diatas bahwa modal yang dimiliki oleh perusahaan belum digunakan secara maksimal dan jika dilihat rata – rata dalam lima tahun premi neto yang menjadi beban sendiri sebesar 117,17% terhadap modal yang dimiliki. Adanya penambahan modal setor pada tahun 2007 juga belum memberikan kontribusi yang lebih baik bahkan cenderung menurun, namun demikian dalam hal meningkatkan pendapatan premi neto harus juga dipertimbangkan terhadap risiko yang dihadapi yang disesuaikan dengan kecukupan modal sendiri untuk menutupi terhadap risiko yang akan dijamin karena semakin tinggi premi netto, semakin tinggi kemungkinan terjadinya kerugian klaim yang akan menjadi beban sendiri perusahaan. d. Rasio premi penutupan langsung terhadap premi penutupan tidak langsung Rasio ini menunjukkan proporsi jumlah pendapatan premi tidak langsung dengan premi langsung. Semakin besar rasio tersebut, maka menunjukkan bahwa produk perusahaan banyak diserap oleh pemegang polis yang secara langsung terlibat. Tabel. 4.9 Rasio Premi Langsung dengan Premi Tidak Langsung Uraian Perimbangan Premi Penutupan Langsung dengan Premi Penutupan Tidak Langsung a. Premi Penutupan Langsung (Rincian U-2) b. Premi Penutupan Tidak Langsung (Rincian U-2) c. Rasio (a : b)
2003
2004
2005
2006
2007
71,788 84,373 104,089 121,072 122,856 998 3,558 2,050 1,960 1,972 7193% 2371% 5078% 6177% 6230%
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan
Dari tabel 4.9 diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan premi yang dihasilkan oleh perusahaan hampir semuanya berasal dari bisnis penutupan langsung baik dari broker ataupun langsung ke tertanggung sendiri. Penutupan premi tidak langsung merupakan premi yang dihasilkan dari asuransi lain yang dikelola oleh Kantor Pusat sebagai perusahaan asuransi dan juga reasuransi. e. Rasio hasil investasi dengan pendapatan premi neto Rasio ini digunakan untuk melihat proporsi terhadap pendapatan perusahaan, apakah berasal dari operasi perusahaan atau dari hasil investasi.
Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008
55
Tabel. 4.10 Rasio Investasi dengan Pendapatan Premi Neto Uraian Perimbangan Hasil Investasi dengan Pendapatan Premi Neto
2003
2004
2005
2006
2007
a. Hasil Investasi b. Pendapatan Premi Neto c. Rasio (a : b)
1,186 23,664 5.01%
850 30,776 2.76%
1,516 36,455 4.16%
2,088 2,311 48,852 56,142 4.27% 4.12%
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan
Dengan melihat hasil dari tabel 4.10 dapat ditunjukkan bahwa sebagian besar pendapatan perusahaan merupakan hasil dari operasi perusahaan dan kegiatan non operasi perusahaan hanya memiliki kontribusi yang relatif kecil yaitu rata – rata 4,06%. Tingginya pendapatan dari hasil operasi telah mengindikasikan bahwa perusahaan sangat concern terhadap bisnisnya dan diharapkan mampu untuk meningkatkan pertumbuhan premi perusahaan untuk masa yang akan datang. f. Rasio kombinasi (combined ratio) Rasio kombinasi menunjukkan terhadap efisiensi perusahan antara biaya operasional dan harga pokok perolehan terhadap besarnya premi yang menjadi beban sendiri perusahaan. Rasio yang melebihi 100% (seratus persen) mengindikasikan adanya pemborosan perusahaan sehingga disarankan dapat berada dibawah 100%. Tabel. 4.11 Rasio Kombinasi Uraian
2003
2004
2005
2006
2007
19,823 18,431 6,754 48,852 40.58% 37.73% 13.83% 92.13%
21,286 20,483 7,709 56,142 37.91% 36.48% 13.73% 88.13%
Rasio Beban Klaim, Beban Usaha,
dan Komisi a. Beban Klaim Neto b. Beban Usaha c. Komisi Neto d. Pendapatan Premi Neto e. Rasio a : d (rasio I) f. Rasio b : d (rasio II) g. Rasio c : d (rasio III) h. Rasio I + Rasio II + Rasio III
10,007 12,105 2,782 23,664 42.29% 51.15% 11.76% 105.20%
12,017 14,676 14,334 17,352 3,159 6,079 30,776 36,455 39.05% 40.26% 46.58% 47.60% 10.26% 16.68% 95.89% 104.53%
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan
Berdasarkan pada tabel 4.11 diatas dapat ditunjukkan bahwa perusahaan telah mampu menciptakan efisiensi dimana pada tahun 2004, 2006, dan 2007 dengan pendapatan premi neto yang semakin tinggi pertumbuhannya disisi lain perusahaan juga telah mampu menekan biaya operasional secara keseluruhan, bahkan pada tahun 2007 rasio kombinasi PT Asuransi Parolamas mampu Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008
56
mencapai 88,13% dan jika dilihat secara rata – rata dalam kurun waktu lima tahun terakhir rasio kombinasi masih dibawah 100% yaitu 97,18%. g. Rasio perubahan modal sendiri Rasio ini memperlihatkan semakin besar rasio perubahan modal sendiri mengindikasikan adanya laba yang ditahan lebih besar dari pada laba yang dibagikan kepada pemegang saham atau terdapat sumber dana yang masuk dalam bentuk setoran modal atau saham. Tabel. 4.12 Rasio Perubahan Modal Sendiri Uraian Rasio Perubahan Modal Sendiri
2003
2004
2005
2006
2007
a. b. c. d.
20,447 17,790 2,657 14.94%
20,205 20,447 (242) -1.18%
22,716 20,205 2,511 12.43%
24,355 22,716 1,639 7.22%
37,464 24,355 13,109 53.82%
Modal Sendiri Tahun/Triwulan Berjalan Modal Sendiri Tahun/Triwulan Lalu Perubahan Modal Sendiri (a - b) Rasio (c : b)
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan
Berdasarkan pada tabel 4.12 bahwa terlihat perusahaan selama lima tahun terakhir modal sendiri PT Asuransi Parolamas selalu mengalami peningkatan dari hasil laba yang tidak membagikan deviden kepada pemegang saham dan hal itu digunakan untuk meningkatkan modal sesuai dengan modal yang dipersyaratkan oleh regulator. Namun demikian, pada tahun 2004 PT Asuransi Perusahaan mengalami penurunan modal sendiri meskipun tidak terjadi pembagian dividen dimana hal ini disebabkan karena terdapat harta perusahaan yang tidak dapat diperkenankan dan selisih negatif antara penilaian SAK dengan SAP. h. Rasio tingkat Solvabilitas dengan metode Risk Based Capital (RBC) Rasio Risk Based Capital menunjukkan terhadap
tingkat kesehatan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya (solvency) kepada masyarakat atau tertanggung.
Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008
57
Tabel. 4.13 Risk Based Capital Keterangan 2003 2004 A. Tingkat Solvabilitas Kekayaan Yang Diperkenankan 47,985 54,170 Kewajiban (kecuali Pinjaman Subordinasi) 27,538 33,965 Jumlah Tingkat Solvabilitas 20,447 20,205 B. Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) Kegagalan Pengelolaan Kekayaan (Schedule A) 1,014 1,240 Kekayaan dan Kewajiban Dalam Setiap Jenis Mata Uang (Schedule B) 12 Beban Klaim Yang Terjadi dan Beban Klaim Yang Diperkirakan (Schedule C) 6,132 9,495 Risiko Reasuradur (Schedule D) Jumlah BTSM 7,158 10,735 13,289 9,470 C. Kelebihan (Kekurangan) Batas Tingkat Solvabilitas D. Rasio Pencapaian Solvabilitas (dalam %) *) 285.67% 188.22% *) Jumlah Tingkat Solvabilitas dibagi dengan Jumlah BTSM
2005
2006
2007
57,390 34,674 22,716
67,332 42,977 24,355
84,380 46,916 37,464
1,477
1,184
2,186
-
-
-
11,133 12,610 10,106
11,801 12,985 11,370
16,348 1,711 20,245 17,219
180.15% 187.56% 185.05%
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan
Berdasarkan tabel 4.13 bahwa rasio pencapaian solvabilitas PT Asuransi Parolamas berada diatas rasio risk based capital yang dipersyaratkan oleh pihak regulator yaitu sebesar 120%. Dalam lima tahun terakhir rata – rata rasio risk based capital PT Asuransi Parolamas sebesar 205,33% sedangkan pada tahun 2007 telah mengalami penurunan menjadi 185,05%. Meskipun pada tahun 2007 tingkat solvabilitas
perusahaan meningkat tetapi penurunan rasio risk based
capital tersebut terjadi karena meningkatnya estimasi risiko klaim yang mungkin terjadi serta besarnya risiko reasuradur.
4.4 Laporan Proforma Keuangan 4.4.1 Laporan Proforma Laba Rugi Dalam melakukan estimasi dari laporan laba rugi dan neraca, salah satu faktor yang digunakan adalah besarnya tingkat pertumbuhan dari pendapatan premi bruto. Penyusunan proyeksi laba rugi dilakukan berdasarkan pada percentage of sales. Adapun dalam menyusun proyeksi tersebut dengan menggunakan bebera asumsi – asumsi sebagai berikut:
Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008
58
1. Pertumbuhan pendapatan premi bruto tahun – tahun sebelumnya Tabel 4.14 Pertumbuhan Pendapatan Premi PT Asuransi Parolamas 2000-20007 URAIAN PENDAPATAN UNDERWRITING Premi Bruto a. Premi Langsung b. Premi Tidak Langsung c. Komisi Dibayar Jumlah Premi Bruto (3+4-5) Pertumbuhan Rata - rata geometric* Rata - rata aritmatik*
2000
29,038 550 948 28,640
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
39,666 55,897 71,788 84,373 104,089 121,072 122,856 751 2,088 998 3,558 2,050 1,960 1,972 909 1,765 3,173 3,159 6,079 6,754 8,560 39,508 56,220 69,613 84,772 100,060 116,278 116,268 37.95% 42.30% 23.82% 21.78% 18.03% 16.21% -0.01% 19.73% 9.98%
Sumber: Laporan Keuangan Tahunan *data outlier telah dikeluarkan dari perhitungan
Berdasarkan pada rata – rata geometrik pertumbuhan pendapatan premi bruto tahun 2001 sampai dengan 2007 adalah 19,73%. Sedangkan dengan menggunakan rata – rata aritmatik tingkat pertumbuhan premi bruto sebesar 9,98%. Pertumbuhan premi bruto paling tinggi terjadi pada tahun 2001 dan 2002, dimana pertumbuhan tersebut jauh diatas pertumbuhan rata – rata industri pada saat itu tetapi pada tahun 2007 PT Asuransi Parolamas mengalamai penurunan pendapatan premi bruto sebesar 0,01%. Penurunan tersebut pada dasarnya terjadi karena discount yang diberikan kepada nasabah yang tinggi akibat ketatnya persaingan dengan adanya perang tarif hampir pada semua lini bisnis asuransi. 2. Pertumbuhan pendapatan premi bruto 5 (lima) tahun ke depan Berdasarkan outlook asuransi tahun 2008 dengan asumsi, pertumbuhan ekonomi 2008 sekitar 6,8% memperkirakan asuransi umum tumbuh sekitar 1015% dan dengan semakin banyaknya kantor pemasaran PT Asuransi Parolamas yang existing maupun yang akan dibuka diberbagai daerah untuk memperlancar jalur distribusi serta kemungkinan banyaknya perusahaan asuransi kecil yang akan ditutup akibat tidak mampu memenuhi permodalan yang dipersyaratkan oleh regulator yang mulai berlaku tahun 2008. Atas dasar pertimbangan tersebut maka untuk 5 (lima) tahun yang akan datang pertumbuhan premi PT Asuransi Parolamas diperkirakan sebesar 17,56% dengan menggunakan perhitungan sustainable growth yaitu return on equity (ROE) dan dividend payout ratio. Karena PT Asuransi Parolamas tidak membagikan deviden, maka dividend payout ratio tidak ada.
Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008
59
Sustainable growth (g) = ROE X Payout ratio
(4.1)
Sustainable growth (g) = 17,56% X 0 = 17,56% Asumsi pertumbuhan pendapatan premi tersebut dapat lihat pada rincian tabel berikut: Tabel 4.15 Pertumbuhan Premi PT Asuransi Parolamas 5 (lima) tahun kedepan No. 1 2 3 4
Keterangan Kontribusi 6 (enam) cabang yang baru dibuka Target jumlah cabang sampai dengan tahun 2010 (40 cabang) Dampak perusahaan asuransi kecil yang akan ditutup Peluncuran produk baru "kontra bank garansi" Jumlah
Asumsi Pertumbuhan 2.25% 6.15% 5.10% 4.06% 17.56%
Sumber: diolah penulis
Pada
pertumbuhan
yang
stabil
(terminal
value)
diasumsikan
pertumbuhannya dengan menggunakan pertumbuhan premi riil pada sektor industri asuransi umum yaitu sebesar 3,6%. 3. Pertumbuhan pendapatan premi syariah Dengan telah dibentuknya unit bisnis asuransi syariah yang sudah beroperasi sejak awal tahun 2007 diharapkan akan memberikan kontribusi yang merupakan sumber bisnis baru dan diasumsikan dalam masa proyeksi pendapatan premi syariah dapat memberikan kontribusi minimal 10% dari pendapatan premi yang dihasilkan oleh asuransi konvensional. 4. Klaim, cadangan teknis, dan biaya operasional Besarnya tingkat pertumbuhan klaim bruto, klaim reasuransi, cadangan klaim tahun berjalan, dan biaya opersional selama periode proyeksi diasumsikan sesuai dengan tingkat pertumbuhan pendapatan premi bruto sedangkan biaya penyusutan aktiva tetap diasumsikan sebesar 10% dari nilai aktiva tetap. Besarnya cadangan teknis khsususnya cadangan premi tahun berjalan sesuai dengan peraturan yang berlaku yaitu 40% dari premi risiko sendiri. 5. Capital Expenditure Untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan baik kepada nasabah, internal perusahaan, maupun pihak regulator manajemen PT Asuransi Parolamas telah memutuskan untuk melakukan investasi dalam hal Teknologi Informasi dengan mengganti sistem yang lama ke sistem yang baru. Adapun sistem dan infrastruktur yang baru tersebut telah dianggarkan sebesar Rp. 2.000.000.000,00 yang akan Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008
60
dikeluarkan pada tahun 2008 sebesar Rp 750.000.000,00 dan tahun 2009 sebesar Rp. 1.250.000.000,00. Aktiva tetap meningkat sebesar 5% dari dalam rangka untuk pembelian gedung dibeberapa cabang maupun kantor pemasaran sedangkan untuk perangkat keras komputer meningkat 2,5%. 6. Deviden dan biaya bunga Berdasarkan pada tahun – tahun sebelumnya dan komitmen antara manajemen PT Asuransi Parolamas bahwa perusahaan dalam hal meningkatkan modal sendiri sehubungan dengan PP nomor 39/2008 tidak akan membagikan deviden sebelum modal tersebut terpenuhi. Selain itu PT Asuransi Parolamas juga tidak mempunyai bunga atas kewajiban hutang kepada pihak ketiga, hutang yang dimiliki PT Asuransi Parolamas merupakan hutang jangka pendek yang harus segera dibayar seperti hutang klaim, hutang reasuransi, dan hutan komisi. 7. Perpajakan Besarnya pajak ditanggung oleh perusahaan selama periode proyeksi diasumsikan adalah sebesar 35% dari laba usaha setelah dikurangi dengan jumlah hasil investasi. 8. Regulator Selama masa proyeksi diasumsikan bahwa pihak regulator tidak mengeluargkan kebijakan – kebijakan baru sehubungan dengan kepentingan publik terhadap industri asuransi seperti penentuan tarif premi kendaraan. 9. Kondisi Sosial Politik Pada periode proyeksi diasumsikan bahwa kondisi sosial politik tidak mengalami banyak perubahan meskipun pada tahun 2009 akan dilakasanakan pesta pemilu. Disisi lain pada tahun 2009 sebenarnya merupakan peluang bagi PT Asuransi Parolamas untuk meningkatkan pendapatan khsususnya untuk bisnis surety bond karena berdasarkan pengalaman tahun – tahun sebelumnya setiap menjelang
pemilihan
umum
pemerintah
daerah
maupun
pusat
sering
meningkatkan pembangunan infrastruktur sehingga pendapatan premi akan meningkat sejalan dengan banyaknya kontraktor yang membuat jaminan. 10. Kondisi Ekonomi Berdasarkan analisis makro diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung stabil seperti yang tejadi pada tahun 2007 dan tahun – tahun Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008
61
sebelumnya yaitu antara 6 – 7%. Sedangkan tingkat inflasi diperkirakan sampai dengan akhir tahun 2008 berkisar 7,37%. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi ekonomi Indonesia tidak mengalami banyak perubahan.
4.4.2 Laporan Proforma Neraca Proforma neraca dilakukan dengan menggunakan Common Size Ratio yang diasumsikan bahwa pertumbuhan dari harta sesuai dengan pertumbuhan dari penjualan. Penyusunan proyeksi untuk akun – akun aktiva dilakukan berdasarkan pada percentage of total asset sedangkan untuk akun bangunan dengan hak strata atau tanah dan bangunan untuk dipakai sendiri meningkat sebesar 5% per tahun karena sehubungan dengan banyaknya kantor cabang dan pemasaran yang akan dibuka. Akun hutang dan kewajiban disusun secara berbeda sesuai yaitu hutang diasumsikan meningkat sesuai dengan peningkatan pendapatan premi bruto dan cadangan teknis dihasilkan dari premi yang belum merupakan pendapatan dan cadangan klaim merupakan cadangan pada tahun berjalan pada periode yang bersangkutan sedangkan modal setor dan cadangan tetap selama periode proyeksi dan akun laba ditahan digunakan sebagai penyeimbang. Rasio Common Size dari laporan neraca dapat dilihat pada lampiran 3.
4.5 Perhitungan Nilai Intrinsik 4.5.1 Nilai Intrinsik Saham dengan Menggunakan FCFF Berdasarkan pada asumsi – asumi diatas, maka dapat disusun proyeksi laporan laba rugi dan neraca PT Asuransi Parolamas 2008F – 2013F. Hasil proyeksi Rugi Laba dan Neraca dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5. Berdasarkan proyeksi Neraca dan Laba Rugi pada lampiran 4 dan 5, maka dapat dihitung terhadap besarnya free cash flow to the firm dan value of equity yang merupakan jumlah dari present value dan terminal value dengan menggunakan cost of equity sebagai discount factor yang kemudian dapat ditentukan terhadap nilai intrinsik saham PT Asuransi Parolamas. Dalama menentukan nilai free cash flow to the firm besarnya nilai capital expenditure (capex) yang digunakan adalah kebijakan manajemen PT Asuransi Parolamas sehubungan dengan peremajaan terhadap sistem yang baru yang akan Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008
62
dikeluarkan oleh perusahaan pada tahun 2008 dan 2009 dan penyusutan aktiva tetap tiap tahun diasumsikan meningkat sesuai dengan peningkatan pendapatan premi bruto. Sedangkan besarnya working capital merupakan selisih non cash working capital dari aktiva lancar dengan hutang lancar yang merupakan unsur non cash working capital. Berikut merupakan hasil perhitungan free cash flow to the firm PT Asuransi Parolamas. Tabel 4.16 Free Cash Flow to The Firm PT Asuransi Parolamas EBIT Tax (35%)
EBIT (1-Tax rate) - Capex + Depr - Delta Working Capital FCFF Free Cash Flows of Firm
2008F 13,469 4,714
2009F 15,834 5,542
2010F 18,614 6,515
2011F 21,883 7,659
2012F 25,726 9,004
2013F 30,243 10,585
8,755 2,131 2,120 3,931
10,292 2,343 2,333 4,622
12,099 1,216 2,568 5,434
14,224 1,275 2,689 6,388
16,722 1,337 2,817 7,510
19,658 1,402 2,951 8,828
4,813
5,660
8,018
9,250
10,692
12,378
Sumber: Laporan Keuangan diolah
4.5.2 Cost of Equity Dalam melakukan perhitungan cost of equity dengan menggunakan Capital Asset Pricing Model (CAPM) karena kepemilikan saham PT Asuransi Parolamas belum tercatatkan di Bursa Efek Indonesia, maka beta yang digunakan adalah beta dari PT Asuransi Ramayana Tbk yaitu sebesar 0,23. Risk premium merupakan riks premium Indonesia menurut Aswath Damodaran yaitu sebesar 9,29%. 3 Sedangkan Risk free rate yang digunakan adalah tingkat suku bunga SBI pada akhir Juli 2008 yaitu sebesar 8,75%. Dari data - data tersebut, maka dapat ditentukan cost of equity yang digunakan sebagai discount factor untuk menentukan intrinsic value dari saham PT Asuransi Parolamas. Dengan menggunakan persamaan matematika seperti yang tercantum dalam bab 2 yaitu 2.4 maka dapat dihitung: ke = 8,75% + 0,23 (9,29%) ke = 10,93% 3
http://pages.stern.nyu.edu/~adamodar/New_Home_Page/datafile/ctryprem.html Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008
63
Berdasarkan pada capital structure PT Asuransi Parolamas bahwa sumber dana perusahaan dengan menggunakan all equity, maka cost of debt PT Asuransi Parolamas tidak ada karena hutang dan kewajiban PT Asuransi Parolamas adalah non interest bearing. Dengan menggunakan cost of equity tersebut, maka dapat ditentukan terhadap nilai dari terminal value yaitu: Terminal value
=
FCFF2013 ke − g
Terminal value
=
12.378.338.982 (10,93% − 3,6%)
Terminal value
= 168.978.008.295
(4.1)
Tabel 4.17 Present value dan terminal value Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 Terminal Value
FCFF 4,812,555,135 5,660,095,897 8,017,504,813 9,250,499,354 10,692,030,930 168,979,008,295
Present Value 4,338,371,167 4,599,660,348 5,873,435,318 6,108,985,935 6,365,245,250 100,597,616,760 127,883,314,777
Sumber: Laporan Keuangan diolah
Setelah melakukan penilaian terhadap nilai ekuitas perusahaan pada tabel 4.17 yang menjadi dasar dari penentuan harga saham, maka selanjutnya nilai intrinsik tersebut harus kurangkan dengan market value of debt yang kemudian dibagi dengan jumlah saham yang telah dikeluarkan yaitu sebanyak 50.000 lembar saham. Sehubungan dengan PT Asuransi Parolamas tidak mempunyai market value of debt, maka besarnya nilai intrinsik perusahaan adalah:
IntrinsicValue =
VE OS
(4.2)
Dimana: VE
= Value of Equity
OS
= Outstanding Share
Nilai intrinsik saham =
127.883.314.777 50.000
= Rp. 2.557.666,30 per lembar saham Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008
64
Berdasarkan pada perhitungan diatas dengan asumsi bahwa realisasi pertumbuhan perusahaan akan meningkat sebesar 17,56% maka nilai intrinsik saham PT Asuransi Parolamas adalah Rp. 2.557.666,30 per lembar saham.
4.6 Analisis Tingkat Sensitifitas 4.6.1 Analisis Pesimis
Dalam analisis pesimis diasumsikan bahwa keberhasilan PT Asuransi Parolamas yang sedang membangun jaringan distribusi dengan mendirikan banyak kantor cabang maupun kantor pemasaran diberbagai daerah tidak berjalan secara maksimal. Kondisi tersebut memberikan dampak terhadap tingkat pertumbuhan pendapatan premi bruto sehingga dalam hal ini tingkat pertumbuhan yang diasumsikan yang digunakan adalah rata – rata aritmatik yaitu sebesar 9,98%. Dilihat dari segi biaya, kenaikan biaya merupakan rata – rata dari tingkat pertumbuhan tahun – tahun sebelumnya. Hasil proyeksi Laporan Laba Rugi dan Neraca pada saat kondisi pesimis dapat dilihat pada lampiran 6 dan 7. Berdasarkan hasil dari proyeksi Laporan Keuangan pada lampiran 6 dan lampiran 7 jika kondisi yang terjadi adalah pesimis, maka dapat diperoleh free cash flow to the firm PT Asuransi Parolamas pada tabel 4.18 sebagai berikut: Tabel 4.18 Free Cash Flow to The Firm dengan Kondisi Pesimis EBIT Tax (35%)
EBIT (1-Tax rate) - Capex + Depr - Delta Working Capital FCFF Free Cash Flows of Firm
2008F 12,600 4,410
2009F 13,858 4,850
2010F 15,241 5,334
2011F 16,762 5,867
2012F 18,435 6,452
2013F 20,275 7,096
8,190 2,085 2,120 2,234
9,008 1,660 2,329 2,457
9,907 1,198 2,495 2,703
10,895 1,256 2,615 2,972
11,983 1,318 2,740 3,269
13,179 1,383 2,872 3,595
5,991
7,219
8,501
9,281
10,136
11,073
Sumber: Laporan Keuangan diolah
Setelah menentukan free cash flow to the firm PT Asuransi Parolamas, maka dapat dihitung tehadap value of equity PT Asuransi Parolamas pada saat kondisi pesimis yang merupakan jumlah dari present value dan terminal value dari
Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008
65
periode proyeksi. Terminal value pada tingkat sensitifitas pesimis dapat ditentukan dengan: Terminal value
=
FCFF2013 ke − g
Terminal value
=
11.072.625.123 (10,93% − 3,6%)
Terminal value
= 151.154.465.499
(4.3)
Tabel 4.19 Present value dan terminal value dengan Kondisi Pesimis Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 Terminal Value
FCFF 5,991,429,855 7,218,653,323 8,500,956,323 9,281,029,761 10,135,817,175 151,154,465,499
Present Value 5,401,090,647 5,866,217,475 6,227,600,515 6,129,148,070 6,034,116,675 89,986,200,920 119,644,374,303
Sumber: Laporan Keuangan diolah
Berdasarkan pada tabel 4.19 diatas dapat dilihat bahwa value of equity PT Asuransi Parolamas adalah Rp. 119.644.374.303,00 sehingga nilai intrinsik saham PT Asuransi Parolamas yaitu: IntrinsicValue =
VE OS
(4.4)
Dimana: VE
= Value of Equity
OS
= Outstanding Share
Nilai intrinsik saham =
119.644.374.303 50.000
= Rp. 2.392.887,49 per lembar saham
4.6.2 Analisis Optimis
Pada kondisi optimis, diasumsikan PT Asuransi Parolamas mampu memenuhi modal sendiri sesuai dengan yang telah dipersyaratkan dalam PP nomor 39/2008 sehingga market size PT Asuransi Parolamas meningkat karena banyak perusahaan asuransi yang ditutup akibat tidak mampu memenuhi modal yang dipersayaratkan. Selain itu PT Asuransi Parolamas dalam melakukan strategi ekspansi di berbagai daerah serta strategi dari bisnis baru baik asuransi Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008
66
konsvensional maupun asuransi syariah berhasil dioptimalkan. Asumsi yang digunakan dalam pada kondisi optimis adalah rata – rata geometrik dengan mengeluarkan data outlier yaitu sebesar 19,73%. Melihat dari segi biayanya, karena biaya terhadap penjualan diasumsikan meningkat sesuai dengan peningkatan penjualan sehingga jumlah biaya pun akan semakin meningkat selama periode proyeksi pada kondisi optimis tersebut. Hasil proyeksi laporan Laba Rugi dan Neraca pada kondisi optimis dapat dilihat pada lampiran 8 dan 9. Berdasarkan hasil dari proyeksi Laporan Keuangan pada lampiran 8 dan lampiran 9 dengan kondisi yang terjadi adalah optimis, maka dapat diperoleh free cash flow to the firm PT Asuransi Parolamas pada tabel 4.20 sebagai berikut: Tabel 4.20 Free Cash Flow to The Firm dengan Kondisi Optimis EBIT Tax (35%)
EBIT (1-Tax rate) - Capex + Depr - Delta Working Capital FCFF Free Cash Flows of Firm
2008F 13,717 4,801
2009F 16,424 5,748
2010F 19,664 6,883
2011F 23,544 8,240
2012F 28,189 9,866
2013F 33,751 11,813
8,916 2,144 2,120 4,417
10,676 1,737 2,335 5,289
12,782 1,201 2,508 6,333
15,304 1,260 2,629 7,582
18,323 1,321 2,755 9,078
21,938 1,386 2,887 10,869
4,475
5,984
7,757
9,090
10,678
12,570
Sumber: Laporan Keuangan diolah
Berdasarkan pada tabel 4.20 dapat dilihat free cash flow to the firm PT Asuransi Parolamas sehingga dapat ditentukan tehadap value of equity PT Asuransi Parolamas pada saat kondisi optimis yang merupakan jumlah dari present value dan terminal value dari periode proyeksi. Terminal value untuk tingkat sensitifitas optimis adalah: Terminal value
=
FCFF2013 ke − g
Terminal value
=
12.569.764.388 (10,93% − 3,6%)
Terminal value
= 171.592.192.127
(4.5)
Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008
67
Tabel 4.21 Present value dan terminal value dengan Kondisi Optimis Tahun FCFF Presents Value 2008 4,475,067,254 4,034,136,170 2009 5,983,811,699 4,862,727,047 2010 7,756,570,548 5,682,281,016 2011 9,090,388,272 6,003,249,334 2012 10,678,226,759 6,357,027,266 Terminal Value 171,592,192,127 102,153,313,342 129,092,734,176
Sumber: Laporan Keuangan diolah
Berdasarkan pada tabel 4.21 diatas dapat dilihat bahwa value of equity PT Asuransi Parolamas adalah Rp. 129.092.734.176,00 sehingga nilai intrinsik saham PT Asuransi Parolamas yaitu: IntrinsicValue =
VE OS
(4.6)
Dimana: VE
= Value of Equity
OS
= Outstanding Share
Nilai intrinsik saham =
129.092.734.176 50.000
= Rp. 2.581.854,68 per lembar saham
4.6.3 Intrinsic Value Saham PT Asuransi Parolamas
Berdasarkan pada hasil perhitungan sebelumnya bahwa intrinsic value saham PT Asuransi Parolamas dapat dihitung dengan menggunakan tingkat probabilita terhadap masing – masing sensitivitas yang mempunyai kisaran antara Rp. 2.392.887,49 sampai dengan Rp. 2.581.854,68 per lembar saham. Dari data tersebut, maka dapat ditentukan intrinsic value saham PT Asuransi Parolamas dengan menggunakan tingkat probabilita.
4.6.3.1 Probabilita Pesimis
Pada tingkat probabilita pesimis ini diasumsikan bahwa tingkat keberhasilan PT Asuransi Parolamas dalam membangun jaringan distribusi dengan mendirikan banyak kantor cabang maupun kantor pemasaran diberbagai daerah tidak berjalan secara maksimal atau bahkan kemungkinan bisa diakibatkan adanya kantor cabang dan pemasaran yang ditutup karena merugi ataupun terkait Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008
68
dengan regulasi. Kondisi tersebut memberikan dampak terhadap tingkat pertumbuhan pendapatan premi bruto secara keseluruhan bagi PT Asuransi Parolamas yang diperkirakan sebesar 35% bahwa kondisi ini akan terjadi sehingga pertumbuhan pendapatan premi bruto hanya mencapai 9.98%. Disamping dari segi pertumbuhan premi penurunan EBITDA juga karena kemungkinan kejadian klaim yang tidak pasti dimasa datang akibat bencana alam.
4.6.3.2 Probabilita Most Likely
Seperti yang telah disebutkan diatas yang menjadi dasar perhitungan atas penilaian PT Asuransi Parolamas bahwa perusahaan mampu meningkatkan pendapatannya secara agresif dengan memanfaatkan jaringan distribusi yang semakin luas dan terkait dengan instruksi mentri dalam negeri Moh. Ma’ruf mengenai kewajiban berasuransi untuk aset pemerintah daerah dan banyaknya perusahaan
asuransi
kecil
yang
ditutup
karena
tidak
bisa
memenuhi
permodalannya terkait dengan PP nomor 39/2008 sehingga dengan kejadian tersebut perusahaan dapat mencapai sustainable growth. Sehubungan pada tahun 2007 PT Asuransi Parolamas telah menambah modal setornya, maka hasil premi yang direasuransikan menjadi semakin kecil karena adanya kecukupan modal yang mampu menanggung terhadapp tingkat risiko suatu objek pertanggungan sehingga dapat meningkat surplus underwriting. Situasi seperti ini adalah yang sedang terjadi di tahun 2008, oleh karena itu asumsi pendapatan premi bruto perusahaan akan meningkat sebesar 17,56% dengan tingkat probabilita akan terealisasi sebesar 45%.
4.6.3.3 Probabilita Optimis
Pada sensitifitas optimis bahwa PT Asuransi Parolamas dalam melakukan strategi ekspansi di berbagai daerah serta strategi dari bisnis baru baik asuransi konsvensional maupun asuransi syariah berhasil mengoptimalkan peningkatan pertumbuhannya. Peningkatan pertumbuhan tersebut tidak terlepas dari bentuk – bentuk kerja sama khususnya perusahaan BUMN maupun bisnis back to back dari perbankan serta efek dari sebagian besar perusahaan asuransi umum yang ditutup yang akan meningkatkan market share perusahaan. Selain dari unit bisnis baru Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008
69
dan banyaknya kerjasama PT Asuransi Parolamas juga sedang lounching produk baru yaitu Personal Accident Plus yang merupakan kerjasama dengan perusahaan asuransi jiwa. Berdasarkan pada penjelasan tersebut, maka diasumsikan bahwa pertumbuhan premi sebesar 19,73% akan terealisasi dengan tingkat probabilita sebesar 20%. Dari ketiga tingkat probabilita pertumbuhan premi tersebut diatas pada periode proyeksi dapat dilihat dalam tabel 4.22 Tabel 4.22 Analisis Sensitifitas PT Asuransi Parolamas Keterangan
Pesimis 9.98%
Most Likely 17.56%
Optimis 19.73%
Total
Probabilita
35%
45%
20%
100%
sumber: diolah penulis
Berdasarkan pada tabel 4.22 maka besarnya nilai intrinsic value saham PT Asuransi Parolamas adalah: Intrinsic value = Pesimis + Most Likely + Optimis
(4.7)
= Rp. 2.392.887,4 (35%) + 2.557.666,30 (45%) + 2.581.854,68 (20%) = Rp. 2.504.831,39 per lembar saham Dari hasil perhitungan tersebut diatas, maka intrinsic value saham PT Asuransi Parolamas sebesar Rp. 2.504.831,39 per lembar saham sedangkan book value dari saham PT Asuransi Parolamas pada saat 31 Desember 2007 adalah sebesar Rp. 1.204.313,54 per lembar saham.
Universitas Indonesia
Analisis nilai..., Rohmat, FE UI, 2008