BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Objek yang menjadi bahan penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang melakukan right issue pada periode tahun 2009 – 2012 yang memenuhi kriteriakriteria tertentu yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian ini diteliti mengenai harga saham dan trading volume activity. Variabel yang digunakan adalah harga saham harian perusahaan yang memenuhi kriteria penarikan sampel pada 10 hari sebelum right issue, pada saat dilakukannya right issue, dan 10 hari sesudah right issue serta volume perdagangan saham 10 hari sebelum right issue, pada saat dilakukannya right issue dan 10 hari sesudah right issue. Penentuan sampel menggunakan purposive sampling, seperti yang telah dijelaskan pada bab III. Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan aksi korporasi right issue pada tahun 2009, 2010, 2011, 2012 yaitu sebanyak 92 (sembilan puluh dua) perusahaan/emiten dan yang memenuhi kriteria penarikan sampel ada 58 (lima puluh delapan) perusahaan/emiten yang akan digunakan sebagai sampel penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian merupakan data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id, finance.yahoo.com dan laporan keuangan perusahaan pada tahun 2009 hingga tahun 2012.
47
48
4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif A. Harga Saham Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Harga Saham Sebelum dan Right Issue N
Minimum
Maximum
Mean
Std.Deviation
Harga_Sebelum
58
76.10
22890.00
1586.5786
3341.76141
Harga_Sesudah
58
76.80
23135.00
1617.3017
3433.73012
Valid N
58
Sumber: Hasil Output SPSS 22
Dari tabel 4.1 diatas, menunjukkan bahwa dari 58 perusahaan yang dijadikan sampel penelitian diketahui bahwa nilai minimum terendah diperoleh sebelum right issue, yaitu sebesar Rp 76,10 dengan nilai maximum terendah diperoleh pada saat sebelum right issue, yaitu sebesar Rp 23.135. Nilai rata-rata (mean) terendah diperoleh saat sebelum right issue, yaitu sebesar Rp 1.586,57 dan nilai standar deviasi terendah diperoleh saat sebelum right issue, yaitu sebesar 3341,761. Kemudian untuk nilai minimum tertinggi diperoleh pada saat setelah right issue, yaitu sebesar Rp 76,80 dengan nilai maximum tertinggi diperoleh setelah right issue, yaitu sebesar Rp 23.135. Nilai rata-rata (mean) tertinggi diperoleh pada saat setelah right issue, yaitu sebesar Rp 1.617,30 dan nilai standar deviasi tertinggi diperoleh pada saat setelah right issue, yaitu sebesar 3343,73. Angka-angka tersebut menggambarkan perbedaan statistik deksriptif antara harga saham sebelum right issue dengan harga saham sesudah right issue dimana angka-angka sesudah right issue lebih besar dibandingkan dengan angka-angka sebelum right issue.
49
B. Volume Perdagangan Saham Volume perdagangan saham merupakan gambaran mengenai kondisi efek yang diperjualbelikan di pasar modal pada jam bursa, yaitu pada pukul 09:00 hingga pukul 16:15. Besarnya variabel volume perdagangan saham dapat diketahui melalui indikator aktivitas volume perdagangan (Trading Volume Activity). Tabel 4.2 berikut ini akan menjelaskan mengenai statistik deskriptif dari volume perdagangan saham dengan mengamati kegiatan perdagangan saham melalui indikator aktivitas volume perdagangan (Trading Volume Activity). Tabel 4.2 Statistik Deskriptif TVA sebelum dan TVA sesudah Right Issue N
Minimum
Maximum
Mean
Std.Deviation
TVA_Sebelum
58
0.000000000
0.033578505
0.0028445535
0.0058748496
TVA_Sesudah
58
0.000000000
0.040808219
0.0030954447
0.0061898276
Valid N
58
Sumber: Hasil Output SPSS 22
Dari tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa dari 58 perusahaan yang dijadikan sampel penelitian, diketahui bahwa nilai minimum pada saat sebelum right issue dan sesudah right issue memiliki nilai yang sama, yaitu sebesar 0.000000000 dengan nilai maximum terendah diperoleh pada saat sebelum right issue, yaitu sebesar 0.0030954447. Nilai rata-rata (mean) terendah diperoleh pada saat sebelum right issue, yaitu sebesar 0.0028445535 dan standar deviasi terendah diperoleh pada saat sebelum right issue, yaitu sebesar 0.0058748496. Kemudian, nilai maksimum tertinggi diperoleh pada saat sesudah right issue, yaitu sebesar 0.040808219. Nilai rata-rata (mean) tertinggi diperoleh pada saat sesudah right issue, yaitu sebesar 0.0030954447 dan standar deviasi tertinggi diperoleh pada saat sesudah right issue, yaitu sebesar 0.0061898276. Angka-angka tersebut menunjukkan perbedaan statistik deskriptif antara aktivitas volume perdagangan sebelum right issue dengan aktivitas volume perdagangan sesudah right issue. Angka-angka yang telah diperoleh menunjukkan bahwa aktivitas perdagangan paling aktif terjadi pada saat sesudah right issue.
50
4.2.2 Uji Normalitas A. Uji Normalitas Harga Saham
Tabel 4.3 Uji Normalitas Harga Saham
Sumber: Hasil Output SPSS 22
Dari hasil pengolahan data pada tabel 4.3 diatas, dapat dilihat bahwa data berdistribusi normal. Harga saham sebelum right issue memiliki asymp. Sig sebesar 0,52 dan Harga saham sesudah right issue memiliki asymp. Sig sebesar 0,58. Kedua hasil tersebut lebih besar dari level of signifikan sebesar 0,05, yang memiliki arti bahwa data telah berdistribusi normal.
51
B. Uji Normalitas Trading Volume Activity
Tabel 4.4 Uji Normalitas Trading Volume Activity
Sumber: Hasil Output SPSS 22
Dari hasil pengolahan data pada tabel 4.4 diatas, dapat dilihat bahwa data telah berdistribusi normal. Trading volume activity sebelum right issue memiliki asymp. Sig sebesar 0,67 dan Trading volume activity sesudah right issue memiliki asymp. Sig sebesar 0,157. Dari kedua hasil tersebut lebih besar dari level of signifikan sebesar 0,05, yang memiliki arti bahwa data telah terdistribusi dengan normal.
52
4.2.3 Analisis Regresi Linear Sederhana Analisis regresi sederhana digunakan untuk menguji interaksi antara variabel independen dengan variabel dependen. A. Harga Saham Model regresi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh right issue (X1) terhadap harga saham (Y) menggunakan analisis regresi linear sederhana dengan bantuan applikasi SPSS 22. Hasil uji regresi pada harga saham dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5 Hasil Uji Regresi Harga Saham
Sumber: Hasil Output SPSS 22
Berdasarkan hasil dari data olahan SPSS 22, memperlihatkan bahwa right issue berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Dari hasil olahan tersebut, maka dapat ditulis model persamaan regresi sebagai berikut: Y = 75,684 + 1,029 X Dari persamaan regresi linear sederhana tersebut, dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Konstanta bernilai Rp 75,684 menunjukkan bahwa perusahaan memiliki harga saham yang positif. 2. Nilai koefisien regresi right issue sebesar Rp 1,029. Hal ini mengindikasikan bahwa right issue berpengaruh positif terhadap harga saham. Artinya, jika right issue bertambah Rp 1, maka harga saham akan bertambah sebesar Rp 1,029.
53
B. Volume Perdagangan Saham Model regresi yang digunakan untuk mengetahui pengaruh right issue (X1) terhadap volume perdagangan saham (Y) menggunakan analisis regresi linear sederhana menggunakan SPSS 22. Variabel volume perdagangan saham dalam hal ini diukur dengan menggunakan indikator trading volume activity (TVA). Hasil uji regresi TVA dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6 Hasil Uji Regresi Trading Volume Activity
Sumber: Hasil Output SPSS 22
Berdasarkan hasil analisis regresi pada tabel 4.6, memperlihatkan bahwa right issue berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap trading volume activity (TVA) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dari hasil tersebut maka dapat ditulis persamaan sebagai berikut: Y = 0.003 – 0.0000001356 X Dari persamaan regresi linear sederhana tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Konstanta bernilai 0.003 menunjukkan bahwa perusahaan memiliki aktivitas volume perdagangan (TVA) yang positif. 2. Nilai koefisien regresi right issue sebesar -0.0000001356. Hal ini menunjukkan bahwa right issue berpengaruh negatif terhadap aktivitas volume perdagangan (TVA), yang artinya jika right issue bertambah Rp 1 maka aktivitas volume perdagangan (TVA) akan berkurang sebesar 0.0000001356 lembar.
54
4.2.4 Pengujian Hipotesis 4.2.4.1 Hipotesis Pertama Pengujian
hipotesis
pertama
dilakukan
dengan
menggunakan
uji-t
berpasangan (paired t-test). Uji paired t-test dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh right issue secara parsial terhadap harga saham dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. Pada pengujian hipotesis pertama, data yang digunakan adalah data rata-rata harga saham sebelum dan sesudah right issue, kemudian dari data tersebut dilakukan uji paired t-test. Hasil uji paired t-test dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini: Tabel 4.7 Hasil Uji Paired Samples Test, Harga Saham Paired Differences
Harga_sebelum Harga_sesudah
Mean
Std. Deviation
Std.Error Mean
-30.72310
210.51616
27.64213
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper -86.07551
24.62930
t
df
Sig 2tailed
-1.111
57
0.271
Sumber: Hasil Output SPSS 22
Dari tabel 4.7, diperoleh hasil pengujian harga saham pada periode sebelum dan sesudah right issue dengan nilai thitung sebesar -1,111 dan signifikansi sebesar 0,271. Pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa thitung (-1,111) < ttabel (2,00) dan nilai signifikansi 0,271 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, yang berarti bahwa pengumuman right issue berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
55
4.2.4.2 Hipotesis Kedua Pengujian hipotesis kedua juga menggunakan uji t berpasangan (paired t-test) yang dilakukan untuk membandingkan antara t-hitung dengan t-tabel. Pengujian pada hipotesis kedua ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh right issue terhadap volume perdagangan saham sebelum dan sesudah dilakukannya right issue. Volume perdagangan saham disini menggunakan indikator trading volume activity (TVA) yang diperoleh dari jumlah saham yang diperdagangkan pada masa t dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar pada masa t. Hasil uji paired t-test dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.8 Hasil Uji Paired Samples Test, Trading Volume Activity Paired Differences
Std. Deviation
Std.Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
t df Mean TVA_sebelum 0.002508912 0.0050215423 0,000659360 -0.01069456 0.0015712384 0.381 57 TVA_sesudah
Sig 2tailed 0.705
Sumber: Hasil ouput SPSS 22
Dari tabel 4.8 diperoleh hasil pengujian TVA pada saat sebelum right issue dan sesudah right issue. Nilai t-hitung yang didapatkan sebesar 0,381 dengan signifikansi sebesar 0,705. Hasil output memperlihatkan bahwa nilai t-hitung (0,381) < nilai t-tabel (2,00) dan nilai signifikansi 0,705 > 0,05. Hasil tersebut menunjukkan bahwa H0 diterima dan H1 ditolak, yang artinya pengumuman right issue berpengaruh tidak signifikan terhadap volume perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia.
56
4.2.4.3 Hipotesis Ketiga Pengujian hipotesis ketiga dilakukan dengan menggunakan uji korelasi pearson yang dilakukan dengan melihat nilai koefisien korelasi dan tingkat signifikansi. Pengujian hipotesis ketiga bertujuan untuk melihat kekuatan hubungan dari harga saham sebelum dilakukannya right issue dengan harga saham sesudah dilakukanya right issue dan melihat signifikansi hubungan antara harga saham sebelum right issue dengan harga saham sesudah right issue. Hasil uji pearson correlations dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.9 Hasil Uji Pearson Correlations, Harga Saham
Sumber: Hasil Output SPSS 22
Pengujian Pearson Correlations diatas, menunjukkan korelasi antara harga saham sebelum right issue dengan harga saham sesudah right issue. Tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa harga saham sebelum right issue dengan harga saham sesudah right issue memiliki korelasi kuat sekali, yaitu sebesar 0,998. Nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000 < α (0,05), menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti ada korelasi dan signifikan antara harga saham sebelum dengan sesudah right issue pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
57
4.2.4.4 Hipotesis Keempat Pengujian hipotesis keempat juga menggunakan uji korelasi pearson untuk mengetahui koefisien korelasi dan tingkat signifikansi. Pengujian hipotesis keempat ini bertujuan untuk melihat kekuatan hubungan dari volume perdagangan saham dengan indikator trading volume activity (TVA) pada saat sebelum dilakukannya right issue dan sesudah dilakukannya right issue. Kemudian juga untuk melihat tingkat signifikansi hubungan antara TVA sebelum right issue dan TVA sesudah right issue. Hasil pengujian menggunakan pearson correlations dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.10 Pearson Correlations, Trading Volume Activity
Sumber: Hasil Output SPSS 22
Pengujian Pearson Correlations diatas menunjukkan korelasi antara TVA sebelum dilakukannya right issue dengan TVA sesudah dilakukannya right issue. Dari tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa TVA sebelum dilakukannya right issue dengan TVA sesudah dilakukannya right issue memiliki korelasi yang kuat, yaitu sebesar 0,655 dengan nilai signifikansi 0,000 < α (0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada korelasi dan signifikan antara volume perdagangan sebelum dengan sesudah right issue pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia.
58
4.3 Pembahasan 4.3.1 Pengaruh Right Issue Terhadap Harga Saham Hasil pengujian statistik dengan menggunakan uji paired t-test menunjukkan bahwa thitung (-1,111) < ttabel (2,00) dan nilai signifikansi 0,271 > 0,05. Hal ini berarti bahwa pengumuman right issue berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang telah dikemukakan oleh Ridho (2011) yang memiliki kesimpulan bahwa pengumuman right issue tidak menyebabkan perbedaan harga saham sebelum dan sesudah right issue pada perusahaan size kecil maupun size besar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa right issue berpengaruh positif terhadap harga saham. Pengaruh positif ini menunjukkan bahwa harga saham setelah right issue akan mengalami kenaikan. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian yang dikemukakan oleh Khajar (2010) yang memiliki kesimpulan bahwa dengan adanya right tersebut maka saham yang beredar akan meningkat dan dana yang terkumpul juga banyak sehingga dana tersebut dapat dialokasikan untuk operasional perusahaan dan hal ini tentunya dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Secara teoritis, harga saham memang akan mengalami penurunan karena memiliki harga right issue lebih rendah dibandingkan dengan harga pasar. Harga saham akan mengalami penurunan (bearish) beberapa hari setelah dilakukan right issue, kemudian akan kembali kepada harga awal yang merupakan nilai intrinsik dari emiten tersebut. Darmadji dan Fakhruddin (2011) mengatakan bahwa harga saham mengalami penurunan adalah wajar karena kapitalisasi saham tersebut akan naik dalam persentase yang lebih kecil daripada naiknya persentase jumlah saham yang beredar. Jika harga pelaksanaan emisi right issue ditetapkan sedemikian rendahnya, akan banyak orang yang akan membeli saham tersebut. Dengan demikian, permintaan akan naik dan harga akan mengalami peningkatan diatas harga teoritis saham. Kemudian, dana segar akan masuk kedalam perusahaan yang kemudian digunakan untuk ekspansi atau perbaikan struktur modal, kinerja perusahaan akan menjadi lebih baik di masa yang akan datang. Berdasarkan hasil statistik, ditemukan hasil bahwa right issue berpengaruh tidak signifikan terhadap harga saham pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek
59
Indonesia. Dalam hal ini berarti para investor telah mengantisipasi adanya informasi baru yang diumumkan ke pasar, sehingga tidak mengubah preferensi para investor akan investasi yang dimilikinya. Kandungan informasi yang terdapat pada right issue tidak membuat para investor mengubah arah investasi yang dimiliki sehingga membuat preferensi investasinya tidak berubah. Investor menerima dengan positif aksi korporasi yang dilakukan oleh perusahaan yang mereka miliki. Tidak ada penarikan dana dalam jumlah besar yang dilakukan oleh para investor yang dapat membuat penurunan harga saham. Investor tetap berfokus pada investasi yang dimilikinya dan menunggu kinerja perusahaan tersebut. Hal tersebut dapat menghasilkan suatu pernyataan bahwa kemungkinan penurunan dan kenaikan harga saham setelah right issue disebabkan oleh faktor penyesuaian harga saham karena adanya right issue dan bukan disebabkan karena pengumuman tersebut memiliki kandungan informasi yang dapat mempengaruhi preferensi para investor.
60
4.3.2 Pengaruh Right Issue Terhadap Volume Perdagangan Saham (TVA) Dari hasil pengujian statistik menunjukkan pada tabel 4.8 diperoleh hasil pengujian TVA pada saat sebelum right issue dan sesudah right issue. Nilai t-hitung yang didapatkan sebesar 0,381 dengan signifikansi sebesar 0,705. Hasil output memperlihatkan bahwa nilai t-hitung (0,381) < nilai t-tabel (2,00) dan nilai signifikansi 0,705 > 0,05. Hasil tersebut memiliki arti bahwa pengumuman right issue berpengaruh tidak signifikan terhadap volume perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Adisulistyo (2009), Mulatsih (2009) dan Panjaitan (2013) Penelitian yang dilakukan oleh Adisulistyo (2009) memiliki kesimpulan bahwa pengumuman right issue mempengaruhi likuiditas saham yang ditandai dengan adanya perbedaaan rata-rata volume perdagangan saham (average trading volume activity) sebelum dengan setelah pengumuman di Bursa Efek Indonesia. Investor menganggap pengumuman right issue sebagai suatu sinyal negatif atau tidak menguntungkan, dimana hal itu ditunjukkan dengan adanya penurunan volume perdagangan setelah pengumuman right issue. Mulatsih (2009) menyimpulkan bahwa pengumuman right issue tidak signifikan untuk TVA saat pengumuman dengan sesudah pengumuman. Panjaitan (2013) juga memberikan kesimpulan bahwa right issue berpengaruh negatif terhadap aktivitas volume perdagangan yang berarti bahwa investor merespon negatif pasar terhadap right issue dimana para pemegang saham sebagian besar akan menjual sahamnya pada saat pengumuman right issue namun dalam menjual saham tersebut tentu akan sulit karena hanya sedikit investor yang mau membeli saham tersebut sehingga aktivitas volume perdagangan tersebut menjadi berkurang. Penelitian ini dapat menarik kesimpulan bahwa pengumuman right issue tidak memiliki kandungan informasi yang cukup untuk mempengaruhi preferensi dari para investor. Hal ini disebabkan oleh para investor yang cenderung mengabaikan pengumuman right issue sehingga volume perdagangan tidak mengalami kenaikan, kemudian kenaikan volume yang biasanya terjadi setelah pengumuman right issue disebabkan oleh bertambahnya jumlah lembar saham pada perusahaan yang mengalami proses penyesuaian volume yang dapat mengakibatkan terangkatnya volume perdagangan saham.
61
4.3.3 Korelasi Harga Saham Sebelum Dengan Sesudah Right Issue Hasil pegujian statistik dengan menggunakan uji korelasi pearson menunjukkan hasil yaitu ada korelasi dan signifikan antara harga saham sebelum dengan sesudah right issue pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Hasil perhitungan korelasi person mendapatkan hasil bahwa harga saham sebelum right issue dengan harga saham sesudah right issue memiliki korelasi kuat sekali, yaitu sebesar 0,998 dan nilai signifikansi yang diperoleh sebesar 0,000 < α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan harga saham sebelum right issue dengan harga saham sesudah right issue. Penelitian ini memiliki hasil yang konsisten dengan yang dikemukakan oleh Ridho (2011) yaitu ada korelasi dan signifikan antara harga saham sebelum dan harga saham sesudah right issue baik pada perusahaan size kecil maupun pada perusahaan size besar. Harga saham adalah mekanisme yang terbentuk di dalam perdagangan saham. Tidak ada yang dapat meramalkan pergerakan harga saham di pasar. Mekanisme penjualan dan pembelian saham di dalam pasar berpengaruh terhadap harga saham. Harga saham dipengaruhi oleh kekuatan penawaran (supply) dan permintaan (demand). Semakin tinggi pembelian saham yang dilakukan oleh para investor, dapat berpengaruh terhadap kenaikan harga saham (bullish). Sharpe, William F (2005;67) mengatakan bahwa harga dipengaruhi oleh hukum penawaran dan permintaan. Semakin besar ukuran order, semakin besar kemungkinan harga pembelian investor akan lebih tinggi. Semakin cepat order tertentu diselesaikan dan semakin banyak berdasarkan informasi individu atau organisasi memasukan order, semakin tinggi harga pembelian . Darmadji dan Fakhruddin (2011;21) juga mengatakan bahwa naik turunnya harga saham setelah right issue ditentukan sejauh mana persepsi investor atas rencana perusahaan melaksanakan right issue, misalnya untuk memperkuat modal perusahaan, membayar utang, akuisisi dan lain-lain. Bila teori tersebut dikaitkan dengan penelitian ini menunjukkan bahwa pengumuman right issue menimbulkan reaksi pasar yang ditunjukkan oleh perubahan harga pada sebelum dan sesudah right issue. Hasil analisis deskriptif yang didapat menunjukkan bahwa rata-rata harga saham setelah right issue mengalami kenaikan dibandingkan dengan harga saham saat sebelum dilakukannya right issue. Ditinjau dari uji pearson correlations, harga saham sebelum right issue dengan harga saham
62
sesudah right issue memiliki korelasi yang kuat sekali dan signifikan yang berarti ada perbedaan yang signifikan antara harga saham sebelum right issue dengan harga saham sesudah right issue. Perbedaan tersebut muncul karena adanya kandungan informasi dari pasar dan investor merespon informasi tersebut.
63
4.3.4 Korelasi Antara Volume Perdagangan Saham Sebelum Dengan Sesudah Right Issue
Hasil pengujian statistik dengan menggunakan pearson correlations menunjukkan bahwa TVA sebelum dilakukannya right issue dengan TVA sesudah dilakukannya right issue memiliki korelasi yang kuat dan signifikan antara volume perdagangan sebelum dengan sesudah right issue pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Hasil perhitungan pearson correlations mendapatkan korelasi sebesar 0,655 dengan nilai signifikansi 0,000 < α (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara aktivitas volume perdagangan sebelum right issue dengan aktivitas volume perdagangan sesudah right issue. Penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Panjaitan (2013) yang berkesimpulan bahwa ada korelasi dan signifikan antara trading volume activity (TVA) sebelum dan trading volume activity (TVA) sesudah right issue pada perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Husnan (2005;431) mengatakan bahwa perusahaan menerbitkan rights seringkali adalah untuk menghemat biaya emisi dan juga untuk menambah jumlah lembar saham yang diperdagangkan. Umumnya diharapkan penambahan jumlah lembar saham di bursa akan meningkatkan frekuensi perdagangan saham tersebut (meningkatkan likuiditas saham). Bila teori yang dikemukakan oleh Husnan dikaitkan dengan penelitian ini, menunjukkan bahwa pengumuman right issue menimbulkan reaksi pasar yang ditunjukkan dalam perubahan trading volume activity sebelum dan trading volume activity sesudah right issue. Hasil analisis deksriptif yang didapat menunjukkan hasil bahwa rata-rata volume perdagangan saham sesudah right issue lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata volume perdagangan sebelum right issue. Kemudian dilihat dari hasil pengujian menggunakan pearson correlations, menjelaskan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara trading volume activity sebelum right issue dengan trading volume activity sesudah right issue. Perbedaan yang muncul tersebut disebabkan oleh jumlah saham beredar yang dimiliki perusahaan bertambah karena proses right issue tersebut.
64