BAB 3
METODE PENELITIAN
3. Metode Penelitian 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Denzin dan Lincoln (Moleong, 2013:5) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar ilmiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Badib (Kriyantono, 2012:65) menekankan bahwa penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil akhir. Analisis data terus-menerus dilakukan dan lambat laun teori dan hasil akhirnya bermunculan. Dari kajian tentang definisi-definisi tersebut dapatlah disintesiskan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara Holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatan berbagai metode alamiah. (Moleong, 2013:6) Elvinaro
Ardianto
(2010:60)
Metode
deskriptif-kualitatif
adalah
menitikberatkan pada observasi dan suasana ilmiah (natural setting). Peneliti terjun langsung ke lapangan, bertindak sebagai pengamat. Peneliti membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan mencatat dalam buku observasi. Alasan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif ini yaitu untuk melihat secara lebih mendalam mengenai strategi sosialisasi untuk membangun brand awareness Hak Kekayaan Intelektual pada Klinik Konsultasi HKI – IKM.
3.2. Tipe Penelitian Untuk pemahaman, penelitian kualitatif tidak mereduksi halaman demi halaman dari narasi dan data lain ke dalam simbol-simbol numerik, tetapi mencoba menganalisis data dengan segala kekayaannya dan sedekat mungkin dengan bentuk rekaman dan transkipnya. (Elvinaro, 2010:219)
35
36 Tipe penelitian data deskriptif artinya adalah data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif lebih mengambil bentuk kata-kata atau gambar daripada angkaangka.
Hasil
penelitian
tertulis
berisi
kutipan-kutipan
dari
data
untuk
mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi. Data tersebut mencakup transkip wawancara, catatan lapangan, fotografi, video-tape, dokumen pribadi, memo, rekaman-rekaman resmi lainnya.
3.3. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah salah satu strategi metode analisis data kualitatif yang menekankan pada kasus-kasus khusus yang terjadi pada objek analisis. (Bungin, 2008:229) Metode analisis studi kasus adalah : 1. menemukan domain-domain analisis; 2. domain analisis dipetakan sebagai domain tunggal atau domain ganda; 3. apabila domain tunggal, maka studi kasus dapat dilakukan dengan mendeskripsikan domain itu berdasarkan fenomena vertikal (seperti sejarah, perkembangan fenomena). Maupun fenomen horizontal; seperti dinamika dan perubahan fenomena, perpindahan antar status yang terjadi dari orang-orang dalam studi kasus ini; 4. apabila domain ganda maka studi kasus dapat dilakukan selain menjelaskan fenomena tunggal, juga menjelaskan hubungan-hubungan antar domain itu, seperti bagaimana hubungan antara struktur fenomena dengan dinamika dan perubahan fenomena dan sebagainya. Robert K. Yin (Kriyantono, 2012:65) memberika batasan mengenai metode studi kasus sebagai riset yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bimana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan jelas, dan dimana multisumber bukti dimanfaatkan. Menurut Mulyana, studi kasus periset berupaya secara seksama dan dengan berbagai cara mengkaji sejumlah besar variable mengenai suatu kasus khusus. Dengan mempelajari semaksimal mungkin suatu kelompok atau suatu kejadian, periset bertujuan memberikan uraian yang lengkap dan mendalam mengenai subyek yang diteliti. Karena itu studi kasus mempunyai ciri-ciri :
37 a. Partikularistik. Artinya studi kasus terfokus pada situasi, peristiwa, program, atau fenomena tertentu. b. Deskiptif. Hasil akhir metode ini adalah deskripsi detail dari topik yang diteliti. c. Heuristik. Metode studi kasus membantu khalayak memahami apa yang sedang diteliti. Interpretasi baru, perspektif baru, makna baru merupakan tujuan dari studi kasus. d. Induktif. Studi kasus berangkat dari fakta-fakta di lapangan, kemudian menyimpulkan ke dalam tataran konsep atau teori. (Kriyantono, 2012:66) Beberapa tipe studi kasus yang dijelaskan oleh Bogdan dan Biklen dalam Burhan Bungin (2008: 230) adalah sebagai berikut : 1. Studi kasus kesejarahan sebuah organisasi. Domain penting dalam studi kasus jenis ini adalah pemusatan perhatian mengenai perjalanan dan perkembangan sejarah organisasi sosial tertentu dan dalam jangka waktu tertentu pula, sehubungan dengan yang dibutuhkan adalah sumber-sumber informasi dan bahan-bahan yang akurat dan terpercaya, juga kecermatan dalam merinci secara sistematik perkembangan dari tahap-tahap sebuah organisasi sosial. 2. Studi kasus observasi. Penekanannya pada penggunaan observasi dalam penelitian untuk menjaring informasi-informasi empiris yang detail dan actual dari unit analisis penelitian, apakah itu menyangkut kehidupan individu maupun unit-unit sosial tertentu dalam masyarakat. 3. Studi kasus Life History. Studi ini mencoba menyingkap dengan lengkap dan rinci kisah perjalanan hidup seseorang sesuai dengan tahap-tahap, dinamika dan liku-liku hidup yang paling memengaruhi seseorang. Seseorang yang dimaksud tentu tidak sembarang orang melainkan yang memiliki keunikan yang menonjol dan luar biasa dalam konteks kehidupan masyarakat. Melakukan studi kasus Life History ini dapat bersandar pada dokumen-dokumen pribadi yang bersangkutan serta dengan melakukan wawancara mendalam kepada orang pertama sebagai sumber utama. 4. Studi kasus komunitas sosial atau kemasyarakatan. Peneliti yang berpengalaman serta memiliki kepekaan dan ketajaman naluriah sebagai peneliti seringkali mampu melihat sisi-sisi unik tapi bermakna dari
38 lingkungan sosial sekitarnya di dalam komunitas di mana dia hidup dan bergaul sehari-hari. Kenyataan tersebut dapat dijadikan pusat perhatian untuk melakukan studi kasus komunitas sosial atau kemasyarakatan. Peneliti pun dapat mengembangkan domain baru dalam studi kasus ini sejauh itu berhubungan dengan komunitas sosial yang dianalisis. 5. Studi kasus analisis situasional. Kehidupan sosial yang dinamis dan selalu menggapai perubahan demi perubahan tentu saja mengisyaratkan adanya letusan-letusan situasi dalam bentuk peristiwa-peristiwa atau katakanlah fenomena sosial tertentu. 6. Studi kasus mikroetnografi. Studi kasus tataran ini dilakukan terhadap sebuah unit sosial terkecil. Katakanlah sebuah sisi tertentu dalam kehidupan sebuah komunitas atau organisasi atau bahkan seorang individu.
Tipe studi kasus yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus untuk kesejarahan sebuah organisasi dengan memusatkan perhatian pada organisasi dan mencari informan yang dibutuhkan untuk menganalisis data.
3.4. Teknik Pengumpulan Data Data merupakan faktor yang penting untuk menunjang suatu penelitian. Data penting yang diperlukan dalam penelitian ini bersumber pada responden dimana data tersebut diperoleh melalui wawancara terhadap pelaku IKM yang datang ke Klinik Konsultasi HKI – IKM sebanyak 2 orang dan terhadap internal perusahaan yaitu antara lain : a. Dirjen IKM Kementerian Perindustrian Ibu Dra. Euis Saedah b. Ketua Klinik Konsultasi HKI Drs. Dulles Sihombing, M. Si c. Pembina Harian Klinik Konsultasi Klinik HKI Angga Walesa Yudha d. Admin Klinik Konsultasi HKI – IKM Siti Megawati Berdasarkan sumbernya, data dapat dikelompokkan menjadi data primer dan data sekunder. 3.4.1. Jenis Data a. Data Primer Yang dimaksud data primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara). Data primer secara khusus
39 dikumpulkan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber pertama atau tangan pertama di lapangan (Kriyantono, 2012:89). Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data primer dapat dilakukan dengan cara wawancara langsung kepada 4 (empat) orang dari internal perusahaan dan pelaku IKM yang datang ke Klinik Konsultasi HKI – IKM yaitu 2 (dua) orang. b. Data Sekunder Yang dimaksud data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung, melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) meliputi data dari Klinik Konsultasi HKI – IKM, yaitu sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan, lokasi perusahaan dan referensi lain yaitu jurnal (Kriyantono, 202:90). Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kualitatif karena ingin mendiskripsikan bagaimana strategi sosialisasi untuk membangun brand awareness Hak Kekayaan Intelektual yang cenderung masih berada pada indikator Brand Recall atau tahap pengingatan kembali merek di tengah perkembangan IKM.
3.4.2. Metode Pengumpulan Data a. Wawancara Menurut Bungin wawancara adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara. Inti dari teknik pengumpulan data dengan wawancara ini bahwa di setiap penggunaan teknik ini selalu ada beberapa pewawancara,
responden.
materi
wawancara,
dan
pedoman
wawancara.
Pewawancara adalah orang yang menggunakan metode wawancara sekaligus bertindak sebagai pemimpin dalam proses wawancara tersebut. Responder adalah orang yang diwawancarai, diminta informasi oleh pewawancara. Pedoman wawancara adalah instrumen yang digunakan untuk memandu jalannya wawancara. (Elvinaro, 2010:164). Wawancara menurut Kincoln and Guba (Basrowi dan Suwandi, 2008:127) adalah percakapan dengan maksud tertentu oleh 2 (dua) pihak, yaitu pewawancara sebagai pengaju pertanyaan dan yang diwawancarai sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu. Wawancara akan dilakukan penulis dengan mengajukan pertanyaan berkaitan dengan peran publikasi yang dilakukan Public Relations
Ditjen IKM
40 dalam menjalankan publikasi untuk menibkatkan brand awareness. Dalam penelitian ini menggunakan bentuk wawancara terstruktur. Pada jenis wawancara terstruktur digunakan pedoman wawancara (interview guide/ schedule), yang merupakan bentuk spesifik yang berisi instruksi yang mengarahkan dalam melakukan wawancara. Wawancara jenis ini dikenal juga sebagai wawancara sistematis. Pertanyaan yang akan diajukan kepada responden sudah disusun secara sistematis, biasanya mulai dari yang mudah menuju yang lebih kompleks. Wawancara terstruktur menuntut periset mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang susunannya ditetapkan sebelumnya, dengan kata-kata yang persis pula. Jawabannya biasanya sudah baku, pada periset semula, wawaancara terstruktur ini sangat membantu dalam mengarahkan penelitiannya agar tidak melenceng. Namun juga harus mempelajari dan memahami pedoman wawancara agar wawancara berlangsung lancar. (Kriyantono, 2012:101)
b. Observasi Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi observasi partisipan dan observasi nonpartisipan. Selanjutnya, dari segi instrumentasi yang digunakan dalam penelitian ini maka digunakan observasi partisipan. Menurut Sugiyono (2012:145) dalam observasi partisipan, penelitian terlibat dengan kegiatan sehari hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. Dengan observasi partisipan, peneliti lebih memungkinkan mengamati kehidupan individu atau kelompok dalam situasi nil, di mana terdapat setting yang riil tanpa dikontrol atau diatur secara sistematis seperti penelitian eksperimental, misalnya. Seperti namanya, metode ini memungkinkan untuk memahami apa yang terjadi, memahami pola-pola dan interaksi. Pada dasarnya, di sini dalam melakukan penelitian memunyai dua peran, yaitu sebagai partisipan dan sebagai peneliti
41 observer. Selain itu, peneliti dituntut untuk tidak teridentifikasi oleh orang lain. Observer adalah seorang peneliti dari kelompok yang diamati yang melakukan pengamatan terhadap kelompok itu. Ini dapat disebut pula sebagai membership. Sementara sebagai partisipan, peneliti adalah orang luar yang netral yang memunyai kesempatan untuk bergabung dalam kelompok serta berpartisipasi dalam kegiatan dan pola hidup kelompok tersebut sambil melakukan pengamatan (Kriyantono, 2012:108-109). Dalam suatu perusahaan atau organisasi pemerintah misalnya, peneliti dapat berperan sebagai karyawan magang, ia dapat mengamati bagaimana perilaku karyawan dalam bekerja, bagaimana semangat kerjanya, bagaimana hubungan satu karyawan dengan karyawan lain, hubungan karyawan dengan pimpinan, dan keluhan dalam melaksanakan pekerjaan dan lain-lain. Terdapat 6 (enam) alasan dalam penelitian kualitatif dalam pengamatan observasi perlu dimanfaatkan sebesar-besarnya, yaitu antara lain : Teknik pengamatan ini didasarkan atas pengalaman secara langsung. Jika suatu data yang diperoleh kurang meyakinkan, biasanya peniliti ingin menanyakan pada subjek, tetapi karena ia hendak memperoleh keyakinan mengenai keabsahan tentang data tersebut, jalan yang ditempuhnya adalah mengamati sendiri yang berarti mengalami langsung peristiwanya. 1.
Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
2.
Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data.
3.
Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, apakah data yang didapat ada kekeliruan? Kemungkinan kekeliruan itu terjadi karena kurang dapat mengingat peristiwa atau hasil wawancara, adanya jarak antara peneliti dan yang diwawancarai, ataupun karena reaksi penelti yang emosional pada suatu saat. Jalan yang terbaik untuk mengecek kepercayaan data tersebut ialah dengan jalan memanfaatkan pengamatan.
4.
Teknik pengamatan menungkinkan peneliti mampu mengamati dan memahami situasi-situasi yang rumit. Situasi yang rumit mungkin terjadi jika peneliti ingin memperhatikan beberapa tingkah laku sekaligus. Jadi,
42 pengamatan dapat menjadi alat yang ampuh untuk situasi-situasi yang rumit dan untuk perilaku yang kompleks. 5.
Dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik komunikasi lainnya tidak dimungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.
Dalam penelitian ini, observasi yang dilakukan oleh penulis dengan berperan serta langsung terlibat dalam melibatkan diri dalam lingkungan sosial objek penelitian. Menurut Kriyantono (Kriyantono, 2006:111-113) observasi partisipan dilakukan secara tampak dan terbuka (overt-observation), penulis teridentifikasi secara jelas dan selama observasi subjek riset sadar bahwa mereka sedang diobservasi. Observer sebagai partisipan berarti periset merupakan orang luar yang netral (outsider) yang mempunyai kesempatan untuk bergabung dalam kelompok dan berpartisipasi dalam kegiatan dan pola hidup kelompok tersebut sambil melakukan pengamatan.
c. Dokumentasi Metode dokumentasi atau metode pustaka adalah salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam metodologi peneliti sosial untuk menelusuri data historis. Sebagian besar data yang tersedia berbentuk surat, catatan harian, kenang-kenangan, dan laporan. Sifat utama dari bentuk data-data tersebut tidak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang lalu. Kumpulan data bentuk tulisan ini disebut dokumen, dalam arti luas termasuk monumen, artefak, foto, tape, mikrofilm, CD dan hardisk. Secara eksplisit, bahan dokumen berbeda dengan literatur, tetapi kemudian perbedaan antara keduanya hanya dapat dibedakan secara gradual. Literatur adalah bahan-bahan yang diterbitkan, baik secara rutin maupun berkala; sedangkan dokumen adalah informasi yang disimpan atau didokumentasikan sebagai bahan dokumenter. Secara detail, (Bungin, 2012:144-145) bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu : (l) autobiografi; (2) surat-surat pribadi, buku-buku atau catatan harian, memorial; (3) wiping; (4) dokumen pemerintah maupun swasta; (5) cerita roman, cerita rakyat;
43 (6) film, mikrofilm, foto dan sebagainya. Dibandingkan dengan instrumen pengumpulan data lainnya, menyusun format dokumentasi relatif mudah sebab peneliti tinggal membuat blanko yang sesuai guna memasukkan atau memindahkan data relevan dari sumber atau dokumen. Data relevan tersebut, lazimnya telah demikian konkret dan spesifik. Namun, yang patut dipikirkan hanya susunan kolom dan atau baris pada blanko yang hendak dibuat atau disusun sehingga susunannya sederhana, pengisiannya gampang, dan tersedia ruang yang cukup untuk memasukkan data yang relevan. Menurut Faisal dalam penyusunan format dokumentasi perlu dilakukan agar data dari suatu sumber atau dokumen bisa dikumpulkan secara selektif sesuai dengan keperluan penelitian. Dengan adanya format dokumentasi yang telah disiapkan, lalu tinggal mencatat data tertentu yang diperlukan pada format dokumentasi yang telah disusun dan dipersiapkan oleh penelitian. Dengan demikian, pencatatan dokumen bisa lebih sistematis dan terfokus (selektif). Untuk melengkapi dan mendukung penelitian yang telah dilakukan, maka digunakan teknik dokumentasi. Untuk melengkapi dan mendukung penelitian yang telah dilakukan, peneliti juga menggunakan teknik dokumentasi. Dokumentasi tersebut berupa : a. Foto saat melakukan wawancara dengan narasumber b. Foto hasil-hasil kegiatan publisitas publikasi Klinik HKI melalui media massa cetak, khususnya Majalah GEMA c. Foto kegiatan event-event yang diadakan oleh Klinik HKI
3.5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik Analisa Data Kualitatif Model Miles dan Huberman. Pada dasarnya model analisa ini didasarkan pada pandangan paradigmanya yang positivisme. Analisa data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara sudah dilakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah analisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap tertentu, diperoleh data yang dianggap kredibel. Miles dan Huberman (Sugiyono, 2012:246) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
44 interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/ verification. a. Data Reduction (Reduksi Data) Mereduksi data berarti merangkum, memilih, hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telahh direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah dalam pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan kembali. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Tujuan utama dari mereduksi data dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian jika menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian dalam melakukan reduksi data. b. Data Display (Penyajian Data) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data bisa dilakukan dala bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Huberman menyatakan “the most frequent form of display data for qualitative research data in the past hast been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Selanjutnya disarankan, dalam melakukan display data, selain dengan teks yang naratif juga dapat berupa, grafik, matrik, network (jejaring kerja) dan chart. c. Conclusion Drawing/ Verification Langkah ke tiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpuan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat kembali ke lapangan untuk mengumpulkandata, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masala dalam
45 penelitian masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian di lapangan. Kesimpulannya dalam penelitian adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuannya dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih belum jelas menjadi jelas, dapat berupa hubungan atau interaktif, hipotesis atau teori. Kesimpulan dalam kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah diamati menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori. (Kriyantono, 2006: 253)
3.6. Teknik Keabsahan Data Keabsahan data merupakan salah satu syarat mutlak sebuah penelitian. Apapun jenis penelitian yang dilakukan, keabsahan data dapat dijadikan patokan untuk mengukur kualitas penelitian. Penelitian keabsahan data kualitatif biasanya terjadi sewaktu proses pengumpulan data dan analisis maupun penafsiran data. Beberapa jenis-jenis pemeriksaan keabsahan data yang peniliti pergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : (Kriyantono, 2012:71-73). A.
Triangulasi teori Memanfaatkan dua atau lebih teori untuk diadu atau dipadu. Untuk itu diperlukan rancangan riset, pengumpulan data, dan analisis data yang lengkap supaya hasilnya komprehensif.
B.
Triangulasi Metode Usaha mengecek keabsahan data atau mengecek keabsahan temuan riset. Triangulasi metode dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan yang sama. Penelitian ini memakai metode penelitian deskriptif
kualitatif,
observasi, wawancara, dan dokumentasi. C.
Trianggulasi Sumber Membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda. Misalnya, membandingan hasil pengamatan dengan wawancara, membandingkan apa yang dikatakan umum dengan yang dikatakan pribadi.
46 D.
Trianggulasi Waktu Berkaitan dengan perubahan suatu proses dan perilaku manusia, karena perilaku manusia dapat berubah setiap waktu. Karena periset perlu mengadakan observasi tidak hanya satu kali.
E.
Trianggulasi periset Menggunakan lebih dari satu periset dalam mengadakan observasi atau wawancara. Karena masing-masing periset mempunyai gaya, sikap, dan persepsi yang berbeda dalam mengamati fenomena maka hasil pengamatannya bisa berbeda meski fenomenanya sama. Pengamatan dan wawancara dengan menggunakan dua periset akan membuat data lebih absah. Sebelumya, tim perlu mengadakan kesepakatan dalam menentukan kriteria atau acuan pengamatan masing-masing ditemukan.