BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Trichuris trichiura Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak terdapat pada manusia. Diperkirakan sekitar 900 juta orang pernah terinfeksi dengan cacing ini juga cacing tambang dan hanya sedikit di bawah askariasis.5 Cacing jantan panjangnya 30 sampai 45 mm, bagian anterior halus seperti cambuk, bagian ekor melingkar, cacing betina panjangnya 35 sampai 50 mm, bagian anterior halus seperti cambuk, bagian ekor lurus berujung tumpul. Telur T. trichiura berukuran lebih kurang 50 kali 22 mikron, bentuk seperti tempayan dengan kedua ujung menonjol, berdinding tebal dan berisi ovum kemudian berkembang menjadi larva setelah 10 sampai 14 hari.10 Kelembaban tanah dan kelembaban udara juga dapat mempengaruhi perkembangan dan kelangsungan hidup dari telur dan larva. Kelembaban yang lebih tinggi dapat mempercepat perkembangan telur dan pada kelembaban yang rendah sebagian telur T. trichiura tidak akan membentuk embrio.5,11 Penyebaran T. trichiura melalui transmisi faeco-oral. Telur yang dibuahi akan menjadi infektif di tanah selama 10 sampai 14 hari. Tertelannya telur yang dibuahi akan menyebabkan terjadinya infeksi. Kemudian di duodenum larva akan menetas, menembus dan berkembang di mukosa usus halus dan menjadi dewasa di sekum. Siklus ini berlangsung selama lebih
Universitas Sumatera Utara
kurang 3 bulan; cacing dewasa akan hidup selama 1 sampai 5 tahun dan cacing betina dewasa akan menghasilkan 20 000 telur setiap harinya.
12-15
(Gambar 2.1)
Gambar 2.1. Siklus hidup Trichuris trichiura13
Universitas Sumatera Utara
2.2. Epidemiologi Faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang penting dalam proses transmisi,
iklim
tropis
Indonesia
sangat
menguntungkan
terhadap
perkembangan T. trichiura. Indonesia mempunyai empat area ekologi utama terhadap transmisi T. trichiura yaitu dataran tinggi, dataran rendah, kering, dan hujan. Data dari berbagai survei di berbagai tempat di Indonesia menunjukkan bahwa infeksi T. trichiura merupakan masalah di semua daerah di Indonesia dengan prevalensi 35% sampai 75%. Infeksi T. trichiura didasari dengan sanitasi yang inadekuat dan populasi yang padat, umumnya ini dijumpai di daerah kumuh dengan tingkat sosioekonomi yang rendah. Perbedaan prevalensi T. trichiura di daerah perkotaan dan pedesaan menggambarkan
perbedaan
sanitasi
atau
densitas
populasi,
tingkat
pendidikan, serta perbedaan sosioekonomi yang juga berperan penting. 5,8 Anak usia sekolah mempunyai prevalensi yang tinggi terhadap infeksi T. trichiura. Berdasarkan data epidemiologi, anak dengan tempat tinggal dan sanitasi yang buruk dan higienitas yang rendah mempunyai risiko terinfeksi yang lebih tinggi. Pendidikan higienitas yang rendah juga mendukung tingginya infeksi tersebut. Tumpukan sampah dan penyediaan makanan jajanan di lingkungan sekolah juga menjelaskan tingginya prevalensi.1,3,4
Universitas Sumatera Utara
2.3. Gejala Klinis Bagaimana mekanisme pasti bagaimana T. trichiura menimbulkan kelainan pada manusia belum diketahui, tetapi paling tidak ada dua proses yang berperan yaitu trauma oleh cacing dan efek toksik. Trauma (kerusakan) pada dinding usus terjadi oleh karena cacing ini membenamkan bagian kepalanya pada dinding usus. Cacing ini biasanya menetap di daerah sekum. Pada infeksi yang ringan, kerusakan dinding mukosa usus hanya sedikit tetapi dengan masuknya bagian kepala cacing dewasa ke mukosa usus dan menghisap darah, terjadi iritasi dan peradangan mukosa usus, sehingga dapat menimbulkan anemia, dan mudah terinfeksi bakteri atau parasit lain seperti Entamoeba histolytica dan Eschericia coli. Infeksi cacing ini memperlihatkan adanya respons imunitas humoral yang ditunjukkan dengan adanya reaksi anafilaksis lokal, akan tetapi peran imunitas seluler tidak terlihat. Gejala ringan dan sedang adalah anak menjadi gugup, susah tidur, nafsu makan menurun, pada infeksi berat bisa dijumpai nyeri perut, disentri sampai prolapsus rekti.3 Infeksi STH diketahui dapat menyebabkan malnutrisi dan anemia defisiensi besi.13
Penelitian di Zanzibar menunjukkan hubungan antara
infeksi cacing dengan pertumbuhan yaitu didapati peningkatan berat badan yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang tidak terinfeksi.14 Kurangnya nutrisi dan infeksi parasit umum mempunyai ritme yang
Universitas Sumatera Utara
berhubungan dengan usia. Kekurangan nutrisi biasanya lebih berat pada anak yang lebih kecil, dan suplementasi makanan lebih berhasil pada anak usia kurang dari 2 tahun.16
2.4. Diagnosis Infeksi T. trichiura ditegakkan dengan menjumpai telur dalam feses ataupun cacing dewasa pada feses. Pemeriksaan yang direkomendasikan adalah pemeriksaan sampel feses dengan teknik hapusan tebal kuantitatif Kato-Katz. Metode ini dapat mengukur intensitas infeksi secara tidak langsung dengan menunjukkan jumlah telur per gram feses.4 Infeksi dapat tidak terdeteksi jika menggunakan metode diagnosis yang kurang sensitif, seperti hapusan tipis tinja direk, dan jika konsentrasi telur di feses terlalu rendah. Pada suatu studi di Bangladesh, terdapat 8% infeksi T. trichiura yang tidak terdeteksi ketika didiagnosis menggunakan metode
sedimentasi
eter
dibandingkan
dengan
diagnosis
dengan
memberikan obat antihelmintik yang efektif.8
2.5. Penatalaksanaan WHO memberikan empat daftar anthelmintik yang esensial dan aman dalam penanganan dan kontrol STH, yaitu albendazole, mebendazole, levamisole, dan pyrantel pamoate. Jika diberikan secara reguler pada komunitas yang terinfeksi,
obat-obat
ini
efektif
dalam
mengontrol
morbiditas
yang
Universitas Sumatera Utara
berhubungan dengan infeksi cacing yang endemik. Berdasarkan meta analisis dari sembilan uji plasebo-kontrol, pemberian albendazole dalam penanganan infeksi T. trichiura didapati angka penurunan telur sebesar 0% sampai 89,7%.5 ( Tabel 2.1) Tabel 2.1. Studi observasi dan studi kasus dengan albendazole oral dosis tunggal pada infeksi Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura dan cacing tambang5 Obat
Parasit
Jumlah Studi
Albendazole (400 mg)
Jumlah
Angka
Individu
Kesembuhan, %
A. lumbricoides
65
5126
93,9
T. trichiura
64
5147
43,6
Cacing tambang
64
6334
78,4
Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan di Thailand ditemukan bahwa pengobatan dengan albendazole 400 mg selama 3 atau 5 hari menunjukkan penurunan
telur
T.
trichiura
yang
bermakna
dibandingkan
dengan
penggunaan 400 mg single dose.8 Golongan benzimidazole telah menunjukkan aktivitasnya secara in vitro ataupun in vivo pada hewan dan manusia terhadap spesies cacing. Mekanisme kerjanya adalah dengan mengganggu biokimia dari nematoda yang rentan. Obat tersebut bekerja secara selektif dan ireversibel dalam
Universitas Sumatera Utara
menurunkan atau menghambat pengambilan glukosa pada parasit, sehingga mengganggu berbagai stadium perkembangannya. Akibatnya cadangan glikogen menjadi habis, sehingga terjadi penurunan atau gangguan dalam produksi adenosine triphosphate (ATP), dan mencapai tahap di mana kadar energi yang inadekuat menyebabkan parasit tidak dapat hidup. Akibatnya terjadi paralisis yang disebabkan habisnya sumber energi eksogen, yang berdampak matinya parasit. Kerja ini berbeda dengan antihelmintik non benzimidazole yang bekerja melalui jalur neuromuskular parasit dan menyebabkan paralisis. Uji eksperimental telah menunjukkan bahwa golongan benzimidazole tidak saja membunuh stadium dewasa dari nematoda tetapi juga membunuh atau mensterilkan telur dan larva. 6,9,12 Albendazole tersedia dalam bentuk tablet kunyah dan cairan. Albendazole tersedia dalam sediaan 200 mg dan 400 mg. Absorbsi obat ini di saluran cerna tidak baik sehingga obat ini bekerja langsung terhadap cacing.15 Berdasarkan hasil studi meta analisis, albendazole ditoleransi dengan baik. Pada 11 studi yang menggunakan albendazole, tidak ada dilaporkan efek samping yang signifikan setelah pemberian albendazole. Satu studi di Phillippina melaporkan adanya mual dan diare pada 2 dan 1 individu. 11 Anak mempunyai prevalensi tertinggi terhadap infeksi T. trichiura, dan anak umumnya defekasi sembarangan di tempat terbuka, sehingga anak merupakan penyebab utama kontaminasi terhadap lingkungan. Penurunan
Universitas Sumatera Utara
infeksi cacing di masyarakat berlangsung lambat dapat disebabkan oleh higienitas lingkungan yang buruk.18 Dalam hal ini pengobatan yang dilakukan tidak mempunyai efek yang signifikan dalam mengurangi kontaminasi lingkungan dari telur T. trichiura.19 Albendazole diketahui dapat menimbulkan perubahan
telur
yang
kontak
dengan
obat
ini
dan
menyebabkan
berkurangnya kemungkinan transmisi. Pemilihan antihelmintik yang tepat, yang mempunyai efek vermisidal, larvasidal dan ovisidal penting dalam upaya penurunan transmisi. Hal ini dapat dilihat dengan menurunnya angka reinfeksi dan infeksi baru di masyarakat.9,20,21
Universitas Sumatera Utara
2.6. Kerangka Konseptual Albendazole 400 mg
Intraluminal
Menghalangi Polimerisasi Tubulin
Gangguan Uptake Glukosa
Sel Parasit (Cacing Dewasa, Larva, Telur) PEMBERIAN 5 dan 7 HARI BERTURUT Waktu kontak Bertambah
Trichuris trichiura
PENURUNAN PRODUKSI TELUR
: yang diamati dalam penelitian
Universitas Sumatera Utara