BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Pustaka
Rudy Setiawan (2005) meneliti tentang kelayakan pembangunan gedung parkir dan analisis Willing To Pay di Universitas Kristen Petra. Analisis bertujuan untuk mengetahui kelayakan pembangunan gedung parkir dan mengetahui WTP mahasiswa terhadap alternatif parkir dan sistem tarif parkir. Dalam penelitian tersebut
digunakan
Survey
Lincense
Plate
dan
penyebaran
kuisioner.
Diindikasikan BEP akan tercapai setelah 32 tahun dan alternatife dengan sistem tarif harian lebih diminati oleh mahasiswa dan faktor jurusan mempunyai pengaruh terhadap pemilihan alternatif parkir.
Rahayu Widhiastuti, dkk (2013) meneliti tentang evaluasi dan analisis kebutuhan ruang parkir di Kampus Politeknik Negeri Pontianak. Evaluasi dan analisis tersebut bertujuan untuk mengetahui kebutuhan parkir kendaraan serta model bangkitan parkir untuk tata guna lahan di Kampus Polnep. Metode analisis yang digunakan adalah Analisis Matematis dan Analisis Statistik. Dari hasil analisis matematis didapat ketersediaan Satuan Ruang Parkir (SRP) sepeda motor dan mobil kurang dari yang dibutuhkan dan dari analisis statistik didapat persamaan linier untuk permodelan Y = 0,205 - 0,110X1 + 0,072X2 + 0,117X3 + 1,430X4. Anda Ferwira, dkk (2013) menganalisis kebutuhan ruang parkir terintegrasi untuk FIB, FH, dan FISIP UNDIP Kampus Tembalang Semarang. Analisis tersebut bertujuan mengevaluasi kebutuhan ruang parkir existing dan untuk merencanakan penambahan kapasitas ruang parkir yang ada. Metode analisis kebutuhan parkir yang digunakan adalah metode selisih maksimum akumulatif kedatangan dan keluaran. Dari hasil analisis diperoleh kebutuhan ruang parkir untuk 5 tahun mendatang adalah 273 SRP mobil dan 2456 SRP motor melebihi kapasitas yang
4
5
tersedia, untuk itu di rekomendasikan pembangunan gedung parkir yang terintegrasi.
Sulfah Anjarwati (2012) menganalisis kebutuhan luas parkir Kampus I Universitas Muhammadiyah Purwokerto berdasarkan jumlah mahasiswa. Tujuan analisis peneliti adalah untuk mengetahui berapa kebutuhan luas parkir yang ada berdasarkan jumlah mahasiswa dan memetakan pola dan sirkulasi parkir di area parkir yang ada. Kebutuhan ruang parkir pada penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir yang di keluarkan oleh Departemen Perhubungan, Direktur Perhubungan Darat yang untuk keperluan kegiatan pendidikan universitas bersadarkan jumlah mahasiswa. Dari hasil analisis diketahui bahwa petak parkir di Kampus I Universitas Muhammadiyah Purwokerto masih cukup memadai yaitu 761 SRP motor menggunakan 80% ruang yang tersedia dan 25 SRP mobil menggunakan 20% ruang parkir yang tersedia.
I Nyoman Sugita (2011) mengkaji kelayakan finansial pembangunan gedung parkir Universitas Udayana di jalan Sudirman Denpasar.Tesis ini bertujuan menganalisis karakteristik parkir, kebutuhan ruang parkir dan kelayakan finansial pembangunan gedung parkir di Universitas Udayana di Jalan Sudirman Denpasar.Metode yang digunakan adalah metode analisis kebutuhan parkir dan pengendalian parkir. Dari kajian tesis didapat karakteristik parkir kendaraan untuk motor rata-rata lama parkir 2,675 jam/kendaraan; jumlah petak parkir yang tersedia 940 kendaraan dengan kapasitas 351 kend/jam sehingga kapasitas tersebut tidak bisa menampung permintaan parkir sebesar 702 kend/jam, untuk mobil rata-rata lama parkir 1,8279 jam/kend; jumlah petak parkir yang tersedia 309 kendaraan dengan kapasitas 209 kend/jam sehingga kapasitas tersebut tidak bisa menampung permintaan parkir sebesar 315 kend/jam. Akumulasi maksismum kebutuhan parkir didapat untuk sepeda motor 1.880 stall dan mobil 529 stall. Didapat juga BEP sebesar 1,1789 dari kenaikan tarif kendaraan parkir Rp 1000 untuk motor dan Rp 2000 untuk mobil maka pembangunan gedung parkir menjadi layak karena BEP > 1.
6
Penelitian yang akan dilakukan adalah melakukan analisis kelayakan finansial terhadap rencana pembangunan gedung parkir UNS. Perbedaan dari peneliti sebelumnya adalah penelitian lebih berfokus pada kelayakan finansial dan tempat penelitian yang dilakukan di UNS. Persamaan dengan Rudy Setiawan (2005) pada survey yang dilakukan survey license plate dan perhitungan BEP; Rahayu Widhiastuti, dkk (2013) pada analisis matematis untuk menghitung ketersediaan SRP; Anda Ferwira, dkk (2013) pada akumulasi parkir; Surfah Anjarwati (2012) pada penggunakan Pedoman Teknis Penyelengaraan Fasilitas Parkir yang dikeluarkan oleh Departemen Perhubungan Direktur Perhubungan Darat; dan tesis I Nyoman Sugita (2011) pada pengkajian kelayakan finansial pembangunan gedung parkir di kampus.
7
Tabel 2.1. Rangkuman Kajian Pustaka No
Penelitian
Tanggal Publikasi
Topik
Rumusan Masalah /Tujuan Penelitian
Lokasi
Variabel yang diteliti
Metode Analisis
Hasil/ Kesimpulan
1
Rudy Setiawan
2005
Studi kelayakan pembangunan gedung parkir dan analisis „willingness to pay’ : Studi Kasus di Universitas Kristen Petra
Menganalisis kelayakan pembangunan gedung parkir dan mengetahui Willing To Pay (WTP) mahasiswa terhadap alternative parkir dan system tarif parkir.
Universitas Kristen Petra, Surabaya
Break Even Point (BEP) dan Benefit-Cost Ratio (B/C ratio)
Survey license plate dan penyebaran kuisioner
BEP akan tercapai setelah 32 tahun dengan B/C ratio = 2,93 (Alternatif I) dan 2,56 (Alternatif II). Hasil analisa WTP mengindikasikan bahwa Alternatif I dengan sistem tarif harian lebih diminati oleh mahasiswa dan faktor jurusan mempunyai pengaruh terhadap pemilihan alternatif parkir.
2
Rahayu Widhiastui, dkk
Juni 2013
Evaluasi Analisis Kebutuhan Ruang Parkir di Kampus Politeknik Negeri Pontianak
mengetahui kebutuhan parkir kendaraan serta model bangkitan parkir untuk tata guna lahan di Kampus Polnep
Politeknik Negeri Pontianak
akumulasi parkir, durasi parkir, tingkat pergantian parkir, kapasitas parkir dan indeks parkir
Analisis Matematis dan Analisis Statistik
Hasil analisis matematis didapat ketersediaan SRP sepeda motor dan mobil kurang dari yang dibutuhkan dan dari analisis statistik didapat persamaan linier untuk permodelan Y = 0,205 0,110X1 + 0,072X2 + 0,117X3 + 1,430X4.
3
Anda Ferwira, dkk
2013
Analisis kebutuhan ruang parkir terintegrasi untuk FIB, FH, dan
Mengevaluasi kebutuhan ruang parkir eksisting dan untuk merencanakan
UNDIP Semarang
Kapasitas parkir
metode selisih maksismum akumulatif
hasil analisis diperoleh kebutuhan ruang parkir untuk 5 tahun mendatang
8
No
Penelitian
Tanggal Publikasi
Topik
Rumusan Masalah /Tujuan Penelitian
FISIP UNDIP Kampus Tembalang Semarang
penambahan kapasitas ruang parkir yang ada
Lokasi
Variabel yang diteliti
Metode Analisis
Hasil/ Kesimpulan
kedatangan dan keluaran.
adalah 273 SRP mobil dan 2456 SRP motor melebihi kapasitas yang tersedia, untuk itu di rekomendasikan pembangunan gedung parkir yang terintegrasi.
4
Sulfah Anjarwati
2012
menganalisis kebutuhan luas parkir kampus I Universitas Muhammadiyah Purwokerto bedasarkan jumlah mahasiswa
mengetahui berapa kebutuhan luas parkir yang ada berdasarkan jumlah mahasiswa dan memetakan pola dan sirkulasi parkir di area parkir yang ada
Universitas Muhammadiya h Purwokerto
Kebutuhan ruang parkir, jumlah mahasiswa,
Kebutuhan ruang parkir pada penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir yang di keluarkan oleh Departemen Perhubungan, Direktur Perhubungan Darat
petak parkir di kampus I Universitas Muhammadiyah Purwokerto masih cukup memadai yaitu 761 SRP motor menggunakan 80% ruang yang tersedia dan 25 SRP mobil menggunakan 20% ruang parkir yang tersedia.
5
I Nyoman Sugita
2011
Kajian Kelayakan Finansial Pembangunan Gedung Parkir Universitas Udayana di Jalan Sudirman Denpasar
menganalisis karakteristik parkir, kebutuhan ruang parkir dan kelayakan finansial pembangunan gedung parkir
Universitas Udayana, Bali
data pencatatan nomor plat kendaraan yang parkir dan inventarisasi fasilitas parkir
Metode Analisis Kebutuhan Parkir dan pengendalian parkir
Kapasitas tidak mampu menampung 702 kend/jam motor dan 315 kend/jam. Kebutuhan parkir 1880 stall parkir motor dan 529 stall parkir mobil. Dari kenaikan tarif Rp 1000 untuk motor dan Rp 2000 untuk mobil didapat BEP
9
No
Penelitian
Tanggal Publikasi
Rumusan Masalah /Tujuan Penelitian
Topik
Lokasi
Variabel yang diteliti
Metode Analisis
Hasil/ Kesimpulan sebesar 1,1789 lebih dari 1 maka pembangunan gedung parkir menjadi layak
6
Penelitian yang Dilakukan
Analisis Kelayakan Finansial Gedung Parkir UNS
1.
2.
Mendapatkan karakteristik parkir kendaraan di kampus UNS. Untuk mengetahui kelayakan finansial pembangunan gedung parkir UNS
Universitas Sebelas Maret, Surakarta
Volume, Akumulasi, Durasi
Metode Analisis kebutuhan parkir dan analisis finansial
10
2.2. Landasan Teori
2.2.1.
Hubungan Parkir dan Tata Guna Lahan
Dalam prakiraan parkir perencanaan parkir merupakan salah satu aspek yang dibutuhkan. Berdasarkan luas lahan yang dipergunakan atau aktivitas lahan tersebut, kebutuhan parkir suatu bagunan atau lahan dapat diperkirakan. Departemen Perhubungan Indonesia mengeluarkan hubungan parkir dan tata guna lahan seperti pada Tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1 Kebutuhan Ruang Parkir Peruntukan
SRP untuk mobil
Kebutuhan Ruang
penumpang
Parkir (SRP)
Pertokoan
SRP/100m2 luas lantai
3,5 – 7.5
Pasar Swalayan/Pasar
efektif
3,5 – 7,5
Kantor Pelayanan Umum
SRP/100m2 luas lantai
1,5 – 3,5
Pelayanan Non Umum
efektif
1,5 – 3,5
Sekolah
SRP/Mahasiswa
0,7 – 1,0
Hotel
SRP/Kamar
0,2 – 1,0
Rumah Sakit
SRP/Tempat Tidur
0,2 – 1,0
Bioskop
SRP/Tempat Duduk
0,1 – 0,4
Ket : SRP = Satuan Ruang Parkir Sumber : Abubakar, 1998
2.2.2. Karakteristik Parkir Saat merencanakan suatu lahan parkir sangat diperlukan informasi mengenai karakteristik parkir wilayah atau daerah yang ditinjau. Beberapa parameter karakteristik parkir yang harus diketahui adalah :
11
a. Durasi Parkir Informasi ini sangat diperlukan untuk mengetahui lama waktu kendaraan parkir, diperoleh dengan cara mengamati waktu kendaraan masuk dan waktu kendaraan keluar. Selisih dari waktu tersebut adalah durasi parkir. Rata-rata lamanya parkir dipergunakan rumus sebagai berikut (Oppenlender, 1976): (2.1) Dimana : Nx
= Jumlah kendaraan dalam interval waktu x
X
= Interval waktu ke x
Nt
= Jumlah total kendaraan selama waktu survey
b. Akumulasi Parkir Informasi ini adalah untuk mengetahui jumlah kendaraan yang sedang berada pada suatu lahan parkir pada selang waktu tertentu (Hobbs, 1979). Informasi diperoleh dengan cara menjumlahkan kendaraan yang telah menggunakan lahan parkir ditambah dengan kendaraan yang masuk serta dikurangi dengan kendaran yang keluar.
c. Volume parkir Jumlah kendaraan yang telah menggunakan suatu lahan parkir tertentu dalam satuan waktu tertentu/lama survey (Hobbs, 1979).
d. Kebutuhan petak Parkir Kebutuhan petak parkir merupakan turunan dari Indeks Parkir dan Kapasitas Parkir. Hal tersebut dapat di diperhitungan dengan rumus 2.2 berikut:
(2.2)
12
2.2.3. Satuan Ruang Parkir (SRP)
Menurut Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : 272/HK.105/DRJD/1996, SRP adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan kendaraan ( mobil penumpang, bus/truk, atau sepeda motor ), termasuk ruang bebas dan lebar buka pintu. Mobil penumpang Golongan I dibedakan atas bukaan pintu mobil untuk pekerja kantoran, universitas dan kantor pemerintah, Golongan II untuk olahragawan, pusat hiburan, hotel, rumah sakit dan bioskop serta Golongan III untuk penyandang cacat, karena membutuhkan pintu terbuka sangat lebar. Tabel 2.2 berikut ini adalah table penentuan ukuran Satuan Ruang Parkir.
Tabel 2.2 Satuan Ruang Parkir No 1
Jenis Kendaraan
Satuan Ruang Parkir ( m 2 )
Mobil Penumpang GOL I
2,30 x 5,00
Mobil Penumpang GOL II
2,50 x 5,00
Mobil Penumpang GOL III
3,00 x 5,00
2
Bus/Truk
3,40 x 12,5
3
Sepeda Motor
0,75 x 2,00
Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir
Berikut adalah Gambar 2.1 Satuan Ruang Parkir untuk kendaraan roda 2 (dua) menurut ketentuan Departemen Perhubungan RI. Ukuran panjang dan lebar adalah 2 meter x 0m75 meter.
13
Gambar 2.1. Satuan Ruang Parkir untuk Sepeda Motor (dalam meter) Sumber : Pedoman Teknis Penyelenggaraan Fasilitas Parkir
2.2.4. Gedung Parkir
Desain parkir menggunakan gedung parkir menurut Direktur Jenderal Perhubungan, 1996 memiliki Kriteria sebagai berikut : 1) tersedia tata guna lahan; 2) memenuhi persyaratan konstruksi dan perundang -undangan yang berlaku 3) tidak menimbulkan pencemaran lingkungan 4) memberikan kemudahan bagi pengguna jasa.
Tata letak Gedung Parkir menurut Direktur Jenderal Perhubungan, 1996 dapat diklasifikasikan sebagai berikut : a. Lantai datar dengan jalur landai luar (external ramp) Daerah parkir terbagi dalam beberapa lantai rata (datar) yang dihubungkan dengan ramp. Lihat pada Gambar 2.2a. b. Lantai terpisah. Gedung parkir dengan bentuk lantai terpisah dan berlantai banyak dengan ramp yang ke atas digunakan untuk kendaraan yang masuk dan ramp yang tirim digunakan untuk kendaraan yang keluar (Gambar 2.2b, 2.2c dan 2.2d). Selanjutnya Gambar 2.2c dan 2.2d menunjukkan jalan masuk dan keluar tersendiri (terpisah), serta mempunyai jalan masuk dan jalan keluar yang lebih
14
pendek. Gambar 2.2b menunjukkan kombinasi antara sirkulasi kedatangan (masuk) dan keberangkatan (keluar). Ramp berada pada pintu keluar; kendaraan yang masuk melewati semua ruang parkir sampai menemukan tempat yang dapat dimanfaatkan. Pengaturan gunting seperti itu memiliki kapasitas dinamik yang rendah karena jarak pandang kendaraan yang datang agak sempit. c. Lantai Gedung yang berfungsi sebagai ramp Pada Gambar 2.2e sampai dengan 2.2g terlihat kendaraan yang masuk dan parkir pada gang sekaligus sebagai ramp. Ramp tersebut berbentuk dua arah. Gambar 2.2e memperlihatkan gang satu arah dengan jalan keluar yang lebar. Namun, bentuk seperti itu tidak disarankan untuk kapasitas parkir lebih dari 500 kendaraan karena akan mengakibatkan alur tempat parkir menjadi panjang. Pada Gambar 2.2f terlihat bahwa jalan keluar dimanfaatkan sebagai lokasi parkir, dengan jalan keluar dan masuk dari ujung ke ujung. Pada Gambar 2.2g letak jalan keluar dan masuk bersamaan. Jenis lantai ber-ramp biasanya di buat dalam dua bagian dan tidak selalu sesuai dengan lokasi yang tersedia. Ramp dapat berbentuk oval atau persegi, dengan gradien tidak terlalu curam, agar tidak menyulitkan membuka dan menutup pintu kendaraan.Pada Gambar 2.2h plat lantai horizontal, pada ujung-ujungnya dibentuk menurun ke dalam untuk membentuk sistem ramp. Umumnya merupakan jalan satu arah dan dapat disesuaikan dengan ketersediaan lokasi, seperti polasi gedung parkir lantai datar d. Tinggi minimal ruang bebas lantai Gedung Parkir adalah 2,5 m
15
Gambar 2.2. Pola Gedung Parkir Sumber: Direktur Jenderal Perhubungan, 1996
16
2.2.5. Analisis Kebutuhan Parkir
Kebutuhan ruang parkir adalah jumlah tempat yang dibutuhkan untuk menampung kendaraan yang membutuhkan tempat parker berdasarkan fasilitas dan fungsi dari sebuah tata guna lahan (I Nyoman Sugita, 2011). Pada prinsipnya tujuan pemarkir dapat dibedakan menurut jenis kegiatan seperti : 1. Kelompok pemarkir dengan tujuan kerja. Kelompok ini umumnya terdiri dari karyawan atau karyawati yang bekerja pada daerah studi. 2. Kelompok pemarkir dengan tujuan berkunjung. Kelompok pemarkir terdiri dari orang-orang yang bertujuan untuk mengunjungi daerah studi. Analisis
perparkiran
memerlukan
penggabungan
faktor
yang
saling
mempengaruhi, kebutuhan tersebut saling terkait seperti : a. Perkembangan aktivitas b. Pertumbuhan penduduk dan pendaftaran kendaraan bermotor c. Kecendrungan pertumbuhan luas suatu bangkitan. d. Kebijakan umum yang menyangkut parkir, tarif dan transit umum.
2.2.6. Tarif Parkir
Tarif Parkir adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh pemilik kendaraan selama memarkirkan kendaraannya pada suatu lahan parkir tertentu misalnya seperti taman parkir atau gedung parkir. Dan sistem pentarifan parkir dapat dibedakan sebagai berikut : a. Sistem Tetap Yaitu dimana sistem biaya parkir tidak membedakan lama waktu parkir suatu kendaraan. b. Sistem berubah sesuai waktu (progresif) Yaitu sistem dimana biaya parkir memperhatikan lama waktu parkir suatu kendaraan.
17
c. Sistem Kombinasi. Yaitu sistem tarif parkir yang mengkombinasikan sistem tetap dan sistem berubah sesuai waktu. Dalam penelian ini tarif parkir diasumsikan atau belum ada ketentuan pasti.
2.2.7. Kebijakan Parkir
Dalam kebijakan parkir ada hal yang perlu dipertimbangkan (Khisty, 2003), antara lain: a. Menemukan suatu kesepakatan antara yang banyaknya ruang yang diperuntukan bagi ruang parkir dan peruntukan bagi kendaraan yang bergerak. b. Membuat perbedaan untuk parkir barang, parkir jangka pendek dan parkir jangka panjang. c. Merencanakan pelataran parkir dimana jalan keluar masuk terpisah agar tidak terjadi konflik. d. Memastikan bahwa kebijakan parkir dan kebijakan angkutan umum saling melengkapi. e. Membatasi ruang parkir dan memgendalikan tata guna lahan. f. Mengendalikan kebijakan penyediaan dan kebutuhan parkir melalui mekanisme pajak, dengan mendorong parkir singkat dan mempersulit parkir lama.
2.2.8. Studi Kelayakan
Studi kelayakan adalah pengkajian yang bersifat menyeluruh dan mendalam dari segala aspek kelayakan proyek. Studi kelayakan harus dapat memberikan hasil analisa secara kuantitatif manfaat yang akan diperoleh dibandingkan dengan sumber dana yang diperlukan. Aspek teknis, aspek manajemen operasional, aspek ekonomi dan finansial, aspek manfaat dan aspek-aspek lainnya adalah aspek studi kelayakan yang perlu ditinjau. Maksud dan tujuan studi kelayakan pada penelitian ini adalah agar proyek atau pengadaan gedung parkir layak dikerjakan dan dapat
18
dilanjutkan karena terbatasnya sumber-sumber yang tersedia dan dapat dipertanggung jawabkan secara financial maupun manfaatnya.
2.2.9. Analisis Kelayakan Finansial
Analisa kelayakan finansial adalah landasan untuk menentukan sumber daya finansial yang diperlukan untuk tingkat kegiatan tertentu dan laba yang bisa diharapkan. Kebutuhan finansial dan pengembalian (return) bisa sangat berbeda, tergantung pada pemilihan alternatif yang ada bagi sebagian besar usaha baru (Joxyt,2013). Analisis kelayakan finansial bertujuan untuk mengertahui perkiraan dalam hal pendanaan dan aliran kas, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya suatu proyek atau kegiatan yang dijalankan. Menurut Husnan Suwarsono (2000) analisis finansial merupakan suatu analisis yang membandingkan antara biaya dan manfaat
untuk menentukan
apakah suatu
proyek atau
kegiatan
akan
menguntungkan selama umur proyek atau kegiatan.
2.2.10. Biaya (Cost) Menurut Kodoatie (1995), biaya dikelompokkan menjadi : a. Biaya Modal (capital cost), adalah jumlah semua pengeluaran yang dibutuhkan mulai dari dari prastudi sampai proyek selesai dibangun. b. Biaya tahunan c. Biaya yang masih diperlukan sepanjang umur proyek yang merupakan biaya tahunan, terdiri dari : 1.
Suku bunga Suku bunga akibat terjadinya perubahan biaya modal karena adanya tingkat suku bunga selama umur proyek.Biaya bunga ini merupakan yang terbesar yang diperhitungkan terhadap modal.
2.
Depresiasi atau Amortiasi Depresiasi adalah turunya atau penyusutan suatu harga atau nilai dari sebuah benda karena pemakaian. Amortiasi adalah pembayaran dalam suatu periode tertentu (tahunan) sehingga utang yang ada akan terbayar lunas.
19
3. Biaya operasi dan Pemeliharaan Agar umur proyek dapat dipenuhi sesuai dengan yang direncanakan, maka diperlukan biaya operasi dan pemeliharaan.
Investasi pada hakekatnya adalah penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa mendatang. Investasi yang dimaksudkan pada penelitian ini adalah Investasi diasumsikan pada aspek financial dan aspek manfaat/benefit pembangunan gedung parkir Kampus Universitas Sebelas Maret Surakarta berdasarkan asumsi jumlah investasi diambil dari gedung parkir sepeda motor yang sudah ada di UMS.
2.2.11. Benefit/Manfaat/Pendapatan
Benefit tidak hanya berasal dari segi biaya tapi juga dari keuntungan selain keuntungan finansial yang didapat. Dari aspek finansial, biaya produksi bervariasi langsung dengan perubahan volume produksi sedangkan biaya lainnya tidak berubah terhadap jumlah produksi. Oleh karena itu manajemen perlu memperhatikan
beberapa
kecenderungan
biaya
tersebut
untuk
dapat
merencanakan dan mengendalikan efek biaya terhadap volume produksi (Giatman, 2006).
Biaya Produksi dalam penelitian ini adalah hasil jumlah kendaraan yang masuk ke gedung parkir dikalikan dengan tarif parkir yang berlaku dengan ketentuan manajemen yang dipakai yaitu dengan mempergunakan tarif tetap ataupun tarif progresif atau keduanya atau tanpa tarif.
2.2.12. Bunga
Bunga (interest) adalah sejumlah uang yang dibayarkan akibat pemakaian uang pinjaman sebelumnya. Besarnya bunga adalah selisih antara jumlah hutang yang dibayar dengan utang semula. Atau Bunga sama dengan jumlah utang sekarang dikurangi jumlah pinjaman semula (I Nyoman Sugita, 2011).
20
Tingkat suku bunga merupakan rasio antara bunga yang dibebankan per periode waktu dengan jumlah uang yang dipinjam awal periode dikalikan 100%. Bunga ini terjadi dikarenakan adanya konsep nilai uang terhadap waktu, dimana nilai uang berubah bersamaan dengan perubahan waktu (I Nyoman Sugita, 2011).
(2.7)
2.2.13. Kriteria Penilaian Investasi
Dalam analisis finansial ada beberapa kriteria yang digunakan dalam menentukan diterima atau tidaknya suatu usulan investasi. Dalam semua kriteria itu, baik manfaat (benefit), maupun biaya (cost) dinyatakan dalam nilai sekarang (Present Net Vlue), dan masing masing kriteria mempunyai keunggulan dan kelemahan (Giatman, 2006). Terdapat beberapa metode dalam mengevaluasi kelayakan investasi yang umum dipakai antara lain : Metode Net Present Value (NPV), dan Metode Benefit Cost Ratio (BCR). Berikut ini adalah penjelasan mengenai NPV, dan BCR :
a. Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) adalah nilai sekarangdari keuntungan bersih (manfaat neto tambahan) yang akan diperoleh pada masa mendatang, (Gittinger, 1986), dalam penelitian ini merupakan selisih antara nilai sekarang investasi gedung parkir dengan nilai sekarang penerimaanpenerimaan kas bersih di masa yang akan datang. Dimana untuk menghitung nilai sekarang perlu ditentukan dulu tingkat bunga yang dianggap relevan. Apabila nilai sekarang penerimaan kas yang akan datang lebih besar dari nilai sekarang investasi, maka keadaan ini dikatakan menguntungkan/ diterima, namun jika lebih kecil maka investasi tersebut ditolak. Nilai NPV dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Giatman, 2006) :
21
(2.2)
Dimana :
NPV
CFt
= Cash Flow utuh ( benefit + cost )
FBP
= Faktor bunga present.
0 , maka investasi menguntungkan
NPV < 0 , maka investasi tidak menguntungkan
b.
Benefit Cost Ratio Merupakan perbandingan antara manfaat bersih dari tahun yang bersangkutan yang telah dinilai sekarang, Pada penelitian ini BCR digunakan membandingkan antara keuntungan dan kerugian yang kemungkinan ditimbulkan akibat pengadaan gedung parkir berdasarkan nilai investasi asumsi. Dalam kriteria ini dibedakan tahun-tahun dimana terdapat net benefit yang positif dan tahun-tahun dimana net benefit bersifat negatif. Jadi Benefit Cost Ratio adalah Net Benefit Positif dibagi Net Benefit Negatif yang didapat dan dihitung dengan rumus sebagai berikut (Giatman, 2006)
(2.9)
Dimana:
Cbt
= Cash flow benefit /keuntungan di tahun„t‟
Cct
= Cash flow cost / biaya di tahun „t‟
i
= discount rate / suku bungan (% per tahun)
n
= umur rencana
FBP
= faktor bunga present
BCR ≥ 1, maka investasi layak (feasible) BCR < 1 , maka investasi tidak layak (unfeasible)
22
a. Internal Rate of Return Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat suku bunga (discount rate) yang dapat membuat harga NPV dari nilai proyek gedung parkir bernilai 0, atau BC Ratio sama dengan 1 (satu). Dalam perhitugan IRR, diasumsikan bahwa setiap benefit netto tahun secara otomatis ditanam kembali dalam tahun berikutnya, dan memperoleh Rate of Return yang sama dengan investasi yang dilakukan sebelumnya. Besar IRR dicari dengan metode Trial and Error, pertama ditetapkan satuan “i” yang diperlukan mendekati IRR. Jika nilai perhitungan memberikan nilai NPV yang negatif berarti sudah lebih besar dari IRR, kalau hal ini sudah dicapai, selanjutnya diadakan interpolasi antara discount rate yang tertinggi (masih memberikan nilai positif) dan discount rate yang rendah yang memberikan nilai NPV negatif sehingga nilai yang diperoleh sebesar 0. Kriteria IRR ini memberikan pedoman bahwa usaha atau investasi yang akan dipilih yang mana dalam penelitian ini yaitu pengadaan gedung parkir dapat diterima apabila lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku (IRR ≥ i) dan apabila IRR lebih kecil dari tingkat suku bunga, maka usaha tersebut tidak layak dilakukan. maka dapat dilakukan penghitungan IRR dengan rumus berikut:
-
-
(Analisa Proyek, 1988)
Dimana: i1
= Nilai discount rate yang tertinggi
i2
= Nilai discount rate yang terendah
NPV1
= NPV discount rate yang tertinggi
NPV2
= NPV discount Rate yang terendah