BAB 2 Pendekatan Manajemen dalam penerapan MPKP (Management Approach)
Setelah mempelajari bagian ini diharapkan mahasiswa mampu : 1) Menjelaskan fungsi perencanaan (Management Approach) dengan benar 2) Menjelaskan kegiatan dalam perencanaan di ruang keperawatan dengan benar 3) Menjelaskan kegiatan dalam pengorganisasian di ruang MPKP dengan benar 4) Membuat struktur organisasi dalam model pemberian asuhan keperawatan diruang MPKP 5) Memahami Job description perawat di ruang MPKP 6) Membuat daftar dinas perawat diruang MPKP berdasarkan ketergantungan klien 7) Menjelaskan kegiatan dalam pengarahan di ruang MPKP 8) Menjelaskan program pemberian motivasi di ruang MPKP 9) Menjelaskan program manajemen konfliks di ruang MPKP 10) Menjelaskan program supervise di ruang MPKP 11) Menjelaskan program pendelegasian di ruang MPKP 12) Menjelaskan operan dalam di ruang MPKP 13) Menjelaskan pre dan post conferment dalam di ruang MPKP 14) Menjelaskan ronde keperawatan dalam di ruang MPKP 15) Menjelaskan fungsi pengendalian di ruang MPKP 16) Menghitung indikator mutu diruangan MPKP
Pendekatan manajemen (khususnya manajemen keperawatan ) merupakan salah satu nilai profesional yang diperlukan dalam mengimplementasikan praktek keperawatan profesional. Pendekatan manajemen (khususnya manajemen keperawatan) merupakan salah satu nilai profesional yang diperlukan dalam mengimplementasikan praktek keperawatan profesional. Menurut Gillies (1986), manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staff keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Seorang manajer keperawatan perlu melakukan fungsi-fungsi manajemen dalam memberikan perawatan kesehatan kepada klien. Perawat manajer (administrator) bekerja pada semua tingkat untuk melaksanakan konsep-konsep, prinsip-prinsip, teori-teori manajemen keperawatan. Mereka mengatur
lingkungan organisasi untuk menciptakan suasana
optimal
bagi persyaratan pengawasan
keperawatan oleh perawat-perawat klinis. Perawat-perawat klinis mengatur seleksi sumber daya manusia dan materi dan memberikan masukan tambahan kedalam proses manajemen. Tugas manajer keperawatan adalah merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi keuangan yang ada, peralatan dan sumber daya manusia untuk memberikan pengobatan yang efektif dan ekonomis kepada kelompok pasien. Proses manajemen keparawatan sejajar dengan proses keperawatan yaitu dirancang untuk memudahkan pekerjaan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. DEPKES RI yang diambil dari fungsi manajemen menurut George Terry yang terdiri dari Planning, Organizing, actuating dan controlling (POAC). Di Ruang MPKP pendekatan manajemen diterapkan dalam bentuk fungsi manajemen yang terdiri dari fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengarahan (directing), dan pengendalian (controlling). A. Fungsi Perencanaan (Management Approach ) Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rincian kegiatan tentang apa, bagaimana masing-masing dan dimana kegiatan akan dilaksanakan. Tanpa ada proses perencanaan, tidak akan ada kejelasan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh staff untuk mencapai tujuan orgnisasi. Melalui perencanaan akan dapat ditetapkan tugastugas staff, dan dengan tugas-tugas ini seorang pimpinan akan mempunyai pedoman
untuk
melaksanakan supervisi dan menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staff untuk menjalankan tugas-tugasnya. Perencanaan adalah suatu tugas prinsip dari semua manajer dalam divisi keperawatan. Suatu rencana yang baik harus berdasarkan pada sasaran, bersifat sederhana, mempunyai standart, fleksibel, seimbang dan menggunakan sumber-sumber yang tersedia lebih dulu. Dalam keperawatan, perencanaan membantu untuk menjamin bahwa klien akan menerima pelayanan keperawatan yang mereka ingini dan butuhkan dengan memuaskan. Jenis-jenis perencanaan terdiri dari rencana jangka panjang, rencana jangka menengah dan rencana jangka pendek. Rencana jangka panjang disebut juga perencanaan strategis yang disusun untuk tiga sampai sepuluh tahun. Perencanaan jangka menengah dibuat dan berlaku satu sampai dengan lima tahun dan perencanaan jangka pendek dibuat satu jam sampai dengan satu tahun. Perencanaan diruang MPKP adalah kegiatan perencanaan yang melibatkan seluruh perawat ruang MPKP mulai dari kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim/perawat pelaksana.
Perencanaan yang disusun oleh perawat yang terlihat di ruang MPKP disesuaikan dengan peran dan fungsi masing-masing. 1. Kegiatan Perencanaan di ruang MPKP Kegiatan di ruang MPKP meliputi perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan standar kerja. a. Perumusan visi, misi, filosofi, Kegiatan di ruang MPKP meliputi perumusan filosofi, visi, misi, dan tujuan. 1) Filosofi
Filosofi adalah statemen yang mencerminkan nilai-nilai, visi, dan misi dari suatu organisasi. Filosofi memuat seperangkat nilai-nilai yang mengakar dan menjadi rujukan semua kegiatan dalam organisasi dan menjadi landasan dan arahan seluruh
perencanaan
menunjukkan
jangka
nilai-nilai
dan
panjang. keyakinan
Pernyataan yang
tertulis
dari
menyangkut
filosofi
administrasi
keperawatan dalam institusi atau organisasi. Nilai-nilai dalam filosofi dapat lebih dari satu yang mengemukakan pandangan praktisi dan manajer perawat tentang apa yang mereka yakini dari manajemen dan praktek keperawatan. Idealnya seluruh personal pegawai keperawatan harus berpartisipasi dalam menyeleksi suatu teori atau kerangka kerja konseptual dan filosofi untuk kepentingan praktek. Setelah hal ini disepakatai, para manajer dan seluruh spsesialis keperawatan mulai menyusun suatu pernyataan visi dan misi untuk
mengarahkan
dan
mengintegrasikan
aktifitas-aktifitas
kelompok.
Pernyataan filosofi adalah abstrak dan terdiri dari nilai-nilai kemanusiaan. 2) Visi
Langkah pertama dalam merencanakan manajemen keperawatan ada membuat kesepakatan terhadap visi dan misi yang akan dijadikan sebagai suatu hal yang dicita-citakan oleh organisasi. statemen visi dirancang untuk mengilhami dan memotivasi karyawan untuk mencapai suatu kondisi yang diinginkan. Visi ini dirumuskan bersama oleh kepala ruang dengan memperhatikan masukanmasukan dari stakeholders dan visi seharusnya ditinjau dan dirumuskan kembali secara berkala sesuai dengan perkembangan ipteks dan masyarakat. Visi diruangan diturunkan dari visi rumah sakit yang merupakan pengembangan yang disesuaikan dengan ruang masing-masing.
3) Misi
Misi seharusnya memberikan arahan dalam mewujudkan visi dan dinyatakan dalam tujuan-tujuan yang dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu yang mengandung pokok pokok bentuk kegiatan utama yang dapat menjadi landasan hubungan kerja serta pengalokasian sumberdaya ke segenap pihak yang berkepentingan. Misi seharusnya menjadi tolok ukur dalam evaluasi di seluruh unit kerja yang bisa di revisi secara berkala sesuai dengan perkembangan ipteks dan kebutuhan masyarakat. Misi bagian perawat harus berasal dari misi lembaga keseluruhan dan untuk memutuskan misi diruangan keperawatan para perencana harus terlebih dahulu menilai, lingkungan internal dan external bagian dari keperawatan. Untuk mengetahui bahwa misi yang dibuat realistic para perencana harus mengetahui ukuran dan karakter wilayah jangkauan wilayah, masalahmasalah sosial dan kesehatan yang umum serta kelebihan dan kekurangan para anggota staf keperawatan. Setelah misi ditentukan
para pimpinan keperawatan
mengemukakan suatu pernyataan
keyakinan
dan staff harus
untuk mendukung
serta
mengilhami aktifitas-aktifitas keperawatan. Pernyataan ini mencakup keyakinan para anggota mengenai sifat kehidupan, kesehatan, penyakit, lingkungan, pelayanan keperawatan dan hubungan antara perawat, pasien dan keluarga. Waterman (1982), mengemukakan bahwa nilai-nilai
yang tersebar diantara
karyawan
terhadap
menpunyai pengaruh yang lebih
besar
keberhasilan
organisasi daripada melaksanakan struktur organisasi, sumber-sumber ekonomi, atau kemampuan teknologi. 4) Tujuan
Tujuan adalah pernyataan konkret dan spesifik dimana misi akan dicapai dan filosofi atau keyakinan berlangsung. Tujuan harus hidup yang memuat pernyataan konkret
yang menjadi standar
agar kinerja dapat diukur. Tujuan dalam
keperawatan ini diperlukan dalam semua area dimana pelayanan keperawatan berlangsung. Tujuan memberikan abonement dari produk perawatan kesehatan yang diperlukan oleh pasien.
Setelah filosofi, visi dan misi bagian keperawatan dimunculkan, tujuan departemen harus dikembangkan untuk memenuhi visi dan misi yang dipilih sesuai dengan keyakinan-keyakinan yang dinyatakan oleh kelompok. Jika semua perawat telah menyetujui maka pernytaan-pernyataan visi, misi ini didistribusikan kesemua karyawan keperawatan dan dipasang disetiap unit keperawatan. Para manajer keperawatan berkewajiban menyebarkan visi dan misi akan dikenal luas untuk meningkatkan kreativitas serta membuat para karyawan terfokus pada upaya-upaya kearah pencapaian visi. Hubungan selanjutnya dalam rantai perencanaan adalah setiap kepala perawat atau coordinator harus mengarahkan mengembangkan
pernyataan
para perawat profesionalnya untuk
tentang filosofi, visi, misi dan tujuan unit
keperawatan. Sebagai contoh jika filosofi organisasi mengacu kepada keyakinan agama, maka pernytaan visi, misi dan tujuan juga mencerminkan keyakinan yang sama. Jika visi departemen menyatakan maksud untuk menyiapkan maksud untuk menyiapkan pasien kearah perawatan diri , maka pernyataan visi, misi dan tujuan unit harus jiga menyebutkan maksud-aksud yang sama. Contoh : Visi Rungan : - Menjadi ruangan yang mampu dan handal dalam pelayanan keperawatan di Rumah Sakit ..A.. dengan pelayanan secara utuh bio-psiko-sosio dan spiritual Misi Ruangan - Kami dapat melayani pasien dengan layanan sepenuh hati - Kami akan selalu berkomunikasi dengan pasien secara terapeutik - Kami akan optimalisasi sarana pelayanan sehingga bisa efektif dan efisien - Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima, berfokus pada kesehatan dan kepuasan pasien dengan tetap memperhatikan aspek sosial Moto Kami : - Kami diciptkan untuk berbuat baik dengan sesama Tujuan khusus keperawatan penyakit bedah - Memberi asuhan keperawatan kepada klien penyakit bedah secara holistik dan seoptimal mungkin berdasarkan kasih Allah. - Mempersiapkan klien (fisik, mental dan spiritual) yang akan menjalani pembedahan, menjaga agar klien terhindar dari komplikasi pasca bedah. - Memberi semua bantuan yang diarahkan untuk memelihara rasa aman dan nyaman klien. - Dalam melaksanakan asuhan keperawatan klien penyakit bedah, digunakan standar asuhan keperawatan dengan lima langkah proses keperawatan. - Memberi penyuluhan kepada klien, sehingga mandiri merawat diri setelah pembedahan maupun setelah klien pulang. - Memelihara hubungan kerja yang harmonis sesama tim kesehatan yang ada di lingkungan kerja. - Menciptakan iklim kerja yang kondusif untuk proses belajar mengajar dalam kegiatan pendidikan bagi peserta didik/magang. - Menunjang program pendidikan berkelanjutan bagi pengembangan staf dalam pelayanan keperawatan.
Falsafah keperawatan Dalam melaksanakan asuhan keperawatan di Rumah sakit …B… perawat meyakini: - Manusia adalah individu yang memiliki kebutuhan bio, psiko, sosio, kultur dan spiritual, di mana unsur spiritual merupakan unsur terpenting. Kebutuhan ini penting selalu diperhatikan dalam setiap pemberian asuhan keperawatan di lingkungan RS ………………. - Keperawatan merupakan karya Tuhan Yang Maha Esa bagi umat manusia melalui tim keperawatan yang bertujuan meningkatkan derajat kesehatan secara optimal, kepada semua yang membutuhkan dengan tidak membedakan suku, bangsa, agama maupun status sosial di tempat pelayanan keperawatan berdasarkan dorongan kasih dari Allah. - Tujuan asuhan keperawatan dicapai melalui anugerah Allah dan usaha bersama tim keperawatan, tim kesehatan lainnya dan klien. - Asuhan keperawatan diberikan dengan menggunakan proses keperawatan dalam lima tahap untuk memenuhi kebutuhan kesehatan klien. - Perawat bertanggung jawab dan bertanggung gugat serta memiliki wewenang melakukan asuhan keperawatan secara utuh berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan. - Pendidikan keperawatan berkelanjutan dilaksanakan secara terus menerus untuk pertumbuhan dan perkembangan staf keperawatan.
b. Menyusun Kebijakan, Kebijakan adalah pernyataan yang menjadi acuan organisasi dalam pengambilan keputusan. Analisis kebijakan merupakan nasehat atau bahan pertimbangan pembuat kebijakan yang berisi tentang masalah yang dihadapi, tugas yang mesti dilakukan oleh organisasi yang berkaitan dengan masalah tersebut, dan juga berbagai alternatif kebijakan yang mungkin bisa diambil dengan berbagai penilaiannya berdasarkan tujuan kebijakan. Kebijakan yang disusun didalam ruangan MPKP antara lain adalah kedisiplinan, aturan dinas, rotasi, jenjang karir dan lain-lain.
c. Penyusunan Standart Kinerja, Salah satu hal penting yang perlu mendapat perhatian ialah perumusan berbagai ketentuan formal
yang harus ditaati oleh semua orang dalam organisasi. Secara popular sering
dikatakan bahwa ketentuan formal itu berperan sebagai peraturan permainan yang harus ditaati, Beberapa contoh
ketentuan formal adalah standart hasil pekerjaan yang harus
dipenuhi, yaitu hasil pekerjaan yang harus dipenuhi
baik secara kuantitatif
maupun
kualitatif dan disiplin organisasi yang merupakan salah satu kewaiban yang harus ditunaikan oleh semua organisasi. Disiplin organisasi menyangkut banyak hal antara lain keterikan pada norma-norma moral danetika, keberadaan ditempat tugas sesuai dengan jam kerja yang berlaku dalam organisasi, kesediakan bekerja lembur apabila diminta, kewajiban melapor kepada atasan apabila seseorang terpaksa mangkir atau sakit, kesediaan ditempatkan. Dimanapun organisasi beroperasi dan dalam hal tertentu disiplin berpekaian. Untuk menetapkan tingkat kinerja karyawan, dibutuhkan penilaian kinerja. Menurut Simamora (2004), semakin jelas standar kinerjanya, makin akurat tingkat penilaian kinerjanya. Masalahnya, baik para penyelia maupun karyawan tidak seluruhnya mengerti apa yang seharusnya mereka kerjakan. Karena bisa jadi, standar kinerja tersebut belum
pernah disusun. Oleh karena itu, langkah pertama adalah meninjau standar kinerja yang ada dan menyusun standar yang baru jika diperlukan. Minimal sebuah standar kinerja, harus berisi dua jenis informasi dasar tentang apa yang harus dilakukan dan seberapa baik harus melakukannya. Standar kinerja merupakan identifikasi tugas pekerjaan, kewajiban, dan elemen kritis yang menggambarkan apa yang harus dilakukan. Setiap standar/kriteria harus dinyatakan secara cukup jelas sehingga manajer dan bawahan atau kelompok kerja mengetahui apa yang diharapkan dan apakah telah tercapai atau tidak. Standar haruslah dinyatakan secara tertulis dalam upaya menggambarkan kinerja yang sungguh-sungguh. Standart yang harus ada di ruang MPKP antara lain adalah SAK (standar asuhan keperawatan), SOP (standar operasional prosedur) dan Protap (prosedur tetap).
d. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit menjadi faktor penting untuk meningkatkan pelayanan sekaligus penghematan bagi rumah sakit dan kini telah menjadi salah satu standar mutu sebuah "rumah sakit". Otomatisasi/komputerisasi sistim pelayanan dan sistim informasi manajemen merupakan solusi yang tepat untuk memecahkan masalah ini. Banyak lembaga kesehatan dan rumah sakit telah mendapat manfaat dari peralatan canggih ini. SIM Rumah Sakit adalah solusi yang tepat untuk rumah sakit anda. Sistem Informasi Manajemen merupakan prosedur pemrosesan data berdasarkan teknologi informasi dan diintegrasikan dengan prosedur manual dan prosedur yang lain untuk menghasilkan informasi yang tepat waktu dan efektif untuk mendukung proses pengambilan keputusan manajemen. Sistem Informasi Manajemen saat ini merupakan sumber daya utama, yang mempunyai nilai strategis dan mempunyai peranan yang sangat penting sebagai daya saing serta kompetensi utama sebuah organisasi dalam menyongsong era Informasi ini. 2. Jenis Perencanaan yang diterapkan di MPKP Jenis perencanaan yang diterapkan diruang MPKP adalah perencanaan jangka pendek yang terdiri dari rencana harian, bulanan dan tahunan. a. Rencana Harian Rencana harian adalah rencana aktifitas pada tiap shift yang dilakukan oleh perawat asosiet/perawat pelaksana, perawat primer/ketua tim dan kepala ruangan. Rencana harian dibuat sebelum operan dilakukan dan dilengkapi pada saat operan dan pre conference.
1) Rencana harian kepala ruangan Isi kegiatan harian kepala ruangan meliputi semua kegiatan yang dilakukan oleh seluruh SDM yang ada di ruangan dalam rangka menghasilkan pelayanan asuhan keperawatan yang berkualitas. Kepala ruangan harus mengetahui kebutuhan ruangan dan mempunyai hubungan keluar dengan unit yang terkait untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Demikian pula dengan asuhan keperawatan, kepala ruangan sebagai narasumber utama atau konsultan untuk menjamin terlaksananya asuhan keperawatan pada semua tim di ruangan. Berikut isi rencana harian kepala ruangan meliputi : - Asuhan keperawatan - Supervisi Katim dan perawat pelaksana - Supervisi tenaga selain perawat - Kerja sama dengan unit yang terkait
Tabel 2.1 : Contoh rencana harian kepala ruangan RENCANA HARIAN KEPALA RUANGAN Nama Karu :............. Ruangan : ............. Tanggal : ............. Jumlah perawat : ............. Jumlah pasien : ............. WAKTU KEGIATAN Operan (Pre Conference), Mengecek SDM, fasilitas, pasien 07.30 .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. 08.00 09.00
Mengecek kebutuhan pasien ( pemeriksaan, kondisi, dll.) Melakukan interaksi dengan pasien baru/pasien yang memerlukan perhatian khusus .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. Melakukan supervisi kepada ketua tim Ketua tim I
10.00
: ...............................(nama)
Tindakan : .................................................................................................. Ketua tim II : ...............................(nama) Tindakan : ..................................................................................................
11.00
Melakukan supervisi kepada perawat pelaksana Perawat 1 : Nama : .............................. Tindakan : .................................................................................................... Perawat 2
:
Nama : .............................. Tindakan : ......................................... 12.00
13.00
Hubungan dengan bagian lain terkait Rapat-rapat terstruktur/insidentil Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang belum teratasi Mempersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan keperawatan untuk sore, malam dan besok sesuai tingkat ketergantungan pasien Istirahat .............................................................................................................................. ..............................................................................................................................
14.00
Operan Post conference
2) Rencana Harian Ketua Tim Isi rencana harian ketua tim antara lain adalah: - penyelenggaraan asuhan keperawatan pada pasien di timnya, - Melakukan supervisi perawat pelaksana untuk menilai kompetensi secara langsung dan tidak langsung, serta on the job trainning yang dirancang, - Kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya. Ketua tim sebaiknya hanya dinas pagi, karena pada pagi hari banyak kegiatan atau tindakan yang dilakukan dan merencanakan kegiatan sore dan malam. Tabel 2.2 : Rencana Harian Ketua Tim / Perawat Primer RENCANA HARIAN KETUA TIM/PERAWAT PRIMER Nama perawat:.........................Ruangan : .......................Tanggal : ............................. Nama Pasien : 1.......................... 4.......................... 7.......................... 2.......................... 5.......................... 8.......................... 3......................... 6.......................... 9.......................... WAKTU KEGIATAN Operan 07.30 Pre Conference
08.00
Pasien 1 :....................................................................................... ( tindakan ) Pasien 2 :....................................................................................... ( tindakan ) Pasien 3 :....................................................................................... ( tindakan ) dst
09.00
Melakukan supervisi kepada perawat Perawat I : ....................................(nama) Tindakan : .................................................................................. Perawat II : ....................................(nama) Tindakan : ..................................................................................
10.00
Memimpin terapi kelompok. Pasien 1 :....................................................................................... ( tindakan ) Pasien 2 :....................................................................................... ( tindakan )
11.00
Pasien 3 :....................................................................................... ( tindakan ) dst
12.00 13.00 14.00
Istirahat Dokumentasi dan supervisi pendokumentasian yang dibuat perawat Operan
3) Rencana Harian Perawat Pelaksana
Isi rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah klien yang dirawat pada shif dinasnya. Rencana harian perawat pelaksana shif sore dan malam agak berbeda jika hanya satu orang dalam satu tim maka perawat tersebut berperan sebagai ketua tim dan perawat pelaksana sehingga tidak ada kegiatan pre dan post conference. Perawat pelaksana akan membuat rencana yang ditujukan pada tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana Catatan harian Perawat Pelaksana/Assosiet ( PP/PA ) pada shift sore dan malam agak berbeda jika hanya 1 (satu) orang dalam satu tim. Perawat tersebut akan berperan sebagai ketua tim dan PA/PP, sehingga tidak ada kegiatan pre dan post conference.
Tabel 2.3 : Rencana Harian perawat pelaksana RENCANA HARIAN PERAWAT PELAKSANA Nama perawat:.........................Ruangan : .......................Tanggal : ............................. Nama Pasien : 1.......................... 4.......................... 7.......................... 2.......................... 5.......................... 8.......................... WAKTU KEGIATAN Operan Pre Conference 07.30 13.30 20.30 Pasien 1 :............................................................... ( tindakan ) Pasien 2 :................................................................( tindakan ) 08.00 15.00 22.00 Pasien 3 :................................................................( tindakan ) Pasien 6 :............................................................. ..( tindakan ) Pasien 7 :................................................................( tindakan ) 09.00 16.00 23.00 Pasien 8 :............................................................... ( tindakan ) 10.00
17.00
24.00
11.00
18.00
06.00
12.00 13.00
19.00 20.00
07.00
14.00
21.00
08.00
Pasien 1 :............................................................... ( tindakan ) Pasien 2 :................................................................( tindakan ) Pasien 3 :................................................................( tindakan ) Pasien 6 :............................................................. ..( tindakan ) Pasien 7 :................................................................( tindakan ) Pasien 8 :............................................................... ( tindakan ) Istirahat Dokumentasi keperawatan Operan (Post conference)
4) Penilaian Rencana harian perawat Setiap ketua tim mempunyai instrumen dan mengisinya setiap hari. Pada akhir bulan dapat dihitung presentasi pembuatan rencana harian masing-masing perawat. Tabel 2.4 : Dokumentasi pembuatan rencana harian perawat no
Tanggal/bulan
nama perawat
1 2 3 4
Duki Romi Yulia Saiful
1
2
√
√
3 -
4
5
6
7
8
9
dst
jml
%
Ket: (√) : perawat membuat rencana harian (- ) : perawat tidak membuat rencana harian (0) : perawat libur Presentasi Rencana harian :
Jumlah RH yang dibuat X 100% Jumlah hari dinas pada bulan tersebut
Tabel 2.5 : Rekapitulasi Rencana Harian Perawat Rekapitulasi Rencana Harian Perawat Ruang : ............................................ No Perawat Jumlah 1 2 3
Kepala Ruangan Ketua Tim Perawat Pelaksana Rencana Tindak Lanjut :
Bulan : ................................................ Yang Membuat % Yang Tidak Membuat Rencana Harian Rencana Harian
%
b. Rencana Bulanan Ketua tim dan kepala ruangan membuat rencana bulanan berhubungan dengan peningkatan asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan. a) Rencana Bulanan Kepala Ruangan Setiap akhir bulan kepala ruangan melakukan evaluasi hasil ke empat pilar atau nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut, kepala ruangan akan membuat rencana tindak lanjut dalam rangka peningkatan kualitas hasil. Dalam fungsi perencanaan, kepala ruangan membuat laporan tentang evaluasi rencana harian yang dibuat oleh ketua tim dan perawat pelaksana. Kegiatan yang termasuk rencana bulanan karu - Membuat jadual dan memimpin case conference - Membuat jadual dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga - Membuat jadual dinas - Membuat jadual petugas TAK - Membuat jadual memimpin rapat bulanan perawat - Membuat jadual dan memimpin rapat tim kesehatan - Membuat jadual supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana - Melakukan audit dokumentasi - Membuat laporan bulanan Tabel 2.6 : Contoh rencana bulanan kepala ruang RENCANA BULANAN KARU Bulan : ……………………………………………………… Senin Selasa rabu kamis Jum`at 1 Rapat Lap. bulanan Ketua Tim
2 Supervisi Katim
3 Audit dokumen
4 Penkes keluarga
(…………)
5 Supervisi PA
sabtu
minggu
6 Audit dok
7 Dst.
Kepala Ruang (……………….)
b) Rencana Bulanan Ketua Tim Setiap akhir bulan ketua tim melakukan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan yang dilakukan didalam timnya yaitu askep dan kinerja perawat pelaksana. Berdasarkan hasil tersebut, dibuat rencana tindak lanjut untuk perbaikan pada bulan berikutnya. Ketua tim membuat laporan evaluasi rencana kegiatan harian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat pelaksana dan melaporkan hasil audit asuhan keperawatan serta melakukan perbaikan asuhan keperawatan dengan merencanakan diskusi langsung.
Kegiatan-kegiatan yang mencakup rencana bulanan katim adalah: - Mempersentasikan kasus dalam case conference - Memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga - Melakukan supervisi perawat pelaksana Tabel 2.7 : Contoh rencana bulanan kepala ruang RENCANA BULANAN KATIM Bulan : ……………………………………………………… Senin
Selasa
1 2 Rapat Supervisi ruangan PA Ketua Tim (…………)
rabu
kamis
Jum`at
sabtu
3 Supervisi PA
4 Penkes keluarga
5 6 Supervisi Audit PA dok Kepala Ruang (……………….)
Minggu 7 Dst.
c. Rencana tahunan Setiap akhir tahun kepala ruang melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup : a) Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses kegiatan (aktifitas yang dilakukan dari 4 pilar praktek profesioanal) serta evaluasi mutu pelayanan b) Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masing-masing tim c) Penyegaran terkait dengan materi MPKP khusus kegiatan yang masih rendah pencapaianya yang bertujuan mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP bahkan meningkatkanya dimasa mendatang d) Pengembangan SDM dalam bentuk rekomendasi peningkatan jenjang karir perawat (pelaksana menjadi katim, katim menjadi karu), rekomendasi untuk melajutkan pendidikan formal, membuat jadual untuk mengikuti pelatihan-pelatihan. B. Pengorganisasian Pengorganisasin adalah rangkaian kegiatan manajemen untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfaatkanya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi dengan mengintegrasikan semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh sebuah organisasi. Istilah organisasi mempunyai dua pengertian umum. Pertama organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya sebuah rumah sakit, puskesmas, sebuah perkumpulan, badan-badan pemerintahan dan lain sebagainya. Kedua, merujuk pada proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan di antara para anggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara efektif. Sedangkan organisasi itu sendiri diartikan sebagai kumpulan orang dengan sistem kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Dalam sistem kerjasama secara jelas diatur siapa menjalankan apa, siapa bertanggung jawab atas siapa, arus komunikasi dan memfokuskan sumber daya pada tujuan. Karakteristik sistem kerjasama dapat dilihat, antara lain 1) Ada komunikasi antara orang yang bekerjasama; 2) Individu
dalam organisasi tersebut mempunyai kemampuan untuk bekerjasama; 3) Kerjasama itu ditujukan untuk mencapai tujuan. Pengorganisasian sebagai proses membagi kerja ke dalam tugas-tugas itu kepada orang yang sesuai
dengan
kemampuannya,
dan
mengalokasikan
sumber
daya
manusia,
serta
mengkoordinasikannya dalam rangka efektifitas pencapaian tujuan organisasi. Apabila serangkaian kegiatan telah disusun dalam rangka mencapai tujuan organisasi, maka untuk pelaksanaan kegiatan tersebut harus diorganisasikan. Agar organisasi dapat berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan secara efektif, maka dalam fungsi organisasi harus terlihat pembagian tugas dan tanggung jawab orang-orang atau karyawan yang akan melakukan kegiatan masingmasing. Pengorganisasian diruangan perawatan MPKP menggunakan pendekatan sistem/metode antara lain adalah pembuatan struktur organisasi, daftar dinas dan daftar pasien. 1. Struktur organisasi Pengorganisasian diruangan MPKP menggunakan pendekatan sistem/metode penugasan tim. SDM perawat diorganisasikan dengan menggunakan metode penugasan perawat primer dan tim keperawatan yang dimodifikasi. Perawat dibagi dalam tim sesuai dengan jumlah pasien diruangan. Jumlah pasien untuk tiap tim 8-10 orang, dan jumlah perawat antara 6-10 orang, untuk itu akan dibuat struktur organisasi daftar dinas dan daftar pasien. Struktur organisasi Ruang MPKP menggunakan sistem penugasan Tim-primer keperawatan. Ruang MPKP dipimpin oleh kepala ruang yang membawahi dua atau lebih ketua tim. Ketua tim berperan sebagai perawat primer membawahi beberapa perawat pelaksana yang memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh kepada sekelompok klien Gambar 2.1 Struktur Organisasi Ruangan A
Uraian tugas masing-masing personil diatas antara lain adalah : a. Kepala ruangan - Membuat rencana tahunan, bulanan, mingguan dan harian. - Mengorganisir pembagian tim dan pasien - Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya, - Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di ruangannya, - Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya, - Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya, kemudian menindak lanjutinya, - Mewakili MPKP dalam koordinasi dengan unit kerja lainnya, b. Ketua tim/perawat primer: - Membuat rencana tahunan, bulanan, mingguan dan harian. - Mengatur jadual dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan, - Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan keperawatan bersama-sama anggota timnya, - Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan keperawatan, - Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan, - Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab timnya, - Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan, c. Uraian tugas perawat pelaksana: - Membuat rencana harian asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawabnya. - Melaksanakan asuhan keperawatan dengan melakukan interaksi dengan pasien dan keluarganya - Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.
2. Daftar Dinas Ruangan disusun berdasarkan tim Daftar dinas disusun berdasarkan tim, yang dibuat dalam 1 minggu sehingga perawat sudah mengetahui dan mempersiapkan dirinya untuk melakukan dinas. Pembuatan jadual dinas perawat dilakukan oleh kepala ruang pada hari terakhir minggu tersebut untuk jadual dinas pada minggu berikutnya bekerja sama dengan ketua tim. Setiap tim mempunyai anggota yang berdinas pada pagi, sore dan malam, dan yang lepas dari dinas (libur) malam hari dan yang libur. Tabel 2.8 : Contoh Jadwal Dinas Ruangan A N o 1.
Nama Karu Tim I Katim PA.1 PA.2 PA.3 PA.4 PA.5 Katim PA.1 PA.2 PA.3 PA.4 PA.5 Pagi Sore Malam
Senin P P M S M S P P M S M S L
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
Sabtu
Minggu
3. Daftar Pasien Daftar pasien adalah daftar semua pasien yang menjadi tanggung jawab tiap kelompok selama 24 jam. Secara individu, setiap pasien mempunyai perawat yang bertanggung jawab secara total selama dirawat dan juga setiap shift dinas. Hal ini menggambarkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan pasien sehingga terwujudlah perawatan pasien yang holistik. Daftar pasien juga memberi informasi bagi kolega kesehatan lain dan keluarga untuk berkolaborasi tentang perkembangan dan perawatan pasien. Daftar pasien ruangan diisi oleh katim sebelum operan dengan dinas berikutnya. Tabel 2.9 : Contoh daftar pasien di ruangan..A.. No
1
2
Nama Pasien TIM I 1. sinta 2.Alek 3.Ricak 4.Paijo 5.Paiman 6.Dewi
Dokter
Dr. Sri Dr. Sri Dr. Ria Dr. Ari Dr. Ria Dr. Ria
Perawat Primer / Ketua tim Setiadi Setiadi Setiadi Setiadi Setiadi Setiadi
PA/PP
Anton Merina Ja`far Atus Tono Hari
22-10-09
23-10-09
24-10-09
Pagi
Sore
Malam
Anton* Merina Ja`far Atus Tono Hari*
Anton Merina* Ja`far Atus* Tono Hari
Anton Merina Ja`far* Atus Tono* Hari
TIM II
Menurut jadual dinas tanggal 22 November 2009, dinas pagi Anton, hari, mereka akan merawat pasien yang dialokasikan kepada mereka serta pasien yang perawatnya dinas sore atau malam. 4. Klasifikasi Pasien Pasien diklasifikasikan berdasarkan sistem klasifikasi yang dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan tingkat ketergantungan klien : (1) Perawatan Total, yaitu klien memerlukan 7 jam perawatan langsung per 24 jam (2) Perawatan Parsial, yaitu klien memerlukan 4 jam perawatan langsung per 24 jam (3) Perawatan Mandiri, yaitu klien memerlukan 2 jam perawatan langsung per 24 jam Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori di atas adalah sebagai berikut: 1. Kategori I : Perawatan mandiri/self care Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya ringan dan sederhana. 2. Kategori II : Perawatan sedang/partial/intermediate care Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu makan, memberi dorongan agar mau makan, eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar mandi. Penampilan pasien sakit sedang. Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-tanda vital, periksa urin reduksi, fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran drainase atau infus. Pasien memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk
mendukung emosi 5 – 10 menit/shift. Tindakan dan pengobatan 20 – 30 menit/shift atau 30 – 60 menit/shift dengan mengobservasi efek samping obat atau reaksi alergi. 3. Kategori III : Perawatan total/intensive care Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilakukan sendiri, semua dibantu oleh perawat, penampilan sakit berat. Pasien memerlukan observasi terus menerus.
Petunjuk penetapan jumlah berdasarkan derajat ketergantungan : (1) Dilakukan 1 kali sehari pada waktu yang sama dan sebaliknya dilakukan oleh perawat yang sama selama 22 hari. (2) Setiap pasien dinilai berdasarkan kriteria klasifikasi pasien (minimal memenuhi tiga kriteria) (3) Kelompok pasien sesuai dengan klasifikasi tersebut dengan memberi tanda tally (I) pada kolom yang tersedia sehingga dalam waktu satu hari dapat diketahui berapa jumlah pasien yang ada dalam klasifikasi minimal, parsial dan total. (4) Bila hanya mempunyai satu kriteria dari hasil klasifikasi tersebut maka pasien dikelompokan pada klasifikasi di atasnya.
Tabel 2.10 : Klasifikasi pasien berdasarkan derajat ketergantungan Kriteria ketergantungan Perawatan minimal : 1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri 2. Makan dan minum dilakukan sendiri 3. Ambulasi dengan pengawasan 4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift 5. Pengobatan minimal, status psikologis stabil 6. Pengobatan prosedur memerlukan pengobatan Perawatan parsial : 1.Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu dilakukan sendiri 2.Observasi tanda-tanda vital setiap 4 Jam 3.Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali 4.Folley kateter, intake ouput dicatat 5.Pasien dengan pasang infus, persiapan pengobatan memerlukan prosedur Perawatan total : 1.Segalanya diberi bantuan 2.Posisi yang diatur, observasi tandatanda vital setiap 2 jam 3.Makan memerlukanNGT, inravena terapi 4. Pemakaian suction 5. Gelisah/disorientasi Jumlah total pasien per hari
1
2
Jumlah pasien perhari sesuai kriteria 3 4 5 6 7 8 9 10
dst
Dalam satu penelitian Douglas (1975, dalam Sudarsono, 2000) tentang jumlah tenaga perawat di rumah sakit, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam tergantung pada tingkat ketergantungan pasien seperti pada tabel berikut. Tabel 2.11 : Jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan pada suatu ruang JUML AH PASIE N
KLASIFIKASI PASIEN Pagi
1
0.17
0.14
0.10
PARSIAL sian mala g m 0.27 0.15 0.07
2
0.34
0.28
0.20
0.54
0.30
3
0.51
0.48
0.30
0.18
0.45
MINIMAL siang malam
pagi
pagi
TOTAL siang malam
0.36
0.30
0.20
0.14
0.72
0.60
0.40
0.21
1.08
0.90
0.60
dst
Dari tabel diatas, dapat diambil contoh : Suatu ruang rawat dengan 22 pasien (3 pasien dengan perawatan minimal, 14 pasien dengan perawat intermediet dan 5 pasien dengan perawatan total), maka jumlah perawat yang dibutuhkan: a. Dinas pagi : 3 x 0,17 = 0,51 14 x 0.27 = 3,78 5 x 0,36 = 1,90 Jumlah 6,90 → 6 orang b. Dinas siang 3 x 0,14 = 0,42 14 x 0.15 = 2.10 5 x 0,30 = 1,50 Jumlah 4,02 → 4 orang c. Dinas malam 3 x 0,10 = 0,30 14 x 0.07 = 0,98 5 x 0,20 = 1,00 Jumlah 2,26 → 2 orang
Berdasarkan perhitungan diatas diketahui bahwa total jumlah kebutuhan perawat untuk dinas pagi, sore dan malam sebanyak 12 orang. Pada ruang MPKP, penetapan jumlah perawat dilakukan dengan menghitung jumlah pasien berdasarkan derajat ketergantungan selama 1 (satu bulan) dan jumlah perawat yang dibutuhkan untuk setiap hari. Penetapan satu bulan diharapkan sudah dapat mencerminkan perubahan jumlah dan variasi pasien di ruang rawat tersebut. Kepala ruangan mengalokasikan setiap pasien baru pada tim tertentu dengan mempertimbangkan beban kerja tim tersebut. Beban kerja dapat terkait dengan jumlah pasien dan tingkat ketergantungan pasien.
Tabel 2.13 : Perkiraan Jumlah Kebutuhan Perawat Di ruang berdasarkan Klasifikasi Pasien Kualifikasi
Ha ri ke 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
Min 12 14 11 9 12 13 11 8 9 12 13 13 14 9 12 16 13 15 12 9 8 9
Int Total 9 6 8 3 9 5 11 7 12 8 6 11 7 11 10 11 9 11 7 9 7 8 7 7 4 6 10 8 8 9 6 7 9 6 9 6 8 9 6 14 9 10 12 7 Rata - rata
Jumlah kebutuhan perawat
Jumlah pasien 27 25 25 27 30 30 29 29 29 28 28 27 24 27 29 29 28 30 29 29 27 28
Pagi 6.63 5.62 6.05 7.02 7.44 7.90 7.70 8.02 7.92 7.17 6.98 6.62 5.62 7.11 7.44 6.68 6.80 7.40 7.40 8.19 7.39 7.29 7.11
Sore 4.83 3.06 4.39 5.01 5.28 6.02 5.89 5.92 5.91 5.88 5.27 4.97 4.36 5.16 5.58 5.84 4.97 5.25 5.58 6.36 5.47 5.16 5.28
Ket.
Malam 3.30 2.56 2.73 3.07 3.24 3.92 3.79 3.70 3.73 3.49 3.39 3.19 2.88 3.10 3.56 3.42 3.06 3.30 3.56 4.12 3.43 3.14 3.35
Dari tabel diatas, dengan kapasitas tempat tidur 32 buah, diperlukan perawat sebagai berikut : Jumlah kebutuhan perawat setiap hari = 7.11 + 5.28 + 3.35 = 15.74 → 16 orang Libur/cuti = ± 5 orang Jumlah tenaga yang dibutuhkan = 16 + 5 = 21 orang + kepala ruangan + 4 orang perawat primer = 26 orang C. Pengarahan
Pengarahan adalah proses memberikan bimbingan kepada staff agar mereka mampu bekerja secara optimal dalam melaksnaakan tugas-tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang mereka miliki. Pengarahan ini termasuk didalamnya adalah kejelasan komunikasi, pengembangan motivasi yang efektif. Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi yang paling fundamental dalam manajemen, karena merupakan pengupayaan berbagai jenis tindakan itu sendiri, agar semua anggota kelompok mulai dari tingkat teratas sampai terbawah, berusaha mencapai sasaran organisasi sesuai rencana yang telah ditetapkan semula, dengan cara terbaik dan benar. Memang diakui bahwa usaha-usaha perencanaan dan pengorganisasian bersifat vital, tetapi tidak akan ada output konkrit yang akan dihasilkan sampai kita mengimplementasi aktivitas-aktivitas yang diusahakan dan yang diorganisasi. Untuk maksud itu maka diperlukan tindakan pengawasan (actuating) atau usaha untuk menimbulkan action.
Pengarahan diruang perawatan dapat dilakukan dalam beberapa kegiatan yaitu program motivasi, manajemen konflik, pendelegasian, supervisi dan komunikasi efektif 1) Program motivasi Program motivasi dimulai dengan membudayakan cara berfikir positif bagi setiap SDM dengan mengungkapkannya melalui pujian (reinforcement) pada setiap orang yang bekerja bersama-sama. Kebersamaan dalam mencapai visi, dan misi merupakan pendorong kuat untuk fokus pada potensi masing-masing anggota. 2) Manajemen konflik, MPKP merupakan pendekatan baru, maka kemungkinan menimbulkan konflik yang disebabkan oleh persepsi, pandangan dan pendapat yang berbeda. Untuk itu dilakukan pelatihan tentang sistem pelayanan dan asuhan keperawatan bagi semua SDM yang ada (MPKP). Selain itu dalam implementasi MPKP, Kepala subdepartemen keperawatan (Kasubdepwat), kepala ruangan (kalak) dan katim agar melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) untuk mencegah dan menyelesaikan konflik. Komunikasi yang terbuka diarahkan kepada penyelesaian konflik dengan win-win solution. 3) Supervisi Pengawasan merupakan hal yang penting dilakukan untuk memastikan pelayanan dan asuhan keperawatan berjalan sesuai standar mutu yang ditetapkan. Pelayanan tidak diartikan sebagai pemeriksaan dan mencari kesalahan, tetapi lebih pada pengawasan partisipatif yaitu perawat yang mengawasi pelaksanaan kegiatan memberikan penghargaan pada pencapaian atau keberhasilan dan memberi jalan keluar pada hal-hal yang belum terpenuhi. Dengan demikian pengawasan mengandung makna pembinaan. Pengawasan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan saat tindakan atau kegiatan sedang berlangsung, misalnya perawat pelaksanan sedang melakukan ganti balutan, maka katim mengobservasi tentang pelaksanaan dengan memperhatikan apakah standar kerja dijalankan. Pengawasan terkait pula dengan kinerja dan kompetisi perawat, yang akan berguna dalam program jenjang karir perawat bersangkutan. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan atau dokumen yang menguraikan tindakan dan kegiatan yang telah dilakukan. Pengawasan biasanya dilakukan oleh perawat yang lebih berpengalaman, ahli atau atasan kepada perawat dalam pelaksanaan kegiatan atau tindakan. Agar hasil pengawasan dapat ditindaklanjuti maka sebaliknya disediakan instrumen pengawasan. Tindak lanjut dapat berupa penghargaan, penambahan pengetahuan atau keterampilan, promosi untuk tahap kemampuan lanjutan. Pelaksanaan pengawasan dapat direncanakan harian, mingguan, bulanan, atau tahunan dengan fokus yang telah ditetapkan.
Di ruang rawat pengawasan dilakukan kepada kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana. Pengawasan terhadap kepala ruangan dilakukan oleh kasubdepwat. Pengawasan terhadap ketua tim dilakukan oleh kasubdepwat, dan kepala ruangan. Pengawasan terhadap perawat pelaksana dilakukan oleh kasubdepwat, kepala ruangan dan katim. Supaya hasil pengawasan dapat ditindaklanjuti maka sebaliknya disediakan instrumen pengawasan. Tindak lanjut dapat berupa penghargaan, penambahan pengetahuan atau keterampilan, promosi untuk tahap kemampuan lanjutan. Pelaksanaan pengawasan dapat direncanakan harian, mingguan, bulanan, atau tahunan dengan fokus yang telah ditetapkan. Di ruang rawat pengawasan dilakukan kepada kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana. Pengawasan terhadap kepala ruangan dilakukan oleh kasubdepwat. Pengawasan terhadap ketua tim dilakukan oleh kasubdepwat, dan kepala ruangan. Pengawasan terhadap perawat pelaksana dilakukan oleh kasubdepwat, kepala ruangan dan katim. Diruang MPKP supervsi berjenjang dilakukan sebagai berikut : - Kepala seksi keperawatan atau konsultan melakukan pengawasan terhadap kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana - Kepala ruangan melakukan pengawasan terhadap ketua tim dan perawat pelaksana - Ketua tim melakukan pengawasan terhadap perawat pelaksana Materi supervisi disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-masing staf perawat yang disupervisi. Untuk kepala ruang materi supervisi adalah kemampuan manajerial dan kemampuan asuhan keperawatan. Ketua tim supervise terkait dengan kemampuan pengelolahan di timnya dan kemampuan asuhan keperawatan, sedangkan untuk perawat pelaksana disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan keperawatan yang dilaksanakan. Agar supervise dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi momok bagi staff maka perlu disusun standart dan jadual pasti dalam supervise.Untuk evaluasi fungsi pengarahan ini, kepala ruangan menyusun rencana terhadap ketua tim dan perawat pelaksana sebagai rencana bulanan. 4) Pendelegasian Pendelegasian adalah melakukan pekerjaan melalui orang lain agar aktifitas organisasi tetap berjalan. Pendelegasian dilaksanakan melalui proses sebagai berikut : a) Buat rencana tugas yang perlu dituntaskan b) Identifikasi ketrampilan dan tingkat pendidikan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas c) Pilih orang yang mampu melaksanakan tugas yang didelegasikan d) Komunikasikan dengan jelas apa yang akan dikerjakan dan apa tujuaanya e) Buat batasan waktu dan monitor penyelesaian tugas
f) Jika bawahan tidak mampu melaksanakan tugas karena menghadapi masalah tertentu, manajer harus bisa menjadi model peran dan menjadi narasumber untuk menyelesaikan masalah yang etrjadi g) Evaluasi kinerja setelah tugas selesai h) Pendelegasian terdiri dari tugas dan kewenangan
Penerapan delegasi di MPKP dalam bentuk pendelegasian tugas oleh kepala ruangan kepada ketua tim dan ketua tim kepeda perawat pelaksana. Pendelegasian dilakukan melalui mekanisme pelimpahan tugas dan wewenang.
Pendelegasian tugas dilakukan secara berjenjang yang penerapanya dibagi menjadi 2 jenis, yaitu pendelegasian terencana dan pendelegasian insidentil. a) Pendelegasian terencana adalah pendelegasian yang secara otomatis terjadi sebagai konsekuensi sistem penugasan yang diterapkan diruang MPKP. Bentuknya antara lain adalah : - Pendelegasian tugas kepala ruangan
kepada ketua tim untuk menggantikan tugas
sementara tugas kepala ruang karena alasan tertentu - Pendelegasian tugas kepala ruangan kepada penanggung jawab shif - Pendelegasian ketua tim kepada perawat pelaksana dalam pelaksanaan tindakan keperawatan yang telah direncanakan. b) Pendelegasian insidentil, yang terjadi apabila salah satu personil ruang MPKP berhalangan hadir , sehingga pendelegasian tugas harus dilakukan. Dalam hal ini yang mengatur pendelegasian adalah kepala seksi perawatan, kepala ruangan, ketua tim atau penanggung jawab shif dan tergantung pada personil yang berhalangan. Mekanisme yang dilakukan adalah sebagai berikut : - Bila kepala ruangan berhalangan, kepala seksi menunjuk salah satu ketua tim untuk menggantikan tugas kepala ruang - Bila ketua tim berhalangan hadir, maka kepala ruangan menunjuk salah satu anggota tim (perawat pelaksana) menjalankan tugas ketua tim - Bila ada perawat pelaksana yang berhalangan hadir, sehingga satu tim kekurangan personil maka kepala ruangan berwenang memindahkan perawat pelaksana dari tim lain masuk tim yang kekurangan personiltersebut atau katim melimpahkan pasien kepada perawat pelaksana yang hadir.
Prinsip pendelegasian tugas di MPKP antara lain adalah : - Pendelegasian tugas harus menggunakan format pendelegsaian - Personil yang menerima pendelegasian adalah personel yang berkompetemn dan setara dengan kemampuan yang digantikan tugasnya - Uraian tugas yang didelegasikan harus dijelaskan secara verbal, terinci dan tertulis - Pejabat yang mengatur pendelegasian wajib memonitor pelaksanaan tugas dan menjadi rujukan bila ada kesulitan yang dihadapi - Setelah selesai pendelegasian dilakukan serah terima tugas yang sudah dilaksanakan dan hasilnya Tabel 2.13: Contoh lembar pendelegasian Surat Pendelegasian tugas Yang Bertanda tangan dibawah ini : Nama : ……………………………………………… Nip. :……………………………………………… Unit Kerja :……………………………………………… Jabatan :……………………………………………… Menyatakan tidak dapat melaksanakan tugas sebagai ………………. pada hari, tanggal……………………………………………….. Demi kelancaran pelaksanaan tugas tersebut, saya mendelegasikan pelaksanaan tugas beserta kewenanganya kepada : Nama Nip. Unit Kerja Jabatan
: ……………………………………………… :……………………………………………… :……………………………………………… :………………………………………………
Demikian surat pendelegasian ini saya buat dengan sungguh-sungguh Jakarta, ……………………………. Yang Mendelegasikan (…………………….)
tugas Penerima delegasi (…………………..)
5) Komunikasi efektif Berkomunikasi merupakan salah satu fungsi pokok manajemen khususnya pengarahan. Setiap orang berkomunikasi dalam suatu organisasi, komunikasi yang kurang baik dapat mengganggun kelancaran organisasi dalam mencapai tujuan. Beberapa bentuk komunikasi diruang MPKP antara lain adalah operan, pr conferen dan post conferen: a) Operan Operan merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan dan menerima sesuatu (laporan) yang berkaitan dengan keadaan klien atau komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan malam. Operan dinas pagi ke dinas sore dipimpin oleh kepala ruangan, sedangkan operan dinas sore ke dinas malam langsung dipimpin oleh penanggung jawab tim sore ke penanggung jawab tim malam.
Tujuan operan pasien menurut Taylor (1993) adalah untuk mendapatkan informasi yang dapat membantu untuk menetapkan rencana perawatan pasien, mengevaluasi intervensi keperawatan, memberi kesempatan pada pasien untuk mendiskusikan tentang perawatan yang diberikan kepadanya, serta membantu menentukan prioritas diagnosa dan tujuan dari perawatan yang diberikan. Dalam operan diterangkan tentang asuhan keperawatan yang telah diberikan oleh perawat yang telah selesai tugas. Operan ini harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara sinkat, jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan atau belum dan perkembangan klien saat itu. Tabel 2.14 : Pedoman operan antar shif Waktu kegiatan Tempat Penanggung jawab Kegiatan
PEDOMAN OPERAN : awal pergantian shif : Nursing station/kantor perawat : Kepala ruang : 1. Karu/Pj shift membuka acara dengan salam 2. Katim/Pj Tim mengoperkan : - Kondisi/keadaan pasien (dx perawatan, tindakan yang sudah dilaksanakan, hasil asuhan) - Tindak lanjut untuk shif berikutnya 3. Perawat shif berikutnya mengklarifikasi penjelasan yang sudah disampaikan 4. Karu memimpin Ronde kekamar pasien 5. Karu merangkum informasi operan, memberikan saran tindak lanjut 6. Karu memimpin doa bersama dan menutup acara 7. Bersalaman
b) Pre conferen Pre conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan yang dipimpin oleh katim atau penanggung jawab tim. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dari katim atau PJ tim. Isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan (Keliat, 2000). Tabel 2.15: Pedoman pre conferen Waktu kegiatan Tempat Penanggung jawab Kegiatan
PEDOMAN PRE CONFERENT : Setelah operan : Meja masing-masing tim : Ketua tim : 1. Karu/Pj shift membuka acara 2. Katim menanyakan rencana harian masing-masing perawat pelaksana 3. Katim memberikanmasukan dan tindak lanjut terkait dengan asuhan yang diberikan saat itu 4. Katim memberikan reinforcemen 5. Katim menutup acara
c) Post conferen Post conference, yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shif dan sebelum operan. Isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan (Keliat, 2000).
Tabel 2.16 : Pedoman pre conferen Waktu kegiatan Tempat Penanggung jawab Kegiatan
PEDOMAN PRE CONFERENT : Sebelum operan ke dinas berikut : Meja masing-masing tim : Ketua tim : 1. Karu/Pj shift membuka acara 2. Katim menanyakan hasil asuhan masing-masing pasien 3. Katim menanyakan kendala dalam asuhan yang telah diberikan 4. Katim menanyakan tindak lanjut asuhan pasien yang harus dioperkan kepada perawat shif berikutnya 5. Katim menutup acara
d) Ronde Keperawatan Suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat, dengan melibatkan klien untuk mermbahas dan melaksanakan asuhan keperawatan oleh ketua Tim atau penanggung jawab jaga dengan melibatkan seluruh anggota tim. Karakteristik pelaksanan ronde keperawatan antara lain: - Klien dilibatkan secara langsung - Klien merupakan fokus kegiatan - Perawat pelaksana, perawat primer dan konsuler melakukan diskusi bersama - Kosuler memfasilitasi kreatifitas - Konsuler membantu mengembangkan kemampuan perawat asosiet, perawat primer untuk meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah
Tujuan : - menumbuhkan cara berfikir secara kritis - Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari masalah klien - Meningkatkan vadilitas data klien - Menilai kemampuan justifikasi - Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja - Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.
Peran perawat primer dan perawat pelaksana dalam menjalankan pekerjaannya perlu adanya sebuah peranan yang bisa untuk memaksimalkan keberhasilan yang bisa disebutkan antara lain : - Menjelaskan keadaan dan data demografi klien - Menjelaskan masalah keperawatan utama - Menjelaskan intervensi yang belum dan yang akan dilakukan
- Menjelaskan tindakan selanjutnya - Menjelaskan alasan ilmiah tindakan yang akan diambil Peran perawat primer lain dan atau konsuler - Memberikan justifikasi - Memberikan reinforcement - Menilai kebenaran dari suatu masalah, intervensi keperawatan serta tindakan yang rasional - Mengarahkan dan koreksi - Mengintegrasikan teori dan konsep yang telah dipelajari D. Fungsi Pengendalian Pengendalian (controlling) adalah proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi. Pengawasan (controlling) dapat dianggap sebagai aktivitas untuk menemukan, mengoreksi penyimpangan-penyimpangan penting dalam hasil yang dicapai dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan. Adalah wajar jika terjadi kekeliruan-kekeliruan tertentu, kegagalan-kegagalan dan petunjuk-petunjuk yang tidak efektif hingga terjadi penyimpangan yang tidak diinginkan dari pada tujuan yang ingin dicapai. Pengawasan dalam arti manajemen yang diformalkan tidak akan eksis tanpa adanya perencanaan, pengorganisasian dan penggerakan sebelumnya. Pengawasan bisa berjalan secara efektif diperlukan beberapa kondisi yang harus diperhatikan yaitu: 1. Pengawasan harus dikaitkan dengan tujuan, dan kriteria yang dipergunakan dalam system Pelayanan kesehatan, yaitu relevansi, efektivitas, efisiensi, dan produktivitas. 2. Agar standar pengawasan berfungsi efektif maka harus dipahami dan diterima oleh setiap anggota organisasi sebagai bagian integral, misalnya sistem standar kendali mutu harus dianggap normal dan perlu. 3. Sulit, tetapi standar yang masih dapat dicapai harus ditentukan. Ada dua tujuan pokok, yaitu: (1) untuk memotivasi, dan (2) untuk dijadikan patokan guna membandingkan dengan prestasi. Artinya jika pengawasan ini efektif akan dapat memotivasi seluruh anggota untuk mencapai prestasi yang tinggi. Karena tantangan biasanya menimbulkan berbagai reaksi, maka daya upaya untuk mencapai standar yang sulit mungkin dapat membangkitkan semangat yang lebih besar untuk mencapainya daripada kalau yang harus dipenuhi itu hanya standar yang mudah. Namun demikian, jika terget terlampau tinggi atau terlalu sulit kemungkinan juga akan menimbulkan patah semangat. Oleh karena itu tidak menetapkan standar yang terlampau sulit sehingga bukan meningkatkan prestasi, malah menurunkan prestasi
4. Pengawasan hendaknya disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan organisasi. Di sini perlu diperhatikan pola dan tata organisasi, seperti susunan, peraturan, kewenangan dan tugastugas yang telah digariskan dalam uraian tugas (job discription). 5. Banyaknya pengawasan harus dibatasi. Artinya jika pengawasan terhadap karyawan terlampau sering, ada kecenderungan mereka kehilangan otonominya dan dapat dipersepsi pengawasan itu sebagai pengekangan. 6. Sistem pengawasan harus dikemudi (steering controls) tanpa mengorbankan otonomi dan kehormatan manajerial tetapi fleksibel, artinya sistem pengawasan menunjukkan kapan, dan dimana tindakan korektif harus diambil. 7. Pengawasan hendaknya mengacu pada tindakan perbaikan, artinya tidak hanya mengungkap penyimpangan dari standar, tetapi penyediaan alternatif perbaikan, menentukan tindakan perbaikan. 8. Pengawasan hendaknya mengacu pada prosedur pemecahan masalah, yaitu: menemukan masalah, menemukan penyebab, membuat rancangan penanggulangan, melakukan perbaikan, mengecek hasil perbaikan, mengecek timbulnya masalah yang serupa. Dalam bidang keperawatan pengendalian merupakan upaya mempertahankan mutu, kualitas atau standar. Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan (standar)yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan, keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan output adalah BOR, LOS, TOI, dan Audit dokumentasi keperawatan. Kepala ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua kegiatan yang dilakukan (proses evaluasi = audit proses) terkait dengan MPKP. Data tentang indikator mutu dapat bekerjasama dengan tim rumah sakit atau ruangan membuat sendiri. Audit dokumentasi keperawatan dilakukan pada rekam medik yang pulang atau yang sedang dirawat lalu dibuat rekapitulasinya untuk ruangan. Survey masalah pasien yang diambil dari pasien baru yang dirawat pada bulan yang bersangkutan untuk menganalisa apakah ada masalah baru yang belum dibuat standar asuhannya. Ketua tim akan memberi kontribusi data yang dibutuhkan oleh kepala ruangan dalam menilai pencapaian kegiatan MPKP. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengendalian / pengontrolan meliputi : 1) Menetapkan standart dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja 2) Melakukan pengukuran prestasi kerja 3) Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standart 4) Mengambil tindakan korektif
Peralatan atau instrument dipilih untuk mengumpulkan
bukti dan untuk menunjukkan
standart yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit merupakan penilaian pekerjaan yang telah dilakukan. Terdapat tiga katagori audit keperawatan, yaitu : 1) Audit struktur Berfokus pada sumber daya manusia, lingkungan perawatan, termasuk fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan, prosedur, standart, SOP dan rekam medic, pelanggan (internal maupun external). Standart dan indikator diukur dengan mengunakan cek list. 2) Audit proses Merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan apakah standar keperawatan tercapai. Pemeriksaan dapat bersifat retrospektif, concurrent, atau peer review. Retrospektif adalah audit dengan menelaah dokumen pelaksanaan asuhan keperawatan melalui pemeriksaan dokumentasi. Concurent adalah mengobservasi saat kegiatan keperawatan sedang berlangsung. Peer review adalah umpan balik sesame anggota tim terhadap pelaksanaan kegiatan. 3) Audit hasil Audit hasil adalah produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien, kondisi SDM, atau indikator mutu. Kondisi pasien dapat berupa keberhasilan pasien dan kepuasan. Kondisi SDM dapat berupa efektifitas dan efisiensi serta kepuasan. Untuk indikator mutu berupa BOR, ALOS, TOI, angka infeksi nosokomial dan angka dekubitus. Pada pelaksanaan MPKP kegiatan pengendalian diterapkan dalam bentuk kegiatan pengukuran : 1) Indikator mutu umum a) Penghitungan lama hari rawat (BOR) BOR (bed occupancy rate) adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Standar internasional BOR dianggap baik adalah 80 – 90 %. Standar nasional BOR adalah 70-80 %. Rumus penghitungan BOR :
Rumus :
Jumlah hari perawatan Jumlah tempat tidur X jumlah hari persatuan waktu
X 100 % :
Keterangan : - Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien dirawat dalam satu hari kali jumlah hari dalam satu satuan waktu - Jumlah hari persatuan waktu, jika diukur persatu bulan maka jumlahnya 28-31 hari, tergantung jumlah hari dalam bulan tersebut
b) Penghitungan rata-rata lama dirawat (ALOS) ALOS (average length of stay) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan. Secara umum ALOS ideal 6-9 hari. Rumus penghitungan ALOS : Rumus :
Jumlah hari perawatan pasien keluar
X 100 % :
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) Keterangan : -
Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan pasien keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang pulang atau meninggal dalam satu periode tertentu
-
c) Penghitungan lama tempat tidur tidak terisi (TOI) TOI (turn over interval) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini dapat memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong 1-3 hari. Rumus penghitungan TOI : Rumus :
(Jumlah TT x hari) – hari perawatan RS
X 100 % :
Jumlah pasien keluar (hidup + mati) Keterangan : -
Jumlah TT : jumlah total kapasitas tempat tidur yang dimiliki Hari perawatan :jumlah total hari perawatan pasien yang keluar hidup dan mati Jumlah pasien keluar (hidup + mati) adalah jumlah pasien yang dimutasikan keluar baik pulang, lari atau meninggal
2) Indikator mutu khusus a) Kejadian infeksi nosokomial Angka infeksi nosokomial adalah jumlah pasien infeksi yang didapat atau muncul selama dalam perawatan dirumah sakit. b) Kejadian cedera Angka cedera adalah jumlah pasien yang mengalami luka selama dalam perawatan yang disebabkan karena tindakan jatuh, fiksasi dan lainnya. Indikator ini
dapat
menggambarkan mutu pelayanan yang diberikan pada pasien. Idealnya tidak ada kasus pasien yang cedera 3) Kondisi pasien a) Audit dokumentasi asuhan keparawat Audit dokumentasi keperawatan dilakukan pada rekam medik yang pulang atau yang sedang dirawat lalu dibuat rekapitulasinya untuk ruangan. Survey masalah pasien yang diambil dari pasien baru yang dirawat pada bulan yang bersangkutan
untuk
menganalisa apakah ada masalah baru yang belum dibuat standar asuhannya. Ketua
tim akan memberi kontribusi data yang dibutuhkan oleh kepala ruangan dalam menilai pencapaian kegiatan MPKP. b) Survey masalah baru Survey masalah keperawatan adalah survey dengan standart Nanda untuk pasien baru opname yang dilakukan untuk satu periode waktu tertentu (satu bulan). c) Kepuasan pasien dan keluarga Kepuasan pelanggan adalah tingkat keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan seseorang. Survey kepuasan yang dilakukan diruang MPKP adalah kepuasan pasien, keluarga, perawat dan tenaga kesehatan lain. 4) Kondisi SDM - Kepuasan tenaga kesehatan (perawat dan dokter) - Penilaian kinerja perawat Keempat fungsi manajemen ini merupakan suatu rangkaian (proses) kegiatan yang berhubungan satu sama lain. Jika tujuan organisasi belum tercapai
atau masih ada kesenjangan
pihak
manajemen harus mampu menganalisa kembali kelemahan pelaksanaan salah satu atau beberapa fungsi manajemen. Untuk itu fungsi manajemen ini memerlukan perumusan standar unjuk kerja yang jelas yang digunakan
untuk menilai hasil kegiatan staff atau unit kerja. Apakah ada
penyimpangan dan jika ada penyimpangan kegiatan manajerial ditujukan koreksi terhadap penyimpangan yang telah terjadi.
Bagan 1 Hubungan antara fungsi-fungsi manajemen
untuk melakukan
DAFTAR RUJUKAN
Depkes RI, (2001). Standart Manajemen Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan di Sarana Kesehatan, Jakarta Direktorat Pelayanan Keperawatan Depkes RI Depkes RI, (2002). Standart Tenaga Keperawatan di Rumah Sakit, Jakarta Direktorat Pelayanan Keperawatan Depkes RI Keliat,
B.A., dkk (2000). Pedoman manajemen sumber daya manusia perawat ruang model praktek keperawatan profesional rumah sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Makalah : tidak dipublikasikan
Nawawi, H. (1990). Administrasi Personel untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Jakarta : Haji Masagung Nitisemito, A.S. (1991). Manajemen Personalia. Cetakan ke-8. Jakarta: Ghalia Indonesia. Robbins, S.P.(2001). Organizational Behavior : Consepts, Contoversies and Aplication. 3 edition , New Jersey : Prentice Hall Russel C. Swanburg .(1994). Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Untuk Perawat Klinis, Jakarta : EGC Siagian, S.P. (2000). Mangemen sumber daya manusia. Cetakan 7, jakarta : PT Bumi Aksara Sitorus, R, Yulia (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit; Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta Sudarsono, R.S. (2000). Berbagai model praktek keperawatan profesional di rumah sakit. Makalah seminar dan semiloka MPKP II. Jakarta : tidak dipublikasikan Swansburg & swansburg, (1999). introductory managemen and leaderships for nurses: An Interactive text (2 ed.) Canada : Jones & Bartlett Publishers