BAB 2 Landasan Teori
2.1
Dasaran Teori Dasaran teori sangat diperlukan agar proses penelitian tetap berada pada jalur yang sudah
ditetapkan dan terdapat acuan penelitian dan menjadi suatu kerangka pemikiran bagi sang peneliti. Dalam buku Auditing & Jasa Assurance, A. Alvin (2014 : 340) menjelaskan tujuan pengendalian internal ada 3 macam, yaitu: a) Reliabilitas Pelaporan Keuangan: Manajemen bertanggung jawab untuk menyiapkan laporan bagi para investor, kreditor, dan pemakai lainnya.manajemen memikul baik tanggung jawab hokum maupun professional untuk memastikan bahwa informasi telah disajikan dengan wajar dan sesuai dengan persyaratan pelaporan keuangan. b) Efisiensi dan Efektivitas Operasi. Tujuan penting dalam pengendalian ini adalah memperoleh informasi keuangan dan nonkeuangan yang akurat tentang operasi perusahaan untuk keperluan pengambilan keputusan. c) Ketaatan Pada Hukum dan Peraturan. Perusahaan public diwajibkan untuk mengeluarkan laporan tentang kefektifan pelaksanaan pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Selain mematuhi ketentuan hokum, organisasi public, non, public dan nirlaba diwajibkan merbagai hokum peraturan. Dalam buku Auditing & Jasa Assurance, A. Alvin (2014 : 342) menjelaskan bahwa terdapat rancangan pengendalian internal antara lain adalah manajemen harus mengevaluasi apakah pengendalian internal dirancang dan diberlakukan untuk mencegah atau mendeteksi salah saji yang material dalam pelaporan keuangan. Fokus manajemen tertuju pada pengendalian atas semua asersi yang relevan bagi semua akun dan pengungkapan yang signifikan dalam pelaporan keuangan. Selanjutnya manajemen harus menguji efektivitas pengendalian. Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan apakah pengendalian telah berjalan dengan seperti apa yang dirancang,
dan apakah orang yang melakasanakan memiliki kewenangan serta kualifikasi yang diperlukan untuk melaksanakan pengendalian itu secara efektif. 2.2
Pengendalian Internal
2.2.1
Pengertian Pengendalian Intern Pengendalian intern merupakan istilah yang telah umum dan banyak dipergunakan dalam
berbagai variasi kepentingan dan pengertian. Fungsi dari pengendalian intern semakin penting dikarenakan semakin berkembang perusahaan. Semua pimpinan perusahaan harus menyadari dan memahami betapa pentingnya pengendalian intern. Menurut COSO dalam buku Sistem Akuntansi, V.Wiratna (2015:70) “Pengendalian Internal merupakan rangkaian tindakan yang mencakup keseluruhan proses dalam organisasi. Pengendalian Internal berada dalam proses manajemen dasar, yanitu perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan.” Pengendalian intern bagi suatu perusahaan (terutama yang sudah go public) adalah merupakan suatu keharusan. Bersamaan dengan kewajiban audit laporan keuangan, direksi wajib memberikan pernyataan tentang kecukupan sistem pengendalian perusahaan yg dikelolanya serta model/framework mana Universitas Sumatera Utara yang diadopsi (atau sepenuhnya didesain sendiri), dan wajib diaudit oleh auditor ekstern. Faktor-faktor yang menyebabkan makin pentingnya sistem pengendalian intern, antara lain: a. Perkembangan kegiatan dan skalanya menyebabkan kompleksitas struktur, sistem dan prosedur suatu organisasi suatu organisasi semakin rumit. Untuk dapat mengawasi operasi organisasi, manajemen hanya mengandalkan kepercayaan atas berbagai laporan dan analisa. b. Tanggung jawab utama untuk melindungi aset organisasi, mencegah dan menemukan kesalahan-kesalahan serta kecurangan-kecurangan terletak pada management, sehingga management harus mengatur sistem pengendalian intern yang sesuai untuk memenuhi tanggung jawab tersebut. c. Pengawasan oleh dari satu orang (saling cek) merupakan cara yang tepat untuk menutup kekurangan-kekurangan yang bisa terjadi pada manusia. Saling cek ini merupakan salah satu karakteristik sistem pengendalian intern yang baik. d. Pengawasan yang “built-in” langsung pada sistem berupa pengendalian intern yang baik dianggap lebih tepat daripada pemeriksaan secara langsung dan detail oleh pemeriksa (khususnya yang berasal dari luar organisasi). Menurut W.Amin (2010:195) dan Beasley,
Alvin, Elder dan Jusuf (2015:340) “Pengendalian Intern adalah suatu proses-yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai Universitas Sumatera Utara tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : 1. keandalan pelaporan keuangan, 2. efektifitas dan efisiensi operasi, dan 3. kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Berikut penjelasan tujuannya: a) Keandalan pelaporan keuangan Manajemen bertanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan kreditor dan para pengguna lainnya. Manajemen memiliki tanggung jawab hukum maupun profesionalisme untuk meyakinkan bahwa informasi disajikan dengan wajar sesuai dengan ketentuan dalam pelaporan. Tujuan pengendalian yang efektif terhadap laporan keuangan adalah untuk memenuhi tanggung jawab pelaporan keuangan ini. b) Efektivitas dan efisiensi operasi Pengendalian dalam suatu perusahaan akan mendorong penggunaan sumber daya perusahaan secara efisien dan efektif untuk mengoptimalkan sasaran yang dituju perusahaan. c) Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku Perusahaan publik, non-publik maupun organisasi nirlaba diharuskan untuk memenuhi beragam ketentuan hukum dan peraturan. Beberapa peraturan ada yang terkait dengan akuntansi secara tidak langsung, misalnya perlindungan terhadap lingkungan dan hukum hak-hak sipil. Sedangkan yang terkait erat dengan akuntansi, misalnya peraturan pajak penghasilan dan kecurangan. Menurut W.Amin (2015:196), mengungkapkan tujuan auditor dan menganalisis secara kritis Sistem Pengendalian Internal: 1. Menilai resiko bawaan dan resiko pengendalian, dan mengevaluasi apakah pengendalian internal memadai sebagai dasar untuk menyusun laporan keuangan. 2. Mengidentifikasi salah saji potensial pada akun dan kelompok transaksi tertentu dalam laporan keuangan 3. Menentukan sifat, saat, luas(lingkup) prosedur audit per akun, dan terutama difokuskan pada kelemahan pengendalian yang ada, sehingga dapat dideteksi salah saji material dalam laporan keuangan klien.
Menurut R. Moeller (2011:24) COSO juga menekankan konsep fundamental dari pengendalian internal, sebagai berikut: a) Pengendalian internal merupakan suatu proses Pengendalian internal terdiri dari serangkaian tindakan atau kegiatan dan saling terintegrasi dengan infrastruktur suatu entitas. Pengendalian internal juga berarti alat untuk mencapai suatu akhir, bukan akhir itu sendiri. b) Pengendalian internal dilaksanakan oleh orang Pengendalian internal bukan hanya suatu kebijakan dan formulir-formulir, tetapi dilaksanakan atau diimplementasikan oleh orang pada berbagai tingkatan organisasi, termasuk dewan direksi, manajemen dan personel lainnya. c) Pengendalian internal menyediakan keyakinan yang memadai Pengendalian internal diharapakan untuk menyediakan hanya keyakinan yang memadai, bukan keyakinan yang mutlak, karena keterbatasan dalam sistem pengendalian internal dan perlunya mempertimbangkan biaya dan manfaat dari pengadaan pengendalian. d) Pengendalian internal untuk pencapaian tujuan Pengendalian internal diarahkan untuk pencapaian tujuan dari pelaporan keuangan, kepatuhan, dan operasi. Untuk menyediakan suatu struktur dalam mempertimbangkan banyak kemungkinan pengendalian yang behubungan dengan tujuan entitas, maka COSO menurut Beasley, Alvin, Elder dan Jusuf (2015:345-354) “yaitu kerangka kerja pengendalian internal yang paling luas diterima di Amerika Serikat, menguraikan lima komponen pengendalian internal yang dirancang dan diimplementasikan oleh manajemen untuk memberikan kepastian yang layak bahwa tujuan pengendaliannya akan tercapai. Setiap komponen banyak mengandung pengendalian, tetapi auditor hanya hanya akan berfokus pada pengendalian yang dirancang untuk mendeteksi salah saji material dan laporan keuangan. Banyak langkah yang bisa diambil sebagai acuan teori untuk pengendalian internal ini salah satunya yang dipakai dipenelitian ini adalah COSO. Komponen Pengendalian Internal COSO meliputi hal-hal berikut ini: 1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment) Lingkungan Pengendalian merupakan fondasi dari semua komponen pengendalian internal lainnya yang menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian,
menetapkan suasana suatu organisasi yang mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan elemen terpenting dari pengendalian internal karena lingkungan pengendalian yang baik membantu perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan untuk masa mendatang. Sejumlah faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu entitas diantaranya : a) Integritas dan Nilai Etika Bagian dari bisnis seperti karyawan, pelanggan, pemasok, dan masyarakat umum meminta peningkatan standar yang tinggi dari integritas dan nilai etika sebagai bagian dari bisnis. Dalam rangka menekankan pentingnya integritas dan nilai etika diantara personel dalam organisasi, maka anggota manajemen harus : a) Menetapkalan suasana Contoh : mendemonstrasikan dan mempraktikkan standar yang tinggi dari perilaku etis. b) Mengkomunikasikan kepada semua karyawan Contoh : secara verbal maupun melalui pernyataan kebijakan tertulis bahwa setiap karyawan memiliki tanggung jawab untuk melaporkan pelanggran yang terjadi kepada tingkat yang lebih tinggi dalam organisasi. c) Memberikan bimbingan moral Contoh : Memberikan bimbingan moral kepada karyawan yang memiliki latar belakang moral kurang baik. d) Mengurangi atau menghilangkan insentif yang dapat mengarahkan individu untuk melakukan tindakan yang tidak jujur atau melawan hukum Contoh : Memberikan penekanan yang berlebihan kepada karyawan mengenai hasil jangka pendek atau berusaha untuk memenuhi target kinerja yang tidak realistis. e) Komitmen terhadap Kompetensi Untuk mencapai tujuan entitas, personel pada setiap tingkatan dalam organisasi harus memiliki pengetahuan dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif. Komitmen terhadap kompetensi mencakup pertimbangan manajemen mengenai pengetahuan dan keahlian yang diperlukan, pelatihan, dan pengalaman yang diperlukan untuk mengembangkan kompetensi tersebut.
f) Dewan Direksi dan Komite Audit Salah satu tanggung jawab Dewan Direksi adalah melaksanakan pengawasan dan pengelolaan pelaporan semua aktivitas di dalam perusahaan serta pengendalian internal perusahaan kepada Komisaris. Selain itu, Dewan Direksi juga bertanggung jawab atas sistem pengendalian internal yang ada di dalam perusahaan. Komisaris / Dewan Pengawas harus membentuk Komite Audit yang bekerja secara kolektif dan berfungsi membantu Komisaris / Dewan Pengawas. Komite Audit dapat berfungsi membantu kelancaran tugas Komisaris, antara lain Komite Audit melakukan penelaahan terhadap kebenaran informasi yang disampaikan oleh Direksi kepada Komisaris Selain itu Komite Audit juga dapat berfungsi menilai efektivitas pengendalian internal (internal control), termasuk mengawasi fungsi Internal Auditor dan Eksternal Auditor. g) Filosofi dan Gaya Operasi Manajemen Banyak karakteristik yang dapat membentuk bagian dari filosofi dan gaya operasi manajemen serta memiliki dampak terhadap lingkungan pengendalian. Karakteristik tersebut meliputi : 1. Sikap dan tindakan terhadap pelaporan keuangan 2. Pemilihan secara efektif dari prinsip-prinsip akuntansi yang tersedia 3. Kesadaran dalam mengembangkan estimasi akuntansi 4. Kesadaran dan pemahaman terhadap resioko yang dihubungkan dengan teknologi informasi 5. Sikap terhadap pemrosesan informasi dan fungsi akuntansi h) Struktur Organisasi Struktur organisasi berkontribusi terhadap kemampuan suatu entitas untuk memenuhi tujuan dengan menyediakan kerangka kerja menyeluruh atas perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pemantauan aktivitas suatu entitas. Mengembangkan struktur organisasi suatu entitas melibatkan penentuan bidang dari wewenang dan tanggung jawab serta garis pelaporan yang tepat. i) Penetapan Wewenang dan Tanggung Jawab Penetapan
wewenang
dan
tanggung
jawab
merupakan
perpanjangan
dari
pengembangan suatu struktur organisasi. Wewenang dan tanggung jawab mencakup
penjelasan-penjelasan mengenai bagaimana dan kepada siapa wewenang dan tanggung jawab untuk semua aktivitas entitas dibebankan, dan harus memungkinkan setiap individu untuk mengetahu bagaimana tindakannya saling berhubungan dengan individu lainnya dalam memberikan kontribusi terhadap pencapaian tujuan entitas, setiap individu akan bertanggung jawab atas hal apa. j) Kebijakan dan Praktik Sumber Daya Manusia Suatu konsep fundamental dari pengendalian internal yang disebutkan sebelumnya adalah bahwa pengendalian internal dilaksanakan atau diimplementasikan oleh orang. Oleh karena itu, agar pengendalian internal efektif, adalah penting bahwa kebijakan dan prosedur sumber daya manusia yang diterapkan akan menjamin bahwa personil memiliki tingkat integritas, nilai etika, dan kompetensi yang diharapkan. Praktik tersebut mencakup kebijakan perekrutan dan proses penyeleksian yang dikembangkan dengan baik, orientasi personel baru terhadap budaya dan gaya operasi entitas, tindakan pendisiplinan untuk pelanggaran yang dilakukan personel, pengevaluasian, konseling, dan mempromosikan orang berdasarkan penilaian kinerja periodik serta memberikan penghargaan atas kinerja yang tinggi. 2. Penilaian Resiko (Risk Assessment) Penilaian resiko harus mempertimbangkan resiko yang dapat muncul dari perubahan kondisi yang terjadi di dalam maupun di luar organisasi, seperti : a) Perubahan dalam lingkungan operasi b) Pernyataan akuntansi c) Personel baru d) Sistem informasi yang baru atau dimodifikasi e) Pertumbuhan yang cepat f) Teknologi baru g) Operasi di luar negeri h) Lini, produk, atau aktivitas baru 3. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) Informasi dan Komunikasi merupakan pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan kerangka waktu yang membuat orang mampu melaksanakan tanggung jawabnya. Sistem informasi dan komunikasi yang relevan dengan
tujuan pelaporan keuangan, yang memasukkan sistem akuntansi, terdiri dari metode-metode dan catatan-catatan yang diciptakan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, menganalisis, mengklasifikasi, mencatat, dan melaporkan transaksi-transaksi (termasuk kejadian-kejadian serta kondisi-kondisi) dan untuk memelihara akuntanbilitas dari aktiva-aktiva dan kewajibankewajiban yang berhubungan. Komunikasi melibatkan penyediaan suatu pemahaman yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab individu yang saling terkoordinasi berkenaan dengan pengendalian internal. 4. Aktivitas Pengendalian (Control Activities) Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan. Aktivitas pengendalian membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan berkenaan dengan resiko telah diambil untuk pencapaian tujuan entitas. Menurut V.Wiratna (2015:72), aktivitas pengendalian dibedakan menjadi lima bagian yaitu : 1. Pemisahan tugas yang memadai 2. Otorisasi transaksi dan kegiatan 3. Dokumen dan catatan yang memadai 4. Kendali fisik atas aktiva dan catatan 5. Pemeriksaan independen terhadap kinerja Aktivitas pengendalian yang relevan dengan audit laporan keuangan dapat dikategorikan, diantaranya : a) Pemisahan tugas Pemisahan tugas melibatkan pemastian bahwa individu tidak melaksanakan tugas yang tidak seimbang. Tugas dianggap tidak seimbang dari sudut pandang pengendalian ketika memungkinkan individu untuk melakukan suatu kekeliruan atau kecurangan dan berusaha menutupinya dalam pelaksanaan tugas normalnya. Pemisahan tugas yang baik juga melibatkan pembandingan akuntanbilitas yang tercatat dengan aktiva di tangan. Sebagai contoh, pengendalian internal yang baik melibatkan rekonsiliasi bank independen yang membandingkan saldo bank dengan saldo buku perusahaan. Catatan persediaan perpetual dibandingkan secara periodik dengan persediaan yang ada di tangan. b) Pengendalian pemrosesan informasi
Pengendalian pemrosesan informasi mengacu pada resiko yang berhubungan dengan otorisasi, kelengkapan, dan akurasi transaksi. Pengendalian ini terutama relevan dengan audit laporan keuangan. Sebagian besar entitas, tanpa memperhatikan ukurannya, menggunakan komputer untuk pemrosesan informasi secara umum dan untuk sistem akuntasi secara khusus. Tahap lebih lanjut sangat berguna untuk mengkategorikan pengendalian pemrosesan informasi sebagai pengendalian umum dan pengendalian aplikasi. Tujuan dari pengendalian umum adalah untuk mengendalikan pengembangan program, perubahan program, operasi komputer, dan untuk mengamankan akses terhadap data dan program. Jika auditor dapat memperoleh bukti bahwa pengendalian umum berfungsi secara efektif, maka auditor juga memiliki keyakinan bahwa aplikasi individual mungkin mungkin telah dirancang dan dioperasikan secara efektif. Sebaliknya, kekurangan dalam pengendalian umum dapat mempengaruhi banyak aplikasi. c) Pengendalian fisik Pengendalian fisik menekankan pada pembatasan 2 jenis akses ke aktiva dan catatan penting seperti : 1.
Akses fisik langsung
2. Akses tidak langsung melalui persiapan atau pemrosesan dokumen seperti pesanan penjualan dan pengeluran nota yang mengotorisasi penggunaan aktiva Ketika peralatan teknologi informasi digunakan, akses terhadap komputer, catatan komputer, file data, dan program harus dibatasi pada personel yang memiliki otorisasi. Aktivitas pengendalian fisik meliputi perhitungan periodik atas aktiva dan perbandingan dengan jumlah yang ditunjukkan dalam catatan pengendalian. d) Review Kinerja Review kinerja meliputi review dan analisis manajemen terhadap : 1. Laporan yang mengikhtisarkan secara terinci dari saldo akun neraca saldo, laporan pengeluaran kas, laporan aktivitas penjualan dan laba kotor, tenaga penjualan.
2. Kinerja aktual dibandingkan dengan anggaran, prediksi kinerja, atau jumlah periode sebelumnya. 3. Hubungan dari rangkaian data yang berbeda seperti data operasi nonkeuangan dan data keuangan. 4. Kualitas review ini dapat menyediakan pengendalian terhadap asersi-asersi seperti asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan, dan penilaian atau alokasi. 5. Pemantauan (Monitoring) Pemantauan merupakan suatu proses yang menilai kualitas kinerja pengendalian internal pada suatu waktu. Pemantauan melibatkan penilaian rancangan dan pengoperasian pengendalian dengan dasar waktu dan mengambil tindakan yang diperlukan.
2.2.2 Siklus Transaksi Menurut Arens, Beasley, dan Elder (2011) hubungan antara siklus transaksi digambarkan sebagai berikut :
2.2.2.1 Gambar Siklus Transaksi Penjelasan : Sebuah perusahaan mulai berdiri pada saat diperolehnya sejumlah modal, yang pada umumnya berbentuk kas. Dalam sebuah perusahaan, uang kas digunakan untuk memperoleh bahan baku, aktiva tetap, serta berbagai barang dan jasa yang saling berkaitan untuk memproduksi sejumlah persediaan (acquisition and payment cycle).
Uang kas pun dengan alasan yang sama digunakan untuk memperoleh sejumlah tenaga kerja (payroll and personel cycle). Acquisition and payment cycle serta payroll and personel cycle memiliki kesamaan sifat tetapi fungsi-fungsinya cukup berbeda sehingga dapat dipisahkan menjadi 2 siklus yang berlainan. Gabungan kedua siklus tersebut adalah persediaan (inventory and warehousing cycle). Setelah itu persediaan dijual dan mengakibatnya adanya penagihan (sales and collection cycle). Uang kas yang dihasilkan dari proses tersebut digunakan untuk memulai kembali siklus-siklus tersebut. Siklus-siklus transaksi memegang peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan suatu audit. Para auditor akan memperlakukan setiap siklus secara terpisah dan independen antara satu dengan yang lainnya untuk hasil yang efektif.
2.2.3
Keterbatasan Pengendalian Internal Salah satu konsep fundamental yang telah disebutkan sebelumnya bahwa pengendalian
internal hanya dapat menyediakan keyakinan yang memadai kepada manajemen dan dewan direksi berkaitan dengan pencapaian tujuan suatu entitas. Consideration of Internal Control in a Financial Statement Audit, mengidentifikasi keterbatasan yang melekat (inherent limitations) yang menjelaskan mengapa pengendalian internal sebaik apapun dirancang dan dioperasikan hanya dapat menyediakan keyakinan yang memadai berkaitan dengan pencapaian tujuan suatu entitas, sebagai berikut : 1. Kesalahan dalam Pertimbangan (Mistakes in Judgement) Terkadang, manajemen dan personel lainnya dapat melakukan pertimbangan atau analisa yang tidak tepat dalam membuat keputusan bisnis atau dalam melaksanakan tugas rutin karena informasi yang tidak mencukupi, keterbatasan waktu, atau prosedur lainnya.
2. Kemacetan (Breakdowns) Kemacetan dalam melaksanakan pengendalian dapat terjadi ketika personel salah memahami instruksi atau membuat kekeliruan akibat kecerobohan. Perubahan sementara atau permanen dalam personel atau dalam sistem atau prosedur juga dapat menjadi faktor penyebab terjadinya kemacetan. 3. Kolusi (Collusion)
Kolusi dapat terjadi ketika individu yang bertindak bersama, seperti karyawan yang melaksanakan suatu pengendalian penting bertindak bersama karyawan lain, konsumen atau pemasok dapat melakukan kecurangan sehingga tidak dapat dideteksi oleh pengendalian internal. 4. Penolakan Management (Management Override) Menejemen dapat mengesampingkan kebijakan atau prosedur tertulis untuk tujuan tidak sah seperti keuntungan pribadi (misalnya : menaikkan laba yang dilaporkan untuk mendapatkan bonus). 5. Biaya versus Manfaat (Cost versus Benefit) Biaya pengendalian internal suatu entitas seharusnya tidak melebihi manfaat yang diharapkan untuk diperoleh. Setiap pengendalian internal memerlukan biaya. Misalnya : biaya pengendalian internal yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan harus lebih rendah daripada keuntungan yang akan diperoleh perusahaan.
2.2.4
Ciri-Ciri Pengendalian Internal dan Hubungan Pengendalian Internal dengan Auditing Menurut Akmal (2011:25), ciri-ciri pengendalian internal yang efektif yakni : 1. Tujuannya jelas Jika pengendalian internal tidak dapat dimengerti, maka prosedur pengendalian tersebut tidak akan digunakan dan jika tidak mempunyai tujuan yang jelas, maka pengendalian tersebut tidak memiliki nilai. 2. Dibangun untuk tanggung jawab bersama Suatu pengendalian internal harus dapat dimanfaatkan oleh seluruh pengguna atau oleh seluruh pihak yang berkaitan. 3. Biaya yang dikeluarkan dapat mencapai tujuan Biaya yang dikeluarkan harus dapat mencapai tujuan yang ditetapkan, namun biaya tersebut tidak boleh melebihi dari manfaat yang dihasilkannya.
4. Didokumentasikan
Proses dokumentasi yang baik adalah proses dokumentasi yang sederhana dan dapat mudah dimengerti, serta jelas hubungannya resiko ke pengendalian dan memberikan kepada manajemen bahwa pengendalian internal ini berada pada tempatnya. 5. Dapat diuji dan direview Proses pengendalian dan manajemen dan dokumentasinya dapat diuji dan direview agar dapat disempurnakan atau dapat diperbaharui jika proses pengendalian internal yang dilakukan sudah tidak sesuai dengan kondisi pada saat pengendalian dilakukan. 6. Dapat dikelola Maksudnya adalah bahwa pengendalian internal harus dapat ditambah jika terdapat kekurangan, dan dirubah jika telah tidak terdapat kesesuaian, diperbaharui jika sudah tidak sesuai dengan kondisi sekarang. Menurut W.Amin dalam bukunya dasar-dasar audit internal (2010:209) menjelaskan ciriciri pengendalian Internal yang kuat: 1. Karyawan yang kompeten dan jujur, antara lain, menguasai standar akuntansi, peraturan perpajakan, dan peraturan pasar modal. 2. Transaksi otorisasi oleh pejabat yang berwewenang 3. Transaksi dicatat dengan benar (jumlah estimasi, dan perlakuan akuntansi) 4. Pemisahan tugas yang mengambil inisiatif timbulnya suatu transaksi yang ,mencatat dan yang menyimpan. 5. Akses terhadap asset dan catatan perusahaan sesuai dengan fungsi dan tugas karyawan 6. Perbandingan secara periodic antara saldo menurut buku dengan jumlah secara fisik. Ciri-ciri diatas harus dapat memenuhi 3 kriteria pengendalian yang efektif, yaitu : 1. Bersifat preventif (apat menghentikan kesalahan pada saat akan terjadi) 2. Detektif (segera dapat mengetahui suatu kesalahan yang terjadi dengan tepat waktu) 3. Korektif (membantu untuk memecahkan masalah kesalahan yang terjadi.). yaitu berupa audit trail untuk melacak urutan transaksi dari awal hingga akhir.
2.2.5
Pengendalian Internal atas Fungsi Persediaan Pengendalian internal atas perusahaan merupakan hal yang penting karena persediaan
adalah bagian yang sangat penting dari suatu perusahaan dagang. Perusahaan biasanya sangat berhati-hati dalam melakukan pengawasan atas persediaan yang dimilikinya. Tujuan dari
pengendalian persediaan agar persediaan barang yang terdapat dalam suatu perusahaan tidak terlalu banyak sehingga tidak menimbulkan keusangan dan tidak terlalu sedikit sehingga perusahaan tidak kehilangan penjualan atau laba yang didapatkan. Suatu pengendalian persediaan yang dijalankan oleh suatu perusahaan mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Tujuan pengendalian persediaan menurut Assauri (2013:89) secara terinci dapat dinyatakan sebagai berikut : a) Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi. b) Menjaga agar pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar. c) Menjaga agar pembelian kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan memperbesar biaya pemesanan. Dari keterangan diatas dapat dikatakan bahwa tujuan dari pengendalian persediaan adalah untuk memperoleh kualitas dan jumlah yang tepat dari bahan-bahan barang yang tersedia pada waktu yang dibutuhkan dengan biaya-biaya yang minimum untuk keuntungan atau kepentingan perusahaan. Dengan kata lain pengendalian persediaan menjamin terdapatnya persediaan pada tingkat yang optimal agar produksi dapat berjalan dengan lancar.
2.3
Pengendalian Aplikasi atau Sistem Menurut buku V.Wiratna (2015:95) yang berjudul Akuntansi Manajemen menerangkan
dan menjelaskan suatu definisi Sistem. “Suatu cara tertentu yang dilakukan berulang-ulang untuk melaksanakan sesuatu atau sekelompok aktifitas. Menurut Gondodiyoto (2010 : 371) pengendalian khusus atau pengendalian aplikasi ialah kontrol internal komputer yang berlaku khusus untuk aplikasi komputerisasi tertentu pada suatu organisasi. Pengendalian aplikasi sering disebut pengendalian perspektif teknis atau dapat didefinisikan sebagai pengendalian yang langsung terkait dengan transaksi pada suatu aplikasi tertentu. Menurut Gondodiyoto (2010 : 371), pada dasarnya pengendalian aplikasi terdiri dari pengendalian masukan (input control), pemgendalian proses (process control), dan pengendalian keluaran (output control).
2.4
Produksi dan Persediaan Produksi merupakan salah satu kegiatan yang berhubungan erat dengan kegiatan
ekonomi. Melalui proses produksi bisa dihasilkan berbagai macam barang yang dibutuhkan oleh manusia. Beberapa pengertian produksi diantaranya: a) Pengertian produksi secara sempit Produksi adalah perbuatan atau kegiatan manusia untuk membuat suatu barang atau mengubah suatu barang menjadi barang lain. b) Pengertian produksi secara luas Produksi merupakan segala perbuatan atau kegiatan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung yang ditujukan dengan menambah atau mempertinggi nilai dan guna suatu barang untuk memenuhi kebutuhan manusia. c) Pengertian produksi secara ekonomi Produksi mengacu pada kegiatan yang berhubungan dengan usaha penciptaan dan penambahan kegunaan suatu barang dan jasa. d) Pengertian produksi sebagai proses Menurut Assauri (2009:22), menerangkan bahwa : “Produksi adalah cara, metode, dan teknik untuk menciptakan, atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan, dana) yang ada. Menurut Prishardoyo, (2005:51), menerangkan bahwa : “Produksi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan menghasilkan barang atau meningkatkan nilai guna suatu barang dan jasa”. Jadi dapat disimpulkan bahwa produksi merupakan perbuatan atau kegiatan untuk membuat atau mengubah suatu barang, baik secara langsung maupun tidak langsung yang ditujukan untuk menambah atau mempertinggui nilai dan guna suatu barang dalam memenuhi kebutuhan manusia. Di dalam proses produksi, pihak perusahaan juga harus memperhatikan mutu dari barang yang dihasilkan. Oleh karena itu, pengendalian mutu Menurut Gondodiyoto (2010 : 368) (quality control) di dalam perusahaan menjadi bagian yang penting dan tidak terpisahkan dari proses produksi. Pengendalian mutu merupakan fungsi manajemen dalam memelihara kualitas dari produk sebagai dasar kebijakan perusahaan. Tujuan dari pengendalian mutu antara lain :
a) Agar perusahaan menghasilkan barang atau jasa dengan mutu yang baik. b) Meningkatkan pemasaran. c) Dicapainya produktivitas yang tinggi. d) Memperbaiki proses yang salah. Langkah-Langkah pengendalian mutu, diantaranya : 1. Quality Consiusness Menentukan ukuran kualitas yang akan dihasilkan mulai dari yang jelek sampai yang terbaik. 2. Quality Responsibility Produsen dan konsumen sama-sama berkepentingan mengontrol suatu produk yang dihasilkan perusahaan, untuk ini diperlukan koordinasi dalam pengerjaan produk sehingga dengan kerja sama tiap bagian dalam melaksanakan pekerjaan akan memelihara standar produk yang telah ditetapkan dan kemungkinan tercapainya tingkat ketelitian yang dikendalikan perusahaan. 3. Quality Standar Merupakan standar kualitas yang ditentukan perusahaan, digunakan sebagai ukuran perbandingan untuk menilai pengerjaan produk. 4. Operation Standar Yaitu langkah untuk menetapkan suatu cara barang yang telah ditetapkan didalam suatu proses design yang dituangkan dalam flow diagram atau flowchart. 5. Process Control Proses kontrol berhubungan dengan langkah-langkah untuk melakukan tahapan proses produksi pada waktu yang telah ditentukan dengan mengggunakan cara dan peralatan yang telah ditetapkan. Persediaan merupakan aset perusahaan yang mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan perusahaan. Dalam akuntansi, persediaan adalah harta lancar yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang digunakan untuk kegiatan bisnis untuk dijual tanpa perubahan bentuk atau untuk diproses lebih lanjut dalam perusahaan sehingga mempunyai nilai dan bentuk baru kemudian dipasarkan. Menurut Heripracoyo (2011 : 93), menerangkan bahwa : “Persediaan adalah aktiva perusahaan yang meliputi barang jadi yang tersedia untuk dijual kembali, barang
dalam penyelesaian yang sedang diproduksi, dan bahan serta perlengkapan yang digunakan dalam proses produksi”. Menurut M. Munandar (2007:65), menerangkan bahwa : “Persediaan adalah sebagai persediaan barang-barang (bahan-bahan) yang menjadi objek usaha pokok perusahaan”. Menurut Wild, R Subramanyam dan Halsey (2013:82), menerangkan bahwa : “Persediaan (inventory) merupakan barang yang dijual dalam aktivitas operasi normal perusahaan”. Jadi dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa persediaan adalah aktivitas operasi perusahaan untuk menyediakan sejumlah barang untuk memenuhi permintaan dari pelanggan.
2.6
Perencanaan dan Pengendalian Produksi Menurut Y. Yuda pada buku “Perencanaan Produksi” (2011:24) Secara umum perencanaan & pengendalian produksi dapat diartikan sebagai aktivitas merencanakan dan mengendalikan material masuk, mengalir, dan keluar dari sistem produksi sehingga permintaan pasar dapat dipenuhi dengan jumlah yang tepat, waktu penyerahan yang tepat dan biaya produksi yang minimum. Sedangkan jika kita definisikan secara terpisah akan mencakup dua aktivitas yakni : a) Perencanaan produksi : aktivitas untuk menetapkan produk yang diproduksi, jumlah yang dibutuhkan, kapan produk tersebut harus selesai dan sumber-sumber yang dibutuhkan. b) Pengendalian produksi : aktivitas yang menetapkan kemampuan sumber-sumber yang digunakan dalam memenuhi rencana, kemampuan produksi berjalan sesuai rencana, melakukan perbaikan rencana. Tujuan perencanaan dan pengendalian produksi: a) Mengusahakan agar perusahaan dapat berproduksi secara efisien dan efektif. b) Mengusahakan agar perusahaan dapat menggunakan modal seoptimal mungkin. c) Mengusahakan agar pabrik dapat menguasai pasar yang luas. Untuk dapat memperoleh keuntungan yang cukup bagi perusahaan.
d) Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam jumlah produk sebagai fungsi dari waktu. e) Memonitor permintaan yang aktual, membandingkannya dengan ramalan permintaan sebelumnya dan melakukan revisi atas ramalan tersebut jika terjadi penyimpangan. f) Menetapkan ukuran pemesanan barang yang ekonomis atas bahan baku yang akan dibeli. g) Menetapkan sistem persediaan yang ekonomis. h) Menetapkan kebutuhan produksi dan tingkat persediaan pada saat tertentu. Memonitor tingkat persediaan, membandingkannya dengan rencana persediaan, dan melakukan revisi rencana produksi pada saat yang ditentukan. Membuat jadwal produksi, penugasan, serta pembebanan mesin dan tenaga kerja yang terperinci. Tingkat perencanaan & pengendalian produksi : 1. Perencanaan jangka panjang Kegiatan peramalan usaha, perencanaan jumlah produk dan penjualan, perencanaan produksi, perencanaan kebutuhan bahan, dan perencanaan finansial. 2. Perencanaan jangka menengah Perencanaan kebutuhan kapasitas, perencanaan kebutuhan material, jadwal induk produksi, dan perencanaan kebutuhan distribusi. 3. Perencanaan jangka pendek Kegiatan penjadwalan perakitan produk akhir, perencanaan dan pengendalian inputoutput, pengendalian kegiatan produksi, perencanaan dan pengendalian purchase, dan manajemen proyek .Perencanaan & pengendalian produksi yang dilakukan adalah mencakup beberapa aktivitas sebagai berikut 1. Peramalan kuantitas permintaan 2. Perencanaan persediaan: jenis, jumlah, dan waktu 3.
Perencanaan kapasitas (Menyusun Rencana Agregat) tenaga kerja, mesin, fasilitas untuk penyesuaian permintaan dengan kapasitas. Rencana agregat bertujuan untuk membuat skenario pembebanan kerja untuk mesin dan tenaga kerja (reguler, lembur, subkontrak) secara optimal untuk keseluruhan produk dan sumber daya secra terpadu (tidak per produk).
4. Membuat jadwal induk produksi (JIP). JIP adalah suatu rencana terperinci mengenenai “apa & berapa unit” yang harus diproduksi pada suatu periode tertentu
untuk setiap item produksi. JIP dibuat dengan cara (salah satunya) memecah (disagregat) rencana agregat ke dalam rencana produksi (apa, kapan, berapa) yang akan direalisasikan. 5. Perencanaan pembelian/pengadaan: jenis, jumlah, dan waktu 6. Penjadwalan pada mesin & fasilitas produksi. Penjadwalan ini meliputi unrutan pengerjaan, waktu penyelesaian pesanan, kebutuhan waktu penyelesaian, prioritas pengerjaan, dsb.
2.6.1
7.
Monitoring aktivitas produksi
8.
Pelaporan dan pendataan
Sistem Pengendalian Produksi Menurut V.Wiratna dalam bukunya Akuntansi Manajemen menjelaskan “Sistem Pengendalian Internal adalah suatu sistem yang dibuat untuk memberi jaminan keamanan bagi unsur-unsur yang ada dalam perusahaan. Adapun tujuan sistem pengendalian Internal :
a) Untuk menjaga kekayaan organisasi b) Untuk menjaga keakuratan laporan keuangan perusahaan. c) Untuk menjaga kelancaran operasi perusahaan. d) Untuk menjaga kedisiplinan dipatuhinya kebijakan manajemen. e) Agar semua lapisan yang ada di perusahaan tunduk pada hukum dan aturan yang sudah ditetapkan diperusahaan” Untuk ruang lingkup produksi, sistem pengendalian sangat penting dilakukan demi mencapai tujuan organisasi dan perusahaan dalam mencapai target dan kualitas yang bagus. Sistem pengendalian di bagian produksi bisa berupa pengecekan dan prosedur yang akan membantu para pimpinan produksi dalam mengecek apakah sudah sesuai standart. Pengendalian internal di bagian produksi diharapkan dapat melinfungi kekayaan perusahaan yang diakibatkan dari pencurian, penggelapan barang produksi oleh karyawan, penyalahgunaan, atau penempatan aktiva pada lokasi yang tidak tepat.
2.6.2
Sistem Pengendalian Persediaan Sama hal nya dengan sistem pengendalian di bidang produksi. Persediaan barang dagang harus secara berkala diatur dalam metode pengendalian internal, karena mau bagaimanapun persediaan barang dagang rentan akan ancaman dan tindakan kecurangan dari berbagai pihak seperti karyawan. Menurut V.Wiratna (2015:70) “Ancaman Terhadap Sistem Pengendalian Internal dapat terjadi ancaman yang dapat dicegah: a) Risiko karena perbuatan disengaja Perbuatan merusak sistem secara disengaja, misalnya menghilangkan dokumen, merusak sistem, sengaja menginput data yang salah, dan mencuri data untuk keperluan persaingan. b) Risiko karena perbuatan tidak di sengaja. Perbuatan yang menyebabkan sistem rusak secara tidak sengaja, misalkan tidak sengaja menghilangkan dokumen, kesalahan menginput data, rusak karena bencana alam, dan sistem yang dibuat komputer terkena virus.” Kegiatan persediaan barang dagang baik itu dan penyimpanan barang sangat rentan akan hal diatas, maka dari itu perusahaan harus benar-benar memikirkan bagaimana semua kegiatan di persediaan terhindar dari hal hal diatas. Pembuatan prosedur dan pengecekan rutin bisa menjadi salah satu alternatif yang ditawarkan oleh auditor kepada perusahaan.
2.7
Penelitian Terdahulu
1. Dalam artikel ilmiah yang berjudul “PENGARUH MORALITAS INDIVIDU DAN PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP KECENDERUNGAN KECURANGAN AKUNTANSI:
STUDI
EKSPERIMEN
PADA
KONTEKS
PEMERINTAHAN
DAERAH” oleh Novita Puspasari. Penulis bertujuan untuk menguji pengaruh moralitas individu dan pengendalian internal terhadap kecenderungan individu untuk melakukan kecurangan akuntansi di sektor pemerintahan. Untuk menguji hal tersebut dilakukan eksperimen faktorial 2x2 dengan melibatkan 57 mahasiswa pascasarjana Magister Ekonomika Pembangunan Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara moralitas individu dan pengendalian internal. Kondisi elemen pengendalian internal tidak mempengaruhi individu dengan level moral tinggi untuk cenderung tidak melakukan kecurangan akuntansi. Sedangkan individu dengan
level moral rendah cenderung melakukan kecurangan akuntansi pada kondisi tidak terdapat elemen pengendalian internal. (2012, Website UGM Theses & Dissertations, vol 2) 2. Maharani, Hadiprajitno meneliti sebuah judul “EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERN PENJUALAN JASA PERAWATAN AIR CONDITIONER DAN PIUTANG PADA CV. MAVISTA TECHNIC” yang di ambil dari Universitas Diponegoro. Berdasarkan penelitian yang diambil bertujuan untuk meninjau Manajemen penjualan yang kurang baik secara langsung akan merugikan perusahaan. Oleh karena itu perusahaan perlu menyediakan sistem pengendalian intern penjualan dan piutang dalam memesan
untuk
mengurangi
kemungkinan
terjadinya
penyimpangan,
pemborosan, ketidak efektifan dan ketida ke fisienan yang dapat merugikan perusahaan. CV. Dari penilitian diatas dapat disimpulkan Pemisahan fungsi dan sistem otorisasi yang diterapkan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan atau kecurangan, . Adanya auditor internal dan eksternal memungkinkan kesalahan atau kecurangan yang terjadi dapat segera diketahui.(2011, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang, vol 2 ,ispn 2289-8506) 3. Penelitian berjudul “PENGENDALIAN INTERN PERSEDIAAN BAHAN BAKU UNTUK KELANCARAN PRODUKSI PADA PT. GRAPHIKA BETON” yang di teliti oleh Eva Selvianti dari Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi (2014). Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan pengendalian intern persediaan bahan baku di PT. Graphika Beton sudah sesuai dengan unsurunsur pengendalian intern atau belum. Setelah menganalisis penerapan pengendalian intern persediaan bahan baku di PT. Graphika Beton secara keseluruhan, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa Lingkungan pengendalian yang dilakukan perusahaan atas persediaan sudah cukup baik. Hal ini dilihat dari berbagai faktor yang membentuk lingkungan pengendalian perusahaan, Penaksiran risiko yang dilakukan perusahaan atas persediaan bahan baku sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari pihak manajemen yang cukup tanggap terhadap risikorisiko yang telah di tentukan dan perubahan-perubahan yang harus dilakukan untuk bisa tetap bersaing dengan perusahaan lain. Dari segi teknologi informasi perusahaan telah menerapkan sistem komputerisasi informasi akuntansi dan keuangan.(2014, Maritime University Library, vol 2,ispn 2302-8567)
4. Penelitian ini merupakan jurnal international yang di buat di Romania, Bucharest yang berjudul
“INTERNAL
CONTROL
AND
THE
IMPACT
ON
CORPORATE
GOVERNANCE, IN ROMANIAN LISTED COMPANIES”. Tujuan penelitian ini adalah efektivitas dianalisis pengendalian internal di perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Bucharest. Sebuah pengendalian internal yang efektif mengarah ke penyajian wajar laporan keuangan dan dengan demikian meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan dalam laporan keuangan. Risiko pengendalian adalah risiko yang tidak bisa auditor menghilangkannya, tetapi dapat menurunkan itu. Kesimpulan yang dapat diambil adalah Amerika Serikat persyaratan mengenai kegiatan audit yang lebih ketat dari standar audit internasional yang diadopsi oleh Uni Eropa. Penelitian yang dilakukan menyimpulkan bahwa beberapa laporan audit tidak menyebutkan al yang diperlukan informasi dalam opini audit. Juga proporsi yang signifikan dari dipelajari perusahaan tidak menyebutkan di mereka Manajemen Laporan deskripsi utama fitur pengendalian internal. Dari Pernyataan Kesesuaian (Apply atau Jelaskan), yang ditransmisikan ke B.S.E., kami telah memperhatikan bahwa, lebih dari setengah dari perusahaan yang disurvei, Direksi atau Komite Audit tidak melakukan biasa pelaporan keuangan, pengendalian internal dan sistem manajemen risiko pemeriksaan. Kesimpulan utama yang dapat ditarik adalah bahwa tata kelola perusahaan dan internal yang control tidak harus dipertimbangkan dan berkelanjutan secara mandiri. Sebuah organisasi tanpa pandangan jangka panjang efisien kepemimpinan, pengendalian internal yang efektif mekanisme tidak bisa berkelanjutan. Jadi, tata kelola perusahaan tidak sepenuhnya efektif tanpa pengendalian internal yang baik.(2012, Journal of Eastern Europe Research, vol 1) 5. Karya ilmiah ini adalah jurnal international yang berjudul “THE EFFECTIVENESS OF INTERNAL CONTROL SYSTEMS OF BANKS: THE CASE OF GHANAIAN BANKS” yang di teliti oleh Philip Ayage dari Department of Accounting, Central University, College, Accra Ghana. Kesimpulan nya adalah Amerika Serikat persyaratan mengenai kegiatan audit yang lebih ketat dari standar audit internasional yang diadopsi oleh Uni Eropa. Penelitian yang dilakukan menyimpulkan bahwa beberapa laporan audit tidak menyebutkan al yang diperlukan informasi dalam opini audit. Juga yang signifikan dari dipelajari perusahaan tidak menyebutkan di mereka Manajemen Laporan deskripsi utama fitur pengendalian internal. Dari Pernyataan Kesesuaian (Apply atau Jelaskan),
yang ditransmisikan ke B.S.E., kami telah memperhatikan bahwa, lebih dari setengah dari perusahaan yang disurvei, Direksi atau Komite Audit tidak melakukan biasa pelaporan keuangan, pengendalian internal dan sistem manajemen risiko pemeriksaan. Kesimpulan utama yang dapat ditarik adalah bahwa tata kelola perusahaan dan internal yang control tidak harus dipertimbangkan dan berkelanjutan secara mandiri. Sebuah organisasi tanpa pandangan jangka panjang efisien kepemimpinan, pengendalian internal yang efektif mekanisme tidak bisa berkelanjutan. Jadi, tata kelola perusahaan tidak sepenuhnya efektif tanpa pengendalian internal yang baik.(2014, International Journal of Accounting and Financial Reporting, vol 2)