BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Umum
2.1.1 Arsitektur dan Perilaku Arsitektur Arsitektur adalah seni yang dilakukan oleh setiap individual untuk berimajinasikan diri mereka dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut. Dalam proses perancangan, seorang Arsitek harus memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan pengguna ruangnya. Setiap orang (pengguna ruang) memiliki aktivitas dan perilaku yang berbeda, sehingga untuk memaksimalkan fungsi ruang yang akan dirancang perlu diperhatikan perilaku orang yang akan menggunakan ruang tersebut.
Pengertian Perilaku (behavior) Menurut John Locke(1632-1704), salah satu tokoh empiris, pada waktu lahir manusia tidak mempunyai ”warna mental”. Warna ini didapat dari pengalaman. Pengalaman adalah satu-satunya jalan kepemilikan pengetahuan. Ide dan pengetahuan adalah produk dari pengalaman. Secara psikologis, seluruh perilaku manusia, kepribadian, dan tempramen ditentukan oleh pengalaman inderawi (sensory experience). Pikiran danperasaan disebabkan oleh perilaku masa lalu. Kesulitan empirisme dalam menjelaskan gejala psikologi timbul ketika orang membicarakan apa yang mendorong manusia berperilaku tertentu. Hedonisme, memandang manusia sebagai makhluk yang bergerak untuk memenuhi kepentingan dirinya, mencari kesenangan, dan menghindari penderitaan. Dalam utilitarianisme perilaku manusia tunduk pada prinsip ganjaran dan hukuman. Bila empirisme digabung dengan hedonisme dan utilitarianisme, maka itulah yang disebut dengan behaviorisme. Asumsi bahwa pengalaman adalah paling berpengaruh 9
10 dalam pembentukan perilaku, menyiratkan betapa plastisnya manusia. Ia mudah dibentuk menjadi apa pun dengan menciptakan lingkungan yang relevan. Aliran behavioristik yang lebih bersifat elementaristik memandang manusia sebagai organisme yang pasif, yang dikuasai oleh stimulus-stimulus yang ada di lingkungannya. Pada dasarnya, manusia dapat dimanipulasi, tingkah lakunya dapat dikontrol dengan jalan mengontrol stimulus-stimulus yang ada dalam lingkungannya. Masalah belajar dalam pandangan behaviorisme, secara umum, memiliki beberapa teori,
antara
lain: teori
Connectionism,
Classical Conditioning,Contiguous
Conditioning, serta Descriptive Behaviorism atau yang lebih dikenal dengan namaOperant Conditioning. Manusia tinggal atau hidup dalam suatu lingkungan sehingga manusia dan lingkungan saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Lingkungan sungguh dapat mempengaruhi manusia secara psikologi, adapun hubungan antara lingkungan dan perilaku adalah sebagai berikut : 1. Lingkungan dapat mempengaruhi perilaku dan lingkungan fisik dapat membatasi apa yang dilakukan manusia. 2. Lingkungan mengundang atau mendatangkan perilaku dan lingkungan fisik dapat menentukan bagaimana kita harus bertindak. 3. Lingkungan membentuk kepribadian. 4. Lingkungan akan mempengaruhi citra diri.
Perilaku Dalam Arsitektur Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah terlepas dari lingkungan yang membentuk diri mereka. Di antara sosial dan arsitektur dimana bangunan yang didesain oleh manusia, secara sadar atau tidak sadar, mempengaruhi pola perilaku manusia yang hidup di dalam arsitektur dan lingkungannya tersebut. Sebuah arsitektur dibangun untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dan sebaliknya, dari arsitektur itu lah muncul kebutuhan manusia yang baru kembali. 1. Arsitektur membentuk perilaku manusia Manusia membangun bangunan demi pemenuhan kebutuhan pengguna, yang kemudian bangunan itu membentuk perilaku pengguna yang hidup dalam bangunan tersebut. Bangunan yang didesain oleh manusia yang pada awalnya dibangun untuk pemenuhan kebutuhan manusia tersebut mempengaruhi cara kita dalam menjalani kehidupan sosial dan nilai-nilai yang ada dalam hidup. Hal ini
11 menyangkut kestabilan antara arsitektur dan sosial dimana keduanya hidup berdampingan dalam keselarasan lingkungan. Untuk membentuk perilaku manusia dapat dipengaruhi oleh beberapa perancangan fisik ruang, seperti ukuran dengan bentuk ruang, perabot dan penataannya, warna, suara, temperatur, dan pencahayaan. 2. Perilaku manusia membentuk Arsitektur Manusia membangun bangunan, yang kemudian membentuk perilaku manusia itu sendiri. Setelah perilaku manusia terbentuk akibat arsitektur yang telah dibuat, manusia kembali membentuk arsitektur yang telah dibangun sebelumnya atas dasar perilaku yang telah terbentuk, dan seterusnya.Setiap arsitektur yang dibuat atas dasar kebutuhan manusia menghasilkan efek perilaku yang berbeda terhadap arsitektur itu sendiri. Mengenai pembangunan kembali arsitektur yang diadaptasi dari kebutuhan dan perilaku manusia yang berdampak terhadap psikologi seseorang. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni: 1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu 2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus 3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi 4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru 5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan menjadi kebiasaan atau bersifat langgeng (long lasting).
2.2
Tinjauan Khusus
2.2.1 Anak dan Perilaku Anak Pengertian Anak Beberapa pengertian anak, antara lain: a. Pengertian anak dibatasi secara biologis, usia dan psikisnya menurutAnderson:
12 •
Anak adalah organisasi yang tumbuh terus menerus.
•
Anak adalah unit terpisah dan mempunyai kekuasaan.
•
Anak berada dalam suatu konteks, baik yang sederhana maupun kompleks.
b. Anak adalah kelompok orang yang berusia 0-12 tahun yang terdiri darianak kecil atau usia pra sekolah.
Pengelompokan Anak Anak dapat dikelompokkan berdasarkan usia sekolah, sebagai berikut : 1. Anak Usia Dini Anak usia dini merupakan anak usia 0 hingga 6 tahun. Anak usia dini dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) tahap usia. 1) Usia 0-1 tahun (infancy) 2) Usia 1-3 tahun (toddlerhood) 3) Usia 3-6 tahun (Preschool) Ketiga kategori usia anak ini sangat penting karena pada masa-masa ini dapat terlihat perubahan dan perkembangan signifikan anak. 2. Anak Usia Lanjut Anak usia lanjut sekolah merupakan anak usia 6-12 tahun.
Psikologi Anak Psikologi anak dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif dan continue (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati. Pengertian lain psikologi perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme menuju tingkat kedewasaan atau kematangan anak yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan baik menyangkut fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah). Perkembangan jasmani dan psikologis yang terdapat dalam anak - anak adalah dengan memakai panca indera dengan pergerakan anggota tubuh. Anak melihat dan berpikir tentang fungsi dan kegunaan benda yang dilihatnya. Menurut Elizabeth B. Hurlock, perkembangan jasmani dan psikologis anak dapat mempengaruhi kehidupan anak sehari-hari dengan 2 cara, yaitu : 1. Pengaruh Langsung Perkembangan dalam pengaruh langsung yang terjadi pada anak menentukan keterampilan anak dalam gerak. Keterampilannya dalam gerak ditunjukkan saat
13 seseorang melakukan beberapa hal, si anak dapat mengikuti dan menirunya. Hal tersebut dapat mempengaruhi anak untuk berpikir bahwa hal yang dilihatnya adalah sesuatu yang benar dan dapat ditirukan. 2. Pengaruh Tidak Langsung Perkembangan tidak langsung mempengaruhi bagaimana anak tersebut memandang dirinya sendiri dan memandang orang lain. Saat seorang anak merasa tidak nyaman terhadap dirinya sendiri, anak akan cenderung diam dan merasa berkekurangan. Perkembangan fisik pada seorang anak dapat dilihat dari perkembangan motoriknya, yaitu : 1) Proses tumbuh kembang ditandai dengan berkembang atau berubahnya fisik seorang anak seiring bertambahnya umur si anak 2) Kemampuan gerak seorang anak saat bayi, mata dan gerak yang dilakukan sangat lambat, bahkan mata bayi tidak dapat berkedip dengan reflek. Namun dengan tumbuh berkembang, bayi dapat berkedip dan memberi isyarat jika bayi haus atau lapar.
Tabel 1 Aspek Fisik dan Psikologi Anak
Development
Infancy – Early Chilhood
Task Phisical
Learning to walk Learning to take solid foods Learning to talk Learning to control
Cognitive
Learning to talk Learning concept Preparing to reading Learning to distinguish night from wrong Learning sex differences
Social
Learning to distinguish night from wrong Learning sex differences
Personal emotion
Learning to distinguish night from wrong Learning sex differences
Sumber : Fowler, William: 1980; Infant and Child Care, A Guide to Education in Group Setting; Allyn and Bacon Inc,Massachusetts, USA, h; 20
14
Perkembangan Anak Beberapa ahli di dunia mengemukakan pendapat tentang teori perkembangan anak sebagai berikut : Tabel 2 Teori Perkembangan Anak TEORI AUTHOR
Erik Erikson ( 1902-1993 )
PENGERTIAN PERKEMBANGAN ANAK Teori Erik Erikson juga mengusulkan teori tahap perkembangan, namun teori meliputi pertumbuhan manusia di seluruh umur. Erikson percaya bahwa setiap tahap perkembangan difokuskan pada mengatasi konflik. Misalnya, konflik utama selama periode remaja melibatkan pembangunan rasa identitas pribadi. Keberhasilan atau kegagalan dalam menangani konflik pada setiap tahap dapat mempengaruhi fungsi keseluruhan. Selama tahap remaja, misalnya, kegagalan untuk mengembangkan hasil identitas dalam peran yang membingunkan.
TAHAP PERKEMBANGAN ANAK 1. Trust vs Mistrust ( 0-12bulan ) : bahwa mereka dapat mempercayai lingkungannya. Timbulnya trust (percaya) dibantu oleh adanya pengalaman yang terus-menerus, berkesinambungan, adanya pengalaman yang ada kesamaannya dengan ‘trust’ dalam pemenuhan kebutuhan dasar bayi oleh orang tuanya. Apabila anak terpenuhi kebutuhan dasarnya dan apabila orang tuanya memberikan kasih sayang dengan tulus, anak akan berpendapat bahwa dunianya (lingkungannya) dapat dipercaya atau diandalkan. Sebaliknya apabila pengasuhan yang diberikan orang tua kepada anaknya tidak memberikan/memenuhi kebutuhan dasar yang diperlukan, tidak konsisten atau sifatnya negatif, anak akan cemas dan mencurigai lingkungannya. 2. Autonomy vs Shame & Doubt ( 2-3 tahun ) : Anak akan mencapai suatu derajat kemandirian tertentu. Apabila ‘toddler’ (1,6-3 tahun) mendapat kesempatan dan memperoleh dorongan untuk melakukan yang diinginkan anak dan sesuai dengan tempo dan caranya sendiri, tetapi dengan supervisi orang tua dan guru yang bijaksana, maka anak akan mengembangkan kesadaran autonomy. Tetapi apabila orang tua dan guru tidak sabar dan terlalu banyak melarang anak yang berusia 2-3 tahun, maka akan menimbulkan sikap ragu-ragu terhadap lingkungannya. 3. Inisiative vs Guilt ( 4-5 tahun ) : Apabila anak usia 4-5 tahun diberi kebebasan untuk menjelajahi dan bereksperimen dalam lingkungannya, dan apabila orang tua dan guru memberikan waktu untuk menjawab pertanyaan anak, maka anak cenderung akan lebih banyak mempunyai inisiatif dalam menghadapi masalah yang ada di sekitarnya. Sebaliknya apabila anak selalu dihalangi keinginannya, dan menganggap pertanyaan atau apa saja yang dilakukan tidak memiliki arti, maka anak akan selalu merasa bersalah. 4. Industry vs Inferiority ( 6-12 tahun )
15 TEORI AUTHOR
Jean Piaget ( 1896-1981 )
Lawrence Kohlberg ( 1927-1987)
PENGERTIAN PERKEMBANGAN ANAK Teori Jean Piaget menyarankan bahwa anakanak berpikir secara berbeda daripada orang dewasa dan mengusulkan teori tahap perkembangan kognitif. Dia adalah yang pertama untuk dicatat bahwa anak-anak berperan aktif dalam memperoleh pengetahuan tentang dunia. Menurut teorinya, anak-anak dapat dianggap sebagai "ilmuwan kecil" yang aktif membangun pengetahuan dan pemahaman tentang dunia mereka. Teori ini menyatakan bahwa penalaran moral, dasar untuk perilaku etis memiliki 6 tahap perkembangan yang telah diidentifikasi, masingmasing memadai dalam menanggapi dilema moral. Kohlberg menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan, dan itu terus sepanjang hidup individu, sebuah gagasan yang melahirkan dialog tentang implikasi filosofis dari penelitian tersebut.
TAHAP PERKEMBANGAN ANAK 1. Sonsori-motor( 0-1 tahun ) : pada tahap ini, bayi dan balita memperoleh pengetahuan melalui pengalaman sensorik dan memanipulasi obyek. Bayi dan Balita mulai mengaktifkan ke 5 indera nya seperti : merasakan, menyentuh, mencium, melihat, dan mendengar. Anak-anak akan dapat mulai melampirkan nama dan katakata untuk benda-benda disektarnya. 2. Pre-operational( 1-6 tahun ) : pada tahap ini anak-anak belajar melalui permainan, tapi masih berusaha dengan logika dan mengambil sudut pandang orang lain. Anak-anak lebih menggunakan fantasi dibandingkan realitas, dan cenderung egosentrik. 3. Concrete Operations ( 6-12 tahun ) 4. Formal Operations (12 tahun-dewasa) 1. Early pre-moral Stage: individu fokus pada konsekensi langsung dari tindakan mereka pada diri sendiri. Hal ini menimbulkan kesimpulan bahwa anak mendahulukan egosentriknya, yang kurang mengakui titik pandang orang lain yang berbeda dengan dirinya sendiri. 2. Pre-moral stage: Penalaran tahap ini kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain, tetapi hanya ke titik di mana mungkin memajukan kepentingan individu itu sendiri. Akibatnya, kepedulian terhadap orang lain tidak didasarkan pada loyalitas atau hormat intrinsik. 3. Early conventional morality: Individu mau menerima persetujuan dan ketidaksetujuan dari orang lain karena hal tersebut merefleksikan pandangan masyarakat. Mereka mencoba untuk menjadi 'anak baik' untuk memenuhi harapan dan menyenangkan orang lain (orang tua, guru, dsb). 4. Conventional Morality: penting untuk mematuhi hukum, keputusan, dan konvensi sosial karena berguna dalam memelihara fungsi dari masyarakat. 5. Post-conventional morality: dunia dipandang memiliki pendapat-pendapat yang berbeda, hak dan nilai-nilai.
6. Individual Conscience: penalaran moral didasarkan pada penalaran abstrak menggunakan prinsip-prinsip etis universal. Hukum hanya berlaku sejauh mereka didasarkan pada keadilan, dan komitmen terhadap keadilan juga menyertakan keharusan untuk tidak mematuhi hukum yang tidak adil. Sumber :Child Development Theories, www.psychology.about.com
16 Dari ketiga teori diatas, penulis menerapkan teori yang dikemukakan oleh Jean Piaget karena dianggap paling mewakili tahap perkembangan anak pada umumnya. Selanjutnya akan dijabarkan lagi tentang teori tahap kedua sebagai batasan kajian.
Preoperational Stage - toddlerhood and Preschool (usia 1-6 tahun) Pada tahap perkembangan ini, toddlers mulai mengkonfirmasi jenis kelaminnya. Anak laki-laki mulai bermain dengan mobil-mobilan dan anak perempuan mulai bermain dengan boneka dan toy tea set. Sebagai desainer, kita harus dapat mengakomodasi mereka namun tetap harus berkonsultasi dengan orang tua mereka perihal dekorasi ruangannya karena ada kemungkinan para orang tua menginginkan lingkungan yang tidak mendominasi ke salah satu jenis kelamin, misalnya penggunaan penutup dinding menggunakan warna netral, window treatment, dan sebagainya atau menggunakan tema tertentu untuk suasana ruang anaknya. Cermin merupakan salah satu elemen penting dalam tahap ini. Dari tahap bayi hingga balita, anak akan mulai menyadari dirinya sebagai individu. Cermin dapat membantu memfasilitasi kemampuan analitis karena balita melihat refleksi mereka namun tidak dapat menyentuh refleksinya sendiri. Sekitar usia 2 (dua) tahun, balita memasuki masa keegoisannya dimana mereka berpikir untuk kepentingan mereka sendiri. Mereka menganggap orang lain dapat melihat dan memperhatikan apa yang mereka lakukan. Sebagai contoh, karena mereka tidak merasakan sakit ketika mencubit temannya, mereka berasumsi bahwa temannya tersebut juga tidak merasakan sakit. Namun ketika mereka merasakan sakit dan berlari keorang tuanya, mereka berasumsi orang tuanya tahu apa yang terjadi karena hal tersebut juga terjadi kepada mereka.
Berdasarkan teori dari Jean Piaget diatas, maka selanjutnya teori tersebut dapat dihubungkan dengan teori dari John Hopkins Medicine tentang karakteristik pertumbuhan dan perkembangan anak. Hal ini dapat terjadi karena kedua teori ini memiliki kesesuaian yang saling melengkapi sehingga keduanya dapat menjadi acuan dalam perancangan.
17 Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Tabel 3 Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Tahap Tahap Interaksi Sarana untuk Mengoptimalkan USIA Pemahaman dengan Orang Pengembangan Emosional Anak Anak lain a) menghitung obyek untuk mengajarkan A. menghitung anak berhitung ketika beraktifitas hingga 3 benda b) bermain dengan gelembung
B. mengerti posesi
a) bacakan buku cerita bergambar b) berikan boneka atau boneka beruang c) bacakan buku bersajak
a. tidak mengerti berbagi
b. sering berkata "tidak"
c. sering d.
e.
C. mulai memecahkan masalah 2 tahun
D. mengetahui jenis kelaminnya E. dapat mengucapkan nama dan usianya
a) menggunakan obyek yang berbentuk dasar, a. seperti lingkaran, persegi, atau segitiga b) biarkan anak bermain dengan balok, bola, b. crayon, dan tanah liat. Tetap mengawasi anak agar tidak menempatkan obyek ke dalam mulut, telinga, c) biarkan anak menempelkan stiker di kertas untuk membuat desain d) biarkan anak mencoba menanggalkan pakaian sendiri dan memakai pakaiannya e) membuat mainan dari kotak kardus f) biarkan anak membantu melakukan pekerjaan rumah g) Biarkan anak berinteraksi di telepon mainan, atau mengatakan beberapa kata saat berbicara di telepon nyata h) berikan mainan untuk dinaiki i) menyediakan waktu untuk pengalaman diluar rumah j) menyanyikan lagu-lagu, bermain musik dan menari dengan anak k) membantu anak belajar mencuci tangan a) melihat foto keluarga dengan anak dan bercerita b) ajarkan bagian-bagian tubuh sambil berpakaian dan mandi
menggunakan amarah terus bermain di sekitar orang lain tanpa interaksi bertindak seolah anak lain adalah obyek atau mainan menunjukkan kemandirian mulai dapat berpakaian sendiri
18
USIA
Tahap Pemahaman Anak A. mengerti posisi B. menggunakan kata ganti dengan benar (aku, kamu,dia)
C. mengerti perbedaan ukuran (besar dan kecil)
D. bertanya
3 tahun
"mengapa" terus menerus E. mulai memiliki kekhawatiran hal-hal tertentu F. dapat menunjukkan gambaran yang benar ketika ditanya G. mengerti hal-hal yang sudah terjadi (kemarin) H. mengingat peristiwa tertentu I. menghitung hingga 4 obyek pada usia 4 tahun J. berupaya memecahkan masalah
Sarana untuk Mengoptimalkan Pengembangan Emosional Anak a) biasakan anak bermain dengan anak lain b) berpura-pura menjadi karakter lain dan bermain dengan anak c) mendengarkan musik anak-anak bersama anak dan menari bersama
a) biarkan anak membuat tumpukan dengan balok atau kardus b) mainkan bola dengan anak, mainkan berbagai permainan dengan bola c) selesaikan puzzle bersama a) bawa anak ke tempat aman untuk bermain sepeda roda 3 b) mendengarkan anak dan tnjukkan ketertarikan ketika anak berbicara
a) baca cerita dengan anak dan tanyakan nama gambar dalam cerita atau bagianbagian kecil dari cerita b) ajarkan anak tentang warna a) perlihatkan kebanggan terhadap apapun yang telah dikerjakannya b) bernyanyi dan ajarkan anak mengikutinya
a) latihan berhitung
a) berikan kesempatan anak bemain dengan anak lain di lingkungan belajar
b) biarkan anak bermain dengan boneka, mobilmobilan atau mainan masak-masakan
c) biarkan anak bermain dengan clay menggunakan imajinasinya
d) bantu anak bermain dengan crayon dan kertas atau kapur dan papan tulis dengan menunjukkan bagaimana menggambar obyek atau hal tertentu e) ajarkan anak bagaimana suatu benda bekerja f) ajarkan anak untuk membantu melakukan hal kecil, seperti merapikan mainannya
K. mengerti kalimat a) biasakan anak bercerita panjang
b) sempatkan waktu untuk berkomunikasi
Tahap Interaksi dengan Orang lain a. mulai berbagi dan bermain dengan anak lain b. dapat mengambil bagian c. mulai memperlihatkan perasaannya pada lingkungan
a. mulai mengurangi amarahnya
19
USIA
Tahap Pemahaman Anak A. mulai menyadari orang disekitarnya
B. mulai mematuhi aturan orang tua, namun masih belum mengerti benar dan salah 4 tahun
C. percaya pada pikirannya sendiri
D. mulai mengerti waktu A. lebih memahami tentang waktu
B. dapat membandingkan aturan orang tua dengan temanteman
Sarana untuk Mengoptimalkan Pengembangan Emosional Anak a) aturkan waktu untuk anak bermain bersama anak-anak lain
terhadap faktafakta
a. akan sering bermain dalam kelompok b. suka menjelajahi tubuh dan bermain dokter dan perawat c. mungkin memiliki teman bermain khayalan d. bisa bergaul dengan baik
a) gunakan time-out untuk perilaku yang tidak dapat diterima
b) mengeluarkan pujian untuk perilaku baik dan prestasi anak
c) batasi menonton televisi untuk 1-2 jam sehari. Gunakan waktu luang untuk hal lain yang lebih produktif. d) dorong anak untuk mengekspresikan kemarahannya dengan cara yang tepat
a) berikan anak kesempatan untuk membuat pilihan, jika diperlukan
a. sangat mandiri, ingin melakukan hal-hal sendiri b. menjadi agresif c. berkelahi dengan saudara d. egois, tidak suka berbagi e. perubahan suasana hati f. umumnya lebih kooperatif dari usia 4 tahun g. berpakaian sendiri tanpa bantuan
a) menghabiskan waktu berkualitas dengan anak dan menunjukkan kepadanya pengalaman barunya b) bacakan cerita, menyanyi, dan berkomunikasi dengannya a) batasi menonton televisi untuk 1-2 jam sehari. Gunakan waktu luang untuk hal lain yang lebih produktif.
a. suka memasak
5 tahun
C. khawatir
Tahap Interaksi dengan Orang lain
a) dorong anak untuk bertanya dan mengeksplorasi b) mendorong aktivitas fisik dengan pengawasan c) dorong anak untuk berbicara dan terbuka dengan perasaannya
Sumber : Johns Hopkins Medicine, www.hopkindmedicine.org
dan berolahraga
a. sebagai anak memasuki sekolah, anak menjadi lebih dekat pada orang tua b. bersemangat untuk menyenangkan orang lain dan membuat mereka bahagia c. memiliki sikap yang baik a. mulai merasa
takut
20 Dengan melihat teori di atas, maka selanjutnya dapat dihubungkan dengan tingkat pencapaian perkembangan anak berdasarkan standarisasi dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Tingkat pencapaian ini kemudian akan menjadi standar sasaran pencapaian bagi Desainer dalam penyediaan fasilitas dalam sebuah lingkup Pendidikan Anak Usia Dini.
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Tingkat pencapaian perkembangan menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan dicapai anak pada rentang usia tertentu. Perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan yang berarti bahwa tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap selanjutnya. Agar anak mencapai tingkat perkembangan yang optimal, dibutuhkan keterlibatan orang tua dan orang dewasa untuk memberikan rangsangan yang bersifat menyeluruh dan terpadu yang meliputi pendidikan, pengasuhan, kesehatan, gizi, dan perlindungan yang diberikan secara konsisten melalui pembiasaan. Selain itu, diperlukan pula sebuah sarana dan fasilitas yang dapat membantu memberikan pembelajaran bagi anak sehingga karakter seorang anak dapat berkembang dengan baik. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 tentang “Standar Pendidikan Anak Usia Dini”, dapat dijabarkan tingkat pencapaian perkembangan anak usia 2-6 tahun sebagai berikut:
Tabel 4 Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Lingkup Tingkat Pencapaian Perkembangan Perkembang Usia 2-3 tahun Usia 3-4 tahun Usia 4-5 tahun -an 1. Berjalan sambal 1. Berlari Motorik sambal 1. Bisa berjinjit membawa bergantungan Kasar 2. Melompat dengan barang 2. Melompat, dan 2 kaki berlari secara 2. Naik-turun 3. Melempar dan tangga dengan terkoordinasi menangkap bola 3. Melempar, kaki bergantian 4. Menari mengikuti 3. Melompat dari menendang dan irama ketinggian 20 cm menangkap 5. Naik-turun tangga 4. Meniru gerakan dengan terarah dengan senam sederhana 4. Melakukan berpegangan gerakan antisipasi
Usia 5-6 tahun 1. Melakukan gerakan senam terkoordinasi 2. Melakukan permainan fisik dengan aturan 3. Terampil dengan tangan kanan dan kiri
4. Membersihkan diri sendiri
21 Lingkup Tingkat Pencapaian Perkembangan Perkembang Usia 2-3 tahun Usia 3-4 tahun Usia 4-5 tahun -an Motorik 1. Meremas 1. Menuang 1. Membuat garis dengan 5 jari air,pasir, atau lurus dan Halus 2. Melipat kertas biji-bijian ke lengkung 3. Menggunting dalam tempat 2. Menjiplak bentuk kertas tanpa penampung 3. Mengkoordinasi pola 2. Menggunting mata dan tangan 4. Koordinasi dengan pola garis 4. Melakukan jari cukup lurus gerakan baik manipulatif 5. Berkarya seni Kognitif 1. Menyebut 1. Menemukan 1. Mengenal fungsi bagian bagian yang benda gambar hilang dari sautu 2. Mengenal sebab2. Mengenal gambar akibat 3. Mengenal konsep bagian tubuh 2. Menyebutkan nama makanan sederhada 3. Memahami (misal:gerimis, ukuran 3. Memahami 4. Mengenal perbedaan antar hujan, gelap,dsb) bentuk benda 4. Berkreasi sendiri 4. Menempatkan 5. Mengklasifikasi 5. Mengenal benda dalam benda berdasarkan pola urutan ukuran bentuk, warna atau 5. Mulai mengikuti ukuran pola pola tepuk 6. Mengenal AB-AB atau ABCtangan ABC
SosialEmosional
1. Bisa mengungkapk an jika ingin BAK dan BAB 2. Memahami hak orang lain’ 3. Bisa berbagi, membantu, bekerja bersama 4. Menyatakan perasaan 5. Berbagi peran dalam permainan
1. Bisa BAK sendiri 2. Bersabar menunggu giliran 3. Menunjukkan sikap toleran 4. Menghargai orang lain 5. Bereaksi terhadap hal-hal tidak benar 6. Menunjukkan ekspresi menyesal ketika melakukan kesalahan
1. Menunjukkan sikap mandiri 2. Mau berbagi, menolong, dan membantu 3. Menunjukkan antusiasme 4. Mengendalikan perasaan 5. Menaati aturan dalam permainan 6. Percaya diri 7. Menjaga diri sendiri 8. Menghargai orang lain
Usia 5-6 tahun 1. Meniru bentuk 2. Bereksplorasi 3. Menggunakan alat tulis dengan benar 4. Menggunting sesuai pola 5. Menempel gambar dengan tepat 1. Klasifikasi benda berdasarkan fungsi 2. Eksploratif 3. Menyusun perencanaan kegiatan 4. Mengenal sebabakibat tentang lingkungannya 5. Inisiatif 6. Bisa memecahkan masalah 7. Mengetahui bentuk,warna, ukuran 8. Mengenal pola ABCD-ABCD 1. Bersikap kooperatif 2. Menunjukkan sikap toleran 3. Mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi 4. Mengenal tata krama dan sopan santun 5. Memahami peraturan 6. Menunjukkan sikap empati 7. Memiliki sikap gigih
Sumber: Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini
22 2.2.2 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk
membantu
pertumbuhan
dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan 5 perkembangan,
yaitu :
perkembangan
moral
dan
agama, perkembangan
fisik , kecerdasan/kognitif (daya pikir dan daya cipta), sosio emosional (sikap dan emosi) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan sesuai kelompok usia yang dilalui oleh anak usia dini seperti yang tercantum dalam Permendiknas no 58 tahun 2009. Ada dua tujuan diselenggarakannya Pendidikan Anak Usia Dini yaitu: •
Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan pada masa dewasa.
•
Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah, sehingga dapat mengurangi usia putus sekolah dan mampu bersaing secara sehat di jenjang pendidikan berikutnya.
Satuan PenyelenggaraPendidikan Anak Usia Dini 1. Taman
Kanak-Kanak
(TK)
merupakan
jalur
pendidikan
formal
yang
menyelenggarakan program pendidikan bagi anak berusia 4 (empat) tahun hingga 6 (enam) tahun dengan prioritas usia 5 (lima) tahun dan 6 (enam) tahun. 2. Taman Kanak-Kanak Luar Biasa (TKLB) merupakan jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan khusus bagi anak berusia 4(empat) tahun hingga 6 (enam) tahun dengan prioritas usia 5 (lima) tahun dan 6 (enam) tahun.
23 3. Kelompok Bermain (KB) merupakan jalur pendidikan non-formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 2 (dua) sampai 6 (enam) tahun dengan prioritas usia 3 (tiga) dan 4 (empat) tahun. 4. Taman Penitipan Anak (TPA) merupakan jalur pendidikan non-formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak sejak lahir sampai dengan 6 (enam) tahun dengan prioritas sejak lahir hingga usia 4 (empat) tahun. 5. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini Sejenis (SPS) merupakan jalur pendidikan non-formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak sejak lahir sampai dengan 6 (enam) tahun secara mandiri atau terintegrasi dengan berbagai layanan kesehatan, gizi, keagamaan, dan kesejahteraan sosial.
2.2.3 Kelompok Bermain / Preschool Definisi Depdikbud (2002 : 2) menegaskan bahwa: “Kelompok Bermain adalah salah satu bentuk layanan pendidikan bagi anak usia 3-6 tahun yang berfungsi untuk membantu meletakkan dasar-dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan bagi anak usia dini dalam menyesuaikan diri dalam lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya, termasuk siap memasuki pendidikan dasar.” Senada dengan pendapat di atas, maka Sudono (2003:1) mendefnisikan Kelompok Bermain yaitu: “Kelompok anak yang melakukan suatu kegiatan dengan menggunakan alat atau tanpa alat sehingga menghasilkan suatu informasi, memberikan kesenangan, maupun mengembangkan imajinasi anak.” Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Kelompok Bermain adalah salah satu wadah berkumpulnya sekelompok anak yang berumur tertentu dengan tujuan untuk memperoleh informasi dan memberikan kesenangan kepada mereka sehingga dapat bertumbuh dan berkembang sesuai potensinya dan siap memasuki tingkat pendidikan selanjutnya. Menurut Depdikbud (2002: 6) program kegiatan belajar Kelompok Bermain bertujuan untuk: 1. Meningkatkan keyakinan dalam beragama; 2. Mengembangkan budi pekerti dalam kehidupan anak; 3. Mengembangkan sosialisasi dan kepekaan emosional;
24 4. Meningkatkan disiplin melalui kebiasaan hidup teratur; 5. Mengembangkan komunikasi dalam kemampuan berbahasa; 6. Meningkatkan pengetahuan atau pengalaman melalui kemampuan daya pikir; 7. Mengembangkan koordinasi motorik halus dan kreatifitas dalam keterampilan dan seni; 8. Meningkatkan kemampuan motorik kasar dalam rangka kesehatan jasmani.
Persyaratan Khusus Pendirian Kelompok Bermain Persyaratan khusus pendirian Kelompok Bermain (KB) harus memiliki: 1. Kepala KB yang memenuhi kualifikasi akademik dan kompetensi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan; dan 2. Prospek peserta didik usia 2 (dua) sampai dengan 4 (empat) tahun paling sedikit 15 (lima belas) peserta didik.
Persyaratan Sarana dan Prasarana Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tentang “Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain”, maka persyaratan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Luas lahan/tanah minimal yang diperlukan 300 m² b. Lokasi pendirian hendaknya memperhatikan persyaratan lingkungan, yaitu •
Keamanan Lokasi pendirian Kelompok Bermain
Hendaknya tidak terlalu dekat dengan jalan raya utama, di tebing, pemakaman, sungai atau tempat-tempat yang dapat membahayakan bagi anak peserta didik •
Kebersihan Dalam mendirikan Kelompok Bermain
Hendaknya tidak berdekatan dengan tempat pembuangan/penumpukan sampah, pabrik yang mengeluarkan polusi udara, limbah yang berakibat buruk bagi kesehatan. •
Ketenangan/Kenyamanan
Kelompok Bermain yang didirikan lokasi tidak berdekatan dengan pabrik, bengkel, pasar dan pusat keramaian yang aktifitasnya dapat mengeluarkan suara yang dapat mengganggu kegiatan Kelompok Bermain.
25 •
Lokasi pendirian Kelompok Bermain dipilih dekat dengan pemukiman penduduk yang relatif banyak anak usia Kelompok Bermain.
•
Transportasi mudah dijangkau, baik darat atau air sesuai dengan kondisi daerah.
c. Memiliki ruang kelas, ruang kantor/kepala Kelompok Bermain, ruang dapur, gudang, kamar mandi/WC guru dan kamar mandi/WC anak. d. Bangunan Gedung, minimal memiliki: Tabel 5 Kebutuhan Ruang Minimal Untuk Kelompok Bermain Jumlah Minimal No Jenis Ruang Kapasitas Ruang Luas 1 Ruang kelas 1 64 m² 20 anak Ruang kantor/kepala 2 1 12 m² 1 orang Kelompok Bermain 3 Ruang dapur 1 9 m² 2 orang 4 Gudang 1 9 m² Kamar mandi/WC 5 1 4 m² 1 orang guru Kamar mandi/WC 6 1 4 m² 1 orang anak 7 Ruang guru 1 16 m² 3 orang UKS (Usaha 8 1 9 m² Kesehatan Sekolah) Sumber :Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain
e. Kelompok Bermain tersebut sedapat mungkin mempunyai halaman/tempat bermain dan mempunyai ruang bermain terbuka. f. Memiliki perabot, alat peraga dan alat permainan di luar dan di dalam ruangan.
Komponen Penyelenggaraan Kelompok Bermain a. Tenaga Pendidik dan Kependidikan Pendidik anak usia dini adalah profesional yang bertugas merencanakan, melaksanakan
proses
pembelajaran,
melaporkan
perkembangan
anak,
melaporkan dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran Pendidik pada Kelompok Bermain terdiri atas guru dan guru pendamping. Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada lembaga Kelompok Bermain. Tenaga kependidikan terdiri atas Pemilik, Kepala Sekolah, Penyelenggara Pengelola, Petugas Administrasi, dan Petugas Kebersihan.
26 b. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam mendukung pelayanan Kelompok Bermain. Standar sarana dan prasarana meliputi jenis, kelengkapan, dan kualitas fasilitas yang digunakan dalam menyelenggarakan proses penyelenggaraan Kelompok Bermain. Standar pengelolaan merupakan kegiatan manajemen satuan lembaga Kelompok
Bermain
yang
berkaitan
dengan
perencanaan,
pelaksanaan,
pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan Kelompok Bermain. a. Standar Sarana dan Prasarana Pengadaan sarana dan prasarana perlu disesuaikan dengan jumlah anak, kondisi sosial, budaya, dan jenis layanan Kelompok Bermain. 1. Prinsip Aman, nyaman, terang, dan memenuhi kriteria kesehatan bagi anak. Sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di lingkungan sekitar, termasuk barang limbah/bekas layak pakai. 2. Persyaratan a. Kebutuhan jumlah ruang dan luas lahan disesuaikan dengan jenis layanan, jumlah anak, dan kelompok usia yang dilayani, dengan luas minimal 3 m² per peserta didik. b. Minimal memiliki ruangan/tempat kegiatan yang dapat digunakan untuk melakukan aktivitas anak yang terdiri dari ruang dalam dan ruang luar, dan kamar mandi yang dapat digunakan untuk kebersihan diri dan BAK/BAB (toileting) dengan air bersih yang cukup. c. Memiliki sarana yang disesuaikan dengan jenis layanan, jumlah anak, dan kelompok usia yang dilayani. d. Memiliki fasilitas permainan baik di dalam dan di luar ruangan yang dapat mengembangkan berbagai konsep.
b. Sarana Pendukung Pembelajaran Sarana untuk pembelajaran Kelompok Bermain dapat dibedakan menjadi sarana di dalam ruangan (indoor) dan sarana di luar ruangan (outdoor). 1. Sarana di dalam ruangan
27 a.
Buku-buku cerita atau dongeng dari berbagai versi dan cerita rakyat setempat;
b.
Alat-alat peraga atau bahan main sebagai bahan belajar;
c.
Lemari atau rak untuk tempat alat main;
d.
Tape recorder dan/atau VCD Player, beserta kaset dan/atau VCD cerita/lagu;
e.
Papan tulis (white atau black board) serta alat tulisnya;
f.
Papan flanel dan perlengkapannya;
g.
Panggung boneka dan perangkatnya;
h.
Papan geometris, puzzle, dan balok;
i.
Alat untuk bermain peran makro dan mikro;
j.
Alat permainan edukatif sederhana;
k.
Alat permainan untuk mendukung mengenal budaya lokal;
l.
Alat-alat untuk memasak, dan lainnya.
2. Sarana di luar ruangan Alat permainan di luar ruangan seperti bak air, bak pasir, papan luncur, papan titian, ayunan, panjatan, kuda-kudaan, dll. Adapun persyaratan alat permainan tersebut sebagai berikut: a.
Alat permainan edukatif, buatan guru, anak, dan pabrik
b. Gampang dibongkar pasang c.
Jika terdiri dari bagian-bagian kecil
d. Ukurannya aman dan diperbolehkan untuk mainan anak e.
Alat-alat mainan diletakkan di tempat yang mudah dijangkau oleh anak
f.
Secara rutin dirawat, dibersihkan dan diganti bila sudah rusak
g. Aman, sisi-sisinya tidak ada yang tajam sehingga membahayakan kulit, atau tangan anak h. Peralatan pendukung keaksaraan i.
Kuat, kokoh, tidak mudah patah dan pecah.
j.
Alat permainan harus disesuaikan dengan usia anak dan dapat mendukung kegiatan belajar anak yang berbeda-beda dan tahap perkembangan anak yang meliputi perkembangan fisik, intelektual, emosi
k. Aspek sosial dan keagamaan
28 2.2.4 Taman Kanak-Kanak / Kindergarten Definisi Taman Kanak – Kanak adalah tahap perkenalan pertama anak kepada sekolah atau transisi dari program Kelompok Bermain. Taman Kanak – Kanak umumnya didefinisikan sebagai bentuk dari pendidikan prasekolah yang mengajar melalui permainan kreatif, kontak sosial, dan ekspresi natural. Konsep ini berawal di Jerman pada tahun 1837 oleh 23 Fredrich Froebel; Taman Kanak – Kanak, ‘taman anak’ merupakan ide awal yang menjelaskan pentingnya anak – anak untuk bermain. Froebel mengerjakan berbagai permainan, lagu, dan cerita untuk membahas kebutuhan anak (pada masa itu umumnya usia 3 – 7 tahun).
Persyaratan Sarana dan Prasarana Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tentang “Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Kanak-Kanak” dan jurnal yang berjudul “Kajian Pengembangan Standar Bangunan Taman Kanak-Kanak Sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia”, maka persyaratan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Luas lahan sekurang-kurangnya 300 m² b. Memiliki ruang bermain/ruang belajar dengan rasio sekurang-kurangnya 3 m² per anak, baik di dalam ataupun di luar ruangan c. Memiliki ruang kepala sekolah, guru, layanan kesehatan/UKS, toilet dengan air bersih, dan ruang lainnya yang relevan dengan kebutuhan kegiatan anak d. Memiliki perabot, alat peraga dan alat permainan dii luar dan di dalam ruangan e. Memiliki tempat untuk memajang hasil karya anak yang ditata sejajar dengan pandangan anak, leluasa, tidak terlalu penuh dengan alat permainan (masih ada ruang kosong untuk gerak anak) f. Penataan ruangan sesuai fungsinya, berikut perabot yang bersih dan terawat g. Bangunan gedung, sekurang-kurangnya memiliki:
No 1 2
Tabel 6 Kebutuhan Ruang Minimum Untuk Taman Kanak-Kanak Jumlah Minimal Jenis Ruang Kapasitas Ruang Luas Ruang kelas 1 64 m² 25 anak 20 m² Ruang kantor/kepala 1 1 orang Kelompok Bermain
29 No
Jenis Ruang
3 4 5
Ruang dapur Ruang Tata Usaha Gudang Kamar mandi/WC guru Kamar mandi/WC anak Kamar Penjaga Ruang guru UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) Ruang Terbuka Ruang Tunggu terbuka
6 7 8 9 10 11 12
Jumlah Ruang 1 1 1
Minimal Luas 16 m² 20 m² 16 m²
1
4 m²
1 orang
1
4 m²
1 orang
1 1
16 m² 16 m²
1 orang 5 orang
1
16 m²
1
120 m²
1
16 m²
Kapasitas 2 orang 2 orang
Sumber :Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman KanakKanak
Data tentang ruang-ruang utama TK diperlukan untuk menentukan massa utama bangunan TK, luasan, fungsi, dan ketentuan teknis lainnya. Beberapa ruang utama yang ditemukan pada beberapa bangunan TK adalah sebagai berikut. Ruang Kelas Fungsi ruang kelas TK adalah tempat belajar seraya bermain dengan suasana yang aman, nyaman, dan menyenangkan. Ruang kelas harus mempunyai akses langsung terhadap ruang-ruang pendukung belajar lainnya dengan kriteria penempatan ruang kelas yang tenang dan terhindar dari semua bentuk aktivitas aktif yang dapat menimbulkan gangguan suara. Kriteria perencanaannya adalah sebagai berikut: a. Ruang kelas untuk daya tampung maksimum 25 anak. b. Ketinggian langit-langit ruangan maksimum 3,50 m. c. Jendela minimum 20% luas lantai ruangan untuk mendapatkan pencahayaan alami yang baik. d. Luas ventilasi udara minimum 7% dari luas lantai ruang. e. Pintu, jendela, dan kusen dibuat dari bahan berkualitas baik. f. Pintu terdiri dari 2 daun membuka keluar dengan lebar minimum 150 cm dan tersedia pintu penghubung antar ruang (connecting door) dengan lebar minimum 90 cm. g. Dilengkapi tata letak (layout) perabot yang terdiri dari: meja dan kursi anak didik, meja dan kursi guru, papan tulis, papan penempelan hasil karya anak didik, lemari, book shelves/ office cabinet, dan loker.
30 h. Di depan ruang kelas terdapat tempat cuci tangan dan kaki. i. Dihindari penggunaan jenis bahan lantai yang licin. j. Dilengkapi dengan lampu penerangan yang cukup dan minimal terdapat 2 stop kontak. Ruang Kepala TK Ruang kepala TK dipergunakan sebagai ruang kerja. Kriteria perancangannya adalah sebagai berikut: a. Tata letak ruang dekat dengan ruang tata usaha, ruang guru, dan area pintu masuk utama. b. Mudah dicapai dari pintu masuk utama sekolah. c. Ruang dilengkapi dengan penerangan lampu dan stop kontak yang cukup. d. Terdapat jaringan telepon. Ruang Guru Ruang guru berfungsi sebagai ruang kerja guru untuk mempersiapkan bahan mengajar. Kriteria perancangannya adalah sebagai berikut: a. Tata letak ruang dekat dengan ruang kepala TK dan ruang tata usaha. b. Mudah dicapai dari area pintu masuk utama sekolah. c. Ruangan dilengkapi dengan penerangan lampu dan stop kontak yang cukup. d. Terdapat jaringan telepon. Ruang Tata Usaha Ruang tata usaha berfungsi sebagai ruang kerja tenaga tata usaha untuk melaksanakan tugas administratif yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan dan anak didik. Kriteria perancangannya adalah sebagai berikut: a. Tata letak ruang dekat dengan ruang kepala TK dan ruang guru. b. Terdapat kursi dan meja kerja, filling cabinet, komputer dan/atau mesin ketik. c. Ruangan dilengkapi dengan penerangan lampu dan stop kontak yang cukup. Ruang Kesehatan Sekolah Ruang kesehatan sekolah berfungsi sebagai ruang pelayanan kesehatan bagi anak didik, baik yang dilakukan sekolah maupun instansi kesehatan lainnya. Kriteria perancangannya adalah sebagai berikut: a. Tata letak ruang mudah dijangkau dari pintu masuk utama dan dari ruang lainnya. b. Terdapat kursi dan meja tenaga medis, dua tempat tidur, washtafel, filling cabinet, dan lemari obat yang dapat dikunci.
31 Dapur Kriteria perancangannya adalah sebagai berikut: a. Ketinggian langit-langit minimal 4,00 m dengan pencahayaan alami dan sirkulasi udara yang baik. b. Luas jendela 20% luas lantai untuk mendapatkan pencahayaan alami yang baik. c. Luas ventilasi udara antara 6%−10% luas lantai ruang. d. Kelengkapan pengendalian kualitas udara di dalam ruang dengan menggunakan exhaust fan dan kipas angin. e. Terdapat pintu masuk yang terdiri dari dua daun pintu dengan lebar minimal 150 cm dengan arah membuka keluar. f. Dilengkapi lampu penerangan ruang dan stop kontak yang disesuaikan dengan kebutuhan. g. Dilengkapi dengan tempat cuci peralatan makan (sink) dengan jumlah disesuaikan dengan kebutuhan. Gudang Gudang TK berfungsi sebagai ruang penyimpanan barang sekolah. Jumlah gudang untuk TK sebanyak 1 ruang dengan ukuran 4 × 4 m = 16 m² . Kamar Penjaga Kamar penjaga berfungsi sebagai tempat istirahat bagi penjaga, baik siang maupun malam, untuk menjaga keamanan TK. Kriteria perancangannya adalah: a. Tata letak ruang dekat dengan gudang atau terletak di belakang/samping gedung TK. b. Ruangan dilengkapi dengan penerangan lampu dan stop kontak yang cukup. KM/WC Guru KM/WC sebanyak 1 ruang untuk kepala TK, 1 ruang untuk guru dan staf. Setiap KM/WC dilengkapi dengan kloset, bak air, 1 washtafel, dan cermin. KM/WC Anak Kriteria perancangannya adalah sebagai berikut: a. Jumlah KM/WC 6 buah yang masing-masing dilengkapi dengan closet dan bak air. b. Ukuran ketinggian dari kelengkapan KM/WC disesuaikan dengan ukuran fisik anak. c. Tata letak mudah dijangkau dari ruang kelas dengan tujuan untuk memudahkan dalam pengawasan dan pemeliharaan.
32 d. Ruang dilengkapi dengan lampu penerangan yang cukup. e. Jenis keramik lantai tidak licin. f. Luas ventilasi yang cukup untuk sirkulasi udara. g. Pintu kamar mandi dari bahan kedap air. Ruang Terbuka/Speelood Speelood merupakan ruang semi terbuka yang berfungsi untuk kegiatan olah raga ringan, senam atau permainan, pertemuan ceramah umum, pameran, dan pertunjukan. Speelood merupakan bangunan tersendiri yang terpisah dari bangunan lainnya dalam gedung TK. Kriteria perancangannya adalah sebagai berikut: a. Bentuk ruang sebaiknya mendekati bujur sangkar, segi enam, atau bulat. b. Tinggi langit-langit minimal 4,00 m. c. Bahan penutup lantai dipilih yang tidak licin. d. Terdapat dinding pembatas ruang setinggi +120 cm. e. Terdapat lampu penerangan yang cukup dan terdapat stop kontak. Ruang Tunggu Terbuka Ruang tunggu terbuka berfungsi sebagai tempat orang tua menjemput anak. Tata ruang pada area pintu masuk gedung dan tidak terlihat langsung oleh anak dari ruang kelas. Kriteria perancangannya adalah: a. Tinggi langit-langit minimal 4,00 m. b. Bahan penutup lantai dipilih yang tidak licin. c. Terdapat dinding pembatas ruang setinggi 120 cm.
2.2.5 Kurikulum Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (UU No 20 tentang SPN). Kurikulum kelompok bermain dan taman kanak-kanak dikembangkan oleh pendidik di lembaga itu sendiri dengan mengacu pada Permendiknas No 58 Tahun 2009 atau kurikulum berstandar internasional dan mengembangkan sesuai dengan potensi dan kebutuhan yang dimiliki lembaga. Setiap kurikulum ini memiliki kelebihan dan kelemahan. Namun untuk menyamaratakan standar pembelajaran di dunia, penulis mempertimbangkan untuk menerapkan standar kurikulum bertaraf
33 international. Standar kurikulum yang digunakan berdasar pada International Preschool Curriculum. Program pembelajaran adalah salah satu komponen untuk mengaplikasikan kurikulum dalam program pembelajaran diperlukan perangkat perencanaan yang akan dilakukan oleh lembaga. International Preschool Curriculum (IPC) menerapkan proses pembelajaran dengan 6 (enam) inti proses pembelajaran.
Gambar 1 Konten Pembelajaran Pada International Preschool Curriculum Sumber : https://ipc.education/corecontentareas/, Diakses Pada Tanggal 02 Juli 2015 Pukul 20.20
Keenam proses pembelajaran tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : 1.
Languange Art Dua pembenaran utama untuk masuknya seni bahasa sebagai kawasan inti eksplorasi dan studi pada anak usia dini adalah kemampuan untuk mengembangkan
dan
mendukung
pemikiran
kognitif,
penalaran,
dan
kemampuan memecahkan masalah pada anak-anak. Setiap keterampilan kognitif tersebut sangat penting jauh melampaui kurikulum prasekolah dan memiliki relevansi yang berlaku selama kehidupan. IPC menawarkan pendekatan yang jelas dan kerangka kerja untuk instruksi pelajaran bahasa yang terkandung dalam kurikulum. Kerangka untuk presentasi guru pelajaran bahasa menunjukkan bahwa pelajaran ini harus ditawarkan secara teratur dengan cara sesuai dengan tahapan perkembangan dan lingkungan yang mendukung anak-anak di semua tingkat pemahaman. Peran guru disorot dan
34 diperkuat di seluruh kurikulum dan oleh karena itulah guru yang menyertainya diberi pelatihan tentang pelaksanaan kurikulum IPC. Sebagai bagian dari proses aplikasi IPC sebagai meneliti berikut untuk meningkatkan seni bahasa melalui Kurikulum Unit Tematik:
Pengetahuan tentang Alphabet
Kesadaran fonologis
Pengetahuan tentang Print dan penggunaan nya
Pemahaman Buku Teks dan lainnya
Keterampilan menulis
Mendengarkan dan memahami Bahasa yang kompleks
Menggunakan Bahasa untuk mengekspresikan pikiran dan kebutuhan
Menggunakan keterampilan komunikasi percakapan
IPC telah melakukan penelitian kurikulum untuk masing-masing daerah belajar yang menerapkan kurikulum IPC dengan lebih dari 16 tema pembelajaran seperti perkembangan kognitif dan mekanik. Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan pendidikan prasekolah yang baik. Daerah belajar inti diperkuat dengan kegiatan yang menyenangkan dan hasilnya berdasarkan pada struktur pembelajaran. Siswa harus mampu mengidentifikasi setiap huruf dari alphabet dan siap untuk membaca tiga kata surat pada akhir unit tematik. Siswa harus dapat mengenali dan mengetahui anggota keluarga, rekan-rekan sekolah dan guru dengan nama mereka dan memahami suara yang terkait dengan huruf abjad. Siswa harus mampu memperluas kosakatanya dalam Bahasa Inggris setiap hari dan harus dibaca setiap hari untuk memastikan hal ini dapat dicapai. Siswa akan memahami dan mampu menyampaikan makna dari kata-katanya dalam kosakata. Kurikulum IPC akan memungkinkan siswa untuk mengekspresikan dirinya sendiri secara lisan dan mengembangkan keterampilan berkomunikasi dengan kata-kata. 2.
Socio-Emotional Siswa dapat memahami pentingnya self-respect, kepercayaan diri dan keterampilan interpersonal. Siswa menghormati orang lain dan mengakui figur otoritas seperti orang dewasa, guru dan orang tua. Akan ada pemahaman keanekaragaman budaya dan agama dan bukti bahwa siswa mampu menjadi anggota tim atau perilaku mandiri dalam tugas individu ketika diminta. Siswa
35 akan menyadari tanggung jawab di sekolah, rumah, masyarakat setempat dan dunia. Pemahaman tentang dasar perdagangan, uang dan pekerjaan akan dicapai. Siswa akan membantu di sekolah dan rumah dalam membersihkan mainan, buku dan barang serupa setelah digunakan. Akan ada pemahaman liburan, tradisi dan adat budaya asli siswa dan budaya lainnya. Dua pembenaran utama untuk masuknya emosi sosial sebagai inti dari eksplorasi dan studi pada anak usia dini adalah kemampuan untuk mengembangkan dan mendukung pemikiran kognitif, penalaran, dan kemampuan memecahkan masalah pada anak-anak. Setiap keterampilan tersebut penting dalam bermain jauh melampaui kurikulum prasekolah dan memiliki relevansi yang berlaku selama kehidupan. IPC menawarkan pendekatan yang jelas dan kerangka kerja untuk instruksi pelajaran emosi sosial yang terkandung dalam kurikulum. Kerangka untuk guru pelajaran emosi sosial menunjukkan bahwa pelajaran ini harus ditawarkan secara teratur dengan cara yang sesuai dengan tahapan perkembangan dan lingkungan yang mendukung anak-anak di semua tingkat pemahaman. Kurikulum harus mencapai hasil yang menjamin keselamatan siswa dan kesejahteraan sosial. Agar siswa dapat mengembangkan sosialnya, ia harus bisa merasa nyaman jika terpisah dari orang tuanya atau wali utama selama beberapa jam setiap hari. Hal ini bertujuan agar siswa dapat berkomunikasi dengan orang lain dan memahami pentingnya membahas isu-isu yang secara langsung mempengaruhi dia dengan guru atau orang dewasa di sekolah. 3.
Numericy IPC menawarkan pendekatan yang jelas dan kerangka kerja untuk instruksi pelajaran berhitung yang terkandung dalam kurikulum. Kerangka untuk guru pelajaran berhitung menunjukkan bahwa pelajaran ini harus ditawarkan secara teratur dengan cara sesuai dengan tahapan perkembangan dan lingkungan yang mendukung anak-anak di semua tingkat pemahaman. IPC menghargai bahwa orang tua memiliki berbagai pilihan dalam pra-sekolah, namun IPC dibedakan sebagai kurikulum yang menyediakan kerangka kerja yang jelas untuk semua bidang pembelajaran sebagai bagian dari kurikulum: •
Kurikulum sepenuhnya diteliti dan dikaji meliputi pendekatan pengajaran tradisional sementara merangkul metode pendidikan terbaru.
36 •
Pendekatan
bilingual
belajar
dengan
memastikan
bahwa
sekolah
menawarkan setidaknya satu bahasa kedua untuk mempromosikan pembelajaran bilingual dan mengintegrasikan bahasa kedua di sekolah; •
IPC adalah kurikulum pertama yang mendorong tradisi budaya lokal dan mempromosikan internasionalisme sebagai tema seluruh ajarannya. Kurikulum juga mencakup tema saat ini urusan seperti ekologi dan konservasi;
•
IPC melibatkan guru dalam program pengembangan profesional, workshop dan forum diskusi. Guru IPC dilatih untuk tingkat tertinggi dalam mengajar dan profesionalisme;
Siswa akan dapat menghitung sampai 20 dengan mudah; mahasiswa tingkat lanjut akan diajarkan bagaimana untuk menghitung sampai 100. Akan ada pemahaman puluhan dan unit dan bagaimana cara menghitung puluhan. Konsep kurang lebih akan dibahas secara rinci dan siswa akan dapat membedakan mana dua digit nomor kurang lebih atau sama. Siswa akan dapat membuat estimasi dasar. Akan ada pemahaman tentang denominasi uang. Siswa akan mampu memecahkan sejumlah dasar penambahan dan pengurangan. Pola dan urutan akan mudah diidentifikasi. 4.
Creative Arts Seni untuk pelajar awal memberikan perkembangan otot, koordinasi matatangan, dan gerakan ketangkasan. Dengan kesempatan untuk praktek kepercayaan mereka meningkat, dan aktivitas menyebabkan efek positif pada keterampilan menulis di kelas. IPC menawarkan pendekatan yang jelas dan kerangka kerja untuk instruksi kreatif pelajaran seni yang terkandung dalam kurikulum. Kerangka untuk guru pelajaran seni kreatif menunjukkan bahwa pelajaran ini harus ditawarkan secara teratur dengan cara sesuai dengan tahapan perkembangan dan lingkungan yang mendukung anak-anak di semua tingkat pemahaman. Seni
adalah
bentuk
penting
dari
ekspresi
anak-anak
muda
untuk
mengembangkan, dan penelitian menunjukkan bahwa seni adalah konsumsi otak yang melibatkan kognitif, sosial emosional, harga diri, dan aktivitas multiindera. IPC telah mengevaluasi apa diharapkan dilakukan untuk belajar di praTK dan merancang kurva belajar yang sejalan beberapa keahlian untuk standar
37 yang diharapkan pada tahun pra-sekolah. Oleh karena itu, IPC memiliki pandangan yang realistis pada pendekatan yang tepat untuk mengajar, dan mempromosikan seni awal dan musik yang akan mempersiapkan anak-anak dan mendorong bakat mereka untuk digunakan di seluruh sekolah mereka dan kehidupan dewasa. 5.
Science IPC menawarkan pendekatan yang jelas dan kerangka kerja untuk instruksi pelajaran teknologi yang terdapat dalam kurikulum. Kerangka untuk guru pelajaran teknologi menunjukkan bahwa pelajaran ini harus ditawarkan secara teratur dengan cara sesuai dengan tahapan perkembangan dan lingkungan yang mendukung anak-anak di semua tingkat pemahaman. Ketika digunakan secara tepat, teknologi dapat mendukung dan memperluas belajar dengan cara yang berharga untuk meningkatkan kesempatan pendidikan bagi anak-anak. Hal ini penting, namun untuk menemukan keseimbangan, mengetahui bagaimana menyelaraskan elemen masa kanak-kanak yang sehat dengan
kemampuan
unik
yang
ditawarkan
oleh
teknologi.
Dengan
mengintegrasikan komputer ke dalam kurikulum IPC menemukan cara yang efisien di mana untuk melaksanakan tujuan dan membantu guru di dalam kelas. 6.
Motor Skills Keterampilan motorik dibagi menjadi dua kategori, yaitu halus dan kasar, sebagai daerah inti dari eksplorasi dan studi pada Pendidikan Anak Usia Dini didasarkan pada kemampuan untuk mendorong dan mendukung pengembangan gerak dan kontrol tubuh keterampilan pada anak-anak. Setiap keterampilan kognitif penting yang disebut dalam bermain jauh melampaui kurikulum prasekolah dan memiliki relevansi yang berlaku selama kehidupan. IPC menawarkan pendekatan yang jelas dan kerangka kerja untuk instruksi keterampilan motorik pelajaran yang terkandung dalam kurikulum. Kerangka untuk guru pelajaran keterampilan motorik menunjukkan bahwa pelajaran ini harus ditawarkan secara teratur dengan cara sesuai dengan tahapan perkembangan dan lingkungan yang mendukung anak-anak di semua tingkat pemahaman. Keenam poin tersebut melibatkan peran orang tua untuk mengawasi dan membantu menerapkannya ke dalam kehidupan sehari-hari.
38 2.3
State of The Art Pedoman awal dalam meneliti menggunakan beberapa jurnal yang telah
diterbitkan yang berhubungan langsung dengan permasalahan yang dihadapi.
Tabel 7 Referensi Jurnal Penulis Judul Jurnal Isi jurnal Anthonius N. Tandal, I Arsitektur Berwawasan Jurnal ini berisi tentang bagaimana Pingkan P.Egam Perilaku Perilaku dan Arsitektur saling (2011), (Behaviorisme). berhubungan satu sama lain. Hal ini terlihat dari aspek-aspek pembentuk perilaku manusia akibat lingkungan atau bentuk arsitektur dan sebaliknya. Dian Ariestadi (2010), Kajian dan Jurnal ini berisikan tentang Pengembangan Standar bagaimana menerapkan standar Bangunan Taman bangunan Taman Kanak-Kanak Kanak-Kanak Sebagai untuk memaksimalkan peranan Pusat Upaya Peningkatan Pendidikan Anak Usia Dini di Mutu Pendidikan Anak Indonesia. Penulis memberikan Usia Dini di Indonesia. penjabaran tentang standarisasi yang digunakan dalam proses perancangan. Kate Bishop
Virginia
Nalina Moses
Designing learning environments for all children: Variety and richness
Jurnal ini berisikan tentang pengaruh dua karakteristik utama merancang ruang untuk anak-anak, baik ruang bermain anak hingga ruang belajar anak. Dalam jurnal ini, akan dijelaskan pembentukan atmosfir, penyediaan informasi, tempat hiburan, edukasi, dan penghargaan pada tingkatan kenyamanan yg baik terhadap anak-anak. Understanding Child Jurnal ini berisikan tentang tahapGrowth and tahap perkembangan anak serta Development karakteristik anak dalam proses perkembangan dan pertumbuhannya. Virginia menyampaikan bahwa ada banyak hal yang dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan anak, secara positif dan negatif. Environmental Jurnal ini berisikan tentang psikologi Psychology: Building lingkungan yang tidak terlepas dari with Feeling displin ilmu desain, termasuk perencanaan ruang, ergonomic, pencahayaan, akustik, branding, dan desain interior.
39 2.4
Kerangka Berpikir Berdasarkan pembahasan pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan dalam sebuah kerangka berpikir sebagai berikut : JUDUL
PENERAPAN ARSITEKTUR BERWAWASAN PERILAKU PADA PUSAT PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI JAKARTA The Application of Architecture and Human Behavior Concept for Early Childhood Education Center in Jakarta
LATAR BELAKANG Sarana Pendidikan Anak Usia Dini masih sangat dibutuhkan di Jakarta Barat karena jumlah PAUD dia Jakarta Barat masih belum dapat memenuhi seluruh penduduk usia 0-6 tahun. Selain itu, untuk mengoptimalkan PAUD perlu diperhatikan perilaku penggunanya.
RUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN PENELITIAN 1. Bagaimana perancangan interior ruang yang sesuai dengan perilaku anak dalam masa perkembangannya? 2. Bagaimana merancang sebuah lingkup lingkungan pendidikan yang sesuai dengan standarisasi untuk Pusat Pendidikan Anak Usia Dini? TUJUAN PENELITIAN : 1. Mengetahui cara untuk merancang interior ruang PAUD dengan memperhatikan perilaku anak. 2. Membuat suatu lingkup lingkungan pendidikan untuk memenuhi kebutuhan dalam proses
RUANG LINGKUP RUANG LINGKUP KAJIAN : menggunakan pendekatan aspek fungsional dengan memperhatikan beberapa pendekatan lain, seperti pendekatan fisiologis, psikologis, pengguna ruang, organisasi pengguna dan kebutuhan ruang, dan pendekatan kapasitas dan besaran ruang. RUANG LINGKUP PENELITIAN : dibatasi pada jumlah penggunanya, aktivitas dan fasilitas yang dibutuhkan, foto lapangan, pembagian ruang dan kebutuhan ruang, serta flow activity yang terjadi pada PAUD.
TEORI dan STUDI LITERATUR Teori berupa teori tentang Arsitektur dan Perilaku Manusia, Pengertian dan Jenis PAUD, serta penjelasan tentang standarisasi Pusat Pendidikan Anak Usia Dini. Studi Literarur berupa referensi dari beberapa PAUD yang telah ada di beberapa lokasi yang dapat dijadikan acuan dalam mendesain (lokasi tidak dapat dijangkau langsung)
STUDI KASUS
OBSERVASI
Ladybird Preschool&Kindergarten
Observasi dilakukan dengan metode pengambilan sampel yang bertujuan untuk menguji dan membuktikan teori yang sudah ada. Observasi dilakukan dengan memperhatikan perilaku anak dalam proses kegiatannya.
ANALISA DATA • metode verifikasi dengan pengambilan sampel untuk menguji dan membuktikan teori yang telah diperoleh. • Setelah di verifikasi penulis melakukan reduksi data, yaitu menyeleksi data dengan memilih data yang penting sehingga rangkuman inti dari penelitian tersebut tetap berada didalamnya dan hasil penelitian yang diteliti akan lebih fokus. • Menganalisa data yang sudah diperoleh yaitu dengan pertimbangan apakah sudah sesuai dengan tujuan penelitian yang
SKEMATIK DESAIN 1. 2. 3.
Analisa Manusia Analisa Bangunan Analisa Lingkungan
PROSES PERANCANGAN
KESIMPULAN Berisikan kesimpulan dari proses analisa dan perancangan
Gambar 239 Kerangka Berpikir
40
41