6 BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 PERENCANAAN. 2.1.1 Pengetian Perencanaan Efektivitas adalah faktor yang sangat penting bagi perusahaan untuk mencapai kesuksesan dalam jangka panjang. Sukses perusahaan dapat diukur melalui pencapaian sasaran-sasaran
perusahaan,
dalam upayanya
mencapai sasaran-sasaran tersebut
perusahaan harus dapat menggunakan sumber daya ( manusia, material, dan modal ) secara efisien. Oleh karena itu, untuk menjaga tingkat keefisienan dalam penggunaan suatu sumber daya, maka dibutuhkan suatu perencanaan dan pengendalian yang merupakan fungsi manajemen yang harus dilakukan oleh pihak manajemen secara berkelanjutan. Menurut pendapat Warman (2004,p43) : “Perencanaan adalah suatu proses memperkirakan apa yang akan terjadi di masa mendatang dan mempersiapkan sesuatu untuk masa mendatang itu.”
2.1.2 Fungsi Dasar yang Harus Dipenuhi Oleh Perencanaan Berdasarkan Tampubolon (2004,p25) Fungsi-fungsi dasar yang harus dipenuhi oleh aktivitas perencanaan adalah : 1) Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam jumlah produk sebagai fungsi dari waktu. 2) Menetapkan jumlah dan saat pemesanan bahan baku serta komponen secara ekonomis dan terpadu. 3) Menetapkan kesinambungan antara tingkat kebutuhan produksi, teknik pemenuhan pesanan,
serta
memonitor
tingkat
persediaan
produk
jadi
setiap
saat,
7 membandingkannya dengan rencana persediaan, dan melakukan revisi atas rencana produksi pada saat yang ditentukan. 4) Membuat jadwal produksi, penugasan, pembebanan mesin dan tenaga kerja yang terperinci sesuai dengan ketersediaan kapasitas dan fluktuasi permintaan pada suatu periode.
Perencanaan merupakan sebuah proses yang memperkirakan, mengintegrasikan dan mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas atau kegiatan apa yang selanjutnya akan dilakukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan secara terpadu.
2.2 Pengendalian 2.2.1 Pengertian Pengendalian Menurut Jeff Madura (2001,p227) pengertian pengendalian adalah : Memonitor dan mengevaluasi tugas-tugas, artinya menilai apakah rencana yang ditetapkan dalam perencanaan telah tercapai.
2.2.2 Pengendalian bahan baku Berdasarkan pendapat Usry (2004,pp299-300) pengendalian bahan baku yang efektif sebaiknya : 1) Menyediakan pasokan bahan baku yang diperlukan untuk operasi yang efisien dan tidak terganggu. 2) Menyediakan cukup persediaan dalam periode di mana pasokan (musiman, siklus, atau pemogokan kerja) dan mengantisipasi perubahan harga. 3) Menyimpan bahan baku dengan waktu penanganan dan biaya minimum dan melindungi bahan baku tersebut dari kehilangan akibat kebakaran, pencurian, cuaca, dan kerusakan karena penanganan.
8 4) Meminimalkan item-item yang tidak aktif, kelebihan, atau usang dengan melaporkan perubahan produk yang mempengaruhi bahan baku. 5) Memastikan persediaan yang cukup untuk pengiriman segera ke pelanggan. 6) Menjaga agar jumlah modal yang diinvestasikan dalam persediaan berada di tingkat yang konsisten dengan kebutuhan operasi dan rencana manajemen.
2.2.3 Tujuan Pengendalian Berdasarkan pendapat Assauri (2004,p177), tujuan pengendalian persediaan secara terinci dapatlah dinyatakan sebagai usaha untuk : 1) Menjaga
jangan
sampai
perusahaan
kehabisan
persediaan
sehingga
dapat
mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi. 2) Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar atau berlebih-lebihan, sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar. 3) Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan berakibat biaya pemesanan menjadi besar.
Pengendalian merupakan sebuah proses memantau atau memonitor kegiatankegiatan untuk menjamin kegiatan tersebut dilaksanakan sebagaimana telah direncanakan, sekaligus menjaga dan mengkoreksi setiap adanya penyimpangan yang terjadi.
2.3 Persediaan 2.3.1 Pengertian persediaan Persediaan merupakan sumber daya yang disimpan yang dapat digunakan untuk memuaskan kebutuhan sekarang dan yang akan datang. Bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi merupakan contoh dari persediaan. Semua organisasi memiliki tipe-tipe
9 sistem
pengendalian
dan
perencanaan
persediaan.
Perusahaan
selalu
berusaha
mengurangi biaya dengan mengurangi tingkat persediaan di tangan (on hand), sementara itu di sisi lain pelanggan menjadi sangat tidak puas ketika jumlah persediaan mengalami kehabisan (stockout). Oleh karena itu perusahaan harus mengusahakan terjadinya keseimbangan antara investasi persediaan dan tingkat layanan pelanggan dan minimisasi biaya merupakan faktor penting dalam membuat keseimbangan ini. Menurut Zulfikarijah (2005,p4) : “persediaan adalah stok bahan baku yang digunakan untuk memfasilitasi produksi atau untuk memuaskan permintaan konsumen. Jenis persediaan meliput; bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi.”
2.3.2 Jenis-jenis Persediaan dalam Perusahaan Manufaktur Berdasarkan pendapat Assauri (2004,pp170-172) ada beberapa jenis persediaan, setiap jenis persediaan mempunyai karakteristik khusus tersendiri. Menurut jenisnya, persediaan dapat dibedakan atas : 1) Persediaan bahan baku (row materials stock) yaitu persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang yang dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari suplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya. Bahan baku diperlukan oleh pabrik untuk diolah, yang setelah melalui beberapa proses diharapkan menjadi barang jadi (finished goods). 2) Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli (purchased parts/components stock) yaitu persediaan yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung diassembling dengan parts lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya. Jadi bentuk barang yang merupakan parts ini tidak mengalami perubahan dalam operasi.
10 3) Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan (suppliies
stock) yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi. 4) Persediaan
barang
setengah
jadi
atau
barang
dalam
proses
(work
in
process/progress stock) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi. 5) Persediaan barang jadi (finished goods stock) yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain. Jadi barang jadi ini adalah merupakan produk selesai dan telah siap untuk dijual.
Gambar 2.1 Jenis-jenis persediaan.
Menurut fungsinya persediaan dapat dibedakan atas : 1) Batch stock atau Lot Size Inventory yaitu persediaan yang
diadakan karena kita
membeli atau membuat bahan-bahan/barang-barang dalam jumlah besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Jadi dalam hal ini pembelian atau pembuatan yang dilakukan untuk jumlah besar, sedang penggunaan atau pengeluaran dalam
11 jumlah kecil. Terjadinya persediaan karena pengadaan bahan/barang yang dilakukan lebih banyak daripada yang dibutuhkan 2) Fluctuation stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen, apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang tidak beraturan atau tidak tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat diramalkan lebih dahulu. Jadi apabila terdapat fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka persediaan ini (fluctuation stock) dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut. 3) Anticipation stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan pemintaan yang meningkat. Di samping itu anticipation stock dimaksudkan pula untuk menjaga kemungkinan sukarnya diperoleh bahan-bahan sehingga tidak mengganggu jalannya produk atau menghindari kemacetan produksi.
2.3.3 Tujuan Persediaan Menurut pendapat Render dan Heizer (2001,pp314) persediaan memiliki berbagai tujuan penting yang menambah fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan yaitu : 1) Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat memenuhi permintaan yang diantisipasi akan timbul dari konsumen. 2) Untuk memasangkan produksi dengan distribusi. Misalnya, bila permintaan produknya tinggi hanya pada musim panas, suatu perusahaan dapat membentuk stok selama musim dingin, sehingga biaya kekurangan stok dan kehabisan stok dapat dihindari. Demikian pula, bila pasokan suatu perusahaan berfluktuasi,
12 persediaan bahan baku ekstra mungkin diperlukan untuk “memasangkan” proses produksinya. 3) Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah, karena pembelian dalam jumlah besar dapat secara substantial menurunkan biaya produk. 4) Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dan perubahan harga. 5) Untuk menghindari dari kekurangan stok yang dapat terjadi karena cuaca, kekurangan pasokan, masalah mutu, atau pengiriman yang tidak tepat. “Stok pengaman” misalnya, barang ditangan ekstra dapat mengurangi resiko kehabisan stok. 6) Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dan menggunakan “barang dalam proses” dalam persediaannya. Hal ini karena perlu waktu untuk memproduksi barang dan arena sepanjang berlangsungnya proses, terkumpul persediaan-persediaan.
2.3.4 Fungsi Persediaan Berdasarkan pendapat Tampubolon (2004,p190) pentingnya mengefektifkan sistem persediaan bahan, efisiensi, operasional perusahaan dapat ditingkatkan melalui fungsi persediaan dengan mengefektifkan fungsi decoupling, fungsi economic size, dan fungsi antisipasi. 1) Fungsi decoupling. Merupakan fungsi perusahaan untuk mengadakan persediaan decouple, dengan mengadakan pengelompokkan operasional secara terpisah-pisah, sebagai contoh adalah perusahaan manufaktur mobil, skedul perakitan mesin (engine assembly) dipisah dari skedul perakitan tempat duduk. 2) Fungsi economic size. Penyimpanan persediaan dalam jumlah besar dengan pertimbangan adanya diskon atas pembelian bahan, diskon atas kualitas untuk dipergunakan dalam proses
13 konversi, serta didukung kapasitas gudang yang memadai .Contohnya adalah Badan Urusan Logistik (BULOG) membeli gabah dari petani (gabah kering dan kadar air) untuk dibuat persediaan, pada umumnya harga gabah ketika panen masih murah dan tergantung mutu (kering dan basah). Kemudian pada waktu selesai panen atau panceklik, gabah yang telah diproses menjadi beras dijual ke pasar, serta pada saat ini BULOG tidak akan membeli gabah dari petani, karena stok petani sedikit dan harganya mahal. Dengan demikian BOLOG menganut fungsi economic lot size. 3) Fungsi antisipasi. Merupakan penyimpanan persediaan bahan yang fungsinya untuk penyelamatan jika sampai terjadi keterlambatan datangnya pesanan bahan dari pemasok atau leveransir. Tujuan utama adalah untuk menjaga proses konversi tetap berjalan dengan lancar. Persediaan diartikan sebagai investasi yang akan menunggu proses lebih lanjut, persediaan dalam perusahaan merupakan salah satu aset terpenting dalam banyak perusahaan. Jenis persediaan di berbagai perusahaan berbeda-beda akan tetapi secara umum persediaan dibagi menjadi tiga yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi dan persediaan barang jadi.
2.4 Biaya 2.4.1 Pengertian Biaya Berdasarkan pendapat Hongren, Datar, dan Foster (2005,p34) : Biaya adalah suatu sumber daya yang dikorbankan atau dilepaskan untuk mencapai tujuan terentu.
2.4.2 Klasifikasi Biaya Menurut Usry (2004,pp57-60) Keberhasilan dalam merencanakan dan mengendalikan biaya tergantung pada pemahaman yang menyeluruh atas hubungan antara biaya dan
14 aktivitas bisnis. Studi dan analisis yang hati-hati atas dampak aktivitas bisnis atas biaya umumnya akan menghasilkan klasifikasi tiap pengeluaran sebagai biaya tetap, biaya variabel atau biaya semivariabel. 1) Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah saat aktivitas bisnis meningkat atau menurun. Contohnya overhead pabrik memasukkan item seperti supervisi, penyusutan, sewa, asuransi properti, pajak properti, semuanya secara umum dianggap sebagai biaya tetap. 2) Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang secara total meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proporsional terhadap penurunan dalam aktivitas. Contoh yang termasuk biaya variabel adalah biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, alat-alat kecil, pengerjaan ulang, dan unit-unit yang rusak. 3) Biaya
semivariabel
didefinisikan
sebagai
biaya
yang
memperlihatkan
baik
karakteristik-karakteristik dari biaya tetap maupun biaya variabel. Contoh biaya semivariabel adalah biaya listrik, air, gas, batu bara, bensin, perlengkapan, pemeliharaan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, asuransi jiwa kelompok untuk karyawan, biaya pensiun, pajak penghasilan, biaya perjalanan dinas, dan biaya hiburan.
2.4.3 Biaya-biaya Persediaan Berdasarkan pendapat Zulfikarijah (2005,pp13-17) beberapa masalah keputusan persediaan dapat diselesaikan dengan menggunakan kriteria ekonomis, satu syarat mutlak terpenting adalah membuat struktur biaya. Struktur biaya ini memuat biaya persediaan, biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang disebabkan oleh adanya persediaan. Biaya persediaan ini di dalam perusahaan secara umum dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
15 1) Biaya pembelian (purchasing order). Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang, jumlahnya tergantung pada yang dibeli dan harga per unit barang. 2) Biaya pengadaan (procurement cost). Merupakan biaya yang berhubungan dengan pembelian barang yang terdiri dari biaya pemesanan (ordering cost) apabila barang yang dikeluarkan berasal dari luar perusahaan dan biaya persiapan (set-up cost). a. Biaya pemesanan (0rdering cost). Adalah semua pengeluaran yang disebabkan oleh adanya kegiatan mendatangkan barang dari luar, biaya ini meliputi : 1. Biaya menentukan pemasok. 2. Pengetikan pemesanan. 3. Pengiriman pesanan. 4. Biaya pengangkutan. 5. Biaya penerimaan. b. Biaya persiapan (set-up cost). Yaitu semua pengeluaran yang disebabkan oleh kegiatan memproduksi suatu barang, biaya ini berasal dari pabrik yang meliputi : 1. Biaya menyusun peralatan produksi. 2. Menyetel mesin. 3. Mempersiapkan gambar kerja. 3) Biaya penyimpanan (carrying cost/holding cost). Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran yang disebabkan oleh adanya kegiatan menyimpan barang dalam periode waktu tertentu, biaya ini diwujudkan dalam bentuk prosentase nilai rupiah per unit waktu. Biaya ini meliputi : a. Biaya modal (cost of capital). Adanya penumpukan barang dalam persediaan sama artinya dengan biaya penumpukan modal yang
16 menyebabkan peluang untuk investasi lainnya berkurang. Modal ini dapat diukur dengan besarnya suku bunga bank, oleh karena itu biaya yang disebabkan oleh karena memiliki persediaan harus diperhitungkan dalam biaya sistem persediaan. Biaya modal diukur sebagai prosentase nilai persediaan untuk periode waktu tertentu. b. Biaya gudang (cost of storage). Biaya gudang adalah biaya yang dikeluarkan untuk tempat/gudang penyimpanan barang. Apabila gudang yang digunakan adalah sewa, maka biayanya dapat berupa biaya sewa dan apabila gudang adalah milik sendiri, maka biayanya merupakan biaya depresiasi. Adapun termasuk dalam biaya gudang adalah biaya tempat, asuransi, pajak. c.
Biaya keusangan/kadaluwarsa (obselence cost). Penyimpanan barang dalam waktu yang relatif lama dapat berakibat menurun/merosotnya nilai barang, hal ini dapat disebabkan oleh adanya perubahan teknologi, model dan tren konsumen. Biaya ini dapat diukur dengan menghitung besarnya penurunan nilai jual barang tersebut.
d. Biaya
kehilangan
(loss
cost) dan biaya kerusakan (deteroration).
Penyimpanan barang dapat mengakibatkan dan penyusutan karena beratnya dapat berkurang atau jumlahnya berkurang karena kehilangan. Biaya keusangan ini diukur dalam prosentase berdasarkan pengalaman yang selama ini terjadi. e. Biaya asuransi (insurance cost). Akibat lain dalam penyimpanan persediaan adalah adanya bahaya yang tidak dapat dikendalikan seperti bencana alam,
kebakaran,
dan
lain-lain.
Beberapa
perusahaan
besar
mengasuransikan persediaannya untuk mengantisipasi kerugian tersebut, adapun jumlahnya sesuai dengan nilai, jenis persediaan dan kesepakatan dengan pihak asuransi.
17 f.
Biaya administrasi dan pemindahan. Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk administrasi persediaan barang yang ada, baik pada saat pemesanan, penerimaan barang, maupun penyimpanannya dan untuk memindahkan dari dan ke tempat penyimpanan termasuk biaya tenaga kerja dan material handling.
4) Biaya kekurangan persediaan (Stockout cost). Biaya kekurangan persediaan merefleksikan konsekuensi ekonomis yang disebabkan oleh adanya kehabisan persediaan. Kondisi ini sangat merugikan perusahaan karena proses produksi akan terganggu dan kesempatan untuk memperoleh peluang/keuntungan akan hilang atau konsumen dapat pindah ke perusahaan lain karena permintaannya tidak terpenuhi yang pada akhirnya akan berpengaruh pada citra perusahaan. Adapun yang termasuk dalam biaya stock-
out adalah : a. Jumlah
barang
yang
tidak
terpenuhi.
Adanya
kehabisan
barang
menyebabkan kegiatan proses produksi terhenti dan sejumlah permintaan tidak terpenuhi, sehingga perusahan akan kehilangan peluang untuk memperoleh
pendapatan
dan
keuntungan.
Pengukuran
biaya
ini
didasarkan peluang yang hilang tersebut yang disebut juga dengan biaya penalty dengan satuan Rp/unit. b. Waktu pemenuhan. Kekurangan persediaan dapat juga berakibat pada lambatnya waktu penyelesaian barang karena adanya waktu menganggur pada saat perusahaan harus memesan persediaan, waktu menganggur ini merupakan biaya kehilangan pendapatan. Pengukuran biaya ini didasarkan pada waktu yang diperlukan untuk mengisi gudang dengan satuan Rp/satuan waktu. c.
Biaya pengadaan darurat. Biaya darurat ini seringkali diperlukan sebagai upaya untuk memenuhi permintaan konsumen dalam kondisi kehabisan
18 persediaan,
sehingga
biaya
yang
akan
dikeluarkan
lebih
besar
dibandingkan kondisi normal. Besarnya biaya ini dikarenakan pemesanan yang mendadak dimana perusahaan tidak mempunyai kesempatan berfikir lebih jauh untuk menentukan pilihannya, baik harga, pemasok, atau biayabiaya yang mengikutinya. Pengukurannya didasarkan pada pemesanan setiap kali kehabisan persediaan.
Biaya merupakan sumber daya yang dimiliki perusahaan, yang akan digunakan oleh perusahaan. Sebaliknya dengan mengeluarkan biaya maka perusahaan akan mendapatkan sesuatu yang bermanfaat bagi perusahaan. Biaya persediaan merupakan pangeluaran yang dikeluarkan perusahaan untuk menyimpan persediaan yang akan dimanfaatkan perusahaan untuk proses produksi
2.5 Perencanaan dan Pengendalian Bahan Baku 2.5.1 Peramalan Menurut Render dan Heizer (2001,p 58-59) metode peramalan trend linier merupakan teknik peramalan yang mencocokan garis trend ke rangkaian titik data historis dan kemudian memproyeksikan garis itu ke dalam ramalan jangka menengah hingga jangka panjang. Jika mengembangkan garis trend linear dengan metode statistik yang tepat, maka dapat dipakai metode kuadrat terkecil (least square method). Adapun persamaan metode kuadrat terkecil:
ŷ=a + bx
dimana: ŷ = Nilai variabel yang dihitung untuk diprediksi (disebut variabel tidak bebas) a = Perpotongan sumbu y
19 b = Kelandaian garis regresi (atau tingkat perubahan dalam untuk ŷ perubahan tertentu dalam x) x = Variabel bebas (dalam hal ini waktu) Kelandaian b diperoleh:
b=
∑ x. y − n.x. y ∑ x − n.x 2
2
Dimana: b
= kelandaian garis regresi
∑
= Tanda penjumlahan
x
= Nilai variabel bebas
y
= Nilai variabel tidak bebas
x
= Rata-rata nilai x
y
= Rata-rata nilai y
n
= Jumlah titik data atau observasi
Perpotongan y bisa dihitung sebagai berikut:
a = y − bx
2.5.2 EOQ ( Economic Order Quantity ) Menurut Zulfikarijah (2005,p100-105) model EOQ sangat aplikatif untuk situasi dimana item dibeli dari perusahaan lain. Model EOQ dapat digunakan dalam menentukan persediaan dengan syarat harus memenuhi beberapa asumsi dibawah ini : 1) Tingkat penggunaan seragam dan diketahui (permintaannya konstan). Misalnya permintaan setiap hari 200 unit dan permintaan ini diasumsikan berlangsung terus menerus. 2) Harga item sama untuk semua ukuran pemesanan (tidak ada diskon). 3) Semua pesanan dikirim pada waktu yang sama (tidak dalam kondisi back order)
20 4) Lead time konstan dan diketahui dengan baik. Pesanan datang tepat pada saat persediaan habis (minimal persediaan nol atau tidak terjadi stockout/kehabisan persediaan). 5) Item merupakan produk tunggal dan tidak ada kaitannya dengan produk lain. 6) Biaya penempatan dan penerimaan pesanan diabaikan untuk sejumlah pesanan. 7) Struktur biaya khusus digunakan dengan cara : biaya item unit konstan dan tidak ada diskon untuk pembeliaan dalam jumlah besar. Biaya penyimpanan persediaan memiliki fungsi linier untuk sejumlah item (tidak ada skala ekonomi dalam biaya penyimpanan).
Menurut Render dan Heizer (2001,p 322-324) untuk menghitung Economic Order
Quantity (EOQ) dapat dilakukan dengan menggunakan rumus :
EOQ
=
2 DS H
Keterangan rumus : Q* =
Jumlah optimal barang per pesanan
D =
Permintaan tahunan barang persediaan, dalam unit
S =
Biaya pemesanan untuk setiap pesanan
H =
Biaya penyimpanan per unit / tahun
21 Dengan adanya EOQ maka dapat diketahui:
a. Biaya pemesanan tahunan=(jumlah pesanan yang dilakukan per tahun) X (biaya pemasangan atau pemesanan sekali pesan) ⎛ ⎞ Permintaan tahunan ⎟⎟(Biaya pemesananatau pemasangansetiap pesanan) = ⎜⎜ Jumlah barang setiap pemesanan ⎝ ⎠ ⎛ D⎞ = ⎜⎜ ⎟⎟(S ) ⎝Q⎠ =
D S Q
b. Biaya penyimpanan tahunan=(tingkat persediaan rata-rata) X (biaya penyimpanan per unit per tahun)
⎛ Jumlah pesanan ⎞ =⎜ ⎟(Biaya penyimpanan per unit per tahun) 2 ⎝ ⎠ ⎛Q⎞ = ⎜ ⎟( H ) ⎝2⎠ Q = H 2 Biaya tahunan total=biaya penyimpanan+biaya penyimpanan
TC =
D Q S+ H Q 2
Tingkat Penggunaan
Tingkat Persediaan
c.
Jumlah yang dipesan=Q (tingkat persediayan maksimum)
Persediaan ditangan rata-rata
⎛Q⎞ ⎜ ⎟ ⎝2⎠
Persediaan Minimum
0
Waktu
Gambar 2.2 Penggunaan Persediaan Sepanjang Waktu.
22 2.5.3 Re-Order Point Menurut pendapat Render dan Heizer (2001,p324) “Titik Pemesanan Ulang adalah tingkat persediaan dimana harus dilakukan pemesanan kembali.” Model persediaan sederhana mengasumsikan bahwa penerimaan suatu pesanan bersifat seketika. Dengan kata lain model-model persediaan mengasumsikan bahwa suatu perusahaan akan menunggu sampai tingkat persediaannya mencapai nol sebelum perusahaan melakukan pemesenan kembali dan dengan seketika kiriman yang dipesan akan diterima.
Rumus Re-order Point yaitu :
ROP
=
permintaan perhari X
=
d
X
lead time untuk pemesanan baru dalam hari
L
Keterangan rumus : = Re-order Point.
d
= Permintaan per hari.
L
= lead time untuk pemesanan baru dalam hari.
Tingkat Persediaan (dalam unit)
ROP
Q S to p e = u n it/h a ri = d
ROP (d a la m u n it)
W a k tu (d a la m h a ri) W a k tu U ta m a = L
Gambar 2.3 Kurva Titik Pemesanan Ulang.
23 2.5.4
Safety Stock (Persediaan Penyelamat) Menurut Assauri (2004,p 186) Safety Stock (Persediaan Penyelamat) adalah persediaan tambahan yang diadakan untuk melindungi atau menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stockout). Kemungkinan terjadinya stockout dapat disebabkan karena penggunaan bahan baku yang lebih besar daripada perkiraan semula, atau keterlambatan dalam penerimaan bahan baku yang dipesan. Akibat pengadaan persediaan penyelamat terhadap biaya perusahaan adalah mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya “stockout”, akan tetapi sebaliknya akan menambah besarnya “carrying cost”. Oleh karena itu pengadaan persediaan penyelamat oleh perusahaan dimaksudkan untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya stockout, tetapi juga pada saat itu diusahakan agar carrying cost adalah serendah mungkin. Berdasarkan pendapat Assauri (2004,pp186-187) faktor-faktor yang menentukan besarnya persediaan pernyelamat adalah : 1) Penggunaan bahan baku rata-rata. Salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku selama periode tertentu, khususnya selama periode pemesanan adalah rata-rata penggunaan bahan baku pada masa sebelumnya. Hal ini perlu diperhatikan karena setelah kita mengadakan pesanan (order) penggantian, maka pemenuhan kebutuhan atau permintaan dari pelanggan sebelum barang yang dipesan datang, harus dapat dipenuhi dari persediaan (stock) yang ada. 2) Faktor waktu atau lead time.
Lead time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan-bahan sampai dengan kedatangan bahan-bahan yang dipesan tersebut dan diterima digudang persediaan.
24
Gambar 2.4 Persediaan Pengaman. Berdasarkan pendapat Hansen dan Mowen (2000,p187) contoh format perhitungan
safety stock (persediaan pengaman) adalah : Jika pemakaian maksimum dari bahan baku VCR adalah 120 unit per hari, rata-rata pemakaian adalah 100 unit per hari dan lead time (waktu tunggu) adalah 4 hari maka safety
stock (persediaan pengaman) adalah 80 unit. Pemakaian maksimum
120
Pemakaian rata-rata
100 _
Selisih Lead time Safety stock
20 4 x 80
Economic Order Quantity (EOQ) merupakan model persediaan yang bertujuan untuk menentukan jumlah pesanan yang dilakukan perusahaan sehingga biaya yang dikeluarkan perusahaan menjadi minim. Re-order Point (ROP) merupakan tingkat persediaan, dimana perusahaan harus melakukan pemesanan kembali. Safety stock
merupakan persediaan
tambahan yang digunakan apabila perusahaan mengalami kekurangan jumlah persediaan.
25 KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran
2.6 Metodologi Penelitian 2.6.1 Jenis dan Metode Penelelitian Jenis dan metode yang digunakan peneliti dalam menyelesaikan skripsinya adalah dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif dan menggunakan metode penelitian studi kasus.
26 1) Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan data, dimana data yang telah berhasil dikumpulkan kemudian disajikan kembali dengan disertai analisis sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas. 2) Metode penelitian studi kasus adalah metode penelitian yang menjelaskan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan karakteristik yang terjadi pada objek. Penelitian ini mempunyai ciri menjelaskan situasi atau kejadian dengan mencari informasi faktual, mengidentifikasi masalah dan praktek yang sedang berlangsung, kemudian membuat perbandingan dan evaluasi.
2.6.2 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam menyelesaikan skripsinya adalah : 1) Wawancara. Dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung dengan accounting manager tentang profil perusahaan, struktur perusahaan, kondisi perusahaan, kegiatan operasi perusahaan, jumlah kapasitas produksi, dan jumlah penjualan. 2) Observasi. Dilakukan dengan cara, melakukan pengamatan secara langsung kegiatan operasi dan proses produksi perusahaan, juga bagaimana pengadaan bahan baku, pembelian bahan baku dan penyimpanan bahan baku di gudang.
27 2.6.3 Definisi Operasional dan Instrumen Pengukuran Tabel 2.1 Definisi Oprasional dan Instrumen Pengukuran Variabel
Instrumen
indikator
Definisi operasional
pengukuran Persediaan
Economic
Order 11.Jumlah
Quantity (EOQ)
permintaan
tahunan
barang
persediaan 2.Biaya pemesanan untuk setiap pesanan 3.Biaya
Semakin
optimal
permintaan
tahunan
barang
persediaan,
juga
semakin
kecilnya
biaya
pemesanan
penyimpanan
per
unit
dan
biaya
penyimpanan,
maka
jumlah barang per pesanan yang
dihasilkan
perusahaan konsumen
untuk pun
semakin
optimal Biaya
Biaya
pemesanan
1.Jumlah
tahunan
permintaan
tahunan
barang
persediaan
optimal
jumlah
barang per pesanan yang dihasilkan
perusahaan,
2. Jumlah optimal barang
juga
per pesanan
biaya
3. Biaya pemesanan untuk
biaya penyimpanan yang
setiap pesanan Biaya penyimpanan 1. Jumlah optimal barang per tahunan
Semakin
dikeluarkan maka
dan
perusahaan,
biaya
pemesanan dan
penyimpanan
2. Biaya penyimpanan per
kecilnya
pemesanan
tahunan
pesanan
yang
biaya tahunan
dikeluarkan
perusahaan semakin kecil,
unit Biaya tahunan total 1. Biaya pemesanan tahunan 2.
semakin
Biaya
tahunan
penyimpanan
yang
mengakibatkan
semakin kecil pula jumlah biaya tahunan total yang dikeluarkan untuk persediaannya
perusahaan mengelola
28 2.6.4 Teknik Analisis Data Teknik yang digunakan untuk menganalisa data adalah : 1) Economic Order Quantity (EOQ) Untuk menghitung Economic Order Quantity (EOQ) dapat dilakukan dengan menggunakan rumus :
2 DS H
=
EOQ Keterangan rumus : Q* =
Jumlah optimal barang per pesanan
D =
Permintaan tahunan barang persediaan, dalam unit
S =
Biaya pemesanan untuk setiap pesanan
H =
Biaya penyimpanan per unit / tahun
2) Re-order Point (ROP) Untuk menghitung Re-order Point (ROP) dapat dilakukan menggunakan rumus : ROP
=
permintaan perhari X =
d
X
lead time untuk pemesanan baru dalam hari
L
Keterangan rumus : ROP
= Re-order Point.
d
= Permintaan per hari.
L
= lead time untuk pemesanan baru dalam hari.
2.6.5 Kelemahan Teknik Analisis Data Rumus
Economic Order Quantity (EOQ) memiliki banyak keterbatasan. Beberapa
kelemahan yang paling serius adalah sebagai berikut :
29 1) Permintaan diasumsikan konstan, sedangkan dalam banyak situasi yang nyata permintaan bervariasi secara substantial. 2) Biaya perunit menjadi konstan, tapi dalam prakteknya sering ada potongan kuantitas untuk pembelian yang besar. 3) Bahan dalam partai diasumsikan semuanya sekali diterima, tetapi dalam beberapa kasus bahan akan ditempatkan dalam sediaan secara kontinyu selama diproduksi. 4) Diasumsikan produk tunggal tetapi kadang-kadang satuan-satuan seragam dibeli dari satu pemasok tunggal dan semuanya dikirimkan pada waktu yang sama.
5) Biaya persiapan diasumsikan tetap meskipun pada kenyataannya, biaya ini sering dapat dikurangi.