BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Manajemen Bahan Baku 2.1.1. Definisi pengadaan Menurut Ibnu Santosa (2010), Pengertian pengadaan adalah kegiatan yang bertujuan untuk menghadirkan barang atau jasa yang dibutuhkan oleh suatu instansi atau perusahaan. Orang atau badan yang ditunjuk untuk menghadirkan barang atau jasa ini dipilih setelah melewati sebuah proses seleksi yang disebut tender. Berdasarkan kepres 80 beserta perubahannya, proses seleksi ini telah diatur agar bersih adil dan jujur. Sedangkan menurut Alhamidy (2012) “Pengadaan adalah sebuah proses untuk mendapatkan perbekalan”. Langkah proses pengadaan di mulai dengan : - Mengkaji ulang daftar bahan yang akan diadakan - Menentukan jumlah masing – masing yang akan dibeli. - Menyesuaikan dengan situasi keuangan - Memilih metode pengadaan - Memilih pemasok atau rekanan - Membuat syarat kontrak kerja - Memonitor pengiriman, penerimaan barang dan memeriksa - Melakukan pembayaran serta menyimpan - Didistribusikan
2.1.2 Biaya biaya yang berkaitan dengan pengadaan Menurut Kasmir (2011), salah satu yang cukup penting berkaitan dengan ketersediaan adalah masalah biaya yang berkaitan dengan ketersediaan. Hal ini penting diperhatikan karena akan berpengaruh langsung kepada nilai ketersediaan dan harga jual ke konsumen nantinya. Bukan tidak mungkin salah dalam mengelola akan berakibat harga jual akan meningkat. Untuk itu perlu diketahui lebih dahulu biaya – biaya yang berkaitan dengan ketersediaan. Sedangkan biaya-biaya yang berkaitan dengan ketersediaan dapat dikelompokan ke dalam klasifikasi biaya sebagai berikut: 11
12
1. Pengelolaan ketersediaan 2. Kekurangan ketersediaan 3. Pemesanan dan penerimaan ketersediaan
2.2
Definisi Persediaan Menurut Jacob, Chase, dan Aquilo (2009) mendefinisikan persediaan merupakan stok atau jumlah dari beberapa item atau bahan baku
yang
digunakan
oleh
perusahaan
dalam
melakukan
produksi.Tidak hanya diperlukan dalam operasi tetapi juga berperan penting dalam kepuasan pelanggan. Penyebab timbulnya persediaan adalah oleh tidak sinkronnya permintaan dengan penyediaan dan waktu yang digunakan perusahaan untuk memproses bahan baku. Heizer
dan
Render
(2011)
mengemukakan
persediaan
merupakan salah satu aset termahal untuk beberapa perusahaan yang mewakili 50% dari total modal yang diinvestasikan. Oleh karena itu, manajemen
persediaan
mengoptimalkan
sangat
persediaan
dibutuhkan
yang
perusahaan
dimiliki
agar
untuk
mencapai
keseimbangan investasi persediaan dan tingkat pelayanan kepada konsumen melalui pemenuhan permintaan konsumen. Perlu dilakukan manajemen persediaan yang bertujuan untuk mengoptimalisasi persediaan yang ada sehingga perusahaan tidak mengeluarkan biaya yang lebih untuk kekurangan dan kelebihan stok. Adeyemi dan Salami (2010) berpendapat manajemen persediaan adalah aktivitas yang meliputi pengembangan dan manajemen level persediaan yang terdiri dari bahan baku, bahan setengah jadi dan produk jadi yang dapat dipasok dalam memenuhi ketersediaan permintaan. Menurut manajemen
P.Radhakrishnan,
persediaan
Prasad
merupakan
dan
komponen
Gopalan
(2009)
penting
dalam
manajemen rantai pasok karena dapat melalui manajemen persediaan dapat meningkatkan kegiatan pengontrolan persediaan, jaringan rantai pasok, pelayanan konsumen, mengurangi waktu tunggu dan biaya. Optimalisasi persediaan merupakan suatu tindakan dalam persediaan yang membantu dalam peningkatan kontrol dan manajemen
13
persediaan dengan menggunakan suatu metode perhitungan. Strategi optimalisasi persediaan untuk meningkatkan layanan pelanggan, mengurangi waktu dan biaya dalam memenuhi permintaan pasar. Menurut Heizer dan Render (2011) persediaan memiliki beberapa jenis yaitu: •
Persediaan bahan mentah yaitu suatu persediaan yang dibeli oleh perusahaan namun belum diproses.
•
Persediaan barang dalam proses yaitu persediaan yang telah mengalami perubahan melalui beberapa proses tetapi belum selesai sehingga perlu proses lebih lanjut untuk menghasilkan produk jadi.
•
Persediaan barang jadi yaitu persediaan yang telah selesai diproses sehingga menghasilkan produk jadi yang siap untuk dikirimkan.
2.2.1 Fungsi Persediaan Fungsi-fungsi persediaan menurut Heizer dan Render (2011) yaitu:
Untuk dijadikan persediaan tambahan jika terjadi perubahan permintaan sehingga perusahaan dapat memenuhi kebutuhan produksi dan distribusi.
Mengambil keuntungan potongan harga dari jumlah
tertentu
persediaan yang dibeli karena pembelian dalam jumlah yang besar dapat menurunkan biaya persediaan.
Menangani inflasi dan perubahan harga.
Menjaga agar operasi menggunakan
“barang
dapat berlangsung dengan baik dengan dalam
proses”.
Hal
ini
karena
membutuhkan waktu untuk memproduksi barang. Menurut Zulkifli (2011) tujuan manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan. Keempat fungsi persediaan antara lain :
“Decouple” atau memisahkan beberapa tahapan dari proses produksi. Sebagai contoh, jika persediaan sebuah perusahaan berfluktuasi, persediaan tambahan mungkin diperlukan untuk melakukan decouple proses produksi dari pemasok
14
Melakukan “decouple” perusahaan dari fluktuasi permintaan dan menyediakan persediaan barang-barang yang akan memberikan pilihan bagi pelanggan
Mengambil keuntungan dari diskon kuantitas karena pembelian dalam jumlah besar dapat mengurangi biaya pengiriman barang
Melindungi terhadap inflasi dan kenaikan harga Untuk mengakomodasi fungsi-fungsi persediaan tersebut, perusahaan harus memelihara empat jenis persediaan yaitu : pertama, Persediaan barang mentah (raw material inventory) , persediaan ini dapat digunakan untuk melakukan decaople (memisahkan ) pemasok dari proses produksi. Pendekatan yang dipilih adalah menghilangkan variabilitas pemasok akan kualiatas, kuantitas, atau waktu pengantaran sehingga tidak diperlukan pemisahan. Kedua, persediaan barang setengah jadi (work in process-WIP inventory), adalah komponen komponen atau bahan mentah yang telah melewati beberapa proses perubahan,tetapi belum selesai. WIP adalah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu produk (disebut waktu siklus). mengurangi waktu siklus akan mengurangi persediaan Ketiga, MRO (maintenance, repair, operating), persediaan persediaan yang disedikan untuk persediaan pemeliharaan, perbaikan dan operasi yang dibutuhkan untuk menjaga agar mesin mesin dan proses proses tetap produktif. MRO ada karena kebutuhan serta waktu untuk pemeliharaan dan perbaikan dari beberapa perlengkapan tidak di ketahui. Keempat, persediaan barang jadi, adalah produk yang telah selesai dan tinggal menunggu pengiriman. Barang jadi dapat dimasukan ke persediaan karena permintaan pelanggan dimasa mendatang tidak diketahui.
2.3 Pemilihan Pemasok (distributor bahan baku) Pemilihan pemasok adalah permasalahan multi kriteria dimana setiap kriteria yang digunakan mempunyai kepentingan yang berbeda dan
15
informasi mengenai hal tersebut tidak diketahui secara tepat. Dalam hal ini pemilihan pemasok yang berdasarkan penawaran harga yang rendah sudah tidak efisien lagi. Untuk mendapatkan kinerja rantai pasok yang maksimal harus menggabungkan kriteria lain yang relevan dengan tujuan perusahaan.
Pada
umumnya
terdapat
beberapa
kriteria
yang
mempengaruhi dalam pemilihan pemasok, misalnya dalam hal kualitas meliputi pengiriman, kinerja masa lalu, garansi, harga, kemampuan teknik, dan kondisi finansial (Hapsari dan Suparno ,2010)
2.3.1 Faktor faktor pentingnya pemilihan pemasok Menurut Beil (2009), hal hal yang menjdi faktor penting pemilihan supplier baru antara lain : -
Kemungkinan pemasok baru yang lebih unggul. Misalnya, ada kemungkinan pemasok baru telah mengembangkan teknologi baru dan proses kerja yang lebih yang efisien. Dengan begitu, pemilihan supplier baru dapat secara signifikan mengurangi biaya produksi. Atau, kemungkinan pemasok baru memiliki keunggulan dalam biaya struktural dibanding supplier perusahaan sekarang.
-
Pemasok keluar dari bisnis. Hal ini otomatis menghentikan arus bahan baku yang dimiliki perusahaan.
-
Biaya pemasok meningkat. Sebisa mungkin supplier bahan baku yang kita pilih memiliki biaya serendah mungkin namun tetap berkualitas.
-
Naiknya jumlah minimum pemesanan. Perusahaan harus dapat mengatur perseiaan bahan baku seoptimal mungkin. Jumlah minimum pesanan yang melebihi batas efektifitas produksi akan menjadi penghambat perusahaan.
2.3.2 Proses penyaringan pemilihan pemasok Menurut Beil (2009), dalam mem-verifikasi kandidat yang akan dijadikan sebagai pemasok bahan baku perusahaan, terdapat langkah-langkah yang harus dilakukan terlebih dahulu, antara lain :
16
1.
Cek referensi. Perusahaan melakukan survey melalui pelanggan yang telah menjalin kerja sama dengan perusahaan pemasok tersebut. Survey yang dilakukan antara lain mengenai kinerja pengiriman, kepatuhan pemasok terhadap kontrak yang berlaku, dan bagaimana sikap perusahaan dalam menghadapi masalah yang tiba tiba muncul.
2.
Cek status keuangan perusahaan. Pembeli dapat menggunakan standar penilaian pemasok yang telah dipublikasikan (misalnya, Dunn dan Bradstreet) untuk menentukan status keuangan pemasok dan kelayakan keuangan di jangka pendek dan menengah. Sebagai contoh, jika pemasok baru-baru ini diasumsikan utang yang signifikan, ini mungkin menaikkan bendera merah tentang kemungkinan pemasok akan menyatakan bangkrut sebelum memenuhi kewajibannya kepada pembeli.
3.
Kapasitas
lonjakan
Kapasitas
tersedia.
pemasok
untuk
meningkatkan jumlah pengiriman dalam lead time yang pendek ini penting sebagai pembeli mungkin tidak pasti tentang kebutuhan kuantitas yang tepat mereka selama masa kontrak. Hal ini terutama berlaku untuk kontrak jangka panjang di mana permintaan untuk produk pembeli dapat sangat terkait dengan peristiwa pasar yang tak terduga (misalnya, permintaan untuk produk pada pabrik pesawat sangat tergantung pada perekonomian secara keseluruhan, yang pada gilirannya berkala berjalan melalui periode pertumbuhan dan kontraksi). Kapasitas lonjakan tersedia ketika pemasok memiliki akses ke shift kedua atau ketiga, lembur, fasilitas yang kurang dimanfaatkan, dll 4.
Indikasi kualitas pemasok. Indikasi dalam hal ini seperti misalnya supplier diharuskan memiliki ISO 9000 atau sertifikasi serupa. Hal ini menunjukkan
bahwa
pemasok
memiliki
kebijakan,
prosedur,
dokumentasi, dan pelatihan untuk memastikan standar kualitas. kemungkinan pemalsuan dokumen juga kerap dilakukan oleh perusahaan pemasok, maka dari itu perusahaan harus benar benar meneliti kinerja perusahaan pemasok. 5.
Kemampuan pemasok dalam memenuhi spesififkasi yang diinginkan.
17
Untuk memeriksa kemampuan pemasok,dapat dilakukan : o sampel Permintaan produk pemasok dan menguji sampel tersebut apakah sesuai dengan kebutuhan perusahaan o mengunjungi fasilitas produksi dan mewawancarai pekerja pemasok yang berkaitan dengan produksi untuk memastikan bahwa semua anggota tim dalam perusahaan supplier tersebut memahami fitur penting dalam produk mereka.
2.3.3 Informasi permintaan terhadap pemasok Menurut Beil (2009) , setelah menetapkan pemasok, terdapat macam macam permintaan perusahaan yang harus dapat dipenuhi oleh perusahaan pemasok, yaitu : o permintaan Informasi. Permintaan ini dikeluarkan ketika perusahaan berusaha untuk mendapatkan informasi pasar tentang apa alternatif dan kemungkinan yang tersedia dari perusahaan pemasok untuk memenuhi kebutuhan perusahaan. Biasanya perusahaan meminta informasi pemasok apakah barang dan jasa mereka berpotensi , apa yang membedakan mereka dari vendor lain di pasar, dll. o Permohonan
proposal.
diterbitkan
ketika
perusahaan
memiliki pernyataan kerja yang berisi persyaratan kinerja untuk memenuhi kebutuhan perusahaan. Pemasok menanggapi permohonan proposal dengan rincian tentang bagaimana mereka akan memenuhi persyaratan kinerja perusahaan dan harga yang mereka sediakan untuk menerima pekerjaan tersebut. Setelah harga diusulkan oleh pemasok, perusahaan dapat merevisi persyaratan dan bernegosiasi
dengan
pemasok. o Permohonan penawaran. dikeluarkan ketika perusahaan dapat mengembangkan pernyataan kerja yang menyatakan spesifikasi yang tepat dari barang atau jasa yang dibutuhkan. Hal ini terjadi misalnya ketika perusahaan membutuhkan bahan baku dengan spesifikasi tertentu untuk memenuhi kebutuhannya perusahaan.
18
2.3.4 Metode Pemilihan Pemasok - Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) AHP merupakan salah satu alat bantu (proses) dalam pengambilan keputusan, melalui suatu prioritas yang disusun dari berbagai pilihan yang didekomposisi dan distruktur terlebih dahulu (prasetyo,2011). Menurut Prasetyo (2011) penggunaan AHP dimulai dengan membuat struktur hirarki atau jaringan dari permasalahan yang ingin diteliti. Di dalam hirarki terdapat tujuan utama, kriteria-kriteria, sub kriteria-sub kriteria dan alternatif-alternatif yang akan dibahas. Perbandingan berpasangan dipergunakan untuk membentuk hubungan di dalam struktur. Hasil dari perbandingan berpasangan ini akan membentuk matrik dimana skala rasio diturunkan dalam bentuk eigenvektor utama atau fungsi-eigen. Berikut contoh dekomposisi permasalahan ke dalam bentuk hierarki (saaty,1990).
Gambar 2.1 Dekomposisi permasalahan kedalam bentuk hierarki (Saaty 1990)
Gambar 2.1 menunjukkan stuktur hirarki dari kasus permasalahan yang ingin diteliti yakni pemilihan rumah yang lebih disukai berdasarkan kedelapan faktor. Garis-garis yang menghubungkan kotak-kotak antar level merupakan hubungan yang perlu diukur dengan perbandingan berpasangan dengan arah ke level yang lebih tinggi. Level 1 merupakan tujuan dari penelitian yakni memilih alternatif moda yang tertera pada level 3. Faktor-faktor pada level 2
19
diukur dengan perbandingan berpasangan berarah ke level 1. Misalnya didalam memilih rumah A, mana yang lebih penting antara faktor size of house dan transportation ? Mana yang lebih penting antara faktor size of house dan neighborhood, size of house dan age of house, size of house dan yard space, dan seterusnya. Mengingat faktor-faktor tersebut diukur secara relatif antara satu dengan yang lain, skala pengukuran relatif 1 hingga 9, seperti yang tertera dalam Tabel 2.1, diusulkan untuk dipakai. Jika nilai elemen yang dibandingkan sangat dekat satu sama lain, penggunaan skala 1.1, 1.2 hingga 1.9 dapat digunakan Saaty, T.L. (1990a). Terdapat skala dasar perbandingan berpasangan dalam AHP menurut Prasetyo (2011) yaitu;
Tabel 2.1 Skala dasar perbandingan berpasangan Prasetyo (2011) Intensitas kepentingan
dari definisi
penjelasan
pada
skala absolut 1
Sama pentingnnya
Kedua
aktifitas
menyumbangkan sama pada tujuan 3
Agak lebih penting Pengalaman
dan
yang satu atas yang keputusan lainnya
menunjukkan kesukaan
atas
satu
aktifitas lebih dari yang lain 5
Cukup penting
Pengalaman
dan
keputusan menunjukkan kesukaan
atas
satu
aktifitas lebih dari yang lain 7
Sangat penting
Pengalaman
dan
20
Intensitas kepentingan
dari definisi
penjelasan
pada
skala absolut keputusan menunjukkan kesukaan
yang
kuat
atas satu aktifitas lebih dari yang lain 9
Kepentingan
yang Bukti menyukai satu
ekstrim
aktifitas atas yang lain sangat kuat
2,4,6,8
Nilai tengah di antara Bila
kompromi
dua keputusan yang dibutuhkan berdeketan Berbalikan
jika
aktifitas
mempunyai
I nilai
yang lebih tinggi dari aktifitas j maka j mempunyai nilai berbalikan
ketika
dibandingkan dengan Rasio
Rasio yang didapat langsung
dari
pengukuran
Saaty, T.L. (1990) telah membuktikan bahwa indeks konsistensi dari matrik berordo n dapat diperoleh dengan rumus :
C.I = dimana : C.I
= Indek konsistensi (Consistency Index)
maksimum
= Nilai eigen terbesar dari matrik berordo n
21
Nilai eigen terbesar didapat dengan menjumlahkan hasil perkalian jumlah kolom dengan eigen vektor utama. Apabila C.I bernilai nol, berarti matrik konsisten. batas ketidakkonsistenan yang ditetapkan Saaty, T.L. (1990), diukur dengan menggunakan rasio konsistensi (CR), yakni perbandingan indek konsistensi dengan nilai pembangkit random (RI) yang ditampilkan dalam Tabel 2.2. Nilai ini bergantung pada ordo matrik n. Dengan demikian, rasio konsistensi dapat dirumuskan:
C.R. =
Tabel 2.2 Nilai Pembangkit Random (R.I) N
R.I.
1
0
2
0
3
0.58
4
0.9
5
1.12
6
1.24
7
1.32
8
1.41
9
1.45
10
1.49
11
1.51
12
1.48
13
1.56
14
1.57
15
1.59
Berikut Langkah-langkah penyelesaian AHP menurut Prasetyo (2011) 1. Membuat matrik perbandingan berpasangan 2. Menormalisasikan matrik
22
3. Menghitung Eigenvektor 4. Menghitung rasio konsistensi (CR) 5. Mengurutkan nilai Eigenvektor 2.4 Aplikasi pengolah data Expert choice 2000 Expert Choice adalah sebuah aplikasi yang khusus digunakan sebagai alat bantu implementasi model-model dalam Decission Support System (DSS) atau yang lebih dikenal dengan sebutan Sistem Penunjang Keputusan (SPK) dalam
sebuah
perusahaan
ataupun
untuk
keperluan
akademik
(Nasution,2013). Menurut Nasution (2013) beberapa kemudahan terdapat dalam Expert Choice. dibandingkan dengan software-software sejenis, kemudahan-kemudahan tersebut antara lain: Fasilitas Graphical User Interface (GUI) yang mudah digunakan. Sehingga cocok digunakan baik bagi kalangan perusahaan ataupun bagi kalangan akademik yang baru saja mempelajari tentang seluk belum Sistem Penunjang Keputusan. Nasution (2013) mengatakan banyak fitur-fitur dalam software Expert choice yang menyediakan pemodelan Decission Support System secara baik, tanpa perlu melakukan instalasi atau setting ulang parameter-parameter yang terlalu banyak. Perangkat lunak ini dapat digunakan untuk menentukan keputusankeputusan yang sulit untuk dipecahkan ataupun diputuskan oleh para pengambil keputusan. Software ini memiliki tingkat ke akuratan yang tinggi untuk metode Proses Hirarki Anatilik (AHP), bilamana didukung dengan data-data yang konsisten. Pengolahan dan Analisis Data Tahapan dalam mengolah dan menganalisa data dalam Expert choice antara lain (Nasution,2013) ; pengindetifikasian, penetapan perspektif kriteria utama konsumen yang didasari atas kebutuhan konsumen, dan kemudian data didapatkan dari hasil wawancara dengan pihak manajemen. Informasi yang didapat tentu saja menjadi dasar penelitian yang kemudian akan dibuat kuisioner dan diolah menggunakan perangkat lunak. Setelahnya dilakukanlah penetapan perpektif subkriteria yang didasari atas observasi penelitian yang dilakukan di daerah konsumen berada.
23
Dari pengumpulan data yang diterangkan di atas selanjutnya pembuatan kuisioner ini dilakukan, disebarkan yang kemudian dapat diketahui hasil dari kuisioner yang di tujukan kepada konsumen yang telah ditetapkan. Dari jawaban konsumen tersebut dapat diketahui konsistensi jawaban atas pilihannya, namun untuk mengetahuinya diperlukan penyeleksian awal terhadap hasil dari jawaban kuisioner konsumen, sehingga jawaban kuisioner yang dengan dibaca dan dilihat saja sudah tidak konsisten maka jawaban tersebut tidak dapat digunakan untuk pengolahan data selanjutnya. Tetapi bagi hasil jawaban kuisioner yang dikoreksi konsisten atau masuk daerah ketidak-kosistenan maka selanjutnya dapat diolah menggunakan perangkat lunak Expert Choice 2000. Berdasakan fakta dilapangan tersebut maka didapatkan dari jumlah keseluruhan responden yang dimintai pendapatnya tidak kesemuanya konsisten. Konsistensi ini diukur melalui angka ketidakkonsistenan jawaban yang tertera pada Expert Choice 2000 yang berkisar tidak lebih dari 10% (0.1), hal ini didasarkan pada literatur AHP (Saaty,1993). Selain data-data yang telah ada, data lain yang kemudian disuguhkan dalam penelitian ini adalah data mengenai hasil dari pengolahan data kuisioner dengan Expert Choice 2000. Data ini digunakan untuk mengolah keseluruhan responden yang dimintai pendapatnya melalui kuisioner tersebut. Setelahnya dilakukan perhitungan analisis rasio dengan tujuan untuk mendapatkan rasio inkonsistensi pada hirarki pemilihan bimbingan belajar, barulah kemudian rasio inkonsistensi pada hirarki keputusan ini didapatkan konsistensi keputusannya. Saat pengumpulan data pada perangkat lunak sudah didapatkan, maka proses dari pembobotan berpasangan pada masingmasing kriteria ataupun antar subkriteria bisa diselesaikan. Bila mana perhitungan dalam proses pengolahan tadi tidak terdapat masalah dalam konsistensinya maka kita bisa mengetahui hasil akhir dari penelitian ini, yaitu berupa pembobotan keseluruhan kriteria utama maupun subkriteria berpasangan serta kriteria mana saja yang paling diminati konsumen dalam mempertimbangkan pemilihan bimbingan belajar, dari nilai pembobotan inkonsistensinya sehingga mempunyai tingkat kepercayan yang tinggi terhadap hasil penelitian ini.
24
2.5 Pembahasan Aspal Menurut Bambang Irianto (1988) dan Silvia Sukirman (1999), aspal beton adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran antara batuan (agregat kasar dan agregat halus) dengan bahan ikat aspal yang mempunyai persyaratan tertentu, dimana kedua material sebelum dicampur secara homogen, harus dipanaskan terlebih dahulu. Karena dicampur dalam keadaan panas, maka sering disebut sebagai hot mix. Semua pekerjaan pencampuran hot mix dilakukan di pabrik pencampur yang disebut sebagai Asphalt Mixing Plant (AMP). Menurut Anas (2012) konstruksi jalan terdiri dari beberapa lapis, antara lain: Subgrade, Sub Base Course, Base Course, dan Surface. Aspal beton yang dipergunakan untuk lapis perkerasan jalan juga terdiri dari beberapa jenis, yaitu: lapis pondasi, lapis aus satu, dan lapis aus dua. Untuk mendapatkan mutu aspal beton yang baik, dalam proses perencanaan campuran harus memperhatikan karakteristik campuran aspal beton, yang meliputi:
1. Stabilitas Stabilitas aspal beton dimaksudkan agar perkerasan mampu mendukung beban lalu lintas tanpa mengalami perubahan bentuk. Stabilitas campuran diperoleh dari bgaya gesekan antar partikel (internal friction), gaya penguncian (interlocking), dan gaya adhesi yang baik antara batuan dan aspal. Gaya-gaya tersebut dipengaruhi oleh kekerasan permukaan batuan, ukuran gradasi, bentuk butiran, kadar aspal, dan tingkat kepadatan campuran.
2. Durabilitas Aspal beton dimaksudkan agar perkerasan mempunyai daya tahan terhadap cuaca dan beban lalu lintas yang bekerja. Faktor-faktor yang mendukung durabilitas meliputi kadar aspal yang tinggi, gradasi yang rapat, dan tingkat kepadatan yang sempurna.
3. Fleksibilitas Fleksibilitas aspal beton dimaksudkan agar perkerasan mampu menanggulangi lendutan akibat beban lalu lintas yang berulang-ulang tanpa
25
mengalami perubahan bentuk. Fleksibilitas perkerasan dapat dicapai dengan menggunakan gradasi yang relatif terbuka dan penambahan kadar aspal tertentu sehingga dapat menambah ketahanan terhadap pembebanan
Sumber Aspal a. Aspal merupakan suatu produk berbasis minyak yang merupakan turunan dari proses penyulingan minyak bumi, dan dikenal dengan nama aspal keras. b. Aspal juga terdapat di alam secara alamiah, aspal ini aspal alam c. Aspal ini dibuat dengan menambahkan bahan tambah kedalam aspal yang bertujuan untuk memperbaiki atau memodifikasi safat rheologinya sehingga menghasilkan jenis aspal baru yang disebut aspal modifikasi
1. Aspal Hasil Destilasi Minyak mentah disuling dengan cara Destilasi, yaitu proses dimana berbagai fraksi dipisahkan dari minyak mentah tersebut. Proses destilasi ini disertai oleh kenaikan temperatur pemanasan minyak mentah tersebut. Pada setiap temperatur tertentu dari proses destilasi akan dihasilkan produk-produk berbasis minyak. a. Aspal Keras Pada proses Destilasi fraksi ringan yang terkandung dalam minyak bumi dipisahkan dengan destilasi sederhana hingga menyisakan suatu residu yang dikenal dengan nama aspal keras. Dalam proses destilasi ini, aspal keras baru dihasilkan melalui proses destilasii hampa pada temperatur sekitar 480 ºC. Temperatur ini bervariasi tergantung pada sumber minyak mentah yang disulaing atau tingkat aspal keras yang akan dihasilkan. Untuk menghasilkan aspal keras dengan sifat-sifat yang diinginkan, proses penyulingan harus ditangani sedemikian rupa sehingga dapat mengontrol sifat-sifat aspal keras yang dihasilkan. Hal ini sering dilakukan dengan mencampur berbagai variasi minyak mentah bersama-sama sebelum proses destilasi dilakukan. Pencampuran ini nantinya agar dihasilkan aspal keras dengan sifat-sifat yang bervariasi, sesuai dengan sifat-sifat yang diinginkan. Cara lainnya yang sering dilakukan untuk mendapatkan aspal keras adalah dengan viskositas menengah, yaitu dengan mencampur berbagai jenis aspal keras dengan proporsi tertentu dimana aspal keras yang sangat encer dicampur dengan aspal lainnya yang kurang encer sehingga menghasilkan aspal dengna viskositas menengah. Selain melalui proses destilasi
26
hampa dimana aspal dihasilkan dari minyak mentah dengan pemanasan dan penghampaan, aspal keras juga dapat dihasilkan melalui proses ekstraksi zat pelarut. Dalam proses ini fraksi minyak ( bensin, solar, dan minyak tanah) yang terkandung dalam minyak mentah, dikeluarkan sehingga meninggalkan aspal sebagai residu.
b. Aspal Cair Aspal cair dihasilkan dengan melarutkan aspal keras dengan bahan pelarut berbasis minyak. Aspal ini dapet juga dihasilkan secara langsung dari proses destilasi, dimana dalam proses ini raksi minyak ringan terkandung dalam minyak mentah tidak seluruhnya dikeluarkan. Kecepatana menguap dari minyak yang digunakan sebagai pelarut atau minyak yang sengaja ditinggalkan dalam residu pada proses destilasi akan menentukan jenis aspal cair yang dihasilkan. Aspal cair dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu: ·
Aspal Cair Cepat Mantap (RC = Rapid Curing), yaitu aspal cair yang bahan pelarutnya cepat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal jenis ini biasanya adalah bensin
·
Aspal Cair Mantap Sedang (MC = Medium Curing), yaituaspal cair yang bahan pelarutnya tidak begitu cepat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal jenis ini biasanya adalah minyak tanah
·
Aspal Cair Lambar Mantap (SC = Slow Curing), yaitu aspal cair yang bahan pelarutnya lambat menguap. Pelarut yang digunakan pada aspal jenis ini adalah solar. Tingkat kekentalan aspal cair sanagat ditentukan oleh proporsi atau rasio bahan pelarut yang digunakan terhadap aspal keras atau yang terkandung pada aspal cair tersebut. Aspal cair jenis MC-800 memiliki nilai kekentalan yang lebih tinggi dari MC-200.
c. Aspal Emulsi Aspal emulsi dihasilkan melalui proses pengemulsian aspal keras. Pada proses ini partikel-partikel aspal keras dipisahkan dan didispersikan dalam airyang mengandung emulsifer (emulgator). Partikel aspal yang terdispersi ini berukuran sangat kecil bahkan sebagian besar berukuran sangat kecil bahkansebagian besar berukuran koloid. Jenis emulsifer yang digunakan sangat mempengaruhi jenis dan kecepatan pengikatan aspal emulsi yang
27
dihasilkan. Berdasarkan muatan listrik zat pengemulsi yang digunakan, Aspal emulsi yang dihasilkan dapat dibedakan menjadi : ·
Aspal emulsi Anionik, yaitu aspal emulsi yang berion negatif.
·
Aspal emulsi Kationik, yaitu aspal emulsi yang berion positif
·
Aspal emulsi non-Ionik, yaitu aspal emulsi yang tidsk berion (netral)
2. Aspal Alam Aspal Alam adalah aspal yang secara alamiah terjadi di alam. Berdasarkan depositnya aspal alam ini dikelompokan menjadi 2 kelompok, yaitu: ·
Aspal Danau ( Lake Asphalt) Aspal ini secara alamiah terdapat di danau Trinidad, Venezuella dan lewele. Aspal ini terdiri dari bitumen, mineral, dan bahan organic lainnya. Angka penetrasi dari aspal ini sangat rendah dan titik lembek sangat tinggi. Karena aspal ini dicampur dengan aspal keras yang mempunyai angka penetrasi yang tinggi dengan perbandingan tertentu sehingga dihasilkan aspal dengan angka penetrasi yang diinginkan.
·
Aspal Batu ( Rock Asphalt) Aspal batu Kentucky dan buton adalah aspal yang secara alamiah terdeposit di daerah Kentucky, USA dan di pulau buton, Indonesia. Aspal dari deposit ini terbentuk dalam celah-calah batuan kapur dan batuan pasir. Aspal yang terkandung dalam batuan ini berkisar antara 12 – 35 % dari masa batu tersebut dan memiliki persentasi antara 0 – 40. Untuk pemakaiannya, deposit ini harus ditimbang terlebih dahulu, lalu aspalnya diekstrasi dan dicampur dengan minyak pelunak atau aspal keras dengan angka penetrasi sesuai dengan yang diinginkan. Pada saat ini aspal batu telah dikembangkan lebih lanjut, sehingga menghasilkan aspal batu dalam bentuk butiran partikel yang berukuran lebih kecil dari 1 mm dan dalam bentuk mastik.
3. Aspal Modifikasi Aspal modifikasi dibuat dengan mencampur aspal keras dengan suatu bahan tambah. Polymer hádala jenis bahan tambah yang sering di gunakan saat ini, sehinga aspal modifikasi sering disebut juga aspal polymer. Antara lain berdasarkan sifatnya, ada dua jenis bahan polymer yang biasanya digunakan untuk tujuan ini, yaitu:
28
·
Aspal Polymer Elastomer dan karet adalah jenis – jenis polyer
elastomer yang SBS (Styrene Butadine Sterene), SBR (Styrene Butadine Rubber), SIS (Styrene Isoprene Styrene), dan karet hádala jenis polymer elastoner yang biasanya digunakan sebagai bahan pencampur aspal keras. Penambahanpolymer jenis ini dimaksudkan untuk memperbaiki sifat rheologi aspal, antara lain penetrasi, kekentalan, titik lembek dan elastisitas aspal keras. Campuran beraspal yang dibuat dengan aspal polymer elastomer akan memiliki tingkat elastisitas yang lebih tinggi dari campuran beraspal yang dibuat dengan aspal keras. Presentase penambahan bahan tambah ( additive) pada pembuatan aspal polymer harus ditentukan berdasarkan pengujian labolatorium, karena penambahan bahan tambah sampai dengan batas tertentu memang dapat memperbaiki sifat-sifat rheologi aspal dan campuran tetapi penambahan yang berlebiha justru akan memberikan pengaruh yang negatif. ·
Aspal Polymer Plastomer Seperti halnya dengan aspal polymer elastomer, penambahan bahan polymer plastomer pada aspal keras juga dimaksudkan untuk meningkatkan sifat rheologi baik pada aspal keras dan sifat sifik campuran beraspal. Jenis polymer plastomer yang telah banyak digunakan antara lain adalah EVA ( Ethylene Vinyle Acetate), Polypropilene, dan Polyethilene. Presentase penambahan polymer ini kedalam aspal keras juga harus ditentukan berdasarkan pengujian labolatorium, karena penambahan bahan tambah sampai dengan batas tertentu penambahan ini dapat memperbaiki sifat-sifat rheologi aspal dan campuran tetapi penambahan yang berlebiha justru akan memberikan pengaruh yang negatif. ( Anas, 2012 )
Klasifikasi Aspal
Anas ( 2012 ) menyatakan Aspal keras dapat di klasifikasikan kedalam tingkatan ( grade ) atau kelas berdasarkan tiga sistem yang berbeda, yaitu: 1. Viskositas, viskositas setelah penuaan dan penetrasi. Masing-masing sistem mengelompokan aspal dalam tingkatan atau kelas yang berbeda pula. Dalam pengklasifikasian aspal yang ada, yang paling banyak digunakan adalah sistem pengklasifikasin berdasarkan viskositas dan penetrasi. Dalam sistem viskositas,
29
satuan poise adalah estándar pengukuran viskositas absolut. Makin tinggi nilai poise statu aspal makin kental aspal tersebut. AC-25 ( aspal keras dengan viskositasn250 pose pada temperature 60°C) adalah jenis aspal keras yang bersifat lunak, AC-40 (aspal keras dengan 400 poise pada temperature 60ºC) adalah jenis aspal keras yang bersifat keras. Beberapa Negara mengelompokan aspal berdasarkan viskositas estela penuaan. Ide ini untuk mengidentifikasikan viskositas aspal estela penghamparan di lapangan. Untuk mensimulasikan penuaan aspal selama pencampuran, aspal segar yang akan digunakan dituangkan terlebihdahul dalam oven melalui pengujian Thin Film Oven Test (TFOT) dan Rolling Film Oven Test (RTFOT). Sisa aspal yang tertinggal (residu) kemudian ditentukan tingkatannya (grade) berdasarkan fiskositasnya dalam satuan poise. 2. Uji Penetrasi, Pada uji ini, sebuah jarum standar dengna beban 10 gram ( termasuk berat jarum) ditusukan keatas permukaan aspal, panjang jarum yang masuk kedalam contoh aspal dalam waktu lima detik diukur dalam satuan persepuluh mili meter (0,1 mm) dan dinyatakan sebagai nilai penetrasi aspal. Semakin kecil nilai penetrasi aspal, semakin keras aspal tersebut.
Sifat-Sifat Kimia Aspal Anas ( 2012 ) menyatakan, Aspal keras dihasilkan melalui proses destilasi minyak bumi. Minyak bumi yang digunakan terbentuk secara alami dari senyawasenyawa organik yang telah berumur ribuan tahun dibawah tekanan dan variasi temperatur yang tinggi.Susunan struktur internal aspal sangat ditentukan oleh susunan kimia molekul-molekul yang terdapat dalam aspal tersebut. Susunan molekul aspal sangat kompleks dan dominasi ( 90 -95% dari berat aspal)oleh unsur karbon dan hidrogen. Oleh sebab itu, senyawa aspal seringkali disebut sebagai senyawa hidrokarbon. Sebagian kecil, sisanya (5- 10%), dari dua jenis atom, yaitu: heteroatom dan logam. Unsur-unsur heteroatom seperti Nitrogen, Oksigen dan Sulfur. Dapat menggantikan kedudukan atom karbon yang terdapat di dalam stuktur molekul aspal. Hal inilah yang menyebabkan aspal memiliki rantai kimia yang unik dan interaksi antar atom tom ini dapat menyebabkan perubahan pada sifat fisik aspal. Jenis dan jumlah heteroatom yang terkandung didalam aspal sangat ditentukan oleh sumber minyak tanah mentah yang digunakan dan tingkat penuaannya. Heteroatom, terutama sulfur lebih reaktif daripada karbon dan hidrogen untuk mengikat oksigen.
30
Oleh sebab itu, aspal degna kandungan sulfur yang tinggi akan mengalami penuaan yang lebih cepat dari pada aspal yang mengandung sedikit sulfur. Atom logam seperti vanadium, nikel, besi, magnasium dan kalsium hanya terkandung di dalam aspal dalam jumlah yang sangat kecil, umumnya aspal hanya mengandung satu persen atom logam dalam bentuk garam organik dan hidroksidanya. Karena susunan kimia aspal yang sangat kompleks, maka analisa kimia aspal sangat sulit dilakukan dan memerlukan peralatan labolatorium yang canggih, dan data yang dihasilkan pun belum tentu memiliki hubungan dengan sifat rheologi aspal.Analisa kimia yang dihasilkan biasanya hanya dapat memisahkan molekul aspal dalam dua grup, yaitu aspalten dan malten. Selanjutnya malten dapat dibagi menjadi saturated, aromatik dan resin. Walaupun begitu pembagian ini tidak dapat didefinisikan secara jelas karena adanya sifat saling tumpang tindih antara kelompokkelompok tersebut.
Sifat – Sifat Fisik Aspal Anas ( 2012 ) mengyatakan Sifat-sifat aspal yang sangat mempengaruhi perencanaan, produksi dan kinerja campuran beraspal antara lain adalah: 1. Durabilitas Kinerja aspal sangat dipengaruhi oleh sifat aspal tersebut setelah diguakan sebagai bahan pengikat dalam campuran beraspal dan dihampar dilapangan. Hal ini di sebabakan karena sifat-saifat aspat akan berubah secara signifikan akibat oksidasi dan pengelupasan yang terjadi pada saat pencampuran, pengankutan dan penghamparan campuran beraspal di lapangan. Perubahan sifat ini akan menyebabkan aspal menjadi berdakhtilitas rendah atau dengna kata lain aspal telah mngalami penuan. Kemampuan aspal untuk menghambat laju penuaan ini disebut durabilitas aspal. Pengujian bertujuan untuk mengetahui seberapa baik aspal untuk mempertahankan sifat –sifat awalnya akibat proses penuaan. Walaupun banyak faktor lain yang menentukan, aspal dengna durabilitas yang baik akan menghasilkan campuran dengna kinerja baik pula. Pengujian kuantitatif yang biasanya dilakukan untuk mengetahui durabilitas aspal adalah pengujian penetrasi, titik lembek, kehilangan berat dan daktilitas. Pengujian ini dlakukan pada benda uji yang telah mengalami Presure Aging Vassel ( PAV), Thin Film Oven Test ( TFOT) dan Rolling Thin Film Oven Test ( RTFOT). Dua proses penuaan terakhir merupakan proses penuaan yang paling banyak di gunakan untuk mengetahui durabilitas aspal. Sifat aspal terutama Viskositas dan penetrasi akan berubah bila aspal tesebut mengalami
31
pemanasan atau penuaan. Aspal dengan durabilitas yang baik hanya mengalami perubahan.
2. Adesi dan Kohesi Adesi adalah kemampuan partikel aspal untuk melekat satu sama lainnya, dan kohesi adalah kemampuan aspal untuk melekat dan mengikat agregat. Sifat adesi dan kohesi aspal sangat penting diketahui dalam pembuatan campuran beraspal karena sifat ini mempengaruhi kinerja dan durabilitas campuran. Uji daktilitas aspal adalah suatu ujian kualitatif yang secara tidak langsung dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat adesifnes atau daktalitas aspal keras. Aspal keras dengna nilai daktilitas yang rendah adalah aspal yang memiliki daya adesi yang kurang baik dibandingkan dengan aspal yang memiliki nilai daktalitas yang tinggi. Uji penyelimutan aspal terhadap batuan merupakan uji kuantitatif lainnya yang digunakan untuk mengetahui daya lekat ( kohesi) aspal terhadap batuan. Pada pengujian ini, agregat yang telah diselimuti oleh film aspal direndam dalam air dan dibiarkan selama 24 jam dengan atau tanpa pengadukan. Akibat air atau kombinasi air dengan gaya mekanik yang diberikan, aspal yang menyilimuti pemukaan agregat akan terkelupas kembali. Aspal dengan gaya kohesi yang kuat akan melekat erat pada permukaan agregat, oleh sebab itu pengelupasan yang tejadi sebagai akibat dari pengaruh air atau kombinasi air dengan gaya mekanik sangat kecil atau bahkan tidak terjadi sama sekali.
3. Kepekaan aspal terhadap temperatur Seluruh aspal bersifat termoplastik yaitu menjadi lebih keras bila temperature menurun dan melunak bila temperature meningkat. Kepekaan aspal untuk berubah sifat akibat perubahan tempertur ini di kenal sebagai kepekaan aspal terhadap temperatur.
4. Pengerasan dan penuaan aspal Penuaan aspal adalah suatu parameter yang baik untuk mengetahui durabilitas campuran beraspal. Penuaan ini disebabkan oleh dua factor utama, yaitu: penguapan fraksi minyak yang terkandung dalam aspal dan oksidasi penuaan jangka pendek dan oksidasi yang progresif atau penuaan jangka panjang. Oksidasi merupakan factor yang paling penting yang menentukan kecepatan penuaan.
32
Macam – macam Aspal a. Aspal Makadam (macadam penetrasi) Aspal yang digunakan untuk menambal tebal kontruksi pondasi dan untuk memperbaharui permukaan. Terdiri dari lapisan batuan dengan butir yang lebih besar diletakan diatas permukaan jalan, dengan tebal kurang lebih 1,5 x ukuran batuan terbesar, kemudian dipadatkan sehingga menjadi kompak dan stabil, selanjutnya dipenetrasi agar saling mengikat. Kesalahan aspal macadam : - penggunaan batuan yang tidak benar - penyebaran aspal yang tidak benar b. Beton Aspal Batuan kering yang dipanaskan dicampur dengan aspal panas dengan aspal panas dalam pabrik pencampur dan diangkut ketempat pekerjaan. - kepadatan tinggi dengan ruang kosong yang rendah (3-8 %) - kadar aspal rendah (4-6%) - permukaan lapisan lebih tahan lama - mampu menahan gesekan - permukaannya rata - pencampurannya saggat merata - kekuatan dan stabilitasnya yang tinggi kesalahan pada aspal beton : - gradasi batuan tidak benar - terlalu banyak aspal - pencampuran aspal terlalu sedikit - batuan tidak cukup kering - kesalahan pelaksanaan penghamparan - kesalahan membuat sambungan c. Butas (Buton aspal) Aspal yang tergolong aspal batu / rock aspal, banyak di temui di pulau buton, sulawesi tenggara. Bentuknya seperti batu cadas berwarna hitam Kesalahan pada butas : - waktu pengeraman terlalu singkat / lama - pengadukan tidak homogen - terjadi segregasi
33
- komposisi campuran tidak benar. ( Anas, 2012 )
2.6 Indikator pemilihan pemasok QCDFR 1. Quality Kriteria ini menilai pemasok dari segi kualitas terhadap produk yang dihasilkan oleh pemasok. Bahan baku ( raw material ) merupakan salah satu input bagi perusahaan manufaktur ( pabrik ) yang mutlak dibutuhkan. Bagi sebuah pabrik yang tidak membuat sendiri bahan bakunya dalam artian bahan baku diperoleh dari pihak ketiga ( pemasok ) maka kualitas material dari pemasok harus menjadi pengawasan yang utama demi menghasilkan kualitas produk yang bermutu. 2. Cost Kriteria biaya material yang dipasok oleh pemasok merupakan kriteria financial yang menjadi pertimbangan utama setiap pabrik dalam memilih pemasok. 3. Delivery Kriteria ini menilai pemasok dari segi pelayanan pengiriman bahan baku. 4. Flexibility Kriteria ini menilai supplier dari segi kemampuan pemasok memenuhi permintaan terhadap perubahan jumlah dan waktu. 5. Responsiveness Kriteria ini menilai pemasok dari segi kemampuan pemasok dalam merespon problem ataupun permintaan. ( Iriani, 2009 ).
34
2.7 Kerangka Pemikiran
Permasalahan : - kurangnya efektivitas perusahaan dalam melakukan pengadaan bahan aku
Pemilihan pemasok bahan baku
- Apa saja indikator perusahaan dalam memilih pemasok bahan baku ? - indikator apa yang paling diprioritaskan ? - pemasok mana yang paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan ?
Analisa data : - Analytical Hierachy Process
- indikator yang digunakan dalam pemilihan pemasok bahan baku - indikator yang menjadi prioritas perusahaan dalam pemilihan pemasok - pemasok yang paling sesuai dengan kebutuhan perusahaan
Gambar 2.2 Kerangka pemikiran
35