BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Analisis dan Perancangan 2.1.1
Pengertian Analisis Analisis sistem adalah memeriksa masalah yang ada dan akan diselesaikan oleh perusahaan dengan menggunakan sistem informasi (Laudon,2003,p394).
2.1.2
Pengertian Rancangan Perancangan sistem adalah cara bagaimana sebuah sistem dapat memenuhi kebutuhan informasi yang telah ditentukan oleh analisa sistem (Laudon,2003,p394).
2.2
Pengantar Basis data Basis data kemungkinan repositori terbesar dari data yang dapat digunakan
secara
bersamaan
oleh
banyak
(Connolly,2005,p15). Basis data ialah kumpulan
departemen
dan
user
koleksi dari data yang
berhubungan secara logis, dan deskripsi dari data tersebut yang di rancang untuk memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh suatu organisasi (Connolly,2005,p16). DBMS ialah sebuah sistem perangkat lunak yang memungkinkan pengguna untuk mendefinisikan, membuat, memelihara, dan mengontrol akses ke database. 7
8
2.2.1
Definisi Basis Data Basis data ialah kumpulan koleksi dari data yang berhubungan secara logis, dan deskripsi dari data tersebut yang di rancang untuk memenuhi kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh suatu organisasi (Connolly,2005,p15).
2.2.2
Definisi Data Data adalah kenyataan yang menggambarkan suatu kejadiankejadian dan kesatuan nyata. Sumber dari informasi adalah data yang merupakan bentuk jamak dari bentuk tunggal data-item. Data merupakan bentuk yang belum dapat memberikan manfaat yang besar bagi penerimanya, sehingga perlu suatu model yang nantinya akan dikelompokkan dan diproses untuk menghasilkan informasi. Data merupakan fakta atau deskripsi dasar dari sesuatu, kejadian, aktifitas, yang diambil, dicatat, disimpan dan dikelompokkan, tetapi tidak diatur untuk menyatakan suatu arti tertentu (Turban,2001,p17).
2.2.3
Definisi Database Management Systems (DBMS) DBMS
adalah
sebuah
sistem
perangkat
lunak
yang
memungkinkan pengguna untuk mendefinisikan, membuat, memelihara, dan mengontrol akses ke database (Connolly,2005,p16).
9 DBMS adalah software yg didesain untuk membantu dalam perawatan dan penggunaan koleksi data dalam jumlah besar dan kebutuhan dari sistem tersebut maupun penggunan data tersebut tumbuh secara cepat (Ramakrishnan,2000,p3).
2.2.3.1 Keuntungan DBMS Sistem
manajemen
basis
data
memiliki
potensi
keuntungan, diantaranya : •
Kontrol data redudansi : mencegah duplikasi data.
•
Data yang konsisten.
•
Meningkatkan Keamanan : mencegah user yang tidak memiliki hak akses.
•
Meningkatkan backup dan pemulihan layanan.
2.2.3.2 Kerugian DBMS Sistem manajemen basis data diantara memiliki potensi keuntungan, disamping itu memiliki kerugian yaitu : •
Kompleksitas.
•
Ukuran.
•
Biaya dari DBMS.
•
Performa.
10 2.3
Database Languange 2.3.1
Data Definition Languange (DDL) Suatu bahasa yang memungkinkan DBA (database administrator) atau pengguna untuk mendeskripsikan dan memberi nama pada entitas, atribut dan hubungan yang diperlukan untuk aplikasi, bersama-sama dengan
yang
terkait
integritas
dan
kendala
keamanan
(Connolly,2005,p40). DDL digunakan untuk mendefinisikan sebuah skema atau untuk memodifikasi yang sudah ada. Hal itu tidak dapat digunakan untuk memanipulasi data. Hasil dari penyusunan pernyataan DDL adalah kumpulan tabel yang disimpan dalam file khusus yang secara kolektif disebut dengan sistem katalog. Mengintegrasikan sistem katalog dari meta data adalah data yang menggambarkan objek dalam database dan membuat lebih mudah bagi mereka yaitu benda-benda yang akan diakses atau dimanipulasi.
2.3.2
Data Manipulation Language (DML) Suatu bahasa yang menyediakan seperangkat operasi untuk mendukung operasi dasar manipulasi data pada data yang ada didalam database (Connolly,2005,p40). Biasanya operasi manipulasi data meliputi : •
Memasukkan data baru ke dalam basis data,
•
Memodifikasi data yang tersimpan didalam basis data,
11 •
Mengembalikan data yang terdapat didalam basis data,
•
Menghapus data dari basis data.
Salah satu fungsi utama DBMS adalah untuk mendukung bahasa manipulasi data di mana pengguna dapat membuat pernyataan yang akan menyebabkan manipulasi data tersebut terjadi.
2.4
Aplikasi basis data 2.4.1
Siklus hidup aplikasi basis data Untuk merancang suatu aplikasi sistem basis data diperlukan beberapa tahapan terstruktur yang harus diikuti dan disamakan dengan siklus hidup basis data (database system development lifecycle) atau disingkat dengan SDLC. Penting untuk mengetahui bahwa tahap-tahap siklus hidup pengembangan sistem basis data tidak stritcly berurutan, tetapi melibatkan beberapa jumlah pengulangan dari tahapan sebelumnya melalui feedback loops. Berikut ini akan ditunjukan tahapan daur hidup aplikasi basis data pada gambar di bawah ini :
12 P e re n c a n a a n B a s is D a ta
D e fin is i S iste m
A n a lis is d a n P e n g u m p u la n k e b u tu h a n
D e s a in K o n s e p tu a l B a s is D a ta P e m ilih a n D B M S (o p tio n a l)
D e s a in A p lik a si
D e s a in L o g ik a l B a s is D a ta
D e s a in F is ik a l B a s is D a ta
P ro to ty p in g (o p tio n a l)
Im p le m e n ta s i
K o n v e rsi d a n L o a d in g d a ta
T e s tin g
P e ra w a ta n O p e ra s io n a l
Gambar 2.1 Database system development lifecycle
Penjelasan dari daur hidup basis data diatas : a)
Database Planning ( Perencanaan basis data) Perencanaan basis data adalah kegiatan pengelolaan yang memungkinkan tahapan siklus hidup pengembangan sistem basis data harus direalisasikan seefisien dan seefektif mungkin (Connolly,2005,p286). Perencanaan sistem basis data harus terintegrasi dengan keseluruhan IS (Information system) dari organisasi. Ada tiga isu utama yang terlibat dalam merumuskan strategi IS, yaitu:
13 •
Identifikasi dari rencana dan tujuan perusahaan, dengan penentuan diberikutnya dari sistem informasi yang dibutuhkan.
•
Evaluasi sistem informasi saat ini untuk menentukan kekuatan dan kelemahan yang ada.
•
Penilaian dari peluang IT yang menghasilkan keunggulan kompetitif.
b)
System Definition (Definisi Sistem) Definisi sistem menjelaskan ruang lingkup dan batas-batas aplikasi sistem basis data dan user view (Connolly,2005,p286). User view adalah mendefinisikan apa yang diperlukan dari suatu sistem basis data dari perspektif peran pekerjaan tertentu (seperti manager atau supervisor) atau perusahaan aplikasi daerah (seperti pemasaran, pemasok, atau pengendalian stok) (Connolly,2005,p287). Sebuah sistem basis data dapat memiliki satu atau lebih pengguna. Mengindentifikasikan apa yang dilihat dari pengguna adalah aspek yang penting untuk mengembangkan sistem basis data, karena dapat membantu untuk memastikan bahwa tidak ada pengguna utama basis data yang terlupakan ketika mengembangkan persyaratan untuk sistem basis data baru.
c)
Requirements collection and analysis (analisa dan pengumpulan kebutuhan) Pada tahap ini yaitu proses mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang bagian dari organisasi yang baru yang didukung oleh sistem basis data,
14 dan menggunakan informasi ini untuk mengidentifikasikan persyaratan pada sistem baru. Informasi yang dikumpulkan untuk setiap user view, termasuk : •
Deskripsi data yang digunakan atau dihasilkan,
•
Detail dari bagaimana data akan digunakan atau dihasilkan,
•
Persyaratan tambahan untuk sistem basis data baru. Ada banyak teknik untuk mengumpulkan informasi ini, yang disebut fact
finding techniques. Terdapat lima teknik fact finding yang umum digunakan : 1. Mempelajari dokumen, 2. Mewawancarai, 3. Mengamati perusahaan yang beroperasi, 4. research, 5. penelitian, 6. Kuisioner.
d)
Database Design (Rancangan Basis Data) Proses untuk menciptakan sebuah rancangan yang akan mendukung misi perusahaan dan tujuan perusahaan untuk sistem basis data yang diperlukan. Desain basis data terdiri dari tiga tahap utama yaitu, Conceptual, Logical, Physical design. •
Conceptual database design (perancangan basis data Konseptual) Proses membangun model data yang digunakan dalam suatu perusahaan, terlepas dari semua pertimbangan fisik.
15 •
Logical database design (perancangan basis data Logikal) Proses membangun model data yang digunakan dalam suatu perusahaan yang didasarkan pada model data tertentu, tetapi independen dari DBMS tertentu dan pertimbangan fisik lainnya.
•
Physical database design (perancangan basis data Fisikal) Proses memproduksi deskripsi implementasi basis data pada secondary storage, menjelaskan hubungan dasar, organisasi file, dan indeks yang digunakan untuk mencapai efisien akses ke dalam data, dan integrity constraint yang saling berhubungan dan juga pengukuran dalam sisi keamanan.
e)
DBMS Selection (pemilihan DBMS) Memilih DBMS yang tepat untuk mendukung sistem basis data. Jika tidak ada DBMS yang sesuai maka bagian dari siklus hidup akan membuat seleksinya yaitu antara conceptual dengan logical design. Langkah-langkah dalam pemilihan DBMS : •
Menetapkan kerangka referensi belajar,
•
Daftar sederhana dari dua atau tiga produk,
•
Mengevaluasi produk,
•
Merekomendasikan seleksi dan menghasilkan laporan.
16 f)
Application Design ( Perancangan Aplikasi) Dalam tahap ini desain user interface dan program aplikasi yang menggunakan proses dan database. Rancangan aplikasi dibagi menjadi dua aspek, yaitu :
• Transaction design (Rancangan Transaksi) Transaksi adalah suatu tindakan, atau serangkaian tindakan yang dilakukan oleh satu pengguna atau program aplikasi yang mengakses atau mengubah isi basis data (Connolly,2005,p300). Ada tiga jenis utama transaksi : •
Retrieval Transaction digunakan untuk mengambil data yang ditampilkan di layar atau dalam produksi transaction laporan. Sebagai contoh, operasi untuk mencari dan menampilkan rincian properti.
•
Update Transaction digunakan untuk menyisipkan catatan baru, menghapus catatan lama, atau memodifikasi catatan yang ada dalam basis data. Sebagai contoh, operasi untuk memasukan rincian properti baru ke dalam basis data.
•
Mixed
Transaction
melibatkan
baik
pengambilan
ataupun
pembaruan data. Sebagai contoh, operasi untuk mencari dan menampilkan rincian properti. • Panduan rancangan antarmuka pengguna.
17 g)
Prototyping Prototyping adalah model kerja dari sebuah sistem basis data. tujuan utama
mengembangkan
prototipe
sistem
basis
data
adalah
untuk
memungkinkan pengguna dalam penggunaan identitas prototipe untuk fitur dari sistem yang bekerja dengan baik, dan jika mungkin untuk menyarankan perbaikan atau bahkan fitur baru untuk sistem basis data.
h)
Implementation Implementation adalah realisasi fisik basis data dan aplikasi desain. Implementation sistem basis data tercapai dengan menggunakan Data Definition Language (DDL) dari DBMS yang dipilih atau Graphical User Interface (GUI), yang menyediakan fungsi yang sama ketika sampai menyembunyikan low-level pernyataan DDL. Bagian dari program aplikasi ini adalah database transaction yang diimplementasikan menggunakan Data Manipulation Language (DML) dari DBMS target, yang mungkin tersimpan di dalam host programming language.
i) Data Conversion and Loading Dalam tahap ini mentransfer semua data ke dalam basis data yang baru dan mengkonversi semua aplikasi yang ada untuk dijalankan pada sistem basis data baru. Tahap ini hanya diperlukan apabila sistem basis data baru menggantikan sistem yang lama.
18 j) Testing Pada tahap ini terjadi proses menjalankan sistem basis data baru dengan maksud menemukan kesalahan. Sebelum digunakan, sistem basis data yang baru dikembangkan harus benar-benar teruji. Pengujian juga harus meliputi kegunaan dari sistem basis data. Beberapa keuntungan melakukan pengujian, diantaranya :
• Mengungkapkan kesalahan dengan program-program aplikasinya dan kemungkinan struktur sistem basis data.
• Pengujian menunjukan bahwa basis data dan program aplikasi yang muncul agar dapat bekerja sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kinerja yang memuaskan. Dalam pengujian juga harus meliputi kegunaan dari sistem basis data.
k)
Operational Maintenance Dalam tahap ini terjadi proses pemantauan dan pemeliharaan sistem basis data pada instalasi berikutnya. Sistem basis data telah sepenuhnya dilaksanakan dan diuji. Sekarang sistem bergerak ke tahap pemeliharaan, yang meliputi kegiatan sebagai berikut : •
Memantau kinerja sistem. jika performa turun di bawah tingkat yang dapat diterima, tuning atau reorganisasi sistem basis data yang mungkin diperlukan.
19 •
Mempertahankan dan meningkatkan sistem basis data (bila diperlukan). Persyaratan baru dimasukan ke dalam sistem basis data melalui tahap-tahap sebelum siklus hidup.
2.4.2
Tahap-tahap Perancangan Basis data Tujuan
utama
dari
setiap
fase
adalah
sebagai
berikut
(Connolly,2005,p347): 2.4.2.1
Perancangan Basis Data Konseptual Proses membangun model data yang digunakan untuk suatu perusahaan yang terlepas dari semua pertimbangan fisik.
Langkah 1 : Membangun Model Data Konseptual Langkah pertama di dalam membangun model basis data konseptual untuk membangun satu (atau lebih) model data konseptual dari kebutuhan enterprise. 1.1
Mengidentifikasi tipe entity Mengidentifikasikan jenis entitas yang diperlukan. Dalam langkah pertama membangun sebuah model data konseptual adalah untuk menentukan objek utama bahwa pengguna atau users tertarik. Salah satu metode untuk mengidentifikasi entitas yaitu dengan cara meringkas kebutuhan
users.
Dari
kebutuhan
user
ini,
kita
20 mengidentifikasikan kata benda atau frase yang ada (misalnya, jumlah karyawan, nama karyawan, alamat rumah). Cara
lain
yang
digunakan
untuk
mengidentifkasikan entitas adalah dengan melihat objekobjek yang akan tetap ada keberadaaanya tidak tergantung pada objek lain, misalnya staff merupakan entitas karena staff tetap akan ada walaupun kita tidak mengetahui nama, posisi dan tanggal lahirnya.
1.2
Mengidentifikasi tipe relasi Pada tahap ini untuk mengidentifikasi hubungan penting
yang
ada
antara
tipe-tipe
entitas.
Ketika
mengidentifikasi relasi kita dapat menggunakan kata kerja dalam
spesifikasi
kebutuhan
user.
Dengan
adanya
kebutuhan user ini, membuktikan bahwa relasi-relasi yang terjadi adalah penting dan harus dimasukkan dalam model.
1.3
Mengindetifikasi dan menghubungkan atribut dengan entity atau tipe relasi. Pada tahap ini mengasosiasikan atribut dengan entitas atau hubungan yang sesuai jenis.
21
1.4
Menentukan domain attribut Pada tahap ini menentukan domain untuk atribut dalam model data konseptual. Domain adalah sebuah penampung dari nilai yang dapat ditampung oleh atribut. misalnya nilai-nilai yang mungkin untuk atribut seks dari entitas staff salah satunya 'M' atau 'F. Domain dari atribut ini adalah karakter string tunggal yang terdiri dari nilainilai 'M' atau 'F'.
1.5
Menentukan candidate, primary, dan alternate key dari attributes Pada
tahap
ini
untuk
mengidentifikasikan
candidate key untuk setiap entitas tipe dan jika ada lebih dari satu candidate key dan yang lain sebagai alternatif kunci. Candidate key adalah kumpulan atribut minimal dari suatu entitas yang secara unik mengidentifikasikan setiap
kemunculan
entitas.
Candidate
key
dapat
diidentifikasikan lebih dari satu, tetapi harus dipilih salah satu sebagai primary key, sedangkan candidate key yang lain disebut alternate key.
22 Ketika memilih primary key diantara candidate key, gunakan acuan sebagai berikut untuk membantu membuat pilihan : •
Candidate key dengan kumpulan atribut yang minimal,
•
Candidate key dengan nilai yang berubah paling sedikit,
•
Candidate key dengan karakter paling sedikit,
•
Candidate key yang termudah digunakan dari sudut pandang user.
1.6
Mempertimbangkan
penggunaan
enhanced
modelling
concepts (Langkah Optional) Pada
tahap
ini
untuk
mempertimbangkan
penggunaan yang disempurnakan dari konsep-konsep permodelan yang disempurnakan, seperti spesialisasi / generalisasi, agregasi, dan komposisi.
1.7
Memeriksa redundancy pada model Tahapan ini memeriksa model data konseptual apakah terjadi duplikasi atau tidak dengan dua langkah yaitu: •
Memeriksa ulang relasi one-to-one,
23 •
Menghilangkan
relasi
yang
terduplikasi
(redundant).
1.8
Memvalidasi model data konseptual lokal terhadap transaksi user Pada tahap ini untuk memastikan bahwa model konseptual
data
yang
mendukung
transaksi
yang
diperlukan. Dan memeriksa model yang telah dihasilkan apakah mendukung transaksi pada view. Pemeriksaan ini dapat menggunakan dua langkah yaitu :
1.9
•
Mendeskripsikan transaksi,
•
Menggunakan jalur transaksi.
Memeriksa model data konseptual lokal dengan user Pada tahap ini untuk meninjau kembali model data konseptual dengan users, untuk memastikan bahwa mereka
menganggap
model
untuk
menjadi
'benar'
representasi data persyaratan dari perusahaan.
2.4.2.2 Perancangan basis data logikal Proses membangun model informasi yang digunakan dalam sebuah entreprise yang didasarkan pada model data
24 spesifik,
dan
terbebas
dari
DBMS
khusus
dan
semua
pertimbangan fisik lainnya. Langkah-langkah perancangan basis data logikal terdiri dari :
Langkah 2 : Membangun dan memvalidasi data model logikal Tujuannya untuk menerjemahkan model data konseptual ke dalam model data logikal dan kemudian untuk memvalidasi model ini untuk memeriksa bahwa itu adalah benar secara struktural dan mampu mendukung transaksi yang diperlukan. 2.1
Menentukan hubungan untuk model data logikal Tujuannya menciptakan hubungan model data logikal untuk mewakili entitas, atribut yang telah diidentifikasi. Pada tahap ini, mendeskripsikan bagaimana relasi diperoleh untuk struktur yang mungkin terjadi dalam model basis data konseptual sebagai berikut: •
Tipe entity kuat,
•
Tipe entity lemah,
•
Tipe relasi binary one-to-many(1:*),
•
Tipe relasi binary one-to-one(1:1),
•
Tipe relasi rekursif one-to-one(1:1),
•
Tipe relasi superclass atau subclass,
•
Tipe relasi binary many-to-many(*:*),
25
2.2
•
Tipe relasi kompleks,
•
Attribut multi-valued.
Memvalidasi relasi menggunakan normalisasi Tujuannya untuk memvalidasi relasi di model data logikal dengan menggunakan normalisasi, memastikan kumpulan relasi memiliki atribut yang minimal dan cukup penting untuk mendukung kebutuhan data dari enterprise, dan meningkatkan model yang telah terbentuk agar duplikasi data yang tidak diperlukan dapat dihindari.
2.3
Memvalidasi relasi dengan transaksi user Tujuannya untuk memastikan bahwa hubungan dalam model data logikal mendukung transaksi yang diperlukan.
2.4
Memeriksa integrity constraints Integrity constraint adalah batasan yang digunakan untuk melindungi basis data dari ketidak lengkapan, ketidakuratan, atau ketidak konsistenan. Ada 6 tipe integrity constraints : •
Required data (data atau nilai yang valid),
•
Batasan domain attribute,
26 •
Multiplicity (batasan relasi antar data dalam database),
•
Entity integrity (primary key tidak boleh null),
•
Referential integrity (foreign key pada suatu entity harus sesuai dengan candidate key pada entity lain),
•
2.5
General Constraints(update pada entity).
Me-review model data logikal dengan user Tujuannya untuk meninjau model data logikal dengan pengguna untuk memastikan bahwa mereka menganggap model sebagai representasi sejati dari data persyaratan dari perusahaan itu.
2.6
Menggabungkan model data logikal ke dalam model data global Pada tahap ini menggabungkan semua model data logikal lokal menjadi sebuah model data logikal global tunggal yang merepresentasikan semua user view dari database.
2.7
Memvalidasi model data logikal global Memvalidasi relasi yang dihasilkan dari model data logikal global menggunakan teknik normalisasi dan
27 memastikan mereka mendukung transaksi yang diperlukan, jika penting.
2.8
Me-review model data logikal global dengan user Me-review model data logikal global dengan user untuk memastikan mereka menyadari bahwa model menjadi true representation dari kebutuhan data dari enterprise.
2.9
Memeriksa perkembangan yang akan datang Memastikan apakah ada perubahan yang signifikan yang dapat diperkirakan dan memperkirakan apakah model data logikal dapat mendukung perubahan-perubahan ini.
2.4.2.3
Perancangan basis data fisikal Physical memutuskan
database
design
dilakukan
untuk
struktur
logic
secara
fisik
diimplementasikan
kedalam
tujuan
Database
Management System (DBMS), para perancang juga harus membuat keputusan mengenai bagaimana basis data (database) tersebut dapat diimplementasikan / diterapkan dalam perusahaan. Oleh karena itu, physical database design harus disesuaikan dengan DBMS yang spesifik.
28 Terdapat hubungan antara physical database design untuk meningkatkan kinerja dari basis data tersebut dapat mempengaruhi logical data model. Langkah-langkah perancangan basis data ini terdiri dari :
Langkah 3 : menterjemahkan model data logikal global untuk DBMS yang akan digunakan Pada tahap ini menghasilkan skema database relasional dari model data logis yang dapat diterapkan di target DBMS. 3.1
Merancangan relasi dasar (base relation) Memutuskan bagaimana merepresentasikan relasirelasi yang telah diidentifikasikan pada model data logikal global pada DBMS yang akan dipakai.
3.2
Merancang representasi dari data yang diperoleh Memutuskan
bagaimana
merepresentasikan
derived data yang ada dalam model data logikal pada DBMS yang akan dipakai.
3.3
Merancang general constraint.
29 Langkah 4 : Merancang organisasi file dan indeks Menentukan
organisasi
file
yang
optimal
untuk
menyimpan relasi dasar dan indeks yang diperlukan untuk mencapai performance yang dapat diterima, yaitu cara dimana relasi dan tuple akan dilaksanakan di secondary storage. 4.1
Menganalisis transaksi Memahami fungsi-fungsi dari transaksi yang akan dijalankan pada basis data kemudian menganalisis transaksi yang penting.
4.2
Memilih organisasi file Menentukan organisasi file yang efisien untuk tiap relasi dasar.
4.3
Memilih indeks Memutuskan apakah dengan menambahkan indeks akan meningkatkan performance dari sistem.
4.4
Memperkirakan Disk Space yang diperlukan Memperkirakan disk storage yang diperlukan untuk menggunakan sistem basis data, disk storage yang dimaksud adalah secondary storage.
30 Langkah 5 : Merancang user view Merancang tampilan pengguna yang diidentifikasikan selama pengumpulan dan analisis persyaratan tahap siklus hidup pengembangan sistem basis data.
Langkah 6 : Merancang mekanisme keamanan Merancang mekanisme keamanan untuk sistem basis data seperti yang ditentukan oleh pengguna selama persyaratan dan pengumpulan tahap siklus hidup pengembangan sistem basis data.
Langkah
7:
Mempertimbangkan
pengenalan
redudansi
terkontrol Menentukan apakah aliran memperkenalkan redudansi dengan cara yang terkendali oleh aturan normalisasi akan meningkatkan performa sistem.
Langkah 8: Memonitor dan Tune Sistem Operasional Memantau sistem operasional dan meningkatkan kinerja sistem untuk mengoreksi keputusan rancangan yang tidak tepat atau mencerminkan perubahan persyaratan.
31 2.5
Entity-Relationship Model (ER Model) Entity-Relationship Model merupakan salah satu model yang dapat memastikan
pemahaman
yang
tepat
terhadap
data
dan
bagaimana
penggunaannya di dalam suatu organisasi (Conolly,2005,p342). Model ini menggunakan pendekatan Top-Down dalam merancang database, dimulai dengan mengidentifikasikan data penting yang disebut entity dan relationship antara data yang harus direpresentasikan ke dalam model, kemudian ditambahkan beberapa attribute dan constraint pada entity, atributte dan relationship.
Entity Name
B
A Relate to >
Relationship Name
Gambar 2.2 Notasi ER Model
2.5.1
Tipe Entity Tipe entity adalah sekumpulan objek dengan properti yang sama, yang diidentifikasikan di dalam perusahaan karena keberadaannya yang
32 mandiri. Sedangkan kejadian entity adalah sebuah objek dari satu tipe entity yang dapat diidentifikasi secara unik (Connolly,2005,p343). Keberadaan objek-objeknya secara nyata, seperti PTN dan KOPERTIS, atau secara abstrak seperti penjualan. Tipe entity dapat dikelompokkan menjadi : •
Tipe Entity Kuat Tipe entity kuat adalah tipe entity yang keberadaannya tidak bergantung pada tipe entity lainnya (Connoly,2005,p354).
•
Tipe Entity Lemah Tipe entity lemah adalah tipe entity yang keberadaannya bergantung pada tipe entity lainnya (Connolly,2005,355).
2.5.2
Tipe Relationship Tipe relationship adalah gabungan antara tipe entity. Setiap jenis relationship diberikan nama yang menjelaskan fungsinya. Sedangkan kejadian
relationship
adalah
sebuah
hubungan
yang
dapat
diidentifikasikan secara unik, yang meliputi sebuah kejadian dari setiap tipe entity di dalam relationship (Connolly,2005,p346).
33 2.5.2.1
Derajat dari Tipe Relationship Derajat dari tipe relationship adalah banyaknya tipe entity yang berpartisipasi dalam sebuah relationship (Connolly,2005,p347). Tipe relationship kompleks adalah sebuah relationship
antara tiga atau lebih tipe entity
(Connolly,2005,p348).
2.5.2.2
Recursive Relationship Relationship relationship
dimana
recursive ada
adalah
entity
yang
sebuah
tipe
sama
yang
diikutsertakan lebih dari satu fungsi (Connolly,2005,p349).
2.5.3
Attribute Attribute adalah properti dari sebuah entity atau relationship (Connolly,2005,p350). Attribute juga diartikan sebagai properti deskriptif atau karakteristik dari sebuah entity. Attribute menampung nilai yang menjelaskan setiap kejadian entity dan menggambarkan bagian utama dari data yang disimpan dalam database (Whitten,2004,p295). •
Attribute Domain Attribute domain adalah sejumlah nilai yang diizinkan untuk nilai lebih untuk satu atau lebih attribute. Domain menetapkan bahwa sebuah attribute mungkin menahan dan serupa dengan konsep domain pada model
34 relationship (Connolly,2005,p350). •
Attribute Simpel Sebuah Attribute yang disusun dari komponen tunggal dengan keberadaan yang mandiri. Attribute simpel tidak bisa dibagi lebih jauh lagi ke komponen yang lebih kecil. Seperti contoh posisi entity dan gaji karyawan. Attribute simpel dapat disebut juga atomic attribute (Connolly,2005,p351).
•
Attribute Komposit Sebuah attribute yang disusun dari komponen yang berlipat ganda, masing-masing dengan sebuah keberadaan yang bebas. Beberapa attribute dapat dibagi lebih jauh lagi ke hasil komponen yang lebih kecil dengan keberadaan mandiri
yang
dimiliki
attribute
itu
sendiri
(Connolly,2005,p351). •
Attribute Single-Valued Attribute yang mempunyai nilai tunggal untuk setiap
kejadian
pada
sebuah
tipe
entity
(Connolly,2005,p351). •
Attribute Multi-Valued Attribute yang mempunyai beberapa nilai untuk setiap
kejadian
(Connolly,2005,p352).
pada
sebuah
tipe
entity
35 •
Attribute Derivasi Sebuah attribute yang mewakili sebuah nilai yang dapat diturunkan dari attribute lain yang berhubungan atau kumpulan dari beberapa attribute, dan tidak harus berasal dari entity yang sama (Connolly,2005,p352).
2.5.4
Keys •
Candidate Key Sejumlah
kecil
attribute
yang
secara
unik
mengidentifikasikan setiap kejadian dari setiap tipe entity (Connolly,2005,p352). •
Primary Key Candidate key yang terpilih untuk mendefinisikan secara unik
pada
setiap
kejadian
dari
sebuah
tipe
entity
(Connolly,2005,p353). •
Composite Key Sebuah candidate key yang terdiri dari dua atau banyak attribute (Connolly,2005,p353).
•
Foreign Key Himpunan attribute dalam suatu relationship yang cocok dengan candidate key dari beberapa relationship lainnya (Connolly,2005,p79).
36 •
Alternate Key Candidate key yang tidak terpilih menjadi primary key, atau biasa disebut secondary key (Whitten,2004,p298).
2.6
Structural Constraints Constraint harus menggambarkan pembatasan didalam relationship seperti halnya di dunia nyata. Jenis utama dari constraint pada suatu relationship dinamakan multiplicity. Multiplicity adalah banyaknya kejadian yang mungkin pada sebuah tipe entity yang mungkin berhubungan dengan suatu kejadian dari tipe entity lain pada suatu relationship (Connoly,2005,p356). Derajat yang paling umum pada suatu relationship adalah biner. Relationship biner terdiri dari : • One-to-one Relationship (1:1) Group 1
A .
B .
Relate to
r1 . . r2
Group 2
. C . D
Gambar 2.3 One-to-one Relationship
Pada gambar 2.3 bisa dilihat bahwa A hanya terhubung one-toone (1:1) dengan C, dan B hanya terhubung one-to-one (1:1) dengan D.
37 Berdasarkan gambar diatas dapat ditulis multiplicity-nya seperti gambar di bawah ini (Connolly,2005,p357).
Related to >
Group 1 1..1
Group 2 1..1
Muliplicity Gambar 2.4 Notasi One-to-one Relationship
• Οne-to-many Relationship (1:*) Group 1
A .
B . C .
Relate to
Group 2
r1 . r2 . r3 .
. D . E . F
Gambar 2.5 One-to-many Relationship
Pada gambar 2.5 bisa dilihat bahwa B terhubung one-to- many (1:*) dengan D dan E. Berdasarkan dari gambar diatas dapat ditulis multiplicity-nya seperti gambar di bawah ini (Connolly,2005,p358).
38
Related to >
Group 1 1..1
Group 2 0..*
Muliplicity
Gambar 2.6 Notasi One-to-many Relationship
•
Many-to-many Relationship (*:*)
Group 1
A . B . C .
Related to
Group 2
r1 . r2 . r3 . r4 .
. D . E . F . G
Gambar 2.7 Many-to-many Relationship Pada gambar 2.7 dapat dilihat bahwa A terhubung one-to- many (1:*) dengan D dan E. Sedangkan E terhubung one-to-many (1:*) dengan A dan B. Maka entity Group 1 ( dengan value A dari gambar diatas) dan Group 2 (dengan value E dari gambar diatas) terhubung many-to-many (*:*). Berdasarkan gambar diatas dapat ditulis multiplicity-nya seperti gambar di bawah ini (Connolly,2005,p359).
39 Related to >
Group 1 0..*
Group 2 1..*
Muliplicity
Gambar 2.8 Notasi Many-to-many Relationship
2.7
Cardinality dan Participation Constraints Multiplicity sebenarnya terdiri atas dua batasan yang berbeda, yaitu : •
Cardinality Cardinality adalah nilai maksimum dari kejadian relationship yang mungkin terjadi untuk sebuah entity yang ikut serta pada suatu relationship (Conolly,2005,p363).
•
Participation Participation menentukan apakah semua atau hanya beberapa kejadian entity yang ikut serta dalam sebuah relationship (Connolly,2005,p363). Participation constraint dibagi menjadi : a. Mandatory Participation Participation mandatory melibatkan semua kejadian entiti pada relationship tertentu (Connolly,2002,p351).
40 b. Optional Participation Optional participation melibatkan beberapa kejadian entiti pada relationship tertentu (Connolly,2002,p351).
2.8
Relationship Model Semua data secara logika tersusun di dalam beberapa relationship (tabel), setiap relationship mempunyai suatu nama terdiri dari attribute (kolom) dan data. Masing–masing tuple (baris) berisi satu nilai setiap attribute-nya. Kekuatan besar model relationship adalah struktur logis yang sederhana (Conolly,2005,p69). Model relationship menggunakan sekumpulan tabel untuk mewakili data dan relationship diantara data tersebut. Masing-masing tabel memiliki kolom ganda, dan setiap kolom memiliki nama unik (Silberschatz,2002,p9).
2.9
Enhanced Entity-Relationship Model (EER Model) Model EER memiliki tiga konsep tambahan yang sangat berguna dan penting yaitu spesialisasi/generalisasi, agregasi dan komposisi. 2.9.1
Spesialisasi/Generalisasi Spesialisasi merupakan suatu proses memaksimalkan perbedaanperbedaan antara anggota sebuah entity dengan cara mengidentifikasi karakteristik yang membedakan entity tersebut (Connolly,2005,p374). Sedangkan, meminimalkan
generalisasi
merupakan
perbedaan-perbedaan
antara
suatu
proses
yang
entity
dengan
cara
mengidentifikasi sifat umum entity (Connolly,2005,p375).
41 2.9.2 Agregasi Agregasi menggambarkan relationship ‘mempunyai sebuah’ atau ‘bagian dari’ antara tipe entity dimana salah satunya mewakili ‘seluruh’ dan salah satunya lagi mewakili ‘bagian’ (Connolly,2005,p383).
2.9.3 Komposisi Komposisi adalah sebuah bentuk yang spesifik dari agregasi yang merepresentasikan sebuah kumpulan antar entity. Dimana terdapat sebuah kepemilikan yang kuat dan kebetulan antara ‘seluruh’ dan ‘bagian’ (Connolly,2005,p384).
2.10
Normalisasi Normalisasi adalah teknik untuk memproduksi sekumpulan relasi dengan properti yang diinginkan, mengingat kebutuhan data dari suatu enterprise (Connolly,2005,p388). Tujuan normalisasi menurut Petroutsos (2000,p65), adalah: 1. Membuat sekecil mungkin kerangkapan data, 2.
Menghindari adanya data yang tidak konsisten terutama bila dilakukan penghapusan atau penambahan data sebagai akibat adanya kerangkapan data.
3. Menjamin bahwa identitas tabel secara tunggal sebagai determinan semua atribut.
42 2.10.1
Redudansi Data dan Update Anomalies Tujuan utama dari desain relationship database adalah untuk mengelompokkan attribute kedalam relationship untuk meminimalisasi data yang redundan. Jika tujuan ini tercapai, keuntungan potensial bagi implementasi database mencakup beberapa hal, yaitu : •
Pembaruan data yang tersimpan dalam database yang dicapai dengan minimal jumlah operasi dengan demikian akan mengurangi kesempatan dalam ketidak konsistenan data yang terjadi dalam database (Connolly,2005,p390).
•
Pengurangan kapasitas di berkas penyimpanan diperlukan oleh
relationship
dasar
dengan
demikian
dapat
meminimalisasi biaya (Connolly,2005,p390). Relationship yang berulang memungkinkan memiliki beberapa masalah yang
disebut
diklasifikasikan
update
anomalies.
sebagai
Update
insertion,
anomalies
deletion
atau
modification anomalies (Connolly,2005,p391).
2.10.2
Functional Dependencies Menjelaskan relationship antara attribute dalam setiap relationship. Sebagai contoh, jika A dan B adalah attribute dari relationship R, fungsi B tergantung dari A (ditandai A→B), jika setiap nilai dari A berasosiasi dengan nilai dari B. (A dan B
43 masing-masing
terdiri
dari
satu
atau
lebih
attribute)
(Connolly,2005,p392). 2.10.3
Proses Normalisasi 1.
Unnormalized Form (UNF) Suatu tabel yang terdiri dari satu atau lebih kelompok yang berulang (repeating group). Repeating group adalah sebuah attribute atau himpunan attribute di dalam tabel yang memiliki lebih dari satu nilai (multiple value) untuk sebuah primary key pada tabel tersebut (Connolly,2005,p403).
2.
First Normal Form (1NF) Sebuah relationship dimana titik temu antara baris dan kolomnya mengandung hanya satu nilai. Sebuah relationship akan berada dalam 1NF jika repeating group tersebut telah hilang. Ada dua pendekatan umum untuk menghilangkan repeating group dari tabel yang tidak normal, yaitu : •
Menempatkan
data
berulang
bersama
salinan
attribute kunci pada relationship yang berulang. •
Menempatkan
data
berulang
bersama
salinan
attribute kunci pada relationship yang terpisah. Sebuah primary key diidentifikasikan ke dalam
44 relationship yang baru (Connolly,2005,p403).
Second Normal Form (2NF)
3.
Sebuah relationship yang berada pada 1NF dan setiap attribute yang bukan primary key berfungsi secara penuh
bergantung
pada
primary
key-nya
(Connolly,2005,p407).
Third Normal Form (3NF)
4.
Sebuah relationship yang berada pada 1NF dan 2NF, dan tidak ada attribute yang bukan primary key yang secara langsung bergantung kepada primary key-nya (Connolly,2005,p408).
2.11
Data Flow Diagram (DFD) Pengertian dari DFD adalah teknik grafis yang menggambarkan aliran data melalui sebuah sistem dan merubah data yang bergerak dari input ke output. DFD dapat juga disebut dengan Bubble chart, Data Flow Graph (Roger, 2001, p309). Tingkatan pada DFD : a. Diagram konteks Menggambarkan seluruh input ke atau output ke sistem. Diagram konteks ini merupakan level tertinggi dari DFD.
45 b. Diagram nol Merupakan rincian dari diagram konteks dan memperlihatkan data store yang digunakan. c. Diagram rinci Merupakan rincian diagram diatasnya.
Simbol – simbol dalam DFD :
Eksternal Entity (Terminal)
Proses
Penyimpanan Data
Aliran Data (Data Flow)
Tabel 2.1 Simbol – simbol dalam DFD
46
Keuntungan pengunaan DFD : Proses dalam DFD dapat beroperasi secara paralel. Maksudnya beberapa proses dapat bekerja secara bersamaan sesuai dengan cara kerja bisnis. DFD menunjukkan aliran data yang melalui sistem. Panahnya mewakili arah dimana data tersebut mengalir. Perulangan dan percabangan biasanya tidak diperlihatkan. Flowchart menunjukkan tahap-tahap dari proses atau operasi dalam algoritma/program. DFD menunjukkan proses yang memiliki perbedaan waktu yang dramatis. Misalnya suatu DFD tunggal mungkin akan memasukkan proses yang terjadi perjam, perhari, perminggu, pertahun, dan sesuai permintaan
2.12
State Transition Diagram (STD) State
Transition
Diagram
merupakan
suatu
diagram
yang
menggambarkan bagaimana state dihubungkan dengan state yang lain pada satu waktu. State Transition Diagram menunjukkan bagaimana sistem bekerja sebagai akibat dari kejadian eksternal. Untuk melakukan hal itu, State Transition Diagram menampilkan model yang bermacam-macam dari tindakan sebuah sistem dan dibuat dari state ke state. Komponen dasar dari State Transition Diagram adalah :
1.
47 Menyatakan state atau kondisi dari suatu sistem. State terdiri dari dua macam, yaitu initial state / state awal dan final state / state akhir. Final state dapat terdiri atas beberapa state, tetapi initial state tidak boleh lebih dari satu.
2. Menyatakan perubahan kondisi dari suatu sistem. Digambarkan untuk menghubungkan keadaan sistem yang berkaitan.
3. Kondisi dan Aksi Kondisi : menyatakan suatu kejadian pada lingkungan eksternal yang dapat dideteksi oleh suatu sistem. Misalnya : suatu sinyal / data. Aksi : menyatakan sesuatu yang dilakukan oleh sistem apabila terjadi perubahan state / merupakan suatu reaksi terhadap kondisi. Aksi akan menghasilkan output, message display pada monitor dan menghasilkan kalkulasi.
2.13
Teori - Teori Khusus 2.13.1
Laporan Laporan adalah salah satu alat untuk menyampaikan informasi yang dihasilkan oleh suatu sistem informasi.
2.13.1.1
Pertimbangan dalam pembuatan laporan Dalam pembuatan laporan yang baik beberapa hal di bawah ini harus dipenuhi, yaitu :
48 1. Relevansi (berhubungan), yaitu bahwa setiap informasi yang diberikan harus dapat mempengaruhi keputusan yang dibuat. 2. Ringkas, yaitu bahwa laporan hanya berisi data-data yang diperlukan saja. 3. Lingkup yang memadai, artinya bahwa laporan tersebut berkaitan dengan luasnya tanggung jawab seorang manajer. 4. Dapat dimengerti. 5. Keterkaitan waktu, artinya bahwa laporan dapat tersedia setiap waktu. 6. Keandalan (reliability).
2.13.2
Pengambilan keputusan Tujuan akhir dibuat suatu laporan adalah agar orang yang menerima laporan dapat membuat keputusan secara tepat. Sebagian besar waktu yang tersedia pada seorang manajer adalah untuk melakukan pengambilan keputusan, Oleh karena itu sangat penting mempelajari proses pengambilan keputusan secara rinci. Pengambilan keputusan pada dasarnya adalah suatu proses, proses tersebut terdiri dari enam tahap sistematis yang biasa dilakukan oleh seorang manajer, yaitu : 1. Mengidentifikasikan dan mendefinisikan masalah.
49 2. Menentukan alternatif tindakan. 3. Mengevaluasi tindakan yang mungkin. 4. Memilih alternatif tindakan terbaik. 5. Melaksanakan alternatif tindakan yang dipilih. 6. Melakukan tindak lanjut berupa pengawasan dan kontrol.
2.13.3
Web Database Web database adalah sistem yang menggunakan dua teknologi yaitu web dan database. Sistem ini menyediakan akses yang lebih lebar ke sistem database, proses sistem distribusi dan pelayanan yang lebih dengan sistem yang sudah terintegrasi (Eaglestone,2001,p38).
2.13.4
Internet Kumpulan Suatu koleksi yang meliputi jaringan komputer seluruh dunia yang saling terhubung. Internet terdiri dari banyak jaringan terpisah tetapi saling berhubungan. Internet dapat digunakan untuk keperluan komersil, bidang pendidikan dan organisasi-organisasi pemerintah, dan Internet Service Providers. Jasa yang ditawarkan di internet antara lain adalah e-mail (electronic mail), konferensi, dan bercakap-cakap dan juga mempunyai kemampuan untuk mengontrol komputer secara
50 dan
remote,
mengirim
serta
menerima
berkas
(Conolly,2005,p994).
2.13.5
World Wide Web (WWW) Suatu sistem yang berbasis hipermedia yang menyediakan suatu simple 'poin’ dan ’klik' artinya adalah menelusuri informasi melalui internet menggunakan hyperlinks (Conolly,2005,p998).
2.13.6
Hypertext Markup Language (HTML) HTML adalah dokumen yang mengatur bahasa-bahasa yang digunakan untuk mendesain kebanyakan halaman web. HTML adalah suatu sistem untuk marking-up, tagging, sehingga dokumen
tersebut
dapat
dipublikasikan
ke
web
(Conolly,2005,p1001).
2.13.7
PHP ( PHP Hypertext Preprocessor) PHP adalah bahasa pemrograman open source yang menempel pada HTML yang didukung oleh banyak web servers termasuk Apache HTTP Server dan Microsoft’s Internet Information Server, dan pilihan bahasa pemrograman Linux Web. Salah satu keuntungan dari PHP adalah dapat diperpanjang, dan nomor modul perpanjangnya sudah menyediakan dukungan seperti koneksi database, mail, dan XML (Connolly,2005,p1014).
51 PHP adalah
server-side scripting language yang
dirancang khusus untuk web. PHP awalnya berdiri untuk home page pribadi, tetapi telah diubah sesuai dengan konvensi penamaan GNU rekursif (GNU = Gnu’s Not Unix) dan sekarang berdiri untuk PHP hypertext preprocessor (Weeling and Thomson,2001,p3).
2.13.8
MYSQL (Structured Query Language) MySQL adalah sebuah perangkat lunak sistem manajemen basis data SQL (Structured Query Language) atau DBMS (Database Management System) yang multithread, multi-user, dengan sekitar 6 juta instalasi di seluruh dunia. MySQL AB membuat MySQL tersedia sebagai perangkat lunak gratis dibawah lisensi GNU General Public License (GPL) (Weeling and Thomson,2001,p3).
2.13.9
Web Browser Web browser adalah suatu software yang dijalankan pada komputer pengguna, yang meminta informasi dari web server dengan menampilkannya sesuai dengan file data itu sendiri.
2.13.10
Hypertext transfer protocol (HTTP) Hypertext transfer protocol (HTTP) adalah suatu protokol
52 yang digunakan untuk komunikasi atau mengirim informasi pada World wide web (WWW). HTTP juga merupakan suatu protocol request antara client dan server. Client membuat suatu HTTP request seperti web browser sedangkan server berguna untuk menyimpan dan membuat resources seperti file dan gambar pada HTML.
2.13.11
Common Gateway Interface (CGI) Sebuah spesifikasi untuk mentransfer informasi antara web server dan program CGI (Connolly,2005,p1014).Terdapat empat metode dasar yang tersedia untuk melewati informasi dari browser ke naskah CGI, ,yaitu : •
Melewati parameter dari baris perintah.
•
Melewati variable lingkungan ke program CGI.
•
Melewati data ke program CGI melalui masukkan standar.
•
Menggunakan jalur informasi ekstra.
53 2.14
Teori Interaksi Manusia dan Komputer 2.14.1
Delapan Aturan Emas Interaksi manusia dan komputer atau human computer interaction adalah suatu disiplin ilmu yang berhubungan dengan perancangan, evaluasi, dan implementasi sistem komputer interaktif yang digunakan oleh manusia. Adapun delapan aturan emas yang umum digunakan dalam perancangan suatu user interface adalah : 1.
Berusaha untuk konsisten Desain tampilan yang ada harus dibuat sekonsisten mungkin dalam hal
penamaan label, grafik, singkatan,
header, footer, tampilan menu, dan lain sebagainya. 2. Memungkinkan frequent user menggunakan shortcut Dengan penggunaan,
semakin
maka
semakin
meningkatnya tinggi
juga
frekuensi keinginan
pengguna untuk mengurangi jumlah interaksi dan untuk meningkatkan kecepatan interaksi melalui penggunaan shortcut. 3. Memberikan umpan balik yang informatif Untuk setiap aksi yang dijalankan pengguna, perlu diberikan umpan balik dari sistem. Untuk aksi yang minor dan sering dilakukan, respon sistem bisa dalam bentuk yang sederhana. Sedangkan untuk aksi yang utama dan
54 jarang dilakukan, respon dari sistem bisa lebih khusus. 4. Merancang dialog untuk menghasilkan keadaan akhir (sukses/selesai) Urutan aksi dapat dikelompokkan menjadi bagian awal, tengah, dan akhir. Umpan balik yang informatif pada penyelesaian sekelompok aksi dapat memberikan kepuasan serta memudahkan pengguna untuk masuk ke kelompok aksi yang berikutnya. 5. Memberikan penanganan kesalahan yang sederhana Sedapat mungkin merancang suatu sistem dimana seorang pengguna tidak dapat membuat kesalahan yang serius. Contohnya, menonaktifkan karakter alfabetik dalam field untuk entry data numerik. Jika pengguna membuat kesalahan, sistem harus dapat mendeteksi kesalahan tersebut serta menawarkan perintah yang sederhana, membangun, dan spesifik untuk memperbaiki kesalahan tersebut. 6. Mengizinkan pembalikkan aksi (undo) dengan mudah Sedapat mungkin aksi yang dilakukan oleh pengguna dapat dibalik (di-undo). Fitur ini dapat mengurangi kekhawatiran pengguna karena pengguna mengetahui bahwa kesalahan yang diperbuat dapat dibalik.
55 7. Mendukung pengendalian secara internal Pengguna yang berpengalaman menginginkan kesan bahwa dia dapat mengendalikan sistem dan sistem tersebut dapat merespon aksi yang telah dilakukannya. Hal-hal seperti aksi sistem yang mengejutkan, urutan entry data yang membosankan, kesulitan dalam memperoleh informasi
yang
dibutuhkan
dan
ketidak
mampuan
menghasilkan aksi yang diinginkan, dapat membuat pengguna menjadi tidak puas. 8. Mengurangi beban ingatan jangka pendek Agar memudahkan beban ingatan pengguna, maka diperlukan tampilan yang sederhana dan frekuensi pergerakan window yang dikurangi.