BAB 2 LANDASAN TEORI 1.1
Investasi Keputusan investasi merupakan keputusan yang sangat berisiko. Oleh karna
itu perlu dilakukan analisis kelayakan dan investasi agar risiko kegagalan dan kerugian dapat dminimalisasi sehingga keuntungan yang dihasilkan dapat optimal. 1.1.1 Pengertian Investasi Secara umum investasi diartikan sebagai penanaman modal, baik itu modal tetap atau modal tidak tetap yang digunakan memperoleh keuntungan suatu perusahaan. Menurut Suad Husnan (2000:11) “Investasi adalah penanaman sumber daya untuk mendapatkan hasil dimana yang akan datang”. Sedangkan menurut Sharpe, Alexander dan Bailey yang diterjemahkan oleh Hermastuti P. (2005:1) mendefinisikan: “Investasi, dalam arti luas, berarti mengorbankan dolar sekarang untuk dolar pada masa depan. Ada dua atribut berbeda yang melekat: waktu dan risiko”. Sedangkan, menurut Manurung (2008:4) berinvestasi pada dasarnya adalah ‘membeli’ suatu aset yang diharapkan di masa yang akan datang dapat ‘dijual kembali’ dengan nilai yang lebih tinggi.
Pada intinya, investasi adalah suatu bentuk penanaman modal untuk menghasilkan kekayaan, yang akan dapat memberikan keuntungan atau tingkat pengembalian (return) yang baik pada masa sekarang atau di masa depan. Tujuan dari penanaman modal/ investasi adalah untuk mendapatkan hasil dan memperoleh nilai tambah. Dalam praktiknya investasi dibagi dua macam karna investasi dapat dilakukan dalam berbagai bidang atau sektor bisnis, yaitu :
1. Investasi nyata (real investment) 2. Investasi Finansial (financial investment)
10
1.1.2 Tujuan keputusan Investasi Freddy Rangkuti (2012:2) menyatakan bahwa investasi yang dikeluarkan harus menghasilkan tingkat pengembalian yang sesuai dengan besarnya modal yang dikeluarkan, serta resiko yang dihadapi. Kendala yang mungkin dihadapi dalam membangun suatu proyek, yaitu adanya perubahan nilai tukar, tingkat inflasi, perubahan daya beli, perubahan kondisi ekonimi makro. Banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam membangun suatu proyek. Adanya berbagai perubahan faktor eksternal yang memperngaruhi faktor internal dapat menggagalkan perencanaan proyek yang akan dijalankan. Untuk itu sangat perlu untuk melakukan analisis tingkat keberhasilan dalam studi kelayakan. 1.1.3 Faktor-faktor yang Memperngaruhi Investasi
Terdapat beberapa hal penting yang harus dipertimbangkan dalam melakukan recanainvestasi seperti besarnya dana yang digunakan, ketidakpastian proyek, Kompleksitas proyek. Bila modal yang digunakan besar maka studi kelayakannya harus semakin mendalam. Semakin besar dana investasi, maka semakin besar juga resiko kerugian yang dihadapi. Oleh karna itu analisis studi kelayakan perlu dilakukan untuk meminimalisasi risiko kegagalan dan kerugian.Dalam pengertian investasi terkandung dua atribut penting, yaitu adanya resiko dan tenggang waktu Masalah dalam investasi adalah rencana investasi yang dianalisis merupakan rencana di masa yang akan datang, sehingga tidak ada jaminan bahwa arus kas yang diharapkanakan benar–benar terealisasi sesuai dengan harapan. Selalu ada unsur ketidakpastian dan risiko yang menyertai suatu investasi. Karena itu dalam rangka meminimalisasi risiko yang mungkin terjadi, sebelum proyek investasi dilaksanakan investor harusberusaha untuk melakukan analisis perhitungan estimasi mengenai kondisi di masa mendatang.
11 1.1.4 Risiko Investasi
Apabila membahas mengenai risiko investasi berarti kita juga harus menganalisis kemungkinan tidak tercapainya hasil (keuntungan) yang diharapkan. Besarnya risiko yang dimasukan dalam penilaian investasi akan mempengaruhi besarnya hasil yang diharapkan oleh pemodal. Semakin tinggi harapan akan suatu hasil investasi selalu diikuti dengan kemungkinan munculnya risiko yang semakin tinggi pula (higher return, higher risk). Risiko terbesar dalam investasi adalah hilangnya seluruh nilai investasi yang ditanamkan.Menurut Gitman (2003;215), secara garis besar terdapat dua macam resiko yang dihadapi oleh perusahaan yaitu: 1) Business Risk, yaitu kemungkinan sebuah perusahaan tidak dapat membayar biaya operasionalnya. Tingkat risiko ini dipengaruhi oleh stabilitas pendapatan perusahaan dan struktur biaya operasionalnya. 2) Financial Risk, yaitu kemungkinan perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban keuangannya. Tingkat risiko ini dipengaruhi oleh perkiraan arus kas yang akan diterima oleh perusahaan dan kewajiban pembiayaan keuangan yang bersifat tetap. Sedangkan sumber risiko yang dapat mempengaruhi besarnya risiko investasi antara lain: -Risiko tingkat bunga Perubahan tingkat suku bunga terutama jika terjadi kenaikan. Interest rate risk mempengaruhi obligasi secara langsung dibandingkan common stock. -Risiko inflasi Faktor yang mempengaruhi semua sekuritas adalah risiko daya beli atau berkurangnya kemampuan membeli investasi
-Risiko bisnis Risiko yang ada ketika melakukan suatu usaha/bisnis dalam industri khusus.
12 -Risiko finansial Risiko ini berhubungan dengan penggunaan utang oleh perusahaan. Besarnya proporsi aset oleh pembiayaan hutang dan besarnya variabilitas return adalah sama.
-Risiko manajemen Risiko yang muncul karena kesalahan atau kekeliruan dalam pengelolaan.
-Risiko likuiditas Risiko likuiditas ini berhubungan dengan pasar sekunder dalam perdagangan sekuritas. Suatu investasi yang dap at dibeli atau dijual secara cepat dan tanpa harga yang signifikan biasanya bersifat likuid, semakin tidak menentunya elemen waktu dan konsesi (kelonggaran) harga, semakin besar liquidity risknya.
-Risiko nilai tukar Risiko yang disebabkan oleh fluktuasi mata uang.
-Risiko negara (disebut juga politycal risk) Dengan banyaknya investor yang berinvestasi secara internasional, baik secara langsung ataupun tidak langsung, stabilitas dan kelangsungan hidup ekonomi suatu negara perlu dipertimbangkan. Dalam konteks penelitian ini risiko yang dianalisis adalah risiko finansial. 1.2
Studi Kelayakan
Kondisi lingkungan yang tidak pasti dan ketatnya pesaingan serta kendala bisnis lainnya membuat para pelaku bisnis tidak hanya cukup mengandalkan pengetahun, pengalaman serta intuisinya saja dalam memulai suatu bisnis. Studi kelayakan diperlukan agara investasi yang akan dilakukan dapat berjalan dan mengahsilkan keuntungan yang diharapkan. Selain itu studi kelayakan juga dipelukan untuk pihakpihak yang berkepentingan dalam bisis serta pelaku bisnis itu sendiri sebelum mengimplimentasikan sebuah ide bisnis.
13
(Subagyo 2007:3-4) Berhentinya operasi bisnis, kegagalan proyek ditengah jalan serta kegagalan investasi lainnya merupakan bagian dari penerapan yang tidak konsisten dalam studi kelayakan. Secara teoritis, jika studi kelayakn dilakukan dengan benar saat memulai suatu investasi maka resiko kegagalan dan kerugiannya dapat diminimalisir.
1.2.1 Pengertian Studi Kelayakan
Pengertiann studi kelayakan menurut para ahli diantara: -Menurut Kasmir dan Jakfar (2012:7) “studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan”.
-Menutut Umar H (2007:5) studi kelayakan bisnis merupakan penelitian sebuah rencana bisnis yang bukan hanya menganalisis layak atau tidaknya suatu bisnis dijalankan, tetapi juga pengontrolan kegiantan operasionalnya secara rutin dalam rangka untuk pencapaian tujuan serta keuntungan yang maksimal untuk jangka waktu yang tidak ditentukan
-Menurut Husnan dan Muhammad (2004:4)
studi kelayakan bisnis, yang juga
disebut studi kelayakan proyek adalah sebuah penelitian yang menjelaskan tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya sebuah proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil. Istilah “proyek”diartikan sebagai bentuk pendirian suatu usaha baru atau pengenalan suatu produk baru, modifikasi produk yang sudah ada.
-Menurut Siswanto Sutojo (2002:7) hal-hal yang harus diketahui dalam studi kelayakan yaitu: -
Ruang lingkup kegiatan proyek.
-
Bagaimana cara kegiatan proyek itu sendiri dilakukan.
-
Evalusi berbagai aspek-aspek yang dapat menenentukan keberhasiln proyek secara keseluruhan.
-
Sarana apa yang diperlukan oleh proyek.
14 -
Hasil dari kegiatan proyek, biaya-biaya yang ditanggun untuk memperoleh hasil proyek tersebut.
-
Langkah-langkah pendirian proyek atau perluasan proyek, serta jadwal masing-masing dari proyek
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa studi kelayakan bisnis adalah suatu penelitian yang dapat dilakukan sebelum memulai suatu bisnis untuk menganalisis layak atau tidaknya suatu bisnis dijalankan dengan mempertimbangkan aspek-aspek relevan internal dan eksternal. Penelitian tersebut dapat membantu pengambilan keputusan sehingg dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal, meminimalisir resiko-resiko kegagalan yang ada sehingga suatu ide bisnis dapat diimplementasikan dengan efektif dan efisien. Studi kelayakan bisnis sendiri menyangkut tiga aspek (Suad Husnan,2004:4):
1. Manfaat ekonomis dari proyek tersebut (manfaat finansial). Menunjukan bagaiman suatu proyek dipandang cukup menguntungkan jika dibandingkan dengan risiko proyek itu sendiri. 2. Manfaat ekonomis dari proyek tersebut bagi Negara tempat proyek itu sendiri diimplementasikan (manfaat ekonomi nasional). Menunjukkan bagaimana proyek tersebut dapat memberikan manfaat bagi ekonomi makro pada suatu negara. 3. Manfaat sosial suatu proyek untuk masyarakat sekitar proyek itu sendiri. Merupakan studi yang relatif paling sulit dilakukan. Bila proyek yang akan dilaksanakan sederhana, maka akan ruang lingkup penelitian yang akan dilaksanakan juga sederhana. Bahkan banyak proyek-proyek investasi yang mungkin tidak pernah dilakukan studi kelayakan secara formal, tetapi terbukti berjalan dengan baik pula.
Proyek dapat dibagi menjadi dua jenis berdasarkan kepemilikannya, yaitu proyek pemerintah dan proyek swasta. Sedangkan bila dilihat dari alasan pendirian dan tujuannya, proyek dibagi menjadi profit dan nonprofit. jika proyek-proyek investasi dilaksanakan dengan baik secara ekonomis dan menguntungkan maka kegiatan proyek-proyek tersebut dapat meningkatkan perekonomian sektor-sektor industri
15 yang terkait. Proyek-proyek investasi yang berkaitan dengan industrialisasi, diharapkan dapat menimbulkan manfaat sebagai berikut:
a. Menambah pendapatan nasional Sektor industrialisasi dianggap lebih menguntungkan dibandingkan dengan sektor pertanian atau sector lainnya. Dengan dijalankannya proyek-proyek pada sektor industri maka pendapatan nasional dapat meningkat. Selain itu dengan adanya peningkatan output (produk dan jasa) maka dapat meningkatkan kesejahteraan, stabilitas penerimaan, baik valuta asing maupun pendapatan nasional itu sendiri. b. Memanfaatkan bahan baku lokal. Pengolahan bahan baku menjadi produk yang lebih bernilai dapatdilakukan dibandingkan langsung mengekspor bahan baku lokal dalam bentuk aslinya yang tidak memiliki nilai tambah. c. Memproduksi barang-barang substitusi Barang-barang yang biasanya diimpor dapat diproduksi sendiri sehingga diharapkan dapat menghemat pengeluaran devisa. d. Menambah lapangan kerja Dengan dijalankannya proyek-proyek investasi otomatis dapat menciptanya lapangan pekerjaa, sehingga diharapkan dapat membantu mengurangi masalah pengangguran.
16 1.2.2 Tujuan Studi Kelayakan Husnan dan Muhamad (2000:11) menyatakan bahwa tujuan dilakukannya studi kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untukkegiatan yang ternyata tidak menguntungkan. Tentu saja studi kelayakan ini akan memakan biaya, tetapi biaya tersebut relatif kecil apabila dibandingkan dengan risiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi dalam jumlah besar. Studi Kelayakan dibuat untuk memenuhi kepentingan berbagai pihak dan masing-masing pihak mempunyai kepentingan serta keinginan yang berbeda. Menurut Kasmir dan Jakfar (2007:12) studi kelayakan bisnis memiliki lima tujuan mengapa studi kelayakan perlu dilakukan sebelum melakukan sebuah proyek atau usaha, yaitu: 1. Menghindari resiko kerugian Bertujuan untuk meminimalkan risiko yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan. Kondisi masa yang akan datang penuh dengan ketidakpastian sehingga perlu untuk melakukan analisis studi kelayakan untuk menimimalisasi resiko.. 2. Mempermudah perencanaan Dengan adanya peramalan masa yang akan datang, maka perencanaan akan mudah untuk dilakukan. Perencanaan itu sendiri meliputi jumlah modal yang diperlukan,
waktu
pelaksanaan,
lokasi,
cara
pelaksanaan,
besarnya
keuntungan serta keuntungan serta bagaimana pengawasan bila terjadi penyimpangan. 3. Memudahkan Pelaksanaan Pekerjaan Perencanaan yang disusun dapat mempermudah implementasi bisnis, proses bisnis dapat dilakukan secara sistematik sehingga para karyawan dapat memiliki pedoman dan tetap fokus pada tujuan, sehingga rencana bisnis dapat tercapai sesuai dengan apa yang direcanakan. 4. Memudahkan Pengawasan Dengan pelaksanaan yang sesuai dengan rencana yang telah disusun, maka pengawasan terhadap proses bisnis menjadi lebih mudah. Pengawasan
17 dilakukan, agar pelaksanaan usaha tetap pada jalur dan sesuai dengan apa yang telah direncanakan. 5. Memudahkan Pengendalian Bila terjadi penyimpangan, maka akan mudah untuk memperbaikinya dan dapat langsung dikendalikan sehingga tidak terlalu jauh penyimpangan yang terjadi. Dalam konteks penelitian ini penulis hanya fokus pada tujuan poin pertama yaitu mengindari risiko kerugian 1.2.3 Manfaat Studi Kelayakan Bisnis Kasmir dan Jakfar (2012:14-15) Hasil penelitian studi kelayakan sangat diperlukan oleh berbagai pihak terutama para pihak yang berkepentingan terhadap proyek atau usaha yang akan dijalankan (stakeholder). Hasil penelitian yang dianggap layak harus dapat dipertanggung jawabkan, sehingga para stakeholder merasa yakin dan percaya terhadap hasil dari studi kelayakan yang telah dilakukan. Pihak-pihak yang berkepentingan terhadap hasil studi kelayakan, yaitu: 1. Pemilik usaha Pihak yang paling memiliki kepentingan langsung terhadap hasil dan analisis dari studi kelayakan yang telah dibuat. Bila implementasi dari studi kelayakan mengalami kerugian maka para pemilik usaha yang paling merasakan dampaknya. 2. Pihak Kreditur Pihak bank atau lembaga keuangan lainnya tidak ingin sampai kredit atau pinjaman yang diberikan macet, akibat proyek atau usaha yang akan direalisasikan tidak layak untuk dijalankan. 3. Pihak Manajemen Perusahaan Bagi manajemen hasil studi kelayakan bisnismerupakan suatu ukuran kinerja atau petunjuk apa saja yang di tugaskan. Kinerja tersebut dapat dilihat dari hasil yang telah dicapai, sehingga terlihat sejauh mana prestasi kinerja pihak manajemen dalam menjalankan suatu proyek atau usaha. 4. Pihak Pemerintah
18 Studi kelayakan yang disusun perlu memperhatikan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, karena secara langsung maupun tidak langsung dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan. 5. Pihak Masyarakat luas Proyek atau usaha yang dibangun dapat menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar maupun masyarakat lain dimana suatu proyek atau usaha akan dibangun. Dalam konteks penelitian ini yang digunakan hanya poin 1 dan 3 pemilik usaha dan pihak manajemen. 1.2.4 Tahap-tahap dalam Studi Kelayakan Bisnis
Tahapan dalam studi kelayakan dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan dalam studi kelayakan juga untuk keakuratan penilaian. Berikut tahap-tahap studi kelayakan yang umumnya dilakukan (Husein Umar 2003:p21): 1. Penemuan Ide Ciptakan produk atau jasa yang dapat berpotensi terjual dan dapat menguntungkan. Penelitian terhadap permintaan dan kebutuhan pasar, serta jenis produk atau jasa yang akan dibuat harus dilakukan. Penelitian tersebut harus mengacu pada pemenuhan kebutuhan pasar yang masih belum terpenuhi.
2. Tahap Penelitian Pada tahap ini, penelitian yang lebih dalam dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Dimuali dari pengumpulkan data, pengolah data menggunakan teori-teori yang relevan, serta melakukan analisis dan interpretasi hasil pengolahan data dengan menggunakan alat-alat analisis yang sesuai.
3. Tahap Evaluasi Proyek Terdapat tiga evaluasi proyek. Pertama, melakukan evaluasi terhadap usulan proyek yang akan dijalankan. Kedua, melakukan evaluasi proyek yang sedang berjalan. Dan yang Ketiga, melakukan evaluasi pada proyek yang baru selesai dibangun.
19
4. Tahap Pengurutan Usulan yang Layak Apabila terdapat lebih dari satu usulan proyek yang dianggap layak dan terdapat keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki manajemen untuk menjalankan proyekproyek tersebut. Pemilihan proyek yang dianggap paling penting harus dilakukan
5. Tahap Rencana Pelaksanaan Proyek Bisnis Setelah terdapat proyek yang sudah terpilih untuk dijalankan, maka perlu dibuat suatu rencana kerja pelaksanaan pembangunan proyek itu sendiri. Dimulai dari menentukan jenis pekerjaan, jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana, ketersediaan dana dan sumber daya yang diperlukan dan lain-lain.
6. Tahap Pelaksanaan Proyek Bisnis Setelah semua persiapan selesai, tahap selanjutnya adalah pelaksanaan proyek.
Sedangkan menurut Kasmir dan Jakfar (2012:18) tahap-tahap dalam penilaian studi kelayakan bisnis dapat dilihat pada Gambar dibawah ini:
20
Pengumpulan data
Melakukan Pengolahan Data
Analisa Data Tidak Mengambilan Keputusan
Dibatalkan
Layak Direkomendasikan
Dijalankan
Gambar 2.1 Tahap-tahap Dalam Studi Kelayakan Sumber:Buku Kasmir & Jakfar, 2012
1.2.5 Aspek Menilai Studi Kelayakan
Menurut Jakfar dan Kasmir (2012:15-18) terdapat tahap-tahap yang telah ditentukan dalam pembuatan dan penilaian studi kelayakan. Setiap tahapan mempunyai berbagai aspek yang harus diukur, diteliti serta dinilai berdasarkan ketentuannya. Setiap aspek saling terkait, jadi jika ada salah satu aspek yang tidak terpenuhi, maka harus dilakukan penambahan atau perbaikan yang diperlukan.
21 Gambaran secara ringkas mengenai prioritas aspek-aspek studi kelayakan yang perlu dilakukan secara umum, dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2.2 Aspek-aspek Penilaian Studi Kelayakan Sumber: Buku Kasmir & Jakfar, 2003
Dari kedua sumber diatas, terdapat banyak kajian aspek yang perlu diteliti pada studi kelayakan, maka penelitian ini akan fokus pada aspek yang memang perlu untuk dikaji berdasarkan kebutuhan penelitian saja, yaitu aspek keuangan. Sedangkan aspek lain tidak dianalisis hanya dipaparkan saja. Aspek tersebut yaitu aspek hukum, aspek manajemen dan SDM, aspek operasional, serta aspek pasar dan pemasaran.
22 1.3
Aspek Hukum
Aspek hukum mempelajari tentang: 1. Bentuk badan usaha yang akan digunakan 2. Jaminan-jaminan yang bisa disediakan kalau akan menggunakan sumber dan yang berupa pinjaman 3.
1.4
Berbagai akta, sertifikat, izin yang diperlukan dan sebagainya.
Aspek Manajemen dan SDM Freddy Rangkuti (2012:p5) mengemukakan bahwa manajemen meliputi dua hal
pokok, yaitu manajemen waktu dan manajemen operasi. Manajemen waktu mengulas tentang rencana penyusunan dan perkiraan waktu yang akan digunakan dalam
implementasi
bisnis
(proyek).
Sementara
manajemen
operasional
mengemukakan tentang tiga hal pokok, yaitu jenis pekerjaan yang diperlukan, struktur organisasi yang dibuat, persyaratan dan penunjukan tenaga-tenaga yang akan menempati jabatan tertentu, ketiga hal pokok tersebut mengandung: deskripsi pekerjaan, lingkup tanggung jawab, koordinasi dan lingkup pengawasan. Berkaitan dengan aspek manajemen, penekanan utama yang diberikan adalah pada aspek sumber daya manusia baik pada masa pembangunan bisnis atau proyek maupun pada saat proyek atau bisnis tersebut telah beroperasi. Perlu dianalisis kesiapan perusahaan berkaitan dengan sumber daya manusia mulai dari pengadaan sampai penempatan jabatan tertentu. Manajemen sumber daya manusia berkaitan dengan kebijaksanaan, prosedur, dan praktik bagaimana mengelola orang untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Lebih dalam lagi dijelaskan mengenai aspek manajemen dan sumber daya manusia (Subagyo,2007:p159) :
•
Job
Analysis,
yaitu
menganalisis
jabatan
yang
diperlukan
untuk
menyelesaikan pekerjaan tertentu. •
Job specification, yaitu menentukan persyaratan dan kualifikasi yang diperlukan untuk mengisi suatu jabatan.
•
Mendesain struktur organisasi, yaitu menyusun struktur organisasi yang menggambarkan jenjang manajemen, kedudukan jabatan dan struktur pertanggungjawaban dalam perusahaan.
23 •
Job Descripion, yaitu uraian pekerjaan yang menjelaskan tentang pekerjaan teknis anggota organisasi yang menjabat pekerjaan tertentu.
•
Mendesain sistem kompensasi, yaitu menguraikan struktur penggajian secara lengkap untuk semua jabatan dalam pekerjaan berdasarkan garis structural dan fungsional. .
1.5
Aspek Operasional Menurut Kasmir dan Jakfar (2012:p150) aspek ini berkaitan dengan penentuan
lokasi proyek atau, tata letak (layout), penyusunan peralatan perusahaan, proses produksinya dan pemilihan teknologi. 1. Tujuan aspek teknis/operasi
Terdapat beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam penilaian terhadapmaspek teknis atau operasi, yaitu: •
Dapat menentukan lokasi dengan tepat, baik untuk lokasi pabrik, gudang, cabang, atau kantor pusat
•
Dapat menentukan layout yang sesuai dengan proses bisnis atau produksi yang dipilih
•
Dapat menentukan teknologi yang tepat untuk menjalankan bisnis atau produksinya
•
Dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan saat ini dan masa yang akan datang
1.6
Aspek Pasar dan Pemasaran Pasar dan pemasaran merupakan sebuah kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan. Kegiatan pasar selalu disertai oleh pemasaran dan kegiatan dari pemasaran itu sendiri adalah untuk menciptakan atau mencari pasar. Umar (2005,p35) menyatakan pasar merupakan tempat dimana bertemunya penjual dan pembeli, atau saling bertemunya kekuatan permintaan dengan penawaran untuk membentuk suatu harga. Dalam praktiknya pasar di definisikan lebih luas, transaksi penjualan tidak hanya dilakukan pada suatu tempat saja melainkan dapat dilakukan melalui sarana elektronik seperti internet, telepon, dan lain-lain.
24 Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang mampu dibeli oleh para konsumen selama periode tertentu berdasarkan sekelompok kondisi tertentu, sedangkan penawaran adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dijual oleh para produsen dalam jangka waktu tertentu dan berdasarkan sekelompok kondisi tertentu pula. Permintaan dan penawaran suatu barang atau jasa dapat menimbulkan peluang pasar. Adanya peluang pasar ini memungkinkan timbul produsen baru yang menjadi pesaing bisnis dari produsen yang sudah berjalan atau beroperasi. Akibatnya terjadi perebutan pangsa pasar yang masih ada antara produsen untuk menjual barang atau jasa yang dihasilkannya. Suci Sucipto (2010) mengemukakan bahwa kajian yang dilakukan dalam aspek pasar dan pemasaran bertujuan untuk menguji sejauh mana pemasaran dari produk yang dihasilkan perusahaan dapat mendukung pengembangan usaha atau bisnis yang direncanakan. Agar kajian aspek pasar dan pemasaran sesuai dengan rencana (pangsa pasar), dan semua itu bergantung pada penerapan strategi pemasaran yang dipilih. Terdapat empat hal pokok yang dapat ditelaah dalam aspek pasar, yaitu:
1. Potensi Pasar (Market Potential) Sucipto (2010) menyatakan bahwa potensi pasar adalah peluang penjualan optimum yang dapat dicapai oleh seluruh penjualan baik saat ini maupun yang akan datang atau potensi pasar adalah seluruh permintaan/kebutuhan konsumen yang didasarkan pada dua faktor yaitu jumlah konsumen potensial dan daya beli. Konsumen potensial adalah konsumen yang memiliki keinginan/hasrat untuk membeli, sedangkan daya beli adalah kemampuan konsumen untuk membeli barang/produk. Dengan melihat potensi pasar maka dapat dilakukan evaluasi apakah ada atau tidak potensi untuk memasarkan barang/produk di pasar.
2. Pengukuran dan Peramalan Permintaan
Apabila perusahaan menemukan suatu pasar yang menarik, maka perusahaan perlu mengestismasi berapa besarnya pasar di masa sekarang dan di masa yang akan datang dengan cermat Kottler (2003:p75). Apabila perusahaan tidak
25 melakukan pengukuran dan permalan permintaan dengan cermat (mengestimasi pasar terlalu kecil atau terlalu besar), perusahaan akan mengalami kerugian. Peramalan permintaan dilakukan untuk memperkirakan permintaan yang akan terjadi di masa yang akan datang pada saat sekarang.
1. Mengukur Permintaan Pasar Saat Ini Manajemen perlu mengestimasi tiga aspek dari permintaan pasar sekarang. Ada tiga metode praktis untuk mengestimasi permintaan saat ini, yaitu: •
Mengestimasi Total Permintaan Pasar.
•
Mengestimasi Wilayah Permintaan Pasar
•
Mengestimasi Penjualan Aktual dan Pangsa Pasar
2. Meramal Permintaan Mendatang Jakfar dan Kasmir (2012:p62). Riset pasar dan pemasaran dilakukan dengan menganalisis data sekunder maupun data primer dengan jalan , melakukan pengamatan dan wawancara. Terdapat beberapa cara yang digunakan untuk meramalkan permintaan, setiap cara memiliki kelebihannya masing-masing. Berikut beberapa cara melakukan peramalan permintaan di masa yang akan datang: 1) Survey niat pembeli 2) Pendapat para tenaga penjual (Wiraniaga) 3) Pendapat para ahli 4) Analisis regresi 5) Analisis deret waktu. Pemasaran menurut Kotler dan Keller (2009:45) pemasaran dalam suatu perusahaan menghasilkan kepuasan pelanggan serta kesejahteraan konsumen dalam jangka panjang sebagai kunci untuk memperoleh profit. Pemasaran memberi perhatian pada hubungan timbal balik yang dinamis antara produk dan jasa perusahaan, keinginan dan kebutuhan pelanggan serta kegiatan-kegiatan pesaing. Strategi pemasaran merupakan langkah-langkah yang dilakukan sebuah perusahaan baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa dalam upaya memenangkan persaingan dalam situasi yang kompetitif seperti sekarang ini.
26 Menurut Tull dan Kahle dalam Fandy Tjiptono (2008:6): Strategi pemasaran merupakan alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan
dengan
mengembangkan
keunggulan
bersaing
yang
berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran Menurut Kotler & Keller (2009:292). Semua strategi pemasaran dibuat berdasarkan STP. Langkah pertama adalah melakukan segmentasi (segmentation) yaitu dengan melakukan pengelompokan dari sekeluruhan pasar, langkah penetapan sasaran pasaryaitu memilih satu atau lebih segmen pasar untuk dimasuki (Targeting), dan yang terakhir adalah penentuan posisi pasar (Positioning)
1. Segmentation Menurut Fandy Tjiptono (2008:211), segmentasi pasar adalah proses pengelompokan keseluruhan pasar yang berbeda kedalam kelompok-kelompok atau segmen-segmen yang memiliki kesamaan dalam keinginan, kebutuhan dan prilaku serta respon terhadap program-program pemasaran spesifik. Perusahaan mencari berbagai cara yang berbeda dalam memilih pasar dan mengembangkan profil semua segmen pasar yang didapatkan. Umumnya variable yang digunakan perusahaan dalam melakukan segmentasi pasarnya adalah variable geografis, demografis atau psycografis. Adapun dasar untuk segmentasi pasar tersebut antara lain:
A. Segmentasi Pasar Konsumen
Dibagi menjadi empat variabel, yakni : 1. Segmentasi Geografis. Segementasi ini membutuhkan pembagian pasar menjadi unit geografis yang berbeda seperti negara, wilayah, daerah, kota atau bahkan lingkungan sekitar. 2. Segmentasi Demografis. Segmentasi ini membagi pasar menjadi klompok berdasarkan variabel seperti usia, jenis kelamin, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, pendapatan, pekerjaan, pendidikan, agama, ras, generasi, dan
27 kebangsaan. Faktor demografis adalah dasar paling umum yang digunakan untuk menetapkan segmentasi kelompok pelanggan. 3. Segmentasi Psikografis. Segmentasi ini membagi membeli menjadi kelompok berbeda berdasarkan kelas sosial, gaya hidup atau juga karakteristik kepribadian dalam suatu kelompok demografis yang sama. 4. Segmentasi Prilaku. Segmentasi ini membagi pembeli menjadi kelompok berdasarkan pengetahuan, sikap, penggunaan, atau respon terhadap sebuah produk.
B. Segmentasi Pasar Bisnis
Konsumen dan pemasar bisnis menggunakan banyak variabel yang sama untuk menetapkan segmen pasar mereka. Pembeli bisnis dapat disegmentasikan secara Geografis, Demografis, atau lewat pencarian manfaat. tetapi pemasar bisnis juga menggunakan variabel tambahan seperti karakteristik operasi, pendekatan pembelian, faktor situasional dan karakteristik pribadi pelanggan. Dengan mengejar segmen dan bukannya seluruh pasar, perusahaan dapat menghantarkan proposisi nilai yang tepat bagi masing-masing segmen yang dilayani.
C. Segmentasi Pasar International
Perusahaan dapat melakukan segmentasi pasar international dengan suatu kombinasi variabel. Perusahaan dapat menetapkan segmen berdasarkan letak Geografis, Pasar dunia juga bisa disegmentasikan berdasarkan faktor ekonomi. Selain itu faktor politik, hukum, dan budaya juga bisa dijadikan kombinasi variable untuk segmentasi pasar secara international.
2. Targeting Pasar yang sudah disegmentasi berdasarkan kebutuhan atau segmennya kemudian dipilih satu atau lebih segmen yang disebut target untuk dilayani. Target dipilih dengan mempertimbangkan kemampuan internal organisasi dan berdasarkan besarnya target yang diperkirakan dapat memberikan profitabilitas yang tinggi untuk perusahaan.
28 Menurut Fandy Tjiptono (2008:232) targeting adalah proses mengevaluasi dan memilih satu atau beberapa segmen pasar yang dinilai paling menarik untuk dilayani dengan program pemasaran spesifik pemasaran. Kriteria evaluasi yang digunakan meliputi ukuran dan potensi perubahan segmen, karakteristik struktual segmen dan kesesuaian antara produk dan pasar. Pada umumnya terdapat beberapa alternatif untuk pemilihan target pasar antara lain:
Sasaran pasar yang sama (Un-differentiated Marketing) Pada strategi ini, pasar dianggap homogeny. Jadi satu macam produk atau jasa dipasarkan kepada semua orang tidak hanya satu atau beberapa kelompok saja. Karena pasar yang dituju bersifat massal. Strategi semacam ini tidak dipakai perusahaan
Sasaran pasar majemuk (Differentiated Marketing) Strategi ini banyak dipakai perusahaan. Disini perusahaan mencoba untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok pembeli tertentu (segmen pasar) dengan membagi pasar kedalam dua kelompok atau lebih. Pada kelompok pembeli dapat ditawarkan jenis produk yang berbeda dengan kelompok lain, sehingga satu perusahaan dapat menjual beberapa macam produk. Jadi,dalam strategi ini perusahaan berusaha untuk memilih kelompok-kelompok yang akan dilayani dan merencanakan produk yang dapat memberikan kepuasan kepada kelompok-kelompok tersebut.
Sasaran pasar terkonsentrasi (Concetrated Marketing) Perusahaan hanya menargetkan beberapa kelompok pembeli saja. Pada kegiatan ini kegiatan pemasaran akan lebih difokuskan, strategi ini biasanya akan sesuai dengan perusahaan yang memiliki sumber daya yang terbatas.
Extensive Segmenting Pasar homogen dibagi dalam bermacam-macam segmen pasar dan selanjutnya produk ditawarkan kepada segmen pasar yang berbeda dengan strategi pemasaran yang berbeda pula.
29
Selective Segmenting Berdasarkan segmen-segmen yang bervariasi seperti pada extensive segmenting di atas, kemudian dipilih atau seleksi segmen-segmen yang dianggap memiliki potensi yang besar, sehingga dengan segmen pasar pilihan dapat dijadikan target pasar dari suatu perusahaan.
3. Positioning Menurut Amstrong dan Kotler (2008:p61) Penempatan atau positioning adalah sebuah pengaturan produk atau bauran pemasaran agar posisi produk atau jasa jelas, diinginkan dan berbeda, serta menciptakan kesan yang dapat diingat oleh konsumen. Dengan positioning produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan dapat dipahami dan dihargai oleh konsumen, melebihi produk atau jasa para pesaing.
Positioning berkaitan dengan nilai (value) dan manfaat (benefit) yang ditempatkan pada benak konsumen. Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan sebagai penentuan posisi, yaitu: •
Atribut (attribute positioning) berkaitan dengan penempatan yang didasarkan pada
atribut,
seperti
derajat
kepentingan
(importance),
keunikan
(distinctiveness), dapat dikomunikasikan (communicability), mendahului (pre-emptive), keterjangkauan produk atau jasa baik aspek ekonomi dan fisik (affordability), serta laba yang diperoleh (profitability) •
Tarif dan mutu (price dan quality positioning), seperti pelayanan yang cepat, tarif atau harga yang lebih murah, rasa bintang lima dengan harga kaki lima.
•
Jenis produk/jasa yang banyak digunakan (Application positioning)
•
Pengguna/pemakai
dari
produk/jasa
yang
banyak
digunakan
(user
positioning) dan kelas produk. •
Penempatan pesaing (competitor positioning) dimana penempatan dapat dilakukan berdasarkan manfaat yang ditimbulkan (benefit).
30 1.7
Aspek Keuangan Menurut Siswanto Sutojo (2000:96) aspek keuangan sendiri adalah rencana
investasi proyek yang disebut juga ilmu pembiayaan investasi proyek atau capital budgeting. Sedangkan menurut sofyan (2003:54) analisis aspek keuangan adalah kegiatan melakukan penilaian dan penentuan satuanrupiah terhadap aspek-aspek yang dianggap layak dari keputusan yang dibuat dalam tahapan analisis usaha. Tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan berkembang terus (Umar,2001). Menurut Sofyan (2003:36), kegiatan analisis keuangan dapat dikelompokkan kedalam tiga kegiatan utama yaitu: 1. Rekapitulasi penerimaan usaha, yaitu membuat seluruh rekap penerimaan yang dihasilkan dari hasil kajian aspek-aspek usaha baik berupa penerimaan utama maupun penerimaan lain sebagai akibat dari adanya kegiatan usaha. Rekapitulasi ini bertujuan untuk menghitung besarnya arus kas masuk, yaitu besarnya perkiraan netto dari pemasukan yang akan diterima selama periode umur usaha tersebut. Unsur penerimaan usaha meliputi: a) Perkiraan penjualan yang telah dihitung pada analisis pemasaran b) Harga jual yang ditetapkan c) Tambahan pendapatan lain-lain yang mungkin diperoleh karenaadanya pendirian usaha ini.
2. Rekapitulasi biaya usaha, yaitu membuat rekap dari semua biaya usaha yang sudah dihasilkan atau diputuskan. Unsur biaya usaha meliputi: biaya praoperasi, biaya investasi, biaya operasi. Pengelompokkan biaya meliputi biaya penyusutan, biaya amortisasi, biaya bunga. 3. Membuat laporan aliran kas yaitu menguji aliran kas masuk yang dihasilkan berdasarkan kriteria keuangan yang ada. Secara umum laporan kas dapat
31 diperoleh dengan cara mengurangi total rekap perkiraan penerimaan dengan total rekap perkiraan biaya usaha. Dalam analisis dari aspek keuangan diperlukan data yang akan dipakai untukmencari besar-besaran yang dibutuhkan dalam perhitungan dan teori yang mendukung dalam penilaian studi kelayakan meliputi kebutuhan dana, sumber dana, biaya modal dan struktur modal, nilai waktu dari uang, depresiasi, amortisasi dan pajak 1.7.1 Dana dan Sumber-sumber Dana 1. Dana investasi awal atau investasi inisial (initial investment) Aktiva
yang
biasanya
dibutuhkan
untuk
melakukan
investasi
dapat
dikelompokan sebagai berikut:
A. Aktiva Tetap berwujud •
Tanah dan pengembangan lokasi: biaya ini termasuk harga tanah biaya pendaftaran, pembersihan, penyiapan tanah, pembuatan jalan ke jalan terdekat, pemagaran, dan sebagainya
•
Bangunan pabrik dan perlengkapan: hal ini termasuk bangunan untuk pabrik atau kantor, bangunan untuk administrasi, gudang, untuk pembangkit tenaga, pos-pos kemamanan, jasa-jasa arsitektur, dan lain sebagainya.
•
Pabrik dan mesin-mesin: hal ini termasuk komponen biaya terbesar dari investasi. Seperti biaya pembangunan pabrik atau kantor, harga mesin, biaya pemasangan, biaya pengangkutan, suku vadang, dan lain sebagainya. Ada baiknya disini dilakukan pemisahaan antara mesinmesin yang diimpor dan tidak untuk memasukan kemungkinan perubahan kurs valuta.
•
Aktiva tetap lainnya: hal ini termasuk perlengkapan angkutan dan materials handling, perlengkapan untuk penelitian dan pengembangan, meubelair, perlengkapan kantor dan sebagainya.
Dalam menentukan biaya dari berbagai aktiva diatas, diperlukan informasi tentang kebutuhan fisik atau harga-harga. Kebutuhan fisik mungkin didasarkan atas salah satu atau atau beberapa faktor berikut ini:
32 a. Rencana yang terperinci dan spesifikasi yang lengkap b. Rancangan garis besar dan spesifikasi yang belum lengkap c. Pengalaman dengan proyek yang agak berbeda ditempat lain d. Beberapa “pedoman” yang telah diuji secara empiris. Terdapat cara untuk mengetahui informasi mengenai harga, yang didasarkan atas: a. Harga-harga di waktu yang lalu b. Daftar harga yang masih berlaku c. Daftar harga kira-kira
B. Aktiva Tetap Tidak Berwujud •
Aktiva tidak berwujud: misalnya patent, lisensi, pembayaan “lumpsum” untuk penggunaan teknologi, engineering fees, copyright, goodwill dan sebagainya. •
Biaya pendahuluan: terdiri dari biaya untuk studi pendahuluan, penyiapan pembuatan laporan studi kelayakan, survey pasar, “legal fee” dan sebagainya.
•
Biaya-biaya sebelum operasi: biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sebelum berproduksi secara komersial. Komponen yang utama adalah biaya penarikan tenaga kerja, biaya latihan, beban bunga, biaya-biaya selama masa produksi percobaan.
Biasanya sulit untuk menentukan kapan suatu produksi sudah bias dikatakan produksi secara komersial, maka selalu ada untuk arbitrase dalam penentuannya. Seringkali pengeluaran aktiva tetap ini berlangsung beberapa tahun, sehingga perlu disusun jadwal pengeluaran untuk keperluan investasi tersebut. Seperti yang terlihat pada table 2.1. dibawah ini:
33 Tabel 2.1 Tahap-Tahap Pengeluaran Modal
Tahun 1 Rp
$
Tahun 2 Rp
$
Tahun 3 Rp
$
Aktiva Tetap Berwujud Tanah & pengembangan lokasi bangunan Pabrik & Mesin-mesin Aktiva Tetap Berwijud Lain Aktiva Tetap Tidak Berwujud Aktiva Tidak Berwujud Biaya Pendahuluan Biaya Sebelum Operasi TOTAL Sumber: Freddy Rangkuti (2012)
2. Dana modal kerja (working capital) Kebutuhan dana untuk modal kerja dapat diartikan sebagai modal kerja bruttoatau modal kerja netto. Modal kerja brutto yang disebut juga modal kerja awal keseluruhan, menunjukkan semua investasi yangdiperlukan untuk aktiva lancar yang terdiri dari: kas, surat-surat berharga, piutang, persediaan, dan lainnya. Modal kerja netto merupakan dana yang dibutuhkan setelah proyek selesai dibangun, digunakan untuk membiyai kegiatan operasi. Dana dugunakan untuk persediaan bahan baku dan bahan pembantu, piutang dagang dan persediaan uang di kas kantor perusahaan dan di bank. Sebagian bahan baku dan pembantu yang dibutuhkan dapat diperoleh dari para pemasok dengan pembayaran dibelakang tanpa pungutan bunga pinjaman. Oleh karena itu piutang dagang tersebut akan mengurangi jumlah kebutuhan modal bruto, tanpa harus menambah beban biaya operasional (bunga pinjaman). Jumlah modal
34 kerja bruto dikurangi piutang dagang yang dapat diharapkan dari para calon pemasok disebut modal kerja neto. 3. Sumber-sumber Dana Pemilihan sumber dana bertujuan untuk memilih sumber dana yang pada akhirnya bias memberikankombinasi dengan biaya terendah, dan tidak menimbulkan kesulitan likuiditas bagi proyek atau perusahaan yang mensponsori proyek tersebut(artinya jangka waktu pengembalian sesuai dengan jangka waktu penggunaan dana). Beberapa sumber dana yang penting antara lain adalah: a. Modal pemilik perusahaan yang disetorkan langsung oleh pemilik perusahaan. Apabila perusahaan berbentuk perseroan terbatas yang berniat go public. Maka modal sendiri hanya akan diperoleh dari para pemilik perusahaan. Karna itu bagi perusahaan yang inginmenghimpun dana yang besar sebaiknya memilih untuk gopublic. b. Saham yang diperoleh dari penerbitan saham dipasar modal. Perusahaan yang memutuskan go public dapat menghimpun dana masyarakat dengan jalan menerbitkan saham yang nantinya akan diperjual belikan di bursa saham. c. Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dan dijual di pasar modal. Obligasi bias berbentuk obligasi biasa, obligasi dengan suku bunga mengambang, tanpa bunga, konversi. d. Kredit yang diterima dari bank, dapat berupa kredit investasi maupun noninvestasi. Kredit bank masih dianggap sumber dana yang terbesar bagi dunia usaha e. Sewa guna (leasing) dari lembaga non-bank. Beberapa lembaga keuangan tetapi bukan bank menawarkan jasa untuk menyediakan aktiva yang diperlukan oleh persahaan. Secara resmi lembaga keuangan tersebutlah yang memiliki aktiva tersebut dan perusahaan hanya menyewanya. f. Project finance. Merupakan tipe pendanaan yang lebih banyak dipergunakan untuk membiyai proyek-proyek besar, pembayarannya didasarkan atas kemampuan proyek tersebut melunasi kewajiban finansialnya. Untuk bisa menghitung biaya modal keseluruhan, maka perlu menghitung terlebih dahulu biaya modal dari masing-masing pendanaan (Husnan & Muhammad, 2000) antara lain:
35 a. Biaya utang (cost of debt) Menurut Husnan dan Muhamad (2000:47), biaya utang merupakan biaya yang ditanggung karena menggunakan sumber dana yang berasal dari pinjaman. Meskipun yang sering dihitung biaya modal dari pinjaman adalah biaya utang untuk utang jangka panjang, tetapi sebenarnya baik utang jangka panjang maupun utang jangka pendek mempunyai biaya modal (meskipun besarnya mungkin tidak sama).
b. Biaya laba yang ditahan Menurut Husnan dan Muhamad (2000:47), biaya laba yang ditahan sama dengan modal sendiri dari saham biasa. Apabila perusahaan menggunakan laba yang ditahan perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan tetapi apabila membagikan laba dan mengeluarkan saham baru, harus menanggung biaya pengeluaran saham yang disebut floatation cost.
c. Biaya Modal Rata-Rata Tertimbang (WACC) Husnan dan Muhammad (2000:48) menyatakan apabila investasi dibelanjai dengan modal sendiri dan modal pinjaman, maka cut off rate yang dipergunakan harus mempertimbangkan biaya modal baik dari utang maupun dari modal sendiri (bagi perusahaan yang menggunakan utang). Umar (2001) menyatakan konsep cost of capital (biaya modal) dimaksudkan untuk menentukan berapa besar biaya riil dari masing-masing sumber dana yang dipakai dalam berinvestasi. Hal ini untuk mengetahui patokan tingkat keuntungan yang layak dari investasi yang dilakukan. 1.7.2 Depresiasi, Amortisasi dan Pajak A. Depresiasi Syamsudin (2002:39) menyatakan Depresiasi yang dikenal sebagai penghapusan merupakan salah satu komponen biaya tetap yang timbul karena digunakannya aktiva tetap,biaya ini dapat dikurangkan dari revenue/penghasilan. Depresiasi dapat dikurangkan sebagai expense/biaya dari revenue yang diterima, dapat dihitung dengan beberapa cara yaitu:
36
-
The straight line method (Metode garis lurus) Jumlah depresiasi dengan menggunakan metode straight line method ini dapat dihitung dengan membagi depricable value (jumlah investasi dikurangi dengan nilai residu) dari suatu aktiva dengan umur ekonomisnya, sehingga dengan menggunakan metode ini jumlah depresiasi setiap tahunnya sama.
-
The double declining balance method Tingkat depresiasi yang digunakan di dalam metode ini adalah sama dengan tingkat yang digunakan dalam metode straight line dikalikan dua dan jumlah yang digunakan sebagai dasar perhitungan depresiasi adalah keseluruhan nilai investasi. Jumlah depresiasi pada tahun terakhir akan sama dengan nilai buku pada awal tahun terakhir dikurangi dengan jumlah nilai residu.
-
The sum of the years digits method Dengan menggunakan metode ini maka keseluruhan bilangan umur dari suatu aktiva harus dijumlah. Jika”n” adalah umur ekonomis dari suatu aktiva dan S adalah jumlah keseluruhan bilangan umur teknis dari aktiva tersebut maka jumlah depresiasi pada tahun pertama adalah n/S, pada tahun kedua (n-1)/S dan seterusnya, dikalikan dengan depricable value.
Menurut Fraser dan Ormiston (2008:46) menyatakan penyusutan digunakan untuk mengalokasikan biaya aktiva tetap berwujud seperti, bangunan, mesin, peralatan, perlengkapan kantor dan kendaraan bermotor. Tanah merupakan suatu perngecualian terhadap aturan tersebut karena tanah dianggap memiliki masa manfaat yang tidak terbatas. A. Amortisasi Menurut Fraser dan Ormiston (2008:46) menyatakan amortisasi merupakan proses yang diterapkan kepada sewa guna usaha modal, bangunan yang belum selesai, dan biaya kadaluarsa aktiva tidak berwujud, seperti paten, hak cipta, merek dagang, lisensi, franchise dan goodwill
37
B. Pajak Tarif pajak yang diterapkan atas penghasilan kena pajak bagi wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.2 Tarif Pajak Dalam Negeri
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Tarif Pajak
Sampai dengan Rp. 50.000.000,-
5%
Diatas Rp. 50.000.000,- sampai dengan Rp. 250.000.000
15%
Diatas Rp. 250.000.000,- sampai dengan Rp. 500.000.000
25%
Diatas Rp. 500.000.000
30%
Sumber: UU RI No 17 Tahun 2000 Pasal 17 Ayat 1, 2003 1.7.3 Laporan Laba Rugi Menurut Darsono dan Ashari (2004:43) menyatakan laporan rugi laba (menurut lembaga non profit disebut sebagai laporan sisa hasil usaha) merupakan akumulasi aktivitas yang berkaitan dengan pendapatan dan biaya selama periode waktu tertentu, misalnya bulanan dan tahunan. Komponen laporan laba rugi adalah Pendapatan/penjualan (dari usaha utama), Harga pokok penjualan, Biaya pemasaran, Biaya administrasi dan umum, Pendapatan luar usaha (non operasional), Biaya luar usaha (non operasional) 1.7.4 Arus Kas (Cash Flow) Menurut Husnan dan Muhammad (2000:59), arus kas yang berhubungan dengansuatu proyek dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yakni arus kas permulaan (initial cash flow), arus kas operasional (operasional cash flow) dan arus kas terminal (terminal cash flow). Pengeluaran pengeluaran untuk investasi pada awal periode mungkin tidak hanya sekali, merupakan arus kas permulaan, arus kas
38 yang timbulselama operasi proyek itu disebut sebagai arus kas operasional dan arus kas yangdiperoleh pada waktu proyek tersebut berakhir disebut sebagai arus kas terminal. Berdasarkan definisi arus kas di atas dapat dikatakan bahwa sungguh amatpenting untuk menghitung arus kas dalam rangka menganalisis suatu investasi. Aruskas dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu arus kas awal (initial cash flow), arus kasoperasional (operational cash flow) dan arus kas akhir (terminal cash flow). a. Arus kas awal (Initial cash flow). Suratman (2001:55), arus kas awal adalah arus kas keluar dalam rangka untuk keperluan tetap dan penentuan besarnya modal kerja. Aliran kas ini biasanya diberi notasi negatif, artinya kas yang dikeluarkan. Aliran kas ini terjadi pada tahun ke 0, artinya perusahaan belum beroperasi dan pengeluaran kas untuk keperluan initialinvestment ini tidak dapat digunakan untuk menilai profitabilitas proyek.Husnan dan Muhammad (2000;61) menyatakan bahwa mungkin sekali untukproyek-proyek besar, initial cash flow tidak hanya terjadi pada awal periode, tetapiterjadi beberapa kali, pada tahun kesatu, kedua dan seterusnya.
b. Arus kas operasional (Operational Cash Flow) Suratman
(2001;55),berasal
dari
operasi
perusahaan
(kegiatan
utama
perusahaan). Meliputi aliran kas masuk dana aliran kas keluar. Aliran kas masuk berasal dari penjualan (pendapatan), sedangkan aliran kas keluar adalah kas yang dikeluarkan untuk membayar operasionalperusahaan seperti biaya pokok perusahaan, biaya administrasi dan umum dan penjualan serta biaya-biaya lainnya Menurut Suratman (2001:55-56) terdapat tiga prinsip yang harus diperhatikan dalammenentukan estimasi arus kas operasional yakni: -
Harus didasarkan pada perhitungan kas setelah pajak.
-
Biaya bunga harus dikeluarkan dari perhitungan.
-
Harus didasarkan pada “dengan dan tanpa” proyek jika proyek investasi untukpengembangan / penambahan dari proyek yang sebelumnya sudah berjalan. Oleh karena itu estimasi kas ditentukan atas dasar incremental
39 antara denganinvestasi dan tanpa investasi baru. Untuk menentukan aliran kas operasional terdapat dua cara yaitu: 1. Menjumlahkan
seluruh
kas
masuk
yang
berasal
dari
penjualan,
kemudiandikurangi dengan seluruh aliran kas keluar untuk operasional. 2. Menyesuaikan laporan rugi laba berdasarkan standar akuntansi keuangan dengan pengeluaran-pengeluaran non tunai seperti depresiasi, amortisasi dan lain-lainnya. Adapun formulasinya sebagai berikut:
Husnan dan Muhammad (2000:62) menyebutkan kebanyakan cara yang dipergunakan untuk menaksir operational cash flow setiap tahunnya adalah dengan menyesuaikan taksiran rugi laba yang disusun berdasarkan pninsip-prinsip akuntansi dan menambahkannya dengan biaya-biaya yang sifatnya bukan tunai, sebagai contoh adalah penyusutan. c. Arus kas akhir (terminal cash flow) Suratman (2001:58), aliran kas akhir menunjukkan aliran kas pada akhir umur ekonomis proyek. Oleh karena itu arus kas ini berasal dari modal kerja dan penjualan aktiva tetap yang sudah habis umur ekonomisnya. Dalam menaksir arus kas setiap tahunnya, cara yang paling banyak digunakanadalah dengan menyesuaikan taksiran daftar laba rugi yang disusun oleh proyekdengan berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi dan menambahkannya dengan biaya-biayayang sifatnya bukan tunai seperti penyusutan dan amortisasi (cara kedua) Husnan dan Muhammad (2000:62) menyatakan bahwa terminal cash flow umumnya terdiri dari nilai sisa (residu) investasi tersebut dan pengembalian modalkerja.
40 1.7.5 Metode Penilaian Kelayakan Investasi A. Metode Net Present Value (NPV) Jakfar dan Kasmir (2003:103) net present value atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih dan PV investasi selama umur investasi. Selisih antara nilai kedua PV tersebutlah yang dinamakan net present value.
Cara menghitung NPV dengan mengetahui terlebih dahulu berapa PV kas bersih. PV kas bersih dapat dicari melalui pembuatan dan perhitungan cash flow perusahaan selama umur investasi tertentu.
Sutoyo menyebutkan bahwa Net Present Value (NPV) dapat dihitung dengan rumus persamaan matematika sebagai berikut:
Keterangan: NPV
= Net Present Value
Kas Bersih
= Arus kas tahunan
Investasi
= Jumlah investasi yang telah tertanam dalam proyek
r
= Tingkat bunga yang relevan
Apabila hasil: •
NPV positif, maka investasi diterima dan jika
•
NPV negatif, sebaiknya investasi ditolak.
B. Metode Internal Rate of Return (IRR) Kasmir dan Jakfar (2012:107-108) Alat untuk mengukur tingkat pengembalian
41 hasil investasi intern. Dalam metode ini menentukan apakah suatu usulan proyek investasi dianggap layak atau tidak, dengan cara membandingkan antara tingkat keuntungan yang diharapkan. Perhitungan IRR dilakukan dengan cara mencari discount rate yang dapat menyamakan antara present value dari arus kas dengan present value dari investasi. Apabila tingkat bunga ini (IRR) lebih besar dari tingkat bunga yang diharapkan, maka investasi proyek tersebut dikatakan menguntungkan dan sebaliknya. Carauntuk mencari IRR yaitu menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana:
Kesimpulan: Jika IRR > bunga pinjaman, maka investasi diterima Jika IRR < bunga pinjaman, maka investasi ditolak C. Metode Profitability Index (PI) Profitability Index (PI) atau Benefit and cost ratio (B/C Ratio) merupakan skenario aktivitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama unur investasi. Rumusan yang digunakan untuk mencari PI adalah sebagai berikut Kasmir & Jakfar (2012:107):
42
Kesimpulan: Apabila PI lebih besar (>) dari 1 maka diterima Apabila PI lebih kecil (<) dari 1 maka ditolek D. Metode Payback Period (PP) Salah satu metode konvensional yang digunakan untuk mengukur berapa lamaproyek investasi akan mengembalikan dana investasi yang telah dikeluarkan adalah metode payback period. Kriteria yang digunakan dalam metode ini adalah jika waktuyang dihasilkan oleh perhitungan metode ini lebih pendek dari yang diharapkan, makaproyek dikatakan menguntungkan, sedangkan jika lebih lama maka proyek ditolak.Metode ini mendasarkan perhitungannya kepada arus kas dari proyek tersebut. Menurut Husnan dan Muhammad (2000:101) masalah utama dari metode ini adalah sulitnya menentukan periode payback maksimum yang disyaratkan, untuk dipergunakan sebagai angka pembanding. Secara normatif memang tidak ada pedoman yang bisa dipakai untuk menentukan payback maksimum ini. Kelemahanlain dari metode ini adalah diabaikannya nilai waktu uang dan diabaikannya arus kassetelah periode payback. Untuk mengatasi kelemahan ini ada yang menggunakan discounted payback, di mana arus kas operasional kas tersebut dan juga terminal cashflow didiscounted kan dengan tingkat bunga yang relevan. 1.7.6 Penilaian Risiko Investasi Terdapat beberapa analisis yang dapat digunakan untuk menilai risiko investasi, dalam penelitian ini akan digunakan analisis sensitivitas.
43 1.7.6.2 Analisis Sensitivitas Kemampuan proyek memasarkan produk dan menghasilkan keuntungan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal maupun eksternal perusahaan. Contoh faktor internal adalah biaya pokok penjualan yang akan dihasilkan, sedangkan contohfaktor eksternal adalah perkembangan harga produk atau jasa sejenis di pasar. Apabila diketahui ada faktor-faktor internal atau eksternal yang besar sekali pengaruhnya terhadap kemampuan proyek dalam menghasilkan penjualan dan keuntungan,
perlu
dikaji
tingkat
kepekaan
(sensitivity
analysis)
proyek
terhadapperubahan faktor-faktor tertentu itu. Sutoyo (2000:110) menyatakan bahwa guna memperoleh jumlah perkiraan permintaan yang lebih dapat dipercaya, diperlukan analisis kepekaan (sensitivity analysis) penjualan, terhadap perubahan faktor tertentu yang dapat mempengaruhi jumlah atau pola penjualan produk. Dengan metode analisis kepekaan, disamping jumlah perkiraan permintaan pertama, akan disusun pula perkiraan permintaan kedua, ketiga dan seterusnya sesuai dengan keperluan yang memasukkan pengaruh perubahan faktor tertentu. Umar (2001:97) menyatakan bahwa pada saat menganalisis perkiraan arus kas dimasa datang, kita berhadapan dengan ketidakpastian, sehingga harus diidentifikasi semua variabel yang mempengaruhinya dan selanjutnya dilakukan analisis kepekaanyang memberikan taksiran optimis, moderat dan pesimis. 1.7.7 Pengertian Biro Perjalanan Wisata Biro perjalanan wisata merupakan salah satu komponen penting dalam bidang pariwisata karena biro perjalanan wisata secara tidak langsung ikut dalam mempromosikan kepariwisataan yang ada sehingga akan mampu menambah jumlah kunjungan wisatawan yang akhirnya akan berpengaruh terhadap peningkatan devisa Negara. Untuk lebih jelasnya, lebih jauh mengenai kedudukan Biro perjalanan di bidang pariwisata ini, diuraikan dalam bahasan berikut: A. Definisi Biro Perjalanan Terdapat banyak definisi tentang usaha perjalanan wisata. Untuk kajian ini akan diambil batasan sebagaimana yang terdapat dalam pasal 1 angka 1 Kepmen
44 Parpostel
No.KM.10/PW-102/MPPT-93,
tentang
ketentuan
usaha
Biro
Perjalanan Wisata ditetapkan antara lain: 1) Biro Perjalanan Wisata adalah usaha yang merencanakan perjalanan wisata dan atau jasa pelayanan penyelenggara wisata. 2) Agen Perjalanan Wisata adalah usaha jasa perantara untuk menjual dan atau mengurus jasa untuk perjalanan wisata. 3) Cabang Biro Perjalanan Wisata adalah unit usaha Biro Perjalanan Wisata yang berkedudukan di wilayah administratif yang sama dengan kantor pusatnya atau di wilayah administrasi lain yang melakukan kegiatan usaha kantor pusat.
B. Ruang lingkup Biro Perjalanan Wisata dan Agen Perjalanan Wisata Sesuai dengan SK Dirjen Parpostel tahun 1988, ruang lingkup BPW dan APW adalah sebagai berikut: Kegiatan Biro Perjalanan Wisata a. Membuat, menjual, dan menyelenggarakan paket-paket wisata. b. Mengurus dan melayani kebutuhan jasa angkutan bagi perorangan dan kelompok orang yang diurusnya. c. Melayani pemesanan akomodasi, restoran dan sarana lainnya. d. Mengurus dokumen perjalanan e. Menyelenggarakan panduan perjalanan wisata/paket wisata f. Melayani penyelenggaraan konvensi
Kegiatan Agen Perjalanan Wisata a. Menjadi perantara di dalam pemesanan tiket pesawat udara, darat dan laut. b. Mengurus dokumen perjalanan c. Menjadi perantara didalam pemesanan akomodasi, restoran dan sarana wisata lainnya. d. Menjual paket paket wisata yang dibuat oleh biro perjalanan wisata. Jadi berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa biro perjalanan wisata / Tour Operator adalah suatu perusahaan yang mengatur perjalanan orangorang dari satu tempat ketempat lain.
45 Suatu perusahaan dapat disebut sebagai Tour Operator bila kegiatan utama perusahaan tersebut ditekankan pada perencanaan (planning) dan penyelenggaraan (arrangement) perjalanan wisata (tours) atas inisiatif sendiri dan tanggung jawab sendiri dengan tujuan untuk mengambil keuntungan dari penyelenggaraan perjalanan tersebut. Sedangkan kegiatan lain dapat dikatakan sebagai melengkapi saja untuk melancarkan kegiatan utamanya. C. Fungsi dari Biro Perjalanan Wisata •
Fungsi perantara.
Jika dilihat dari kacamata wisatawan maka biro perjalanan wisata merupakan: a. Tempat wisatawan untuk memperoleh informasi mengenai sesuatu didaerah tujuan wisata. b. Tempat wisatawan dapat meminta bantuan untuk mengurus dokumen perjalanan atau perpanjangannya c. Tempat wisatawan dapat membeli tiket atau memesan tempat pada perusahaan pengangkutan atau kamar hotel yang diinginkannya. d. Tempat wisatawan dapat memesan angkutan wisata, seperti taksi, bus wisata dan lain-lain. e. Tempat
wisatawan
meminta
bantuan
tentang
segala
sesuatu
yang
berhubungan dengan perjalanannya. Apabila dilihat dari pandangan pengusaha industri pariwisata sebagai supplier, maka biro perjalanan wisata merupakan saluran (channel) tempat untuk menjual produk yang dihasilkan perusahaan tersebut. Jadi disini Biro perjalanan wisata berfungsi sebagai perantara (middlemen) antara wisatawan sebagai konsumen disatu pihak dan pengusaha industri pariwisata sebagai produsen dilain pihak. Dikatakan demikian karena para perantara inin tugasnya hanya mempertemukan pembeli dengan penjual tanpa memiliki produk yang dijualkannya. Sebagai balas jasa biro perjalanan wisata menerima komisi sebesar yang telah disetujui bersama. •
Fungsi sebagai organisator Fungsi sebagai pengatur tidak hanya mempertemukan wisatawan selaku
konsumen dan pengusaha akan tetapi fungsi yang lebih penting adalah
46 mempersiapkan macam-macam tour yang mungkin dapat ditawarkan bagi calon wisatawan taylor made sesuai dengan permintaan atau ready made yang dapat dijual bebas pada orang banyak yang menghendakinya. Aktivitas semacam ini dapat ditempuh dengan dua cara yaitu dilakukan sendiri atau diserahkan pada orang lain, pilihan tergantung pada cara mana yang lebih menguntungkan.
D. Pelayanan Penjualan Tiket Tiket suatu maskapai penerbangan dikeluarkan oleh maskapai penerbangan itu sendiri. Sedangkan penjualan tiketnya dapat dilakukan oleh maskapai penerbangan itu sendiri dengan membentuk kantor-kantor penjualannya dan dapat pula dijual melalui agen-agen yang ditunjuk. Untuk menjadi agen penjualan tiket suatu maskapai penerbangan harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Beberapa maskapai penerbangan dalam negeri antara lain Garuda Indonesia, Merpati Nusantara Airlines, Mandala Airlines, Lion Air, Batavia Air, Citilink, Sriwijaya Air, Riau Air, dan Air Asia. Sedangkan m maskapai penerbangan asing yang beroperasi di Indonesia khususnya yang telah menjadi anggota International Association of Travel Agent (IATA) antara lain: KLM (Belanda), JAL (Jepang), UTA, Qantas (Australia), SAS, British Airways (Inggris) dan beberapa maskapai penerbangan asing yang bukan anggota IATA antara lain: Thai International, Singapore Airline, Malaysia Airlines System, Brunei Airlines, China Airlines dan Korean Airlines. Tidak mudah bagi suatu biro perjalanan untuk segera ditunjuk sebagai agen penjualan dari suatu maskapai penerbangan anggota IATA. Untuk dapat dipercaya, biro perjalanan harus memiliki pengalaman dan membuktikan volume penjualan tiket yang dilakukannya sebagai contoh untuk menjadi agen penjualan tiket Garuda harus mempunyai penjualan Rp 75 juta per bulannya. Disamping itu harus memberikan Garansi Bank yang nilainya sampai puluhan juta sebagai jaminan hasil penjualan tiket yang harus segera disetor kepada Garuda Indonesia.
47 1.8
Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dari studi kelayakan pendirian cabang PT. Intilima Wisata
International Tour & Travel di Jakarta, dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
48
Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Sumber: Hasil Pengolahan Data
49
50
51