BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Jaringan Jaringan memiliki banyak arti, tetapi kata jaringan yang digunakan di sini berada
dalam lingkup studi teknologi informasi yang memiliki definisi sebagai kumpulan dua atau lebih komputer yang masing-masing berdiri sendiri dan terhubung melalui sebuah teknologi. Dengan menghubungkan dua atau lebih komputer, memungkinkan pengaksesan data, pertukaran file, dan komunikasi satu sama lain (Halin, 1996). Hubungan antar komputer tersebut tidak terbatas pada kabel tembaga (copper cable) saja, tetapi juga dapat melalui kabel serat kaca (fiber optic), gelombang mikro, gelombang infrared, dan juga melalui satelit (Tanenbaum, 2003).
2.1.1 Topologi Jaringan Topologi jaringan menjelaskan tentang struktur dari suatu jaringan. Ada dua macam topologi, yaitu topologi fisik dan topologi logikal (The Cisco Certified Network Associate Curriculum, 2004).
1. Topologi Fisik Topologi fisik merupakan representasi yang sebenarnya dari media atau kabel yang digunakan untuk menghubungkan node-node (The Cisco Certified Network Associate Curriculum, 2004). Topologi fisik yang
6
biasanya dipakai secara luas adalah sebagai berikut (The Cisco Certified Network Associate Curriculum, 2004):
a) Bus Topology Menggunakan satu kabel backbone yang kedua ujungnya tidak saling terhubung. Semua host terhubung langsung pada backbone ini.
Gambar 2.1 Bus Topology
b) Ring Topology Menghubungkan satu host dengan host yang berikutnya dan begitu seterusnya sampai host terakhir terhubung pada host pertama, sehingga menciptakan bentuk lingkaran.
7
Gambar 2.2 Ring Topology
c) Star Topology Menghubungkan semua kabel ke satu titik pusat.
Gambar 2.3 Star Topology
8
d) Extended Star Topology Menghubungkan topologi-topologi star dengan menggunakan hub dan/atau switch. Topologi ini dapat memperluas jangkauan jaringan.
Gambar 2.4 Extended Star Topology
e) Hierarchical Topology Hampir sama dengan extended star. Pada topologi ini, rangkaian node dihubungkan pada komputer yang mengontrol trafik dalam topologi.
9
Gambar 2.5 Hierarchical Topology
f) Mesh Topology Diimplementasikan untuk menyediakan perlindungan yang tinggi dari gangguan layanan. Setiap host mempunyai koneksi ke semua host yang lain. Walaupun Internet mempunyai banyak path atau rute menuju satu lokasi, Internet tidak menggunakan topologi mesh secara total.
10
Gambar 2.6 Mesh Topology
2. Topologi Logikal Topologi logikal dari sebuah jaringan adalah bagaimana host-host berkomunikasi melalui medium. Ada dua tipe umum topologi logikal, yaitu broadcast dan token passing (The Cisco Certified Network Associate Curriculum, 2004). a) Broadcast Jika menggunakan topologi ini, maka host mengirimkan data ke semua host-host yang berada dalam satu jaringan yang sama. Tidak ada aturan tentang bagaimana host-host dapat menggunakan jaringan, sehingga bersifat first come first serve. Contoh: Ethernet.
b) Token Passing Mengontrol akses ke jaringan dengan memberikan token elektronik secara sekuensial ke setiap host. Jika host menerima token, maka host tersebut dapat mengirim data dan sekaligus memberikan token ke host
11
berikutnya. Proses tersebut terus berulang-ulang. Contoh: Token Ring, Fiber Distributed Data Interface (FDDI).
2.1.2
Tipe-tipe Jaringan Berikut ini akan dijelaskan mengenai tipe-tipe jaringan berdasarkan
skalanya dan juga karakteristik masing-masing jaringan. a. Internet Harley Hahn (1996) mendefinisikan Internet sebagai suatu sistem berskala luas yang terdiri atas gabungan pengguna, informasi, dan komputer. Menurut Robert M. Thomas (1999), Internet adalah jaringan berskala luas menggunakan saluran-saluran telepon, dan terdiri atas jutaan lebih pengguna yang tersebar luas di seluruh dunia yang membuat koneksi melalui modem dan berkomunikasi satu sama lain. Sedangkan menurut Dr. Sidnie Feit (1998), Internet merupakan jaringan dunia yang terbesar, yang berdasar pada protokol TCP/IP. Dari ketiga definisi Internet di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa Internet adalah sebuah jaringan terbesar dunia yang menggunakan TCP/IP protokol sebagai aturan atau prosedur untuk dapat saling bertukar informasi dengan komputer lain. Awalnya, Internet dikenal dengan nama ARPAnet. ARPAnet dibangun pada tahun 1969 oleh Departement of Defense (DoD), Amerika Serikat, dengan tujuan untuk menghubungkan komputer-komputer yang berada di tempat-tempat yang berbeda. Lambat laun, jaringan ARPAnet berkembang menjadi Internet.
12
Internet terdiri dari dua tipe program komputer, yaitu server dan client. Server adalah program yang menyediakan resource seperti data atau software, sedangkan client adalah program yang digunakan untuk mengakses resource yang disediakan oleh server (Halin, 1996).
b. Wide Area Network (WAN) WAN merupakan gabungan dari beberapa LAN, yang menyediakan akses ke file server pada lokasi yang berbeda. WAN menghubungkan pengguna jaringan yang tersebar pada lokasi-lokasi yang sangat jauh, sehingga pengguna merasa seperti berada dalam satu area fisik. Menurut Tanenbaum (2003) WAN merupakan jaringan yang memiliki luas jangkauan yang sangat besar, biasanya meliputi sebuah negara atau benua. Menurut The Cisco Certified Networking Academy Curriculum (2004) WAN didesain untuk:
Beroperasi dalam jangkauan area geografis yang sangat luas dan
bahkan area geografis yang terpisah-pisah.
Memungkinkan pengguna untuk berkomunikasi secara real-time
dengan pengguna lain.
Menyediakan layanan e-mail, World Wide Web, file transfer, dan e-
commerce. Beberapa teknologi WAN yang banyak dijumpai:
Modem
Integrated Services Digital Network (ISDN)
Digital Subscriber Line (DSL) 13
Frame Relay
US (T) dan Europe (E) Carrier Series – T1, E1, T3, E3, Synchronous
Optical Network (SONET)
c. Metropolitan Area Network (MAN) MAN adalah jaringan yang melintasi area metropolitan seperti kota atau area suburban (Cisco Certified Networking Academy Curriculum, 2004). MAN biasanya terdiri dari dua atau lebih LAN dalam satu area geografis. Menurut Tanenbaum (2003) MAN mencakup area geografis sebuah kota seperti jasa televisi kabel dalam sebuah kota dan sebuah bank dengan banyak kantor cabang di satu kota.
d. Local Area Network (LAN) LAN adalah jaringan di mana host-host terhubung secara langsung, biasanya dengan beberapa tipe media kabel (Harley Hahn, 2004). Menurut Tanenbaum (2003), LAN merupakan jaringan yang hanya mencakup beberapa kilometer saja seperti jaringan dalam sebuah perusahaan atau jaringan dalam sebuah rumah. LAN memungkinkan pengguna untuk berbagi akses ke file-file yang sama dan menggunakan printer secara lebih efisien, serta membentuk komunikasi internal. Menurut The Cisco Certified Networking Academy Curriculum (2004), LAN didesain untuk:
Beroperasi dalam jangkauan wilayah geografis yang terbatas.
Mengontrol jaringan di bawah administrasi lokal. 14
Menyediakan konektivitas full-time ke layanan lokal.
Menghubungkan secara fisik node-node yang berdekatan.
Memungkinkan multi-akses ke media high-bandwidth. Di dalam sebuah LAN, sebuah komputer didesain sebagai file server
yang menyimpan semua software yang diperlukan untuk mengontrol jaringan dan juga software-software yang dapat digunakan oleh semua komputer (host) yang terhubung ke jaringan. Beberapa teknologi LAN adalah FDDI, Ethernet, dan Token Ring. LAN terdiri dari beberapa komponen seperti, komputer, network interface card (NIC), networking media, networking device, dan peripheral device.
e. Storage Area Network (SAN) SAN adalah sebuah high-performance jaringan yang didesain khusus untuk memindahkan data antara server dan storage resource (Cisco Certified Networking Academy Curriculum, 2004). Teknologi SAN memungkinkan konektivitas high-speed server ke storage, storage ke storage, atau server ke server. Metode ini menggunakan infrastruktur jaringan yang terpisah, sehingga dapat menghindari semua masalah yang berkaitan dengan konektivitas jaringan yang ada saat ini.
f. Virtual Private Network (VPN) VPN adalah jaringan privat yang dibangun di dalam infrastruktur jaringan publik seperti Internet (Cisco Certified Networking Academy Curriculum, 2004). Dengan menggunakan VPN, seorang telecommuter 15
dapat mengakses jaringan cabang perusahaan melalui Internet dengan menciptakan tunnel antara komputer dan router VPN di kantor cabang. 2.2
Networking Model Istilah networking dan internetworking sering dianggap sama, padahal kedua
istilah tersebut mengandung arti yang berbeda. Internetworking adalah proses dan metodologi yang digunakan untuk menghubungkan beberapa jaringan dengan topologi fisik yang berbeda dan jarak yang berbeda pula. Sedangkan networking adalah proses dan metodologi yang digunakan untuk menghubungkan beberapa komputer sehingga dapat bertukar informasi (CCNA Study Guide, 2000).
2.2.1
Seven Layer OSI Model Open System Interconnection (OSI) model dikeluarkan tahun 1984 oleh
International Organization for Standardization. Dengan OSI, dapat dipastikan kompatibilitas dan interoperabilitas di antara bermacam-macam teknologi jaringan yang diproduksi di seluruh di dunia, sehingga antara pengirim dan penerima dapat saling berkomunikasi walaupun menggunakan tipe media jaringan yang berbeda. Seven Layer OSI merupakan standard legal yang digunakan dalam ilmu pendidikan tentang jaringan.
16
Gambar 2.7 Seven Layer OSI Model
Dengan membagi jaringan menjadi tujuh layer, diperoleh keuntungan sebagai berikut (Cisco Certified Networking Academy Curriculum, 2004):
Memecah komunikasi jaringan menjadi bagian yang lebih kecil dan lebih
mudah diatur.
Menstandarisasi komponen-komponen jaringan.
Memungkinkan tipe hardware dan software jaringan yang berbeda untuk
berkomunikasi satu sama lain.
Mencegah perubahan yang terjadi pada satu layer mempengaruhi layer yang
lain.
Pembelajaran menjadi lebih mudah dan lebih dimengerti karena komunikasi
jaringan dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
17
Penjelasan dari tiap-tiap layer (The Cisco Certified Networking Academy Curriculum, 2004):
Application Layer Menyediakan layanan jaringan sampai dengan proses-proses aplikasi seperti
web browser, e-mail, file transfer.
Presentation Layer Memastikan data dapat dibaca oleh sistem penerima, mengatur format data,
struktur data, dan menegosiasikan sintaks data transfer untuk application layer. Layanan enkripsi data termasuk tugas presentation layer.
Session Layer Fungsi utamanya adalah untuk menciptakan dan menjaga hubungan
komunikasi antara dua host. Pada layer ini sebuah koneksi diset apakah bersifat full atau half duplex.
Transport Layer Menciptakan koneksi end to end dan mengatur segala isu-isu transportasi
antara host-host, data transport reliability, fault detection, dan recovery information flow control. Selain itu juga menciptakan, menjaga, dan memutuskan sirkuit virtual. Transport layer mensegmentasi data sebelum dikirim ke layer dibawahnya.
Network Layer Tugas dari layer ini adalah untuk menentukan path yang terbaik untuk
membawa data dari host A ke host B. Network layer membentuk koneksi di antara dua node melalui addressing.
18
Data Link Layer Data link layer bertanggung jawab untuk framing data packet dan
mentransmitnya ke physical layer, menyediakan transfer data yang reliable, physical addressing, topologi jaringan, pemberitahuan error, flow control. Secara keseluruhan, berfungsi untuk mengontrol direct link dan akses ke media.
Physical Layer Bertanggung jawab untuk menerima dan mengirim bit-bit dan sinyal-sinyal
elektronik. Physical layer meng-encode frame data link menjadi bentuk binary 0 dan 1 untuk proses transmisi.
2.2.2
TCP/IP Model Standard yang digunakan oleh Internet adalah TCP/IP (Transfer Control
Protocol/Internet Protocol) model. TCP/IP diciptakan oleh Department of Defense (DoD), Amerika Serikat, untuk mendesain sebuah jaringan yang dapat bertahan dalam kondisi apapun, termasuk perang nuklir. TCP/IP mempunyai empat layer, yaitu:
Application Layer
Transport Layer
Internet Layer
Network Access Layer Perkembangannya yang pesat sehingga menjadikannya sebuah standar,
kurang lebih dikarenakan TCP/IP dibangun sebagai open standard, yang berarti semua orang bebas menggunakannya secara gratis.
19
Gambar 2.8 TCP/IP Model
Keterangan tiap-tiap layer TCP/IP menurut The Cisco Certified Networking Academy Curriculum (2004) seperti di bawah ini: a) Application Layer Layer ini menggabungkan session layer dan presentation layer OSI. Application layer TCP/IP mengatur isu-isu seperti representasi data, encoding, dan kontrol dialog. Protokol-protokol yang terdapat di Application Layer:
File Transfer Protocol (FTP) FTP bersifat connection-oriented yang menggunakan TCP untuk mentransfer
file-file antara sistem yang mendukung FTP (Cisco Certified Networking Academy Curriculum, 2004).
Hypertext Transfer Protocol (HTTP)
Simple Mail Transfer Protocol (SMTP) SMTP mengatur transmisi e-mail dan tidak mendukung transmisi data selain
plaintext (Cisco Certified Networking Academy Curriculum, 2004).
20
Domain Name System (DNS) DNS adalah sebuah sistem yang digunakan di Internet untuk menerjemahkan
nama-nama domain menjadi alamat-alamat IP.
Trivial File Transfer Protocol (TFTP) TFTP adalah protokol yang bersifat connectionless yang menggunakan UDP.
b) Transport Layer Transport Layer mengatur isu-isu tentang quality of service dari reliability, flow control, dan error correction. Protokol-protokol yang terdapat pada layer ini:
Transport Control Protocol (TCP) TCP adalah protokol yang bersifat connection-oriented. Protokol ini
mengatur dialog atau komunikasi antara dua node dan mensegmentasi package data dari layer application. Secara umum, TCP menyediakan cara yang fleksibel untuk menciptakan komunikasi jaringan yang rendah tingkat kesalahannya.
User Datagram Protocol (UDP)
c) Internet Layer Tujuan dari layer ini adalah untuk memecah TCP segment menjadi paketpaket. Protokol yang mengatur layer ini dinamakan Internet Protocol (IP). Menentukan path terbaik untuk mengirimkan data sampai ke node tujuan dan packet switching juga merupakan tugas dari layer ini.
21
Protokol IP dan TCP merupakan gabungan protokol yang sangat penting dalam proses komunikasi. IP menentukan path yang terbaik untuk paket-paket, sementara TCP menyediakan transportasi yang bisa diandalkan. d) Network Access Layer Dapat disebut juga layer host-to-network. Layer ini mengatur semua komponen, baik itu fisikal atau logikal, yang diperlukan untuk membuat koneksi secara fisik. Layer network access mencakup teknologi jaringan dan semua tugas yang ada pada layer OSI physical dan data link.
Gambar 2.9 Protokol-protokol TCP/IP
22
2.3
Definisi Protokol Protokol adalah deskripsi formal dari satu set aturan dan konvensi yang mengatur
bagaimana device-device dalam suatu jaringan berkomunikasi (The Cisco Certified Network Associate Curriculum, 2004). Robert M. Thomas (1999) mendeskripsikan protokol sebagai satu set aturan yang mengatur proses komunikasi elektronik. Berdasarkan kedua definisi tersebut, untuk dapat berkomunikasi dalam suatu jaringan, protokol mutlak diperlukan untuk mengatur jalannya proses komunikasi tersebut. Koneksi-koneksi ke internet menggunakan satu atau lebih protokol. Protokol mengatur semua aspek komunikasi data, seperti:
Jaringan fisik yang dibangun.
Bagaimana komputer terhubung ke jaringan.
Format data untuk transmisi.
Bagaimana data dikirimkan.
Cara untuk mengatasi error.
2.4
Internet Protocol Menurut Dr. Sidnie Feit (1998), Internet Protocol atau yang biasa disingkat IP
merupakan protokol Network layer pada Seven Layer OSI model yang me-routing data di Internet. Sedangkan menurut The Cisco Certified Networking Academy Curriculum (2004), IP adalah protokol yang bekerja pada layer Internet TCP/IP model. Protokol ini bersifat connectionless dan tidak mengetahui isi dari paket melainkan hanya mencari path yang terbaik untuk sampai ke node tujuan. IP melakukan tugas-tugas di bawah ini:
Membentuk skema pengalamatan. 23
Fragmentasi.
Mentransfer data antara layer Internet dan layer network access.
Merutekan paket ke remote host. Internet Protocol terkadang disebut sebagai “unreliable protocol”, karena IP tidak
melakukan pemeriksaan dan pembetulan error. Tugas tersebut hanya dilakukan oleh protokol upper layer, layer transport atau layer application.
2.5
IPv4 Internet protocol yang mempunyai ukuran alamat sebesar 32 bit disebut IPv4.
Dengan ukuran 32 bit, memungkinkan untuk kombinasi 232 alamat IP.
2.5.1
IPv4 Addressing Untuk memudahkan dan mengurangi kesalahan dalam penulisan, 32 bit ini
ditulis sebagai empat angka desimal dan dipisahkan oleh titik. Cara penulisan ini disebut sebagai format “dotted decimal”. Contoh: 11000000.10101000.00000001.00001000
notasi binary
192.168.1.8
notasi desimal
Setiap alamat IP dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian network dan host. Bagian Network mengidentifikasi jaringan mana sebuah sistem terhubung, dan bagian host mengidentifikasi sistem yang ada di jaringan tersebut. Alamat-alamat IP dibagi menjadi kelas-kelas untuk merepresentasikan jaringan besar, menengah, dan kecil. Semua alamat yang berada di kelas A diperuntukkan untuk jaringan-
24
jaringan yang besar, kelas B digunakan untuk jaringan-jaringan menengah, dan kelas C untuk jaringan-jaringan kecil.
Gambar 2.10 Prefix-prefix Kelas Alamat IPv4
Alamat-alamat IP kelas A menggunakan satu oktet pertama untuk mengindikasikan alamat jaringan (bagian network), sedangkan ketiga oktet terakhir disediakan untuk alamat-alamat host. Bit pertama “0” dan bit tertinggi “127” tidak dapat digunakan sebagai alamat network. Alamat 127.0.0.0 digunakan untuk loopback testing – mengirimkan paket kembali ke diri sendiri. Kelas B menggunakan dua oktet pertama untuk mengindikasikan alamat network. Dua bit pertama dari oktet pertama kelas B selalu diset ke “10”, sehingga angka terendah adalah 10000000 dan angka tertinggi direpresentasikan dengan 10111111. Kelas C selalu dimulai dengan binary 110, oleh karena itu, angka terendah direpresentasikan dengan 11000000 dan angka tertinggi adalah 11011111.
25
Gambar 2.11 Jangkauan Kelas-kelas Alamat IPv4
2.5.2
Struktur Header Paket IPv4 Header IPv4 terdiri dari beberapa field yaitu (Cisco Certified Networking
Academy Curriculum, 2004):
Version Mengindikasikan versi IP yang digunakan. Field ini berukuran empat bit. Jika
field version berbeda dengan versi IP yang digunakan oleh node penerima, maka paket akan ditolak.
IP Header Length Berisi total panjang dari informasi header dan berukuran 32-bit.
Type of Service Menspesifikasikan layanan yang diharapkan oleh paket bersangkutan.
Berukuran delapan bit yang terdiri atas bit-bit untuk prioritas, waktu delay, dan karakteristik-karakteristik reliabilitas lainnya.
Total Length Menspesifikasi panjang keseluruhan paket (dalam satuan byte), termasuk data
dan paket header. Field total length berukuran 16 bit atau dua byte.
26
Identification Mengidentifikasi nilai yang berupa “sequence number”, yang ditetapkan
pengirim paket untuk membantu reassembly fragment diagram. Berukuran 16 bit.
Flags Field flags mempunyai ukuran tiga bit, tetapi hanya dua low-order bit yang
mengontrol fragmentasi. Satu bit menetapkan apakah paket dapat difragmentasi atau tidak, dan bit yang lain menetapkan apakah paket merupakan fragment yang terakhir dari rangkaian paket-paket fragment.
Fragment Offset Berukuran 13 bit dan digunakan untuk menggabungkan kembali fragment-
fragment datagram.
Time to Live Field yang menspesifikasi jumlah hop yang dapat dilalui oleh paket. Jumlah
hop ini akan berkurang satu setiap kali paket melintasi router. Ketika mencapai nilai nol, paket akan dibuang.
Protocol Mengindikasi protokol upper-layer mana, seperti TCP atau UDP, yang
menerima paket-paket setelah IP processing selesai dilakukan. Field protocol mempunyai ukuran delapan bit.
Header Checksum Membantu dalam memastikan integritas header IPv4. Field ini berukuran 16
bit. Header checksum memberikan kapabilitas checksum untuk header (pengecekan error).
27
Source Address Menyimpan alamat IP node pengirim. Field source address berukuran 32 bit.
Destination Address Menyimpan alamat IP node tujuan. Field destination address berukuran 32 bit.
Options Memungkinkan IP untuk mendukung bermacam-macam pilihan, seperti
contohnya security.
Padding Bit-bit “0” tambahan yang ditambahkan ke dalam field ini untuk memastikan
header IPv4 tetap berukuran multiple 32 bit.
Data Berisi informasi upper-layer. Panjang variabel sampai dengan 64 Kb.
Gambar 2.12 IPv4 Header
2.6 Pengenalan IPv6 IPv6 dikenal juga dengan Next Generation Internet Protocol atau IPng yang didukung oleh Internet Engineering Task Force (IETF). IPv6 merupakan versi terbaru
28
internet protokol yang bekerja pada layer 3 Seven Layer OSI model yaitu Network Layer atau layer 2 TCP/IP model - Internet Layer, yang didesain selangkah lebih maju untuk menggantikan protokol versi terdahulunya, IPv4. Nama IPv6 merupakan kependekan dari Internet Protocol Version 6, di mana angka 6 menunjukkan nomor versi Internet Protocol (IP). IPv6 dirancang untuk memungkinkan perkembangan internet yang pesat pada jumlah host-host yang terkoneksi dan juga total trafik data (traffic data) yang ditransmisikan.
2.7 Perbedaan Mendasar IPv4 dengan IPv6 Menurut Rahmat Rafiudin (2005, pp11-14), terdapat beberapa perbedaan antara IPv4 dengan IPv6. Perbedaan-perbedaan ini merupakan kelebihan IPv6 dibanding IPv4, di antaranya adalah:
Kemampuan pengalamatan yang lebih tinggi. IPv6 menaikkan ukuran alamat IP dari 32 bit menjadi 128 bit untuk mendukung
lebih banyak level hierarki pengalamatan, node-node yang terhubung, dan lebih sederhananya konfigurasi alamat-alamat secara otomatis.
Penyederhanaan format header. Beberapa field header IPv4 telah dibuang atau dijadikan optional untuk mengurangi
waktu proses paket.
Meningkatkan kemampuan untuk field Extensions dan Options. Perubahan pada cara header IP options dikonversi memungkinkan pengiriman yang
lebih efisien dan lebih fleksibel dalam menambah option-option lain di masa mendatang.
29
Kemampuan Flow Labeling. Kemampuan baru ini ditambahkan untuk memungkinkan pemberian label pada paket
yang dimiliki oleh suatu aliran trafik khusus, di mana pengirim meminta penanganan khusus, seperti non-default Quality of Service atau pelayanan “real-time”.
Autentikasi dan Kemampuan Privasi Terdapat field Extensions untuk mendukung autentikasi, integritas data, dan
(optional) data confidentiality yang dispesifikasikan untuk IPv6.
Meningkatkan pelayanan router discovery dan deteksi “dead router” atau
host/device yang tidak terjangkau pada link.
Memudahkan mengkapsulasi protokol-protokol lain dan menyediakan mekanisme
“congestion control” ketika membawa protokol asing.
2.8 Terminologi IPv6 membuat beberapa penyesuaian pada istilah-istilah yang terdapat dalam IPv4 dan juga memperkenalkan istilah-istilah baru.
Node Sebuah device yang mengimplementasikan IPv6.
Router Sebuah node yang mengirimkan kembali (forward) paket-paket IPv6 yang
tidak secara eksplisit dikirimkan kepadanya.
Host Node yang bukan router.
30
Upper layer Sebuah layer protokol yang berada di atas IPv6 layer protokol. Contoh:
protokol-protokol layer transport TCP/IP model seperti TCP dan UDP, protokol kontrol seperti ICMP, dan protokol routing OSPF serta layer internet atau protokol lower-layer yang dibungkus dalam IPv6 seperti IPX, AppleTalk, atau IPv6 itu sendiri. (Semua contoh layer pada TCP/IP model)
Link Sebuah fasilitas komunikasi atau medium di mana node-node berkomunikasi
di tingkat layer link tepat di bawah layer untuk IPv6 (layer network) pada OSI model. Sebagai contoh: Ethernet, PPP links, X.25, Frame Relay, ATM Networks.
Neighbors Node-node yang terhubung pada link yang sama.
Interface Penghubung node pada sebuah link.
Address Pengenal layer IPv6 untuk sebuah interface atau sekumpulan interface.
Packet Header IPv6 ditambah payload.
Link MTU Maximum Transmission Unit, sebagai contoh: ukuran maksimum paket
dalam octet yang dapat dikirim melalui sebuah link.
Path MTU Minimum link MTU dari semua link dalam path antara node sumber dan node
tujuan. 31
2.9 Spesifikasi IPv6 Berdasarkan
RFC
2460
(ftp://ftp.ipv6.org/pub/rfc/rfc2460.txt),
beberapa
spesifikasi IPv6 akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini.
2.9.1
Struktur Paket IPv6 Struktur paket IPv6 terdiri dari beberapa bagian, yaitu IPv6 header,
Extension header, dan Upper Layer Protocol Data Unit.
Gambar 2.13 Struktur Paket IPv6
IPv6 Header Informasi-informasi seperti IP address pengirim dan IP address penerima
dalam setiap paket data ditempatkan pada bagian header ini – bagian paling depan data bersangkutan. Dengan kata lain, header merupakan bagian inisial sebuah paket data atau frame yang memuat beragam informasi identifikasi; seperti sumber data, tujuan, panjangnya, dan sebagainya (Rafiudin, 2005). IPv6 header menghilangkan beberapa field pada IPv4 yang jarang digunakan dan sekaligus
32
menambah beberapa field baru untuk memberi dukungan performa yang lebih baik untuk trafik-trafik real-time. Ukuran IPv6 header bersifat tetap yaitu 40 byte.
Extension Headers Merupakan header-header tambahan atau perluasan dalam IPv6 paket.
Menurut Rahmat Rafiudin (2005), dalam setiap paket, satu atau lebih Extension Header dapat hadir, namun juga dapat tidak sama sekali serta memiliki panjang yang bervariasi (tidak tetap). Field Next Header yang ada dalam IPv6 Header menunjuk pada Extension Header berikutnya. Dalam setiap Extension Header juga terdapat field Next Header. Header-header extension digunakan untuk memungkinkan IPv6 mendukung berbagai kebutuhan serta kapabilitas tambahan di masa mendatang.
Upper Layer Protocol Data Unit (PDU) PDU biasanya terdiri atas header protokol upper-layer beserta payload-nya
(misalnya pesan-pesan ICMPv6, pesan UDP, atau segmen TCP). Payload paket IPv6 merupakan kombinasi header-header extension IPv6 dan upper-layer PDU (Rafiudin, 2005).
2.9.2
Struktur Header IPv4 dan Header IPv6 Rancangan header IPv6 telah mengalami penambahan dan pengurangan
dari rancangan IPv4 sebelumnya. Perbedaan utama yang dapat dengan cepat ditangkap adalah besarnya ukuran bit untuk Source Address dan Destination Address. Seperti yang telah diketahui sebelumnya, IPv6 memiliki ukuran 128 bit untuk masing-masing source address dan destination address yang berarti empat kali lipat lebih besar ukurannya dari IPv4 (32 bit). 33
Diagram di bawah ini memperlihatkan perbedaan dari header IPv4 dan header IPv6.
IPv4 Header
0 bits
4
Version
8
IHL
16
Type of Service
31
Total Length
Identification Time to Live
24
Flags Protocol
Fragment Offset Header Checksum
Source Address (32 bit) Destination Address (32 bit) Options
Padding
Keterangan Warna: Field yang dihapus atau tidak digunakan lagi dalam IPv6 header. Field yang diganti dalam IPv6 header.
34
IPv6 Header
0 bits
4
Version
12
16
Traffic Class
24
31
Flow Label
Payload Length
Next Header
Hop Limit
Source Address (128 bit)
Destination Address (128 bit) Keterangan Warna: Field baru yang menggantikan salah satu field header IPv4. Field baru header IPv6.
Gambar 2.14 Perbandingan Struktur Header IPv4 dan IPv6
Field-field dalam IPv6 header (Rafiudin, 2005):
Version 4-bit nomor versi Internet Protocol, dalam hal ini nilainya diset ke “6”.
Traffic Class Mengindikasikan kelas prioritas paket dan mempunyai ukuran field 8 bit. Field
ini memberikan fungsionalitas yang sama dengan field Type of Service IPv4.
Flow Label Berukuran 20 bit dan digunakan host pengirim jika meminta penanganan
khusus oleh router-router IPv6 dengan memberi aturan rangkaian paket-paket.
35
Field ini berperan dalam koneksi non-default Quality of Service, seperti data-data real-time.
Payload Length Berisi 16-bit unsigned integer yang mengindikasikan panjang IPv6 payload.
Payload adalah keseluruhan paket IPv6 selain IPv6 header dan direpresentasikan dengan bilangan oktet.
Next Header 8-bit yang mengidentifikasi tipe header berikutnya yang mengikuti IPv6
header utama.
Hop Limit 8-bit unsigned integer yang nilainya dikurangi satu setiap melewati node yang
meneruskan paket. Jika nilai hop limit mencapai angka nol, maka paket akan dibuang.
Source Address Menyimpan IP address host pengirim. Field berukuran 128 bit.
Destination Address Menyimpan IP address host penerima. Field berukuran 128 bit.
2.9.3
Header-header Extension IPv6 Header Extension dalam IPv6 merupakan header-header tambahan yang
berguna untuk menangani data-data opsional dan data ekstra yang ditemukan dalam paket IPv4. Header-header tambahan ini dapat dirantaikan berurutan dengan menggunakan field Next Header.
36
Berdasarkan dokumen RFC 2460, terdapat tujuh header extension yang harus didukung oleh node-node IPv6: a. Hop-by-Hop Options Header Dalam IPv6, hanya node tujuan saja yang memproses header-header extension. Tetapi header ini dapat menetapkan proses atau parameterparameter yang harus dibentuk setiap kali paket berjalan melintasi routerrouter di sepanjang path ke tujuan sehingga router-router juga dapat memproses header extension (Rafiudin, 2005).
b. Destination Options Header Menurut Rahmat Rafiudin (2005, pp36), header Destinations Options bekerja dalam dua cara:
Jika header Routing ada, maka header Destination Options akan menetapkan option-option pengantaran atau pemrosesan pada masingmasing node perantara.
Header
Destination
Option
akan
menetapkan
option-option
pengantaran atau pemrosesan pada node tujuan akhir. Header Destination Options digunakan untuk membawa informasi yang bersifat optional yang bisa diperiksa hanya oleh node tujuan.
c. Routing Header Header Routing digunakan untuk menetapkan node-node perantara paket untuk mencapai node akhir, biasa disebut path routing (Rafiudin, 2005). 37
d. Fragment Header Berperan dalam fragmentasi dan reassembly paket IPv6, yaitu pada saat ukuran paket lebih besar dari Path MTU (Maximum Transmission Unit (Rafiudin, 2005).
e. Authentication Header Header
Authentication
memberi
layanan
autentikasi
data
(memverifikasi node pengirim paket), integritas data (meyakinkan data tidak termodifikasi selama transit), juga proyeksi anti-replay (menjamin bahwa paket-paket yang ditangkap tidak ditransmisikan dan diakui sebagai data valid) (Rahmat Rafiudin, 2005). Header ini merupakan bagian dari Security Architecture untuk Internet Protocol. Akan tetapi, header extension Authentication tidak memberikan layanan kerahasiaan data seperti halnya pada enkripsi. Untuk mendapatkan layanan enkripsi, Authentication digunakan dengan header Encapsulating Security Payload (ESP).
f. Encapsulating Security Payload Header (ESP) dan Trailer Menurut Rahmat Rafiudin (2005, pp41), header ESP dan Trailer menawarkan kemampuan kerahasiaan data, autentikasi data, dan integritas data untuk payload paket terenkapsulasi.
38
g. No Next Header Nilai “59” dalam field Next Header dari header sebelumnya mengindikasikan bahwa tidak ada header lagi.
2.10 Pengalamatan dalam IPv6 Spesifikasi yang mendefinisikan arsitektur pengalamatan IPv6 dicatat dalam RFC-2373 (http://www.faqs.org/rfcs/rfc2373.html). RFC-2373 juga mendeskripsikan format address untuk IPv6. Ada tiga tipe alamat (RFC-2373):
Unicast Identifier untuk satu single interface. Paket yang ditujukan ke alamat unicast
dikirim ke interface yang diidentifikasikan oleh alamat tersebut.
Anycast Identifier untuk satu set interface (biasanya milik bermacam-macam node yang
berbeda). Paket yang ditujukan ke alamat anycast dikirim ke salah satu interface yang diidentifikasikan oleh alamat tersebut (interface yang paling dekat berdasarkan pada perhitungan jarak protocol routing).
Multicast Identifier untuk satu set interface (biasanya milik bermacam-macam node yang
berbeda). Paket yang ditujukan ke alamat multicast dikirim ke semua interface yang diidentifikasikan oleh alamat tersebut.
39
2.10.1 Representasi Alamat IPv6 Menurut dokumen RFC-2373 (http://www.faqs.org/rfcs/rfc2373.html), terdapat tiga bentuk konvensional untuk merepresentasikan alamat-alamat IPv6 sebagai text strings: 1. Bentuk yang umum adalah x:x:x:x:x:x:x:x, di mana “x” adalah nilai hexadecimal dari tiap delapan bagian yang berukuran 16 bit pada alamat IPv6. Contoh: FEDC:BA98:7654:3210:FEDC:BA98:7654:3210 1080:0:0:0:8:800:200C:417A Tidak perlu menuliskan angka nol di depan pada setiap field, tetapi harus ada minimal satu angka dalam tiap field (kecuali untuk kasus yang akan dijelaskan di nomor dua).
2. Karena beberapa metode untuk mengalokasikan beberapa tipe alamat IPv6, sangatlah umum bagi alamat-alamat untuk berisikan banyak bit-bit nol. Untuk membuat penulisan alamat yang mengandung banyak nol lebih mudah, dapat digunakan sintaks khusus untuk mengkompres string nol. Penggunaan “::” (double colon) mengindikasikan group-group 16 bit berisi string nol. Tanda double colon hanya dapat muncul sekali dalam sebuah alamat. Contoh: 1080:0:0:0:8:800:200C:417A
alamat unicast
FF01:0:0:0:0:0:0:0101
alamat multicast
0:0:0:0:0:0:0:1
alamat loopback
0:0:0:0:0:0:0:0
alamat tidak dispesifikasi 40
Dapat direpresentasikan dengan: 1080::8:800:200C:417A
alamat unicast
FF01::101
alamat multicast
::1
alamat loopback
::
alamat tidak dispesifikasi
3. Bentuk alternatif yang terkadang lebih tepat dan gampang digunakan ketika berurusan dengan gabungan jaringan yang terdiri atas node-node IPv4 dan IPv6 adalah x:x:x:x:x:x:d.d.d.d, di mana “x” adalah nilai hexadecimal dari tiap enam bagian pertama yang berukuran 16 bit pada alamat IPv6, dan “d” adalah nilai desimal dari tiap empat field yang berukuran 8 bit pada alamat IPv4. Contoh: 0:0:0:0:0:0:13.1.68.3 0:0:0:0:0:FFFF:129.144.52.38 Setelah dikompres: ::13.1.68.3 ::FFFF:129.144.52.38
2.10.2 IPv6 Prefixes (Netmask) Netmask dalam IPv6 hampir sama dengan netmask IPv4. Tetapi yang menjadi perbedaannya adalah format IPv6 direpresentasikan dalam notasi CIDR. a. Notasi Classless Inter-Domain Routing (CIDR) CIDR mengekspresikan sebuah id network diikuti representasi desimal jumlah bit yang terdapat dalam porsi NETWORK (Rahmat Rafiudin, 2005). 41
b. Netmask-netmask IPv6 Netmask atau yang biasa disebut subnet mask memberikan informasi yang diperlukan oleh router untuk menentukan pada network dan subnet mana sebuah host tertentu berada (The Cisco Certified Network Associate Curriculum, 2004). Istilah subnet mask ini tidak digunakan lagi dalam IPv6, melainkan hanya prefix-length. Format sebuah IPv6 prefix: IPv6-address/prefix-length Contoh: IP
: 3ffe:ffff:0100:f101:0210:a4ff:fee3:9566
Mask
: ffff:ffff:ffff:ffff:0000:0000:0000:0000
Network
: 3ffe:ffff:1011:f101:0000:0000:0000:0000
CIDR
: 3ffe:ffff:1011:f101::/64
64 dianggarkan untuk porsi network, dan 64 bit untuk porsi host. Mask 64 bit direpresentasikan dengan “/64”.
2.10.3 Unicast Address Unicast
address
dibagi
menjadi
beberapa
(http://www.certmag.com/bookshelf/208_IPv6_04.pdf ), yaitu:
Aggregatable Global Unicast Address
Loopback Address
Unspesified Address
Interface Identifier
Local-use Unicast Address 42
format
1. Aggregatable Global Unicast Address Format alamat ini digunakan untuk merepresentasikan struktur bertingkat untuk pengalokasian IPv6 address space. Struktur alamat ini dibagi menjadi enam komponen terpisah, seperti yang bisa dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 2.16 Format Alamat Global Unicast
Format Prefix Mempunyai ukuran tetap 3 bit yang selalu diset ke “001”. Tiga bit
awal ini digunakan sebagai tanda bahwa alamat yang digunakan adalah alamat Global Unicast. Menggunakan tiga bit pertama alamat sebagai untuk membedakan alamat akan lebih efisien daripada menaruhnya di dalam paket. Dengan cara ini, bit-bit pada paket tida akan terbuang dan dapat digunakan untuk fitur-fitur tambahan lain yang berguna.
Top-Level Aggregation Identifier (TLA ID)
Mempunyai ukuran 13 bit yang menyediakan alamat sebanyak 8.192 pada tingkat TLA. Alamat ini akan dialokasikan untuk TLA (provider utama) masing-masing satu buah alamat.
Reserved (RES)
Delapan bit yang disimpan dan tidak digunakan untuk sementara waktu. 43
Next-Level Aggregation Identifier (NLA ID)
NLA dikenal juga dengan Internet Service Provider (ISP). NLA ID mempunyai ukuran 24 bit. ISP menerima NLA ID dari TLA untuk kemudian dibagi lagi kepada para customer-nya.
Site-Level Aggregation Identifier (SLA ID)
SLA dapat berupa ISP kecil yang tidak mempunyai ISP lain dibawahnya. Dengan demikian, address space yang dialokasikan kepada sebuah SLA tidak dibagi lagi kepada ISP lain, melainkan digunakan sendiri.
Interface Identifier (Interface ID)
64 bit terakhir digunakan sebagai Interface Identifier, yang juga dikenal sebagai host ID pada IPv4.
Dokumen
RFC
2374
((http://www.faqs.org/rfcs/rfc2374.html)
mengorganisasikan IPv6 address space ke dalam hirarki topologi. PF, TLA ID, RES dan NLA ID membentuk public topology, yaitu ISP-ISP yang memberikan layanan akses Internet IPv6. Sedangkan 16 bit berikutnya merupakan site topology yang berupa koleksi subnet-subnet dalam sebuah site organisasi, dan yang terakhir adalah interface topology.
44
Gambar 2.17 Hirarki Topologi Alamat Unicast
2. Loopback Address Node IPv6 menggunakan loopback address untuk mengirim paket ke dirinya sendiri dan tidak dapat digunakan sebagai alamat sumber untuk paket yang dikirimkan ke luar node. Loopback address dinotasikan dengan “0:0:0:0:0:0:0:1” atau “::1”.
3. Unspesified Address Alamat “0:0:0:0:0:0:0:0” disebut Unspesified Address dan tidak pernah digunakan sebagai alamat sumber dari suatu node, kecuali jika node tersebut belum mempunyai address IPv6 tetap.
4. Interface Identifier Digunakan untuk mengidentifikasi interface tertentu dalam sebuah jaringan.
45
5. Local-use Unicast Address Ada dua tipe Local-use Unicast Address dalam IPv6 address space (Rafiudin, 2005):
Link-local address (digunakan dalam satu link)
Site-local address (digunakan dalam sebuah site) Link-local address digunakan node-node untuk berkomunikasi dengan
node-node yang bersebelahan pada satu link yang sama. Oleh karena itu, link-local address dibutuhkan dalam proses Neighbor Discovery dan Internal Routing. Prefix untuk link-local address selalu FE80::/64.
Gambar 2.18 Format Link-local Unicast Address
Site-local address adalah alamat yang dapat dirutekan di dalam site saja. Host-host yang dikonfigurasi dengan site-local address dapat berkomunikasi dengan host-host lain yang berada dalam satu site dan yang tidak menggunakan global unicast prefix. Alamat-alamat Site-local tidak dapat dicapai dari site-site lainnya dan router-router harus tidak mem-forward paket-paket Site-local keluar dari site yang bersangkutan.
46
Gambar 2.19 Format Site-local Address
2.10.4 Multicast Address Alamat multicast selalu men-set 8 bit pertama alamat ke “11111111”. Oleh karena itu, alamat ini berawalan “FF”. Alamat multicast digunakan untuk mengirimkan paket dari satu sumber ke banyak node tujuan dan alamat ini tidak dapat digunakan sebagai alamat sumber atau alamat tujuan perantara dalam header-header Routing.
Gambar 2.20 Struktur Alamat Multicast
•
Flags Ukuran field sebesar empat bit. Tiga bit pertama diset ke nol, sedangkan bit
terakhir dapat diset “0” atau ‘1”. Bit terakhir yang diset “0” mengindikasikan bahwa alamat multicast bersifat permanen, sedangkan jika bit terakhir diset “1” berarti alamat multicast tidak bersifat permanen. •
Scope Field ini juga mempunyai ukuran empat bit yang mengindikasikan cakupan
atau “scope” grup tujuan multicast. Router-router menggunakan informasi “scope” multicast untuk menetapkan apakah paket multicast dapat di-forward. Contoh: Jika
47
field Scope diset ke “2”, maka router IPv6 tidak akan mem-forward paket tersebut, karena nilai “2” mengindikasikan Link-local Scope. •
Group ID Mengidentifikasi alamat-alamat multicast sebagai permanen atau tidak
permanent di dalam sebuah scope. Size field ini sebesar 112 bit.
Alamat Solicited-Node Alamat ini memfasilitasi query-query yang efisien atas node-node jaringan selama resolusi address (Rafiudin, 2005, p68). IPv6 menggunakan Neighbor Solicitation dalam membentuk resolusi address ini, berbeda dengan IPv4 yang mengirim ARP Request ke MAC-level secara broadcast yang akan mengganggu node-node dalam segmen jaringan tersebut, termasuk node-node yang tidak menjalankan IPv4. Format
alamat
multicast
Solicited-node
terdiri
atas
prefix
FF02::1:FF00:0/104 dan 24-bit terakhir alamat IPv6 yang akan dipecahkan.
64 bits
64 bits
Unicast Prefix
Interface ID
24 bits
FF02:
0:0:0:0
Gambar 2.21 Alamat Solicited-Node
48
:1:FF
2.10.5 Anicast Address Alamat-alamat anycast pada dasarnya dialokasikan dari spasi alamat unicast dan menggunakan format alamat unicast yang diberikan. Jika sebuah alamat unicast ditujukan ke lebih dari satu interface, secara otomatis alamat tersebut akan menjadi alamat anycast. Alamat anycast untuk router disebut Subnet-Router Anycast Address. Semua router harus mendukung alamat anycast untuk interface-interface-nya yang dikonfigurasi sebagai subnet-subnet. Ada dua macam reserved anycast address yang formatnya bergantung pada tipe alamat IPv6 yang dikonfigur. Format ini ditentukan oleh format prefix. Jika tiga bit pertama adalah “000”, maka interface ID dapat mempunyai ukuran bebas tergantung subnet prefix. Sebaliknya, jika tiga bit pertama bernilai antara “001”-“111”, maka interface ID harus berukuran 64 bit.
Gambar 2.22 Alamat Anycast dengan Format EUI-64 untuk Interface ID
Gambar 2.23 Alamat Anycast dengan Format Non-EUI-64
49
Untuk alamat anycast dengan format EUI-64, bit Universal/Local harus diset ke “0”. Bit U/L mengindikasikan apakah alamat bersifat universal atau local dalam pengadministrasiannya. Jika bit U/L diset ke “0”, alamat diadministrasi oleh IEEE, sebaliknya jika diset ke “1”, alamat diadministrasi oleh administrator lokal. Berikut adalah ringkasan alamat-alamat yang diperlukan agar IPv6 dapat beroperasi di antara host dan router. Host-host yang mengimplementasikan IPv6 harus dapat mengenali alamat-alamat: •
Unicast address
•
Loopback address
•
Link-local address
•
All-nodes multicast address
•
Solicited-node multicast address untuk setiap alamat unicast dan anycast
yang terkonfigur dalam masing-masing interface. •
Multicast address dari group-group yang bergabung dalam setiap interface
Router-router harus dapat mengenali semua alamat yang harus dikenal oleh host, ditambah alamat-alamat di bawah ini: •
Subnet Router Anycast address untuk setiap subnet yang di-advertise oleh
router tersebut. •
Semua alamat multicast router
•
Anycast address
50
2.11
Metode Translasi Ada tiga macam metode migrasi dari IPv4 ke IPv6, yaitu dual stack, tunneling,
dan translasi protokol. Penelitian ini hanya melingkupi dual stack dan tunneling.
2.11.1 Dual Stack Dengan mekanisme ini memungkinkan baik protokol IPv4 maupun IPv6 ada dalam device dan network yang sama. Host yang menggunakan dual stack memiliki alamat IPv4 dan alamat IPv6 sehingga dapat dijangkau oleh host-host IPv4 dan host-host IPv6. Aplikasi upper layer IPv6 atau IPv4 memilih alamat mana yang akan digunakan tergantung pada node mana yang ingin menggunakan aplikasi tersebut, apakah node IPv4 atau node IPv6.
Gambar 2.24 Dual Stack
Routing table IPv6 memiliki infrastruktur routing yang sama dengan IPv4. Koeksistensi IPv6 dengan menggunakan cara dualstack relatif lebih mudah
51
dibanding cara koeksistensi lainnya, karena bagi administrator jaringan yang tentu saja telah mengerti bagaimana mengkonfigurasi IPv4 pada sebuah networking device, menambahkan satu protokol dan mengkonfigurasinya tentu saja akan lebih mudah. Logika routing table pada sebuah network adalah sama, baik untuk protokol IPv4 maupun IPv6. Perbedaan di antara keduanya hanya sebatas perbedaan pada command, sama seperti perbedaan command untuk setiap platform Operating System yang berbeda di dalam networking device. Oleh karena itu, waktu yang dibutuhkan untuk mengkonfigurasi IPv4 relatif lebih singkat, hanya untuk mempelajari command-command IPv6 baru. Selain itu, bagi praktisi jaringan, dual stack dipandang lebih memberikan jaminan network tetap berjalan. Jika konfigurasi IPv6 gagal, network di mana protokol IPv6 dikonfigurasi tidak akan berhenti total dan tidak harus menunggu sampai konfigurasi IPv6 sukses.
Dengan adanya konfigurasi routing IPv4,
network tetap akan bisa berfungsi menggunakan protokol IPv4.
2.11.2 Tunneling Tunneling merupakan suatu cara dimana paket-paket IPv6 akan dienkapsulasi dengan menggunakan header dari IPv4. Dengan mengenkapsulasi paket IPv6 di dalam header paket IPv4, paket-paket data dari jaringan atau node IPv6 bisa dikirimkan melintasi jaringan IPv4. Dengan cara ini, node-node IPv6 tidak bisa menggunakan aplikasi IPv4 pada jaringan IPv4 dan terbatas hanya pada aplikasi IPv6 pada end point/end tunnel. Router atau host di tiap ujung tunnel harus mempunyai satu alamat IPv4.
52
Gambar di bawah menunjukkan struktur paket yang digunakan dalam mekanisme tunneling (Rafiudin, 2005).
Gambar 2.25 Struktur Header Paket 6to4 Tunneling
Dalam tunneling, ada dua macam tunnel, yaitu static tunnel dan dynamic tunnel. Static tunnel harus dikonfigurasikan secara manual, dan tidak membutuhkan IP address yang khusus, sedangkan dynamic tunnel tidak perlu dikonfigurasikan secara khusus, dan memerlukan IP address yang khusus, misalnya: IPv6 mapped IPv4 address, 6to4 address, Isatap address, dan Teredo address. Static tunnel digunakan antara lain untuk permanen link dari IPv6 intranet melalui backbone IPv4, dan link dari IPv6 intranet ke IPv6 provider. Tunnel End Point dari cara ini, secara manual dikonfigurasikan oleh administrator dan memiliki konfigurasi yang tetap. Dengan cara ini, node-node IPv6 dalam jaringan tersebut tidak mengetahui akan keberadaan tunnel tersebut.
53
Secara umum, infrastruktur tunneling meliputi: Router-ke-Router, Hostke-Router/Router-ke-Host, dan Host-ke-Host. Infrastruktur ini bisa dilihat pada gambar 2.26.
Gambar 2.26 Tunneling
Pada pembahasan selanjutnya, hanya akan diuji atau dibahas konfigurasi tunneling Router-ke-Router dengan menggunakan mekanisme tunneling 6to4. Konfigurasi Router-ke-Router sesuai dengan namanya, menghubungkan dua router dual stack (IPv6/IPv4) melalui infrastruktur IPv4. Tunnel yang terbentuk di antara endpoint-endpoint, yang dalam hal ini adalah interface router yang terhubung ke jaringan luar, berfungsi sebagai hop tunggal. 54
Contoh dari Router-ke-Router tunneling menurut Rahmat Rafiudin (2005, pp103) adalah: jaringan IPv6 yang melakukan tunneling melintasi infrastruktur IPv4 untuk mencapai IPv6 Internet, dua domain routing IPv6 yang melakukan tunneling melalui IPv4 Internet, dan router 6to4 yang melakukan tunneling melalui IPv4 Internet untuk mencapai router 6to4 lainnya.
2.11.3 Tunneling 6to4 Tunnel endpoint (host atau device networking yang berhubungan langsung dengan jaringan IPv4) harus merupakan node dualstack, yakni memiliki baik protokol IPv4 maupun IPv6. Node yang merupakan tunnel endpoint harus memiliki alamat IPv4, karena alamat IPv4 tersebut merupakan alamat endpoint bagi tunnel yang akan dibentuk di antara kedua tunnel endpoint (node dualstack). Metode tunneling 6to4 memerlukan alamat khusus 6to4 selain kedua alamat global IPv4 endpoint tunnel. Alamat 6to4 menggunakan prefix address global: 2002:wwxx:yyzz::/48 di mana wwxx:yyzz adalah representasi colon-hexadecimal alamat publik IPv4 (w.x.y.z) yang ditetapkan untuk sebuah host (Rafiudin, 2005). Format alamat 6to4:
55
Gambar 2.27 Format Alamat 6to4
Di samping memiliki kelebihan dapat menghubungkan dua jaringan IPv6 yang terisolasi melalui infrastruktur IPv4, metode tunneling 6to4 juga memiliki kekurangan. Karena metode 6to4 memerlukan alamat IPv4 router/node endpoint, maka 6to4 bergantung pada alamat IPv4 tersebut agar koneksi tetap terjaga. Jika router endpoint mengganti alamat IPv4-nya, maka keseluruhan alamat 6to4 internal network juga harus diganti dan disesuaikan dengan alamat IPv4 router endpoint
yang
baru
(www.usipv6.com/ppt/
MarcBlanchet.pdf).
56
TransitionMechanisms-