BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Tinjauan Umum
2.1.1 Pengertian Integrasi Integrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pembauran hingga menjadi satu kesatuan yang bulat. Pembauran berasal dari kata baur yang berarti campur, jadi membaur menurut KBBI adalah masuk ke dalam sehingga serupa dengan yang dimasuki.
Gambar 1 Jenis Integrasi Sumber: data pribadi
2.1.2 Pengertian Ruang Menurut KBBI, ruang mempunyai beberapa arti, yaitu: 1.
Sela-sela antara dua atau empat deret tiang
2.
Rongga yang berbatas atau terlingkung oleh bidang
3.
Rongga yang tidak berbatas, tempat segala sesuatu yang ada Kesimpulannya ruang adalah sebuh rongga yang berada di antara sela-sela sebuah
bidang baik yang terlihat maupun tidak. Ruang dapat didefinisikan menjadi dua tipe, yaitu ruang luar dan ruang dalam. 1.
Ruang luar adalah sebuah ruang yang terbentuk oleh batas horizontal bawah (bentang alam) dan batas vertikal (massa bangunan atau vegetasi). 9
10 2.
Ruang dalam adalah daerah 3 dimensi dimana objek dan peristiwa berada. Ruang memiliki posisi serta arah yang relatif. Terutama jika satu bagian dirancang untuk tujuan tertentu.
2.1.3 Pengertian Alam Beberapa pengertian alam: 1.
Alam merupakan segala sesuatu yang ada di langit dan bumi (Kamus Besar Bahasa Indonesia; Kamus Besar Bahasa Indonesia)
2.
Alam merupakan terjemahan dari kata “nature” dalam Bahasa Inggris yang secara harafiah berarti kelahiran. Pada saat ini,alam sering mengacu pada kondisi geologi dan kehidupan liar. (Wikipedia, 2014) Disimpulkan bahwa alam merupakan sebuah ruang yang melahirkan atau
menciptakan benda-benda yang ada di bumi maupun langit (angkasa).
2.1.4 Taman Kanak-kanak Beberapa pengertian Taman Kanak-kanak: 1.
Taman Kanak-kanak adalah jenjang pendidikan anak usia dini (yakni usia 6 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal. Kurikulum TK ditekankan pada pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. (Wikipedia, 2014)
2.
Taman Kanak-kanak adalah jenjang pendidikan prasekolah untuk kanak-kanak yang berusia 3-6 tahun. (Kamus Besar Bahasa Indonesia; Kamus Besar Bahasa Indonesia)
3.
Taman kanak-kanak adalah pendidikan prasekolah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990; http://www.kswa.com/work/loft/) Disimpulkan dari tidak pengertian di atas, Taman Kanak-kanak (TK) adalah
jenjang pendidikan prasekolah yang ditujukan untuk anak yang berusia 3-6 tahun dan
11 ditujukan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani anak. Adapun tujuan khusus Taman Kanak-kanak menurut Profil Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Indonesia, yaitu: 1.
Menciptakan ruang belajar yang menumbuhkan kreativitas
2.
Menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan bagi anak agar mampu mengungkapkan pendapat, pikiran dan tindakannya namun tetap dalam batas wajar (rasa apresiatif)
3.
Menciptakan lingkungan belajar yang aman
4.
Menciptakan lingkungan belajar yang mendukung terjadinya proses sosialisasi
5.
Menciptakan lingkungan belajar yang menumbuhkan pikiran yang imajinatif bagi anak Peraturan Pemerintah Indonesia dalam mengatur standarisasi bangunan Taman
Kanak-kanak di Indonesia diatur dalam NSPK Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Kanak-kanak yang dikeluarkan oleh Depdikbud dan Depsiknas Indonesia. Namun NSPK tersebut hanya menuliskan tentang kebutuhan-kebutuhan dasar ruang tanpa menuliskan aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan dalam merancang sebuah Taman Kanak-kanak di Jakarta. Beberapa persyaratan sarana dan prasarana yang diatur dalam NSPK seperti: 1.
Luas lahan sekurang-kurangnya 300 m2
2.
Memiliki ruang bermain/ ruang belajar dengan rasio sekurang-kurangnya 3 m2 per anak, baik di dalam ataupun di luar ruangan
3.
Memiliki ruang kepala sekolah, guru, layanan kesehatan, toilet dengan air bersih, dan ruang lainnya yang relevan dengan kebutuhan anak
4.
Memiliki perabot, alat peraga dan alat permainan di luar dan di dalam ruangan
5.
Memiliki tempat untuk memajang hasil karya anak yang ditata sejajar dengan pandangan anak, leluasa, tidak terlalu penuh dengan alat permainan (masih ada ruang kosong untuk gerak anak)
6.
Penataan ruangan sesuai fungsinya, berikut perabot yang bersih dan terawat
7.
Bangunan gedung sekurang-kurangnya memiliki:
12
Gambar 2 Standar Ruang TK di Indonesia Sumber: Petujunjuk Teknis Taman Kanak-kanak 2013
Untuk mendukung perkembangan psikologis anak, pemerintah Indonesia juga menetapkan standar permainan edukasi yang harus ada di setiap fasilitas PAUD yang dibagi sesuai golongan usia.
Gambar 3 Tabel Daftar Permainan Outdoor untuk Usia 2-6 Tahun Sumber: Petunjuk Teknis Alat Permainan Edukatif
Selain itu menurut Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dalam menudkung lingkungan bermain yang ramah anak di Indonesia harus ada
13 beberapa permainan seperti balok geometri, boneka, jam, menara cincin, segitiga dan kotak, donat hitung dan alat musik untuk mendukung kreatifitas anak. Dalam kurikulum pembelajaran, Petunjuk Teknis TK 2013 juga mengatur perbandingan antara guru dan murid untuk pendidikan formal usia 4-6 tahun adalah 1: 20, sedangkan untuk usia 3-4 tahun adalah 1:10. Selain itu lama waktu per sesi untuk anak-anak juga dibedakan sesuai golongan usia. Untuk anak usia 2-4 tahun, saru kali pertemuan dilakukan selama 180 menit dan untuk usia 4-6 tahun adalah 150-180 menit dengan masing-masing materi pembelajarann selama 30 menit. Kurikulum yang merupakan tulang belakang pembelajarann setiap lembaga pendidikan menjadi penentu kegiatan dan aktivitas dalam pembelajarann, contoh kurikulum yang digunakan Pemerintah Amerika dalam pendidikan Taman Kanak-kanak adalah: Tabel 1 Kurikulum Pendidikan Taman Kanak-kanak Amerika
Daily Physical Activity participate in physical activities for a minimum of 30 minutes during each school day participate in a range of endurance activities participate in a range of strength activities participate in a range of flexibility activities English Language Arts Oral Language Learning and Extending Thinking: 1. use speaking and listening when engaging in exploratory and imaginative play to - express themselves - ask for assistance - exchange ideas - experiment with new ideas or materials 2. engage in speaking and listening activities to share ideas about pictures, stories, information text, and experiences 3. demonstrate use of social language to interact co-operatively with others and to solve problems 4. demonstrate being a good listener for a sustained period of time 5. demonstrate being a good speaker (including sustaining conversation on a familiar topic) 6. use oral language to explain, inquire, and compare 7. experiment with language and demonstrate enhanced vocabulary usage 8. connect what is already known with new experiences during speaking and listening activities 9. ask questions to construct and clarify meaning 10. use meaningful syntax when speaking (e.g., include a subject and verb, and simple connecting words when needed) 11. speak clearly enough to be understood by peers and adults 12. demonstrate auditory discrimination and orally manipulate sounds in words (i.e., use phonological awareness) Learning Reading (and Viewing) and Extending Thinking 1. demonstrate awareness of the connection between reading, writing, and oral language 2. respond to literature through a variety of activities (e.g., role playing, art, music, choral reading, talking) 3. engage in reading or
14 reading-like behavior 4. in discussions, use strategies before reading and viewing to enhance comprehension, including – accessing prior knowledge – predicting – making connections – asking questions 5. in discussions, use strategies during reading and viewing to monitor comprehension, including – predicting and confirming unknown words and events by using language patterns and pictures – making pictures in their heads (visualizing) – asking the question, “Does that make sense?” 6. engage in discussions and create representations after reading and viewing to reflect on the text to confirm meaning 7. demonstrate understanding of concepts about print and concepts about books (e.g., there is a directionality to print; books are for reading) 8. identify most of the letters of the alphabet and their sounds, and a few high-frequency words, including their name and names of significant others Learning writing (and presenting) and Extended Thinking 1. create simple messages using a combination of pictures, symbols, letters, and words to convey meaning 2. recognize that writing can be “talk written down” and that print carries a constant message 3. show an interest in, and a positive attitude toward, writing and representing 4. engage in discussions before writing and representing to generate ideas when responding to text and classroom experiences (e.g., observing, listening, using the other senses, drawing, brainstorming, listing, webbing, partner-talk) 5. express meaning during writing and representing by using invented spelling and copying existing words/representations 6. engage in discussions after writing or representing about the experience of writing or representing and share work with others 7. print most of the letters of the alphabet, own name, and a few simple words, and record a prominent sound in a word Arts Education Dance Creating Dance Elements of Dance Context Presenting and 1. move expressively 1. move safely in both 1. participate in Perfroming to a variety of personal space and dance activities 1. demonstrate sounds and music general space for a variety of willingness to 2. create movements during dance purposes perform dance 2. demonstrate that represent activities characters, themes, 2. move in a variety of appropriate and topics levels, pathways, performance skills in dance settings and directions, using a variety of body shapes 3. move in time to a steady beat Drama Exploring and Creating Drama Forms, Context Presenting and 1. demonstrate Strategies and Skills 1. participate in Perfroming engagement in 1. use voice in a drama activities 1. participate in and drama activities variety of ways to from a variety of share drama work 2. explore and imagine explore ideas and contexts 2. respond to a stories by taking on feelings drama
15 roles 3. demonstrate willingness to participate and cooperate in drama activities
Music Exploring and Creating 1. sing and play classroom repertoire 2. represent personal thoughts, images, and feelings experienced in classroom repertoire 3. create sounds to accompany stories, nursery rhymes, or songs
Visual Arts Creative Process 1. use imagination, observation, and stories to create images 2. create images using the imagedevelopment strategy of elaboration that feature colour, line, or shape that use the principle of pattern 3. experiment with a variety of materials, technologies, and processes to make images 4. create 2-D and 3-D images - that represent ideas and concept - in response to experiences - in response to objects and other images
2. use movement and their bodies to explore ideas and feelings 3. move safely in both personal and general space while creating drama
presentation
Elements and Skills 1. respond to beat in music 2. demonstrate rhythmic patterns from classroom repertoire 3. sing short melodies 4. distinguish one melody from another 5. use voice or instruments to explore elements of expression
Context 1. participate in music activities from a variety of historical, cultural, and social contexts
Presenting and Perfroming 1. demonstrate appropriate performance skills in music settings 2. respond to a music work
Skills and strategies 1. identify and apply - the imagedevelopment strategy of elaboration - the visual elements of colour, shape, and line - the principle of pattern 2. identify and apply a variety of materials, technologies, and processes to create images
Context 1. describe various purposes of visual arts
Presenting and Perfroming 1. respond to artworks
Health and Career Education Goals and Decisions 1. identify opportunities to make choices 2. identify sources of support and assistance for children at school Career Development
16 1. 2.
identify their personal skills and interests (e.g., things they are good at, things they like to do) identify a variety of jobs and responsibilities they have at home and at school (e.g., clean up toys, obey playground rules)
Health Healthy Living 1. identify practices that contribute to health, including healthy eating, regular physical activity, emotional health practices, and disease prevention practices
Healthy Relationships 1. identify thoughtful, caring behaviours in families (e.g., nurture, guidance, love) 2. demonstrate an understandin g of appropriate ways to express feelings 3. differentiate between positive and negative behaviours in relationships
Safety and Injury Prevention 1. use appropriate terminology to identify female and male privat body parts 2. differentiate between appropriate and inappropriate ways of being touched (e.g., appropriate – touches that feel welcome and safe, medical checkups; inappropriate – touches that hurt, touches to privat parts) 3. identify ways to respond to inappropriate touches and confusing or uncomfortable situations, including - saying “no” or “stop” - calling out for help and - getting away if possible - telling a trusted adult and continuing to tell until someone listens and takes action - not keeping a secret about the situation even if someone asks you to 4. identify ways to avoid hazards and potentially dangerous situations in the home, at school, on the road, and in the community 5. demonstrate an ability to access emergency services (e.g., fire, police, ambulance) Mathematics
Substance Missuse Prevention 1.differentiate between safe and unsafe substances in terms of their potential to benefit or harm the body (e.g., prescription medicine can benefit the body if used properly, any unknown substance can be dangerous)
Number 1. say the number sequence by 1s starting anywhere from 1 to 10 and from 10 to 1 2. recognize, at a glance, and name familiar arrangements of 1 to 5 objects or dots 3. relate a numeral, 1 to 10, to its respective quantity 4. represent and describe numbers 2 to 10, concretely and pictorially 5. compare quantities, 1 to 10, using one-to-one correspondence Patterns and Relations 1. demonstrate an understanding of repeating patterns (two or three elements) by identifying reproducing extending creating - patterns, using manipulatives, sounds, and actions Shape and Space (measurement) 1. use direct comparison to compare two objects based on a single attribute such as length (height), mass (weight), and volume (capacity) Shape and Space (2D shapes and 3D objects) 2. sort 3-D objects using a single attribute 3. build and describe 3-D objects Physical Education Knowledge Participations 1. identify benefits of regular participation in 1. participate daily (e.g., five times a week) in physical activity (e.g., it’s fun, it helps them moderate to vigorous physical activities
17 grow strong, it keeps the heart healthy) identify physical activities they enjoy doing identify the importance of food as fuel for physical activity Movement Skill 1. perform movements in personal space while maintaining kontrol 2. use their bodies to create shapes (e.g., by bending, curling, pulling, pushing, stretching, swinging, and/or twisting) 3. demonstrate proper technique for performing specific locomotor movement skills including but not limited to the following: - walk - run - jump or hop - body roll (e.g., log roll, shoulder roll) 4. demonstrate proper technique for performing specific manipulative movement skills including but not limited to the following: - roll or slide an object toward a target - carry an object - two-handed throw of an object underhand toward a target Safety, fair play and leadership 1. identify safety guidelines for participating in physical activity (e.g., follow instructions, stay within boundaries, use equipment only with supervision 2. follow rules and directions when participating in physical activities (e.g., stop on signal, listen to instructions before beginning activity) 3. work co-operatively with peers during physical activity (e.g., respecting others’ personal space, not pushing or shoving) Science Process of Science 1. use the five senses to make observations 2. share with others information obtained by observing Life Science: characteristics of living things 1. describe features of lokal plants and animals (e.g., colour, shape, size, texture) 2. compare lokal plants 3. compare common animals Physical Science: properties of objects and materials 1. describe properties of materials, including colour, shape, texture, size, and weight 2. identify materials that make up familiar objects 3. describe ways to rethink, refuse, reduce, reuse, and recycle Earth and Space Science: surroundings 1. demonstrate the ability to observe their surroundings 2. describe features of their immediate environment Social Studies Skills and Processes of Social Studies 1. participate co-operatively in groups 2. gather information from personal experiences, oral sources, and visual representations 3. present information using oral or visual representations Identity, Society, and Culture 1. demonstrate an awareness of the concept of change 2. identify groups and places that are part of their lives 3. identify similarities and differences among families Governance 1. describe their roles and responsibilities as members of the classroom and school community 2. identify the purpose of classroom and school expectations Economy and Technology 1. identify individual human needs
2. 3.
18 2. identify work done in their community 3. identify examples of technologies used in their lives Human and Physical Environment 1. identify characteristics of different lokal environments 2. demonstrate responsible behaviour in caring for their immediate environment Sumber: www.bced.gov.bc.ca/irp diakses 5 April 2015
2.1.5 Karakteristik Anak, Perkembangan dan Permainannya Penggolongan
usia
dapat
mengidentifikasi
cara bermain
anak
menurut
perkembangan dan kematangan usia anak-anak pada umumnya. Menurut perkembangan psikologisnya, usia anak-anak digolongkan menjadi 3 tahap. (Designing Playgrounds) 1. 0-3 tahun pada usia ini anak-anak lebih belajar mengontrol pergerakan mereka sendiri. Mereka biasa bermain sendiri dan bereksperimen dengan rangsangan sentuhan, penglihatan dan suara. Bermain dengan pasir, lilin, ayunan dan slides dapat membantu perkembangan mereka dalam pengawasan orang dewasa.
2. 3-6 tahun pada tahap usia ini anak-anak sudah sadar akan lingkungan sosial. Mereka biasa bermain berkelompok dan dapat melatih intrapersonal maupun hubungan sosial mereka. Dalam tahap ini anak-anak lebih memilih dengan permainan abstrak, kursi dan meja yang dapat dipindahkan, ayunan dan slides. 3. 6-8 tahun mereka bermain dengan permainan yang melibatkan aksi yang aktif dan bergerak. Kedua aktifitas ini membangun organisasi dan kemampuan fisik.
Gambar 4 Penggolongan Tinggi Anak berdasarkan Usia Sumber: designing playgrounds
19 Selain penggolongan usia, anak-anak juga mempunyai aspek kecerdasan yang harus dikembangkan dalam masa pertumbuhan mereka. Terdapat tidak jenis kecerdasan dalam masing-masing anak, yaitu: 1.
Kecerdasan Kognitif Kemampuan inteketual seorang anak dalam berpikir, mengetahui, mengolah, mengorganisasi dan memecahkan sebuah masalah. Menurut Bloom (1956) tujuan domain kognitif terdiri dari:
2.
Kecerdasan Afektif Kecerdasan ini berhubungan dengan sikap, minat, emosi, nilai hidup dan mental seseorang. Menurut Krathwol (1964) terbagi menjadi:
3.
Kecerdasan Psikomotorik Kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik. Menurut Davc (1970) dibagi menjadi lima klasiffikasi:
Tabel 2 Kemampuan Gerak Motorik Anak 3 Tahun
4 Tahun
5 Tahun
Tidak bisa berhenti mendadak atau cepat
Punya kontrol yang lebih efektif untuk berhenti, memulai dan berputar Dapat melompat sejauh 24-33 inci Dapat turun tangga dengan kaki bergantian jika dibantu Dapat melompat sekitar 4 sampai 6 lompatan
Dapat berhenti, mulai dan berputar dengan efektif
Dapat melompat sejauh 15-24 inci Bisa menaiki tangga tanpa bantuan dengan kaki yang bergantian Bisa melompat, dengan sebagian besar lompat yang tidak teratur dengan menambahkan beberapa gaya
Dapat melompat sejauh 28-36 inci Dapat menuruni tangga tanpa bantuan dengan kaki yang bergantian Dapat melompat dengan mudah dengan jarak sekitar 16 kaki
Sumber: Experience Human Development
Dalam masa perkembangannya, menurut Hurlock anak-anak memiliki tugas perkembangan di setiap penggolongan usianya. Dalam bukunya yang berjudul “Perkembangan Anak”, Hurlock menyebutkan 3 tujuan tugas perkembangan: 1.
Sebagai pedoman para orang tua dan guru guna apa yang harus dipelajari oleh anak-anak pada usia mereka
2.
Menjadi motivasi anak-anak untuk belajar hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat pada diri mereka
3.
Menunjukkan pada orang tua dan guru tentang apa yang diharapkan dari mereka
20 Tugas perkembangan anak-anak menurut Havighurst yang disebutkan dalam buku Hurlock untuk anak usia lahir sampai 6 tahun adalah: 1. Belajar berjalan 2. Belajar makan makanan padat 3. Belajar berbicara 4. Belajar mengendalikan pembuangan sampah tubuh 5. Belajar membedakan jenis kelamin dan kesopanan seksual 6. Mencapai stabilitas fisiologis 7. Membentuk konsep sederhana mengenai kenyataan sosial dan fisik 8. Belajar berhubungan secara emosional dengan orang tua, saudara kandung dan orang lain 9. Belajar membedakan yang benar dan salah serta mengembangkan nurani Dalam permainannya, anak-anak juga memiliki kebutuhan tersendiri untuk mengembangkan kecerdasan dan kepribadian mereka. Permainan anak-anak berdasarkan jenisnya digolongkan menjadi (Designing Playgrounds): 1. Physical games permainan yang membuat anak-anak tetap aktif seperti loncat, berlari, merangkak, dsb. Jenis ini tidak membutuhkan perlengkapan permainan, hanya dibutuhkan ruang yang agak lapang untuk mendukung aktivitas-aktivitas tersebut dengan sistem perlindungan yang memadai di sekelilingnya. Semua peralatan permainan di area ini sebaiknya dapat dipindahlan sehingga menciptakan jenis permainan yang dinamis dan kemungkinan untuk dapat berinteraksi. 2. Social games permainan yang mendukung kebersamaan atau menjalin hubungan antara satu anak dengan anak lainnya. Imajinasi adalah kunci dari jenis permainan ini sehingga perlengkapan yang dibutuhkan adalah jenis perlengkapan dengan bentuk abstrak dimana
anak-anak
permainannya. 3. Creative games
dapat
mengembangkan
permainan
itu
sendiri
dalam
21 imajinasi juga merupakan kunci jenis permainan ini, namun berbeda dengan jenis sebelumnya, jenis permainan ini membutuhkan elemen fisik seperti pasir, air, rumput dsb. agar anak-anak dapat menciptakan sesuatu dari elemen tersebut. 4. Sensorial games anak-anak sangat mudah untuk mengalami sebuah pengalaman yang berhubungan dengan indera mereka. Jenis permainan ini membutuhkan elemen permainan yang dapat menstimulasi indera-indera mereka saat bermain. 5. Playing in peace and quite beristirahat dalam ruang bermain juga merupakan sebuah aktivitas yang penting bagi anak-anak. Ruang yang mendukung jenis permainan ini harus agak terpisah dari area bermain lainnya yang menyebabkan kebisingan dan jenis aktivitas lainnya. Di area ini, dapat ditambahkan perlengkapan sepertii meja, bangku kotak pasir di area yang agak terbuka dengan alam agar anak-anak juga tetap dapat berinteraksi dengan dunia luar dalam kesendirian mereka. Sedangkan berdasarkan medianya, permainan anak-anak digolongkan menjadi (Olds, 2000): 1. Quite activities: mendengar, melihat, bertemu, membaca, berpelukan (quite zone) 2. Structured activities: puzzle, permainan membangun, balok ukuran kecil, permainan manipulative (quite zone) 3. Craft and discovery activities: cat, lilin, kolase, air, pasir, woodworking, sains, hewan dan tumbuhan (messy zone) 4. Dramatic play activities: boneka, tempat penyompanan, tema fantasi, topeng dan kostum, dapur dan permainan boneka, miniatur (active zone) 5. Large-motorik
activities:
memanjat,
meluncur,
mengayun,
merangkak,
menggantung, jatuh, bergoyang, bola, lempar cincin, balok ukuran besar, memukul tas (active zone) 6. Therapeutic activities: perawatan meniup dan busa, matras air, matras udara 2.1.6
Aspek Analisa Perancangan Bangunan Dalam perancangan bangunan, ada beberapa aspek yang harus dianalisa untuk
mendaptkan sebuah konsep bangunan menurut Katharina H. Anthony dalam bukunya
22 yang berjudul Design Juries on Trial, the Reinassance of tge Design Studio”. Aspekaspek tersebut adalah: 1. Site Development Menganalisis tentang gubahan massa, luas letak dan kondisi tapak, akses masuk dan keluar tapak, sistem pencapaian kendaraan pada tapak, drop off, parkir, pedestrian, lansekap, tanggapan terhadap topografi tapak, kesesuaian tata guna tanah dan aturanaturan yang berlaku pada tapak 2. Functional Planning Menganalisis tentang sirkulasi manusia. alur, pintu masuk, organisasi, zoning, perbedaan level,tanggapan terhadap kebutuhan ruang dan hubungannya, kesesuaian antara area dan volume bangunan 3. Spatial Quality Menganalisa tentang penyusunan ruang untuk memperjelas kepentingan relatif dan peran fungsional dalam bangunan 4. Building Form Kesesuaian antara massa dan skala bangunan dengan fungsi bangunan dan konteks dimana dia ditempatkan 5. Asthetic Design Berkaitan dengan apa yang baik. Mementingkan untuk menciptakan sebuah karya yang terkesan biasa menjadi karya seni 6. Structural System Pertimbangan elemen, pendukung, bentang dan ukuran struktur yang digambungkan menjadi sebuah sistem yang menyatu 7. Use of Materials Kesesuaian antara material yang dipilih dengan konteks, struktur, bentuk, kesan, biaya dan perawatan bangunan 8. Environment Control System Kemampuan untuk mengenali dan menyelesaikan situasi dari sistem mekanis dan elektrisitas termasuk menyatukan konsep panel surya
23 2.2
Tinjauan Khusus
2.2.1 Standar Sekolah UNICEF Dalam penelitiannya, UNICEF sebagai organisasi yang bergerak dalam bidang pendidikan, mengeluarkan sebuah diktat yang berjudul Child Friendly School. Diktat ini berisi tentang bagaimana seharusnya sebuah lingkungan sekolah dirancang dan dibangun agar keselamatan dan kesehatan anak-anak yang belajar di dalamnya tidak terganggu oleh lingkungan. Diktat ini mengatur tentang aspek standar dasar perencanaan dan perancangan fasilitas pendidikan yang harus diperhatikan, yaitu meliputi: 1.
Ruang yang fleksibel Ruang yang fleksibel meningkatkan partisipasi anak di kelas dan memungkinkan guru untuk memberikan lingkungan untuk belajar dan mengajar yang lebih dinamis. Ruang tersebut memberikan peluang bagi kegiatan kelompok, daerah untuk proyek-proyek manual dan akses mudah ke ruang terbuka. Kelas individu atau fasilitas lain yang menciptakan ruang luar antara struktur memberikan siswa kesempatan untuk berada di daerah terbuka saat dalam perjalanan antara kelas. Ruang kelas harus dapat diakses untuk semua anak; ramp dan pintu yang lebar harus disediakan untuk anak-anak belum dapat bergerak.
2.
Perpustakaan dan ruang sumber daya Di sekolah ramah anak, perpustakaan dan ruang sumber daya cenderung memiliki akses untuk orang luar, terutama warga lokal. Di mana itu layak dan sesuai dengan praktek sekolah, fasilitas ini harus ditempatkan dan dirancang sehingga mereka dapat diakses oleh masyarakat. Dalam kasus lain, orang-orang yang terampil dan berpengetahuan di masyarakat dapat dianggap sebagai sumber untuk belajar tentang budaya lokal, sejarah dan kerajinan.
3.
Kamar mandi Guru perlu memiliki fasilitas terpisah untuk pria dan wanita. Untuk murid, kamar mandi terpisah untuk anak laki-laki dan perempuan di dalam atau dekat dengan ruang kelas adalah pengaturan yang paling praktis dan paling aman. Fasilitas ini juga dapat dirancang dan diletakkan sehingga mereka dibagi di antara kelompokkelompok kelas untuk melindungi anak-anak muda
4.
Ruang santai yang dekat dengan area belajar
24 Untuk anak balita dan pra-sekolah, ruang bersantai sangat dianjurkan untuk sekolah ramah anak. Unsur suasana rumah dapat memebrikan dan mengundang sauasana yang ramah untuk anak usia ini 5.
Ruang belajar individu Seiring dengan ruang belajar yang fleksibel untuk kelompok besar dan kecil (berbasis proyek pembelajarann / teamwork), ruang belajar individu juga harus diberikan, karena masing-masing anak memiliki gaya belajar mereka sendiri dan beberapa akan membutuhkan ruang untuk berada di mereka sendiri pada waktu untuk belajar atau mencerminkan.
6.
Ruang terbuka Akses mudah ke ruang terbuka dari kelas memungkinkan anak-anak untuk berhubungan erat dengan lingkungan mereka dan untuk terlibat dalam kegiatan fisik. Ruang terbuka dapat dirancang sebagai lapangan bermain untuk olahraga, kebun sekolah dan kebun bunga, teras atau beranda untuk kegiatan belajar di luar ruangan, ruang kinerja terbuka, koridor lebar dan halaman, teralis, kanopi, paviliun teduh, ceruk, ceruk, rumah-rumahan dan halaman belakang tertutup. Dalam khas sekolah ramah anak, masyarakat akan diizinkan untuk menggunakan beberapa ruang ini setelah jam sekolah untuk pertemuan kota, pertemuan lokal dan acara lainnya.
7.
Dapur Ruang untuk menyiapkan makanan sekolah harus dirancang dan dilengkapi dengan peralatan dan furnitur yang memastikan makanan tetap segar dan jauh dari lalat dan hama lain yang merusak kualitas makanan
8.
Klinik Memiliki sekolah yang ada klinik dapat memberikan murid pelayanan medis atau layanan bagi murid yang membutuhkan pantauan kondisi kesehatan. Klinik ini dapat digunakan juga untuk masyarakat sekitar setelah jam sekolah atau dapat diatur agar sirkulasi masyarakat luar dan siswa tidak bertabrakan.
9.
Perlindungan Elemen perlingungan sekolah ramah anak memiliki dua aspek:
25 a. Untuk mencegah penindasan dan kekerasan, guru dan orang tua murid harus dilatih untuk mengajari anti kekerasan, kedisplinan berbasis anak dan intervensi. Ini berarti tidak ada pemukulan, hukuman cambuk atau bentuk penghinaan lainnya. Merancang ruang kelas dan ruang lainnya sehingga kegiatan dapat segera terlihat dari luar dapat mencegah pelecehan anak b. Tergantung pada lokasi dan konteks, pagar dan batas-batas sekolah dapat bervariasi dalam bentuk dan fungsi. Tujuannya adalah untuk menemukan keseimbangan di mana pagar dapat memberikan perlindungan kepada anak dari unsur-unsur luar (seperti lalu lintas, hewan), dapat menentukan batas-batas untuk menjaga anak-anak di sekolah dan juga dapat berfungsi untuk bagian berkebun. Ada juga beberapa klasifikasi sarana dan prasarana pokok yang harus dipertimbangkan dalam sekolah ramah anak: 1.
Ruang kelas a. Ukuran dan ruang: sebaiknya ruang kelas memiliki beberapa fungsi yang berbeda dalam satu ruang. Akses langsung dari kelas ke ruang luar dapat memberikan anak-anak untuk menggunakan ruang luar sebagai sumber pembelajarann mereka secara tidak langsung, tetapi tetap harus ada yang menghubungkan antara ruang luar dan ruang dalam seperti koridor. b. Keselamatan: transaparasi dalam perencanaan sekolah sanagat penting sehingga orang dapat melihat ke dalam kelas dan unit lainnya dalam sekolah untuk menghindari kekerasan yang dilakukan oleh guru atau murid yang lebih tua terutama setelah jam usai sekolah c. Perabotan
yang
dapat
dipindahkan:
perabotan
dalam
kelas
haruslah
menyesuaikan dengan rentan usia siswa yang menggunkana kelas tersebut. Penggunaan perabot yang dapat dipindahkan juga dapat membuat murid bekerja baik secara individu maupun kelompok. d. Loker pribadi: murid membutuhkan tempat untuk menyimpan barang-barang mereka, baik pekerjaan mereka maupun bawaan pribadi mereka sehari-hari
26 e. Standar nasional dan internasional: kelas membutuhkan papan tulis dan untuk golongan balita dan pra-sekolah mereka membutuhkan papan setinggi tubuh mereka untuk dapat menggantungkan hasil karya mereka. 2.
Fasilitas a. Toilet, air untuk mencuci tangan dan air untuk diminum: baik siswa maupun guru membutuhkan toilet yang terpisah antara laki-laki dan perempuan serta air bersih untuk mencuci tangan. Untuk wanita remaja dan dewasa ruang untuk mencuci pakaian dan mengeringkan pakaian dapat membantu bagi mereka yang sedang mengalami menstruasi. b. Daur ulang air: air bekas mencuci tangan dapat didaur ulang menjadi air untuk menyiram tanaman. c. Area bersih untuk tempat penyimpanan makanan dan dapur sekolah: ruang terpisah untuk menyimpan makanan dan dapur harus masuk ke dalam perencanaan rancangan sekolah sejak awal karena makanan dan nutrisi termasuk salah satu kebijakan sekolah yang harus dipenuhi untuk pendidikan anak. d. Tempat penyimpanan obat: tempat yang dirancang untuk menyimpan obat, jika dibutuhkan lemari pendingin untuk beberapa jenis obat e. Unit kesehatan: kantor dokter yang menjadi satu dengan rancangan sekolah dapat menjadi unit kesehatan sekolah ataupun menjadi pusat kesehatan masyarakat. f. Pusat teknologi informasi dan perpustakaan: ruang teknologi informasi harus dilengkapi dengan computer, internet dan berbagai peralatan pendukung lainnya yang dapat mengakses website
3.
Ruang luar a. Ruang rekreasi: idealnya, lapangan sekolah mempunyai ruang untuk olahraga lokal yang digemari, taman, kebun dan lading untuk kegiatan anak-anak. b. Lahan sekolah dan produksi makanan: anak-anak dapat didorong agar mereka bisa melihara sayuran, buah-buahan, binatang dan lahan sekolah dapat digunakan sebagai media mereka belajar. Selain untuk dipelihara, pohon, bunga, semak dan tanaman lain dapat digunakan untuk media belajar dan mempercantik lingkungan
27 c. Pagar: sekolah membutuhkan pemisah dari ruang masyarakat sekitar untuk menciptakan ruang ramah anak dan menegaskan perbedaan ruang dengan lingkungan sekitarnya d. Panggung terbuka serbaguna: pangung terbuka dapat memfasilitasi pertunjukan kelas untuk acara tertentu di sekolah 2.2.2 Elemen perancangan dan perancanaan Taman Kanak-kanak menurut Child care design guide Ana Rui Olds seorang ahli dalam bidang perancangan tempat pendidikan anak usia dini mengklasifikasikan elemen site development, functional planning dan building form yang harus diperhatikan untuk membuat sebuah lingkungan menjadi tempat yang baik untuk mendukung pendidikan anak usia dini itu sendiri, yaitu: Site Development: 1.
The child care setting’s images Semakin berkesan gambaran sebuah tempat penndidikan tersebut semakin besar jiwa yang ada pada tempat tersebut bagi penggunanya. Sebuah bangunan dapat memberikan kesan ramah dan aman bagi anak-anak tergantung dari a. Kecocokan bangunan dengan lansekap Bangunan harus dapat menyatu dengan lingkungan di sekitarnya. Mengambil potensi alam di sekitarnya secara maksimal dapat menciptakan iklim lokal yang baik untuk area bermain di luar b. Skala Skala bangunan untuk anak-anak berbeda dengan orang dewasa, oleh karena itu untuk tempat pendidikan anak usia dini, sangat dianjurkan untuk memperhatikan proporsi bangunan dan ketinggian rata-rata anak-anak c. Material bangunan Material yang dapat diaplikasikan dengan tangan seperti bata dan kayu akan terlihat lebih alami daripada material yang harus diaplikasikan dengan alat berat d. Atap Bentuk atap dapat mempengaruhi tampak bangunan secara keseluruhan e. Ujung yang halus
28 Ujung bangunan yang tampak menyatu dengan alam (tanah) dapat memperlihatkan kesan alami dan membumi, menjadikan bangunan menyatu dengan lingkungan sekitar
2.
Visibility and access Akses menuju gerbang utama harus selalu terlihat baik untuk pejalan kaki maupun pengguna kendaraan baik dari dalam atau luar bangunan
3.
Parking Parkir digolongkan menjadi parkir jangka pendek dan parkir jangka panjang dan lokasi ditentukan berdasarkan kepentingan pemilik kendaraan di sekolah. Selain itu, parkiran juga harus dirancang agar lingkungan sekitarnya tetap teduh.
Functional Planning: 1.
Approach and entry a. Jalur pendekatan Jalur ini menghubungkan antara gerbang utama dan parkir menuju gerbang sekolah. Jalur ini harus memiliki dimensi dan material yang bervariasi antara batas luar dan dalam gerbang sekolah untuk menunjukkan perbedaan lingkungan. b. Gerbang utama sekolah Gerbang ini harus menunjukkan kesan selamat datang pada pengunjungnya. Letak gerbang utama ini menentukan semua perencnaan bangunan di sekelilingnya. Gerbang utama sekolah adalah wajah utama yang mencerminkan bangunan di dalamnya.
29
Gambar 5 Alternatif Bentuk Area Pintu Masuk Sumber: Child care design guide
c. Lobby dan area resepsi Area ini harus terasa seperti ruang santai di rumah karena ruang ini merupakan ruang transisi untuk para penggunanya terutama untuk anak-anak.
Gambar 6 Zoning Sirkulasi Area Masuk Taman Kanak-kanak Sumber: Child care design guide
2.
Interior circulation a. Penunjuk jalan Penunjuk jalan dapat berupa papan penunjuk jalan atau langsung dari bentuk desain yang dirancang untuk menunjukkan fungsi ruangan. b. Panjang dan lebar sirkulasi alami Koridor yang ada di sekolah harus terasa seperti koridor di rumah, bukan koridor mati namun koridor yang di sekelilingnya ada aktivitas yang membawa kehidupan ke koridor tersebut
3.
Relationships between indoors and outdoors Ruang luar haruslah menjadi setengah dari isi program pembelajarann untuk anakanak. a. Matahari, bayangan, angin, air dan tanaman Mempertimbangkan keunikan sumber daya alam yang ada di lokasi dan memanfaatkan hal tersebut untuk masuk sebagai bagian dari desain bangunan akan mempersatukan ruang dalam dan luar secara tidak langsung. b. Jendela dan cahaya alami Cahaya alami sangatlah penting di setiap ruang terutama ruang dimana anakanak merupakan pengguna utama
30 c. Bergerak di antara ruang dalam dan luar Penghubung antara ruang luar dan dalam sangatlah penting agar penggunaan ruang luar untuk beraktivitas dapat dilakukan secara maksimum. Penghubung yang tidak cukup untuk area bermain anak-anak akan menurunkan minat anakanak bermain di ruang terbuka. Penghubung ini dapat berupa dek atau teras dengan jarak minimum selebar 6 kaki dan memiliki lebar ideal sebesar 15 kaki.
d. Halaman dan taman untuk duduk Lansekap yang dirancang dengan baik dapat memberikan halam bermain bagi anak sekaligus ruang semi publik dimana anak-anak atau pengguna sekolah lainnya dapat bersantai sejenak di area tersebut Building Form: 1.
Campus plan Prancangan bangunan dapat dibedakan menjadi dua tipe, bangunan tunggal dengan pintu masuk yang berbeda atau bangunan yang terpisah-pisah dengan jalur yang menghubungkan. Pilihan kedua dapat membuat ruang luar berfungsi dengan baik, namun harus diperhatiakn jumlah murid per bangunan, yaitu antara 35-40 dan 6075 murid per bangunan.
31
Gambar 7 Alternatif Penataan Ruang Sumber: Child care design guide
Tabel 3 Kebutuhan Ruang Luar per Anak
Standar Ruang
Area Hijau
Area Bermain
Parkir
Luar
Ukuran
(30%-35%
Total ukuran
Bangunan
dari total
lahan
bangunan)
Minimum
7 m2/anak
2,25 m2/anak
8 m2/anak
5,2 m2/anak
22,5 m2/anak
Nyaman
9 m2/anak
4,5 m2/anak
9 m2/anak
7 m2/anak
30 m2/anak
Lebih baik
14 m2/anak
7 m2/anak
10,5 m2/anak
11 m2/anak
42,5 m2/anak
Disarankan
18 m2/anak
9 m2/anak
11,5 m2/anak
13,8 m2/anak
53 m2/anak
Sumber: Child care design guide
Ana Rui Olds dalam bukunya juga menegmukakan tentangnya betapa pentingnya alam dan ruang bermain luar untuk anak-anak, dalam bukunya Olds memaparkan aspek lingkungan area bermain di luar ruangan apa saya yang harus diperhatikan, yaitu: 1.
Pertimbangan perencanaan tapak a. Ruang privasi per anak yaitu 100-200 kaki persegi untuk setiap anak b. Lokasi alternatif c. Lansekap: variasi area dan elevasi d. Tempat berteduh dan saluran pembuangan air e. Kamar mandi f. Bahaya lingkungan dan perawatan g. Pagar dan penutup h. Gerbang i. Jalur dan sirkulasi j. Landmark
2.
Desain taman bermain dan pertimbangan zona
32 a. Membangun taman bermain yang layak pakai dengan mempertimbangkan umur pengguna b. Zona bermain yang terdiri dari area privasi, area untuk 1-4 anak, area untuk aktivitas otot untuk 10 orang, area untuk bermain dan olahraga untuk lebih dari 10 orang, area bebas untuk anak-anak berkumpul c. Alur antara zona bermain d. Memberikan pilihan lengkap untuk aktifitas yang spesifik (aktif, kreatif, terorganisir, tenang, fantasi dan pengobatan) e. Pertimbangan bahaya dan tantangan Area bermain anak-anak sekiranya harus mendapat 50% dari program ruang bangunan dan setiap anak-anak minimum mendapat area bermain seluas 7m2/anak dan maksimum 9m2/anak. 3.
Perlengkapan desain a. Struktur permainan, mendaki, panggung, permukaan yang terangkat
33
Gambar 8 Standar Ukuran Permainan Sumber: Child care design guide
b. Bagian yang dapat digerakan dan material yang lembut c. Ayunan
Gambar 9 Standar Ukuran Ayunan Sumber: Child care design guide
34
d. Ayunan yang meluncur e. Peluncuran
Gambar 10 Standar Ukuran Seluncuran Sumber: Child care design guide
f. Tangga horizontal dan cincin yang tergantung g. Bagian yang terlepas dari struktur seperti bola, bata, tanah liat, dsb. h. Penyimpanan bagian alat permainan yang terlepas i. Permukaan sekitar dan perlengkapan di lantai 4.
Permainan petualangan dan kreatif a. Permainan air b. Permainan pasir c. Batu, lumpur, dan kotoran d. Permainan drama dan fantasi e. Taman, kompos dan vermiculture f. Burung, kupu-kupu dan binatang
5.
Area tenang dan tempat privasi a. Area seni dan kerajinan b. Tempat duduk c. Area rekreasi untuk orang dewasa dan siswa yang lebih tua
35 2.2.3 Elemen Ruang menurut Child care design guide Olds membahas tentang bagaimana sebuah ruang dapat menjadi nyaman bagi penggunanya,pembahasan itu terbagi menjadi 3 topik pembahasan, yaitu: 1. Lantai Lantai yang ideal untuk Taman Kanak-kanak adalah hangat untuk disentuuh, anti selip, mudah dibersihkan, tahan lembab, anti mikroba dan tidak mengalirkan listik. Lantai lebih sering digunakan sebagai perabot dalam kegiatan belajar anak-anak dibandingkan meja dan kursi, oleh karena itu, sebagai perabo, lantai mempunyai keuntungan seperti: a. Pergerakan dan kontrol untuk gerakan anak-anak b. Fleksibilitas pergerakan c. Bidang luas untuk visualisasi anak d. Meingktakan produktivitas anak e. Fleksibilitas sarana pendukung f. Definisi ruang dengan perbedaan tinggi, warma dan tekstur g. Tektur yang bervariasi sesuai kebutuhan aktivitas h. Level ketinggian yang berbeda-beda mengikuti tinggi rata-rata anak i. Daya pantul dan serap suara yang disesuaikan dengan aktivitas j. Kehangatan k. Permukaan untuk permainan beroda Rata-rata
pemilihan
material
lantai
Taman
Kanak-kanak
yang
dapat
dipertimbangkan adalah: a. Karpet b. Vinyl c. Keramik dan beton d. Kayu 2. Langit-langit Langit-langit dalam bangunan Taman Kanak-kanak dapat mendefinisakn sebuah kesan ruang. Perbedaan ketinggian langit-langit dapat mebuat kesan ruang yang berbeda, sehingga ketinggian harus disesuaikan dnegan luas ruang dan penggunanya. Material yang biasanya dipertimbangkan untuk langit-langit TK adalah:
36 a. Plesteran b. Kayu c. Keramik mosaik d. Kaca bercorak
Gambar 11 Ketinggian Plafon yang dapat Diterapkan Sumber: Child care design guide
3. Dinding Dinding merupakan elemen bangunan yang penting sebagai pemisah ruang ataupun elemen pendukung untuk aktvitas anak-anak. Material dinding untuk tempat pendidikan anak biasanya menggunakan kayu, bata, batu atau plesteran dan untuk pelapis akhir bisa digunakan cat ataupun vinyl. Dinding dapat digunakan beberapa fungsi, seperti: a. Untuk memamerkarn karya. Material yang dapat digunakan adalah forbo, homosote dan cork. b. Bermain dengan cermin untuk memberi kesan ruang luas dan untuk media pembelajarann anak-anak
37
Gambar 12 Penggunaan Dinding Sebagai Media Pameran Karya Sumber: Child care design guide
2.2.4 Peletakkan Furniture menurut Child care design guide Dalam meletakkan perabot, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: a.
Kontras
b.
Kesan ruang
c.
Keseimbangan
d.
Penempatan paralel
e.
Penetapan
f.
Koordinasi
g.
Skala
h.
Jumlah yang ganjil
i.
Variasi
j.
Pemilihan warna Perabotan dalam ruangan harus disesuaikan dengan pengguna ruangan, untuk
anak-anak dan dewasa. Selain itu detail perabot harus diperhatikan baik dari kualitas material maupun desain agar dapat mendukung aktivitas dengan maksimal.
38
Gambar 13 Perpaduan Furnitur yang dapat Diterapkan di Dinding Sumber: Child care design guide
Selain perabot, dalam tempat pendidikan anak harus memiliki kabinet untuk menyimpan barang. Agar dapat berfungsi dengan baik, cabinet memiliki standar ketinggian tertentu: a.
Panjang konter (dengan bak cuci di salah satu ujungnya) : 1,8-3m
b.
Tinggi konter (cabinet dibawahnya): tinggi 90cm dan kedalaman 60cm
c.
Tinggi kabinet atas: 70-100cm
d.
Kedalaman dalam kabinet: 30cm
e.
Ketinggian cabinet di atas konter: 40cm
Gambar 14 Ukuran Perabot untuk Anak Usia 3-6 tahun Sumber: Child care design guide
39
Gambar 15 Ukuran Meja untuk Taman Kanak-kanak Sumber: Child care design guide
2.2.5 Elemen Alam dalam Taman Bermain Tempat bermain alami menstimulasi keingin tahuan anak-anak, imajinasi, bayangan pikiran dan pembelajarann dalam penemuan serta memelihara hubungan anakanak dengan alam (White, 1998). Menurut White, komponen dasar yang harus ada dalam lingkungan bermain alami untuk anak-anak adalah: 1.
Air
2.
Tanaman; pohon, semak-semak, bunga, rumput
3.
Binatang; peliharaan dalam kolam, kupu-kupu, kepik
4.
Pasir; lebih baik jika dapat dicampur dengan air
5.
Perbedaan warna, tekstur dan material
6.
Sarana untuk mengalami pergantian musim, angin, cahaya, suara dan cuaca
7.
Tempat alami untuk duduk, bersandar, memanjat dan tempat untuk berteduh
8.
Perbedaan ketinggian, sudut dan celah untuk menciptakan tempat sosialisasi, privasi dan pemandangan
9.
Struktur, perlatan dan material yang dapat diubah termasuk beberapa perlengkapan bermain.
40 2.2.6 Teori Shaw Menurut Shaw (1987) ada beberapa elemen dasar yang harus dimiliki oleh setiap ruang bermain, yaitu: 1.
A sense of place atmosfer dari jenis tempat yang dihasilkan dari desain secara keseluruhan. Seorang anak akan melihat sebuah tempat bermain menarik jika tempat itu mereka anggap sebagai sebuah tempat yang dapat dieksplorasi setiap bagiannya.
2.
Unity desain lingkungan keseluruhan haruslah menyatu secara fisik maupun ruang. Kesatuan dari desain akan mengembangkan psikologi kognitif anak.
3.
A varity of spaces taman bermain harus mempunyai jenis-jenis ruang yang bervariasi, baik ruang besar, ruang kecil, ruang yang tinggi, ruang rendah, ruang terbuka maupun ruang tertutup.
4.
Key places bagian dari taman bermain yang dapat mendukung aktivitas bermain
5.
A system of pathways penghubung setiap key places sehingga anak-anak dapat memilih permainanpermainan yang ada dalam taman bermain tersebut
6.
Three dimensional layering taman bermain sebaiknya bukan hanya perlatan bermain yang diletakkan di atas tanah datar, tetapi juga melibatkan permainan lapisan yang menciptakan kesan tidak dimensi seperti ramp, terowongan, tangga, dsb. yang membawa anak-anak ke ketinggian yang berbeda.
7.
Loose parts: bagian dari taman bermain yang tidak tertanam permanen oleh lingkungan atau disebut juga sebagai perlengkapan seperti bola, material, permainan yang tidak menggunakan bentuk fisik.
41 2.3
Studi Banding
2.3.1 Fuji Kindergarten Fuji Kindergarten terletak di Tokyo, Jepang. Dengan luas lahan sebesar 4792 m2, TK ini dapat menampung murid sebanyak 620 dengan menyediakan 19 kelas. TK Fuji memiliki kebijakan untuk mendidik anak-anak dengan metode bahwa semua anak itu berbeda dan semuanya benar, menolong anak-anak untuk menjadi mandiri dan memiliki motto bahwa kejutan adalah asal dari pengertian. Mereka menganggap setiap aspek dalam Taman Kanak-kanak merupakan hal yang penting bagi anak-anak untuk dapat merasa, berpikir lalu kemudian dapat mengambil tindakan atas kemauan mereka sendiri.
Gambar 16 Data TK Fuji Sumber: A Collection of Exemplary Design of Kindergarten Facilities diakses 15 November 2014
Gambar 17 Perspektif Fuji Kindergarten
Sumber: www.archdaily.com diakses 15 November 2014
TK Fuji dibangun dengan konsep bahwa Taman Kanak-kanak merupakan tempat bermian yang luas untuk anak-anak berkembang. Dengan memiliki sirkulasi secara vertikal dan horizontal, TK ini dipastikan dapat mengembangkan gerak motorik anak secara maksimal.
42
Gambar 18 Site Plan TK Fuji Sumber: A Collection of Exemplary Design of Kindergarten Facilities diakses 15 November 2014
Menurut penelitian MEXT Jepang, anak-anak di TK Fuji melangkah lebih banyak daripada kebanyakan anak di TK yang memiliki sepak bola sebagai olahraga utama di sekolah dikarenakan bentuknya yang tidak memiliki sekat dan berkelanjutan secara struktur. TK Fuji memiliki lingkaran besar yang lebar sebagai atap mereka utnuk tempat anak-anak bermain.
Gambar 19 Rooftop TK Fuji Sumber: A Collection of Exemplary Design of Kindergarten Facilities diakses 15 November 2014
Walaupun hari hujan pun, anak-anak TK Fuji tetap dapat bermain dan berlari selayaknya saat tidak hujan, hal ini dikarenakan adanya overstake yang cukup lebar yang menaungi setiap bagian depan ruang kelas dan ruang lainnya yang berfungsi sebagai
43 teras dan koridor antar ruang. Saat merancang TK Fuji, pohon-pohon eksisting yang ada di site tetap dipertahankan sebagai media bermain anak yang menghubungkan mereka dengan alam. TK Fuji juga dirancang dengan konsep bangunan tanpa sekat. Antar ruang kelas di TK Fuji ini tidak memiliki sekat solid, hanya perabotan yang dapat digerakkan berupa kotak-kotak yang juga berfungsi sebagai ruang penyimpanan. Jika kotak-kotak tersebut digerakkan, perabotan tersebut dapat digunakan sebagai bangku atau disusun menjadi panggung.
Gambar 20 Teras depan Kelas TK Fuji Sumber: A Collection of Exemplary Design of Kindergarten Facilities diakses 15 November 2014
Gambar 21 Interior Ruang Kelas TK Fuji
Sumber: www.phaidonatlas.com diakses 15 November 2014
44
Gambar 22 Area Mencuci Tangan di Dalam dan Luar Kelas Sumber: www.phaidonatlas.com diakses 15 November 2014
Gambar 23 Ruang Luar TK Fuji
Sumber: www.ohaidonatlas.com diakses 15 November 2014
Gambar 24 Foyer
Sumber: www.phaidonatlas.com diakses 15 November 2014
Gambar 25 Konsep Menyatukan Ruang dengan Alam TK Fuji
Sumber: www.phaidonatlas.com diakses 15 November 2014
45 2.3.2 Yotsukaido Satsuki Kindergarten Taman Kanak-kanak ini memiliki kebijakan untuk menerima anak-anak yang sehat dan riang, menghargai alam dan ekindahanm dapat belajar dan berpikir secara mandiri, memiliki rasa kebebasan dan ontrol diri, memedulikan sesama. Mereka menyadari bahwa anak-anak zaman sekarang sudah sangat jarang memiliki kesempatan untuk bermain di ruang terbuka, maka mereka bermaksud untuk menfasilitasi anak-anak dengan kesempatan bermain di ruang terbuka dengan alam untuk merasakan hidup dengan alam.
Gambar 26 Data TK Yotsukaido Sumber: A Collection of Exemplary Design of Kindergarten Facilities diakses 15 November 2014
Gambar 27 Pintu Gerbang TK Youtsukaido Sumber: A Collection of Exemplary Design of Kindergarten Facilities diakses 15 November 2014
TK Youtsukaido memiliki beberapa ruang bermain untuk siswa-siswinya, baik di luar maupun di dalam ruang. Untuk ruang luar, mereka meiliki 2 tipe ruang yaitu Fureai No Mori yang digunakan untuk aktivitas yang ditujukan untuk beraktivitas secara langsung dengan alam seperti observasi kolam, berkebun, dsb. serta Yurinen yang digunakan untuk aktivitas fisik dengan difasilitasi oleh beberapa objek permainan yang mendukung motorik anak.
46
Gambar 28 Denah TK Youtsukaido Sumber: A Collection of Exemplary Design of Kindergarten Facilities diakses 15 November 2014
Gambar 29 Area Yurinen Sumber: A Collection of Exemplary Design of Kindergarten Facilities diakses 15 November 2014
Gambar 30 Area Fureai No Mori Sumber: A Collection of Exemplary Design of Kindergarten Facilities diakses 15 November 2014
47
Gambar 31 Panggung TK Youtsukaido Sumber: A Collection of Exemplary Design of Kindergarten Facilities diakses 15 November 2014
Selain Fureai No Mori dan Yurinen, TK Youtsukaido juga memiliki panggung di area luar yang dapat digunakan untuk area pertunjukan anak-anak dan acara penduduk sekitar TK. Selain konsep tersebut TK Youtsukaido juga mempertimbangkan alur sirkulasi dalam site TK ini sebagai jalur bermain anak-anak itu sendiri sehingga kemanapun mereka berjalan, akan ada tempat yang dapat mereka jelajahi untuk mereka bermain.
Gambar 32 Sirkulasi TK Youtsukaido Sumber: A Collection of Exemplary Design of Kindergarten Facilities diakses 15 November 2014
2.3.3 TK Pangudi Luhur, Jakarta TK Pangudi Luhur dalam penelitian ini dijadikan sebagai sebuah contoh Taman Kanak-kanak di Jakarta pada umunya. TK Pangudi Luhur terletak di daerah Cilandak,
48 Jakarta Selatan. Dikelola oleh Yayasan Pangudi Luhur dan dibangun pada tahun 1973. Pada tahun 2008 Yayasan Pangudi Luhur membangun PlaygroupPangudi Luhur yang dijadikan satu bangunan dengan Taman Kanak-kanak. Seiring dengan bertambahnya kebutuhan ruang, TK Pangudi Luhur yang tadinya terdiri dari satu lantai sekarang menjadi dua lantai. Jumlah murid pada tahun 2015 adalah 24 murid Play Group, 80 murid TK A dan 82 murid TK B. kelas Playgroup disatukan menjadi satu kelas, sedangkan TK A dan TK B menjadi 3 kelas yang dibagi menjadi shift pagi dan shift siang. Isi kelas maksimal adalah 28 anak dengan 2 guru pendamping. Fasilitas di TK PL adalah 1 ruang kelas Playgroup, 3 ruang kelas TK A dan TK B yang dibagi menjadi 2 shift, ruang bermain indoor untuk murid Playgroup, ruang menari, ruang komputer untuk 28 murid, ruang audio visual, ruang bermain luar, kolam renang, ruang makan, dapur, UKS, perpustakaan, ruang guru, ruang tata usaha, ruang kepala sekolah, toilet siswa, toilet guru, gudang, ruang musik dan rumah penjaga. Tabel 4 Fasilitas TK Pangudi Luhur
Nama Ruang
Kapasitas (orang)
Kelas Playgroup
28
Kelas TK A dan TK B
28 (3 ruang)
Gambar
49 Nama Ruang
Kapasitas (orang)
Ruang bermain indoor
28
Ruang bermain outdoor
Kolam renang
14
Ruang menari
8
Perpustakaan
28
Ruang Audiovisual
10
Ruang Komputer
28
Gambar
50
Nama Ruang
Kapasitas (orang)
Ruang Makan
28
Dapur
UKS
Foyer
Ruang tunggu penjemput
4
Gambar
51
Nama Ruang
Kapasitas (orang)
Toilet guru
2
Toilet murid
2
Toilet penjemput
2
Gambar
Gudang
Sumber: dokumentasi pribadi
52 2.4
Jurnal Penelitian yang Berkaitan Terkait dengan penelitian ini, terdapat beberapa jurnal pendukung yang telah
meneliti tentang kondisi lingkungan yang menunjang perkembangan anak. Natasha Prasetya dalam jurnalnya yang berjudul “Kajian Aspek Interior Ruang Belajar dan Bermain pada Taman Kanak-kanak di Surakarta”
dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif menjelaskan bahwa anak-anak tidak hanya sekedar membutuhkan ruang dari segi visual saja, tetapi ruang yang juga dapat memacu kreativitas mereka. Selain itu sarana dan prasarana fasilitas termasuk finishing material yang digunakan haruslah memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Adapun juga pemilihan warna untuk ruang-ruang dengan fungsi yang berbeda dapat mempengaruhi kondisi anak saat beraktivitas. Selain itu Dian Ariestadi dalam “Kajian dan Pengembangan Standar Bangunan Taman Kanak-kanak sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia” dengan metode deskriptif kualitatif meneliti tentang standar bangunan Taman Kanak-kanak (TK) dan Ketentuan Teknis perancangan bangunan Taman Kanak-kanak (TK). UU No. 20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini formal dilaksanakan dalam bentuk Taman Kanak-kanak dan dalam PP No. 19 tahun 2005 yang mengatur tentang standar sarana dan prasarana pendidikan belum ada standar bangunan TK di Indonesia. Dengan menggunakan metode desian melalui proses analisis dan sintesa, Dian Ariestadi menentukan ruang-ruang yang harus ada dalam bangunan Taman Kanak-kanak (TK) dan hubungan masing-masing ruang berdasarkan fungsinya. Berris, R. dan Miller, E. dalam jurnal mereka yang berjudul “How Design of Physical Environment Impacts Early Learning: Educators and Parents Perspective” dengan menggunakan metode kualitatif menjelaskan penelitian mereka di Australia yang menyatakan bahwa lingkungan fisik merupakan aspek
yang penting dalam
perkembangan anak. Tempat pendidikan anak usia dini harus memiliki suasana seperti rumah, mengundang, terang dan terhubung dengan lingkungan luar (alami). Terdapat 4 kata kunci yang harus diperhatikan sarana pendidikan anak usia dini, yaitu; hubungan emosional ( kualitas dari pegawai dan lingkungan fisik), pengamalan desain ( dampak desain terhadap perkembangan anak), pusat intergrasi masyarakat (hubugan dan sumber) dan visi mendatang ( lingkungan fisik yang ideal, teknologi dan penilaian). Selain itu,
53 terdapat 3 aspek desain lingkungan fisik yang paling berpengaruh pada pendidikan dini, yaitu eksploarasi ruang binaan, kemandirian dan pengembangan (pengertian tentang pribadi anak sendiri dan keinginan mereka untuk bermain), kualitas ruang (melalui ruang, warna, pencahayaan, suara dan material), dan integrasi antara lingkungan luar dan dalam. Carie Green dalam “A Sense of Autonomy in Young Children’s Special Places” dengan menggunakan metode kualitatif menjelaskan bahwa anak usia dini adalah waktu yang signifikan ketika mereka mulai membangun identitas tempat mereka. Mereka akan memiliki beberapa tempat istimewa untuk membangun pengalaman mereka sendiri. Analisis membuktikan bahwa terdapat 4 aktifitas yang dilakukan dalam tempat untuk pengalaman anak-anak, yaitu: bermain, bersembunyi, beristirahat dan menjelajah. Melalui aktifitas tersebut, anak-anak menyatukan rasa terhadap otonomi ruang dan kontrol terhadap lingkungan mereka. Pendidikan usiadini harus menyeimbangkan antara inisiatif anak dan pengawasan orang tua dengan tempat yang memiliki desain ruang terbuka dan tanpa batas yang memungkinkan anak-anak untuk mendapatkan rasa kontrol. Arthur M. Wendel, Andrew L. Dannenberg dan Howard Frumkin dalam jurnal yang berjudul “Designing and Building Healthy Place for Children” dengan metode kualitatif menjelaskan bahwa rancangan dan konstrUKSi dari lingkungan yang dibangun mempunyai hubungan yang penting yang penting terhadap kesehatan anak-anak. Tempat yang sehat harus melindungi anak-anak dari cedera, polutan, dan penyakit. Mendukung anak-anak untuk aktif bermain secara fisik, bermain dengan pengalaman alam, dan mempromosikan masa depan yang berkelanjutan.
54 2.5
Diagram Alur Penelitian Judul Skripsi Integrasi Ruang dan Alam sebagai Penunjang Pendidikan Taman Kanak-kanak di Jakarta Selatan
Latar Belakang Lingkungan pendidikan merupakan ruang sosialisasi pertama bagi anak-anak yang dapat mempengaruhi kecerdasan dan karakter mereka kelak
Maksud dan Tujuan 1.
Menghasilkan elemen fisik bangunan yang menyatu dengan alam sehingga anak-anak dapat berinteraksi secara tidak langsung dengan alam.
2.
Menghasilkan penataan ruang yang berpusat pada ruang terbuka sebagai tempat bermain dan belajar bagi anak-anak
Landasan Teori 1.
Mengumpulan teori-teori dasar untuk dijadikan bahan analisa dan variabel studi banding
Studi Banding Mempelajari objek terkait sebagai salah satu tolak ukur konsep perancangan
Analisa Mengumpulkan data primer dan data sekunder berdasarkan observasi, studi literature, wawancara dan teoriteori terkait sehingga menjadi sebuah konsep perancangan
Konsep Ruang terbuka, alamisertan integrasi ruang luar dan dalam
Schematic Design
Perancangan
Gambar 33 Kerangka Berpikir
Sumber: Data Pribadi