BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1.
Teori Umum
2.1.1. Sistem Menurut Satzinger et al (2010:6), Sistem adalah kumpulan dari beberapa komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai suatu hasil. 2.1.2. Informasi Menurut Satzinger et al (2005:6), Informasi merupakan data yang telah diubah atau dimanipulasi menjadi konteks yang berarti dan berguna bagi pemakainya. Menurut Malá, Jana; Cerná, L'ubica; Rusková, Dagmar (2013:532) menyatakan bahwa “Five basic criteria that are needed to be addressed in order to present information that can be identified as reliable include authority, accuracy, currency, coverage, and objectivity.”yang dimaksud dengan bahwa ada lima criteria untuk mendukung pengumpulan informasi yaitu dengan authority, accuracy, currency, coverage, dan objectivity yang berguna bagi pemakainya. 2.1.3. Sistem Informasi Menurut Satzinger et al (2010:6-7), Sistem Informasi adalah kumpulan dari beberapa komponen yang saling berhubungan yang berfungsi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menghasilkan output informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas bisnis. Menurut Satzinger et al (2010:7-8), Sistem informasi terdiri dari komponen-komponen penting, antara lain sebagai berikut : 1. Hardware (perangkat keras) Adalah sekumpulan perangkat keras yang digunakan untuk menerima data dan informasi, memprosesnya, dan menampilkannya kembali.
7
8 2. Software (perangkat lunak) Adalah koleksi atau sekumpulan program yang dapat memerintah hardware-hardware yang ada untuk memproses data. 3. Database (basis data) Adalah basis data yang berisikan dari sekumpulan file atau table yang berkaitan dan berhubungan antara satu sama lain, dan di dalam file atau table tersebut berisikan data. 4. Network (jaringan computer) Adalah sebuah sistem jembatan perhubungan, baik menggunakan kabel (wireline) maupun tanpa menggunakan kabel (wireless) yang memiliki peranan penting dalam menghubungkan beberapa computer yang berbeda untuk berbagi sumber daya yang mereka miliki. 5. Procedures (prosedur) Adalah sebuah instruksi, aturan, dan prosedur yang berisikan cara bagaimana menggabungkan komponen-komponen diatas dalam rangka memproses informasi dan menghasilkan apa yang diinginkan. 6. People (orang) Adalah sumber daya manusia yang akan mengoperasikan hardware dan software, berhubungan dengan mereka dan menggunakan hasil dari pemrosesan tersebut.
Gambar 2.1 Information Systems and Component Parts Sumber : Satzinger , Jackson, dan Burd (2010:8)
9 2.1.4. Akuntansi Akuntansi menurut Warren, et al. (2005:8), “Sebuah sistem informasi yang menyediakan pelaporan-pelaporan kepada pihak yang berkepentingan tentang aktivitas-aktivitas ekonomi dan kondisi suatu bisnis.” Menurut Weygandt, et al. (2005:4), akuntansi adalah “Suatu sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan kejadian ekonomi suatu organisasi kepada pihak yang berkepentingan.” Jadi akuntansi sendiri sudah merupakan sistem informasi, yang mana informasi yang terkandung di dalamnya adalah keadaan-keadaan ekonomi suatu organisasi. Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, akuntansi adalah suatu sistem informasi yang mengindentifikasikan, mencatat, dan menyediakan pelaporan-pelaporan tentang aktivitas ekonomi dan kondisi suatu bisnis kepada organisasi maupun pihak yang berkepentingan, yang kemudian akan menjadi sebuah laporan yang berguna untuk pembuatan keputusan. 2.1.5. Sistem Informasi Akuntansi Sistem informasi akuntansi merupakan bagian daripada sistem informasi
perusahaan
yang
memiliki
kegunaan,
komponen
yang
mendukungnya, serta siklus dari sistem informasi akuntansi. Ira Setiawati (2007: 51) mengungkapkan bahwa sistem informasi akuntansi meliputi pemanfaatan teknologi informasi untuk menyediakan informasi bagi para pengguna melalui pengolahan data. Menurut Krismiaji (2010:4), sistem informasi akuntansi adalah sebuah sistem yang memproses data dan transaksi guna menghasilkan informasi yang bermanfaat untuk merencanakan, mengendalikan, dan mengoprasikan bisnis. Sedangkan menurut Hall (2011:7), sistem informasi akuntansi adalah suatu subsistem yang memproses transaksi keuangan dan non-keuangan yang berpengaruh secara langsung terhadap pemrosesan transaksi keuangan.
10 Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, SIA adalah sistem yang memproses data dan transaksi keuangan dan non keuangan yang dapat mengendalikan bisnis.
2.2.
Teori Khusus
2.2.1. Analisis & Perancangan Sistem Informasi Berbasis Object Oriented 2.2.1.1.
Object Oriented Analysis & Design Menurut (Satzinger, 2010:60) Object Oriented Analysis (OOA)
mendefinisikan semua jenis objek yang melakukan pekerjaan dalam suatu sistem dan menunjukkan interaksi user apa yang dibutuhkan untuk melakukan tugas tersebut. Menurut (Satzinger, 2010:60) Object Oriented Design (OOD) mendefiniskan semua jenis objek yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan orang dan perangkat dalam sistem, menunjukkan bagaimana objek berinteraksi untuk menyelesaikan tugas dan menyempurnakan definisi dari tiap jenis object sehingga dapat diimplementasikan dengan spesifik bahasa tertentu atau lingkungan. Menurut (Satzinger, 2010:60) Object Oriented Programming (OOP) menuliskan laporan dalam bahasa pemrograman untuk mendefinisikan apa yang setiap jenis object ini termasuk pesan bahwa objek pengirim satu sama lain.
2.2.1.2.
UML (Unified Modelling Language) Menurut Satzinger (2010:61), dalam bukunya Object Oriented Analysis and Design menyatakan bahwa Unified Modelling Language (UML) adalah satu set standar konstruksi model dan notasi yang dikembangkan secara
khusus
menggungakan
untuk UML,
pengembangan analisis
dan
berorientasi pengguna
objek.
akhir
yang
Dengan dapat
menggambarkan dan memahami berbagai diagram spesifik yang digunakan dalam proyek pengembangan sistem.
11 2.2.1.3.
Activity Diagram Menurut Satzinger (2010:141) Flowcharts dan diagram aktivitas yang khusus dirancang untuk mewakili aliran kontrol di antara langkah-langkah pengolahan. Banyak analis menggunakan jenis workflow diagram dan menyebutnya activity diagram. Suatu activity diagram merupakan gambaran berbagai pengguna (atau sistem) kegiatan, orang yang melakukan aktivitas masing-masing, dan aliran sekuensial dari kegiatan tersebut. Symbol yang digunakan yaitu: 1. Starting Activity (pseudo) Merupakan simbol untuk menandakan dimulainya aktivitas. 2. Transition Arrow Merupakan garis penunujuk arah urutan aktivitas yang menggambarkan transisi dari suatu aktivitas. 3. Activity Merupakan simbol yang menggambarkan aktivitas. 4. Ending Activity (pseudo) Merupakan simbol untuk menandakan berakhirnya aktivitas. 5. Swimlane Merupakan area persegi dalam activity diagram yang menunjukkan aktivitas diselesaikan single agent. 6. Synchronization
bar
Merupakan
symbol
yang digunakan
untuk
mengontrol pemisahan atau penyatuan dari jalur berurutan. 7. Diamond Merupakan simbol poin keputusan dalam alur proses mengikuti satu jalur atau jalur lainnya.
Gambar 2.2:Symbol Activity Diagram. Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:142)
12 2.2.1.4.
Event Table Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:168), event table adalah sebuah pedoman use case daftar peristiwa dalam baris dan potongan kunci informasi setiap peristiwa dalam kolom. Di dalam event table terdapat tahapan yang harus dilakukan didalam kolom yakni seperti kolom berikut ini :
Gambar 2.3: Event Table Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:169)
a. Pengertian Event Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:169), event adalah kejadian pada waktu dan tempat tertentu, dapat digambarkan, dan harus diingat oleh sistem. b. Pengertian Trigger Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:169), trigger adalah tanda yang memberitahukan sistem bahwa telah terjadi peristiwa. Untuk peristiwa eksternal, trigger merupakan datangnya data yang harus diproses oleh sistem. Contohnya, ketika pelanggan melakukan pesanan, maka rincian pesanan baru sebagai input. Untuk peristiwa sementara, trigger merupakan titik waktu. Contohnya, pada akhir setiap hari kerja, sistem telah mengetahui waktu untuk menghasilkan laporan ringkasan transaksi.
13 c. Pengertian Source Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:169), source adalah agen eksternal yang memberikan data ke sistem. d. Pengertian Response Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:169), response adalah output dari sistem. Ketika sistem menghasilkan laporan ringkasan transaksi, laporan tersebut merupakan outputs. Satu use case dapat menghasilkan beberapa responses. Contoh, ketika sistem membuat pesanan baru, maka konfirmasi pesanan diberikan kepada pelanggan, rincian pesanan diberikan kepada bagian pengiriman, dan catatan transaksi diberikan kepada bank. e. Pengertian Destination Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:169), destination adalah tempat dimana beberapa response telah dikirim. Kadang-kadang use case tidak menghasilkan response sama sekali. Contoh, jika pelanggan ingin melakukan update informasi akun, informasi tersebut tersimpan dalam database, tapi tidak dibutuhkan output untuk dihasilkan. Mencatat informasi dalam database merupakan bagian dari use case.
2.2.1.5.
Use Case Diagram Menurut Satzinger (2010:242) dalam bukunya Object Oriented Analysis and Design menjelaskan bahwa sebuah use case itu menunjukan sebuah tongkat sederhana yang digunakan untuk mewakili aktor (tangan ditunjukan langsung mengakses ke sistem langsung). Kasus penggunaan sendiri dilambangkan oleh oval dengan nama use case didalamnya. Garis yang menghubungkan aktor dengan use case menunjukan bahwa aktor memanfaatkan penggunaan sistemnya. Pelaku juga dapat menggunakan sistem lain yang langsung menunjukan antar muka dengan sistem yang sedang dikembangkan.
14
Gambar 2.4 : Simple use case with an actor. Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:243) Otomatisasi batasan dan organisasi yang ditunjukan di dalam use case diagram memperluas penggunaan diagram sama halnya dengan aktor-aktor lain dan menggunakan kasus.
Gambar 2.5: A Use Case Diagram of the Order-Entry Subsystem for RMO, Showing a System Boundary. Sumber : Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:244) 2.2.1.6.
Use Case Description Menurut Satzinger (2010:171) use case description menjelaskan tentang suatu penggunaan kasus sistem yang mencakup seluruh urutan langkah untuk menyelesaikan suatu proses bisnis. Dan sering kali beberapa variansi dari langkah-langkah bisnis ada dalam kasus penggunaan tunggal.
15
Gambar 2.6: Use Case Description Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:174)
2.2.1.7.
Design Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:187), class diagram memberikan gambaran struktur dan deskripsi kelas, package, dan objek serta hubungan satu sama lain seperti pewarisan dan asosiasi. Format yang digunakan untuk menentukan masing-masing atribut adalah: 1. Attribute visibility: visibility menunjukkan apakah objek lain dapat mengakses attribute secara langsung atau tidak. Tanda + (plus) mengindikasikan attribute dapat terlihat atau bersifat public, dan tanda – (minus) menandakan bahwa attribute tidak dapat terlihat atau bersifat private. 2. Attribute name 3. Type-expression: dapat berupa character, string, integer, number, currency, atau date.
16 4. Initial value 5. Property: ditempatkan dalam kurung kurawal. Contoh: {key}. Format yang digunakan dalam method list: 1. Method visibility 2. Method name 3. Type-expression: tipe dari return parameter dari method. 4. Method parameter list: argumen yang masuk.
Gambar 2.7: Notasi Class Diagram. Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:411) Salah satu desain dari class diagram yaitu Domain Model Class Diagram dan Updated Class Diagram. Berikut contoh domain class diagram dan Updated Class Diagram:
17
Gambar 2.8: Domain Class Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:193)
18
Gambar 2.9: Updated Class Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:419)
2.2.1.8.
Completed Three-Layer Design Sequence Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:434), completed threelayer design sequence diagram merupakan pengembangan dari first-cut sequence diagram dengan menambahkan data access layer.
19
Gambar 2.10: Completed Three-Layer Design Sequence Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005:445) 2.2.1.9.
Pakckage Diagram Package diagram menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:459) merupakan diagram yang mengasosiasikan class-class dari suatu kelompok yang terkait. Di dalam diagram tersebut terbagi menjadi tiga layer, yaitu view layer, domain layer, dan data access layer. Package yang digunakan dalam diagram ini digambarkan dengan persegi panjang, sedangkan hubungan antar package digambarkan dengan anak panah bergaris putus-putus (dashed arrow), yang mewakili dependency relationship. Buntut panah terhubung dengan dependent package, sedangkan kepala panah terhubung dengan independent package. Dependency relationship sendiri menggambarkan suatu hubungan antar elemen dalam package diagram, dimana jika terjadi perubahan pada suatu elemen (elemen yang independent), maka elemen lainnya (elemen yang dependent) juga dapat berubah.
20
Gambar 2.11: Package Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2010:459)
2.2.1.10.
User Interface (UI) User Interface Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2010:532)
adalah bagian dari sistem informasi yang membuutuhkan interaksi dari user untuk membuat input dan output. menjelaskan bahwa sebuah sistem informasi baru mempengaruhi banyak sistem informasi yang ada lainnya, dan analisis harus memastikan bahwa mereka semua bekerja bersama-sama. Beberapa interface sistem link sistem organisasi internal, merupakan sistem lain antarmuka dengan sistem eksternal, seperti pemasok atau rumah pelanggan. Dalam kasus lain, sistem baru perlu berkomunikasi dengan aplikasi bahwa organisasi telah dibeli dan diinstall. Dalam setiap kasus hanya terdaftar, analisis harus memiliki informasi tentang setiap sistem yang akan menyentuh sistem baru. Sistem juga harus berinteraksi dengan pengguna baik didalam maupun diluar organisasi. User interface yang lebih dari sekedar layar, itu adalah merupakan pengguna yang datang ke dalam kontrak dengan saat menggunakan sistem, komseptual, dan fisik.
21 2.2.2. Pengertian Produksi Produksi merupakan suatu kumpulan orang, peralatan, dan aturanaturan yang dikelola sedemikian rupa untuk melaksanakan operasi-operasi manufaktur dalam sebuah pabrik. Groover (2005:1) 2.2.2.1.
Siklus Produksi Menurut Romney dan Steinbart (2006:450), siklus produksi adalah peristiwa yang berhubungan dengan penerimaan modal dari investor dan kreditor. Ada empat aktivitas pada siklus produksi, diantaranya :
1.
Production Design
2.
Planning & Schedulling
3.
Production Operation
4.
Cost Accounting
Gambar 2.12: Siklus Produksi Sumber: Romney dan Steinbart (2006: 450) 2.2.3. Pengertian Harga Pokok Produksi Harga
pokok
produksi
menurut
Hansen
&
Mowen
yang
diterjemahkan oleh Deny Arnos Kwary (2009: 60) mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama periode yang berjalan. Biaya yang dibebankan pada barang yang telah selesai hanya biaya manufaktur yang terdiri dari biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead.
22 2.2.3.1.
Fungsi Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2010:65) informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk: 1.
Menentukan Harga Jual Produk Biaya produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu untuk menghasilkan informasi biaya produksi per satuan produk. Dalam penetapan harga jual produk, biaya produksi per unit merupakan salah satu informasi yang dipertimbangkan disamping informasi biaya lain serta informasi nonbiaya.
2.
Memantau Realisasi Biaya Produksi Jika rencana produksi untuk jangka waktu tertentu telah diputuskan untuk dilaksanakan, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang sesungguhnya dikeluarkan di dalam pelaksanaan rencana produksi tersebut.
Oleh
karena
itu,
akuntansi
biaya
digunakan
untuk
mengumpulkan informasi biaya produksi yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu untuk memantau apakah proses produksi mengkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan yang diperhitungkan sebelumnya. 3.
Menghitung Laba atau Rugi Bruto Periode Tertentu Untuk mengetahui apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan dalam
periode
tertentu
mampu
menghasilkan
laba
bruto
atau
mengakibatkan rugi bruto, manajemen memerlukan informasi biaya produksi yang telah dikeluarkan untuk memproduksi produk dalam perode tertentu. 4.
Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk Jadi dan Produk Dalam Proses Disajikan dalam Neraca Pada saat manajemen dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan periodik, manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi. Di dalam neraca, manajemen harus menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses.
23 2.2.4. Sistem Perhitungan Harga Pokok Menurut Mulyadi (2010:17), “Sistem perhitungan harga pokok membahas mengenai tata cara atau metode penyajian informasi biaya produk dan jasa berdasarkan informasi dari sistem akumulasi biaya dan sistem biaya.” Secara garis besar terdapat 2 macam alternative sistem perhitungan harga pokok, yakni: 1. Sistem Perhitungan Harga Pokok Penuh (Full Costing / Absorption Costing) Di dalam sistem perhitungan harga pokok penuh, seluruh biaya produksi variabel dan biaya produksi tetap dibebankan ke produk. 2. Sistem Perhitungan Harga Pokok Variabel (Variabel Costing) Di dalam sistem perhitugan harga pokok variabel, hanya biaya produksi variabel saja yang dibebankan ke produk. 2.2.5. Jenis-jenis Proses Manufaktur Menurut Hansen & Mowen yang diterjemahkan oleh Deny Arnos Kwary (2009:306-307), dalam perusahaan dengan sistem proses, maka unitunit produksi umumnya melalui setiap departemen atau proses. Dalam setiap departemen, bahan baku, tenaga kerja, dan overhead mungkin dibutuhkan. Saat penyelsaian proses tertentu, barang setengah jadi dipindahkan ke departemen berikutnya. Setelah melewati departemen terakhir, barang selesai diproduksi. Berikut adalah jenis-jenis proses manufaktur: 1. Proses berurutan (sequential processing), yaitu pola pemrosesan dengan unit yang melewati dari suatu proses ke proses lainnya dalam serangkaian susunan.
Gambar 2.13: Proses Manufaktur Berurutan Sumber: Hansen & Mowen (2009:306)
24 2. Proses paralel (parallel processing), yaitu pola pemrosesan dengan dua atau lebih proses berurutan yang disyaratkan untuk menghasilkan sebuah barang jadi.
Gambar 2.14: Proses Manufaktur Paralel Sumber: Hansen & Mowen (2009: 307) 2.2.6. Dokumen-dokumen yang terkait dengan Produksi Menurut Garrison, Norren, dan Brewer (2010:92), selain dokumendokumen di atas ada beberapa dokumen pendukung lainnya, yaitu: 1. Formulir Permintaan Bahan Baku (Materials Requisition Form) Merupakan formulir yang berisi permintaan spesifikasi tipe part dan kuantitas part, harga per unit, dan total biaya yang dikeluarkan dari gudang untuk digunakan di tempat produksi.
Gambar 2.15: Material Requisition Form Sumber: Garrison, Norren, dan Brewer (2010: 92) 2. Kartu Biaya (Job Cost Sheet) Merupakan dokumen yang dipersiapkan untuk setiap pekerjaan yang akan dilaksanakan. Berisi data part, tenaga kerja, dan overhead yang dibebankan ke setiap pesanan yang diterima.
25
Gambar 2.16: Job Cost Sheet Sumber: Garrison, Norren, dan Brewer (2010: 92) 3. Kartu Jam Kerja (Time Ticket) Merupakan dokumen yang berisi ringkasan aktivitas tenaga kerja setiap jamnya. Dokumen ini digunakan sebagai dasar untuk memasukkan biaya tenaga kerja ke dalam pencatatan akuntansi.
Gambar 2.17: Employee Time Ticket Sumber: Garrison, Norren, dan Brewer (2010: 93) Menurut Mulyadi (2008: 413), dokumentasi yang digunakan untuk sistem produksi pada perusahaan terbagi menjadi beberapa dokumen, yaitu: 1. Surat Order Produksi Dokumen ini merupaka surat perintah yang dikeluarkan oleh departemen produksi untuk ditujukan kepada bagian-bagian yang terkait dengan produksi untuk memproduksi sebuah produksi, dimana berisi spesifikasi kegiatan apa saja yang harus dilakukan, berapa jumlah yang harus diproduksi, dan jangka waktu produksi.
26
Gambar 2.18: Surat Order Produksi Sumber: Mulyadi (2008: 414) 2. Daftar Kebutuhan Bahan Merupakan dokumen yang berisi daftar jenis dan kuantitas bahan baku yang diperlukan untuk memproduksi produk yang tercantum dalam surat order produksi.
Gambar 2.19: Daftar kebutuhan Bahan Baku Sumber: Mulyadi (2008: 415) 3. Daftar Kegiatan Produksi Dokumen ini berisi daftar urutan jenis kegiatan dan fasilitas mesin yang diperlukan untuk memproduksi produk seperti yang tercantum dalam surat order produksi.
27
Gambar 2.20: Daftar Kegiatan Produksi Sumber: Mulyadi (2008: 416) 4. Bukti Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang Merupakan dokumen yang digunakan oleh bagian produksi untuk meminta bahan baku kepada bagian gudang untuk memproduksi produk yang tercantum dalam surat order produksi.
Gambar 2.21: Bukti Permintaan dan Pengeluaran Barang Gudang Sumber: Mulyadi (2008: 417) 5. Kartu Jam Kerja Dokumen yang merupakan kartu untuk mencatat jam tenaga kerja langsung yang dikonsumsi untuk memproduksi produk yang tercantum dalam surat order produksi.
28 6. Laporan Produk Selesai Laporan
produk
selesai
dibuat
oleh
bagian
produksi
untuk
menginformasikan selesainya produksi pesanan tertentu kepada bagian perencanaan dan pengawasan produksi, bagian gudang, bagian penjualan, bagian akuntansi persediaan, dan bagian akuntansi biaya.
Gambar 2.22: Laporan Produk Selesai Sumber: Mulyadi (2008: 419) 2.2.7. Biaya Kegiatan produksi yang dilakukan perusaahaan tidak terlepas dari biaya yang harus dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk. Berikut ini adalah penjelasan mengenai biaya dan pengelompokan biaya, serta sistem perhitungan biaya. 2.2.7.1.
Pengertian Biaya Pengertian biaya menurut Mursyidi (2010: 213) adalah “suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai tujuan, baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun pada saat yang akan datang.” Menurut Hansen & Mowen yang diterjemahkan oleh Deny Arnos Kwary (2009: 47), “biaya adalah kas atau setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa depan bagi organisasi.” Menurut Carter & Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006: 29), “akuntan telah mendefinisikan biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran atau pengorbanan untuk memperoleh manfaat. Dalam akuntansi keuangan,
29 pengeluaran atau pengorbanan pada saat akuisisi diwakili oleh penyusutan saat ini atau di masa yang akan datang dalam bentuk kas atau aktiva lain.” Menurut Horngren, Datar, dan Foster (2009: 53), “Accountants define cost as a resource sacrificed or forgone to achieve a specific objective. A cost (such as direct materials or advertising) is usually measured as the monetary amount that must be paid to acquire goods or services.” Yang dapat diartikan bahwa akuntan mendefinisikan biaya sebagai suatu sumber yang dikorbankan untuk mencapai sebuah tujuan tertentu. Biaya (seperti bahan baku langsung atau periklanan) biasanya diukur sebagai jumlah moneter yang harus dibayar untuk memperoleh barang atau jasa. Dapat disimpulkan bahwa biaya adalah nilai tukar berupa kas atau setara kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan dapat memberi manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi untuk mencapai tujuannya.
2.2.7.2.
Klasifikasi Umum Biaya Menurut Garrison, Norren, dan Brewer (2010: 36), terdapat beberapa klasifikasi umum biaya yang meliputi: klasifikasi biaya menurut fungsi pokok perusahaan, konsep akuntansi keuangan, isi Laporan Keuangan, prediksi perilaku biaya, pembebanan biaya ke obyek biaya, dan pembuatan keputusan. Menurut Andre Henri Slat (2013: 111) juga menyatakan bahwa dalam penentuan harga pokok produksi harus diperhatikan unsur-unsur biaya yang termasuk ke dalamnya, dan mengalokasikan unsur-unsur biaya tersebut secara tepat, sehingga dapat menggambarkan pengorbanan sumber ekonomi yang sesungguhnya.
2.2.7.2.1. Klasifikasi biaya menurut Fungsi Pokok Perusahaan Garrison & Noreen (2010: 36) juga menyatakan bahwa beberapa perusahaan manufaktur membagi biaya produksi ke dalam dua kategori besar: 1.
Biaya Produksi Perusahaan manufaktur membagi biaya produksi ke dalam tiga kategori:
30 a. Bahan Langsung (Direct Material) Merupakan bahan yang digunakan untuk menghasilkan produk jadi. Bahan baku berkaitan dengan semua jenis bahan yang digunakan dalam pembuatan produk jadi dan produk jadi suatu perusahaan dapat menjadi bahan baku bagi perusahaan yang lainnya. Bahan langsung adalah bahan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari produk jadi, dan dapat ditelusuri secara fisik dan mudah ke produk tersebut. b. Tenaga kerja langsung (Direct Labor) Istilah tenaga kerja langsung (Direct Labor) digunakan untuk biaya tenaga kerja yang dapat ditelusuri dengan mudah ke produk jadi. Tenaga kerja langsung biasanya disebut juga tenaga kerja manual (touch labor) karena tenaga kerja langsung melakukan kerja tangan atas produk pada saat produksi. Biaya tenaga kerja misalnya adalah tenaga kerja bagian perakitan seperti halnya biaya untuk tukang kayu, tukang batu, dan operator mesin. Biaya tenaga kerja yang tidak dapat ditelusuri secara fisik dalam pembuatan produk disebut tenaga kerja tidak langsung dan diperlakukan sebagai bagian biaya overhead pabrik. c. Biaya overhead pabrik (Manufacturing Overhead) Biaya ini mencakup seluruh biaya produksi yang tidak termasuk dalam bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya overhead pabrik termasuk bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung, pemeliharaan dan perbaikan peralatan produksi, listrik dan penerangan, pajak properti, depresiasi, asuransi fasilitasfasilitas produksi, dan lain-lainnya. Hanya biaya-biaya yang berkaitan dengan operasi pabrik yang termasuk kategori biaya overhead produksi. Biaya overhead pabrik ditambah dengan biaya tenaga kerja disebut biaya konversi (conversion cost). Istilah tersebut muncul dari fakta bahwa biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik terjadi dalam proses konversi dari bahan baku menjadi
31 produk jadi. Gabungan antara biaya tenaga kerja langsung dengan bahan langsung disebut biaya utama (prime cost). 2. Biaya Nonproduksi Umumnya, biaya nonproduksi dibagi menjadi dua yaitu: a. Biaya pemasaran atau penjualan Meliputi semua biaya yang diperlukan untuk menangani pesanan konsumen dan memperoleh produk atau jasa untuk disampaikan kepada konsumen. Biaya-biaya tersebut disebut pemerolehan pesanan (ordergetting) dan pemenuhan pesanan (order-filling). Biaya pemasaran meliputi pengiklanan, pengiriman, perjalanan dalam rangka penjualan, komisi penjualan, gaji untuk bagian penjualan, dan biaya penyimpanan (gudang) produk jadi. b. Biaya administrasi Meliputi pengeluaran eksekutif, organisasional, dan klerikal yang berkaitan dengan manajemen umum organisasi. Contoh dari biaya administrasi
ini
adalah
gaji
eksekutif,
akuntansi
umum,
kesekretariatan, humas, dan biaya sejenis yang terkait dengan administrasi umum organisasi secara keseluruhan.
Gambar 2.23: Ringkasan Terminologi Biaya Sumber: Garrison & Noreen (2010: 40) 2.2.7.2.2.
Klasifikasi biaya menurut Konsep Akuntansi Keuangan Menurut Garrison & Noreen (2010:38) mengklasifikasikan biaya menjadi:
32 1.
Biaya Produk (product cost) Biaya produk mencakup semua biaya
yang terkait dengan
pemerolehan atau pembuatan suatu produk. Dalam kasus produk manufaktur, biaya-biaya ini terdiri atas bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. Biaya produk dianggap “melekat” pada unit produk pada saat barang dibeli atau diproduksi, dan biaya tersebut tetap melekat pada barang yang kemudian menjadi persediaan yang menunggu untuk dijual. 2.
Biaya Periodik (period cost) Biaya periodik adalah semua biaya yang tidak termasuk dalam biaya produk. Biaya-biaya ini dicatat sebagai beban di laporan laba rugi pada periode saat biaya tersebut terjadi dengan menggunakan peraturan akuntansi akrual. Biaya periodek tidak termasuk biaya pembelian maupun produksi barang. Contoh biaya periodik adalah komisi penjualan, sewa kantor, dan seluruh beban penjualan dan administrasi. Biaya periodik akan dimasukkan ke laporan laba rugi sebagai beban pada periode terjadinya.
2.2.7.2.3. Klasifikasi biaya dalam Laporan Keuangan Pencatatan akuntansi untuk perusahaan manufaktur menurut Garrison & Noreen (2010:41) yaitu: 1. Neraca Perusahaan dagang hanya memiliki satu jenis persediaan barang yang dibeli dari pemasok yang dimiliki sampai barang tersebut dijual ke konsumen. Sebaliknya dalam perusahaan manufaktur terdapat tiga jenis persediaan yaitu bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. 2. Laporan Laba Rugi Perhitungan Harga Pokok Penjualan pada perusahaan manufaktur dan perusahaan dagang sedikit berbeda karena faktor persediaannya.
33 Harga
Pokok
Penjualan
Persediaan
(HPP
=
Perusahaan Dagang)
Perusahaan Manufaktur)
+
Pembelian - Persediaan Akhir
Persediaan Harga Pokok Penjualan (HPP
Awal
=
Jadi
+
Awal
Barang
Harga
Pokok
Produksi - Persediaan Akhir Barang Jadi
2.2.7.2.4. Klasifikasi biaya untuk Memprediksi Perilaku Biaya Menurut Garrison & Noreen (2010:58) perilaku biaya umumnya dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Biaya Tetap Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah saat aktivitas bisnis meningkat atau menurun. Misalnya overhead pabrik memasukkan item seperti supervisi, penyusutan, sewa, asuransi properti, pajak properti. 2. Biaya Variabel Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang secara total meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proporsional terhadap penurunan dalam aktivitas. Biaya variabel termasuk biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, alat-alat kecil, pengerjaan ulang, dan unit-unit yang rusak. Biaya variabel biasanya dapat diidentifikasikan langsung dengan aktivitas yang menimbulkan biaya. 3. Biaya Semivariabel Biaya semivariabel didefinisikan sebagai biaya yang memperlihatkan baik karakteristik-karakteristik dari biaya tetap maupun biaya variabel. Contoh biaya tersebut adalah biaya listrik, air, gas, bensin, batu bara, perlengkapan, pemeliharaan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, asuransi jiwa kelompok untuk karyawan, biaya pensiun, pajak penghasilan, biaya perjalanan dinas, dan biaya hiburan.
34 2.2.7.2.5. Klasifikasi biaya untuk Pembebanan Biaya ke Obyek Biaya Menurut Menurut Garrison & Noreen (2010:38), penelurusan atau pelacakan biaya serta pengalokasian biaya terbagi menjadi: 1.
Biaya langsung Biaya langsung suatu obyek biaya terkait dengan suatu obyek biaya dan dapat dilacak ke obyek biaya tertentu dengan cara yang layak secara ekonomi (biaya efektifitas).
2.
Biaya tidak langsung Biaya tidak langsung suatu obyek biaya berkaitan dengan suatu obyek biaya namun tidak dapat dilacak ke obyek biaya tertentu dengan cara yang layak secara ekonomis (biaya efektifitas).
2.2.7.2.6.
Klasifikasi biaya untuk Pembuatan Keputusan Menurut Garrison & Noreen (2010:52) mendefinisikan klasifikasi biaya yang digunakan untuk mengambil keputusan yaitu: 1. Biaya Diferensial (differential cost) Keputusan melibatkan proses pemilihan dari berbagai alternatif yang ada. Setiap alternatif memiliki konsekuensi biaya dan manfaat yang harus dibandingkan dengan biaya dan manfaat yang akan diperoleh dari alternatif lain yang tersedia. Perbedaan biaya antara dua alternatif disebut biaya diferensial. Perbedaaan penghasilan anatara dua alternatif disebut pendapatan diferensial. 2. Biaya Kesempatan (opportunity cost) Biaya kesempatan atau biaya peluang adalah manfaat potensial yang akan hilang bila salah satu alternatif telah dipilih dari sejumlah alternatif yang tersedia. Biaya kesempatan tidak selalu dicatat dalam catatan akuntansi organisasi, tetapi merupakan biaya yang harus selalu dipertimbangkan dalam setiap pengambilan keputusan. Setiap alternatif biaya memiliki biaya kesempatan yang melekat padanya.
35 3. Biaya Tertanam (sunk cost) Biaya tertanam adalah biaya yang telah terjadi dan tidak dapat diubah oleh keputusan apa pun yang dibuat saat ini atau pun masa yang akan datang. Biaya tertanam bukanlah biaya diferensial, oleh karenanya biaya tertanam dapat diabaikan dalam pembuatan keputusan. 2.2.8. Sistem Perhitungan Biaya Menurut Carter dan Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006: 155), tujuan penting dari sistem perhitungan biaya manapun adalah untuk menentukan biaya dari barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Sistem perhitungan biaya sebaiknya ekonomis untuk dioperasikan dan membebankan sejumlah biaya ke setiap produk sedemikian rupa sehingga merefleksikan biaya dari sumber daya yang digunakan untuk memproduksi produk tersebut. Ada dua sistem akumulasi biaya, yaitu: 1. Sistem Perhitungan Biaya berdasarkan Pesanan (Job Order Costing) (2006: 127). Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan (Job Order Costing atau Job Costing), biaya produksi diakumulasikan untuk setiap pesanan (job) yang terpisah; suatu pesanan adalah output yang diidentifikasikan untuk memenuhi pesanan pelanggan tertentu atau untuk mengisi kembali suatu item dari persediaan. Untuk menghitung biaya berdasarkan pesanan secara efektif, pesanan harus dapat diidentifikasikan secara terpisah. Agar rincian dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan sesuai dengan usaha yang diperlukan, harus ada perbedaan penting dalam biaya per unit suatu pesanan dengan pesanan lain. 2.
Sistem Perhitungan Biaya berdasarkan Proses (Process Costing) (2006: 156). Dalam sistem perhitungan biaya berdasarkan proses, bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya yang dibebankan ke setiap unit ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya dengan total unit yang diproduksi. Pusat biaya biasanya adalah departemen, tetapi bisa juga pusat pemrosesan dalam satu departemen. Persyaratan utama adalah semua produk yang diproduksi
36 dalam suatu pusat biaya selama suatu periode harus sama dalam hal sumber daya yang dikonsumsi bila tidak, perhitungan biaya berdasarkan proses dapat mendistorsi biaya produk. 2.2.9. Job Order Costing Salah satu sistem perhitungan biaya yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing) yang meliputi pengertian, karakteristik, manfaat, serta tahapan perhitungan job order costing. 2.2.9.1.Pengertian Job Order Costing System Menurut Hansen & Mowen yang diterjemahkan oleh Deny Arnos Kwary (2009:290), Job Order Costing merupakan suatu sistem perhitungan biaya yang memungkinkan biaya dikumpulkan dan dibebankan ke dalam unit produksi untuk setiap pekerjaan. Menurut Carter & Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006: 127) mengemukakan bahwa Job Order Costing merupakan metode perhitungan biaya yang mengakumulasikan biaya untuk setiap pesanan, setiap batch, setiap lot, atau setiap pesanan pelanggan. Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Job Order Costing melakukan akumulasi biaya- biaya berdasarkan pekerjaan yang terpisah dan berbeda berdasarkan pesanan, dimana untuk menghimpun biaya-biaya tersebut dilakukan dengan memisahkan secara cermat biaya dari suatu pekerjaan spesifik dari biaya-biaya pekerjaan lainnya.
Gambar 2.24: Arus Dokumen dalam Sistem Perhitungan Biaya Berdasarkan Pesanan Sumber: Garrison & Noreen (2010:99)
37 2.2.9.2.
Karakteristik Job Order Costing System
Menurut Mulyadi (2010:38), karakteristik menggunakan job order costing adalah sebagai berikut : 1.
perusahaan
yang
Perusahaan memproduksi berbagai macam produk sesuai dengan spesifikasi pemesanan.
2.
Biaya produksi digolongkan berdasarkan hubungannya dengan produk menjadi biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak langsung.
3.
Biaya produksi langsung terdiri biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
4.
Biaya produksi langsung diperhitungkan sebagai beban pokok produksi pesanan tertentu berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi.
5.
Beban pokok produksi per unit dihitung pada saat pesanan selesai diproduksi dengan cara membagi jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk pesanan tersebut dengan jumlah unit produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan. Menurut Mulyadi (2010: 161) perbedaan karakteristik antara sistem biaya berdasarkan pesanan dengan sistem biaya berdasarkan proses adalah:
Sistem Biaya Pesanan Biaya
produksi
Sistem Biaya Proses
diakumulasikan Biaya produksi diakumulasikan
berdasarkan biaya yang dikeluarkan berdasarkan
proses
atau
departemen Produk dan jasa berbeda-beda
Produk
dan
jasa
homogen
diproduksi secara massal Biaya per unit dihitung dengan cara Biaya per unit dihitung dengan membagi
biaya
pesanan
total cara membagi biaya proses total
dengan unit produk atau jasa yang dalam suatu periode dengan unit diproduksi. Penghitungan biaya per produk dan jasa yang dihasilkan. unit dilakukan pada saat pesanan Perhitungan telah selesai
biaya
per
unit
dilakukan pada akhir periode.
Tabel 2.1 Perbedaan Job Order Costing dengan Process Costing Sumber: Blocher et al. (2010: 161)
38 2.2.9.3.
Tahapan Job Order Costing System Langkah – langkah dalam perhitungan job order costing menurut
Syenny Sutikno (2012) yaitu: 1.
Identifikasi pekerjaan yang dipilih sebagai obyek biaya. Agar rincian dari perhitungan biaya berdasarkan pesanan sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan, maka harus diidentifikasi pekerjaan sesuai dengan obyek biaya.
2.
Identifikasi biaya langsung pekerjaan. Dalam mengidentifikasi biaya manufaktur, yang dikategorikan menjadi biaya manufaktur langsung yaitu bahan baku langsung dan tenaga kerja manufaktur langsung. 3. Pilih dasar alokasi biaya yang digunakan untuk mengalokasikan biaya tidak langsung ke pekerjaan. Biaya manufaktur tidak langsung adalah biaya – biaya yang diperlukan untuk menjalankan suatu pekerjaan namun tidak dapat dilacak langsung ke pekerjaan tertentu. 4. Identifikasi biaya tidak langsung yang terkait dengan setiap dasar alokasi biaya. Alokasi tunggal berdasarkan jam kerja tenaga manufaktur langsung
dapat
digunakan
untuk
mengalokasikan
biaya
manufaktur tidak langsung bagi produk. 5. Hitung tarif per unit dari setiap dasar alokasi biaya yang digunakan untuk mengalokasikan biaya tidak langsung ke pekerjaan. Untuk setiap cost pool, tarif biaya tidak langsung (indirect cost rate) dihitung dengan cara membagi biaya overhead total dalam pool biaya (yang ditentukan pada langkah 4) dengan kuantitas total dari dasar alokasi biaya (yang ditentukan pada langkah 3), untuk perhitungannya dapat dilihat di bawah ini.
39 Biaya total aktual dalam cost pool biaya tidak Tarif
biaya
langsung aktual
tidak
= langsung Total kuantitas aktual dari dasar alokasi biaya
6. Hitung biaya tidak langsung yang dialokasikan ke pekerjaan. Biaya tidak langsung dari suatu pekerjaan dihitung dengan mengalihkan kuantitas aktual dari setiap dasar alokasi biaya (satu dasar alokasi untuk setiap pool) yang terkait dengan pekerjaan itu dengan tarif biaya tidak langsung dari setiap dasar alokasi biaya (yang dihitung pada langkah 5). 7. Hitung biaya total pekerjaan dengan menambahkan seluruh biaya langsung dan tidak langsung yang dibebankan ke pekerjaan. Seluruh biaya yang terkait seperti manufaktur langsung yang meliputi bahan baku langsung dan tenaga kerja manufaktur langsung, serta biaya manufaktur tidak langsung. 2.2.9.4.
Prosedur Pencatatan Pada Job Order Costing Menurut Mulyadi (2010:44) dalam Job Order Costing, perkiraan buku besar umum barang dalam proses ditunjang oleh perkiraan buku besar pembantu biaya pesanan,di mana catatan terpisah menunjukkan rincian biaya setiap pesanan yang ada dalam proses produksi. Rincian tersebut dicatat dalam kartu biaya pesanan (Job Order Cost Sheet), yang dapat berbentuk kertas/manual atau elektronik/terotomatisasi. Job Order Cost Sheet merupakan catatan yang penting dalam Job Order Costing System. Job Order Cost Sheet ini berfungsi sebagai rekening pembantu yang digunakan untuk mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan produk.
Job Order
Costing System harus memiliki kemampuan untuk mengidentifikasi jumlah bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead yang dikonsumsi oleh setiap pekerjaan. Kebutuhan dokumen yang dipenuhi lembar formulir bahan baku langsung, kartu jam kerja untuk tenaga kerja langsung, dan dokumen sumber untuk penggerak aktivitas lainnya yang mungkin digunakan dalam pembebanan overhead.
40 1. Pencatatan Biaya Bahan Baku a. Pembelian Bahan Baku Saat bahan baku diterima, akun bahan baku didebet (sedangkan pada sistem periodik, yang didebet adalah akun pembelian). Kuantitas dan harga per unit dari setiap pembelian dicatat dalam kartu catatan bahan baku. Satu kartu digunakan untuk setiap jenis bahan baku. Ayat jurnalnya adalah: Persediaan bahan baku
xxx
Utang usaha
xxx
b. Penggunaan Bahan Baku Biaya bahan baku langsung dibebankan ke pekerjaan dengan menggunakan dokumen sumber yang disebut Formulir permintaan bahan baku (Materials Requisitions). Formulir ini mencatat jenis, jumlah, dan harga per unit bahan yang dikeluarkan dari gudang dan yang paling penting nomor pekerjaan. Dengan menggunakan formulir ini, departemen akuntansi biaya dapat mencatat biaya bahan baku langsung ke dalam kartu biaya pesanan. Apabila sistem akuntansinya terotamatisasi, penjurnalan ini langsung masuk ke dalam data pada terminal komputer, dengan menggunakan formulir permintaan bahan baku sebagai dokumen
sumber.
Program
komputer
selanjutnya
memasukkan biaya bahan baku langsung tersebut ke dalam catatan setiap pekerjaan. Sebagai tambahan untuk penyediaan informasi penting pada pembebanan biaya bahan baku langsung ke pekerjaan, formulir permintaan bahan baku juga memilki item dari data lain, seperti nomor permintaan, tanggal dan tanda tangan. Data-data ini bermanfaat untuk melakukan pengendalian atas persediaan bahan baku langsung. Tanda tangan misalnya, memindahkan tanggung jawab bahan baku dari gudang, kepada orang yang menerima bahan baku, biasanya supervisor produksi. Ayat Jurnal adalah :
41 Barang dalam prosesbiaya bahan baku langsung
xxx
Persedian
xxx
2. Pencatatan Biaya Tenaga Kerja Dalam Job Order Costing harus dipisahkan antara upah tenaga kerja langsung dengan upah tenaga kerja tidak langsung. Alat yang digunakan untuk membebankan biaya tenaga kerja langsung ke setiap pesanan adalah dokumen sumber yang disbut dengan Kartu Jam Kerja. Setiap hari, pegawai perusahaan mengisi kartu jam kerja yang mengidentifikasi nama, tingkat gaji, dan jam kerja tiap pekerjaan. Kartu jam kerja ini dikumpulkan dan dikirim ke departemen akuntansi biaya, yang menggunakan informasi tersebut untuk mencatat biaya tenaga kerja langsung ke pekerjaan tertentu. Kartu jam kerja digunakan hanya untuk tenaga kerja langsung. Oleh karena tenaga kerja tidak langsung ada di semua pekerjaan, biayanya
termasuk
overhead
dan
dialokasikan
dengan
menggunakan satu atau lebih tarif overhead yang telah dianggarkan. Upah tenaga kerja langsung dicatat dengan mendebit rekening barang dalam proses, dan dicatat pula dalam dalam kartu harga pokok pesanan yang bersangkutan. Upah tenaga kerja tidak langsung, dicatat dengan mendebit rekening biaya overhead pabrik sesungguhnya. Pencatatan biaya tenaga kerja dilakukan melalui 3, yaitu: a. Pencatatan biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan Atas dasar daftar gaji dan upah yang dibuat, jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja yang terutang oleh perusahaan adalah sebagai berikut: Gaji dan upah
xxx
Utang gaji dan upah
xxx
b. Pencatatan distribusi biaya tenaga kerja Kebanyakan perusahaan mendistribusikan biaya tenaga kerja secara
bulanan,
kartu
jam
kerja
karyawan
diurutkan
berdasarkan pesanan, datanya dimasukkan ke dalam kartu
42 biaya pesanan, dan dicatat dengan menggunakan ayat jurnal sebagai berikut: Barang dalam prosesBiaya upah langsung
xxx
Gaji dan upah
xxx
3. Pencatatan Biaya Overhead pabrik Pencatatan biaya overhead pabrik dibagi menjadi dua: pencatatan biaya
overhead
pabrik
yang
dibebankan
kepada
produk
berdasarkan tarif yang ditentukan di muka dan pencatatan biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi. Di dalam Job Order Costing, produk dibebani biaya overhead pabrik dengan menggunakan tarif yang ditentukan di muka. Tarif biaya overhead pabrik ini dihitung berdasarkan angka anggaran biaya overhead pabrik.Jurnal untuk mencatat pembebanan biaya overhead pabrik berdasarkan tarif adalah: Biaya overhead actual
xxx
Akumulasi depresiasi mesin Biaya Overhead actual
xxx
xxx
Asurasi dibayar dimuka
xxx
Barang dalam proses Biaya overhead(standard)
xxx
Biaya overhead standard Biaya overhead standard
xxx
xxx
Biaya overhead actual
xxx
4. Pencatatan Harga pokok produk Jadi Pesanan yang telah selesai diproduksi ditransfer ke bagian gudang oleh bagian produksi. Harga pokok pesanan yang telah selesai diproduksi ini dapat dihitung dari informasi biaya yang dikumpulkan
dalam
kartu
harga
pokok
pesanan
yang
bersangkutan. Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi tersebut adalah sebagai berikut:
43 Barang jadi – bahan baku langsung
xxx
Barang jadi – tenaga kerja langsung
xxx
Barang jadi – overhead
xxx
Barang dalam proses – biaya bahan baku langsung(actual)
xxx
Barang dalam proses – biaya tenaga kerja langsung(actual)
xxx
Barang dalam proses – biaya overhead(standard )
xxx
5. Pencatatan harga pokok produk yang dijual Harga pokok produk yang diserahkan kepada pemesan dicatat dalam rekening harga pokok penjualan dan rekening persediaan produk jadi. Jurnal untuk mencatat harga pokok pesanan yang diserahkan kepada pemesan adalah sebagai berikut: HPP – Bahan baku langsung(actual)
xxx
HPP – Tenaga kerja langsung(actual)
xxx
HPP - Overhead(standard)
xxx
Barang jadi – Bahan baku langsung
xxx
Barang jadi – Tenaga kerja langsung
xxx
Barang jadi – overhead
xxx
6. Pencatatan Pendapatan penjualan Produk Pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk kepada pemesan dicatat dengan mendebit rekening piutang dagang dan mengkredit rekening hasil penjualan. Jurnal yang dibuat untuk mencatat piutang pemesan dan jurnal pencatatan laba adalah sebagai berikut: Piutang dagang
xxx
Penjualan
xxx
Hutang PPN
xxx
HPP
xxx
HPP Persediaan barang jadi HPP overhead Standar
xxx
xxx
HPP overhead Actual
xxx
Varians
xxx
44 2.2.10. Laporan Biaya Produksi Setiap biaya yang dikeluarkan untuk produksi akan dihitung dan dirangkum ke dalam sebuah bentuk laporan biaya produksi yang memberikan informasi bagi pihak manajemen untuk mendukung pengambilan keputusan. Laporan produksi menurut Hansen & Mowen yang diterjemahkan oleh Deny Arnos Kwary (2009: 308) adalah “dokumen yang meringkas aktivitas manufaktur yang terjadi di suatu departemen dalam periode tertentu. Laporan produksi berisi informasi biaya-biaya yang ditambahkan dalam departemen itu sendiri, seperti bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead.” Adapun laporan produksi terbagi menjadi dua bagian yaitu: 1. Bagian informasi unit, yang memiliki dua sub bagian utama yaitu: a. Unit untuk diperhitungkan b. Unit yang telah dihitung 2. Bagian informasi biaya, yang memiliki dua sub bagian utama yaitu: a. Biaya untuk diperhitungkan b. Biaya yang telah dihitung 2.2.12. Sistem Pengendalian Internal Dalam menjalankan suatu proses produksi, perusahaan menggunakan pengendalian internal untuk memastikan proses tersebut berjalan sesuai dengan prosedur yang berlaku dan mencegah terjadinya penyimpangan. Pada sub-sub bab berikut ini akan dibahas mengenai pengertian, tujuan, dan komponen-komponen terkait pengendalian internal yang ada. 2.2.12.1.
Pengertian Pengendalian Internal Gelinas dan Dull (2008: 216) dalam Committee of Sponsoring Organization (COSO) mendefinisikan pengendalian internal sebagai suatu proses yang dipengaruh oleh dewan direksi, manajemen, dan pihak personal lainnya dalam suatu entitas, yang dirancang untuk menyediakan jaminan atau keyakinan yang memadai terkait dengan pencapaian
tujuan
seperti
efektivitas
dana
efisiensi
operasi,
kehandalan laporan keuangan, dan ketaatan dengan peraturan yang berlaku.
45 2.2.12.2.
Tujuan Sistem Pengendalian Internal Adapun tujuan dari pengendalian internal menurut Romney dan Steinbart (2006: 96) adalah sebagai berikut: a. Menjaga asset, termasuk mencegah atau mendeteksi, secara regular, perolehan, penggunaan, atau pembuangan material yang tidak terotorisasi dari asset perubahan. b. Memelihara catatan dalam detil yang cukup untuk secara akurat dan sesuai menggambarkan asset perusahaan. c. Menyediakan informasi yang akurat dan dapat dipercaya. d. Menyediakan kepastian bahwa laporan keuangan dipersiapkan sesuai dengan GAAP e. Meningkatkan
efisiensi
operasional
termasuk
memastikan
penerimaan dan pengeluaran perusahaan dibuat sesuai dengan otorisasi manajer dan direktur. f. Meningkatkan kedisiplinan terhadap kebijakan manjerial yang telah ditetapkan. 2.2.13. Pengendalian pada proses produksi Sebuah siklus produksi perlu dilakukan adanya pengendalian Van Der Bij, Hans & Jeroen H.W. Van Ekert (2010 : 676) mengungkapkan bahwa “Production control system comprises a system of tasks, methods, and means, which an organisation uses to agree and maintain the availability of products to the expectations of the internal or external customer with respect to time, quantity, and place.”, dimana perusahaan mengelola produk terbaik yang dihasilkan demi pelanggannya melalui sistem pengendalian produksi yang memiliki metode, sistem kerja, dan batasan terkait produksi tersebut. 2.2.14. Analisis Varian Menurut Raiborn & Kinney (2009: 239), “Variance Analysis is the process of categorizing the na ture ( favorable, unfavorable) of the differences betw een actual and standard costs and seeking explanations for thosedifferences.”,yang diterjemahkan sebagai: proses mengkategorikan sifat (menguntungkan, tidak menguntungkan) dari perbedaan diantara biaya aktual dan standar mencari penjelasan untuk perbedaan tersebut.
46 Menurut Witjaksono (2006: 138), Analisis Varian adalah melakukan dekomposisi atas perbedaan-perbedaan antara biaya actual dan rencana menjadi jumlah-jumlah yang terkait pada suatu realitas dan rencana. Berdasarkan kedua definisi diatas maka kami simpulkan Analisis Varian adalah sebuah proses menyelidiki perbedaan diantara biaya aktual dengan biaya standar. Terdapat beberapa perhitungan analisis varian menurut Witjaksono (2006: 142): 1. Analisis varian bahan baku : a. Analisis Satu Selisih (Kuantitas Aktual x Harga Aktual) – (Kuantitas Standar x Harga Standar) b.
Analisis Dua Selisih a) Selisih Bahan /Selisih Kuantitas/Selisih Efisiensi (Kuantitas Aktual x Harga Standar) – (Kuantitas Standar x Harga Standar) b) Selisih Harga (Kuantitas Aktual x Harga Aktual) – (Kuantitas Aktual x Harga Standar)
c. Analisis Tiga Selisih a) Selisih Harga Bahan Baku (Harga Standar – Harga Aktual) x Kuantitas Standar b) Selisih Kuantitas Bahan Baku (Kuantitas Standar – Kuantitas Aktual) x Harga Standar c) Selisih Harga /Kuantitas Bahan Baku (Harga Standar – Harga Aktual) x (Kuantitas Standar – Kuantitas Aktual) 2. Analisis varian tenaga kerja: a. Analisis Satu Selisih (Jam Kerja Aktual x Upah Aktual) – (Jam Kerja Standar x Upah Standar) b.
Analisis Dua Selisih a) Selisih Jam Kerja/ Selisih Efisiensi (Jam Aktual x Upah Standar) – (Jam Standar x Upah Standar)
47 b) Selisih Upah (Jam Aktual x Upah Aktual) – (Jam Aktual x Upah Standar) c.
Analisis Tiga Selisih a) Selisih Tarif Upah (Upah Standar – Upah Aktual) x Jam Standar b) Selisih Efisiensi/jam (Jam Standar – Jam Aktual) x Upah Standar c) Selisih Up ah/jam (Jam Standar – Jam Aktual) x (Tarif Standar – Tarif Aktual)
3.
A nalisis varian Biaya Overhead Pabrik a.
Analisis Satu Selisih a) Selisih BOP Variable BOP Variable Aktual – BOP Variable Standar b) Selisih BOP Tetap BOP Tetap Aktual – BOP Tetap Standar
b. Analisis Dua Selisih a) Selisih BOP Variable
Spending Variance
Efficiency Variance
BOP Variable Yang Dianggarkan
BOP Variable Aktual
Selisih
A
B
C
16,170
(490)R
BOP Variable Yang Dibebankan
BOP Variable Yang
Selisih
A
B
C
18,400
15,680
2,720L
15,680
Dianggarkan
(490) R + 2,720 = 2,230 b) Selisih BOP Tetap BOP Tetap Yang Dianggarkan Spending Variance
A 22,356
BOP Tetap Aktual
Selisih
B
C
20,930
1,426
48
BOP Tetap Yang Dibebankan Efficien cy
BOP Tetap Yang Dianggarkan
A
Variance
22,356
Selisih
B
C
22,356
-
1,426 + 0 = 1,426 c.
Analisis Tiga Selisih a) Untuk BOP Variable i. Selisih Tarif BOP Variable (Tarif Standar – Tarif Aktual) x Jam Standar ii. Selisih Efisiensi (Jam Standar – Jam Aktual) x Tarif Standar iii. Selisih Tarif dan Efisiensi (Jam Standar – Jam Aktual) x (Tarif Standar – Tarif Aktual) b) Untuk BOP Tetap i. Selisih Tarif BOP Tetap (Tarif Standar – Tarif Aktual) x Aktual Output (unit) ii. Selisih Efisiensi (Standar Unit yang diproduksi – Aktual Unit) x Tarif Standar iii. Selisih Tarif dan Efisiensi (Standar Unit yang diproduksi – Aktual Unit) x (Tarif Standar – Tarif Aktual)
49
Kerangka Berpikir Dalam menentukan langkah-langkah penelitian, maka dibuat kerangka berpikir dalam bentuk bagan sebagai berikut:
Gambar 2.25: Kerangka Berpikir