BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi saat ini dimana persaingan usaha semakin ketat,
sebagai perusahaan dituntut untuk dapat bersaing dengan perusahaan asing agar dapat bertahan. Setiap organisasi dalam perusahaan pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut kemudian menjadi dasar dalam penyusunan strategi guna mencapai tujuan perusahaan tersebut. Dalam operasional perusahaan, terdapat perhatian yang lebih besar terhadap sistem pengendalian manajemen untuk dapat memperoleh laba dalam kegiatan operasionalnya terutama pada setiap perusahaan yang berorientasi pada laba. Pendapatan merupakan salah satu unsur penting dalam pembentukan laba perusahaan dan merupakan salah satu unsur yang berhubungan dengan besar kecilnya laba yang diperoleh setiap perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya, baik usaha tersebut bergerak dalam aktivitas pemberian jasa maupun barang diukur berdasarkan laba yang diperoleh selama periode tertentu. Pada akhir periode, setiap perusahaan mempunyai kewajiban untuk mempertanggungjawabkan kinerjanya selama periode tersebut kepada pihak yang berkepentingan melalui laporan keuangan. penyusunan dan penyajian laporan keuangan harus dikelola dengan baik agar menggambarkan kondisi keuangan perusahaan secara tepat dan akurat. Ketepatan dan keakuratan kondisi keuangan perusahaan akan memberikan gambaran dan informasi keuangan yang sesuai dengan kejadian. Maka dari itu, pendapatan merupakan masalah yang sangat penting karena dengan pendapatan xvi
manajemen perusahaan dapat mengukur berhasil atau tidaknya suatu kegiatan yang telah dilaksanakan dari tingkat pendapatannya dan dapat menjadi evaluasi bagi manajemen perusahaan untuk rencana kerja pada tahun yang akan datang. Permasalahan utama dalam akuntansi untuk pendapatan secara umum adalah tentang pengukuran dan pengakuan pendapatan. Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan no. 23 (2012, h.23.2) pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Pendapatan diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima. FASB membedakan antara laba dan pendapatan karena adanya karakteristik sumber yang dapat dibedakan dengan operasi utama. FASB dalam Suwardjono (2005 : 351-362) mengemukakan bahwa pembedaan tersebut sebenarnya lebih dimaksudkan untuk kepentingan penyajian pendapatan atas dasar sumbernya daripada untuk membedakan secara tegas karakteristik antara pendapatan dan laba. Dalam hal pengakuan pendapatan, proses pengakuan pendapatan tersebut harus akurat dan jangan sampai ada transaksi yang seharusnya diakui sebagai pendapatan dalam periode berjalan, namun diakui untuk periode yang akan datang. Pengakuan pendapatan pada saat kas terkumpul sebenarnya merupakan pengakuan pendapatan berdasarkan asas kas. Berbeda dengan pengakuan pada saat kontrak yang barangnya belum diserahkan, pengakuan dasar kas digunakan untuk transasksi penjualan barang atau jasanya telah diserahkan tetapi kas nya xvii
baru akan diterima dalam waktu yang cukup panjang. Untuk kontrak jangka panjang, terjadi salah-tanding (miss-match) karena biaya tidak harus diukur atas dasar tunai (berbasis kas) tetapi diukur dengan dasar akrual. Perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi dalam menyelesaikan suatu proyek jangka waktu penyelesaianya ada yang kurang dari satu tahun dan ada yang lebih dari satu tahun. Dalam hal ini perusahaan jasa konstruksi harus memperhatikan pengakuan dan pengukuran pendapatan pada proyek yang dilakukan. Dalam pengakuan pendapatan pada perusahaan jasa konstruksi terdapat dua metode yaitu Metode kontrak selesai adalah metode yang mengakui pendapatan dan laba kotor pada saat kontrak diselesaikan secara keseluruhan. Sedangkan Metode persentase penyelesaian adalah metode yang mengakui pendapatan, biaya, dan laba kotor sesuai dengan persentase pekerjaan yang diselesaikan dalam tiap periode. Perlakuan akuntansi untuk transaksi - transaksi pekerjaan konstruksi dan pembangunan jangka panjang ini diatur secara khusus dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.34 tentang Akuntansi Kontrak Konstruksi. Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuanagan (PSAK) No.34 paragraf 3 mendefinisikan kontrak konstruksi adalah suatu kontrak yang dinegoisasikan secara khusus untuk konstruksi suatu aset atau suatu kombinasi aset yang berhubungan erat satu sama lain atau saling tergantung dalam hal rancangan, teknologi, dan fungsi atau tujuan pokok penggunaan. Penelitian ini akan membahas perlakuan akuntansi yang diterapkan pada PT. Adhi Karya (Persero) Tbk terhadap pengakuan pendapatan jasa konstruksi. xviii
Penelitian ini bertujuan mengetahui kesesuaian perlakuan akuntansi PT. Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi Konstruksi IV Surabaya dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 34 tentang Akuntansi Kontrak Konstruksi. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah Apakah metode pengakuan pendapatan jasa konstruksi yang telah dilakukan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi Konstruksi IV Surabaya telah sesuai PSAK No. 34?? 1.3
Tujuan Penelitian Penelitian yang penulis lakukan terhadap perlakuan pendapatan jasa
konstruksi ini diharapkan dapat memberikan informasi sebagai jawaban atas pertanyaaan - pertanyaan yang telah penulis rumuskan sesuai dengan permasalahan diatas, sehingga tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan PSAK No. 34 dalam pengakuan pendapatan jasa konstruksi pada PT. Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi Konstruksi IV Surabaya ? 1.4
Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian di atas diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai
berikut : 1.
Kontribusi Praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perlakuan akuntansi terhadap pengakuan pendapatan jasa konstruksi.
xix
2.
Kontribusi Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan bacaan, referensi dan dasar penelitian selanjutnya tentang penerapan PSAK No. 34 terhadap pengakuan pendapatan jasa konstruksi.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Sesuai dengan judul yang penulis sajikan dan untuk menghindari
terjadinya penambahan yang terlalu luas serta tidak menyimpang dari masalah yang ada. Maka penulis membatasi ruang lingkup permasalahan pada pendapatan jasa konstruksi yang diterima oleh perusahaan PT. Adhi Karya (Persero) Tbk Divisi Konstruksi IV Surabaya berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 34 tentang Akuntansi Kontrak Konstruksi.
xx