BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan gizi pada anak usia dibawah lima tahun (balita) merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan, karena masa balita merupakan periode perkembangan yang rentan gizi. Kasus kematian yang sering terjadi pada balita merupakan salah satu akibat dari gizi buruk. Gizi buruk dimulai dari penurunan berat badan ideal seorang anak sampai akhirnya terlihat sangat buruk (Supariasa, 2001). Menurut WHO (2012), diperkirakan 101 juta anak usia dibawah lima tahun diseluruh Dunia mengalami masalah berat badan kurang, prevalensi berat badan kurang pada anak di bawah usia lima tahun terdapat di Afrika (36%) dan Asia (27%). Meskipun prevalensi berat badan kurang pada anak usia di bawah lima tahun mengalami penurunan sejak tahun 1990, namun jutaan anak masih termasuk dalam kategori beresiko. Di Indonesia, salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sedang dihadapi saat ini adalah beban ganda masalah gizi. Pada tahun 1990, prevalensi gizi kurang dan gizi buruk sebanyak 31%, sedangkan pada tahun 2010 terjadi penurunan menjadi 17,9%. Berdasarkan data Riskesdas (2010), prevalensi gizi lebih pada balita sebesar 14,0%, meningkat dari keadaan tahun 2007 yaitu sebesar 12,2%. Setiap tahunnya tidak kurang dari satu juta anak di Indonesia mengalami status gizi yang buruk. Masalah gizi buruk ini tentunya dapat menjadi ancaman
Universitas Sumatera Utara
bagi stabilitas suatu negara, khususnya negara berkembang seperti Indonesia. Masa balita merupakan masa yang paling rawan bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Seperti yang kita tahu sebelum lima tahun otak anak akan mengalami pertumbuhan pesat. Masa-masa itu disebut dengan golden period (periode emas). Jika di masa golden periodnya anak mengalami kekurangan gizi ataupun gizi buruk berkepanjangan maka dampaknya sangat besar, yaitu dapat mengakibatkan anak tumbuh dengan keterbatasan (Depkes RI, 2012). Prevalensi balita dengan berat badan rendah/ kekurangan gizi, Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) capaian penurunan tahun 2010 mencapai (17,9%) masih sedikit di atas target MDGs 2015 (15,5%). Dalam kebijakan pencapaian MDGs tentang menurunkan prevalensi balita dengan berat badan rendah/kekurangan gizi, diantaranya melalui pemenuhan makanan yang aman dan bergizi cukup, antara lain melalui pemberian makanan tambahan (PMT) bagi sasaran, suplementasi zat gizi mikro dan peningkatan akses layanan kesehatan, air minum yang aman, dan sanitasi. Berdasarkan Depkes RI (2012) Indonesia masih mengalami permasalahan gizi pada anak-anak, maka usaha deteksi dini penting untuk dilakukan. Kita mengenal alat ukur yang digunakan untuk melihat gizi balita antara lain dengan pengukuran status gizi melalui kegiatan posyandu dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) sebagai alat ukur dan deteksi dini untuk memantau tingkat pertumbuhan dan
perkembangan balita, secara umum kita mengenalnya dengan kegiatan
pemantauan status gizi. Dari pemantauan dan pengukuran, kemudian didapatkan status gizi balita masuk kategori gizi lebih, gizi kurang, atau bahkan gizi buruk.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan berat badan merupakan indikator yang sangat sensitif untuk memantau pertumbuhan anak. Bila kenaikan berat badan anak lebih rendah dari yang seharusnya pertumbuhan anak terganggu dan anak beresiko akan mengalami kekurangan gizi. Sebaliknya bila kenaikan berat badan lebih besar dari yang seharusnya merupakan indikasi risiko kelebihan gizi. Menurut Ali Khomsan (2007), standar acuan status gizi balita adalah Berat Badan menurut umur (BB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), dan Tinggi Badan menurut Umur (TB/U). Pedoman yang digunakan adalah standar berdasarkan tabel WHO-NCHS (World Health Organization-National Center for Health Statistic). Di posyandu (pos pelayanan terpadu), telah disediakan Kartu Menuju Sehat (KMS) yang juga bisa digunakan untuk memprediksi status gizi anak berdasarkan
kurva
KMS.
Pada
kurva
tersebut
diperoleh
plot
yang
menghubungkan umur dan berat badan. Kartu Menuju Sehat (KMS) merupakan kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antopometri berat badan menurut umur. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau risiko kelebihan gizi dapat diketahui lebih dini, sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya lebih berat (Depkes, 2010). Kartu Menuju Sehat di Indonesia telah digunakan sejak tahun 1970-an, sebagai instrumen utama kegiatan pemantauan pertumbuhan. Pemantauan pertumbuhan merupakan serangkaian kegiatan yang tediri dari penilaian pertumbuhan anak secara teratur melalui penimbangan setiap bulan, pengisian
Universitas Sumatera Utara
Kartu Menuju Sehat (KMS), menentukan status pertumbuhan berdasarkan kenaikan berat badan, dan menindaklanjuti setiap kasus ganguan pertumbuhan. Tindak lanjut hasil pemantauan pertumbuhan biasanya berupa konseling, pemberian makanan tambahan, pemberian suplementasi gizi dan rujukan (Depkes, 2010). Kartu Menuju Sehat (KMS) di Indonesia saat ini memakai beberapa standar baku, salah satunya menurut WHO-NCHS dimana keadaan status gizi baik berada pada warna hijau/hijau tua, gizi kurang pada warna kuning, gizi buruk dibawah garis merah dan gizi lebih berada jauh diatas warna hijau. Ibu adalah orang yang paling dekat dengan balita dan diharapkan mempuyai pengetahuan yang memadai mengenai tumbuh kembang anak serta dapat mengatasi permasalahan gizi. Dengan melihat grafik pertumbuhan barat badan anak dari setiap bulan pada KMS, seorang ibu dapat mengetahui dan secara dini dapat segera melakukan tindakan penanggulangan sesuai dengan pengetahuan dan sikap yang dimiliki oleh ibu, sehingga keadaan gizi yang memburuk dapat dicegah dan mempertahankan gizi baik bagi balita (Depkes, 2010). Menurut Notoadmodjo (2010) Perilaku ibu terdiri dari tiga domain, antara lain adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan. Tindakan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku ibu tentang gizi. Tindakan adalah informasi yang diperoleh melalui indera dan pemberian arti terhadap rangsangan yang diterima sehingga ibu dapat bersikap atau membuat keputusan. Dari hasil pemantauan status gizi (PSG) yang dilakukan Dinas Kesehatan bahwa status gizi penduduk Sumatera Utara Tahun 2013 khususnya di kota
Universitas Sumatera Utara
Medan diperkirakan jumlah kasus balita yang menderita gizi buruk sebanyak 110 orang, sedangkan balita yang mederita gizi kurang berjumlah 1.417 orang (Depkes Sumut, 2013). Menurut penelitian Khoiri tentang status gizi balita di posyandu kelurahan Padang bulan Kecamatan Medan Baru (2009), Medan Baru mempuyai penduduk sebanyak 58.166 jiwa dan luasnya adalah 540 Ha (BPS). Kecamatan ini memiliki enam kelurahan yaitu : Padang Bulan, Titi Rante, Darat, Petisah Hulu, Babura, Merdeka. Petisah Hulu merupakan salah satu kelurahan di kota medan yang memiliki balita gizi buruk dan gizi kurang. Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti di posyandu Kelurahan Petisah Hulu, masih ada ditemukan balita yang mengalami gizi kurang sebanyak 11 orang dan gizi buruk 6 orang. Dari uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul hubungan perilaku ibu dalam penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) dengan status gizi balita di posyandu Kelurahan Petisah Hulu Kecamatan Medan Baru. 1.2 Rumusan Masalah 1.
Bagaimana perilaku ibu (pengetahuan, sikap, dan tindakan) dalam penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) di posyandu Kelurahan Petisah Hulu Kecamatan Medan Baru ?
2.
Bagaimana gambaran status gizi balita di posyandu Kelurahan Petisah Hulu Kecamatan Medan Baru ?
Universitas Sumatera Utara
3.
Adakah hubungan perilaku ibu (pengetahuan, sikap, dan tindakan) dalam penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) dengan status gizi balita di posyandu Kelurahan Petisah Hulu Kecamatan Medan Baru ?
1.3. Tujuan Penelitian 1.
Mengetahui
perilaku
ibu
(pengetahuan,
sikap,
tindakan)
dalam
penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) di posyandu Kelurahan Petisah Hulu Kecamatan Medan Baru. 2.
Mengetahui status gizi balita di posyandu Kelurahan Petisah Hulu Kecamatan Medan Baru.
3.
Mengetahui hubungan perilaku ibu (pengetahuan, sikap, tindakan) dalam penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) dengan status gizi balita di posyandu Kelurahan Petisah Hulu Kecamatan Medan Baru.
1.4. Manfaat Penelitian 1.
Bagi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan Mahasiswa tentang perilaku ibu dalam pengunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) dengan status gizi balita.
2.
Bagi Pelayanan Kesehatan Sebagai sumber informasi yang dapat membantu petugas kesehatan dalam meningkatkan pelayanan yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam penggunaan KMS dengan status gizi balita.
Universitas Sumatera Utara
3.
Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi penelitian selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan tema yang sama.
Universitas Sumatera Utara