BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah Perkembangan di dunia perbankan yang sangat pesat serta tingkat
kompleksitas yang tinggi dapat berpengaruh terhadap performa suatu bank. Kompleksitas usaha perbankan yang tinggi dapat meningkatkan risiko yang dihadapi oleh bank-bank yang ada di Indonesia. Permasalahan perbankan di Indonesia antara lain disebabkan depresiasi rupiah, peningkatan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sehingga menyebabkan meningkatnya kredit bermasalah. Lemahnya kondisi internal bank seperti manajemen yang kurang memadai, pemberian kredit kepada kelompok atau grup usaha sendiri serta modal yang tidak dapat meng-cover terhadap risiko-risiko yang dihadapi oleh bank tersebut menyebabkan kinerja bank menurun. Dalam
dunia
bisnis
perusahaan
perbankan
dapat
melakukan
pengembangan bisnis untuk merespon ketatnya persaingan ini dengan dua cara yaitu melalui pengembangan dari dalam (internal growth) dan pengembangan dari luar (external growth). Pengembangan dari dalam dapat dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya yang sudah ada dalam perusahaan itu sendiri. Pengembangan dari luar adalah dengan melakukan ekspansi usaha dengan akuisisi atau merger baik dengan perusahaan dalam satu industri yang sama maupun dengan perusahaan dalam industri yang berbeda. Memilih strategi pengembangan dari luar yaitu dengan cara merger memang lebih memiliki keunggulan.
Penggabungan diri untuk menjadi satu bank besar dalam industri yang sama merupakan bagian dari upaya restrukturisasi yang dilakukan perusahaan baik melalui akuisisi maupun merger. Sinergi tersebut diharapkan dapat mewujudkan pencapaian economies of scale dan financial economies, pemanfaatan complementary economies, dan peningkatan market power. Dengan demikian, akuisisi dan merger menjadi strategi yang dipilih oleh perusahaan perbankan untuk dapat merealisasikan sinergi yang memiliki hasil yang menjanjikan tersebut. Moin (2010:5), mengemukakan merger adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lainnya menghentikan aktivitasnya atau bubar. Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan setiap tugas dan wewenang sebagaimana ditentukan dalam Undang-undang. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia. Bank Indonesia berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dan dari pihak manapun. Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank Indonesia dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan efisien. Pada bulan Oktober 2006, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan kepemilikan tunggal (single presence policy) dan mulai diimplementasikan pada tahun 2008 (pasal 8 butir 4 Peraturan Bank Indonesia No. 8/16/PBI/2006). Kebijakan kepemilikan tunggal (single presence policy) adalah kebijakan yang melarang (termasuk pemerintah) menjadi pemegang saham pengendali pada
beberapa bank umum yang beroperasi di Indonesia. Deputi Gubernur Bank Indonesia, Siti Ch. Badjrijah menyatakan, kebijakan kepemilikan tunggal (single presence policy) adalah kebijakan yang mengatur agar bank-bank yang dimiliki oleh perusahaan atau seseorang yang sama diharuskan untuk merger. Tujuannya untuk meningkatkan efektivitas pengawasan dan mendorong konsolidasi perbankan agar bank-bank memiliki modal yang kuat sehingga bank menjadi lebih kuat, berdaya saing tinggi, mempunyai nilai dan berskala global. Bank yang terkena dampak dari kebijakan single presence policy yaitu bank Niaga dan bank Lippo yang dimiliki oleh Khazanah.Lippo Bank secara resmi bergabung ke dalam Bank CIMB Niaga pada tanggal 1 November 2008 (Legal Day 1 atau LD1) yang diikuti dengan pengenalan logo baru kepada masyarakat luas. Khazanah adalah pemegang saham pengendali di Bank Niaga dan Bank Lippo sebagai investor strategis jangka panjang. Khazanah memiliki komitmen untuk berpartisipasi aktif dan berkontribusi dalam pembangunan ekonomi jangka panjang, khususnya di sektor keuangan dan perbankan. Bank Niaga dan Bank Lippo dalam berbagai kesempatan telah merencanakan visi dan misi perusahaan untuk menjadi salah satu dari lima bank peringkat teratas di Indonesia, lengkap dengan target pencapaian pertumbuhan maupun profitabilitas yang ingin dicapai sampai dengan tahun 2010. Untuk mengetahui kondisi relatif dari kinerja keuangan perusahaan diperlukan alat atau tehnik analisis terhadap laporan keuangan yang mana di dalamnya mencakup analisis rasio keuangan. Pada perusahaan perbankan, umumnya digunakan lima aspek penilaian yaitu CAMEL (Capital, Assets,
Management, Earnings, Liquidity). Kelima aspek tersebut dinilai dengan menggunakan rasio keuangan yang ditinjau dari aspek capital (permodalan), assets quality (kualitas asset), management of risk (manajemen), earning ability (kemampuan menghasilkan pendapatan), dan liquidity (likuiditas). Penilaian kinerja perbankan dengan rasio CAMEL ini diharapkan dapat memberikan penilaian terhadap keadaan bank yang besangkutan secara menyeluruh. Dengan analisis tersebut akan dapat diperoleh gambaran mengenai kesehatan suatu bank. Kesehatan suatu bank merupakan kepentigan semua pihak yang terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank, maupun Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas bank-bank sebagai perpanjangan tangan dari pihak pemerintah. Bank-bank yang sehat akan mempengaruhi sistem perekonomian suatu negara secara menyeluruh, mengingat bank mengatur peredaran dana ibarat “jantung” yang mengatur peredaran darah ke seluruh tubuh manusia. Merger yang dilakukan Bank Niaga dan Bank Lippo adalah hasil dari kebijakan Bank Indonesia tentang kepemilikan tunggal. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah Merger Pada PT Bank CIMB Niaga, Tbk Dengan Menggunakan Metode Camel”.
1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah: “Apakah kinerja keuangan PT Bank CIMB Niaga Tbk setelah merger pada tahun 2008 mengalami peningkatan dibandingkan sebelum merger?”
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan
kinerja keuangan PT Bank CIMB Niaga Tbk setelah merger pada tahun 2008 jika dibandingkan dengan kinerja keuangan sebelum merger.
1.4
Manfaat Penelitian
1. Kontribusi Praktis Memperdalam ilmu manajemen keuangan khususnya tentang merger dengan cara mengamati dan menganalisa permasalahan yang ada pada dunia perbankan di Indonesia. Mampu mengembangkan dan merelevansikan kurikulum mata kuliah dengan kebutuhan dunia kerja. 2. Kontribusi Teoritis Memberikan
pemikiran
dalam
mengembangkan
disiplin
ilmu
manajemen keuangan dan memperkuat teori, khususnya mengenai merger, sehingga dapat menjadi salah satu sumber bahan bacaan bagi pihak-pihak yang memerlukan referensi.
3. Kontribusi Kebijakan Bagi
pihak
manajemen
dapat
memberikan
keputusan
dalam
meningkatkan kinerja keuangan pada PT Bank CIMB Niaga Tbk, lebih berkomitmen serta aktif berpartisipasi dan berkontribusi dalam pembangunan jangka panjang, khususnya di sektor keuangan dan perbankan.
1.5
Ruang Lingkup Penelitian Untuk bahan kajian dan analisis dalam pembahasan maka ruang lingkup
penelitian ini hanya difokuskan pada beberapa hal sebagai berikut: 1. Obyek penelitian adalah PT Bank CIMB Niaga Tbk yang terdaftar di BEI. 2. Data yang dianalisis adalah laporan keuangan triwulanan perusahaan pada periode 2004-2007 sebelum merger dan periode 2009-2012 tahun setelah merger. 3. Alat analisis yang digunakan adalah analisis rasio keuangan dengan menggunakan metode CAMEL yang terdiri atas komponen-komponen sebagai berikut: a. Aspek kecukupan modal, Capital Adequacy Ratio (CAR). b. Aspek kualitas aset, Bad Debt Ratio c. Aspek manajemen, Deposits Risk. d. Aspek rentabilitas (earning ability), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE),
Net Interest Margin (NIM), dan Biaya Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO). e. Aspek likuiditas, Cash Ratio dan Loan to Deposit Ratio (LDR).
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1
Pengertian Bank Pierson (dalam Hasibuan, 2009:1) memberikan definisi
“Bank is a
company which accept credit, but didn’t give credit” (bank adalah badan usaha yang menerima kredit tetapi tidak memberikan kredit). Teori Pierson ini menyatakan bahwa bank dalam operasionalnya hanya bersifat pasif saja, yaitu hanya menerima titipan uang saja. Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Stuart (dalam Hasibuan, 2009:2) yang berpendapat bahwa “Bank is a company who satisfied other people by a giving credit with the money they accept as gamble to the other, eventhought they should supply the new money” (bank adalah badan usaha yang wujudnya memuaskan keperluan orang lain, dengan memberikan kredit berupa uang yang diterimanya dari orang lain, sekalipun dengan jalan mengeluarkan uang baru kertas atau logam). Jadi bank dalam hal ini telah melakukan operasi pasif dan aktif, yaitu mengumpulkan dana dari masyarakat yang kelebihan dana (Surplus Spending Unit – SSU) dan menyalurkan kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana (Defisit Spending Unit – DSU). Kasmir (2012:25) mengemukakan bank adalah tempat untuk melakukan transaksi yang berhubungan dengan keuangan seperti tempat mengamankan uang,