Azhari
Friendship Unlimited Relation Among Us
Penerbit Hisyam Azhari
Friendship “Unlimited Relation Among Us” Oleh: Azhari Copyright © 2014 by Azhari
Penerbit (Hisyam Azhari) (mhisyam05@gmail)
Desain Sampul: (Javier Maospati)
Diterbitkan melalui: www.nulisbuku.com
2
Big Thanks to... Thanks to Allah, My parents, My Closed Friend (Javier, Ridho Ainur, Ridho Bagus), and for the special friend who makes an inspiration for me to write this novel, Higrah and Elysabeth. Actually, they are my best friend till now. But, I’ll never understand why we can feel there are something between us that cause we seem so far away besides our closely. Kalian, sahabat terbaikku tak akan pernah akan kulupakan. Karena kalian adalah hadiah terindah dari tuhan untukku yang tidak akan aku sia-siakan. Kebersamaan kita adalah entitas kasih sayang kita satu sama lain. I will always Love You.
3
Bagiku, sahabat itu diatas segalanya. Kedudukannya lebih diatas teman. Apapun bisa possible bila dengan sahabat. Suka maupun duka kita habiskan dengan sahabat. Tidak ada sahabat yang akan membuatmu susah, namun ketika sahabat sedang susah, hadapilah dengan kebersamaan. Sebuah kebersamaan akan membuat tali persahabatan menjadi semakin kuat. Ada yang bilang, kalau sahabat itu satu sayang maka sayang semua. Bisa jadi betul. Tidak ada yang namanya mantan sahabat, itulah yang membuat sahabat lebih istimewa dibanding teman atau pacar sekalipun. Kesulitan dari persahabatan adalah menjadikan satu sekumpulan orang yang berfikiran beda. Namun, itulah keseruannya. Persahabatan itu merupakan sebuah istilah yang menggambarkan perilaku kerja sama dan saling mendukung antara dua atau lebih pelaku sosial. Istilah persahabatan menggambarkan suatu hubungan yang melibatkan pengetahuan, penghargaan, dan afeksi. Sahabat akan menyambut kehadiran sesamanya dan menunjukkan kesetiaan satu sama lain.
4
1 Pagi ini aku agak sedih, karena aku akan melaksanakan perpisahan SMP ku. Berpisah dengan teman-teman yang telah bersama selama 3 tahun bukanlah hal yang mudah. Ini terakhir kalinya aku berangkat sekolah dengan seragam putih-biru. Sebuah seragam yang sangat besar artinya bagi kehidupan remaja sepertiku. Namun, bukan karena seragamnya, karena SMP adalah gerbang menuju kedewasaan. Remaja mulai mengenal pacaran pada saat SMP. Juga disaat SMP inilah kita mencari jati diri yang sesungguhnya. Sungguh masa yang indah. Aku 5
masih belum bisa membayangkan bagaimana panasnya bangku SMA yang sebentar lagi akan aku duduki. Beberapa kenangan indah banyak aku lalui ketika SMP. Mulai dari serunya pertemuan ketika awal Masa Orientasi Peserta Didik Baru kelas 1 dulu, sampai melewati Ujian Nasional di kelas 3. Semalaman aku termenung sedih dikamarku karena harus melepas masa indah di SMP ini. Tidak hanya sedih. Pasti akan ada pemikiran “nanti di SMA temennya gimana ya?”. Namun, tidak mungkin juga aku harus bersama mereka terus. Yang namanya pertemuan pasti akan ada perpisahannya. Tetapi, ada rasa bangga dalam diriku dapat menyelesaikan pendidikan SMP selama 3 tahun ini dengan nilai yang cukup memuaskan. Rerata nilai ku hampir menyentuh angka 9. Sebuah modal yang sangat berharga untuk melanjutkan ke jenjang SMA. “Kamu kenapa mas?” tegur ayahku ketika aku bengong didepan sekolah. “Eh… enggak, gak kenapa-kenapa kok” sahutku. Sudah banyak yang datang ke sekolah, aku memang sedikit terlambat. Celingak-celinguk mencari sahabatku bernama Gerry yang menjadi teman dekatku setahun belakangan. Badannya yang gendut ternyata sulit ku temukan di kerumunan orang yang berkumpul di aula utama sekolah kami. Atau mungkin karena dia agak hitam, jadi sulit mencarinya. 6
“Heh, Hardi ngapain kamu toleh-toleh gak jelas? Nyariin Gerry kan?” kata Rara yang tiba-tiba mengagetkanku. Aku tidak terlalu mempedulikan Rara karena aku terus focus mencari Gerry. “Yeaah… ditanyain malah gak dijawab” katanya sambil cemberut. Aku hanya tersenyum saja kearah muka manisnya. Baru saja aku selesai mengumbar senyuman kepada Rara, aku sudah melihat tampang yang familiar. Iya, dia adalah Gerry. “Tuh si Gerry!!” kata Rara dengan sedikit ketus menunjuk Gerry yang berada lumayan jauh dari kami. “Hehe… iya, itu dia. Yaudah, Ra, aku kesana dulu ya” jawabku. Aku langsung berjalan kea rah Gerry. “Eh ger…” sapaku. “Eh kamu Har, baru dateng?” tanyanya. “Iya nih…” jawabku. Kami pun saling ngobrol dan membahas SMA mana yang akan dituju. Ternyata sama. SMA 2 di Kota kami. Karena sakit hati tidak diterima di SMA 1. Hehe… lupakan dikit lah masalah itu. Tiba-tiba Rara yang tadinya duduk didekat pacarnya yang berbeda kelas dengan kami, malah duduk disebelahku. Dia sedikit menyelat pembicaraanku dengan Gerry. 7
“Eh ra, kirain lagi asik aja sama pacarmu” kataku. Dengan sedikit cemberut Rara berkata “Iyanih, lagi males sama dia. Hari ini nyebelin banget”. “Kalian ngomongin apasih?” Tanya Rara mengalihkan pembicaraan. “Enggak, aku sama Gerry rencana mau masuk SMA 2” jawabku, “Iya, Ra, kamu gimana?” sambung Gerry. “Hmm… aku mau pindah ke Surabaya, dan aku SMA disana” jawab Rara dengan nada pelan. Acara perpisahan memasuki acara pokok. Dimana ada pembagian penghargaan untuk murid yang mendapat nilai sepuluh di mata pelajaran Ujian Nasional. Aku memang tidak mendapatkannya, tetapi aku ikut senang karena salah satu teman sekelasku ada yang mendapatkannya. Sejujurnya, teman ku ini mendapat jawaban dariku, makanya dia mendapat nilai sepuluh di dua mata pelajaran. Haha… maka dari itu aku turut senang. “Ah, makin kesini makin bosenin acaranya” kata Gerry. “Tapi abis ini anak dance kelas 2 tampil Ger, senengan kamu banget” ujarku menghibur.
8
Gerry menatapku sambil menganggukan kepala “Iya juga ya… seru nih abis ini”. Tidak selang berapa lama, ekstrakulikuler dance kelas 2 tampil di panggung. Aku mengamati mata Gerry yang tidak bisa lepas melihat kecantikan dan keseksian dancer sekolah kita. Setelah modern dance tampil, kini saatnya tari tradisional di tampilkan. Aku tidak telalu bernafsu melihatnya, namun Gerry tetap saja semangat menyaksikan. Saat wisuda pun berlangsung. Ya memang sih, tidak memakai toga. Tetapi, ada yang unik dari perpisahan di sekolah kami. Keunikannya yaitu, ketika sekelompok siswa dipanggil keatas panggung, topi biru kita diambil oleh kepala sekolah dan diganti topi abu-abu, sebagai simbolisasi bahwa kita akan melanjutkan ke SMA. Kelasku kebagian belakangan, karena kelas ku kelas kedua dari terakhir. Cukup lama menantikannya karena setiap kelompok yang maju kedepan hanya dipanggil 10 murid. Tiba saatnya giliran kelasku. Aku juga majunya belakang-belakangan karena namaku Rahardian Pratama yang membuat absenku di akhirakhir. Gerry maju lebih dulu dari aku. Dia tersenyum kepada ku setelah dia wisuda dan topinya diganti menjadi topi berwarna abu-abu. Ketika dipanggil naik keatas panggung, aku cukup senang. Aku satu kelompok dengan Rara, 9
karena absennya hanya berbeda satu angka denganku. Rara di sebelahku saat wisuda. Sesungguhnya aku punya rasa suka sama Rara. Namun dia sudah punya pacar dan aku juga. Apalagi dia punya badan yang seksi dan berisi. Mungkin membuat cowok normal manapun pasti berfikir hal negative ketika melihatnya. Setelah tukar topi, aku berpelukan dengan Rara. Dan semua pasti tahu apa yang aku rasakan. Hehe… tentunya aku tak ingin melepaskannya. Lalu aku kembali ke tempat duduk ku disebalah Gerry. “Yeaah… giliran sama Rara aja pelukan dilama-lamain” ketus Gerry. Aku menjawab dengan enteng “Iya dong”. Rara langsung pamit pulang karena dia dan keluarganya akan mengurus kepindahannya ke Surabaya. “Ra, kangenin aku sama Hardi ya” canda Gerry. Rara hanya senyum sambil melambaikan tangan. Aku bertanya kepada Gerry “Kira-kira mungkin gak dia lupain kita?” Gerry menjawab “Kalau kamu sih udah ketebak gak bakal bisa lupain dia, ya kan?”. Aku jadi senyum-senyum sendiri ketika dia bilang begitu. Hanya Gerry saja yang tahu kalau aku suka sama Rara. Ya itu lah gunanya sahabat. Ketika acara wisuda selesai, kami semua langsung perpisahan antara murid. Ini lah saat-saat 10
yang membuatku sedih. Apalagi ketika aku harus perpisahan dengan sahabatku Gerry. Meskipun aku dan Gerry berniat melanjutkan pendidikan di SMA 2, tapi belum tentu juga kita bertemu di SMA 2. Seperti yang aku singgung diawal tadi, setiap ada pertemuan, pasti akan ada perpisahan. Akhirnya aku dan ayahku pulang dan harus berpisah dengan teman SMP ku. Bisa jadi itu pertemuan terakhir dengan teman SMP, bisa jadi tidak. Beberapa hari berlalu, aku masih tetap saja tidak bisa menghilangkan kesedihanku setelah hari perpisahan itu. Aku masih terus terbayang wajah kedua sahabatku itu, namun oke lah, aku harus terus maju kedepan. Toh nanti SMA aku akan bertemu temanteman baru yang luar biasa, bahkan sahabat terdekat. Meskipun aku tidak boleh bersikap punya teman baru yang lama dilupakan. Aku harus tetap mengingat teman-teman lamaku. Walau tidak berkomunikasi secara langsung, namun aku dan Gerry masih sering komunikasi lewat BBM, telepon, sampe Twitter. Meski sekarang aku sudah jarang komunikasi sama Rara.
11