ISSN 2502-4981
Jurnal
ASUHAN IBU ANAK
&
Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016 Alamat Redaksi: STIKES ‘Aisyiyah Bandung Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6 Bandung 40264 Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269
DEWAN REDAKSI
&ANAK (JAIA)
JURNAL ASUHAN IBU
Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016
Pelindung: Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Bandung Penanggung Jawab: Reyni Purnama Raya, SKM., M.Epid. Ketua: Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO. Sekretaris: Diah Nurindah Sari, SKM. Bendahara: Riza Garini, A.Md.
Penyunting/Editor: Giari Rahmilasari, S.ST., M.Keb. Nurhayati, SST Perla Yualita, S.Pd., M.Pd.
Setting/Layout: Aef Herosandiana, S.T., M.Kom. Pemasaran dan Sirkulasi : Ami Kamila, SST
Mitra Bestari : DR. Intaglia Harsanti, S. Si., M.Si Ari Indra Susanti, S.ST,. M.Keb. Dewi Nurlaela Sari, S.ST., M.Keb.
Alamat Redaksi: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269 E-mail:
[email protected]
DAFTAR ISI 1. Pengetahuan Wanita Usia Subur (WUS) Kurang Dari 20 Tahun tentang Risiko Kanker Serviks di Desa Bojongmalaka Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung Tahun 2015 Adetia Nur’aeni, Fatiah Handayani, Nandang Jami’at N ..................................................................
1-9
Fatiah Handayani ............................................................................................................................................
11 - 19
Neli Sunarni
..................................................................................................................................................
21 - 30
Mulyanti ............................................................................................................................................................
31 - 43
Prita Putri Prima Pertiwi, Ardini Raksanagara, Kuswandewi Mutyara .........................................
45 - 54
Asri Tresnaasih, Ardini Raksanagara, Kuswandewi Mutyara ..........................................................
55 - 62
2. Hambatan-Hambatan dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
3. Hubungan Berat Badan Lahir dengan Rupture Perineum Persalinan Normal Primigravida di Wilayah Kerja Puskesmas Handapherang Kabupaten Ciamis
4. Hubungan Antara Persalinan Remaja dengan Hasil Luaran Janin di RSUD Kota Bandung Periode 1 Januari - 31 Desember 2009
5. Makna Kekerasan pada Remaja Putri yang Melakukan Transaksi Seksual
6. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Penyuluhan Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Balita oleh Kader Posyandu di Puskesmas “X” di Kabupaten Bandung Barat
&ANAK
JURNAL ASUHAN IBU
JAIA 2016;1(1):11-19
HAMBATAN-HAMBATAN DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) Fatiah Handayani Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Program Studi Diploma III Kebidanan Email :
[email protected] ABSTRAK Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) memiliki karakteristik yang menarik dan menguntungkan sebagai alat kontrasepsi, namun pemakaiannya di beberapa negara masih sangat minim, seperti di Negara Afrika dan Amerika Utara, selain itu angka putus pakai pada 1-2 tahun pertama pemakaian di beberapa negara juga masih tinggi. Sementara itu di Indonesia, hasil survey dari SDKI selama periode 1991-2007 menunjukkan pola penggunaan kontrasepsi metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) khususnya AKDR cenderung mengalami penurunan, yakni 13,3 persen (SDKI 1991), 10,3% (SDKI1997), turun menjadi 6,2% (SDKI 2002-2003), dan turun lagi menjadi 4,9% (SDKI 2007). Penelitian ini merupakan penelitian studi literasi yang bersumber dari teori maupun hasil penelitian sebelumnya yang didapat dari hasil penelusuran buku, ebook maupun ejournal. Penelitian telah mengungkapkan bahwa terdapat hambatan-hambatan yang menyebabkan rendahnya penggunaan AKDR, terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal, khususnya dikalangan perempuan usia muda dan ibu yang belum pernah melahirkan. Seluruh masyarakat yaitu pemerintah, stakeholder, tenaga kesehatan, petugas KB lapangan dan lainnya mempunyai peranan penting untuk meningkatkan penggunaan AKDR melalui pendidikan kesehatan, menjelaskan bahwa AKDR adalah alat kontrasepsi yang efektifitas dan keamanannya bertahan. Diperlukan penyebaran informasi yanga benar pada klien dan tenaga kesehatan untuk meningkatkan penerimaan dan penggunaan AKDR. Masih banyak faktor yang menjadi hambatan dalam penggunaan AKDR baik faktor internal maupun eksternal sehingga diperlukan promosi dan pendidikan kesehatan tentang AKDR melalui metode yang lebih variatif. Kata Kunci : hambatan, AKDR, faktor internal, faktor eksternal Abstract
These are interestings and benefits characteristics intrauterine device (IUD) as a contraceptive method, but use of this contraceptive in several country are still low, like in Africa and North America and discontinuation rates are still high in 1-2 years insertion. Beside that, in Indonesia, according to Indonesia Health Surveys and Demographic at 1991-2007, have been shown that long acting reversible contraceptions use have decreased, especially IUDs at 13,3 % (SDKI 1991), 10,3% (SDKI 1997), decreased to 6,2% (SDKI 2002-2003), and 4,9% (SDKI 2007). This research is a study of literacy that comes from the theory and previous research results obtained from the search results book, ebook or ejournal. The study has revealed that there are barriers for the low use of IUDs, consisting of internal factors and external factors, especially among young women and women who have never given birth. The entire community is that governments, stakeholders, health workers, family planning and other courts have an important role to increase the use of the IUD through health education, explain that the IUD is the contraceptive effectiveness and safety persist. Yanga correct dissemination of information required on the client and health professionals to improve the acceptance and use of the IUD There are many factors that become obstacles in IUD use both internal and external factors that need promotion and health education about the IUD through a method that is more
11
Fatiah Handayani
varied. Keywords: barrier, IUDs, internal factors, external factors LATAR BELAKANG Undang-undang No.52 tahun 2009 menyatakan bahwa perkembangan kependudukan dilakukan untuk mewujudkan keserasian, keselarasan dan keseimbangan antara kuantitas, kualitas dan persebaran penduduk dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan guna menunjang pelaksanaan pembangunan nasional yang berkelanjutan. Merujuk pada pernyataan tersebut, maka pemerintah, stake holder dan masyarakat lainnya harus berupaya melakukan tindakan yang mengarah pada pencapaian perkembangan kependudukan yang diharapkan. Pada kenyataannya, hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan perkembangan penduduk yang kurang sesuai. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 menempatkan negara ini di posisi keempat tertinggi setelah India, China, dan Amerika. Angka Kelahiran Total (Total Fertility Rate/TFR) selama beberapa survey, terlihat adanya penurunan dari 3 anak per wanita pada SDKI 1991 menjadi 2,6 anak pada SDKI 2002-2003, dan angka ini stagnan dalam 3 periode terakhir pemantauan SDKI (2002, 2007, 2012), sehingga untuk mencapai target lanjutan MDG 2015 sebesar 2,11, tampaknya dibutuhkan upaya yang lebih sungguh-sungguh. (Mujiati, 2013).
Salah satu upaya pemerintah untuk mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan penduduk adalah program Keluarga Berencana (KB). Menurut Hartanto (2004) Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk menghindari kelahiran yang tidak diinginkan atau mengatur jarak diantara kehamilan. Program KB sejak tahun 1970 an telah menekan TFR sebesar 50% dari sekitar 5,6 anak menjadi
&
JURNAL ASUHAN IBU
sekitar 2,2 anak per wanita usia subur saat ini. Disamping itu, program KB juga berperan besar untuk pengurangan Angka Kematian Ibu melalui perencanaan keluarga dengan mengatur kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan.
Pernyataan ini semakin menguatkan keterkaitan KB dengan penurunan AKI, akan tetapi manfaat ini seringkali tidak dirasakan, salah satu penyebab kematian ibu antara lain karena masih rendahnya pemahaman tentang KB dan kesehatan reproduksi, rendahnya akses terhadap pelayanan KB, banyak Pasangan Usia Subur (PUS) tidak mendapat pelayanan KB (unmet need), padahal hal-hal tersebut berisiko meningkatkan jumlah kematian ibu karena aborsi yang tidak aman. (Budijanto, 2013)
Program KB dengan indikator angka kesertaan ber-KB (Contraceptive Prevalence Rate/ CPR) dan unmet need pelayanan KB, merupaakan target yang ada dalam pencapaian MDG 2015, dengan target yang ditetapkan untuk kedua indikator ini adalah meningkatkan CPR metode modern menjadi 65% dan menurunkan unmet need pelayanan KB menjadi 5% pada tahun 2015. Program Pelayanan Keluarga Berencana (KB) tampaknya belum berhasil dalam menyampaikan pesan penggunaan kontrasepsi, sehingga tujuan mengendalikan pertumbuhan penduduk akan sulit tercapai. Sementara itu penggunaan metode kontrasepsi non MKJP mempunyai efek samping tersendiri yang cukup memberikan kekhawatiran bagi penggunanya, disamping itu kurangnya ketrampilan petugas kesehatan dalam memberikan konseling juga merupakan satu kondisi yang perlu ditindaklanjuti dengan baik. Salah satu metode alat kontrasepsi modern adalah Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR).
ANAK | Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016
12
Hambatan-Hambatan dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Alat kontrasepsi ini berbentuk seperti huruf “T”, berukuran kecil dan terbuat dari bahan yang berkualitas, dimasukkan kedalam rahim untuk melindungi wanita dari kehamilan selama 12 tahun (tergantung jenis). Secara empiris, alat ini sudah terbukti aman, efektifitas tinggi (99%) dan bisa digunakan oleh hampir semua wanita dalam usia subur. Dibandingkan dengan alat kontrasepsi lain, angka kegagalannya rendah yaitu 1,8% pada pemakaian 1 tahun pertama, sedangkan pada kontrasepsi pil 6,9% dan 2,9% pada kontrasepsi suntik.
Meskipun AKDR memiliki karakteristik yang menarik dan menguntungkan sebagai alat kontrasepsi, pemakaiannya di beberapa negara masih sangat minim, seperti di Negara Afrika dan Amerika Utara, selain itu angka putus pakai pada 1-2 tahun pertama pemakaian di beberapa negara juga masih tinggi. Hasil survey dari SDKI selama periode 1991-2007 menunjukkan pola penggunaan kontrasepsi Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) khususnya AKDR cenderung mengalami penurunan, yakni 13,3 persen (SDKI 1991), 10,3% (SDKI1997), turun menjadi 6,2% (SDKI 2002-2003), dan turun lagi menjadi 4,9% (SDKI 2007).
Menurut Suparyanto (2012) dalam Harahap dkk (2014), menyebutkan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya penggunaan AKDR, antara lain : Faktor internal yang terdiri dari pengalaman, takut, pengetahuan/ pemahaman yang salah tentang AKDR, pendidikan Pasangan USia Subur (PUS) rendah, malu dan risih, adanya penyakit dan persepsi tentang AKDR. Sedangkan faktor eksternal adalah prosedur pemasangan AKDR yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan ahli, pengaruh dan pengalaman akseptor AKDR lainnya, sosial budaya, ekonomi dan pekerjaan. Berdasarkan kajian dan teori diatas, maka dapat diketahui bahwa kondisi pelayanan 13
MKJP khususnya AKDR saat ini telah mengalami penurunan. Akan tetapi faktor apa saja yang menyebabkan penurunan ini terjadi dan sejauhmana upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi kondisi ini. Kajian ini bertujuan untuk melihat alasan-alasan rendahnya penggunaan AKDR, baik dari segi pengguna maupun pemberi layanan kesehatan. METODOLOGI
Penelitian ini merupakan penelitian studi literasi yang bersumber dari teori maupun hasil penelitian sebelumnya yang didapat dari hasil penelusuran buku, ebook maupun ejournal. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan bukti-bukti penelitian terkait efektifitas kontrasepsi, keamanan dan keuntungan penggunaan AKDR, maka pertanyaan yang masih melekat adalah “ Apa yang klien pikirkan tentang AKDR?”. Klien harus puas terhadap kontrasepsi yang dipilih dan dipakainya, karena tanpa adanya penerimaan yang baik dan kepuasan, semua bukti maupun data yang ada menjadi tidak bermanfaat. Merujuk pada hasil penelitian sebelumnya, maka rendahnya penggunaan AKDR disebabkan oleh beberapa alasan yang dibagi kedalam dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 1. Faktor Internal
Rendahnya penggunaan AKDR disebabkan oleh faktor internal atau faktor dari individu seseorang, yang terdiri dari : 1) Pengalaman/Takut Hasil analisis kualitatif dari BKKBN tahun 2011 menyebutkan bahwa hambatan dalam penggunaan AKDR diantaranya banyak kegagalan yang diakibatkan oleh rumor tentang kegagalan AKDR sehingga membuat masyarakat takut menggunakannya. Hasil
&ANAK
JURNAL ASUHAN IBU
| Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016
Fatiah Handayani
ini diperkuat dengan penelitian Imbarwati (2009) yang mengungkapkan adanya perasaan takut sehingga menghalangi klien untuk mantap memilih AKDR, dan kondisi ini sedikit banyak juga dipengaruhi oleh informasi/pengalaman dari teman/ keluarga yang pernah memakai AKDR atau informasi yang sekedar diceritakan oleh teman/keluarganya yang belum tentu kebenarannya. Perasaan takut juga bisa disebabkan oleh pemasangan, kelemahan dan efek samping AKDR, salah satunya adalah darah menstruasi yang bertambah banyak dan lama. (Harahap, dkk. 2014), (Manzouri et all, 2010)
2) Pemahaman dan persepsi yang salah tentang AKDR Pemahaman yang salah menjadi salah satu penghambat terbesar dalam penggunaan AKDR, karena pemahaman yang salah disebarkan dari mulut ke mulut sehingga berdampak pada terbentuknya suatu opini menetap dan tidak benar. Kondisi ini berbahaya dan harus dicari sumber orang yang menyebarkannya. Disamping itu, pemberian informasi atau pendidikan kesehatan harus terus diberikan. Menurut teori dari Solter (2008), beberapa rumor dan kesalahpahaman tentang AKDR yaitu : a.
b. c.
d. e.
Benang AKDR dapat menjerat penis selama hubungan seksual Perempuan yang memakai AKDR tidak boleh bekerja berat AKDR dapat berjalan kemana-mana didalam tubuh ibu sampai ke otak atau ke jantung Seorang perempuan yang telah memakai AKDR tidak dapat hamil kembali Seorang ibu yang memakai AKDR kemudian hamil, maka AKDR akan
&
JURNAL ASUHAN IBU
f.
tertanam dalam kepala bayi Setelah penggunaan yang terlalu lama, maka AKDR dapat berkarat didalam rahim
Kajian teori ini, sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Katz et all (2002), mengatakan bahwa rendahnya pengguna AKDR tidak terlepas adanya rasa takut yang ditimbulkan dari mitos dan kesalahpahaman yang beredar, mereka menganggap AKDR adalah alat yang berbahaya, dapat menyebabkan kanker dan mengganggu hubungan seksual. Hasil ini diperkuat juga oleh Khan dan Shaikh (2013), yang mengungkapkan bahwa rumor dan mitos merupakan hambatan terbesar dalam promosi AKDR. Mitos-mitos dapat dihilangkan dari masyarakat melalui komunikasi perubahan perilaku dan strategi pemasaran sosial. Metode komunikasi yang khusus pada mitos dan kesalahpahaman berupa pemberian informasi yang spesifik dan pengakuan dari klien yang puas dengan AKDR akan membantu pengguna mendapatkan informasi yang benar.
Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah konseling. Konseling sebagai bagian dari pelayanan KB diberikan agar calon pengguna menerima dan merasa puas atas kontrasepsi yang dipilih dan digunakannya, sehingga keberlangsungan pemakaiannya akan berahan lama. Konseling adalah proses pemberian informasi secara objektif dan lengkap, menggunakan panduan komunikasi interpersonal, bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang dihadapinya saat ini dan mencari alternatif pemecahan dari masalah yang dihadapi (Chandradewi, dkk. 2013)
ANAK | Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016
Seorang
konselor
merupakan 14
Hambatan-Hambatan dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
figur penting dalam proses konseling. Karakteristik pribadi konselor yang efektif menurut Posthuma (1996) dan Corey (2005) dalam Sanyata (2010) adalah mampu menjadi teladan, komitmen yang kuat, memiliki kemampuan membantu orang lain, jujur, peduli, memiliki keyakinan positif, terbuka, mau menerima kritik, memiliki kesadaran budaya, berwibawa, berkeinginan untuk memperoleh pengetahuan yang baru, mempunyai rasa humor, dedikasi yang tinggi.
3) Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya sesuatu hal, termasuk pentingnya keikutsertaan KB. Hal ini disebabkan karena seseorang yang berpendidikan tinggi pada umumnya akan lebih luas pandangannya dan lebih mudah menerima ide maupun halhal yang inovatif (pembaharuan). Hubungan antara pola pikir, persepsi dan perilaku masyarakat memang sangat signifikan, dalam arti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin rasional dalam pengambilan keputusan.
Hasil penelitian BKKBN 2009, menunjukkan bahwa penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) lebih tinggi pada Wanita dengan tingkat pendidikan SMA keatas dibandingkan dengan pendidikan SMA kebawah. Penelitian Harahap dkk (2014) menyebutkan bahwa peserta KB non AKDR mempunyai pengetahuan yang kurang tentang AKDR, hal ini dikarenakan informasi yang diterima dari tenaga kesehatan kurang, hanya seputar informasi kontrasepsi yang diinginkan dan diminta calon peserta KB saja.
4) Malu 15
Perasaan malu sering kali menjadi masalah pada penggunaan AKDR. Klien merasa malu apabila bagian tubuhnya terbuka, dan hal ini kadang-kadang menyebabkan proses pemasangan menjadi sedikit lama. Faktor malu/risih juga ditunjukkan dari hasil penelitian Harahap dkk (2014) yang mengatakan bahwa peserta tidak memakai AKDR karena malu terhadap pemasangan AKDR dan tidak ada dukungan dari pihak-pihak terkait, selain itu Setiowati (2010) menuliskan bahwa menurut Royston (1994) salah satu hambatan dalam penerimaan kontrasepsi adalah malu karena ada larangan (tabu) untuk memanipulasi alat kelamin wanita, sehingga peminat alat kontrasepsi tersebut menjadi menurun, salah satunya AKDR.
5) Penyakit Keadaan/kondisi fisik seseorang menjadi salah satu pertimbangan dalam memasang AKDR. Secara umum AKDR bisa dipakai oleh sebagian besar perempuan, akan tetapi terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan seseorang tidak bisa memakai alat kontrasepsi ini. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) tahun 2010, telah membuat Kriteria Kelayakan Medis (Medical Eligibility Criteria) dan mengklasifikasikannya menjadi empat kategori kelayakan. Teori mengatakan salah satu penyakit yang menjadi kontraindikasi penggunaan AKDR adalah apabila klien diduga ataupun menderita Penyakit Menular Seksual., kelainan anatomi dari rongga rahim dan sebagainya. Berdasarkan teori tersebut, maka sudah seharusnya tenaga kesehatan memberikan informasi dan melakukan skrining terhadap calon pengguna dengan lebih baik, karena adanya panduan tersebut akan memudahkan dalam memberikan pelayanan AKDR dari segi penapisan klien.
&ANAK
JURNAL ASUHAN IBU
| Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016
Fatiah Handayani
2. Faktor Eksternal 1) Pemasangan oleh tenaga ahli Keberhasilan penggunaan AKDR dipengaruhi pada saat pemasangannya. Seorang tenaga kesehatan yang ahli dan berpengalaman akan memberikan kepuasan dan kesan positif pada penggunanya. Hasil penelitian Khan dan Shaikh (2013), mengungkapkan bahwa beberapa petugas kesehatan yang telah mengikuti pelatihan AKDR merasa belum cukup dalam pelaksanaan praktik pemasangannya sehingga kondisi ini menyebabkan mereka jarang menawarkan AKDR selama proses konselingnya. Kalaupun klien menginginkan AKDR, maka klien akan dirujuk pada tenaga kesehatan yang lebih kompeten dan hal ini berpotensi terhadap hilangnya sasaran peserta KB.
2) Pengaruh dan pengalaman akseptor AKDR lain Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pengaruh dan pengalaman akseptor AKDR lain menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penggunaan AKDR. Penelitian Samandari et all (2010) mengungkapkan bahwa ibu yang memiliki banyak hubungan interpersonal dengan peserta KB lainnya, maka berpeluang lebih besar menggunakan kontrasepsi dibandingkan dengan mereka yang mempunyai sedikit hubungan interpersonal dengan peserta KB lainnya. Dari hasil penelitian ini, dapat diasumsikan pengaruh dukungan teman sebaya, apapun yang dikatakan dan dipakai terkait metode kontrasepsi temannya, kemungkinan besar ibu akan mengikutinya. Oleh karena itu, tenaga kesehatan maupun petugas lapangan KB diharapkan mampu menggali informasiinformasi yang diketahui peserta KB, baik
&
JURNAL ASUHAN IBU
positif ataupun negatif.
3) Sosial budaya dan ekonomi Secara hasil penelitian, telah menunjukkan bahwa betapa faktor sosial budaya dan ekonomi mempengaruhi penggunaan kontrasepsi. Faktor sosial salah satunya adalah dukungan. Dukungan dapat berarti bantuan atau sokongan yang diterima oleh seseorang dari orang lain. Dukungan yang diberikan pada seorang perempuan untuk menggunakan kontrasepsi bisa datang dari lingkungan sosialnya, yaitu suami, orang tua dan teman sebaya.
Menurut Proverawati (2010) dalam Harahap, dkk (2014) mengatakan seorang suami kadang melarang istrinya untuk menggunakan AKDR karena faktor ketidaktahuan dan tidak ada komunikasi untuk saling memberikan pengetahuan, sedangkan kondisi saat ini, sasaran informasi tentang KB sebagian besar ditujukan untuk perempuan saja, sementara suami kurang pendekatan dan pembinaan. Disamping itu, hasil penelitian Samandari et all (2010) mengatakan perempuan yang mempunyai hubungan interpersonal dengan peserta KB lainnya berpeluang lebih besar untuk menggunakan kontrasepsi dibandingkan dengan mereka yang mempunyai sedikit hubungan interpersonal. Sejumlah faktor yang mempengaruhi akses dan efektifitas penggunaan kontrasepsi, termasuk hambatan-hambatan. Salah satu hambatan adalah keyakinan dan nilai seseorang yang diperkuat oleh agama dan budaya. Ketika keyakinan agama klien berbeda dengan keyakinan agama pemberi pelayanan kesehatan, maka terkadang rekomendasi medis tidak sesuai dengan agama atau budaya klien. Tenaga kesehatan yang mempunyai perbedaan budaya, suku
ANAK | Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016
16
Hambatan-Hambatan dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
bangsa harus memahami kemungkinan pengaruh agama dan budaya yang dimiliki oleh pasangan suami istri terhadap penggunaan kontrasepsi serta harus mampu mengenali dengan baik pilihan-pilihan kontrasepsi yang ada agar dapat memberikan solusi yang terbaik dan memuaskan antara kedua belah pihak. Tinjauan ini diperkuat dengan hasil penelitian Srikanthan dan Reid (2008) yang menuliskan bahwa beberapa agama yaitu Islam, Kristen, Budha, Hindu mempunyai budaya yang berbeda dalam menyikapi tentang seksualitas, konsep keluarga dan Keluarga Berencana, termasuk metode kontrasepsi.
Selain faktor sosial, budaya, faktor ekonomi sangat memberikan pengaruh baik pada masyarakat miskin maupun masyarakat dari kalangan berada, di pedesaan maupun perkotaan. Pengaruh yang diberikan tidak terbatas pada harga dari pelayanan kontrasepsi itu sendiri, tetapi meliputi uang yang harus dikeluarkan ke tempat pelayanan kontrasepsi dan dalam menggunakan alat kontrasepsi. Rumah tangga dengan status ekonomi yang mapan menjadikan alat kontrasepsi tidak hanya untuk menunda kelahiran, tetapi juga sebagai sarana untuk mengatur jarak kelahiran dan jumlah anak yang diinginkan.
4) Pekerjaan Pekerjaan merupakan sesuatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang sebagai suatu profesi, untuk mendapatkan penghasilan. Wanita pekerja kemungkinan akan memilih alat kontrasepsi dan mempunyai banyak pengetahuan tentang metode kontrasepsi dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga. Asumsi ini diperkuat oleh hasil penelitian Pranita (2002) dalam Fielania 17
(2012) yang menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dan penggunaan metode kontrasepsi mantap, dan responden yang tidak bekerja mempunyai peluang 1,9 lebih tinggi untuk memilih non kontrasepsi mantap dibandingkan dengan responden yang bekerja.
Selain itu, penelitian Amiranty (2003) dalam Fielania (2012) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan penggunaan MKJP. Ibu yang bekerja memiliki peluang sebesar 2 kali untuk memakai MKJP dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja. Pada perempuan yang bekerja, maka perempuan lebih mempunyai kontrol dalam pengaturan reproduksinya, dan mempunyai pemikiran yang lebih rasional terhadap alat kontrasepsi.
Berdasarkan teori kajian dan hasil penelitian yang telah diungkapkan, tentu saja masih banyak lagi faktor yang menjadi hambatan dalam penggunaan AKDR, misalnya dari segi dukungan infrastruktur yang ada, misalnya penyediaan alat kontrasepsinya (AKDR). Kadangkadang klien tidak bisa memakai AKDR disebabkan alat yang tidak tersedia atau habis. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan hasil Berdasarkan hasil temuan yang didapat, alasan rendahnya penggunaan AKDR dapat dilihat dari dua faktor yaitu : 1) Faktor internal, terdiri dari : a. Pengalaman/Takut b. Pemahaman dan Persepsi yang Salah tentang AKDR c. Malu
&ANAK
JURNAL ASUHAN IBU
| Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016
Fatiah Handayani
d. Pendidikan e. Penyakit
2) Faktor eksternal, terdiri dari a. Pemasangan oleh Tenaga Ahli, b. Pengaruh dan Pengalaman Akseptor Akdr Lain c. Sosial, Budaya dan Ekonomi d. Pekerjaan
Saran
1) Meningkatkan promosi penggunaan AKDR melalui pemberian informasi yang benar dan akurat atau pendidikan kesehatan, sehingga harapannya adalah pengetahuan, sikap dan persepsi ibu ataupun pasangannya baik lebih positif. 2) Meningkatkan pendidikan kesehatan tentang AKDR melalui metode yang lebih variatif, terutama untuk meminimalkan dan menghilangkan persepsi dan kesalahpahaman yang ada.
3) Meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dan petugas KB lainnya sehingga ketrampilan dalam melakukan komunikasi dan konseling menjadi lebih baik. 4) Memberikan pelatihan pemasangan AKDR bagi tenaga kesehatan serta memperkuat pelayanan yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Asih L, Oesman H. 2009. Analisa Lanjut SDKI 2007 : Faktor yang Mempengaruhi Pemakaian Kontrasepsi Jangka Panjang. Pusat Penelitian dan Pengambangan KB dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta. BKKBN. Budijanto D. 2013. Determinan “4 Terlalu”. MAsalah Kesehatan Reproduksi
&
JURNAL ASUHAN IBU
Hubungannya Dengan Alat KB Saat Ini Di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Kementerian Kesehatan. ISSN 2088-270X
Candradewi, Ekayani K, Sopiatun R. 2013. Pengaruh Pemberian Konseling Keluarga Berencana Terhadap Alat Kontrasepsi IUD Post Plasenta. Media Bina Ilmiah. Vol. 7.No.5 ISSN No. 1978-3787. Department of Health and Human Services Centers for Disease Control and Prevention.2010. U.S. Medical Eligibility Criteria for Contraceptive Use, 2010. Morbidity and Mortality Weekly Report. 2010. Vol. 59 Fienalia AR. 2012. Faktor-FAktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) Di Wilayah Kerja Puskesmas PAncoran Mas Kota Depok Tahun 2011. Depok. Universitas Indonesia.
Harahap, dkk. 2014. Analisa Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD (Intra Uterine Device) Oleh Ibu Pasangan Usia Subur Di Desa Sabungan Kecamatan Sungai Kanan Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2014. Katz RK, Jhonson ML, Janowitz B, Miguel J. 2002. Reasons for The Low Level of IUD Use in El Salvador. International of Family Planning Perspective, Vol. 28 No. 1 Kementerian Dalam Negeri. Undang-Undang No. 52 Tahun 2009. (http://www.hsph. harvard.edu diakses pada tanggal 17 Agustus 2015)
Khan A, Syaikh TB. 2013. An All Time Low Utilization of Intrauterine Contraceptive
ANAK | Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016
18
Hambatan-Hambatan dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Device as a Birth Spacing Method-a Qualitative Descriptive Study in District Rawalpindi, Pakistan.Journal Reproductive Health Vol.10 No.10
Manzouri L, Aghdak P, Nematollahi S, Mansouri A, et all. 2010. Misbelief about Intra Uterine Device In Isfahan Iran. Journal of Family and Reproductive Health. Vol 4 No.4 Mujiati I. 2013. Pelayanan KB PAsca Persalinan dalam Upaya Mendukung Percepatan Penurnan Angka Kematian Ibu. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Vol.2 No.2. Jakarta. Nasution, SL. 2011. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penggunaan MKJP di Enam Wilayah di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengambangan KB dan Keluarga Sejahtera. Jakarta. BKKBN
Samandari G, S Ilene, Speizer, O’ Connell K. 2010. The Role of Social Support and Parity in Contraceptive Use in Cambodia. International Perspectives on Sexual and Reproductive Health. Vol. 36 No.3 Sanyata S. 2010. Teknik dan Strategi Konseling Kelompok. Jurnal Paradigma, No.9 Th.V. ISSN 1907-297X Setiowati T. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat
19
Kontrasepsi Dalam Rahim Pada Akseptor KB Golongan Risiko Tinggi Di Puskesmas Wilayah Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi Tahun 2008. Jurnal Kesehatan Kartika STIKes A. Yani
Solther C. 2008. Intrauterine Devices (IUDs) Second Edition. Participant Guide. Pathfinder International, Watertown MA. Srikanthan A, Reid LR. 2008. Religious and Cultural Influences on Contraception. Journal Obstet Gynaecol. Vol 30 No. 2
Surinati. K, Mayuni. O, Paramartha, A. Gambaran Faktor Dominan Penyebab Rendahnya Akseptor IUD pada Pasangan Usia Subur (PUS). (http://www.politeknik-denpasar. ac.id diakses pada tanggal 17 Agustus 2015) Tuloro T, Deressa W, Ali A, Davey G. 2006. The Role of Men in Contraceptive Use and Fertility Preference in Hossana Town, Southern Ethiopia. Ethiopia Journal Health Development . Vol. 2 No.2
Yoost J. 2014. Understanding Benefits and Addressing Misperceptions and Barriers to Intrauterine Device Access among Populations in The Unites States. Journal of Patient Preference and Adherence. Vol 8
&ANAK
JURNAL ASUHAN IBU
| Volume 1 | Nomor 1 | Februari 2016