p-ISSN 2502-4981
e-ISSN 2549-290X
Jurnal
ASUHAN IBU ANAK
&
Volume 2
|
Nomor 1
|
Februari 2017
Alamat Redaksi: STIKES ‘Aisyiyah Bandung Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6 Bandung 40264 Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269
DEWAN REDAKSI
&ANAK (JAIA)
JURNAL ASUHAN IBU
Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2017
Pelindung: Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Bandung Penanggung Jawab: Santy Sanusi, M.Kep.
Ketua: Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO. Sekretaris: Diah Nurindah Sari, SKM. Bendahara: Riza Garini, A.Md.
Penyunting/Editor: Giari Rahmilasari, S.ST., M.Keb. Nurhayati, SST Perla Yualita, S.Pd., M.Pd.
Setting/Layout: Aef Herosandiana, S.T., M.Kom. Pemasaran dan Sirkulasi : Ami Kamila, SST
Mitra Bestari : DR. Intaglia Harsanti, S. Si., M.Si Ari Indra Susanti, S.ST,. M.Keb. Dewi Nurlaela Sari, S.ST., M.Keb.
Alamat Redaksi: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269 E-mail:
[email protected]
DAFTAR ISI 1. Pengaruh Buklet dan Ceramah Tanya Jawab terhadap Pengetahuan Mengenai Deteksi Kanker Serviks Sri Wisnu Wardani, Tita Husnitawati Madjid, Sari Puspa Dewi ...........................................
1 - 11
Cherly Marlina, Ida Widiawati, Yulinda .................................................................................................
13 - 23
Elmi Nuryati, Desi Ari Madiyanti .............................................................................................................
25 - 30
Angga Wilandika ...........................................................................................................................................
31 - 40
Neneng Widaningsih .....................................................................................................................................
41 - 51
Yusi Sofiyah, Allenidekania, Happy Hayati .......................................................................................
53 - 61
2. Pengaruh Video dalam Model TKIP terhadap Keikutsertaan Ibu Hamil Test HIV
3. Penggunaan Pembalut yang Aman untuk Kesehatan Reproduksi
4. Kajian Intervensi Pencegahan Perilaku Seksual Berisiko HIV dalam Peningkatan Self-Efficacy pada Remaja
5. Pengaruh Konseling dan Penyuluhan terhadap Kualitas Hidup Menopause
6. Edukasi Terapeutik sebagai Metode Pengendalian Infeksi pada Pasien Anak dengan Kanker
&ANAK
JURNAL ASUHAN IBU
JAIA 2017;2(1):13-23
PENGARUH VIDEO DALAM MODEL TKIP TERHADAP KEIKUTSERTAAN IBU HAMIL TEST HIV Cherly Marlina, Ida Widiawati, Yulinda Poltekkes Kemenkes Bandung Jurusan Kebidanan Bandung ABSTRAK
[email protected]
Eliminasi infeksi human immunodeficiency virus (HIV) baru pada anak dengan target ending AIDS 2030 adalah target Global Sustainable Development Goals (SDGs) yang merupakan indicator pasca millenium development goals (MDGs) 2015 (Griggs 2015). Diperlukan upaya percepatan (fast track) program menuju getting to zero HIV tahun 2030. Pemberian informasi oleh petugas kesehatan agar dapat diterima secara optimal adalah dengan melibatkan semua panca indera, salah satunya adalah pengunaan media video. Tujuan pada penelitian adalah melakukan analisis pengaruh inovasi pengembangan model tes HIV yang diInisiasi oleh bidan terhadap perilaku ibu hamil untuk melakukan tes HIV di Kota Bandung. Metode penelitian quasi eksperimen pre and post test with control group design. sampel di ambil dengan teknik stratified random sampling, jumlah sampel 72, alat pengumpulan data menggunakan quesioner. Hasil yang didapat faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku/ keikutsertaan ibu hamil untuk tes HIV adalah pengetahuan dengan nilai p = 0,000 dan nilai OR 14,7. Stigma dengan nilai p = 0,000 dan nilai OR 9,21. Simpulan ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan sebelum dan setelah diberikan intervensi. Kata Kunci : TKIP, ibu hamil, test HIV Abstract
Elimination of infection with the human immunodeficiency virus (HIV) in children with a new target of 2030 is the target of ending AIDS Global Sustainable Development Goals (SDGs), which is an indicator of post-Millennium Development Goals (MDGs) in 2015 (Griggs, 2015). Necessary efforts to accelerate (fast track) program towards getting to zero HIV in 2030. The provision of information by health officials to be acceptable optimally is to involve all five senses, one of which is the use of video media. The purpose of research is to analyze the influence of the innovation development model of HIV testing that is initiated by a midwife to the behavior of pregnant women for HIV testing in Bandung. The research method quasi pre and post test with control group design. samples taken by stratified random sampling, sample number 72, means of data collection using questionnaires. Results are factors related to the behavior / participation of pregnant women for HIV testing is knowledge with p = 0.000 and OR value of 14.7. Stigma with p = 0.000 and OR 9.21 value. Conclusion there is a significant difference between knowledge before and after a given intervention. Key words : PITC, pregnant woman, HIV test
13
Cherly Marlina, Ida Widiawati, Yulinda
LATAR BELAKANG Eliminasi infeksi human immunodeficiency virus (HIV) baru pada anak dengan target ending AIDS 2030 adalah target GlobalSustainable Development Goals (SDGs) yang merupakan indicator pasca millenium development goals (MDGs) 2015 (Griggs 2015). (UNAIDS 2013) memperkirakan bahwa setiap hari ada 1500 anak yang terinfeksi HIV di dunia. Diperlukan upaya percepatan (fast track) program menuju getting to zero tahun 2030 melalui inisiatif 90-9090. Upaya penularan HIV dari ibu ke anak sudah dilakukan melalui 4 kegiatan atau prong yaitu (1) pencegahan penulaan HIV pada perempuan usia reproduksi, (2) pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan dengan HIV, (3) pencegahan terjadinya penularan HIV dari ibu hamil positif ke bayi yang dikandungnya, (4) pemberian dukungan psikologis, social dan perawatan kepada ibu HIV beserta anak yang dikandungnya. Kegiatan yang dilakukan dalam prong 1 dan 2 yaitu layanan tes HIV dan konseling atas inisitatif petugas kesehatan atau provider initiative test and counselling HIV (PITC) yang dilakukan di pelayanan kesehatan primer yaitu Puskesmas melibatkan bidan sebagai provider/ petugas kesehatan yang menawarkan tes HIV kepada ibu hamil pada saat melakukan pelayanan antenatal. (Kementrian Kesehatan RI 2012) Berdasarkan laporan Kemenkes (2014) dari 2.776.673 ibu hamil di Indonesia yang melakukan kunjungan antenatal, baru 298.409 atau 10,7% ibu hamil yang melakukan tes HIV. Pentingnya mengetahui status HIV pada ibu hamil adalah mengurangi penyebaran dan sebagai upaya pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak yang dikandungnya jika menyadari status HIV sedini mungkin. Mengingat meningkatnya kasus HIV pada ibu rumah tangga dari tahun 2014 sebanyak 5.539 kasus dan angka kejadian HIV pada anak di Indonesia pada saat in adalah 913 kasus. HIV ditularkan dari ibu ke anak terjadi
&
JURNAL ASUHAN IBU
pada saat kehamilan 5-10% persalinan 10-20% dan menyusui 5-20%. (Kementrian Kesehatan RI 2012) dan (Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2010). Saat ini pemerintah mengembangkan tes HIV yang terintegrasi kedalam pelayanan antenatal, dalam pelayanan ini tes HIV ditawarkan kepada ibu hamil pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan atau dikenal dengan pendekatan Provider Initiative Test And Counselling (PITC). Hasil penelitian (Leon et al. 2010) bahwa tes HIV yang di inisiasi oleh petugas kesehatan berhasil meningkatkan cakupan tes Infeksi menular seksual (IMS) dan HIV dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=0,008) dan hasil penelitian lain (Hensen et al. 2012) menemukan bahwa terdapat kenaikan cakupan tes HIV setelah dilakukannnya PITC (9,9%) dari 5,5%.
Akan tetapi model PITC ini belum maksimal dilakukan, sesuai dengan laporan penelitian yang dilakukan oleh (Davyduke et al. 2015) bahwa pelaksanaan model tes HIV yang di inisisai oleh petugas kesehatan belum maksimal karena merasa bukan bagian dari peran dan tanggung jawab bidan untuk memberikan informasi HIV karena sudah ada konselor khusus HIV. Penyebab lainnya adalah kurangnya jumlah bidan sehingga informasi secara komprehensif tentang HIV kepada ibu hamil tidak dapat diberikan. Disisi lain mayoritas (80-90%) ibu hamil mengatakan bahwa informasi tentang HIV dalam pelayanan antenatal penting untuk mereka ketahui, terutama penjelasan tentang penularan HIV, pencegahan, waktu untuk berdiskusi dengan bidan dan dukungan agar pasangan dilibatkan untuk tes HIV(Hardon et al. 2012) dan (Dini Dachlia, Nurul Huriah Astuti, Luluk Ishardini 2010). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Kota Bandung, bahwa ibu hamil ditawarkan tes HIV oleh bidan, tanpa didahului dengan pemberian informasi tentang HIV.
ANAK | Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2017
14
Pengaruh Video dalam Model TKIP terhadap Keikutsertaan Ibu Hamil Test HIV
Kurang informasi menjadi salah satu penyebab masih tingginya stigma HIV sehingga ibu hamil takut untuk tes HIV, sesuai dengan hasil penelitan (Elsheikh et al. 2015) mengungkapkan bahwa sebagian besar responden mempunyai persepsi kerentanan yang tinggi tertular HIV akan tetapi tidak signifikan terhadap sikap untuk melakukan tes HIV selama kehamilan. Hasil penelitian (Fitriani Ayu 2013) menyebutkan bahwa stigmatisasi pada ODHA ibu hamil lebih banyak ditemukan pada petugas kesehatan, bentuk stigma antara lain : menganggap ODHA ibu hamil mempunyai perilaku seksual menyimpang, HIV merupakan virus mematikan dan berbahaya sehingga bidan akan membedakan pelayanan pada ODHA. Pemberian informasi oleh petugas kesehatan agar dapat diterima secara optimal adalah dengan melibatkan semua panca indera, salah satunya adalah pengunaan media video. Penggunaan video dalam konseling efektif meningkatkan pengetahuan responden dengan p value (0,04) dan merubah sikap responden dengan p value (0,02) (Purnama 2014) hal ini sejalan dengan yang diungkapkan (Snyder et al. 2012)men who have sex with men (MSM bahwa konseling pra tes melalui video dapat meningkatkan niat untuk melakukan tes HIV, begitupulan menurut (Gilbert et al. 2008) menyatakan bahwa video secara efektif dapat penurunan perilaku seksual berisiko.
Penelitian tentang penggunaan video dapat meningkatkan emosional secara positif sehingga dapat menurunkan stigma, dan penyebaran informasi terhadap peningkatan pengetahuan sebelum dan setelah intervensi, serta terjadi peningkatan penggunaan kondom secara efektif yakni dari 11% menjadi 33,5%. (Aronson & Bania 2011); (Zonyou Wu, Roger Detels, Gouping Ji, Chen Xu, Keming Rou, Huancheng Ding 2002) Hal ini menjadi latar belakang penting dilakukan penelitian tentang pengaruh video 15
terhadap model tes HIV yang di inisiasi oleh bidan (PITC) saat melakukan pelayanan antenatal terpadu pada ibu hamil dengan pengembangan media video sebagai alat bantu memberikan informasi sebelum tes dan konseling setelah tes. METODOLOGI
Penelitian ini menggunakan penelitian quasi eksperimen dengan menggunakan kelompok kontrol. Rancangan penelitian ini menggunakan pre and posttest with control group design untuk mencari pengaruh atau efek perlakuan. Pengukuran dilakukan setelah perlakuan pada kedua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pada penelitian ini kelompok perlakuan ditawarkan tes HIV atas inisiasi bidan dengan memberikan informasi tentang HIV menggunakan media video, dan kelompok kontrol ditawarkan tes HIV atas inisiasi bidan dengan memberikan informasi tentang HIV sesuai prosedur yang ada.
Populasi yang nantinya peneliti pilih sebagai obyek penelitian adalah seluruh ibu hamil yang ada di Kota Bandung. Sampel penelitian ini adalah ibu hamil yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi :Ibu hamil yang belum pernah tes HIV, melakukan pemeriksaan di BPM. Kriteria Ekslusi yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah: Ibu hamil yang melakukan tes HIV di VCT, tidak bisa baca tulis,Ibu hamil yang melakukan tes HIV tanpa diberikan informasi terlebih dahulu, Ibu hamil dengan status HIV reaktif. Pengambilan sampel berdasarkan kriteria inklusi yang telah ditetapkan, dengan teknik purposive sampling. Program PITC telah dikembangkan semua Puskesmas yang ada di Kota Bandung kecuali Puskesmas Jejaring. Pada penelitian ini akan dipilih kecamatan dengan kasus HIV tinggi yaitu Kecamatan Sukajadi, Batununggal, Cicendo dan Sukasari Kota Bandung. Dalam menentukkan kelompok perlakuan
&ANAK
JURNAL ASUHAN IBU
| Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2017
Cherly Marlina, Ida Widiawati, Yulinda
dan kontrol dilakukan random sederhana. Untuk menjamin responden mendapatkan perlakuan sebanyak 2 kali, akan dilakukan pendataan biodata termasuk nomor telepon yang dapat dihubungi agar peneliti dapat mengingatkan jadwal kunjungan dan konfirmasi kehadiran. Penelitian ini dilakukan selama 8 bulan yaitu dari bulan Februari sampai November 2016.
melakukan tes HIV. Setelah intervensi responden diminta mengisi kuesioner meliputi pertanyaan kareakteristik dan variabel yang lain. Untuk memastikan responden ikut dalam penelitian ini dibuat data based responden berupa daftar hadir yang berisi identitas, alamat dan contact person. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang diambil adalah data primer dari hasil wawancara dengan kuesioner yang dilakukan oleh penelitian terhadap responden. Sampel yang terpilih, kemudian diberikan penjelasan tentang tujuan penelitian dan diminta untuk menandatangani informed consent sebagai bukti kesediaan untuk ikut serta dalam penelitian. Setelah itu responden dalam kelompok intervensi diberikan informasi tentang HIV dengan media video selama 2 kali dengan interval waktu satu minggu kemudian dilihat keikutsertaan untuk
Hasil penelitian yang sudah dianalisis baik univariat maupun bivariat disajikan dalam bentuk tabel yang terdapat dibawah ini. Analisis Univariat
Dibawah ini terdapat distribusi frekuensi usia, riwayat IMS dan responden yang melakukan tes HIV pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Respoden Karakteristik Responden Kelompok Intervensi Kelompok Intervensi
Variabel
Kelompok Kontrol
f
%
f
%
7
18,4
6
15,8
7
18,4
8
21,1
27
71,1
Usia < 20 tahun dan > 35 tahun
20 s.d 30 tahun
31
Tidak
31
Ya
21
Riwayat IMS Ya
Test HIV Tidak
17
Total
38
Distribusi usia responden pada kelompok perlakuan, sebagian kecil berusia kurang dari 20 dan lebih dari 35 tahun 7 orang (18,4%) dan sebagaian kecil pernah mengalami penyakit IMS 7 orang (18,4%). Sebagian Responden yang melakukan tes HIV yaitu 21 orang (55,3%)
&
JURNAL ASUHAN IBU
81,6
32
81,6
30
55,3
11
44,7
100%
38
84,2 78,9
28,9
100%
sedangkan yang tidak melakukan tes HIV 17 orang (44,7%).
Distribusi usia responden pada kelompok kontrol, sebagian kecil berusia kurang dari 20 dan lebih dari 35 tahun 6 orang (15,8%). Sebagaian
ANAK | Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2017
16
Pengaruh Video dalam Model TKIP terhadap Keikutsertaan Ibu Hamil Test HIV
kecil responden pernah mengalami penyakit IMS 8 orang (21,1%). Sebagian Responden besar tidak melakukan tes HIV 27 orang (71,1%), sedangkan yang melakukan tes HIV yaitu 11 orang (28,9%).
Analisis Bivariat Pengetahuan dan stigma responden sebelum serta setelah diberikan intervensi disajikan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 2. Distribusi Rata-rata Pengetahuan dan Stigma Responden antara Kelompok Intervensi dan Kontrol Variabel
Kelompok Intervensi
Kelompok Kontrol
Mean
SD
SE
Mean
SD
SE
Sebelum
75,68
8,14
1,33
73,94
10,45
1,69
Sebelum
8,50
2,25
0,36
8,23
2,83
p-value
n
0,005
38
0,017
38
Pengetahuan Setelah
Stigma Setelah
86,95 9,60
8,02 2,07
8,02
88,97
0,33
10,10
Rata-rata pengetahuan responden pada kelompok intervensi pada pengukuran pertama adalah 75,68 dengan standar deviasi 8,14. Pada pengukuran kedua didapat rata-rata pengetahuan 86,95 dengan standar deviasi 8,02. Terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama dan kedua adalah 11,27 dengan standar deviasi 5,17. Sedangkan pada kelompok kontrol ratarata pengetahuan pada pengukuran pertama adalah 73,94 dengan standar deviasi 10,45. Pada pengukuran kedua didapat rata-rata pengetahuan 88,97 dengan standar deviasi 5,28. Terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama da kedua adalah 15,03 dengan standar deviasi 9,6. Hasil uji statistik didapat nilai p= 0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan sebelum dan setelah diberikan intervensi. Hasil uji statistik stigma pada kelompok intervensi yaitu rata-rata stigma pada pengukuran
17
5,28
0,85
2,05
0,33
0,45
pertama adalah 8,50 dengan standar deviasi 2,25. Pada pengukuran kedua didapat rata-rata stigma 9,60 dengan standar deviasi 2,07. Terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama da kedua adalah 1,1 dengan standar deviasi 0,18. Hasil uji statistik didapat nilai 0,017 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara stigma sebelum dan setelah diberikan intervensi. Sedangkan hasil analisis variabel stigma pada kelompok kontrol yaitu rata-rata stigma pada pengukuran pertama adalah 8,23 dengan standar deviasi 2,83. Pada pengukuran kedua didapat ratarata stigma 10,10 dengan standar deviasi 2,05 Terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama da kedua adalah 1,87 dengan standar deviasi 0,78. Hasil uji statistik didapat nilai 0,003 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara stigma sebelum dan setelah diberikan intervensi.
&ANAK
JURNAL ASUHAN IBU
| Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2017
Cherly Marlina, Ida Widiawati, Yulinda
Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Variabel Bebas Dan Perilaku Tes HIV Tes HIV Variabel
Kategori
Tidak n
Usia
Riwayat IMS
Pengetahuan
Stigma
< 20 dan> 35 tahun 20 - 35 tahun
Tidak
Ya
Kurang Baik
Tinggi
Rendah
Hasil analisis hubungan antara usia dengan keikutsertaan untuk tes HIV diperoleh bahwa ada sebanyak 5 (38,5%) responden yang berusia kurang dari 20 dan lebih dari 35 tahun yang melakukan tes HIV, sedangkan diantara responden yang berusia 20 sampai dengan 35 tahun ada 27 (42,9%) yang melakukan tes HIV. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 1,000 maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi keikutsertaan untuk tes HIV antara usia reproduksi sehat dengan usia berisiko. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR 1,20, artinya responden yang berusia 20 sampai dengan 35 tahun berpeluang 1,2 kali untuk tes HIV dibanding dengan responden yang berusia kurang dari 20 dan lebih dari 35 tahun. Hasil analisis hubungan antara pengetahuan dengan keikutsertaan untuk tes HIV diperoleh bahwa ada sebanyak 26 (72,2 %) responden mempunyai pengetahuan baik yang melakukan tes HIV, sedangkan diantara responden yang pengetahuan kurang ada 6 (15%) yang melakukan tes HIV. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan proporsi keikutsertaan untuk tes HIV antara responden yang mempunyai pengetahuan baik dengan responden yang mempunyai pengetahuan kurang. Dari hasil analisis diperoleh nilai 14,7 artinya responden yang mempunyai
&
JURNAL ASUHAN IBU
Ya
% 8
36
35
61,5
57,1
42,9
27,8
26
72,2
86,2
19
27
38,5
42,6
25
10
5
26
60,0 85,0
40,4
OR
1,000
1,20
%
57,4
9
34
n
p-value
6
6
4
28
40,0 15,0
13,8
59,6
1,000
0,000
0,000
0,89
14,70 9,21
pengetahuan baik berpeluang 14,7 kali untuk tes HIV dibanding dengan responden yang mempunyai pengetahuan kurang.
Hasil analisis hubungan antara stigma dengan keikutsertaan untuk tes HIV diperoleh bahwa ada sebanyak 28 (59,6 %) responden mempunyai stigma rendah yang melakukan tes HIV, sedangkan diantara responden dengan stigma tinggi ada 4 (13,8%) yang melakukan tes HIV. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan proporsi keikutsertaan untuk tes HIV antara responden yang mempunyai stigma rendah dengan responden yang mempunyai stigma tinggi. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR 9,21 artinya responden yang mempunyai stigma rendah berpeluang 9,21 kali untuk tes HIV dibanding dengan responden yang mempunyai stigma tinggi. HIV merupakan suatu retro virus bersifat khas menyebabkan infeksi permanen yang menyerang sel kekebalan tubuh dan menyebabkan menurunnya sistem kekebalan tubuh. Selama periode laten, orang yang terinfeksi HIV mungkin tidak memperlihatkan gejala, atau pada sebagian kasus mengalami limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening) persisten. Antara 2 sampai 10 tahun setelah infeksi HIV, sebagian besar pasien bila tidak ditangani akan
ANAK | Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2017
18
Pengaruh Video dalam Model TKIP terhadap Keikutsertaan Ibu Hamil Test HIV
mengalami berbagai infeksi oportunistik. Sehingga seorang yang terinfeksi HIV pada awal infeksi akan merasa sehat, untuk memastikan tubuh terinfeksi hanya dengan tes HIV (Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2010) dan (Nasronudin 2007) Saat ini pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk mengintegrasikan tes HIV dalam pelayanan ANC di Puskesmas, melalui program tes dan konseling HIV atas inisiasi petugas (TKIP) atau Provider-Initiated Testing and Counselling (PITC) adalah konseling dan tes HIV yang disarankan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan kepada seseorang yang datang ke fasilitas pelayanan kesehatan sebagai suatu komponen standard dari pelayanan medis, akan tetapi pelayanan tes HIV ini belum dapat diakses oleh semua ibu hamil, banyak faktor yang mempengaruhi ibu hamil untuk melakukan tes HIV diantaranya pengetahuan yang kurang benar, yang menjadi penghambat untuk tes HIV, diperlukan inovasi untuk mengajak ibu hamil tes HIV. Pemberian pendidikan kesehatan melalui video dengan melibatkan panca indera, mudah dipahami, lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak sehingga tingkat pemahaman dapat dipahami sekitar 50% (Depkes, 2006). Sehingga inovasi ini dapat diintegrasikan dalam layanan PITC untuk meningkatkan pengetahuan yang benar.
Hasil penelitian didapat bahwa nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama dan kedua adalah 11,27 dengan standar deviasi 5,17. Hasil uji statistik didapat nilai 0,000 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan sebelum dan setelah diberikan informasi HIV dengan menggunakan video. Sesuai dengan hasil penelitian bahwa penggunaan video dalam konseling efektif meningkatkan pengetahuan responden. Begitu pula hasil penelitian Juanitha (2008) menjelaskan bahwa pengetahuan tentang HIV/AIDS yang baik akan 19
menjadi dasar terbentuknya perilaku yang baik pula. Pengetahuan yang kurang tentang HIV/AIDS dan VCT dapat membuat persepsi yang salah. pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian ternyata sikap dan perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan (Purnama 2014) (Junitha 2008) dan (Nuraeni Titik 2011) Pengetahuan yang baik akan merubah merubah sikap responden (Purnama 2014) hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa terdapat perbedaan nilai mean stigma responden antara pengukuran pertama dan kedua yaitu 1,1 dengan standar deviasi 0,18. Hasil uji statistik didapat nilai 0,017 maka dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan sebelum dan setelah diberikan pendidikan kesehatan menggunakan video pada kelompok intervensi. Sesua teori bahwa video merupakan salah satu media elektronik pada prosesnya melibatkan semua panca indera, mudah dipahami, lebih menarik karena ada suara dan gambar bergerak sehingga tingkat pemahaman dapat dipahami sekitar 50%. (Depkes, 2006)
Pengetahuan yang baik dan tidak melakukan stigma merupakan faktor yang mempengaruhi responden untuk ikut serta dalam pemeriksaan HIV. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian responden melakukan tes HIV yaitu 32 orang, diantara 32 responden tersebut sebanyak 26 (72,2 %) responden mempunyai pengetahuan baik, sedangkan diantara responden yang pengetahuan kurang ada 6 (15%) yang melakukan tes HIV. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan proporsi keikutsertaan untuk tes HIV antara responden yang mempunyai pengetahuan baik dengan responden yang mempunyai pengetahuan kurang.
&ANAK
JURNAL ASUHAN IBU
| Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2017
Cherly Marlina, Ida Widiawati, Yulinda
Dari hasil analisis diperoleh nilai 14,7 artinya responden yang mempunyai pengetahuan baik berpeluang 14,7 kali untuk tes HIV dibanding dengan responden yang mempunyai pengetahuan kurang. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang, karena dari pengalaman dan penelitian ternyata sikap dan perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada yang tidak didasari oleh pengetahuan (Nuraeni Titik 2011). Hasil penelitian (Junitha 2008) responden yang mempunyai pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan baik akan menjadi dasar terbentuknya perilaku yang baik pula. Pengetahuan yang kurang tentang HIV/AIDS dan tes HIV dapat membuat responden mempunyai persepsi yang salah sehingga menimbulkan stigmatisasi. Stigma didefinisikan sebagai perbedaanperbedaan yang merendahkan yang secara sosial dianggap mendiskreditkan, dan dikaitkan dengan berbagai stereotip negatif. (Butt et al. 2010)Hasil penelitian didapat bahwa ada perbedaan proporsi keikutsertaan untuk tes HIV antara responden yang mempunyai stigma rendah dengan responden yang mempunyai stigma tinggi (p value=0,000) dan hasil analisis diperoleh nilai OR 9,21 artinya responden yang mempunyai stigma rendah berpeluang 9,21 kali untuk tes HIV dibanding dengan responden yang mempunyai stigma tinggi. Stigma dapat menghambat sesorang untuk berperilaku, hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan proporsi keikutsertaan untuk tes HIV antara responden yang mempunyai persepsi manfaat tes HIV tinggi dengan responden yang mempunyai persepsi manfaat tes HIV rendah. Dari hasil analisis diperoleh nilai OR 6,42 artinya responden yang mempunyai persepsi hambatan untuk tes HIV rendah berpeluang 6,42 kali untuk tes HIV dibanding dengan responden yang mempunyai persepsi hambatan untuk tes HIV
&
JURNAL ASUHAN IBU
tinggi.
Pemanfataan VCT memiliki peran penting, khususnya pada perempuan sebagai kelompok masyarakat yang berisiko terhadap HIV/AIDS. Hambatan psikologis untuk datang ke fasilitas kesehatan umum karena khawatir didiskrimasi atau diperlakukan tidak manusiawi. Ketakutan, stigma, serta ketidaktahuan tentang risiko mempengaruhi orang untuk mencari atau tidak mencari diagnosis HIV.(Khosidah & Purwanti 2014). Didukung pula oleh hasil penelitian bahwa dalam melakukan tindakan pencegahan maupun pengobatan HIV/AIDS dipengaruhi oleh perceivedcost yaitu merupakan persepsi terhadap biaya/aspek negatif yang menghalangi individu untuk melakukan tindakan kesehatan termasukdalam melakukan HIV, misalnya mahal, bahaya, pengalaman tidak menyenangkan, rasa sakit, harus menyediakan waktu, tempat tes HIVjauh, rasa takut dan malu dengan petugas kesehatan, prosedur yang lama dan rumit (adanya inform consent). (Febriana 2013) SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, maka dapat disimpulkan media audio visual dalam penelitian ini penggunaan video dalam pendidikan kesehatan tentang HIV yang diintegrasikan dalam program TKIP dapat meningkatkan pengetahuan responden dengan nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama dan kedua adalah 11,27 dengan standar deviasi 5,17. Hasil uji statistik didapat nilai p= 0,000 (ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan sebelum dan setelah diberikan intervensi). Selain pengetahuan, penggunaan video pada kelompok intervensi merubah nilai mean stigma, Terlihat nilai mean perbedaan antara pengukuran pertama dan kedua adalah 1,1 dengan standar deviasi 0,18. Hasil uji statistik didapat nilai 0,017 maka dapat disimpulkan ada perbedaan
ANAK | Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2017
20
Pengaruh Video dalam Model TKIP terhadap Keikutsertaan Ibu Hamil Test HIV
yang signifikan antara pengetahuan sebelum dan setelah diberikan intervensi.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku/ keikutsertaan ibu hamil untuk tes HIV adalah pengetahuan dengan nilai p = 0,000 dan nilai OR 14,7 artinya responden yang mempunyai pengetahuan baik berpeluang 14,7 kali untuk tes HIV dibanding dengan responden yang mempunyai pengetahuan kurang. Stigma dengan nilai p = 0,000 dan nilai OR 9,21 artinya responden yang mempunyai stigma rendah berpeluang 9,21 kali untuk tes HIV dibanding dengan responden yang mempunyai stigma tinggi. Diharapkan Model TKIP dengan menggunakan media video dan menjadi bagian prosedur dalam pelayanan antenatal terpadu, sehingga masyarakat terutama ibu hamil mendapat pengetahuan tentang HIV dengan benar dan tidak mempunyai stigma negatif terhadap ODHA serta mempunyai perilaku yang baik dalam pencegahan penularan HIV. DAFTAR PUSTAKA
Aronson, I.D. & Bania, T.C., 2011. Race and emotion in computer-based HIV prevention videos for emergency department patients. AIDS education and prevention : official publication of the International Society for AIDS Education, 23(2), pp.91–104. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih. gov/pubmed/21517659. Butt, L. et al., 2010. Stigma dan HIV / AIDS di Wilayah Pegunungan Papua. Clinical Service Unit FHI Indonesia, 2007. Standard Operational Prosedur Klinik VCT Testing Dirujuk, Jakarta: Kementrian Kesehatan, USAID, FHI, ASA.
Davyduke, T. et al., 2015. Opportunities for strengthening provider-initiated testing
21
and counselling for HIV in Namibia. AIDS Care Psychological and Socio medical Aspects of AIDS/HIV Journal, 0121(November).
Dini Dachlia, Nurul Huriah Astuti, Luluk Ishardini, Y., 2010. Isu Pasangan Klien pada Pelayanan VCT: Studi Eksplorasi pada Dua Pelayanan di Jakarta. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 1(1), pp.51–59. Elizabeth, C., 2009. Buku saku patofisiologi; edisi revisi., Jakarta: EGC.
Elsheikh, I.E., Crutzen, R. & Borne, H.W. Van Den, 2015. Perceptions of Sudanese women of reproductive age toward HIV / AIDS and services for Prevention of Motherto-Child Transmission of HIV. BMC Public Health, pp.1–8. Available at: http://dx.doi. org/10.1186/s12889-015-2054-1. Elsheikh, I.E., Crutzen, R. & Borne, H.W. Van Den, 2015. Perceptions of Sudanese women of reproductive age toward HIV / AIDS and services for Prevention of Motherto-Child Transmission of HIV. BMC Public Health, pp.1–8. Available at: http://dx.doi. org/10.1186/s12889-015-2054-1.
Febriana, A.I., 2013. Keikutsertaan Pelanggan Wanita Pekerja Seks dalam Voluntary Counceling and Testing (VCT). Jurnal Kesehatan Masyarakat, 8(2), pp.161–165. Available at: http://journal.unnes.ac.id/ nju/index.php/kemas. Fitriani Ayu, 2013. Stigmatisasi Bidan pada Ibu hamil dengan HIV dan AIDS di Kota Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, Volume 8.
Gilbert, P. et al., 2008. Interactive “Video Doctor” counseling reduces drug and sexual risk behaviors among HIV-positive patients in diverse outpatient settings. Plos One, 3(4),
&ANAK
JURNAL ASUHAN IBU
| Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2017
Cherly Marlina, Ida Widiawati, Yulinda
pp.e1988–e1988. Available at: http:// www.redi-bw.de/db/ebsco.php/search. ebscohost.com/login.aspx?direct=true& db=cmedm&AN=18431475&site=ehostlive.
Griggs, D., 2015. From MDGs to SDGs : Key challenges and opportunities. Available at: https://sustainabledevelopment.un.org/ content/documents/3490griggs.pdf.
Hardon, A. et al., 2012. Women ’ s views on consent , counseling and confidentiality in PMTCT : a mixed-methods study in four African countries. BMC Public Health, 12(1), p.26. Available at: http://www.biomedcentral. com/1471-2458/12/26.
Hensen, B. et al., 2012. Universal voluntary HIV testing in antenatal care settings: A review of the contribution of provider-initiated testing & counselling. Medicine and International HelathTropical Medicine and International Health, 17(1), pp.59–70.
Junitha, W., 2008. Pengetahuan tentang HIV / AIDS dan Voluntary Counseling and Testing ( VCT ), Kesiapan Mental , dan Perilaku Pemeriksaan di Klinik VCT pada Para Mitra Pengguna Obat dengan Jarum Suntik di Surakarta. Jurnal Kedokteran Indonesia, 1(2), pp.179–184.
Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2010a. Tes dan Konseling HIV Terintegerasi di Sarana Kesehatan/ PITC Pedoman Penerapan, Jakarta: Kementrian Kesehatan.
Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2010b. Tes dan Konseling HIV Terintegerasi di Sarana Kesehatan/ PITC Pelatihan bagi Petugas Kesehatan,
&
JURNAL ASUHAN IBU
Modul Bagi Peserta, Jakarta: Kementrian Kesehatan.
Kementrian Kesehatan RI, 2012. Pedoman Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA), Jakarta: Kementrian Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI, 2013. Rencana Aksi Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) Indonesia 2013 - 2017, Jakarta: Kementrian Kesehatan.
Kementrian Kesehatan RI, 2014. Laporan Kasus HIV/AIDS September- Desember 2014, Jakarta: Kementrian Kesehatan.
Kesehatan, K., Jenderal, D. & Kesehatan, B., 2010. Pedoman pelayanan antenatal terpadu, Jakarta: Kementrian Kesehatan Direktur Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2010. Tes dan Konseling HIV Terintegerasi di Sarana Kesehatan/ PITC Pelatihan bagi Petugas Kesehatan, Modul Bagi Peserta, Jakarta: Kementrian Kesehatan.
Khosidah, A. & Purwanti, S., 2014. Persepsi Ibu Rumah Tangga Tentang Voluntary Councelling and Testing (VCT) Terhadap Perilaku Pencegahan HIV/AIDS. jurnal Ilmiah Kebidanan, 2, pp.67–78 Legiati, 2012. Perilaku Ibu Hamil untuk Tes HIV di Kota Semarang. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia, Volume 7.
Leon, N. et al., 2010. The impact of providerinitiated ( opt-out ) HIV testing and counseling of patients with sexually transmitted infection in Cape Town , South Africa : a controlled trial. BioMed Central, pp.1–11.
ANAK | Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2017
22
Pengaruh Video dalam Model TKIP terhadap Keikutsertaan Ibu Hamil Test HIV
Nasronudin, 2007. HIV dan AIDS Pendekatan Biologi Molekuler Klinis dan Sosial, cetakan ke 2., Surabaya: Airlangga University Press.
Nuraeni Titik, D., 2011. Hubungan Pengetahuan Ibu HAmil tentang HIV/AIDS dan VCT dengan Sikap Terhadap Konseling dan Tes HIV secara Sukarela di Puskesmas Karangdoro Semarang. jurnal unimus. Nursalam dan Ninuk, 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS, Jakarta: Salemba Medika.
Purnama, A.P., 2014. Efektifitas Penggunaan Media Video dan Media Leaflet Terhadap Perubahan Pengetahuan dan Sikap Siswa tentang Bahaya Napza di SMP Negeri 3 Mojosongo Boyolali. Available at: id.portalgaruda.org. Snyder, H. et al., 2012. Field-based video pre-test counseling, oral testing, and telephonic post-test counseling: implementation of an HIV field testing package among highrisk Indian men. AIDS Educ Prev, 24(4), pp.309–326. The Siyam’kela Project, 2015. Addressing HIV/ AIDS related stigma in south Africa. From Indicators to Action Monitoring and
23
Evaluation Tools, The Siyam’kela Project, Center for the Study of AIDS (CSA), University of Pretoria.
UNAIDS, 2013. Global Report UNAIDS Report on teh global AIDS epidemic 2013, UNAIDS, 2012. Petunjuk Kerja Pelayanan Antenatal Terpadu, Persalinan, dan Paska Persalinan Terpadu A. M. Erna Mulawati, Wita Sari, ed., Serang: USAID, MCHIP.
WHO, 2007. Guidance On Provider-Initiated HIV Testing and Counseling In Health Facilities, Available at: . Akses internet di http:// aids- ina.org/modules.php?name=BookCa talog&op=showbook&bid=40. Yuslana, 2012. Niat Ibu Hamil untuk melakukan VCT di Kecamatan Singkawang. Promosi Kesehatan Indonesia, Volume 7.
Zonyou Wu, Roger Detels, Gouping Ji, Chen Xu, Keming Rou, Huancheng Ding, and V.L., 2002. Diffusion of HIV / AIDS knowledge , positive attitudes , and behaviors. AIDS education and prevention : official publication of the International Society for AIDS Education: Proquest Nursing and Allied Health Source, October.
&ANAK
JURNAL ASUHAN IBU
| Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2017