p-ISSN 2502-4981
e-ISSN 2549-290X
Jurnal
ASUHAN IBU ANAK
&
Volume 2
|
Nomor 1
|
Februari 2017
Alamat Redaksi: STIKES ‘Aisyiyah Bandung Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6 Bandung 40264 Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269
DEWAN REDAKSI
&ANAK (JAIA)
JURNAL ASUHAN IBU
Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2017
Pelindung: Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Bandung Penanggung Jawab: Santy Sanusi, M.Kep.
Ketua: Sajodin, S.Kep., M.Kes., AIFO. Sekretaris: Diah Nurindah Sari, SKM. Bendahara: Riza Garini, A.Md.
Penyunting/Editor: Giari Rahmilasari, S.ST., M.Keb. Nurhayati, SST Perla Yualita, S.Pd., M.Pd.
Setting/Layout: Aef Herosandiana, S.T., M.Kom. Pemasaran dan Sirkulasi : Ami Kamila, SST
Mitra Bestari : DR. Intaglia Harsanti, S. Si., M.Si Ari Indra Susanti, S.ST,. M.Keb. Dewi Nurlaela Sari, S.ST., M.Keb.
Alamat Redaksi: Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah Jl. KH. Ahmad Dahlan Dalam No. 6, Bandung Telp. (022) 7305269, 7312423 - Fax. (022) 7305269 E-mail:
[email protected]
DAFTAR ISI 1. Pengaruh Buklet dan Ceramah Tanya Jawab terhadap Pengetahuan Mengenai Deteksi Kanker Serviks Sri Wisnu Wardani, Tita Husnitawati Madjid, Sari Puspa Dewi ...........................................
1 - 11
Cherly Marlina, Ida Widiawati, Yulinda .................................................................................................
13 - 23
Elmi Nuryati, Desi Ari Madiyanti .............................................................................................................
25 - 30
Angga Wilandika ...........................................................................................................................................
31 - 40
Neneng Widaningsih .....................................................................................................................................
41 - 51
Yusi Sofiyah, Allenidekania, Happy Hayati .......................................................................................
53 - 61
2. Pengaruh Video dalam Model TKIP terhadap Keikutsertaan Ibu Hamil Test HIV
3. Penggunaan Pembalut yang Aman untuk Kesehatan Reproduksi
4. Kajian Intervensi Pencegahan Perilaku Seksual Berisiko HIV dalam Peningkatan Self-Efficacy pada Remaja
5. Pengaruh Konseling dan Penyuluhan terhadap Kualitas Hidup Menopause
6. Edukasi Terapeutik sebagai Metode Pengendalian Infeksi pada Pasien Anak dengan Kanker
&ANAK
JURNAL ASUHAN IBU
JAIA 2017;2(1):41-51
PENGARUH KONSELING DAN PENYULUHAN TERHADAP KUALITAS HIDUP MENOPAUSE Neneng Widaningsih Poltekkes Kemenkes Bandung ABSTRAK
[email protected]
Menopause adalah berhentinya siklus menstruasi selama 12 berturut-turut yang diakibatkan oleh ovarium secara progresif telah gagal dalam memproduksi estrogen, rata-rata terjadi pada usia 48-50 tahun. Kualitas hidup wanita menopause adalah konsep multidisiplin yang mengacu kepada kesejahteraan individu, meliputi aspek vasomotor, fisik, psikologis dan seksual pada wanita yang sudah tidak mengalami haid secara berturut-turut selama 12 bulan. Konseling dan penyuluhan merupakan salah satu metode pendidikan kesehatan yang baik dalam meningkatkan kualitas hidup wanita menopause. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh konseling dan penyuluhan terhadap tingkat kualitas hidup wanita menopause. Metode penelitian quasi eksperimen dengan rancangan pre dan post test tanpa kontrol. Sampel penelitian berjumlah 31 orang, non probability sampling berupa teknik consecutive sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner dan wawancara dengan metode analisis menggunakan uji T mengetahui perubahan kualitas hidup wanita menopause sebelum dan sesudah perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan rerata (mean) skor kualitas hidup wanita menopause sebelum dan sesudah diberikan konseling dan penyuluhan dengan nila P value = < 0,000 ( P= < 0,05) . Hal ini berarti terdapat pengaruh konseling dan penyuluhan terhadap kualitas hidup. Konseling dan penyuluhan diharapkan dapat dilakukan sebagai metode edukasi untuk meningkatkan kualitas hidup wanita menopause. Kata kunci : menopause, kualitas hidup, konseling dan penyuluhan Abstract
Menopause defined as the permanent cessation of menstrual cycle for 12 consecutive due to the loss of ovarian function in producing estrogen, the average age of menopause is 48-51 years. The quality of life of menopausal women is a multidisciplinary concept that refers to the individual well-being, these including aspects of vasomotor, physical, psychological and sexuality in women who have not menstruated for 12 months. Counseling and education are one method of health education to improve the quality of life of menopausal women. This study aimed to determine the effect of counseling and education to the quality of life level of menopausal women. This was a quasi-experimental design with pre and post test without control (pre-post test without control. Samples included 31 people taken with NonProbability Sampling in the form of consecutive sampling technique. Data were collected using questionnaires and interviews and analyzed using the T test to determine the changes in the quality of life of menopause women before and after treatment. The results showed there was mean (mean score) different in the quality of life of menopausal women before and after counseling and education with P value = <0.000 (P = <0.05). There is significant effect of counseling and education on the quality of life of menopause women. Counseling and education are expected to use as an educational method to improve the quality of life of menopausal women. Keywords: menopause, quality of life, counseling and education
41
Neneng Widaningsih
LATAR BELAKANG Seorang perempuan akan mengalami berhentinya siklus menstruasi selama 12 bulan berturut-turut yang diakibatkan oleh ovarium secara progresif telah gagal dalam memproduksi estrogen. Keadaan tersebut disebut sebagai menopause. Pada setiap tahunnya jumlah wanita menopause akan selalu bertambah 3%, pada tahun 2030 diperkirakan akan ada sekitar 1,2 miliar perempuan yang berusia di atas 50 tahun. Sebagian besar mereka tinggal di negara berkembang, yang berarti perhatian terhadap kesehatan perempuan menopause semakin meningkat agar perempuan pada dapat mencapai kesehatan yang optimal secara fisik dan psikologis. Sebelum mengalami menopause ada fase peralihan antara siklus ovarium yang normal menuju kemunduran fungsi ovarium yang di sebut sebagai masa perimenopause. Masa 3-5 tahun setelah berhenti menstruasi disebut sebagai masa pasca menopause, atau yang lebih dikenal dengan masa klimakterium. (Baziad, 2009). Usia perempuan ketika memasuki fase klimakterium berbeda-beda. Sebagian besar klimakterium terjadi pada usia 45-50 tahun, dengan rata rata usia 48,7 (Bairy, et al, 2009).
Perempuan di Indonesia rata-rata mengalami menopause pada usia 48-50 tahun (Afadi,2013). Bagi perempuan yang tidak mempersiapkan diri dengan baik dalam menghadapi masa menopause, mereka akan merasakan kesedihan dan stress. Perubahan yang terjadi perempuan pada masa menopause itulah yang menyebabkan mereka merasa sedih dan stress. Perempuan pada masa menopause akan mengalami hot flushes, masalah seksual, sakit kepala dan berkeringat pada malam hari. Dilaporkan wanita menopauase mengalami nyeri otot (82,6%), penurunan energi ( 77,5%) dan nyeri punggung (77,2%). Masalah lain yang mungkin timbul adalah hot flushes dilaporkan sebanyak
&
JURNAL ASUHAN IBU
42,4%, keringat malam (34,8%), sweating 29,7% dan kering vagina 49,3%. (Alwi, 2009).
Masalah psikologis yang dihadapi perempuan pada masa menopause adalah seperti mood, daya ingat dan depresi. Masalah fisik dan psikologis yang dialami perempuan pada menopause akan berkaitan dengan kualitas hidup seseorang. kualitas hidup adalah suatu multidimensional yang mengacu kepada kesejahteraan individual. Dimensi dasar dari penilaian kualitas hidup adalah mencakup aspek fungsi fisik, pembatasan peranan fisik, rasa nyeri, kesehatan secara umum, vitalitas, fungsi sosial, pembatasan peranan sosial, kesehatan mental emosi, kepuasan dan fungsi seks.(Geraldine, 1996). Definisi lain kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya dan norma yang ada dan berkaitan dengan tujuan, harapan, standar dan kepedualian selama hidupnya. Hal ini memberikan konsep yang luas dan berpengaruh pada kondisi kesehatan fisik individu, kondisi psikologis dan kepercayaan seseorang, hubungan sosial dan keterlibatan individu dengan lingkungan mereka (WHO, 1994).
Berbagai penelitian mengenai kualitas hidup menemukan beberapa faktor-faktor lain yang mempengaruhi kualitas hidup. Faktor-faktor yang memengaruhi kualitas hidup yaitu gender atau jenis kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, penghasilan, hubungan dengan orang lain. Pratiwi (2013) melaporkan bahwa terdapat pengaruh antara gejala menopause terhadap kualitas hidup wanita menopause. Hal tersebut disebabkan kurangnya informasi yang benar tentang perubahan yang terjadi sehingga yang dibayangkanhanya efek negatif yang dialami setelah memasuki masa menopause. Selain itu, kurangnya pengetahuan dan akses informasi merupakan tantangan besar yang dihadapi oleh wanita menopause (Khademi, 2003). Adanya
ANAK | Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2017
42
Pengaruh Konseling dan Penyuluhan terhadap Kualitas Hidup Menopause
gejala menopause selama masa klimakterium akan mempengaruhi kualitas hidup perempuan klimakterik (Senba & Matsuo, 2009).
Upaya pemerintah dalam meningkatkan kesehatan tidak hanya pada kesehatan secara umum, tetapi juga terhadap kesehatan perempuan pada masa menopause pada kelompok usia lanjut. Kegiatan kelompok Bina Keluarga Lansia, Pos Pelayanan Lansia dll merupakan salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kesehatan para lansia yang didalamnya terdapat perempuan masa menopause. Dalam menghadapi masa menopause, perempuan perlu dipersiapkan dalam menghadapi menopause sehingga mampu beradaptasi terhadap perubahan dan masalah fisik serta psikologis yang terjadi. Pemberian informasi kesehatan atau lebih dikenal dengan pendidikan kesehatan yang cukup diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku perempuan, sehingga mereka lebih mampu beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, serta mengatasi masalah-masalahnya. Penelitian menyebutkan bahwa pendidikan kesehatan merupakan salah satu strategi yang tepat untuk meningkatkan perilaku dan koping perempuan dalam mengatasi masalah atau gejala menopause. (Yazdkhasti, 2015). Pendidikan kesehatan bertujuan menyadarkan masyarakat tentang cara memelihara kesehatan, menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan dan mengetahui kemana harus mencari pengobatan yang tepat (Notoatmojo, 2009). Pendidikan kesehatan dapat melalui beberapa metode seperti penyuluhan dan konseling. Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar , tahu dan mengerti tetapi juga mau dan bias melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan 43
kesehatan. Azwar dalam Machfoed (2008). Definisi Konseling Menurut James F. Adam, Konseling merupakan suatu pertalian timbal balik antara 2 orang individu dimana yang seorang (counselor) membantu yang lain (conselee) supaya ia dapat memahami dirinya dalam hubungan dengan masalah-masalah hidup yang dihadapinya waktu itu dan waktu yang akan datang. Sedangkan Konseling pada masa menopause merupakan pemberian informasi yang secara umum dilaksanakan secara perorangan sangat efektif dalam membantu memberikan pemahaman kepada wanita yang mengalami menopause. Konseling dan penyuluhan merupakan salah satu metode yang sesuai untuk memberikan informasi dan membantu wanita menopause dalam menangani masalah pada masa menopause. (Potter & Perry, 2005). Penelitian Rohmah melaporkan bahwa, konseling pasangan suami istri tentang aktifitas seksual wanita menopause berpengaruh positif terhadap sikap pasangan suami istri. (Rohmah dkk, 2012). Sedangkan penelitian Riajati (2014) melaporkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kesiapan ibu premenopauase dalam menghadapi menopause antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. yang signifikan Astiti dkk (2014) melaporkan bahwa terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap penerimaan diri wanita menopause. METODOLOGI
Penelitian yang ada menunjukkan baik penyuluhan maupun konseling sama-sama dapat memberikan pengaruh positif terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku individu. Namun, penelitian masih dilakukan secara masing-masing dengan satu metode pendidikan kesehatan. Penyuluhan yang disertai dengan konseling pada perempuan menopause diharapkan akan lebih optimal dalam meningkatkan status kesehatannya yang berdampak terhadap meningkatnya kualitas
&ANAK
JURNAL ASUHAN IBU
| Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2017
Neneng Widaningsih
hidup perempuan tersebut. Berdasarkan hal tersebut penulis sangat tertarik untuk mengetahui pengaruh penyuluhan yang didampingi konseling tentang menopause terhadap kualitas hidup perempuan.
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh penyuluhan disertai konseling terhadap kualitas hidup perempuan pada masa menopause. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konseling dan penyuluhan terhadap tingkat kualitas hidup wanita menopause. Metode penelitian ini menggunakan quasi eksperimen dengan rancangan pre dan post test tanpa kontrol (pre-post test without control design). Penelitian dilakukan di Klinik Padjajaran Jatinangor Bulan April s.d September 2016. Populasi penelitian adalah seluruh ibu menopause di wilayah kerja Klinik Padjadjaran Jatinangor. Sampel penelitian adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti yaitu perempuan menopause yang sudah menjadi anggota dalam senam lansia di Klinik Padjadjaran. Rumus pengambilan sampel adalah untuk variabel dengan skala pengukuran kategorik dan data tidak berpasangan dengan jumlah sampel sejumlah 31 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan Non Probability sampling berupa teknik consecutive sampling yaitu dengan memilih sampel yang memenuhi kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel terpenuhi. Kriteria inklusinya adalah ibu yang sudah berhenti menstruasi lebih dari 12 bulan, berusia 45-65 tahun, tidak memiliki riwayat operasi ginekologi, sehat secara fisik dan mental, tidak sedang menderita penyakit jantung, infeksi saluran kemih ,asam urat, bersedia menjadi responden penelitian, dan masih memiliki suami. Variabel independent adalah penyuluhan dan konseling yaitu pemberian informasi kesehatan tentang menopause secara berkelompok dan individu. Variabel dependent
&
JURNAL ASUHAN IBU
adalah tingkat kualitas hidup wanita menopause yaitu Konsep multidisiplin yang mengacu kepada kesejahteraan individu, meliputi aspek vasomotor, fisik, psikologis dan seksual pada wanita yang sudah tidak mengalami haid 12 bulan berturutturut.
Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner yang di adaptasi dari penilaian kualitas hidup Menopausal Spesific Quality Of Life Questionaire (MENQOL). Instrumen MENQOL merupakan salah satu alat ukur untuk menilai kesehatan yang berhubungan dengan kualitas hidup wanita menopause. Instrumen ini mempunyai 29 item pertanyaan yang terbagi menjadi 4 domain keluhan meopause yakni keluhan yang dialami selama satu bulan terakhir: vasomotor (item 1-3), psikososial (item 4-10), fisik (item 11-26), dan seksual (item 27 -29). Hasil ukur kualitas hidup baik jika kurang dsri cut of point yang diperoleh, dan kurang baik jika sama dengan atau lebih cut of point yang diperoleh, dengan skala ukur ordinal. Kuesioner telah diuji validitas dan uji reliabilitas. Kriteria jawaban dari responden berupa skala Likert, 1=tidak pernah, 2= Ringan, 3= Berat, 4= sangat berat. Tingkat kualitas hidup ditentukan berdasarkan skor dari seluruh item pertanyaan instrumen, yaitu 1(tidak ada keluhan) jika skor 1-29, 2 (keluhan ringan) skor = 30-58, 3 (keluhan berat) skor =59-87 dan 4 (keluhan sangat berat) skor = 88-116.
Untuk domain keluhan vasomotor di tentukan 1(tidak ada keluhan) jika skor 1-3, 2 (keluhan ringan) skor = 4-6, 3 (keluhan berat) skor =7-9 dan 4 (keluhan sangat berat) skor =1012. Domain keluhan fisik ditentukan 1 (tidak ada keluhan) skor = 1-16, 2 (keluhan ringan) skor = 17-32, 3 (keluhan berat) skor = 33-48, 4 (keluhan sangat berat) skor = 49-64. Domain keluhan psikologis ditentukan 1 (tidak ada keluhan) skor = 1-7, 2 (keluhan ringan) skor = 18-14, 3 (keluhan
ANAK | Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2017
44
Pengaruh Konseling dan Penyuluhan terhadap Kualitas Hidup Menopause
berat) skor = 15-21, 4 (keluhan sangat berat) skor = 22-28. Untuk domain keluhan seksual di tentukan 1(tidak ada keluhan) skor = 1-3, 2 (keluhan ringan) skor = 4-6, 3 (keluhan berat) skor =7-9 dan 4 (keluhan sangat berat) skor =1012.
Setelah data yang diperlukan terkumpul selanjutnya dilakukan proses pengolahan yaitu pemeriksaan data (editing), pemberian kode (coding), pemrosesan data (processing) dan pembersihan data (cleaning), yaitu memeriksa kembali data yang sudah di-entry kedalam program komputer apakah ada kesalahan atau tidak sebelum dilakukan analisis. Data yang diperoleh diolah dan di analisis mengunakan program SPSS for windows ver. 16.00.
Pada penelitian ini rancangan analisis data analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti. Pada penelitian ini analisis dilakukan untuk mendeskripsikan tiap variabel yang diukur meliputi variabel bebas, variabel terikat dan variabel perancu (karakteristik responden). Ukuran statistik yang akan digunakan pada penelitian ini adalah distribusi frekuensi dan proporsi masing-masing variabel yang diteliti. Analisis bivariat yang digunakan adalah uji T dependent, untuk melihat perbedaan sebelum dan sesudah diberikan intervensi. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden pada penelitian ini sebagai berikut :
45
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Kualitas Hidup Wanita Menopause Berdasarkan Karakteristik Responden Karakteristik
n
%
0
0
Usia 40 – 45 tahun 46 – 50 tahun
7
22,6
25
80,6
> 50 tahun
24
Bekerja
6
Pekerjaan
Tidak bekerja Pendidikan
Pendidikan rendah
Pendidikan menengah Pendidikan tinggi Suku
Sunda Jawa
Sumatera
Organisasi Sosial Tidak mengikuti
11 17 3
77,4 19,4 35,5 54,8 9,7
29
93,5
2
6,5
2 0
6,5 0
Mengikuti
29
93,5
>5
2
6,5
Paritas 2-5
Jumlah
29
31
93,5 100
Berdasarkan tabel 1 diatas dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan usia terbanyak adalah > 50 tahun sebanyak 77,4%. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan sebanyak 96,8 % tidak bekerja, pendidikan responden terbanyak adalah pendidikan menengah sebanyak 54,8%. Responden terbanyak berdasarkan karakteristik suku adalah suku sunda sebanyak 87,1%. Berdasarkan paritas, responden terbanyak adalah paritas 2 sebanyak 83,9%. Responden pada umumnya mengikuti organisasi sosial sebanyak 90,3%.
&ANAK
JURNAL ASUHAN IBU
| Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2017
Neneng Widaningsih
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Dimensi Kualitas Hidup Wanita Menopause Dimensi Kualitas Hidup
n
%
6
19
0
0
Vasomotor Tidak Ada Keluhan Ringan
22
Sedang
3
Berat Fisik
Tidak Ada Keluhan
0
Ringan
Sedang
Tidak Ada Keluhan Ringan
Sedang
Tidak Ada Keluhan Ringan Berat
3
0
97
6
19
0
0
24 1
Jumlah
16
30 0
Seksual
Sedang
1 0
Berat
0
84
0
Psikologis
10
26 5
Berat
71
31
0 0
78 3
100
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa pada dimensi keluhan vasomotor paling banyak mengalami keluhan ringan sebanyak 71%. Pada dimensi fisik responden paling banyak mengalami keluhan ringan baik sebanyak 84%. Dimensi keluhan psikologis, responden paling banyak mengalami keluhan ringan baik sebanyak 97%. Dimensi keluhan seksual, responden banyak mengalami keluhan ringan sebanyak 78%.
&
JURNAL ASUHAN IBU
Tabel 3. Perbedaan Skor Kualitas Hidup Sebelum dan Sesudah Perlakuan Skor Sebelum Sesudah Kualitas Perlakuan Perlakuan Hidup (n = 31) (n = 31) -
Mean
-
SD
-
SE
51,480 8,205 1,473
*t dependen test
48,320 6,508 1,168
Nilai p 0,000 (p=<0,05)
Berdasarkan tabel 3 didapatkan bahwa terdapat perbedaan rerata(mean) skor kualitas hidup sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dengan P value=0,000 ( P= < 0,05).
Dengan meningkatnya jumlah wanita menopause maka berarti semakin banyak masalah kesehatan yang di jumpai, dan sehingga memerlukan perhatian lebih lagi. Penanganan menopause adalah upaya mulia untuk meningkatkan kualitas kehidupan (Puteri, 2014). Semua perubahan yang terjadi pada wanita menopause disebabkan karena perubahan pengeluaran hormon, terutama hormon estrogen. Keadaan ini terjadi bersamaan dengan bertambahnya usia wanita yang menunjukkan terjadinya penurunan fungsi reproduksinya. Perubahan-perubahan yang dialami wanita akan memberikan pengaruh pada aktivitas dan kehidupan sebagian wanita sehingga dapat berdampak pada kualitas kehidupannya. ( Hidayat A : 2005 dan Bazaid : 2008) Menopause dimulai dengan menurunnya fungsi alat reproduksi, dan organ pertama yang terkena adalah ovarium berupa perubahan struktur dan fungsinya. Penurunan jumlah sel-
ANAK | Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2017
46
Pengaruh Konseling dan Penyuluhan terhadap Kualitas Hidup Menopause
sel folikel mengakibatkan menurunnya produksi hormon seks pada wanita terutama hormon estrogen. Penurunan yang tajam terjadi mulai umur 40 tahun dan dimulai dengan gejala-gejala terganggunya haid sebelum haid berhenti. Selain itu, berkurangnya estrogen dan progesteron dalam tubuh wanita sebagai akibat menurunnya fungsi ovarium, mengakibatkan gangguan keseimbangan hormonal, dapat berupa gangguan neurovegetatif, gangguan psikologi, metabolik dan siklus menstruasi. Hal ini berkaitan dengan kualitas hidup wanita menopause itu sendiri
upaya pemberian informasi yang dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku individu. Konseling dan penyuluhan merupakan metode yang sesuai untuk memberikan informasi dan membantu wanita menopause dalam menangani masalah pada masa menopause. (Potter & Perry, 2005). Pendidikan kesehatan bertujuan menyadarkan masyarakat tentang cara memelihara kesehatan, menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan dan mengetahui kemana harus mencari pengobatan yang tepat (Notoatmojo, 2009).
Untuk menghindari seorang perempuan menopause mengalami depresi, cemas dan mudah tersinggung, diperlukan persiapan yang matang sehingga dia mampu beradaptasi dalam menghadapi perubahan-perubahan dan masalah yang terjadi. Pendidikan kesehatan merupakan
Konseling merupakan pemberian informasi yang secara umum dilaksanakan secara perorangan sangat efektif dalam membantu memberikan pemahaman kepada wanita yang mengalami menopause. Rohmah, dkk (2012) melaporkan bahwa, konseling pasangan suami istri tentang aktifitas seksual wanita menopause berpengaruh positif terhadap sikap pasangan suami istri.Hal ini tentunya berdampak positif terhadap kualitas hidup wanita meopause. Hasil penelitian di dapatkan bahwa terdapat hubungan konseling dan penyuluhan dengan kualitas hidup. Artinya bahwa kualitas hidup wanita menopause cenderung dipengaruhi oleh adanya edukasi baik
Ditinjau dari segi biomedis menopause berbicara mengenai proses dan dampak klinisnya. Secara aspek psikososial budaya dapat dilihat dari perhatian dan keprihatinan perempuan terhadap masalah itu. Perempuan barat melihat menopause sebagai suatu kehilangan, misalnya kehilangan kemampuan untuk punya anak dan hilangnya kecantikan. Sedangkan perempuan Timur secara umum menganggap menopause sebagai suatu peristiwa alamiah biasa, yang harus dijalani oleh semua perempuan. Ketidaksiapan seorang perempuan menghadapi kehilangan kemampuan reproduksi, serta munculnya tandatanda penuaan pada dirinya akan menimbulkan dampak fisik dan psikologis yang berkepanjangan. Seorang wanita menopause akan mengalami kesedihan karena tidak siap menerima kenyataan itu. Keadaan inilah yang menyebabkan seorang perempuan menopause depresi, cemas dan mudah tersinggung. Hal ini menyebabkan si ibu merasa tidak diperlukan lagi, baik oleh anaknya maupun suaminya. Terjadilah apa yang disebut sebagai the empty nest syndrome. (Hademi :2006).
47
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian di atas bahwa konseling dan penyuluhan berpengaruh terhadap kualitas hidup wanita menopause dengan nilai P= < 0,05. Jelas ada perbedaan kualitas hidup wanita menopause sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan dan konseling. Penyuluhan dilakukan pada responden secara berkelompok sebanyak 2 kali penyuluhan. Berdasarkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyuluhan maupun konseling sama-sama memengaruhi terhadap peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku. Ketika penyuluhan dilakukan disertai dengan konseling secara individu maka pengetahuan, sikap dan perilaku individu akan semakin meningkat.
&ANAK
JURNAL ASUHAN IBU
| Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2017
Neneng Widaningsih
secara konseling maupun penyuluhan.
Selain penyuluhan dan konseling, karakteristik individu juga memengaruhi terhadap kualitas wanita menopause. Usia responden yang sebagian besar berusia lebih dari 50 tahun menjadi salah satu faktor yang memengaruhi. Usia 50 tahun adalah usia yang sudah matang dengan tingkat kedewasaan yang lebih stabil. Di usia dewasa ini, pengalamnya menjadikan mereka lebih menerima kenyataan hidup. Hal ini diperkuat dengan dengan informasi yang didapatkannya menjadikan mereka berfikir lebih rasional dan mampu beradaptasi. Selain usia yang matang, karakteristik pendidikan responden penelitian ini adalah berlatarbelakang pendidikan menengah, sehingga mampu menerima informasi yang diberikan dan meningkatkan kualitas hidup wanita menopause. Hal ini sejalan dengan penelitian pradono yang menyatakan bahwa status kesehatan seseorang secara significant dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Bahkan Freudenberg berpendapat bahwa kebijakan untuk mencegah putus sekolah dan meningkatkan prestasi pendidikan mempunyai dampak besar tehadap kesehatan penduduk (Pradono, 2013). Sedangkan penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan kesehatan yang dilakukan dengan menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti tetapi juga mau dan bias melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan. Septiar dalam penelitiannya menunjukkan bahwa pemberian konseling dalam meningkatkan skor kualitas hidup sebelum dan sesudah diberikan konseling. Astiti dkk (2014) melaporkan bahwa terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap penerimaan diri wanita menopause. Ismiyati (2011) melaporkan bahwa
&
JURNAL ASUHAN IBU
pemberian penyuluhan tentang menopause dapat meningkatkan pengetahuan seseorang, dimana pengetahuan yang cukup akan membantu wanita memahami dan mempersiapkan dirinya menghadapi masa menopause dengan lebih baik. Azwar dalam Machfoed (2008). Riajati (2014) melaporkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kesiapan ibu premenopauase dalam menghadapi menopause antara sebelum dan sesudah diberikan penyuluhan. yang signifikan
Hasil penelitian didapatkan bahwa keluhan vasomotor ringan banyak di rasakan oleh wanita menopause (71%). Gejala atau keluhan vasomotor ini diakibatkan karena penurunan kadar estrogen tubuh. Mekanisme terjadinya semburan panas ini belum diketahui dengan jelas, tetapi kemungkinan karena labilnya thermoregulator tubuh di hipotalamus yang mengakibatkan peningkatan suhu tubuh, metabolisme, dan suhu kulit, sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah perifer dan berkeringat terutama pada wajah, leher, dada dan punggung. Penelitian Rahman di Sarawak dilaporkan bahwa kejadian hot flushes dan keringat malam sebanyak 41,6%, selain itu keluhan vasomotor lebih banyak terjadi pada wanita perimenopause dibandingkan dengan premenopause (Rahman A, 2010). Penelitian di Pakistan oleh Nusrat dilaporkan wanita perimenopause mengalami hot flushes 66,3% dan beberapa daerah lainnya 55% (Nisar N, 2010). Di Eropa dan Amerika, insidensi keluhan vasomotor mencapai 50-70%, sedangkan di Asia hanya 10-20%. Hal ini disebabkan karena wanita Asia banyak mengkonsumsi makanan yang kaya fitoestrogen dan sudah merupakan makanan sehari-hari. Penelitian yang dilakukan di Kelurahan Utan Kayu, Jakarta tahun 2001 hanya ditemukan 2,5% angka kejadian semburan panas. Subjek penelitiannya adalah wanita dengan sosioekonomi rendah, yang makanan sehariharinya adalah tahu dan tempe (Baziad A, 2008).
ANAK | Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2017
48
Pengaruh Konseling dan Penyuluhan terhadap Kualitas Hidup Menopause
Tahu dan tempe berasal dari olahan kedele yang kadar fitoestrogennya relatif tinggi. Adanya pola makan yang banyak mengandung fitoestrogen sejak masa kanak-kanak dapat mencegah sindroma perimenopause dikemudian hari. Kemungkinan adanya keluhan lain cenderung akan meningkat jika wanita mengalami keluhan vasomotor (Luoto, 2015). Bertambahnya usia manusia menyebabkan perubahan fungsi tersebut biasanya terjadi pada proses menua, karena pada proses ini banyak terjadi perubahan fisik maupun psikologis, sehingga munculah keluhankeluhan fisik sebagai manifestasi dari perubahan fungsi tubuh. Disamping itu, turunnya kadar estrogen berpengaruh pada jaringan kolagen yang berfungsi sebagai jaringan penunjang pada tubuh. Hilangnya kolagen menyebabkan kulit menjadi kering dan keriput, rambut terbelah-belah, rontok, gigi mudah goyah, timbulnya rasa ngilu pada tubuh terutama pada otot dan persendian. Kekurangan estrogen menyebabkan disfungsi endotel yang terlihat dari berkurangnya produksi dan pengeluaran yang memiliki sifat vasodilatator yang mengakibatkan terjadinya penyempitan arteri. Selain itu, akibat kekurangan estrogen, resistensi pembuluh darah meningkat dan aliran darah berkurang. Keadaan ini meningkatkan risiko penyakit iskemik jantung dan pembuluh darah. Hal inilah yang menyebabkan timbulnya keluhan fisik. Hasil penelitian didapatkan bahwa responden mengalami keluhan fisik ringan sebanyak 97%.
Wanita perimenopause sering mengalami sering mudah lupa atau mengalami penenurunan konsentrasi. Hal ini disebabkan karena faktor penurunan hormonal kadar hormon estrogen yang mempengaruhi neurotransmiter susunan saraf pusat dalam sekresi dopamine, endorfin dan serotonin. Dopamin mempengaruhi emosi, sistem kekebalan tubuh dan seksual, 49
endorfin menjalankan fungsi yang berhubungan dengan ingatan dan perasaan serta serotonin mempengaruhi suasana hati dan aktifitas istirahat. Hasil penelitian didapatkan bahwa keluhan psikologi dirasakan responden sebanyak 97%.
Gejala psikologis pada masa menopause yang terjadi bukanlah masalah karena faktor biologis semata, tetapi merupakan interaksi dari fenomena biologis, antropologis, sosiologis dan kultural. Hal tersebut terbukti dengan tingginya keluhan psikologis perimenopause pada wanita Eropa dan Amerika yang memiliki budaya menonjolkan nilai kecantikan dan daya tarik seksual, sedangkan pada wanita Asia (Arab dan Pakistan) yang memilki tradisi keagamaan yang kuat keluhan psikologis jarang ditemukan (Suhaemi,2006) Perempuan mengalami the empty nest syndrome, yaitu merasakan kekosongan seolah-olah tidak dibutuhkan lagi oleh keluarga disekelilingnya. Keikutsertaannya dalam organisasi dapat meningkatkan kualitas hidup seorang wanita menopause. Bersama dengan teman-temannya, dia akan merasa percaya diri, lebih di akui keberadaannya. Sebagai manusia beragama, menopause seharusnya disyukuri karena tidak semua orang diberi umur panjang dan diberi kesempatan untuk lebih banyak bertaubat, beribadah dan beramal soleh. Hasil penelitian diketahui bahwa keluhan seksual dirasakan responden sebanyak 78%. Beberapa penelitian membuktikan bahwa kadar estrogen yang cukup merupakan faktor penting untuk mencegah vagina kering sehingga tidak menimbulkan nyeri saat senggama. Penyebab rasa sakit saat berhubungan seksual (disparenia) multifaktor. Selain karena atrofi juga karena kurangnya lubrikasi. Data dari Yale Midlife Study melaporkan turunnya hasrat seksual 77%, kekeringan vagina 58% dan 39% mengalami disparenia.
&ANAK
JURNAL ASUHAN IBU
| Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2017
Neneng Widaningsih
SIMPULAN DAN SARAN
perimemopause to postmenopause. [serial online] Oktober 2008 [diunduh 1 September 2015] Supplement to The Journal of Family Practice;Vol 57(10):[24screen]. Tersedia dari: http:// www.jfponline.com/uploadedFiles/ Journal_Site_Files/Journal_of_FamilF_ Practice/supplement_archive/SupplJFP_ TCIO8.pdf.
Simpulan dari penelitian ini adalah terdapat pengaruh konseling dan penyuluhan terhadap kualitas hidup. Saran dari penelitian ini adalah konseling dan penyuluhan diharapkan dapat dilakukan sebagai metode edukasi untuk meningkatkan kualitas hidup wanita menopause. DAFTAR PUSTAKA
Baziad A, Endokrinologi ginekologi edisi 3. Jakarta: Media Ausculupius FKUI; 2008: hlm. 15527.
Khademi S, Cooke MS. Comparing the attitudes of urban and rural Iraniaian womwn toward menopause. Maturitas, 2003.)ct 20:46(2).113-21. N. Senba. H. Matsuo. Climacteric 2010..Effect of health education program on climacteric women. Taylor & Francis Online
Laxminarayana Bairy, Shalini Adhiga, Parvathi BHAT, Rajeswari BHAT. Prevalence of menopausal symptoms and quality of life after menopause in women from South India. Australian and New Zeland Journal of Obstetrics and gynecology (ANZJOG), Volume 49, Isuue, Article firs publihed online 3 mar 2009 Syed Alwi, Lee PY, Awi I, Malik PS, Haizal MN. The Menopausal experience among indigenous women of Sarawak Malysia. Climacteric. 2009 Dec;12(6):548-56) Mounsoureh Yazdkhasti, Masoumeh simbar, fatemeh abdi. Empowering and coping strategies in menopause women :areview . Iranian Res Crecent Medical Journal.
McGregor J, Shulman LP. Vasomotor symptoms: managing the transition from
&
JURNAL ASUHAN IBU
Agoestina T. Sindroma menopause dan penyakitpenyakit berat pascamenopause lambat, peranan TSH dan terapi alternatif sebagai pengobatan. Bandung: Permi Jabar; 27-28 Mei 2006. Thomas H. complete women’s health : Royal college of Obstetricians and Gynaecologist:. London: Thorsons; 2000: hlm. 271-89.
Trisetianingsih (2014). Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Menopause Terhadap Perubahan Kualitas Hidup Perempuan Klimakterik.UGM Bowling A. Current state of the art in quality of life measurement. In: Carr AJ, Higginson IJ, Robinson PG. Quality of life. London; BMJ Publishing Group:2003.h.1-7
Geraldine VP, grannn MM, Ferrel BR,Presant CA. Quality of life –cancer. In: Spliker B. Quality of life and pharmacoeconomics in clinical trial. 2nd ed. Philadelphia LippincottRaven. 1996:3001-7. Darmasetiawan MS. Menqol (menopause quality of life): which measurement is apprpriate? (serial online) 27 September 2010
Septiar, Handaka ekaningsaputri dan Pinasti, utami ;2014, Pengaruh konseling farmasis terhadap kualitas hidup dan kadar gula darah pada pasien diabetes miletus tipe 2 di Puskesmas Gedong Tengen periode Maret-
ANAK | Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2017
50
Pengaruh Konseling dan Penyuluhan terhadap Kualitas Hidup Menopause
Mei 2014, UMY diakses pada Februari 2017.
tentang kesehatan lingkungan, perilaku hidup sehat dengan status kesehatan. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan-vol. 17 No 1 Januari 2014; 89:95.
Pradono, Julianti dan Sulistyowati, Hubungan antara tingkat pendidikan, pengetahuan
51
&ANAK
JURNAL ASUHAN IBU
| Volume 2 | Nomor 1 | Februari 2017