“Asal kau bersedia memenuhi permintaan ku, hal itu sudah lebih kangzusi.com dari cukup bagi diri ku, semoga saja kau bisa memandang diatas wajah ayahnya dan bersedia mewariskan ilmu silat kepada adik Kianmu…..” “Tentu saja aku bersedia mewariskan ilmu silatku untuk adik Kian” sela Giam In kok dengan cepat, “malah Kok ji merasa menyesal karena cairan kumala dalam bulibuli telah diminum habis, sebenarnya cairan kemala itu lebih pantas kalau diminum oleh adik Kian…. sekarang rasanya aku memang hanya bisa mewariskan ilmu silatku kepadanya sambil mencari kesempatan untuk membantu meningkatkan tenaga dalamnya….” “Kok ji, kau memang berbudi luhur dan baik hati, Thian pasti akan melindungi dirimu sehingga suatu hari kau bisa berkumpul kembali dengan ibuma….!” Dengan air mata bercucuran Leng Siang In memeluk tubuh Giam In kok kedalam pelukannya, kemudian ujarnya lagi: “Kian Ji, dengarlah baik-baik perkataanku ini! selama enam belas tahun ibumu menanggung derita dan penghinaan, tujuanku tidak saja hanya ingin menyaksikan kau tambah dewasa serta membalas dendam bagi ayahmu, kau harus menghormati serta mendengarkan perkataan dari engkoh Kok mu dan engkau harus menganggap dirinya sebagai ganti orang tuamu, dengan demikian hatiku baru bisa tenteram!” “Ibu, Kian ji mengerti!” jawab Giam In Kian cepat. “Baiklah, kalau kau memang bisa menuruti perkataanku itu, ibumu bisa pergi dengan hati tenang!” Selesai berkata, tiba-tiba ia mendorong tubuh Giam In kok kesamping, sementara ia sendiri segera menggunakan kesempatan tersebut untuk menerjunkan diri kedalam jurang. Giam In kok tidak menyangka kalau perempuan itu bakal melakukan tindakan yang begitu nekat, dalam keadaan yang tidak berjaga-jaga tubuhnya yang didorong jatuh terjungkal keatas tanah, menanti ia berhasil meloncat bangun dari atas tanah, tubuh Leng kangzusi.com Siang In telah lenyap dibalik jurang. Buru-buru ia menerjang tubuh Giam In Kian dan memegangi erat-erat sambil berseru:
“Adik Kian, tabahkan hatimu….” Giam In Kian sangat gelisah, ia berteriak-teriak memanggil ibunya namun ditengah udara hanya berkumandang suara ibunya yang amat lirih: “Anak Kian, baik-baiklah hidup jadi manusia, hari ini ibu akan mati dengan mata meram!” Terdengar percikan bunga api bermuncratan keudara, tubuh Leng Siang in yang tercebur kedalam sungai seketika tertelan ombak dan lenyap tak berbekas. Giam In kok tak dapat berbuat apa-apa kecuali mendekap tubuh adiknya sambil menangis sedih. Malam sangat gelap, bintang bertaburan diangkasa… waktu menunjukkan kentongan ketiga dan angin malam berhembus lewat, membawa hawa dingin yang menusuk tulang. Tiba-tiba Giam In kok tersentak kaget, ia merasa tanggung jawab yang diembankan diatas bahunya terasa amat berat, buru-buru serunya: “Adik Kian! jangan menangis terus…. menangis bukanlah suatu tindakan yaag tepat untuk menyelesaikan persoalan, kita harus mencari suatu tempat yang terpencil letaknya untuk berdiam, mulai besok akan kuwariskan seluruh ilmu silat yang pernah ku pelajari kepadamu!” Giam In Kian tidak berkata apa-apa, ia segera menjatuhkan diri berlutut kearah sungai dan menjalankan penghormatan sebanyak sambilan kali sebagai tanda penghormatan terakhir bagi ibunya, kemudian dengan sedih katanya: “Sejak aku serta ibuku berhasil melarikan diri kesini, kami selalu bersembunyi dibawah batu besar itu, didalam tanah itu terdapat kangzusi.com sebuah ruang rahasia kecil!” “Oooh….. ya? kalau begitu mari kita periksa ruangan tersebut!” Maka berangkatlah Giam In kok dan Giam In Kian menuju kebawah batu besar tersebut, tempat itu merupakan sebuah celah batu sempit dan berliku-liku letaknya, ketika mereka menerobos masuk kedalam, muncullah sebuah goa batu seluas beberapa depa,
dalam ruang goa itu terdapat meja yang terbuat dari batu serta sebuah lubang kecil yang dapat dipakai untuk mengawasi sungai. Menyaksikan kesemuanya itu, Giam In kok tercengang, segera ujarnya: “Kalau dilihat keadaan tempat ini, rupanya ada orang yang pernah berdiam disini, bagaimana cara kalian menemukan tempat tersebut?” “Ketika kami tiba disekitar tempat ini, hujan tiba-tiba turun dengan derasnya, kami segera mencari tempat untuk berteduh, dan secara tak sengaja kami menemukan tempat ini!” “Kalau begitu bagus sekali, kita bisa berlatih ilmu siiat diatas tebing…. dan kalau malam kita bisa tidur disini…. eei…. bau apa ini? ehmm harumnya…..” Setelah mencium bau tersebut, Giam In kok segera memasang mata baik-baik dan memeriksa keadaan disekeliling tempat itu, ia merasa bau harum itu aneh sekali dan semakin dicium baunya semakin tebal. Seluruh ruangan sudah diperiksa dengan seksama, namun tiada suatu bendapun yang mencurigakan hatinya, pemuda itu mulai tercengang dan merasa tak habis mengerti. Bau harum itu kian lama kian bertambah tebal, sehingga Giam In Kian pun dapat mencium bau tersebut, tiba-tiba serunya: “Engkoh Kok! rupanya bau harum ini berasal dari balik gua batu itu…. ayo kita periksa keadaan disana!” kangzusi.com Giam In kok segera mendusin, dengan cepat ia berjalan menuju kearah goa kecil yang bisa dipergunakan untuk memandang sungai, ternyata dugaan Giam In kian tidak salah, bau harum itu memang benar-benar berasal dari balik lubang itu. Lubang batu itu luasnya hanya beberapa depa dangan tebal tiga depa, sekarang pemandangan disungai dapat terlihat dengan jelas, akan tetapi pemandangan dikedua belah sisinya sama sekali tak kelihatan. Satu ingatan dengan cepat berkelebat dalam benaknya, ia segera melepaskan pakaiannya, membiarkan pedang pendek serta buli-buli emas masih tergantung dipinggangnya, setelah menarik napas panjang dia mengerahkan tenaganya untuk menyusutkan badannya hingga menjadi kecil.
Diiringi tarikan napas panjang tubuhnya menyesut kian lama kian bertambah kecil sehingga akhirnya berubah jadi kecil sekali hingga menyerupai seorang bocah berusia empat lima tahunan, pada saat itulah badannya segera merangkak masuk lewat lubang tadi. Setelah menerobos masuk lewat lubang tersebut, ia dapat menyaksikan pemandangan disekitar sana dengan lebih seksama, ternyata disana terdapat serangkai tumbuhan rotan hijau yang menggelantung dari ujung kiri melingkar kekanan, pada ujung rotan hijau tersebut tumbuhlah sebiji buah hijau sebesar kepalan tangan, dibawah sorot cahaya rembulan terlihatlah buah itu memancarkan cahaya hijau yang amat menyilaukan mata. “Aaah….! buah ajaib…” teriak Giam In kok dalam hati kecilnya. Dari kitab catatan buku pertabiban milik tabib sakti dari gunung Lam-san yang pernah dipelajarinya, dia tahu bahwa buah naga rotan yang berwarna hijau merupakan suatu buah langka dengan khasiat yang luar biasa, bila orang biasa yang makan buah itu maka badannya akan menjadi sehat dan awet muda, sebaliknya kalau orang itu berkepandaian silat maka tenaga dalamnya akan mendapat kemajuan yang pesat. kangzusi.com Giam In kok segera mengambil keputusan untuk memetik buah langka tadi untuk dihadiahkan kepada Giam In Kian. Ia segera menerobos keluar dari lubang tadi dan mulai merambat pada tumbuhan rotan itu, mendadak hatinya merasa terperanjat, ternyata dihadapan buah langka warna hijau tadi melingkarlah seekor ular berbisa sebesar lengan yang tubuhnya memancarkan cahaya tajam. Ia tahu, dengan mengandalkan ilmu meringankan tubuh yang dimilikinya tidak sukar baginya untuk melayang kesana serta memetik buah tersebut, tetapi dihadapannya justru terdapat seekor ular bermata satu yang menjaga buah tadi, hal ini membuat ia jadi serba salah. Ular bermata satu itu merupakan ular yang sangat berbisa, bila terpagut oleh taringnya yang beracun, jiwanya niscaya akan melayang meninggalkan raganya. Dalam pada itu, ular berbisa bermata satu itu sudah merambat
dua depa lebih kedepan, saat ini jaraknya dengan buah langka tadi tinggal lima depa lagi, pemuda itu tahu jika dia merasa ragu-ragu lagi maka ular berbisa itu yang akan mendahului dia untuk mencaplok buah tadi. Giam In kok segera mengambil keputusan dalam hatinya, bagamanapun juga ia bertekad hendak memiliki buah langka itu, sekalipun mara bahaya bakal mengancam jiwanya. Setelah berpikir sebentar, dia segara mengenjotkan badannya dan meluncur kearah buah tadi. Jarak antara buah berwarna hijau itu dengan ujung lubang didinding batu karang lebih kurang erpaut belasan tombak jauhnya, sekalipun begitu dengan kecepatan gerak tubuh yang dimiliki Giam In kok, hanya dalam sekali kelebatan saja ia telah tiba di tempat tujuan. Siapa tahu, baru saja tangannya hendak menyambar buah berwarna hijau tadi, tiba-tiba…. kangzusi.com “Waeeeesss!” Segulung kabut berwarna kuning telah menyembur keluar dan datang mengancam tubuhnya. Rupanya sejak permulaan tadi Giam In kok telah menduga kalau ular bermata satu itu akan menyemburkan bisanya, dengan cepat tubuhnya merendah kebawah dan telapak kirinya melancarkan sebuah babatan kearah kabut kuning tadi, sementara tangan kanannya cepat-cepat menyambar buah tersebut. Termakan oleh angin pukulannya yang gencar, kabut kuning yang disemburkan oleh ular bermata satu itu segera menyebar keudara dan hilang terhembus angin. Dengan telak pula buah naga rotan tadi tersambar oleh tangannya. Tetapi dengan kejadian ini Giam In kok terperosok dalam keadaan bahaya, karena harus melakukan serangan uutuk membuyarkan kabut kuning tadi, ia telah mengerahkan tenaga dalamnya jauh lebih besar, rotan tempat ia pegang sebagai penyangga badannya tak kuat menahan berat badannya lagi dan….. “Kreaaaakkk!”
Tali rotan itu terputus jadi beberapa bagian. Termakan oleh getaran tersebut, buah yang berada ditangannya segera terlepas dan jatuh kedalam jurang. “Aduuuh celaka!” teriak Giam In kok. Sepasang kakinya segera menjejak keatas dinding batu dan laksana kilat tubuhnya meluncur kedepan menyambar buah tadi, meski pun buah tersebut akhirnya tertangkap juga, namun tubuhnya sudah terlanjur terjerumus kebawah dan jatuh kedalam jurang. kangzusi.com Tampaknya pemuda itu bakal mati tertelan air sungai yang mengalir dengan derasnya itu…. Pada saat yang keritis itulah tiba-tiba dari tengah udara menyambar datang seekor burung rajawali raksasa, dengan cepatnya burung itu menyambar ikat pinggangnya dan membawanya terbang keangkasa. Giam In kok merasa amat terperanjat, hingga berkeringat dingin, tanpa terasa badannya sudah basah oleh keringat, diam-diam ia bersyukur karena tubuhnya tidak jadi tertelan oleh aliran sungai yang deras itu, namun hatinya tetap tidak lega, sebab sekarang tubuhnya sedang dibawa terbang seekor burung besar. Burung rajawali itu terbang beberapa saatnya diudara, kemudian membawanya turun keatas sebidang tanah datar diatas dinding batu karang itu. Giam In kok berdiri termangu-mangu, ia tak tahu apa yang musti dilakukan olehnya, sebelum ia sempat berbuat sesuatu, burung tadi sudah terbang kembali menuju tebing dimana tadi ia berada. Tak selang beberapa saat kemudian burung itu muncul kembali dan kali ini di atas punggung burung tadi duduk seorang kakek. Dengan cepat kakek tadi meloncat turun ketanah setelah burung itu dekat dengan Giam In kok, lalu sambil mengawasi pemuda itu dengan tajam kakek itu berkata: “Hey, bocah rupanya kau telah berhasil mendapatkan buah langka itu? tahukah kau, bahwa aku sudah beberapa bulan lamanya berada disini untuk menantikan masaknya buah tersebut?”
“Cianpwee… sia…. siapakah kau?” “Engkau tak usah tahu siapakah aku, ketahuilah bahwa aku menolong dirimu barusan karena di tanganmu membawa buah langka itu, jika tidak, hmmm…. perduli amat mau mati atau tidak….!” kangzusi.com “Tapi…. tapi…. cianpwee, aku dapat buah ini dengan bersusah payah dan lagi mempertaruhkan jiwa ragaku, masa kau hendak memintanya dengan begitu saja?” “Hmmm, menempuh bahaya atau tidak itu bukan urusanku, seandainya buah itu tidak keburu kau ambil, akupun bisa memetiknya dengan amat mudah sekali!” Giam In kok jadi terdesak, ia tak takut menghadapi kakek penunggang rajawali itu, tapi ia merasa sungkan untuk menghadapi karena merasa jiwanya sudah diselamatkan oleh burung rajawalinya. Setelah memutar otak beberapa saat lamanya, pemuda itupun segera berseru: “Aaaaah, belum tentu cianpwee! bukankah disitu masih ada seekor ular bermata satu yang sangat beracun? apakah kau merasa mampu untuk menghadapi ular tersebut?” Kakek penunggang burung rajawali itu segera menengadah dan tertawa terbahak-bahak. “Haaaah… haaah… haaah… ular bermata satu? ular tersebut telah kubunuh hingga hancur, dan racunnya kini telah mengotori seluruh permukaan sungai, barang siapa berani minum air sungai itu maka dia bakal mati keracunan!” Giam In kok tahu musuhnya itu sangat lihay, besar kemungkinan buah langka itu akan dirampas olehnya, maka menggunakan kesempatan dikala kakek itu sedang berbicara dengan penuh perasaan bangga, diam-diam ia membuka buli-buli emasnya, kemudian dengan cepat ia memeras buah tadi menjadi cairan dan diisikan kedalam buli-buli tersebut. Semua tingkah lakunya itu dilakukan sangat cepat, cekatan dan sama sekali tidak meninggalkan bekas, menanti kakek itu telah
menyelesaikan kata-katanya, buah tadi pun sudah dirubahnya menjadi cairan. Dengan berpura-pura kaget, ia segera berseru: kangzusi.com “Aaah….! bagaimana nasib orang-orang itu kalau mereka sampai minum air sungai tersebut? kau benar-benar keji cianpwee, mereka toh tidak bersalah, mengapa kau tega benar untuk mencelakai orang banyak?” Kakek penunggang rajawali itu tertawa tergelak, serunya kemudian: “Itu bukan urasanmu dan lebih baik kau tak usah mencampurinya, sekarang lebih baik kita bicarakan saja soal buah yang berwarna hijau itu…. apakah kau memang benar-benar tak mau menyerahkan kepadaku?” “Tidak!” jawab Giam In kok sambil tertawa, “sekalipun kau bunuh akupun tak mungkin kuserahkan padamu!” Rupanya kakek itu menjadi sangat marah dan mengumbar hawa amarahnya, tapi dengan cepat ia menjadi tenang kembali, katanya kemudian: “Baiklah, bagaimana kalau kutukar buah itu dengan kepala ular bermata satu yang berhasil kubunuh itu?” “Dimanakah kepala ular itu?” “Dalam sakuku, apakah kau bersedia” kata kakek itu kegirangan “Jangan keburu senang dulu! aku tidak berjanji untuk memenuhi keinginanmu itu….” Kakek itu tak bisa membendung hawa amarahnya lagi, ia segera menerjang maju sambil melancarkan satu pukulan dahsyat. Giam In kok tak mau menyambut datangnya ancaman tersebut dengan kekerasan, setelah disambutnnya serangan tersebut, ia pura-pura jatuh terduduk diatas tanah. Menggunakan kesempatan itulah, Giam In kok menyambar sebuah batu merah, lalu digenggam ditangan lalu berlagak seolah-olah buah itu masih berada digenggaman-nya. Kemudian sambil merangkak bangun ujarnya: kangzusi.com “Waaah….! kau memang lihay sekali, aku merasa tak mampu untuk menahan serangan mu itu…. tampaknya buah langka ini
bakal terjatuh ketanganmu…. baiklah! Daripada aku kena kau hajar sampai babak belur, silahkan kau menerima buah ini dari tanganku!” Sambil berkata pemuda itu perlahan-lahan bergeser ketepi sungai. Kakek penunggang rajawali itu jadi kegirangan setengah mati, sambil maju menghampiri pemuda itu katanya: “Nah, begitu baru anak pintar, ayo cepat bawa kemari buah itu…..” “Ambillah buah itu didalam sungai…!” Tiba-tiba pemuda itu tertawa geli sambil melemparkan batu tadi kedalam sungai. Dengan cepat batu itu tenggelam kedalam sungai dan lenyap tak berbekas. Kakek itu segera tertawa bengis, ia maju melancarkan sebuah pukulan sedang mulutnya berseru: “Hmmm! buah itu sudah kau buang kedalam sungai, sebagai gantinya maka kau harus menyerahkan buli-buli emas yang tergantung dipinggangmu itu untuk ku!” Glam In kok tertawa nyaring, ia menyingkir kesamping dan menjawab: “Eeeei…. eei…. bukankah tadi yang kau minta adalah buah langka berwarna hijau itu, kenapa sekarang kau malah meminta buli-buliku?” “Setan cilik! sebenarnya kau bersedia memberi kepadaku atau tidak?” Giam In kok tertawa terbahak-bahak. kangzusi.com “Hahaa…. hahaa…. haaaah…. bajingan tua, kalau memang kau merasa mempunyai kemampuan, silahkan untuk dicoba mengambilnya sendiri!” Sambil berkata ia segera memutar badannya menuju kearah bukit karang yang terbentang dihadapannya. Agaknya kakek itu sudah dibikin gusar oleh tipuan serta ejekan anak muda tersebut, sambil membentak keras dengan suaranya bagaikan guntur itu ia segera mengejar dari belakang.
–ooo0dw0ooo– Jilid : 11 TIDAK lama kemudian sampailah Giam In kok diatas sebuah bukit yang terjal. Baru saja ia hendak mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya untuk kabur lebih jauh dari sana, mendadak dari atas udara berkumandang datang suara desiran angin yang amat tajam, pemuda itu buru-buru menengadah keatas, tampaklah burung rajawali milik Kakek tua itu mendadak menukik kebawah dan menyambar tubuhnya. Giam In kok merasa sangat terperanjat, buru-buru ia membentak keras: “Enyah kau dari sini!” Sepasang tangannya didorong kedepan, segulung angin pukulan yang sangat dahsyat segera menyapu kearah burung tersebut. Walaupun burung rajawali itu berbadan besar sekali, tetapi binatang tersebut rupanya ngeri juga menghadapi pukulan sang pemuda yaag amat kencang dan keras itu, sepasang sayapnya segera menyambar kebawah…. “Braaaaak….! kangzusi.com Pasir dan debu berterbangan diangkasa, meminjam tenaga pantulan tadi ia terbang kembali ketengah udara. Dalam serangannya barusan Giam In kok telah mempergunakan tenaga dalamnya sebesar tujuh bagian, menyaksikan pukulan itu tidak berhasil melukai tubuh burung rajawali itu, diam-diam ia merasa sangat terperanjat. Ia segera berpaling kebelakang, tampaklah kakek tua itu sudah berada sepuluh tombak dibelakangnya, dengan nada nyaring pemuda itu berteriak: “Bajingan tua, sebenarnya siapakah kau?” “Hahaaa…. haaaa….. hahaa….. siapakah aku tak usah kau ketahui, mengingat usiamu
masih muda dan ilmu silatmu kau dapatkan dengan tidak gampang, asal kau bersedia menyerahkan buli-buli yang berisikan cairan buah langka itu, akupun suka mengampuni selembar nyawamu!” Giam In kok jadi sangat terkejut dan berdiri melongo setelah mendengar ucapan itu, pada mulanya dia mengira perbuatannya memeras buah warna hijau tadi hingga menjadi cair yang disimpan dalam buli-buli itu tak diketahui oieh pihak lawan, siapa tahu kakek itu ternyata sudah mengetahuinya sejak tadi. Tanpa terasa lagi ia berseru: “Bajingan tua, dari mana kau tahu kalau buah itu sudah kuperas jadi cairan dan kusimpan dalam buli-kuli?” “Hahaa…. haaaaa… hahaaa… kau anggap dengan membuang batu kedalam sungai, maka lantas kau anggap berhasil mengelabuhiku? ketahuilah aku bukan anak kecil yang berusia tiga tahun, semua tingkah lakumu sudah kuketahui sedari tadi, selama ini aku membungkam terus lantaran ingin melihat permainan licik apa lagi yang akan kau perlihatkan padaku….! tahukah kau bocah setan?” Sekarang Giam In kok baru mengetahui akan kecerdikan serta kelihayan kakek tua penunggang burung rajawali itu, diapun sadar kangzusi.com andaikata kakek itu bekerja sama dengan burung rajawali untuk mengerubuti dia seorang, maka belum tentu ia dapat menangkan pertarungan itu. Oleh sebab itu sambil memutar otak mencari akal untuk meloloskan diri dari kejaran kakek itu, ia mendengus dan berkata: “Bajingan tua, kau tak berani menyebut namamu…. mungkin namamu memang takut diketahui orang?” “Omong kosong, burung rajawali itu merupakan lambangku yang paling nyata!” “Oooh….! jadi kalau begitu kau adalah mahkluk aneh berbulu dan bersayap seperti burung?” Kakek penunggang burung rajawali itu amat gusar, ia berteriak-teriak seperti orang gila dan segara menerjang maju kedepan sambil melancarkan sebuah babatan kilat. Serangan yang dilancarkan dalam keadaan gusar ini benar-benar luar biasa sekali, angin pukulan itu bagaikan angin puyuh yang menyapu bumi, seluruh pemandangan jadi gelap karena pasir berpusing dengan kencangnya, Giam In kok seketika merasakan
kuda-kudanya tergempur, dalam keadaan tak bisa menguasai diri, tahu-tahu tubuhnya sudah terlempar sejauh tiga empat puluh tombak jauhnya dari tempat semula. Bagaimanakah terjadinya hal tersebut? pemuda itu sendiripun tak tahu, ia hanya bisa berdiri termangu-mangu sambil memandang musuhnya itu. Sesaat kemudian Giam In kok baru mendusin dari lamunannya, secepat kilat ia kabur dari sana. Berapa saat lamanya kakek pemanggang burung rajawali itu tertegun, kemudian ia baru sadar akan apa yang telah terjadi, segera bentaknya: “Sekalipun kau melarikan keujung langit pun, aku akan tetap menangkap dirimu!” kangzusi.com “Hahaa…. hahaaa…. haaaah…. sauya tak takut kalau hendak kau kejar, dan sebelumnya aku ucapkan terima kasih dulu atas angin pukulanmu yang telah menghantarkan aku sampai disini!” Rupanya secara diam-diam hawa murninya telah disalurkan keseluruh tubuh, ditambah pula hawa sakti It goan ceng ki dikerahkan untuk melindungi seluruh tubuhnya, karena itulah ketika angin pukulan yang dilancarkan kakek penunggang burung rajawali itu menempel diatas tubuhnya, ia segera menjejakkan kakinya keras-keras ketanah dan meluncur kedepan jauh lebih cepat dari pada keadaan diwaktu biasa, dengan sendirinya jarak diantara mereka berduapun segera selisih jauh sekali. Bagaikan hembusan angin, ia masuk kembali kedalam gua batu dimana Giam In kian ditinggalkan tadi, siapa tahu bukan saja bayangan tubuh adiknya sudah tidak terlihat lagi hanya diatas meja tertinggal secarik kertas yang berbunyi demikian: “Jika kau menginginkan kembali manusia serta barangmu, maka tiga hari lagi silahkan membawa buah rotan serta kepala ular bermata satu untuk menebusnya!” Dibawah surat itu terlukis sepasang tanda yang saling bersilang sebagai tanda pengenal bagi penulis surat itu. Dengan terjadinya peristiwa ini, Giam In kok jadi naik pitam dan marah sekali, dia mencak-mencak seperti monyet kena terasi, sedang mulutnya mencaci maki kalang kabut.
Pada saat itulah dari luar gua berkumandang datang suara teriakan kakek penunggang burung rajawali dengan suara nyaring, teriaknya: “Setan cilik! kalau kau tidak segera menggelinding keluar dari tempat itu, akan ku gunakan alang-alang untuk membakar goa tersebut…. hmm! akan kulihat dalam keadaan begitu kau akan kabur kemana lagi….?” Pemuda itu tahu bahwa suara tersebut dipancarkan oleh kakek kangzusi.com penunggang burung rajawali itu dengan ilmu menyampaikan suara, hatinya semakin gusar bercampur mendongkol, sumpahnya: “Bagus sekali! kalau sauya tidak mampu membinasakan kau si bajingan yang tamak, anggap saja aku adalah seorang manusia yang tak becus….!” Berpikir demikian ia segera bersiap-siap untuk keluar dari goa tersebut, untuk bertarung melawan kakek itu, tetapi sebelum tindakan tadi dilakukan tiba-tiba satu ingatan lain berkelebat dalam benaknya, kertas surat tadi segera dilinting menjadi kecil lalu diselipkan kedalam ikat pinggangnya, setelah itu dengan ilmu menyampaikan suara pula ia berseru: “Tentu saja tidak sulit bila kau menginginkan buah rotan itu, akan tetapi kau harus menukarnya dengan kepala ular satu itu!” “Buat apa kau menginginkan kepala ular bermata satu itu?” “Kau tak usah tahu buat apa kepala ular bermata satu itu, jawab saja sejujurnya kau bersedia menukar benda itu dengan buah rotan atau tidak…..?” “Kau harus keluar dulu dari gua itu, mari kita rundingkan persoalan ini diluar gua!” “Huuuh…. aku tidak sebodoh kakek sialan itu” pikir Giam In kok dalam hati kecilnya, “baiklah aku akan keluar dari goa ini lewat lubang perngintip tersebut, kemudian secara diam-diam menyusup kebelakang tubuhnya dan sekali gebuk kuhajar kakek tamak tersebut!” Menggunakan kesempatan dikala pihak lawan masih berbicara, ia segera menentukan dimanakah arah kakek penunggang burung rajawali itu sedang berada, setelah mengamati sebentar, ia tahu bahwa orang itu berada diselat sempit diluar gua batu itu, maka dengan cepat ia menyusutkan badannya dan merangkak keluar lewat lubang kecil diatas dinding, dengan menempel dinding batu ia merambat naik
keatas puncak. kangzusi.com Tampaklah burung rajawali yang amat besar tadi masih berputar— putar ditengah angkasa, sedangkan kakek tua itu sudah berada disana, meskipun ia tahu kakek itu kemungkinan besar sudah masuk kedalam gua, namun pemuda itu sengaja berteriak dengan suara keras: “Eeee….. bajingan tua! ayo cepat bawa kemari kepala ular bermata satu itu!” Mendengar teriakan tersebut, kakek penunggang burung rajawali itu segera meloncat keluar dari dalam goa, ia segera tertawa seram dan mengejek: “Haaaaa…. haaah…. haaaah…. kali ini kau tak akan mampu untuk kembali ke dalam goa lagi, ayo cepat serahkan buah rotan itu sebagai penebus keselamatanmu!” “Boleh saja kuserahkan buah rotan tersebut, asal kau menggantinya dengan kepala ular bermata satu!” “Tapi…. dari mana aku mempunyai kepala ular bermata satu?” “Bukankah tadi aku telah menyetujui? jadi kau ini sedang membohongi aku?” “Haaaa…. hahaaa…. hahaaa… ular bermata satu merupakan seekor ular yang sangat beracun, siapa yang berani menangkap binatang itu?” “Tadi bukankah kau mengatakan bahwa ular bermata satu itu telah kau bunuh dan racunnya telah berceceran diseluruh permukaan sungai?” “Dan engkau percaya dengan perkataanku itu?” “Bajingan tua! Jadi kau sudah membohongi sauya mu? bagus kalau begitu, jangan mengharapkan apapun dariku!” “Setan cilik, kau tak usah berlagak sok dan omong besar dihadapanku, dari buli-buli emas yang tergantung dipinggangmu itu aku telah tahu kalau kau telah minum cairan kemala serta mendapat warisan ilmu silat dari Cing Khu sangjin, tetapi kaupun meski tahu kangzusi.com bahwa cairan kemala hanya dapat menambah tenaga dalammu sebesar enam puluh tahun hasil latihan, ditambah pula dengan usiamu paling kau mempuayai tujuh sampai delapan puluh tahun hasil latihan, jika menginginkan pertarungan seimbang dengan diriku jelas hal ini merupakan suatu pekerjaan yang sulit, bayangkan saja aku
mempunyai burung rajawali raksasa yang akan membantu aku dalam pertarungan, apakah kau yakin dapat menandingi kami?” Giam In kok tidak menyangka kalau kakek penunggang burung rajawali itu bisa mengetahui tentang dirinya dengan begitu jelas, diam-diam ia merasa amat terperanjat. Diapun tahu bahwa apa yang diucapkan pihak lawan sedikitpun tidak salah, dengan suatu kerja sama yang sempurna dengan burung rajawali raksasanya, dia pasti akan dikerubuti habis-habisan…. Tapi anak itu tahu bahwa dalam keadaan begini ia tak boleh menunjukkan perasaan takut ataupun jeri, maka dengan cepat ia mendengus dingin. “Hmm! sauya telah menghabiskan buah rotan naga itu, berarti tenaga dalamku telah mendapat kemajuan sebesar enam puluh tahun hasil latihan lagi, mengapa kau tidak menghitung hal tersebut didalam penilaianmu…..?” Mula-mula kakek penunggang burung rajawali itu nampak termangu-mangu, tetapi sebentar kemudian ia sudah tertawa terbahak-bahak. “Hahaa….. hahaaaa…. haaa….. sekalipun buah ajaib itu telah kau makan, tetapi bila tidak kau salurkan hawa murnimu untuk menghancurkan serta menghisap sarinya untuk menambah kekuatanmu, hal itupun sama sekali tak akan ada gunanya, setan cilik! aku ingin tanya sampai dimanakah kemampuan yang kau miliki? mampukah kau menghisap sari buah langka itu kedalam tenaga dalammu tanpa memperoleh bantuan dari orang lain?” kangzusi.com Giam In kok jadi terbungkam untuk beberapa saat lamanya, sementara dalam hati kecilnya ia berpikir: “Sungguh tidak sedikit pengetahuan yang dimiliki bajingan tua ini, sedikitpun tidak salah, jika buah langka ini kuberikan kepada adik Kian, maka aku harus menyalurkan hawa murniku untuk membantu dirinya, tapi siapakah yang telah menculik dirinya?” Ia merasa orang yang menculik Giam In Kian benar-benar merupakan seorang manusia yang terkutuk dan harus dicincang tubuh nya, pemuda itu segera mengambil keputusan untuk
menegak sendiri sari buah rotan naga tadi, kemudian bertarung melawan kakek penunggang burung rajawali itu dan akhirnya akan menuntut balas atas diri orang yang menculik Giam In Kian. Tetapi sebelum perbuatan itu sempat dilaksanakan, satu ingatan lain kembali berkelebat dalam benaknya. Dia merasa seakan-akan bayangan tubuh dan telapak tangan sakti serta Leng Siang In telah muncul kembali secara tiba-tiba di depan matanya, terutama sekali atas sumpah yang pernah diucapkan. Tanpa terasa ia berseru kembali didalam hati: “Tidak… tidak…. aku tak boleh meneguk sari buah naga rotan itu, aku harus menyabarkan diri….” Dalam pada itu, ketika si kakek penunggang burung rajawali itu menyaksikan si anak muda itu sama sekali tidak berbicara, ia segera tertawa seram dan berkata: “Setan cilik, rupanya kau merasa rada takut….? jangan lagi dengan mata kepala sendiri aku menyaksikan kau telah memasukkan sari buah naga rotan itu kedalam buli-bulimu, sekalipun kau telah meneguknya hingga habis, asal belum lewat dua belas jam, andaikata aku dapat menghisap darah dari dalam tubuhmu, maka aku tetap akan memperoleh usia yang panjang dan badan yang kuat!” kangzusi.com “Kurang ajar! jadi untuk memperpanjang umurmu kau anggap aku sudah sepantasnya mampus?” teriak Giam In kok penuh kegusaran. Ucapan itu diutarakan dengan nada setengah menjerit. “Tepat sekali perkataanmu itu setan cilik, untuk memperpanjang umurku aku memang bermaksud hendak membuat mampus dirimu!” “Aku ingin bertanya siapakah manusia yang tidak rakus dikolong langit dewasa ini? siapakah yaag tidak tamak dan tidak mementingkan diri sendiri? dan siapa pula yang tidak rampas— merampas? semakin banyak orang yang disikat, semakin gemuk dan makmur badan sendiri, hmmm kau anggap kejadian itu mengharukan dan mencengangkan hati? bila buli-buli emas itu tidak kau serahkan
lagi kepadaku, jangan salahkan kalau aku benar-benar akan makan dirimu!” Giam In kok dapat menangkap bahwa setiap ucapan kakek itu membawa nada dingin dan menggidikkan hati, diam-diam hatinya ngeri juga untuk mendengarkan lebih jauh. Pemuda itu sadar, apabila kakek penunggang burung rajawali itu tidak diusir terlebih dahulu, sulit baginya untuk menemukan Giam In kian kembali, maka diapun lantas berkata: “Baiklah! sauya akan menyaksikan lebih dahulu sampai dimanakah kehebatanmu didalam hal memakan manusia!” Kakek penunggang burung rajawali itu bercicit aneh, suara itu tinggi melengking amat memekikkan telinga dan membumbang diangkasa, bersamaan dengan bergetarnya suara pekikan tersebut, burung rajawali yang sedang berputar diangkasa itu segera melayang turun kebawah. “Binatang sialan!” umpat Giam In kok dengan perasaan mendongkol dan gusar. Pedang pendeknya segera dicabut keluar, tubuhnya yang pendek kangzusi.com dan kecil mengembang kembali menjadi besar, lalu dengan meninggalkan serentetan cahaya tajam yang amat menyilaukan mata, ia sapu cakar kaki burung rajawali yang sedang menyapu datang itu. Tampaknya burung rajawali itu bukan sembarang rajawali, ia bertubuh keras bagaikan baja, lagipula sangat buas dan ganas sekali, tentu saja ia tak pandang sebelah mata pun terhadap babatan pedang pendek yang mengarah pada tubuhnya. Dengan disertai desiran angin tajam yang amat memekikkan telinga dia menyambar kebawah, sepasang sayapnya dikembangkan dan mengebas-ngebas dengan kuatnya kebawah. Segulung hembusan angin puyuh segera menyapu seluruh permukaan bumi dan menerbangkan apa saja yang berada disekitar sana. Giam In kok masih tetap berdiri ditempat semula bagaikan
sebuah bukit karang yang kokoh, pedang pendek ditangannya tiba-tiba memancarkan cahaya tajam sepanjang tiga depa dan laksasa kilat menusuk kedepan, bersamaan itu pula sebuah pukulan gencar dilancarkan. Pekikan aneh berkumandang memecahkan keheningan, tersapu oleh angin pukulan Giam In kok yang sangat kuat dan berisi itu, burung rajawali itu terjungkir balik keatas tanah. Diatas permukaan tanah segera muncul bekas da buah cakar kuku burung rajawali yang mencapai dua depa dalamnya. Rupanya untuk memancing agar burung rajawali itu tertipu oleh perangkapnya, dalam melancarkan serangan pertama tadi, Giam In kok sama sekali tidak menyalurkan hawa murninya kedalam pedang tersebut, dengan begitu pedang pendeknya tak jauh berbeda dengan pedang biasa. Tetapi setelah sapuan itu tiba, hawa murninya segera disalurkan kedalam senjata itu, dengan demikian pedang tadi berubah menjadi tajam bukan kepalang. kangzusi.com Menyaksikan burung rajawalinya terluka diujung pedang lawan, kakek penunggang burung rajawali itu jadi amat gusar, ia segera membentak keras dan menerjang maju kedepan. “Hmmmm! justru kaulah yang kutunggu-tunggu!” sumpah Giam In kok dalam hati kecilnya. Dengan cekatan tubuhnya berkelebat kedepan, cahaya pedang yang berkilauan segera menyapu kedepan dengan gerakan mendatar. Kakek penunggang burung rajawali itu tak berani bertindak gegabah, apalagi setelah mengetahui pihak lawan dapat menyalurkan hawa murninya kedalam pedang pendek tersebut, dengan enteng badannya melayang lima depa kesamping, telapak tangannya dengan cepat diayunkan kedepan. Segulung hawa pukulan yang panas bagaikan sengatan api dengan cepat menggulung kedepan ddan menghantam tubuh si anak muda itu. Giam In kok jadi sangat terperanjat, serunya kaget: “Aaaaah….! pukulan api membara…..!” Dengan cepat tubuhnya menjatuhkan diri bertiarap keatas tanah,
kemudian menggelinding sejauh sepuluh tombak lebih dari tempat semula. Dalam waktu singkat daerah disekitar tempat dimana Giam In kok berdiri tadi telah muncul sekilas cahaya yang membara. Melihat serangan yang dilancarkan itu tidak mengenai sasarannya, kakek penunggang burung rajawali itu segera mengejar lebih jauh. Giam In kok memasukkan kembali pedangnya sambil tertawa panjang sepasang tangannya diputar sedemkian rupa, melancarkan pukulan-pukulan berantai yang sangat dahsyat. Ledakan ledakan keras menggeletar diangkasa dan beberapa benturan keras mengakibatkan tubuh kedua orang itu samasama tergoncang dan terdorong mundur kebelakang. kangzusi.com Air muka kakek penunggang burung rajawali itu berubah hebat, wajahnya jadi dingin dan kaku, sorot matanya memancarkan cahaya bengis, sekuat tenaga sepasang tangannya melancarkan pukulan-pukulan berantai dengan harapan bisa merobohkan musuhnya dalam waktu singkat. Sekarang dia baru sungguh terperanjat, ia terperanjat, ia benar-benar tak habis mengerti mengapa pemuda yang berada dihadapannya ini mampu menghadapi serangan angin pukulan api membaranya yang sangat menyengat badan itu, tanpa cedera sedikit pun jua, padahal jago-jago lihay lainnya tak seorangpun yang berani menyambut pukulan itu dengan keras lawan keras. Perlu diketahui, selama banyak tahun Giam In kok berlatih didalam gua bermata air dingin, setiap hari dia mengisi perutnya dengan rumput tidak biasa, tanpa disadari dalam tubuhnya telah tercipta suatu kekuatan yang maha dahsyat yang mampu melawan hawa panas yang menyengatnya bagaikan nerakapun juga. Karena itu meski permulaan pertarungan itu berlangsung, dia masih merasakan hawa pukulan yang dilancarkan pihak musuh, sehingga hal itu membuat hatinya kaget dan terkesiap, akan tetapi lama kelamaan, setelah daya tahan tubuhnya mulai bekerja ia semakin yakin bahwa pihak lawan tidak mampu mengapa-apakan dirinya, ia segera menengadah dan tertawa nyaring.
“Haaaah…. haaaah… hahaaa…. bajingan tua, kalau kau tidak segera melarikan diri dari sini, jangan salahkan kalan sauya akan segera menjagalmu secara mengerikan ditempat ini!” Merah padam selembar wajah kakek penunggang burung rajawali itu sehabis mendengar sendiran itu, pukulan-pukulan yang dilancarkan pun kian lama kian bertambah ganas, dan angin yang berhembus lewat pun semakin bertambah panas sehingga menyengat badan. Giam In kok sama sekali tidak jeri menghadapi serangan lawannya, setelah berhasil menenangkan diri, setiap pukulan yang dilepaskan semakin mantap dan berat, dalam waktu singkat kangzusi.com pukulan-pukulan itu telah menciptakan sebuah lekukan dalam diatas batu cadas. Dari arah hutan sana berkumandang datang suara bentakan nyaring, Giam In kok merasa sangat terperanjat dan buru-buru melompat kesamping, kemudian secepatnya kabur meninggalkan tempat itu. “Hey, setan cilik, berhenti! hendak kabur kemana kau?” bentak kakek penunggang burung rajawali itu dengan suara keras. Sambil membentak dia segera mengenjotkan badannya dan melakukan pengejaran dari belakang. Siapa tahu, baru saja kakinya meninggalkan perrmukaan tanah untuk mengejar pemuda itu, tiba-tiba….. “Sreeeettt!” Desiran tajam bergetar diangkasa, mendadak dari balik hutan itu meluncur keluar sebatang anak panah pendek dan langsung membidik kearah burung rajawali tersebut. Waktu itu, burung rajawali itu telah terluka parah akibat pukulan gencar yang dilepaskan Giam In kok tadi, dalam keadaan begini tentu saja tiada kesempatan lagi bagi kakek penunggang burung rajawali itu untuk mengejar lawannya. Buru-buru ia memutar badan sambil melancarkan sebuah pukulan kedepan, angin pukulan yang tajam dengan cepat mementalkan anak panah pendek yang sedang mengancam burungnya itu. Menggunakan kesempatan yang sangat baik itulah Giam In kok
segera mengenjotkan badannya dan kabur semakin cepat dari tempat itu, dalam beberapa lompatan saja ia telah masuk kedalam hutan dan bersembunyi dibalik semak belukar yang tumbuh lebat disana. Rupanya kakek penunggang burung rajawali itu merasa bahwa kangzusi.com dirinya tak akan berhasil mengejar pemuda itu, disamping diapun kuatir kalau burung rajawalinya dilukai orang lain, maka setelah mencaci kalang kabut, akhirnya bersama burung rajawali itu kakek tadi menuju kearah barat. Selama ini Giam In kok sembunyi terus didalam hutan, menanti bayangan kakek penunggang burung rajawali itu sudah lenyap dari pandangan, ia baru munculkan diri dari balik semak belukar. Pertama-tama ia memetik dua buah daun besar lebih dahulu untuk menutupi bagian bawah tubuhnya yang telanjang, kemudian ia berjalan keluar dari balik hutan dengan perasaan binggung dan tak tahu apa yang meski dilakukan. Dalam sangkaan pemuda itu, setelah ia memiliki ilmu silat yang tangguh, maka tidak sulit baginya untuk malang melintang dalam dunia persilatan, siapa tahu bukan saja usahanya untuk melindungi Giam In kian mengalami kegagalan, bahkan pakaian yang ia lepas dalam goa pun dibawa kabur orang, sehingga membuat ia jadi telanjang, kejadian ini membuat pemuda itu menjadi sedih bercampur lesu. Ia teringat kembali akan desingan anak panah yang dilepaskan orang dari dalam hutan dan seruan nyaring yang sangat merdu itu. Meskipun kejadian telah berlangsung lima tahun berselang, tetapi senyuman serta tingkah laku Cung Yan ji serta Ciang Bong ji masih tertera jelas dalam benaknya, ia merasa seruan nyaring yang muncul dari dalam hutan terasa sangat dikenalnya. Andaikata orang itu bukan Cung Yan ji, siapa lagi yang mampu melepaskan anak panah dengan begitu hebatnya. Diam-diam pemuda itu merasa gemas dan benci kepada orang yang menculik Giam In kiam itu, ia merasa jengkel karena seluruh pakaian dan celana yang dilepas didalam goapun dibawa kabur, sehingga ia sekarang melarikan diri dengan keadaan yang mengenaskan…..
kangzusi.com Giam In kok merasa jengkel, mendongkol dan apa boleh buat, dan ia tak membawa uang dan tidak mempunyai persediaan pakaian, kemana ia harus pergi untuk mencari pakaian untuk menutupi badannya yang telah telanjang ini? Sembari berpikir, pemuda itu berjalan kembali menuju tempat bekas pertarungan yang baru saja berlangsung, tiba-tiba….. sorot matanya menemukan sesuatu, dua buah benda yang memancarkan cahaya tajam tergeletak diatas tanah. Dia segera mendekati benda itu dan diamatinya dengan seksama, ternyata benda itu bukan lain merupakan sebatang anak panah pendek yang berwarna kuning emas serta sebuah cakar rajawali yang berwarna kuning pula. Anak panah pendek itu segera dipungutnya dari atas tanah kemudian dipungutnya pula cakar rajawali tadi, ketika benda itu diperiksa lebih seksama terlihatlah cakar rajawali itu tajam dan menimbulkan suara dentingan yang nyaring, dalam hati diapun berpikir: “Siapa tahu cakar barang rajawali ini laku beberapa tahil perak kalau dijual? lebih baik aku simpan saja!” Dengan perasaan keheranan ia memegang cakar itu ditangan kanan lalu sekuat tenaga dihantamkan keatas batu karang yang banyak berserakan disana….. “Braaaak!” Batu cadas itu seketika terhajar hancur menjadi berkeping-keping. Giam In kok jadi kegirangan setengah mati setelah mengetahui bahwa cakar rajawali itu merupakan sebuah senjata yang ampuh, dipikirnya: “Haaaah….. haaaa…. haaaaa…. tak kusangka kalau cakar burung rajawali ini merupakan senjata yang ampuh, dengan begini akupun mendapat sebuah senjata baru lagi….” kangzusi.com Tapi ingatan lain dengan cepat berkelebat dalam benaknya: “Aaaa…. ! bukankah aku hendak menjual cakar burung rajawali itu membeli baju? bagaimana baiknya sekarang, apa ku jual atau kusimpan sebagai senjata….?”
Untuk berapa saat lamanya ia mengerutkan dahi memikirkan jalan keluar. “Aaah….! kenapa aku telah melupakan kulit ular bermata satu ditebing sana? bukankah banyak orang yang suka dengan kulit ular? siapa tahu kalau harga ecer kulit ular itu dipasaran bisa tinggi?” Tiba-tiba diapun teringat kembali dengan syarat yang diajukan oleh orang yang menculik Giam In Kian, orang itu menghendaki kepala ular bermata satu sebagai barang tebusan. Pemuda itu segera mengambil keputusan, perduli dalam penebusan nanti akan berjalan dalam keadaan damai atau menggunakan kekerasan, ular bermata satu itu sudah sepantasnya kalau dilenyapkan dari permukaan bumi. Meskipun mula-mula Kakek penunggang burung rajawali itu berkata bahwa ular tersebut telah berhasil dibantai olehnya, tetapi pemuda itu merasa tak pernah menjumpai ular bermata satu itu berada dalam saku si kakek penunggang burung rajawali selagi pertarungan itu berlangsung tadi, lagipula dalam kejadian itu, si kakek penunggang burung rajawali mengatakan bahwa bahwa ular bermata satu merupakan seekor ular beracun sehingga orang tak berai mendekatinya, bukankah ia mengetahui bahwa ular aneh itu masih bersembunyi dibalik dinding batu?” “Kenapa aku tidak mempergunakan cakar burung rajawali yang kuat dan tajam ini sebagai senjata untuk menangkap ular bermata satu itu?” ingatan tersebut dengan cepat berkelebat dalam benak anak muda itu. Dengan muka berseri-seri berangkatlah Giam In kok menuju ketepi jurang diatas dinding batu dimana ular tadi menyembunyikan kangzusi.com diri. Untuk menebus Giam In Kian dari tangan musuh serta untuk memenuhi syarat yang diminta oleh orang itu, terpaksa Giam In kok menuruni kembali tebing curam tersebut lewat lubang dinding dibalik goa, dengan merambat pada rotan yang tumbuh lebat disana ia mendekati sarang ular tersebut. Dari luar dinding, ia melihat munculnya sebuah titik cahaya hijau dari balik goa tersebut. Bukankah cahaya hijau itu adalah mata bengis dari ular bermata satu itu?” pikir Giam In kok dalam hati
Setelah mengincar tempat persembunyian ular tersebut, Giam In kok segera memindahkan cakar burung rajawali itu ketangan kiri, sementara hawa murninya diam-diam disalurkan keluar. Tiba-tiba ujung jari tangan kirinya ditudingkan kedepan….. Segumpal hawa putih yang amat menyilaukan mata dengan cepat menerobos keluar dari ujung, menembusi udara dan menerjang masuk kedalam sarang ular tadi. “Koooook…. koeeok…..!” Ular bermata satu itu mengeluarkan suara pekikan yang sangat aneh dengan suatu terobosan kilat ternyata ia berhasil menembusi pertahanan hawa It goan ceng ki yang dilancarkan oleh pemuda itu dan menyerbu keluar. Tetapi sedari permulaan tadi Giam In kok telah berjaga-jaga terhadap tindakan ular bermata satu itu, tatkala dia merasakan hawa Ki Kang yang dipancarkan lewat ujung jarinya mengalami getaran keras, pemuda itu segera menarik napas panjang-panjang dan dengan cepat tubuhnya membumbung tinggi dua depa setengah udara. Kekuatan tubuh yang dimiliki ular bermata satu itu benar-benar luar biasa, setelah dibuat gusar oleh serangan jari anak muda itu, ular tadi menerobos keluar dari sarangnya sambil menyemburkan kangzusi.com asap berwarna kuning yang amat beracun. Tapi sayang ia hanya mempunyai sebelah mata belaka yang tak dapat memandang keempat penjuru, ketika serangannya mengenai sasaran kosong, ular itu segera menengadah keatas untuk mencari mangsanya. Giam In kok tidak memberi kesempatan kepada lawannya untuk bertindak lebih jauh, baru saja binatang itu mengangkat kepalanya, sambil membentak keras cakar rajawali yang ada ditangan kanan serta telapak tangan kiri melancarkan serangan yang maha dahsyat kebawah. “Blaam….!” Ditengah benturan yang keras, separuh badan ular bermata satu itu terkena hantaman telapak tangan kirinya dan cakar rajawali ditangan kanan Giam In kok, sehingga tak ampun lagi tubuhnya roboh terkulai kebawah, namun masih ada sebagian tubuhnya yang
masih terkait didalam goa batu tadi. Serangan yang dilancarkan pemuda itu boleh dibilang mempunyai kekuatan sebesar seribu kati, terutama sekali serangan cakar rajawali yang tajamnya bukan kepalang, tapi anehnya ternyata kulit ular itu sama sekali tidak mengalami kerusakan atau cedera barang sedikitpun juga, sebaliknya malah pemuda itu merasakan tangannya jadi linu dan tubuhnya mencelat tiga depa lebih dari tempat semula. “Ooooh! keras amat kulit ular ini!” seru pemuda itu didalam hati. Ketika menyaksikan ular bermata satu itu mengangkat kepalanya kembali, pemuda itu segera sadar bahwa ular tersebut akan menyemburkan kabat beracunnya. Ia mengerti, andaikata tubuhnya sampai tersembur oleh racnn itu, dia tentu akan keracunan hebat. Buru-buru badannya menerjang kebawah, lalu dengan kangzusi.com mengerahkan segenap kekuatan yang dimiliki ia melancarkan sebuah pukulan lagi dengan cakar rajawali tersebut. Hajaran yang dilancarkan dengan cakar rajawali itn benar-benar maha dasyat, mungkin bajapun akan hancur termakan oleh pukulan itu…. “Kraaaak!” Ditengah benturan yang keras, tulang kepala ular itu terhajar sampai rusak remuk dan cakar rajawali itu dengan tepat menancap pada mata ular bermata satu itu. “Braaak….” Ular bermata satu yang panjangnya mencapai dua puluh tombak itu segera terseret dari dalam sarangnya, bersamasama ular tadi mereka terjatuh kebawah tebing. Ular itu benar benar hebat, kendatipun batok kepalanya sudah terhajar remuk namun ia tidak mati dengan begitu saja, setelah seluruh badannya terseret keluar dari dalam gua, dengan dahsyat ekornya menyapu kembali kearah depan. Giam In kok amat terperanjat menghadapi sapuan ekor ular yang begitu dahsyatnya itu, sekuat tenaga dia himpun tenaganya,
kemudian ia berjumpalitan beberapa kali diudara dan meninggalkan tubuh ular tadi sejauh sepuluh tombak. Karena sapuannya tidak mengenai sasaran, tubuh ular bermata satu itu segera melingkar menjadi satu dan….. “Byuuuuur…..!” Diiringi muncratnya air sungai, ular tadi tercebur kedalam air. Giam In kok semakin terperanjat lagi, ia takut racun ular itu akan menyebar kemana-mana karena mengikuti aliran sungaa dan entah berapa banyak manusia yang bakal menjadi korban karena keganasan racnn tersebut, setelah tubuhnya tercebur pula kedalam sungai, buruburu ia sambar tubuh ular tadi dan segera menyeretnya dengan susah payah kedaratan. kangzusi.com Setelah membuang waktu hampir beberapa jam lamanya, pemuda itu berhasil juga memenggal kepala ular tadi dan mulai menyayati kulitnya, dalam hati ia berpikir: “Entah mau diapakan kepala ular ini oleh bangsat yang telah menculik adik Kian? meskipun kulit ular bisa ku jual beberapa tahil dan uangnya bisa kugunakan untuk membeli pakaian, tetapi ditengah malam buta begini aku harus pergi kemana untuk menjualnya? bila aku harus menunggu sampai fajar menyingsing nanti, hal ini semakin berabe lagi, masa aku harus berjalan masuk kedalam kota dengan bertelanjang bulat……?” Setiap kali ia teringat bahwa dirinya berada dalam keadaan bugil, pemuda itu merasa semakin benci terhadap orang yang telah mencuri pakaiannya itu, tetapi benci selalu tak ada gunanya, sebab yang paling penting pada saat ini ialah mencari pakaian untuk menutupi badannya yang bugil. Dengan hati yang mendongkol pemuda itu segera berjalan menelusuri tepi sungai, entah sudah berapa jauhnya dia sudah berjalan menelusuri sungai akhirnya dari tempat kejauhan ia melihat ada sebuah perahu nelayan yang sedang berlabuh ditepi sungai. Dengan hati sangsi dan ragu-ragu Giam In kok segera berjalan mendekati perahu itu, ia merasa suasana sunyi senyap dan tak nampak sesosok bayangan manusiapun, jangan-jangan pemilik perahu itu sudah tertidur pulas.
Pemuda itu menyadari keadaannya yang lucu dan gampang mengejutkan hati orang, setelah berdiri tertegun beberapa saat lama nya, dengan hati ragu-ragu akhirnya ia berjalan lirih mendekati perahu itu, lalu menegur: “Adakah seseorang didalam perahu?” Tiada jawaban yang kedengaran, pemuda itu segera mengulangi lagi seruannya itu sampai beberapa kali, namun suasana tetap sunyi senyap dan tak kedengaran sedikit suarapun. kangzusi.com Akhirnya dengan hati mendongkol bercampur jengkel, ia berteriak dengan suara yang amat keras: “Adakah seseorang didalam perahu?” Teriakan itu begitu lantang dan keras, sehingga seseorang yang tulipun mungkin akan dibuat terkejut oleh teriakan tersebut. Kali ini dari dalam perahu terdengar seseorang menyahut, suara itu penuh mengandung nada menggerutu. “Siapa sih yang sedang berteriak diluar? tahuah kau bahwa sekarang masih tengah malam? jangan kau anggap kau berada di perahumu sendiri…..!” Begitu mendengar suara jawaban itu berasal dari seorang perempuan tua, Giam In kok jadi kaget, diam-diam serunya dalam hati: “Duuuuh celaka, dia adalah seorang perempuan….. wah! kalau badanku yang bugil sampai terlihat olehnya…. aduh malunya….” Berpikir demikian ia segera meloncat turun dari perahu tersebut, dan buru-buru kabur meninggalkan tempat itu. Baru daja dia kabur sejauh empat lima puluh tombak dari tempat semula, pintu ruang peraba itu telah dibuka orang. Pemuda itu segera berhenti dan menoleh kebelakang, dibawah sorot cahaya lampu terlihatlah didepan pintu perahu telah muncul seorang kakek serta seorang nenek yang telah berusia lanjut. Satu ingatan berkelebat dalam benaknya, pemuda itu segera berpikir: “Oooh….! rupanya kakek-kakek serta nenek-nenak…. mereka toh sudah tua bangka, dan cucu mereka sudah berusia sebaya dengan
diriku, kenapa aku mesti malu bertemu dengan mereka?” “Pencuri cilik, kau harus kuhajar sampai mampus!” sambil berseru, dengan mempergunakan sebuah dayung ia menghantam sang pemuda. Perempuan itu sudah tua sekali lagi pula berbadan bungkuk, kangzusi.com namun sapuannya ternyata lihay sekali….. “Weeeeesss!” Ditengah hembusan angin tajam, tahu-tahu dayung tadi sudah mengancam didepan mata. Giam In kok merasa sangat terperanjat, buru-buru dia menarik napas panjang-panjang dan menghindarkan diri dari seranggan dayung itu, teriaknya keras-keras: “Nek, jangan kau pukuli diriku…. jangan kau pukul aku…. aku bukanlah penjahat…. aku bukan pencuri….!” “Hmmmm! kau telah mengganggu tidurku, manusia semacam kau ini harus diberi pelajaran yang setimpal” Rupanya nenek itu bukan seorang yang tuli, selesai mengucapkan kata-kata itu, dayungnya segera disapu kembali kearah depan dan langsung menghajar pinggang si anak muda itu. Ketika pertama kali tubuhnya yang telanjang dilihat orang, Giam In kok merasa malu sekali, lama-kelamaan diapun merasa jadi terbiasa, melihat datangnya ancaman, buru-buru ia menghindar kesamping dan berseru keras: “Ampun nek…. jangan pukul aku lagi, kalau bukan terpaksa, aku tak akan mengganggu kalian berdua, harap kalian suka memaafkan diriku” Tatkala menyaksikan dua buah serangannya tidak mengenai sasaran, nenek itupun nampak tercengang dan tak percaya, ia berseru tertahan: “Aaaah….! sungguh tak kusanggka kalau kau mampu menghindari dua buah seranganku, hal ini menunjukkan kalau kepandaian silat yang kau miliki tidak lemah, tapi mau apa kau datang kemari malam buta begini? eeei, rupanya kau tidak
berpakaian, apakah kau baru saja bermain gila dengan perempuan nakal….?” “Tidak! pakaianku dicuri orang” jawab Giam In kok dengan cepat. kangzusi.com “Dicuri orang? hmmmm, tentu kau melarikan diri terbirit-birit, hingga pakaianpun lupa kau bawa, kalau tidak, siapa yang mampu mencuri pakaianmu?” Merah jengah selembar wajah Giam In kok sehabis mendengar perkataan itu, dalam keadaan terdesak iapun menceritakan keadaan yang sebenarnya, dan sebagai akhir kata ia menambahkan: “Kalau nenek merasa tidak percaya, silahkan membaca surat ini sebagai buktinya!” Nenek tua itu menerima surat itu dan dibacanya sekejap, kemudian secara tiba-tiba ia tertawa terbahak-bahak. “Haaaah…. haaaah…. haaaah… rupanya dayang liar itulah yang membuat keonaran, eeei tua bangka! cepat ambilkan sebuah pakaian untuk engkoh cilik ini!” Dengan tingkah laku yang lamban kakek tua itu mengambil satu stel pakaian dari dalam ruangan lalu dilemparkan-nya kearah pemuda itu. Meskipun Giam In kok merasa tingkah laku lawannya sangat sombong tetapi yang terpenting baginya pada saat ini adalah berpakaian, terpaksa dengan hati yang mendongkol ia menerima pakaian tersebut, agaknya pakaian itu dilemparkan kearahnya* bukan dengan tenaga biasa, tapi secara diam-diam disertai pula oleh tenaga sambitan yang kuat, berat serta sama sekali tidak menimbulkan sedikit suarapun. Untung pemuda itu segera merasakan gejala yang tidak beres, buru-buru ia menyalurkan hawa murninya untuk melawan tenaga sambitan tersebut, kalau tidak, niscaya badannya akan tertumbuk hingga mundur sebelakang dengan sempoyongan. Sekarang ia sudah tahu bahwa ke dua orang kakek dan nenek yang berada diatas perahu itu merupakan jago-jago persilatan yang memiliki ilmu silat sangat lihay, setelah berpakaian ia segera maju kedepan sambil memberi hormat, ujarnya dengan nada merendah: kangzusi.com “Kekek yang baik hati terima kasih atas hadiah pakaianmu ini, sebagai tanda terima kasih harap kau suka menerima kulit ular
bermata satu ini sebagai balas jasa atas kebaikan itu!” Selama ini kakek tersebut belum pernah meninggalkan perahunya, tapi setelah mendengar ada kulit ular bermata satu, ia segera berseru tertahan dan berkata: “Ooooh….! jadi ular aneh itu benar-benar sudah kau bunuh?” “Benar kek, aku tak berani membohongi kau orang tua!” “Kalau begitu silahkan masuk kedalam perahu!” Giam In kok nampak agak tertegun setelah mendengar kata “silahkan” itu, tapi ia segera mengucapkan banyak terima kasih sambil naik keatas perahu, sebab kalaau didengar dari ucapan nenek itu, dia yakin kalau perempuan tua itu mengetahui siapakah yang telah menculik Giam In kian, karenanya timbul niat dalam hatinya untuk menggunakan kesempatan itu untuk mengetahui siapakah nama orang tersebut. Setelah masuk kedalam ruang perahu dan mengambil tempat duduk, kakek itu baru melirik sekejap kearah cakar rajawali yang berada dalam tangan Giam In kok, kemudian dengan nada tercengang, katanya: “Aaaaa…. jadi cakar rajawali milik Ban See seng hud (Buddha hidup dari selaksa keluarga) telah berhasil kau lukai?” Giam In kok tertegun lalu menjawab: “Siapakah yang kau maksudkan sebagai Buddha hidup dari selaksa keluarga? huuuh…. bajingan tua penunggang burung rajawali itu? manusia itu bengis, jahat, dan tamaknya bukan kepalang, masa amanusia seperti itu pantas disebut Ban See seng hud?” Kakek tua itu segera tertawa lebar. “Engkoh cilik, usiamu masih muda sekali, namun ucapanmu kangzusi.com benar-benar gede sekali, aku tak menduga kalau kau mampu melukai burung rajawali yang berkekuatan besar serta membinasakan ular bermata satu, wah! kalau dilihat dari sini, tampaknya kami dua tua bangka sudah pantas untuk pensiun dan mengasingkan diri kepuncak gunung yang sunyi… eeei! engkoh cilik, bolehkah aku tahu siapakah namamu?” “Aku yang muda bernama In Kok hui!” jawab pemuda itu
memperkenalkan diri. “Aaah….! rupanya kaulah yang dijuluki orang sebagai bocah ajaib bermuka seribu, tidak aneh kalau kau mempunyai kepandaian sedahsyat dan selihay itu….!” “Hey tua bangka” sela sang nenek dari samping, “apakah kau tidak melihat, dengan gampangnya ia berhasil melepaskan diri dari dua buah serangan dayungku tadi? semenjak semula aku sudah menaruh curiga bahwa dia adalah seorang jago yang lihay!” Giam In kok yang mendengar perkataan itu diam-diam merasa amat geli, pikirnya didalam hati: “Alaaa, dua buah serangan dayung itu bukan serangan yang hebat…. kalau cuma begitu saja, sekalipun sepuluh buah serangan berantai pun belum tentu bisa mengapa-apakan diriku…” Sudah tentu perkataan seperti itu tidak sampai diutarakan keluar, dengan sikap yang tetap merendah ia berkata: “Kek, kau terlalu memuji diriku… sebenarnya kepandaian silat yang kumiliki masih terlampau jauh kalau dibandingkan dengan tingkat kesempurnaan… oh ya, bolehkah aku mengetahui siapakah nama kakek?” “Ha..haaaa… namaku hanya diketahui oleh kaum rakyat jelata, sebab selama hidup pekerjaanku hanya menangkap ikan ditengah sungai!” “Oh…..! jadi kalau begitu kau adalah Kang cin yu in petapa nelayan dari sungai kang-cin, kakek Nyioo?” seru pemuda itu cepat, kangzusi.com tiba-tiba ia teringat akan perkataan dari Gak Pun Leng yang seringkali memberi petunjuk kepadanya tentang ciri-ciri khas jago-jago kenamaan dalam dunia persilatan. Rupanya tebakannya itu sedikitpun tidak keliru, kakek tua itu kembali tertawa tergelak. “Hahaaa…. hahaaaa….. hahaaaaa…. aku terkenal karena pandai menangkap ikan, maka sepantasnya kalau aku dipanggil si tukang tangkap ikan….” Giam In kok tidak menduga kalau ditempat seperti ini ia bisa berjumpa dengan petapa nelayan dari sungai Kang cun yang namanya telah tersohor dalam dunia persilatan buru-buru ia bangkit berdiri dan kembali memberi hormat. Setelah mengucapkan beberapa patah kata merendah, merekapun sambil bercakap-cakap duduk kembali. Kakek itu segera berpaling kearah istrinya menyuruh menyiapkan
sayur dan arak, Kemudian kepada Giam In kok dia bertanya: “Engkoh cilik, seperti apa yang kaukatakan tadi, Ban kee seng hud si Buddha hidup selaksa keluarga itu memang berbeda jauh wataknya serta tingkah lakunya dengan julukan yang ia peroleh, dia merupakan salah seorang diantara Ji hud atau dua buddha, dalam deretan nama diantara para jago tersohor di kolong langit, hatinya memang kejam dan tangannya terlengas sekali, entah sudah berapa banyak oreng yang telah menemui ajalnya ditangan orang ini, oleh sebab kekejaman hatinya itulah orang-orang lantas memberi julukan buddha hidup dari selaksa keluarga!” “Apakah kakek juga tahu siapakah seorang yang lain dari dua buddha tersebut?” “Kecuaii buddha hidup dari selaksa keluarga, buddha yang lain bernama Bu Liang sin hud!” “Bagaimanakah watak serta tingkah laku dari Bu Liang sin hud itu?” kangzusi.com “Watak serta tingkah lakunya tidak jauh berbeda dengan buddha hidup dari selaksa keluarga, menurut pendapatnya, kehidupan manusia dikolong langit pendek sekali, tapi setelah mati maka dia akan hidup kekal, oleh karena itulah gembong iblis tersebut menggunakan julukan Bu Liang sin hud untuk dirinya!” “Ooooh….. sekarang aku mengerti, menurut pengertian gembong iblis itu seseorang apabila terbunuh didunia ini maka setelah mati jiwanya akan hidup lebih lama lagi dialam baka hingga masa yang tak terbatas…. bukankah begitu?” “Tepat sekali, kau memang tidak malu di sebut sebagai bocah ajaib….!” “Hiihiii…. hih…. hihihh…. bukan bocah ajaib melainkan bocah anjing…..!” Ucapan tersebut munculnya dari atas pantai sungai dan jelas merupakan suara seorang nona muda, sebagai penutup kata nona itu tertawa cekikikan kembali dengan nyaringnya. “Apakah budak Sim yang berada diluar?” kata petapa nelayan dari sungai Kang cin sambil tertawa. “Hah…..! siapa sih budak sim mu? Cepat suruh anjing bau itu keluar untuk menerima kematiannya!” Semula Giam In Kok mengira gadis ditepi pantai itu kenal dengan petapa nelayan dari sungai Kang cin, maka ia membungkam terus, akan tetapi setelah mengetahui gadis itu sama sekali tak mempunyai hubungan dengan tuan rumah, ia tak dapat menahan hawa amarahnya lagi.
“Budak sialan!” makinya dengan gusar, dengan satu enjotan badan ia segera meluncur keluar dari perahu dan langsung meluncur kearah tepi sungai. Petapa nelayan dari sungai Kang ciu merasa suara lawan amat kangzusi.com asing baginya, dengan cepat diapun membuntuti dari arah belakang. Ilmu meringankan tubuh yang di miliki Giam In kok saat ini boleh dibilang tiada tandingan-ya dikolong langit, siapa tahu ketika ia meluncur keluar dari dalam perahu, terlihatlah sesosok bayangan manusia telah berkelebat lewat kurang lebih beberapa puluh tombak dihadapannya dan tahu-tahu bayangan tubuh itu sudah lenyap tak berbekas. Melihat kesempatan baik itu akan lenyap dalam waktu singkat, si anak muda itu tak punya waktu untuk berpikir lebih jauh lagi, ia segera membentak dengan suara yang nyaring! “Budak sialan, hendak kabur kemana kau?” Dengan mengerahkan ilmu meringankan tubuhnya yang amat sempurna, pemuda itu segera malakukan pengejaran kearah daratan. Belum jauh ia meninggalkan perahu itu, tiba-tiba dari dalam ruang perahu berkumandang datang suara jeritan ngeri yang menyayatkan hati. Giam In kok segera merasakan hatinya bergetar keras, ia segera mengerti bahwa dirinya sudah ditipu musuhnya dengan siasat memancing harimau turun gunung, buru-buru ia memutar badannya dan kembali lagi keatas perahu. Tampaklah nenek tua itu sudah roboh tak sadarkan diri diatas lantai geladak, sedangkan petapa nelayan dari sungai Kang ciu sendiri berdiri disisinya dengan wajah amat gelisah, sementara tangannya menguruti jalan darah penting disekitar badan nenek tersebut. Giam In kok tidak mau mengganggu si kakek yang sedang mengobati istrinya itu, dengan sorot mata yang tajam dia menyapu sekeliling tempat itu, terlihatlah kepala ular serta kulit ular yang semula diletakkan diluar ruangan kini sudah lenyap tak berbekas, kejadian ini membuat si anak muda itu semakin terperanjat lagi. kangzusi.com “Aku dengar sepasang suami istri petapa nelayan dari sungai Kang ciu mempunyai ilmu silat yang sangat tinggi dan tenaga dalam yang mereka miliki tidak berada dibawah tabib sakti dari gunung Lam san, siapa yang mempunyai kepandaian selihay
ini, sehingga didalam satu gebrakan bukan saja nenek itu berhasil dipukul roboh, bahkan kepala dan kulit ular bermata satu itupun berhasil dibawa kabur?” –ooo0dw0ooo– Jilid : 12 SEMENTARA ia masih termenung memikirkan persoalan ini, tiba-tiba dari pantai seberang berkumandang suara air sungai yang memecah ketepian disusul sesosok bayangan meloncat naik ke atas daratan dan kabur dari sana. “Rupanya itulah bangsat yang melakukan pencurian tersebut, aku harus mengejarnya!” Meskipun dalam hati si anak muda itu berpikir demikian, namun kakinya sama sekali tidak bergeser dari tempat semula. Sorot matanya segera dialihkan kearah petapa nelayan dari sungai Kang ciu yang belum juga berhasil membangunkan istrinya dari keadaan pingsannya, karena kuatir terjadi sesuatu yang tak diinginkan atas diri perempuan itu, terpaksa sambil menahan rasa mendongkol dalam hati kecilnya, ia menegur: “Kakek Nyioo, dimanakah letak luka yang diderita nenek?” Petapa nelayan dari sungai Kang ciu itu menggelengkan kepalanya. “Ilmu totokan yang dipergunakan orang itu aneh sekali, dan belum pernah kujumpai sebelumnya, aku tak berhasil menemukan dimanakah luka yang diderita olehnya” Giam In kok merasa tak tega terutama sekali setelah ia kangzusi.com menyaksikan kemurungan yang menyelimuti wajah petapa nelayan dari Kang ciu, buru-buru ia berkata: “Bagaimana kalau kuperiksa?” “Silahkan engkoh cilik” jawab kakek tua itu sambil bangkit berdiri menyingkir kesamping. Giam In kok segera berjongkok disamping tubuh perempuan itu, kemudian setelah memeriksa urat nadi pada pergelangannya, sepasang alisnya kontan berkerut. “Engkoh cilik, kau pernah belajar ilmu Ciang Tan San Mo?” tegur petapa nelayan dengan suara terperanjat. Giam In kok mengangguk, mulutnya tetap membungkam
sementara dahinya semakin berkerut kencang. Kakek tua itu jadi kuatir sekali, dengan muka tegang buru-buru ia bertanya kembali: “Engkoh cilik, apakah bini tuaku ini ada harapan untuk diselamatkan kembali?” “Kalau diselamatkan sih masih bisa, cuma aku yang muda ini tak berani untuk melakukannya!” jawab pemuda itu sambil termenung. “Tidak apa-apa, katakanlah!” “Cara menetok jalan darah nenek ini aneh dan luar biasa sekali, ternyata yang ditotok adalah urat jih mehnya sehingga menyebabkan jalan darah pada tulang ki-kutnya tersumbat dan hawa murninya tak bisa beredar sebagaimana mestinya, dalam keadaan begitu aku yang muda benar-benar tidak berani turun tangan, oleh sebab itu silahkan kakek untuk turun tangan sendiri!” Setelah mengetahui kalau bininya tertotok pada jalan darah ki kut yang letaknya berada diantara kedua belah paha, mengertilah petapa nelayan dari sungai Kang ciu apa sebabnya si anak muda itu jadi serba salah untuk turun tangan, dengan wajah jengkel dan mendongkol serunya keras: kangzusi.com “Entah siapa bangsat itu, membuat aku si orang tua jadi repot saja, sudah tua begini masih disuruh…. aaaih! demi menyelamatkan diri bini sendiri, apa boleh buat? aku terpaksa harus bekerja sendiri, dan engkoh cilik, kau harus…..” “Oooh, tentu, tentu saja….!” jawab Giam In kok dengan cepat sebelum petapa nelayan dari sungai Kang ciu itu menyelesaikan kata-katanya, ia segera meloncat keatas dermaga itu dan bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan yang tak diinginkan. Sementara itu cahaya lampu yang menerangi ruang perahu itu telah dipadamkan, permukaan air sungai terasa tenang dan suara angin yang berhembus lewat, akan tetapi perahu sampan tiba-tiba bergerak dan bergoyang dengan gencarnya, mula-mula goncangan itu tak seberapa akan tetapi kian lama goncangan itu kian bertambah keras, dan beberapa saat kemudian suasana baru pulih kembali dalam keheningan. Fajar telah menyingsing, sang surya memancarkan sinar keemas-emasan menyambut kegelapan yang tadi menyelimuti seluruh jagad, parahu sampan yang berlabuh ketepi sungai perlahan-lahan diterangi kembali oleh cahaya lentera dan muncullah petapa nelayan dari sungai Kang ciu
diri balik ruang perahu, kepada Giam In kok dia mengucapkan banyak-banyak terima kasih atas bantuan-nya. Dalam pada itu, pemuda itu kelihatan kesal dan murung karena kehilangan kepala dan kulit ular bermata satu yang diminta oleh penculik, Giam In kok dengan nada bimbang ia bertanya: “Kakek Nyioo, apakah kau dapat memberi petunjuk kepadaku, siapakah yang telah menculik adikku itu?” “Ooh….! soal itu gampang sekali, budak itu she Sim bernama Soh Sia, ayahnya bernama Sim Peng yang merupakan murid keponakanku dan lagi nona Sim bukan seorang jago dari kalangan sesat yang bermaksud jahat, aku rasa ia tentu sengaja mengajak kau bergurau, tunggu sebentar aku berdua tentu segera akan menghantar engkoh cilik pergi kerumahnya, dan tanggung dia tentu kangzusi.com menyerahkan adikmu kembali!” Giam In kok jadi kegirangan setengah mati setelah mendengar kesanggupan suami istri itu, katanya kemudian: “Kalau memang begitu bagus sekali, kakek Nyioo! bagaimana kalau sekarang juga kita berangkat?” “Kenapa sih musti terburu-buru? jaraknya dari sini menuju keperkampungan keluarga Sim walaupun terpaut sejauh dua puluh li lebih, tapi setelah ditempuh bukanlah suatu perjalanan yang terlalu jauh, aku rasa biniku telah berhasil menangkap ikan besar, bagaimana kalau dicicipi lebih dahulu kuah ikan segar lagi besar sebagai penghilang rasa penat selama semalam suntuk?” Pada waktu itu Giam In kok memang sedang kelaparan, mendengar ada kuah ikan segar ia jadi kegirangan dan tawaran kakek she Nyioo itupun segera diterimanya. Setengah malaman berselang, walaupun perempuan tua itu sudah mengalami serangan orang dan kemudian harus bekerja keras untuk melayani suami, namun pada saat ini keadaannya tetap seperti sedia kala dan sama sekali tidak nampak penat ataupun lelah, dengan penuh keramahan. Begitulah dua orang tuan ramah dan seorang tamunya segera bersantap sambil bercakap-cakap, tanpa terasa tengah hari sudah menjelang tiba. Selama pembicaraan tersebut berlangsung Giam In kok telah
banyak mendapat pengetahuan mengenai orang-orang aneh dalam dunia persilatan serta kejadian-kejadian yang berlangsung dalam dunia persilatan. Ketika tengah hari menjelang tiba, berangkatlah mereka bertiga menuju keperkampungan keluarga Sim. Setelah melakukan perjalanan beberapa saat lamanya, sampailah mereka ditebing batu yang dipergunakan Giam In kok untuk bunuh diri kemarin malam, tiba-tiba satu ingatan berkelebatan dalam kangzusi.com benak si anak muda tersebut. “Aaaah…! jangan-jangan nona Sim yang pernah kujumpai ini bukan lain nona yang mengajak aku ketika hendak melakukan bunuh diri kemarin!” Berpikir sampai disini, tak dapat ditahan lagi, pemuda itu segera bertanya: “Kakek Nyioo! apakah nona Sim itu mempunyai nama kecil yang bernama Li ji?” “Aaah, rupanya kau kenal dengan dirinya, sedikitpun tidak salah, dia mamang mempunyai nama kecil Li ji!” Merah jengah selembar wajah Giam In kok setelah mendengar perkataan itu, ia segera mengiakan secara sembarangan. Diam-diam petapa nelayan dari sungai Kang ciu merasa keheranan dan tercengang melihat tingkah laku si anak muda itu, tetapi dia mengira persoalan itu menyangkut soal muda mudi, maka diapun tidak bertanya lebih lanjut. Setelah menuruni bukit tadi, mereka berbelok menuju kesebuah jalan yang sempit dan berliku-liku, beberapa li kemudian mereka menerobosi sebuah hutan yang luas dan tampak dari kejauhan sebuah bangunan rumah muncul dari balik pepohonan. Setetah memasuki pintu perkampungan mereka saksikaa ada sejumlah pria kekar dan bersenjata lengkap berdiri di pos penjagaan dengan kesiap-siagaan penuh, seakan-akan orang-orang itu sedang menghadapi musuh tangguh, bahkan dari balik tempat persembunyian pun tampak kepala manusia menonggol keluar. Agaknya petapa nelayan dari sungai Kang ciu merupakan tamu yang sering berkunjung kesana, pria kekar yang menjaga didepan pintu segera menyambut kedatangannya dan menyapa sambil tertawa:
“Nyioo cianpwee, rupanya kau telah datang, apakah nona yang menyampaikan berita ini kepada kau orang tua?” kangzusi.com “Berita apa? apakah dalam perkampungan telah terjadi sesuatu musibah….?” “Sedikitpun tidak salah, semua anggota perkampungan sedang keluar melakukan pengejaran dan hingga kini belum nampak pulang kembali keperkampungan!” “Peristiwa apa yang telah terjadi?” tanya petapa nelayan dari sungai Kang ciu dengan nad