ARTIKEL Judul PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SEJARAH INDONESIA SISWA KELAS XI IBBU SMA NEGERI 2 SINGARAJA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Oleh I Kadek Parmadi NIM 1114021029
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2015
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PROSES PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SEJARAH INDONESIA SISWA KELAS XI IBBU SMA NEGERI 2 SINGARAJA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Oleh: I Kadek Parmadi*, Ketut Sedana Arta, S.Pd, M.Pd. **, Dra Desak Made Oka Purnawati, M.Hum.*** Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui peningkatan kualitas proses pembelajaran sejarah siswa kelas XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2014/2015 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing, (2) mengetahui peningkatan hasil belajar siswa kelas XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2014/2015 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing, (3) mengetahui respon siswa kelas XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2014/2015 melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing. Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) yaitu: (1) penentuan subjek penelitian, (2) membuat rencana tindakan, (3) melaksanakan tindakan, (4) melakukan observasi, (5) melakukan refleksi dan evaluasi. Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) persentase rata-rata kualitas proses pembelajaran siswa kelas IBBU SMA Negeri 2 Singaraja pada siklus I adalah 65,87% dengan predikat baik, meningkat menjadi 88,37%. pada siklus II dengan predikat sangat baik; (2) persentase rata-rata hasil belajar siswa kelas XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja pada siklus I adalah 82,88%. dengan kategori baik, meningkat menjadi 89,31% pada siklus II dengan kategori baik; (3) respon siswa kelas XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing mencapai kategori positif. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar Sejarah Indonesia siswa kelas XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2014/2015. Kata Kunci: Model Pembelajaran Kooperatif tipe Role Playing, Kualitas Proses Pembelajaran, Hasil Belajar.
1
ABSTRAC
This research is aimed at (1) determining the improvement of the learning process quality of students in class XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja year 2014/2015 through the implementation of cooperative learning model type Role Playing on History lesson of Indonesia, (2) deciding the improvement of the learning outcome of the students in class XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja year 2014/2015 through the implementation of cooperative learning model type Role Playing, (3) determining the response of the students in class XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja towards the implementation of cooperative learning model type Role Playing on History lesson of Indonesia. This research is a classroom action research (CAR) done through phases: (1) determining the subject of research, (2) creating a plan of action, (3) implementing the action, (4) conducting observations, (5) conducting reflection and evaluation. The results of present research showed that: (1) the average percentage of the learning process quality of students in class XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja in the first cycle was 65,87% categorized as good, increased to 88,37% in the second cycle categorized as very good; (2) the average percentage of the learning outcome of students in class XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja in the first cycle was 82,88% categorized as good, increased to 89,31% in the second cycle categorized as good; (3) the response of students in class XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja towards the implementation of cooperative learning model type Role Playing was categorized as positive. It can be concluded that the implementation of cooperative learning model type Role Playing can improve the learning process quality and the learning outcome of Indonesian History study of students in class XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja year 2014/2015. Keywords: Cooperative Learning Model Type Role Playing, Learning Process Quality, Learning Outcome.
*Penulis **Pembimbing I ***Pembimbing II
2
PENDAHULUAN Pendidikan adalah proses yang terjadi pada seseorang untuk mengembangkan kemampuan sikap dan bentuk-bentuk tingkah lakunya dalam masyarakat yang diperoleh dari sejumlah pengalaman dari seseorang atau kelompok dalam memahami sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui. Pendidikan juga sebagai proses sosial seseorang yang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol seperti keluarga, sekolah dan masyarakat, sehingga didalamnya dapat diperoleh dan dialami perkembangan kemampuan sosial, dan individu yang optimal dan interaksi sosial. (Dictionary of Education, dalam Ihsan, 2005:4). Dalam proses pendidikan secara langsung dilaksanakan melalui pembelajaran. Belajar merupakan suatu proses perubahan dari tidak tahu menjadi tahu. Perubahan yang dimaksud adalah perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan (Suprijono, 2010:13). Sekolah merupakan salah satu pusat pendidikan. Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah terdapat banyak hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas seperti, ruang kelas, kurikulum, mata pelajaran, guru, peserta didik, dan yang lainnya. Dalam proses pembelajaran di kelas, guru dan siswa pada hakikatnya merupakan komponen pembelajaran yang tidak terpisahkan. Peserta didik merupakan input suatu proses pendidikan yang harus ditransformasikan menjadi orang yang memiliki kompetensi kognitif, afektif serta psikomotor yang sesuai dengan kebutuhan di masyarakat (Komalasari, 2013:232). Dalam proses berkembang ini, peserta didik membutuhkan bantuan guru sebagai narasumber (Riyanto, 2012:24). Selain itu guru juga memiliki peran strategis sebagai, fasilitator, mediator dan motivator. Pelaksanaan pembelajaran tahun ajaran 2014/2015 mengacu pada kurikulum 2013, yang merupakan kurikulum yang berbasis kompetensi, kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar. Dalam kurikulum 2013 Sejarah adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh peserta didik yang duduk di Sekolah Menengah Atas (SMA). Pembelajaran Sejarah adalah perpaduan antara aktivitas belajar dan mengajar yang didalamnya mempelajari tentang peristiwa masa lampau yang erat kaitannya dengan masa kini. Jadi mata pelajaran Sejarah merupakan bidang studi yang terkait dengan fakta sejarah dengan tetap memperhatikan tujuan pendidikan pada umumnya (Widja, 1989:23). Pembelajaran Sejarah yang ditekankan dalam kurikulum 2013 adalah pembelajaran yang bersifat konstruktivistik. Dalam pembelajaran Sejarah yang bersifat konstruktivistik, proses belajar mengajar dapat melibatkan guru dan siswa secara aktif atau bahkan siswa menjadi pusat kegiatan belajar. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik yaitu pendekatan pembelajaran dengan metode keilmuan dimana kegiatan pembelajaran yang mengandung langkahlangkah/kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan data/eksplorasi, mengasosiasi/menyimpulkan dan mengkomunikasikan (Syukur, 2014). Dalam melaksanakan proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013, pembelajaran Sejarah Indonesia di Kelas XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja masih jauh dari proses pembelajaran yang seharusnya. Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan di lapangan pada hari Senin, 8 September 2014 ternyata terdapat banyak permasalahan yang terjadi baik dari Guru maupun dari siswa dalam proses pembelajaran Sejarah. Dra Ni Putu Partini Hariani selaku guru mata pelajaran Sejarah Indonesia mengatakan bahwa permasalahan yang selama ini terjadi saat kegiatan pembelajaran Sejarah Indonesia di kelas XI IBBU, yaitu kesulitan dalam mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar, kesulitan membangun 3
pengetahuan siswa. Menurut beliau belum ada model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan sesuai materi pelajaran. Sering kali antara materi dan model pembelajaran tidak efektif dapat memenuhi kompetensi dasar dalam pembelajaran. Selain itu masalah yang dihadapi guru adalah siswa kurang termotivasi dalam membaca buku, dan siswa juga kurang termotivasi untuk bertanya terkait materi pelajaran. Berdasarkan hasil observasi proses pembelajaran yang peneliti lakukan pada hari Jumat, 19 September 2014, guru kurang menggunakan media dan model pembelajaran inovatif dalam pembelajaran. Pembelajaran Sejarah terlihat monoton karena hanya dengan menggunakan metode ceramah, sehingga terkesan pembelajaran hanya berpusat pada guru. Guru hanya memaparkan materi sesuai dengan buku pegangan saja, ini menyebabkan siswa tidak tertarik untuk mendalami materi dan menemukan inti pelajaran. Hasil belajar siswa pun berada di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), dimana KKM untuk mata pelajaran Sejarah Indonesia 85. Berdasarkan hasil Ulangan Tengah Semester I yang diperoleh siswa kelas XI IBBU, menunjukan rata-rata nilai hanya 62. Hasil Ulangan Akhir Semester I yang diperoleh siswa kelas XI IBBU menunjukkan rata-rata hanya 60. Dari hasil tersebut dapat dikatakan nilai siswa berada dibawah ketuntasan. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas XI IBBU, Luh Ayu Fika Purwanti dan Kadek Ricky Martin Wiryawan SMA Negeri 2 Singaraja pada hari Senin, 22 September 2014 bahwa penyampaian materi dari guru sulit dipahami karena terlalu cepat dalam menjelaskan. Materi pelajaran Sejarah sangat padat, sangat membosankan, dan terlalu banyak menghafal materi. Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap kegiatan pembelajaran di kelas XI IBBU juga menunjukkan hal yang sama, yaitu 1) Siswa kurang siap/tidak terdorong untuk belajar; 2) Ketika guru memberikan pertanyaan, siswa kurang merespon pertanyaan guru; 3) Siswa tidak memperhatikan ketika guru mengajar, 4)
siswa kurang aktif dalam mengemukakan pendapat, 5) kurang adanya kegiatan diskusi antar siswa, 6) siswa kurang terlibat dan berbuat dalam proses pembelajaran. Sehingga dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran Sejarah di kelas XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja tidak efektif dan tidak menarik. Tuntutan pembelajaran sesuai kurikulum 2013 adalah berpusat pada siswa, siswa yang aktif menemukenali, menanya, mengasosiasi, mengkomunikasi materi pelajaran tidak lagi siswa hanya menerima materi dari guru. Oleh sebab itu, pembelajaran harus dikembangkan menjadi pembelajaran yang aktif, kreatif dan inovatif. Pendekatan pembelajaran yang dimaksud adalah Pembelajaran, Aktif, Inovatif Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, atau yang sering dikenal dengan sebutan PAIKEM (Suprijono, 2010:ix). Untuk merealisasikan pendekatan tersebut diperlukan suatu model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan membentuk siswa ke dalam kelompok-kelompok, untuk bekerja sama dalam menguasai materi yang diberikan guru. Menurut Slavin (dalam Rusman, 2012:204) pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi/hasil belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain. Pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa untuk dapat berfikir kritis memecahkan masalah dan mengintegrasi pengetahuan dengan pengalaman. Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran Sejarah adalah model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing. Model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing atau dikenal dengan bermain peran adalah model pembelajaran kelompok dalam bentuk permainan belajar dengan memerankan tokoh untuk menjelaskan sikap, tingkah laku serta nilai dengan tujuan menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berfikir orang lain (Hidayat, 2004:93). Model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing dapat diartikan sebagai 4
permainan peran dalam proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan yang bertitik tolak dari permasalahan yang berhubungan dengan tujuan untuk mengkreasi kembali. Dengan memerankan satu atau beberapa peran, siswa diharapkan dapat melakukan peranan yang dituntut dalam usaha pemecahan masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran (Mulyasa, 2004:139). Model pembelajaran Role Playing sangatlah cocok digunakan dalam proses pembelajaran Sejarah, sebab pelajaran Sejarah yang mengandung unsur cerita sehingga akan memudahkan siswa untuk memahami materi pelajaran Sejarah. Selain itu proses pembelajaran akan berpusat pada siswa, unsur bermain dalam proses pembelajaran akan mengasah daya ingat siswa dan sangat menarik bagi siswa. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja, terdapat Kompetensi Dasar (KD) yang harus dipenuhi. Adapun kompetensi dasar yang harus dipenuhi dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing diantaranya; 1) Menganalisis peristiwa proklamasi kemerdekaan dan maknanya bagi kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan pendidikan bangsa Indonesia. 2) Menganalisis peristiwa pembentukan pemerintahan pertama Republik Indonesia dan maknanya bagi kehidupan kebangsaan Indonesia masa kini. 3) Menalar peristiwa proklamasi kemerdekaan dan maknanya bagi kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan pendidikan bangsa Indonesia dan menyajikannya dalam bentuk cerita Sejarah. 4) Menalar peristiwa pembentukan pemerintahan pertama Republik Indonesia dan maknanya bagi kehidupan kebangsaan Indonesia masa kini dan menyajikannya dalam bentuk cerita Sejarah (Silabus SMA/K Wajib, 2012: 15). Dalam melaksanakan model pembelajaraan kooperatif tipe Role Playing ini, materi pelajaran menjadi acuan dalam skenario permainan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi
pokok dalam proses pembelajaran adalah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Materi pokok tersebut sangat tepat diterapkan dalam proses pembelajaran dengan mengunakan model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing untuk memenuhi kompetensi dasar dan pencapaian tujuan pembelajaran. Pada materi ini kental dengan suasana drama/cerita yang kronologis pada peristiwa sejarah Indonesia, dengan bermain peran siswa akan lebih mudah memahami materi, sebab siswa secara langsung mendalami tokoh dalam peristiwa sejarah. Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran tipe Role Playing telah menunjukkan keberhasilan dalam meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa, seperti penelitiaan oleh Nur Halimah yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Role Playing Melalui Pendekatan Berbasis Problem (Problems Based Approach) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X2 SMA Al Islam I Surakarta Tahun Pelajaran 2007/2008” yang menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa dari ranah kognitif diukur dari evaluasi siklus I dan siklus II dengan ratarata nilai pada siklus I sebesar 61,90 dan pada siklus II sebesar 83,65. Penelitian yang lain oleh Fendi Yon Prihantoro yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Sejarah Siswa KelasVII B di SMP Negeri 3 Trukcuk, Klaten Melalui Model Pembelajaran Role Playing Tahun 2013/2014” yang menunjukkan peningkatan nilai rata-rata di siklus II sebesar 73,13 meningkat sebesar 4,24 % dari rata-rata nilai siklus I sebesar 70, 15. Presentase ketuntasan klasikal juga meningkat dari 69,69 % pada siklus I menjadi 90,90% dengan nilai peningkatan sebesar 30,43 %. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan pengkajian terkait yang lebih dalam dan luas dengan melakukan penelitian dalam pembelajaran Sejarah guna meningkatkan proses pembelajaran dan hasil belajar Sejarah dengan judul, “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role 5
Playing Untuk Meningkatkan Kualitas Proses Pembelajaran dan Hasil Belajar Sejarah Indonesia Siswa Kelas XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja Tahun Pelajaran 2014/2015”.
penelitian ini adalah metode observasi, wawancara, tes dan kuisioner. Wawancara dilakukan menggunakan pedoman wawancara. Wawancara dilakukan dengan guru mata pelajaran sejarah kelas XI untuk memperoleh data awal dan proses pembelajaran Sejarah Indonesia siswa di kelas XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja. Wawancara juga dilakukan terhadap siswa kelas XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja untuk memperoleh data tentang pembelajaran sejarah yang telah didapatkan sebelum pelaksanaan tindakan, kualitas proses pembelajaran, hasil belajar sejarah dan respon setelah pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi. Kegiatan observasi dilakukan untuk memperoleh data kualitas proses pembelajaran Sejarah Indonesia siswa Tes hasil belajar siswa dilakukan untuk menggunakan tes soal objektif untuk mengetahui hasil belajar siswa. Metode Kuisioner dilakukan dengan menggunakan lembar kuisioner. Penyebaran kuisioner dilakukan untuk memperoleh data respon siswa terhadap penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Role Playing. Setelah data diperoleh tahap selanjutnya adalah menganalisis data secara deskriptif kualitatif.
METODE Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang sering dikenal dengan Classroom Action Research. Penelitian Tindakan Kelas dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan (Muslich, 2012:7). PTK dilaksanakan dalam proses siklus yang terdiri dari empat tahapan yaitu, perencanaan, tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja. Pemilihan tempat penelitian di SMA Negeri 2 Singaraja. Dengan melihat kalender akademik SMA Negeri 2 Singaraja dan jadwal mengajar di kelas XI IBBU, Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan yang dilaksanakan pada, Senin 12 Januari dan Senin, 26 Januari 2015. Siklus II juga dilaksanakan dua kali pertemuan yaitu dilaksanakan pada 2 Pebruari dan 9 Pebruari 2015. Dalam penelitan tindakan kelas subjek penelitiannya adalah siswa dalam satu kelas. Kelas yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 31 siswa. Pemilihan kelas XI IBBU sebagai subjek penelitian karena kelas ini memiliki permasalahan dalam kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar yang berada di bawah KKM dan kelas ini juga memiliki potensi untuk diterapkannya pembelajaran Role Playing yaitu bermain peran. Ini terlihat dari observasi peneliti bahwa kelas ini sudah mendapatkan pelajaran materi drama. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar Sejarah siswa kelas XI IBBU. Objek penelitian ini kemudian dipecahkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing. Metode dan instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian selama pelaksanaan dua siklus menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing menunjukkan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajara Sejarah Indonesia siswa kelas XI SMA Negeri 2 Singaraja. Berdasarkan hasil analisis data kualitas proses pembelajaran siswa diperoleh persentase rata-rata sebesar 65,87%. Jika dilihat dari penggolongan predikat tingkat kualitas proses pembelajaran siswa berada pada pada rentangan 61-80% sehingga predikat tingkat kualitas proses pembelajaran siswa adalah “baik”. Persentase rata-rata hasil belajar siswa sebesar 82,88%. Jika dilihat kriteria penilaian acuan patokan (PAP) skala 4, nilai persentase rata-rata hasil belajar 6
siswa yang diperoleh berada pada rentang 75-90 %, sehingga hasil belajar siswa berada pada kategori “baik” dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 65,38%. Berdasarkan persentase rata-rata kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa menunjukkan bahwa hasil tersebut sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan sebelumnya yakni persentase rata-rata kualitas proses pembelajaran pada siklus I sebesar 65% dan indikator keberhasilan dari hasil belajar siswa sebesar 75%. Dengan keberhasilan tersebut peneliti masih perlu mengetahui peningkatan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa sehingga penelitian dilanjutkan pada tindakan siklus II. Melihat hasil analisis data yang dilakukan terhadap kualitas proses pembelajaran dengan 20 indikator sesuai dengan lembar observasi kualitas proses pembelajaran terdapat indikator-indikator yang belum berkembang. Hal ini menyebabkan kualitas proses pembelajaran dan prestasi belajar masih belum maksimal serta kondisi ini masih memungkinkan untuk meningkat. Berdasarkan hasil terhadap pelaksanaan tindakan siklus I, ada beberapa kendala dan hambatan dalam proses pembelajaran diantaranya; (1) siswa masih belum paham dengan teknis dalam proses pembelajaran yang akan dilaksanakan; (2) ada beberapa siswa yang tidak menyukai peran tertentu dan siswa masih kesulitan dalam membagi peran dan menyusun skenario sebab jumlah peran dalam materi tidak sama dengan jumlah anggota kelompok; (3) dalam penyusunan skenario siswa kekurangan waktu sehingga dalam hampir semua kelompok belum siap untuk mencoba skenario; (4) saat pertemuan kedua siklus I terdapat beberapa siswa yang tidak hadir yaitu pada kelompok I dan kelompok IV. Hal tersebut membuat siswa terkendala dalam pembagian peran pelaksanaan Role Playing. Sehingga membutuhkan waktu untuk menyesuaikan peran dengan siswa yang ada dalam kelompok; (5) dalam kegiatan tanya jawab siswa kurang bertanya pada materi yang
dibahas dan siswa kurang dalam mengomentari penampilan dari kelompok yang tampil. Untuk mengatasi kendala dan hambatan dalam pelaksanaan siklus I adapun perbaikan dan solusi yang dilakukan pada siklus II yaitu; (1) memberikan penjelasan tentang teknik pembelajaran dan pengerjaan tugas guru juga memberikan lembar petunjuk kerja kelompok dengan harapan siswa dapat lebih paham dan mengefektifkan waktu pembelajaran; (2) guru menyesuaikan pembagian kelompok dengan skenario/materi yang akan dibahas. Sehingga dalam siklus II akan terjadi perubahan kelompok. Misalnya kelompok 3 akan menjadi kelompok 4 dengan anggota yang tetap; (3) guru memotivasi siswa untuk tampil, mengharuskan siswa untuk tampil dengan mengundi penampilan siswa; (4) guru mengarahkan siswa untuk mempelajari skenario yang telah dibuat, bukan hanya pada satu peran saja tetapi keseluruhan peran agar nantinya dapat menggantikan peran dari temannya seandainya tidak hadir/berhalangan; (5) guru perlu memberikan umpan kepada siswa untuk bertanya dan agar siswa mau mengomentari penampilan kelompok, guru membuka kesempatan seluasluasnya pada siswa untuk mengemukakan pendapat tanpa rasa takut dengan tidak menjatuhkan kelompok yang tampil; (6) dari hasil belajar siswa pada siklus I terdapat 9 siswa yang tidak tuntas dari 26 siswa yang mengikuti tes hasil belajar. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa ini selaras dengan meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Berdasarkan refleksi siklus I pelaksanaan tindakan dilanjutkan pada siklus II. Dengan perbaikan tindakan pada siklus II sesuai refleksi maka diperoleh hasil kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar yang meningkat sesuai indikator keberhasilan yang telah ditentukan. Berdasarkan analisis data siklus II diperoleh hasil persentase ratarata kualitas proses pembelajaran siswa meningkat menjadi 88,37%. Jika dilihat dari penggolongan predikat tingkat kualitas proses pembelajaran siswa 7
berada pada pada rentangan 81-100%, sehingga predikat tingkat kualitas proses pembelajaran siswa adalah “ sangat baik”. Persentase rata-rata hasil belajar siswa juga meningkat menjadi 89,31%. Jika dilihat kriteria penilaian acuan patokan (PAP) skala 4, nilai persentase rata-rata hasil belajar siswa yang diperoleh berada pada rentang 75-90 %, sehingga hasil belajar siswa berada pada kategori “baik” dengan ketuntasan belajar siswa sebesar 96,55%. Dalam proses pembelajaran pada siklus II terdapat beberapa hal yang menjadi refleksi seperti, adanya siswa dalam kelompok yang ingin berebut untuk tampil pertama. Namun penampilan kelompok ditetapkan sesuai dengan urutan kelompok yang telah ditetapkan agar memudahkan memahami kronologi cerita dalam pembelajaran. Hal yang lebih penting yang terlihat dalam siklus II yang menunjukkan peningkatan kualitas proses pembelajaran seperti kegiatan diskusi kelompok juga sudah berlangsung lebih baik, ini disebabkan oleh adanya perasaan siswa yang saling ketergantungan dalam menampilkan Role Playing yang membutuhkan kerjasama kelompok. Selain itu adanya motivasi siswa yang tinggi dalam menampilkan Role Playing menambah peningkatan proses pembelajaran. Siswa dengan aktif melaksanakan kegiatan kerja kelompok, seperti bertanya, berdiskusi, latihan, dan menjawab pertanyan dari guru. Siswa sangat antusias ketika pelaksanaan Role Playing. siswa sudah terbiasa melakukan latihan terhadap skenario yang sudah dibuat. Sehingga pada pertemuan ini semua kelompok menampilkan Role Playing yang baik. Peningkatan kualitas proses pembelajaran siswa sejalan dengan hasil belajar siswa yang juga meningkat, hanya terdapat seorang siswa yang tidak tuntas dari 29 siswa yang mengukuti tes hasil belajar. Pada siklus II dilakukan penyebaran angket untuk mengetahui respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing. Hasil data rata-rata respon siswa sebesar
44,20. Maka dapat diketahui respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif Role Playing yang berada diantara 35 ≤ 44,20 < 45. Ini berarti respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing adalah “positif”. Hasil penelitian ini berarti bahwa, persentase rata-rata kualitas proses pembelajaran sudah mencapai indikator keberhasilan yang sudah ditentukan pada siklus II yaitu mencapai persentase ratarata kualitas pembelajaran sebesar 75%. Begitu pulua dengan persentase hasil belajar siswa sudah mencapai indikator keberhasilan pada siklus II sebesar 85 %. Hasil respon siswa terhadaap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing sudah mencapai indikator keberhasilan penelitian yang diinginkan dengan mendapatkan respon “positif”. Adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran siswa dari siklus I ke siklus II pada penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Roestiyah, 2001:93), yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing dapat meningkatkan sikap kerja sama siswa dalam kerja kelompok dan bermain peran, siswa terpacu untuk bertanya, berdiskusi, mencoba, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan skenario yang telah dibuat. Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan anggota kelompok, sikap saling pengertian, tenggang rasa toleransi dan cinta kasih yang ditimbulkan dalam diskusi hidup karena menghayati sendiri permasalahannya. Peningkatan hasil belajar dalam penelitian ini membuktikan bahwa teori yang dikemukankan oleh Sudjana, (2004:111) bahwa, hasil belajar adalah tingkat pencapaian siswa terhadap materi setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal ini juga sejalan dengan pendapat dari Roestyah (2001:90) adalah tepat. Pembelajaran kooperatif tipe Role Playing menekankan pada kemampuan penampilan siswa untuk memerankan status dan fungsi pihak-pihak lain yang terdapat dalam kehidupan nyata. Setelah 8
mengetahui peran tokoh-tokoh yang dimainkan siswa dapat memahami materi pelajaran yang diajarkan dan mendiskusikan/memecahkan masalah yang terdapat didalamnya. Mulyasa (2005:14) mengatakan, bahwa penerapan model pembelajaran Role Playing mampu melatih kemampuan berfikir siswa terhadap materi pelajaran yang dituangkan dalam bentuk skenario, untuk siswa memudahkan mengingat materi pelajaran sehingga siswa dapat menjawab soal dari guru dengan benar. Sehingga uji penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar Sejarah Indonesia siswa kelas XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2014/2015 berhasil. Untuk itu model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing tepat untuk diterapkan pada siswa kelas XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja tahun ajaran 2014/2015 pada materi pelajaran Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Keberhasilan penelitian ini menunjukkan kesesuaian teori yang digunakan. Dengan keberhasilan siklus II dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa kelas XI IBBU tahun pelajaran 2014/2015 SMA Negeri 2 Singaraja, maka siklus selanjutnya tidak dilaksanakan lagi.
proses pembelajaran di siklus II berada pada predikat “sangat baik”. Selisih kualitas proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II adalah 22,50%. Ini menunjukkan jumlah peningkatan kualitas proses pembelajaran pada siswa kelas XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja pada mata pelajaran Sejarah Indonesia. Penerapan model pembelajaran kooperatif Role Playing dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja pada mata pelajaran Sejarah Indonesia. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari jumlah seluruh nilai dari hasil pelaksanaan siklus I yang diikuti oleh 26 siswa adalah 2155 dengan persentase rata-rata nilai sebesar 82,88%. Untuk persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 65,38%. Jika mengacu pada pedoman PAP skala empat, rata-rata hasil belajar siswa berada pada rentangan 75-90 dengan kategori “baik”. Pada siklus II jumlah seluruh nilai yang diperoleh 29 siswa yang mengikuti tes hasil belajar adalah 2590 dengan persentase rata-rata nilai sebesar 89,31%. Jika mengacu pada pedoman PAP skala empat, rata-rata hasil belajar siswa berada pada rentangan 75-90 dengan kategori “baik”. Selisih hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II adalah 435 atau sebesar 6,43%. Untuk persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus II sebesar 96,55%. Respon siswa kelas XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing dapat dilihat dari hasil penyebaran kuisioner yang menunjukkan jumlah respon siswa sebesar 1282 dengan ratarata 44,20 maka dapat diketahui respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif Role Playing yang berada diantara 35 ≤ 44,20 < 45. Ini berarti respon siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing adalah “positif”. Adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa kelas XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja dari siklus I ke siklus II menunjukkan bahwa penelitian ini berhasil. Sehingga model pembelajaran
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, adapun beberapa hal yang dapat disimpulkan dari penelitian ini. Penerapan model pembelajaran kooperatif Role Playing dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada siswa kelas XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja pada mata pelajaran Sejarah Indonesia. Peningkatan kualitas proses pembelajaran dapat dilihat dari persentase rata-rata pelaksanaan siklus I yang mencapai 65,87%. Jika dilihat dari penggolongan predikat tingkat kualitas proses pembelajaran siswa berada pada pada rentangan 61-80% sehingga predikat tingkat kualitas proses pembelajaran siswa adalah “baik”. menjadi 88,37% pada siklus II. Jika dilihat dari penggolongan predikat kualitas 9
kooperatif tipe Role Playing tepat digunakan dalam proses pembelajaran di kelas XI IBBU SMA Negeri 2 Singaraja tahun pelajaran 2014/2015 pada materi pelajaran Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dengan dilaksanakan penelitian ini yang menunujukkan adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar Sejarah Indonesia siswa. Peneliti menyadari adanya kekurangan dan kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing pada hasil penelitian ini, saran-saran yang dapat diberikan diantaranya, untuk siswa disarankan, ketika mengikuti proses pembelajaran Sejarah Indonesia agar aktif dalam mengajukan pertanyaan, mempersiapkan diri sebelum pelajaran dimulai dengan membaca materi, sehingga dalam kegiatan pembelajaran dapat lebih mendalami materi secara analisis dan kritis. Dalam proses pembelajaran Sejarah Indonesia disarankan kepada guru mata pelajaran Sejarah di SMA Negeri 2 Singaraja untuk mempertahankan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Role Playing. Disamping itu guru juga perlu memberi inovasi dalam setiap pembelajaran agar siswa tidak memandang pelajaran Sejarah sebagai pelajaran yang membosankan. Begitu pula dengan fasilitas yang sangat mempengaruhi hasil belajar siswa, untuk itu disarankan kepada sekolah agar menyediakan fasilitas seperti LCD proyektor, buku ajar sehingga proses pembelajaran lebih efektif dan maksimal. Disarankan kepada peneliti lain, untuk melanjutkan penelitian yang serupa pada mata pelajaran Sejarah Indonesia, menerapkan pembelajaran yang inovatif sebagai upaya menyempurnakan pembelajaran Sejarah
dalamnya kepada Beliau, Bapak Ketut Sedana Arta, S.Pd, M.Pd, selaku dosen Pembimbing I yang telah memberi arahan, petunjuk dan bimbingan serta nasehat yang tak henti-henti dalam pelaksanaan penelitian ini sampai pada penyusunan artikel ini, Ibu Dra. Desak Made Oka Purnawati, M.Hum, selaku dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan dan dorongan semangat serta bimbingan tanpa bosanbosannya sehingga penelitian ini terselesaikan sampai pada penyusunan artikel ini, Bapak Dr. I Wayan Mudana, M.Si, selaku dosen Pembimbing III dan Penguji dalam penelitian ini yang telah banyak memberikan saran masukan dan petunjuk yang positif selama pelaksanaan penelitian sampai pada penyusunan artikel ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas segala motivasi, dukungan, semangat, petunjuk, dan segala kebaikan yang begitu besar nilainya sehingga karya ini dapat terselesaikan dan bermanfaat nantinya. Semoga Tuhan yang Maha Esa selalu menguatkan kita semua.
UCAPAN TERIMA KASIH Selesainya penelitian ini tidak terlepas dari adanya dukungan, bantuan, bimbingan, motivasi serta semangat baik dalam spiritual, moral dan material. Tidak lupa dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-
Musfiqon. 2012. Pengembangan Media & Sumber Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
DAFTAR PUSTAKA Hidayat. 2004. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Yogyakarta : UNY. Ihsan,fuad. 2005. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Komalasari, kokom. 2013. Pembelajaran Kontekstual (Konsep dan Aplikas). Bandung: PT.Refika Aditama. Mulyasa E. 2005. Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muslich, masnur. 2012. Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas) 10
Itu Mudah. Jakarta: Aksara.
PT
Bumi
Riyanto, yatim. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran (sebagai referensi bagi pendidik dalam implementasi pembelajaran yang efektif dan berkualitas. Jakarta: Kencana. Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru). Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Suprijono, agus. 2010. Cooperatif Learning (Teori & Aplikasi PAIKEM). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Syukur, abdul dkk. 2014. Bahan Ajar Workshop Kesejarahan Guru Sejarah (Peminatan Ilmu-ilmu Sosial Sekolah menengah Atas Kelas XI). Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya. Widja,
I Gde. 1989. Dasar-dasar Pengembangan Strategi serta Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta: Depdikbud.
11