ARTIKEL ILMIAH PENGGUNAAN BAHASA DALAM SOSIAL MEDIA (GONDES DAN MENDES SEBAGAI FENOMENA LINGUISTIC STRUCTURALISM, KAITANNYA DENGAN ENTITAS NORMA KESOPANAN DI LINGKUNGAN KAMPUS)
Artkel ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penulisan Karya Ilmiah Dosen Pengampu: Moh. Yasir Alimi, MA., Ph.D Dr. Thriwaty Arsal, M.Si Oleh: Imam Fauzi NIM: 3401413023
JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015 1
PENGGUNAAN BAHASA DALAM SOSIAL MEDIA (Gondes dan Mendes sebagai Fenomena Linguistic Structuralism, Kaitannya dengan Entitas Norma Kesopanan di Lingkungan Kampus) Oleh: Imam Fauzi1 NIM: 3401413023 Email:
[email protected] Abstract This article aims to describe the phenomenon of language use Gondes and Mendes on social media community associate with the norms of decency. The language used by the public is a reflection of the overall culture of the communities concerned. The use of the language system can also be interpreted differently, depending on who's wearing the language in its applications to daily life communication. The use of language in social media influenced the psychological condition and the condition of the human social environment, so that the choice of words (diction) is not only an expression expressions happy, compliment, or sad, but also in the form of swear hatred, angry and disappointed. The phrase that has meaning and rough that gondes and mendes is still common in social media environments such as facebook, twitter, and instagram. Keywords: gondes, mendes, norms of decency. Abstrak Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena penggunaan bahasa Gondes dan Mendes pada media sosial masyarakat di kaitkan dengan norma kesopanan. Dimana, bahasa yang digunakan oleh masyarakat merupakan refleksi dari keseluruhan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan. Penggunaan tata kebahasaan juga dapat diartikan berbeda-beda, tergantung siapa yang memakai bahasa tersebut dalam aplikasinya pada komunikasi kehidupan keseharian. Penggunaan bahasa dalam sosial media di pengaruhi kondisi psikis dan kondisi lingkungan sosial manusia, sehingga pilihan kata (diksi) tidak hanya berupa ungkapan ekspresi senang, pujian, atau sedih, namun juga berupa umpatan kebencian, marah dan kecewa. Ungkapan yang memiliki makna kasar yaitu gondes dan mendes sampai saat ini masih sering dijumpai pada lingkungan sosial media seperti facebook, twitter, dan instagram. Kata kunci: gondes,mendes, norma kesopanan. 1
Mahasiswa Jurusan Sosiologi dan Antropologi S1 Universitas Negeri Semarang (UNNES), melakukan penelitian dan riset kecil-kecilan pada beberapa mahasiswa di kampus Fakultas Ilmu Sosial UNNES dan melakukan analisis komparatif dengan beberapa mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) pada tanggal 21-22 Juni dan tanggal 05-06 Juli 2014 berkenaan penggunaan istilah/tuturan kata “gondes” pada komunikasi antarmahasiswa di lingkungan kampus yang menjadi parole atau kebebasan individu dalam menggunakan peristilahan kata atau tuturan kata.
2
Semarang menjadi sebuah tanda tanya,
PENDAHULUAN
apakah makna sebenarnya dari kata
Fenomena kebahasaan atau bisa
gondes itu sendiri. Kata tersebut sering
disebut bahasa dalam penggunaanya
digunakan dalam pergaulan sehari-hari
sangat dipengaruhi kondisi geografis
baik pada kalangan mahasiswa ataupun
dan sosiokultural. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia
sistem
masyarakat pada umumnya. Kemudian
bahasa
dari manakah asal kata tersebut? Dan
diartikan sebagai lambang bunyi yang
apa
arbitrer, yang digunakan oleh anggota
kaitannya
dalam pergaulan anak muda?
berinteraksi, dan mengidentifikasikan
Tulisan
diri, percakapan (perkataan) yg baik, mengkaji
tingkah laku yg baik, sopan santun, baik
Strauss
bahasa atau perangai serta tutur kata
pencetus modern
teori yang
Putra, 2001). Dengan dasar teori
ahli ilmu Linguistik memandang bahasa
struktural bahasa (sructural linguistic),
yang memengaruhi kebudayaan, bukan
Levi Strauss berhasil melihat sesuatu di
dipelajari
balik penampakan karya
dalam ilmu Antropologi bahwa bahasa
manusia.
Sesuatu di balik benda (wujud karya)
merupakan bagian dari kebudayaan atau
tersebut bukan lagi berupa visi atau
salah satu unsur dari kebudayaan.
misi, melainkan berupa nilai atau
Kemudian bagaimana keduanya saling
makna yang secara tidak sadar telah
memengaruhi sehingga antara bahasa
membentuk
dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan
ide,
gagasan,
atau
pemikiran seseorang. Dengan dimikian
dan berjalan beriringan, bagimana
mengomunikasikan
sebagai
bagi kebudayaan (Heddy Shri Ahimsa
tinggi rendah asal atau keturunan). Para
memaknai
diatas
memandang bahasa sebagai kondisi
(baik buruk kelakuan menunjukkan
memahami,
mencoba
permasalahan
strukturalisme
menunjukkan sifat dan tabiat seseorang
yang
ini
berdasarkan teori Strukturalisme. Levi
budinya, menunjukkan bangsa, budi
seperti
sistem
kebahasaan atau bahkan etika bahasa
suatu masyarakat untuk bekerja sama,
sebaliknya
dengan
dapat dikatakan apapun yang ada di
dan
dunia ini, menurut pandangan Lévi-
kebudayaan
Strauss
dengan bahasa?
merupakan
memiliki
Kata gondes atau lebih
sistem
struktur-struktur
yang yang
mengaturnya (Hendri Jihadul Barkah,
sering di dengar dengan “ndes” yang
2004). Adanya semacam korelasi antara
sampai saat ini menjadi trend di wilayah
bahasa 3
dan
kebudayaan
bukanlah
karena adanya semacam hubungan
praktiknya, bukan menggantikannya
sebab akibat (kausalitas) antara bahasa
dengan budaya luar yang tidak jelas asal
dan
usulnya.
kebudayaan,
tetapi
karena
keduanya merupakan produk atau hasil
Fenomena
gondes
erat
dari aktivitas nalar manusia dalam
kaitannya dengan fenomena mendes
upaya mengomunikasikan kebudayaan.
yang juga sering digunakan dalam
Mahasiswa kelompok
pelajar
mempunyai
sebagai
percakapan sehari-hari, namun yang
yang dipandang
sangat banyak digunakan terutama pada
kemampuan
intelektual
kalangan
mahasiswa
adalah
kata
lebih, pengetahuan atau wawasan luas
gondes yang dianggap
dan kemampuan menganalisa suatu
ganti panggilan, sapaan atau bahkan
keadaan atau permasalahan dengan
pengganti kata saudara, bro (brother),
teliti, kritis dan selektif yang tidak
sist (sister). Setelah penulis melakukan
jarang memilih penggunaan kata atau
riset pada beberapa mahasiswa, penulis
kalimat dalam komunikasi baik itu
mencoba memaparkan dan menganalisa
dengan teman, dosen, terlebih dengan
fenomena
orang-orang yang memiliki posisi dan
mendes dalam laporan ini, sebagaimana
kedudukan penting seperti rektor dan
menjadi salah satu kajian dalam teori
bahkan
strukturalisme
pejabat
negara.
Terlebih
kebahasaan
sebagai kata
gondes
kebahasaan
dan
atau
mahasiswa yang merupakan jembatan
structural linguistic dari Levi Strauss
penghubung atau berperan sebagai
dan
perantara pembaharuan, yang dapat
pengguna bahasa tersebut dalam praktik
membantu
penggunaan
masyarakat
dalam
bagaimana
kata
sudut
pandang
gondes
pada
mengomunikasikan suara atau aspirasi
kehidupan sehari-hari di lingkungan
masyarakat.
kampus.
mahasiswa
Dengan memiliki
kata
lain
peran
besar
sebagai wajah dari masyarakat yang
Rumusan Masalah
memiliki karakter dan kepribadian baik,
1. Apakah arti dan makna gondes
mampu berkomunikasi dengan bahasa
secara filosofis?
yang etis, sopan dan santun, apa lagi dengan
mulai
pudarnya
2. Bagaimanakah
nilai-nilai
kebahasaan Levi Strauss?
justru harus di bangun kembali dan di
kukuhkan
kata
gondes dengan teori Strukturalisme
budaya lokal seperti bahasa Jawa yang
senantiasa
kaitannya
3. Apakah arti dan makna dari kata
dalam
gondes di kalangan mahasiswa? 4
4. Bagaimanakah peran mahasiswa
kamus
Semarangan
dialek
Semarang
dalam upaya menyikapi fenomena
berarti Geblek (lebih halus dari goblog),
gondes di lingkungan kampus?
namun konotasinya lebih berarti kepala
5. Bagaimanakah
hubungan
antara
batu, atau keras kepala, atau tidak bisa
kata gondes dengan entitas norma
dibilangi atau dinasehati. Secara nasional,
kesopanan
akhirnya menjadi akronim dari Gondrong
yang
berlaku
di
lingkungan kampus?
Ndeso. Kata gondes lebih terkenal dan banyak dipakai dalam komunikasi anakanak muda di kota Semarang walaupun
PEMBAHASAN
sekarang sudah menyebar luas dari daerah
Gondes, Mendes dilihat dari perspektif
asal kata tersebut.
historis, paradigma mahasiswa, serta aktualisasinya
dalam
Menurut
Bergass
dan
kehidupan
Duftpungkers, 2012 gondes merupakan
kemahasiswaan dipandang dari segi
singkatan dari gondrong ndeso (orang desa
norma
gondrong), bisa berarti orang gondrong
kesopanan
kehidupan
lingkungan kampus
yang ketinggalan jaman, biasa dipakai untuk mengejek orang yang memiliki
Gondes, Mendes di lihat dari makna
rambut gondrong, udik, atau orang desa
filosofis
yang jarang pergi ke kota. Biasanya Kata gondes sering di ungkapkan
berpakaian gaya pedesaan, katrok namun
sebagai pengganti kata bro, sist, yang
berlagak kekotaan. Sebutan semacam
bermakna saudara atau teman dalam
jancuk, anjing, tai, yang sering digunakan
kehidupan sehari-hari. Peristilahan dari
di Semarang, biasanya disingkat menjadi
satu kata tersebut memiliki fonem yang
"ndes" biasanya digunakan dalam kalimat
sama, baik di Semarang, Jogja dan
seperti “cah kae raine nggateli yo?”, “he'e
sekitarnya, namun mempunyai makna
ndes, raine koyo sikil.......” yang dalam
berbeda. Biasanya kata gondes diartikan
bahasa Indonesia, “anak itu mukanya aneh
sebagai panggilan keakraban antar teman,
ya?”,
namun lebih banyak di luar itu yang
kaki.......” atau sebagai ungkapan rasa malu
mengartikulasikan sebagai umpatan kasar
dan perasaan bersalah, seperti kalimat
sekelas asu, jancuk, dan monyet, sebagai
gondes banget nih gue salah pakek
ungkapan rasa marah, kecewa, atau
seragam” (Mantep dan Wawan, 2012).
ungkapan hinaan untuk orang yang di
Kata gondes berupa singkatan dari bahasa
banci (A. Fadloli, 2012). Gondes, menurut
Jawa (gon = nggon = empat/asal, dan 5
“hu'um
ndes,
wajahnya
kaya
des=deso=desa). Jadi gondes adalah orang
Ciri-ciri gondes:
yang berasal dari desa atau biasa di sebut 1. Mempunyai nama Facebook alay.
orang udik. Mantep menambahkan bahwa
Contoh: Aq Cieee Nax Guanteng
gondes berarti gondrong ndeso atau goblok
Sing
ndeso, seperti pada kalimat, “asu!! cah kui
Tresno
Karo
KoW3
SaxModare SaxLawase.
pancen gondes !!, he'e, mosok nguyuh ning
2. Penulisan
hotel rak ngerti carane” atau dalam bahasa
SMS
tidak
menggunakan spasi tapi memakai
Indonesia, “asu!! Anak itu memang
titik (.) dan koma (,).
gondes, masa kencing di hotel tidak tahu
Contoh
caranya”. Wawan
membagi
:
,.kamoe..,die,.mana,.nich?
jenis
Q,,gi.otw.
penggunaan kata gondes kedalam tiga
3. Suka memakai topi prlaon dan di
artian yaitu:
bawah 1. Gondes murni, ini adalah gondrong
pelindung
muka
yang
terdapat tulisan grafiti namanya
desa murni, yaitu rambut gondrongnya
atau yang lain.
murni atau bisa juga direbondingan,
4. Mereka perokok keras dan sok-
bukan hair extension.
sokan jika sedang merokok.
2. Gondes motor (vill longhair rider)
5.
Mereka menyukai balapan motor
semacam gondrong jalanan yg suka
liar menggunakan motor modif
ngebut di jalanan.
yang tidak jelas.
3. Gondes
era
millenium, walaupun
6. Suka memakai sepatu yang pada
mereka tidak gondrong tapi gondes
bagian samping sepatu longgar
mengalami perluasan makna, mereka
tidak jelas.
yg tidak gondrong pun kena imbas. Ciri-ciri mendes: Selain itu, lebih lanjut Bergass
1. Mempunyai nama Facebook alay
mengatakan jika selain istilah gondes
Contoh: Q ciee nax ayoene pouolll
juga dikenal adanya istilah lain yaitu
lsaxlawase saxmodeare sing tresno
mendes yang berarti mentelan ndeso
karo bojoku nananaininnenene.
dan diperuntukkan kepada perempuan yang
sok
kekecantikan.
2. Kalau
Bergass
badut.
mengungkapkn ciri-ciri orang gondes dan mendes seperti dibawah ini: 6
dandan
meblok
seperti
3. Memakai kerudung dan kelihatan
mengalami
poninya (aneh, weird, lol in the
cultural
shock
atau
keterkejutan budaya.
same time).
Kemudian dari seluruh definisi dan
4. Kalau di sms sama seperti gondes,
makna dari dua kata gondes dan mendes
susah di baca.
tersebut
timbul
pertanyaan
mengapa
sampai saat ini tuturan/kata tersebut seolah Dari pernyataan para peneliti terhadap
masih menjadi up to date terutama
fenomena gondes dan mendes diatas jika
dikalangan
dilihat
penulis
mahasiswa yang menggunakan parole
mengatakan bahwa fenomena tersebut
tersebut sebagai cerminan bagaimana
merupakan perwujudan masyarakat yang
suatu bahasa dapat digunakan secara
dari
mengalami
segi
makna,
shock2.
cultural
mahasiswa?
Apakah
Cepat
individual dan menunjukkan kebebasan
berkembang pesatnya arus globalisasi dan
pribadi, juga menjadi orang yang terjangkit
modernisasi mengakibatkan masyarakat
gondes atau mendes dalam aktualisasi
menjadi kaget atau terkejut dengan adaya
kehidupannya?
perubahan.
akan
sebagai mahasiswa dalam menyikapi suatu
menyebabkan masyarakat yang memaknai
penyampaian pesan dari langue, akankah
perubahan juga mengalami perubahan
kita mengekor pada sebatas pengetahuan
dalam
Keterkejutan
diri sendiri yang memaknai suara-suara
Budaya dapat dilihat pada masyarakat desa
atau ucapan simbolik yang keluar dari
atau tradisional, dimana golongan yang
mulut sebagai suatu kebenaran subjektif?
konservatif
menjadi
Ataukah kita akan mempertanyakan dan
progresif terhadap perubahan yang terjadi,
mencari kebenaran umum dan objektif
sementara golongan lain yang menerima
tentang suara atau ucapan simbolok
perubahan seolah menjadi orang yang
tesebut?
Perubahan
tingkah
tersebut
lakunya.
akan
berubah
Dan
bagaimana
kita
paling paham akan perubahan tersebut. Namun begitu adanya keterkejutan budaya
Gondes
ini terkadang banyak orang yang tidak bisa
Perspektif Linguistic Structuralism
dan
Mendes
dilihat
dari
menjaga teknologi sebagai hasil perubahan
Pada tahun 1940 saat perang dunia
tersebut. Fenomena gondes dan mendes
ke II, Levi Strauss pindah ke Amerika dan
inilah sebagai contoh dari orang yang
menetap di New York. Kepindahannya ke
2
jiwa atau mental masyarakat sebagai akibat belum adanya kesiapan menerima kebudayaan asing yang datang secara tiba-tiba.
Cultural shock diartikan sebagai keterkejutan budaya. Keterkejutan budaya adalah goncangan
7
Amerika lebih disebabkan oleh persoalan
sungguh model analisis fonemik (yang
rasial (Levi Strauss seorang Yahudi). Saat
dilakukan Jakobson), yang dalam lingustik
itu Perancis dikuasai oleh Jerman yang anti
struktural bertujuan untuk membuktikan
Yahudi.
bahwa struktur semua bahasa selalu
Ketika
di
New
York,
kecenderungan struktural yang sudah lama
mengikuti garis biner konstruksi paralel.
ada dalam diri Levi Strauss berkembang
Bahasa sebagai sebuah sistem
dan menjadi matang, berkat pertemuannya
istilah yang saling tergantung (interclude
dengan ahli linguistik/bahasa dari Rusia,
pendent terms), dimana nilai dari setiap
Roman Jakobson dan ahli filsafat Perancis,
istilah
J.P. Sartre3.
kehadiran, keberadaan, istilah-istilah atau
Persentuhan Levi Strauss dengan
atau
kata
kata-kata
yang
adalah
lain
hasil
dari
sekaligus,
Roman Jakobson ini membawanya lebih
menstimulasikan pemakaian kata gondes
dalam
linguistic
dan mendes bermakna denotatif yaitu
structural, yang akhirnya menjadi dasar
kawan dan saudara (dalam hal ini terlihat
dari teori antropologi budaya Levi Strauss.
pada komunikasi antarmahasiswa). Pada
Analisis
aspek syncronic dan diacronic bermula
untuk
mempelajari
struktural
ala
Levi
Strauss
tersebut bersumber pada ilmu bahasa
dari
struktural
panggilan/sapaan akrab dengan teman atau
(structural
linguistics)
Ferdinand de Saussure.
yang
kita
kenal
dengan
saudara
Diterangkan oleh Edith Kurzweil
seperti
hai/halo...kamu/kawan/sob/sohib/teman,
(dalam Hendri Jihadul Barkah, 2004)
berkembang menjadi hai fren, hai plen, hai
bahwa kajian bahasa stuktural Saussure
bro/brow/bray, hai sist. Saat ini ungkapan
dipandang oleh Levi Strauss sebagai
yang
sebuah sistem mandiri yang mendalilkan
keakraban
adanya suatu hubungan dinamis antara
berubah menjadi hai ndes...,hai cuk, lo
komponen setiap tanda linguistik, yaitu
gondes, lo emang jiancuk (parole yang
sistem
tuturan
berasal dan terkenal di wilayah Jawa
individu (parole), serta antara citra bunyi
Timur). Secara konseptual makna gondes
(signifier)
(segnified).
dan mendes merupakan rasa solid, dekat,
Berdasarkan atas dualisme tersebut, Levi
pergaulan masa kini dan keakraban bagi
Strauss menerapkan dengan sungguh-
masyarakat
3
bahasa
dan
(langue)
konsep
dan
Sekilas kisah perjalanan kehidupan Levi Strauss, riwayat hidup singkat Levi Strauss dalam Sejarah Teori Antropologi I:209, Koentjaraningrat, 2010
8
menandakan tersebut
yang
suatu
hubungan
berkembang
menggunakan
dan
kata
tersebut dengan lawan bicara yang sudah
mengendalikan
dikenal dekat (signified) dan menjadi
merupakan suatu yang nir sadar (Hendri
bermakna kasar, pengumpat, atau ejekan
Jihadul
yang keterlaluan jika dilihat dari segi
peristilahan
makna suara atau makna kebenaran dari
memiliki jalinan relasi dengan kalimat-
suara
dalam
kalimat seperti “hai ndes, apa kabarmu
penggunaan suatu kata atau tuturan di
ndes?, ora ngono to ndes...,” yang
dialekan dengan kata atau tuturan yang
bermakna sebagai salam atau sapaan, juga
lain, namun tetap saja bahwa makna
dapat berupa “dasar koe ndes, dasar
kebenaran dari parole/tuturan individu
gondes, sialan koe ndes...” yang bermakna
yaitu gondes atau mendes tersebut adalah
umpatan, bentakan, ataupun caci maki.
(signifier).
Walaupun
berarti kasar.
dalam
Barkah,
ini
2004).
Fenomena
dan
“mendes”
gondes
Aspek
aspek
paradigmatic
terdapat
Aspek paradigmatic dan aspek
dalam hubungan asosiatif antara kata-kata
syntagmatic dari bahasa adalah fariabel
yang ada dalam suatu kalimat atau tuturan
berikut yang juga ada kaitannya antara
dengan kata lain yang ada di luar kalimat
fenomena gondes atau mendes dengan
tersebut (Hendri Jihadul Barkah, 2004).
Strukturalisme Levi Strauss. Suatu bahasa
Dibuktikan seperti dalam penggunaan kata
diwujudkan secara berurutan. Kata-kata
atau tuturan sapaan saudara, kawan,
diucapkan tidak pernah bersama-sama dan
bro/brow yang dapat digantikan dengan
tidak pernah ada dua kata diucapkan
ndes/gondes4. Dengan adanya contoh itu
sekaligus. Relasi syntagmatic sebuah kata
dapat dipahami bahwa pada dasarnya
ialah hubungan yang dimilikinya dengan
bahasa mengandung aspek syntagmatic
kata-kata yang dapat berada didepannya
dan paradigmatic sekaligus.
atau dibelakangnya dalam sebuah kalimat,
Menurut
Levi
Hendri
sambung menyambungnya atau tersusun
sebagaimana halnya fenomena bahasa,
dari beberapa kata sehingga memiliki
fenomena
keterkaitan makna. Aspek bertutur secara
dikatakan memiliki aspek bahasa (langue)
linier dalam bahasa inilah yang disebut
dan aspek tuturan individu (parole).
dengan syntagmatic. Aturan-aturan yang
Langue adalah aspek sosial dari bahasa,
sosial
Barkah,
(dalam
artinya dalam suatu kalimat terdapat
4
Jihadul
Strauss
budaya
juga
2004),
dapat
pada komunikasi atau pembicaraan antarmahasiswa. Penelitian berlangsung selama di lingkungan kampus diluar proses perkuliahan, juga bertemu langsung dengan informan diluar lingkungan kampus.
Bukti dari jawaban informan penelitian yang di dapatkan oleh peneliti, melalui wawancara dengan beberapa mahasiswa dalam upaya mencari informasi sedetail mungkin terhadap penggunaan kata “gondes” yang sering terdengar
9
atau aspek struktural dari bahasa. Adanya
berbeda pula menurut konsep atau makna
aspek inilah yang memungkinkan kita
kebenarannya dengan kata teman/kawan,
menggunakan bahasa dalam komunikasi
saudara, bro, sist. Walaupun paradigma
kita dengan orang lain yang mengenal
yang sudah menjadi konsesus mahasiswa
bahasa yang sama. Aspek dari bahasa,
bahwa makna dari gondes sama artinya
dengan demikian tidak lain adalah tata-
dengan kata teman/kawan, namun makna
bahasa atau aturan-aturan yang ada pada
kebenarannya tidakalah demikian.
ranah fonologis, morfemis, sintaksis dan simantis, yang pada umumnya bersifat
Sikap Mahasiswa terhadap Fenomena
tidak disadari atau tidak diketahui oleh
Gondes sebagai parole yang sudah
pemakai bahasa itu sendiri. Walau tidak
menjadi
disadari bukan berarti aturan-aturan dari
kaitannya
bahasa itu tidak ada. Parole atau tuturan
kesopanan
individu merupakan aspek individual atau
lingkungan kampus
statistikal dari bahasa. Setiap orang akan memiliki
parole
dengan
bersama entitas
dalam
Fenomena
dan norma
kehidupan
gondes
dan
mendes
berbeda-beda.
merupakan fenomena kebahasaan yang
Parole dapat dikatakan sebagai gaya atau
keberadaanya perlu dikomunikasikan atau
style, seseorang individu menggunakan
disampaikan.
suatu bahasa. Hal tersebut yang mendasari
penyampaian
penggunaan kata gondes berkembang
Barkah,
pesat pada kalangan mahasiswa yang
substansial yang kebenarannya patut kita
menjadi
pertanyakan.
trendy,
yang
konsensus
namun
sedikit
Bahasa pesan
2004)
sebagai
(Hendri
menjadi
hal
Jika
Jihadul yang
dalam
mengesampingkan kebenaran makna dari
mengomunikasikan pesan hanya sekedar
kata tersebut. Sehingga gaya atau style
mengandalkan konsensus kelompok tanpa
tersebut masih eksis sampai saat ini.
memahami sejatinya suatu bahasa berasal
Pada aspek yang kelima atau yang
dari masyarakat mana atau siapa yang
terakhir yaitu aspek wadah (form) dan isi
pertama
(content) perbedaan dari setiap kata
mengungkapkan bahasa yang awalnya
terletak
dan
masih berupa langue hingga kemudian
konsep/gagasan. Dari situlah keduanya
menjadi parole dimana seorang individu
memberikan identitas pada setiap kata.
bebas menuturkan bahasa tersebut sesuai
Kata gondes ataupun mendes berbeda
makna yang Ia pahami dan inginkan.
menurut suara atau bunyi dengan kata
Seperti halnya tuturan gondes
gendes, kempes, kates ataupun kades dan
terkenal
pada
suara/bunyi
10
kali
pada
menyampaikan
lingkungan
atau
yang
mahasiswa
dalam menyampaikan pesan yakni salam
daerah Jawa Timur (Agmiral Widi dan
atau sapa, dimana bermakna subjektif
Agnescee,
sebagai
wujud
peristilahan yang sangat tidak sopan dan
perkembangan (syncronic dan diacronic)
mengandung unsur sara, porno, atau
dari tuturan kawan dan saudara. Menjadi
bahkan pelecehan seksual. Menjadi ironi
suatu persoalan serius bagi mereka (dalam
jika
hal ini mahasiswa) yang tidak terikat
kehidupan kampus yang memiliki prinsip
dalam konsensus mengenai makna gondes
pembangunan karakter dan penanaman
dan terkadang menjadi tidak respect
moral yang berkualitas dan berbudi pekerti
terhadap
selalu
luhur. Sesuai dengan tujuan pendidikan
mengatakan kata-kata tersebut5. Namun
khususnya pendidikan di Perguruan Tinggi
bagi mereka yang terikat akan konsensus
yang berpedoman pada tujuan pendidikan
kelompok mengenai makna gondes akan
nasional,
menganggap sebagai suatu hal yang wajar
pengetahuan,
yang kebenaran maknanya tidak usah
serta memerhatikan minat kemampuan dan
dipertanyakan lagi serta menjadi bahasa
prakarsa budi (A.T. Soegito, 2013:177).
yang trendy sekalipun kata/tuturan/parole
Dengan maraknya penggunaan kata-kata
sudah ada sejak lama pada komunikasi
seperti gondes/ndes, jancok/cok bertolak
masyarakat terutama di kota Semarang.
belakang dengan tujuan mulia pendidikn
kata
ganti
orang-orang
atau
yang
Kata gondes bermakna sama dengan kata
“janjok/cuk”
penegasan
sapaan,
yang
kata
gondes
kaidah,
menjadi
merajalela
moral,
kepentingan
etika
sebuah
dalam
ilmu
masyarakat
itu sendiri. Terlebih pada Perguruan Tinggi
bermakna
umpatan
2011)
yang juga menyelenggarakan kegiatan
kasar,
(menjadi prinsip Perguruan Tinggi) yang
melakukan hubungan tubuh/intim, yang
disebut Thri Dharma Perguruan Tinggi,
artinya sama dengan
yang meliputi:
kentu,
ngewe,
ngentot, ML (Making Love), fucking, get
1. Pendidikan, merupakan kegiatan yang
laid, senggama, ditimpa, dan lain-lain di
mengupayakan dan mengembangkan
5
kasar atau kata-kata kotor (walaupun yang mengungkapkan pembicaraan) tidak mengetahui makna kebenaran dari kata yang diungkapkan namun lawan bicaranya memahami setiap kata yang disampaikan oleh teman bicara (lawan bicara yang tidak mengetahui makna kebenaran kata yang dibicarakan) maka akan menyebabkan kondisi sentiment dan mengarah pada prejudice atau stereotype antar individu hingga menimbulkan kesenjangan sosial antarindividu bahkan menimbulkan perselisihan dan konflik.
Ungkapan dari beberapa mahasiswa saat penulis melakukan wawancara. Dalam menilai kepribadaian seseorang (dalam hal ini mahasiswa) ataupun masyarakat pada umumnya setelah berhadap-hadapan kemudian penilaian dari segi cara berkomunikasi, gaya bahasa (berbicara). Jika dalam menyampaikan suatu pesan atau informasi, seseorang menggunakan bahasa yang baik dan sopan maka lawan bicaranya akan bersikap hormat dan menghargai. Lain halnya jika dalam suatu pembicaraan, lawan bicara menggunakan kata-kata
11
manusia
terdidik
yang
memiliki
masyarakat pencari ilmu yang sejatinya
akademik
dan/atau
murni dan suci, serta tidak terpengaruh
profesional yang dapat menerapkan,
dengan perihal yang menjatuhkan derajat
mengembangkan
dan martabat mereka sendiri sebagai
kemampuan
dan/atau
menciptakan IPTEK, dan seni;
pencari ilmu.
2. Penelitian, merupakan kegiatan dalam upaya
menghasilkan
pengetahuan
PENUTUP
empirik, teori, konsep, metodologi,
Parole atau bisa disebut tuturan
model atau informasi baru guna
individu dari “gondes” merupakan bahasa,
memperkaya IPTEK dan seni;
karena gondes ada jika dikomunikasikan.
3. Pengabdian
kepada
merupakan
masyarakat,
kegiatan
Fenomena gondes sebagai salah satu
yang
bagian
dari
Linguistic
Structuralism
memanfaatkan IPTEK dalam upaya
memiliki kebenaran makna jika benar-
memberikan
benar dianalisis, dipahami mengapa dan
sumbangan
demi
kemajuan masyarakat.
bagaimana kata gondes itu ada, kemudian untuk apakah kata tersebut digunakan
Maka, menjadi seorang mahasiswa
dalam
berarti juga harus menjadi seseorang yang
pembicaraan
atau
komunikasi
keseharian.
terdidik, menjadi mahasiswa juga menjadi
Secara disadari bahwa mahasiswa
seorang peneliti, dan menjadi mahasiswa
menggunakan tuturan atau kata gondes
juga
hanya
menjadi
agen
pembaharu
bagi
sebatas
untuk
berkomunikasi
masyarakat luas yang kesemuanya dapat
dengan teman yang sudah akrab, bukan
diraih dengan kesempurnaan pembelajaran
bertujuan sebagai kata umpatan atau
dan memiliki moral atau kepribdian yang
bahkan hinaan. Mahasiswa mengikuti gaya
baik. Dan tidak pantas menerima tugas
bahasa yang selalu menjadi trend pada
atau kewajiban (dharma) dari Tri Dharma
setiap masanya. Bisa saja seiring dengan
Perguruan Tinggi tersebut jika dalam
berjalannya
komunikasi keseharian masih memerlukan
tersebut akan luntur dan terus berganti
banyak sekali pembenahan, bukan semata-
dengan kata-kata (parole) yang pada
mata pembenahan pada hal yang keliru
eranya menjadi trend atau dianggap gaul.
menuju pada hal
Namun
yang lebih
baik,
waktu,
secara
penggunaan
garis
besar
kata
bahwa
melainkan perbaikan ucapan dari yang
penggunaan kata gondes sebagai kata ganti
salah
karena
panggilan atau sapaan pada kalangan
kelompok
mahasiswa terbatas pada pengetahuan dan
menjadi
mahasiswa
yang
benar,
merupakan
12
penafsiran mereka mengenai kata tersebut
keseharian tidak akan memermalukan diri
yang dianggap sebagai kata ganti kawan
kita sendiri dan kita dapat menuturkan
atau saudara, bukan sebagai kata-kata
sesuatu hal atau kata yang benar-benar kita
kotor apa lagi kata umpatan atau hinaan.
pahami maknanya.
Akan
menjadi
suatu
jika
Saran untuk seluruh mahasiswa,
pengguna kata tersebut yang mengartikan
mari kita berkomunikasi menggunakan
makna kata gondes sebatas subjektifitas
bahasa yang baik dan benar, dan kita
mereka dalam pengomunikasian dengan
benar-benar memahami setiap kata yang
orang lain yang mereka tidak tahu bahwa
keluar dari mulut kita, senantiasa berjiwa
orang lain tersebut memahami makna
terbuka dengan setiap hal-hal baru namun
kebenaran dari kata gondes, karena bisa
tetap berfikir kritis, dengan artian memilah
saja orang tersebut tidak terima dan dapat
dan memilih apa-apa saja yang pantas kita
memicu terjadinya konflik. Disinilah perlu
pakai dan apa yang seharusnya tidak kita
adanya
pakai.
pemahaman
masalah
mengenai
suatu
Semoga
penelitian
atau
riset
makna kebenaran dari setiap tutur kata
sederhana ini dapat memberi manfaat bagi
(parole) dan langue sebagai sistem dari
kita semua. Amin.
suatu bahasa. Pada
pemaparan
tulisan
ini
DAFTAR PUSTAKA
mungkin belum bisa menjelaskan secara
Koentjaraningrat.
2010.
Sejarah
benar-benar mendetail berkaitan dengan
Teori Antropologi I. Jakarta;UI
fenomena gondes dan mendes yang akhir-
Press
akhir ini menjadi kata yang tak pernah
Kuning, Retno D.P. 2013.
ketinggalan
Barkah
dalam
komunikasi
Hendri
J.
Sosiologi.
2004.
antarmahasiswa, namun apa yang menjadi
Claude
kajian dalam penelitian ini, setelah kita
Empu Strukturalisme.
mengetahui dan memahami fenomena
Soegito
Levi
A.T.
Pancasila.
dan makna realistisnya dilihat dari Teori
UNNES Press.
Strukturalisme Linguistik Levi Strauss,
Strauss:
2013.
gondes dan mendes beserta makna filosofis
Makalah Si
Pendidikan Semarang;
Mahmud, Mohd Zaidi. 2013. Motif Dan
semoga menjadi khasanah pengetahuan
Kekerapan
Penggunaan
bagi kita semua bahwa apapun bahasa
Facebook
Dalam
(langue) dan tuturan (parole), masing-
Pelajar
Universiti.
masing mempunyai makna yang harus kita
Komunikasi
kaji kebenarannya agar dalam komunikasi
Journal of 13
Kalangan Jurnal
Malaysian Communication.
Bahiyah Omar Universiti Sains Malaysia. Watie, Errika Dwi Setya. 2011. Komunikasi Sosial
dan
Media
(Communications
and Social Media). Jurnal The
messenger.
Ilmu
Jurusan
Komunikasi
Universitas Semarang
http://sosbud.kompasiana.com/ 2011/05/31/strukturalismelevi-strauss-367417.htm (18 Juni 2014)
14