ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI GULA TULANGAN MELALUI PENDEKATAN KONSEP SIMBIOSIS INDUSTRI OLEH:
DWI AYU RAKHMAWATI (3610100068)
DOSEN PEMBIMBING: ARDY
MAULIDY NAVASTARA ST., MT.
PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014
BAB I PENDAHULUAN FENOMENA UMUM: ALAM BERBENTURAN DENGAN DUNIA BISNIS (DJAJADININGRAT, 2004)
SISTEM LINIER PADA PROSES PRODUKSI GULA DI PG TULANGAN (DEWI, 2014)
SUSTAINABLE DEVELOPMENT MENGINTEGRASIKAN ASPEK EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN (MANGKUSUBROTO, 2004)
SISTEM INDUSTRI PADA KAWASAN INDUSTRI GULA TULANGAN BELUM DAPAT MENGINTEGRASIKAN ASPEK SUSTAINABLE DEVELOPMENT (DEWI, 2014)
SIMBIOSIS INDUSTRI ADALAH KERJASAMA ANTAR INDUSTRI BERBEDA YANG DAPAT MENINGKATKAN KEUNTUNGAN (SWANTOMO, 2007)
TERDAPAT INDIKASI POTENSI UNTUK DITERAPKAN SIMBIOSIS INDUSTRI
PERMASALAHAN DI PG TOELANGAN : 1. USIA MESIN PRODUKSI CUKUP TUA 2. JUMLAH PEKERJA YANG BANYAK 3. BIAYA OPERASIONAL TINGGI 4. KERUGIAN SEBESAR 6 MILIAR TAHUN 2012 (ADMINISTRATOR PG TOELANGAN, 2012)
RUMUSAN PERMASALAHAN Sustainable development menitikberatkan pada proses keterkaitan antara tiga aspek penting dalam pengembangan kawasan, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Salah satu konsep dalam sustainable development adalah simbiosis industri Dengan terintegrasinya ketiga aspek tersebut, maka akan tercipta pola siklus pada kawasan industri Terdapat potensi yang dapat digunakan untuk mengembangkan kawasan industri gula Tulangan dengan konsep simbiosis industri
PERTANYAAN PENELITIAN Bagaimana arahan pengembangan kawasan industri gula Tulangan melalui pendekatan konsep simbiosis industri.
TUJUAN
SASARAN
Menentukan arahan pengembangan kawasan industri gula Tulangan melalui pendekatan konsep simbiosis industri
1. 2.
3.
Mengidentifikasi aliran bahan baku industri turunan simbiosis industri gula Menganalisa tingkat prioritas faktor pengembangan kawasan industri gula Tulangan melalui pendekatan konsep simbiosis industri. Merumuskan arahan pengembangan kawasan industri gula Tulangan melalui pendekatan konsep simbiosis industri
KECAMATAN TULANGAN
KONSEPTUALISASI TEORI SUSTAINABLE DEVELOPMENT INDUSTRI GULA: 1. INDUSTRI DASAR (HULU) 2. INDUSTRI PRIMER
ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI GULA TULANGAN MELALUI PENDEKATAN KONSEP SIMBIOSIS INDUSTRI
AGLOMERASI INDUSTRI
SIMBIOSIS INDUSTRI
KARAKTERISTIK SIMBIOSIS INDUSTRI 1. KEBUTUHAN LAHAN INDUSTRI 2. MATERIAL MURNI 3. AKSESIBILITAS 4. SUMBER DAYA MANUSIA 5. MEDIA & SISTEM KOMUNIKASI-INFORMASI 6. INTEGRASI STAKEHOLDER 7. FASILITAS & UTILITAS 8. ORGANISASI MANAJEMEN KAWASAN 9. DESAIN & PENATAAN RUANG 10. MITIGASI BENCANA
FAKTOR DAN VARIABEL
PENDEKAT AN PENELITIA N Penelitian ini menggunakan
JENIS PENELITIA N Jenis penelitian ini adalah deskriptif
pendekatan rasionalistik
POPULASI DAN SAMPEL
PURPOSIVE SAMPLING
METODE ANALISA
TAHAPAN PENELITIAN TAHAP PERUMUSAN MASALAH
SISTEM INDUSTRI GULA BELUM BERKELANJUTAN
TUJUAN: MERUMUSKAN ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI GULA MELALUI KONSEP SIMBIOSIS INDUSTRI TINJAUAN PUSTAKA PENENTUAN VARIABEL DAN PENGUMPULAN PENGUMPULAN DATA DATA KOMPONEN PENGEMBANGAN KAWASAN SIMBIOSIS INDUSTRI TAHAPAN ANALISA
PENENTUAN JENIS INDUSTRI TURUNAN
ANALISA METABOLISME INDUSTRI
FAKTOR PENGEMBANGAN SIMBIOSIS INDUSTRI GULA AHP
TAHAPAN PENELITIAN ANALISA
INDUSTRI TURUNAN
(LANJUTAN)
PRIORITAS FAKTOR PENGEMBANGAN
EXPERT JUDGMENT PENUTUP
ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN INDUSTRI GULA TULANGAN MELALUI PENDEKATAN KONSEP SIMBIOSIS INDUSTRI
KETENAGAKERJAA N Outsourcing 6%
Gol. III-IV 4% Gol. I-II 18%
Kampanye 12% Musiman/Kontrak/PK WTT 60%
KAPASITAS PRODUKSI RENDAH, NAMUN MENGALAMI PENINGKATAN DARI TAHUN SEBELUMNYA
KEBUTUHAN TENAGA KERJA SANGAT BANYAK SEHINGGA PENGELUARANNYA JUGA BESAR
PRODUKTIVITAS GULA
ANGKA PRODUKSI 2012 2011 2010 2009 2008 2007
Tebu (ribu ton) Luas (Ha)
0
1000
2000
3000
4000
Produktivitas Tebu (ton/Ha) 120 100 80 60 40 20 0
Produktivitas Tebu (ton/Ha)
KEBUTUHAN TEBU 1400 TON/HARI GAMPING 1,3875 TON/HARI BELERANG 0,6875 TON/HARI AS FOSFAT 0,1 TON/HARI FLOCULANT 3,75 KW KUALITAS RENDEMEN TEBU 7,79%
BAHAN BAKU
HASIL SAMPING 10.845,16 ton
68.310 kg
PENGGUNAAN ENERGI LISTRIK PLN 412 KVA/BULAN GENERATOR 1.340 KVA/BULAN PANAS KETEL 35 TON
PENGGUNAAN AIR 295.300 KG
AIR BAWAH TANAH
41.900 KG
AIR PERMUKAAN
ENERGI PANAS 5.275 m3
612 m3
JARINGAN LISTRIK
PABRIK
PENUNJANG
SUDAH SESUAI DENGAN PEDOMAN TEKNIS MENTERI PERINDUSTRIAN
TRANSPORTASI
F A S I L I T A S
U T I L I T A S
TELEKOMUNIKASI
PEMBUANGAN LIMBAH
DRAINASE
IDENTIFIKASI ALIRAN BAHAN BAKU Bioetanol Industri Bioetanol Bahan Baku : Tetes Tebu Kebutuhan Baku : 10.845,16 ton Kapasitas Produksi : 2000 liter/hari Produktivitas : 268.000 rupiah/ton
Industri Gula Bahan Baku : Tebu Kebutuhan Baku : 215.361 ton Kapasitas Produksi : 1400 ton/hari
Energi Panas Industri Biogas Bahan Baku : Vinasse Kebutuhan Baku : 7,453 ton Kapasitas Produksi : 26.000 l/hari Produktivitas : 26.290.369 rp/ton Listrik Perkebunan Tebu
Kertas
Industri Kertas Bahan Baku : Ampas Tebu Kebutuhan Baku : 68,31 ton Kapasitas Produksi : 190 kg/hari Produktivitas : 808.329 rupiah/ton
Industri Pupuk Bahan Baku : Limbah Kertas dan Biogas (lumpur), Blotong, Abu Ketel
Pupuk
ANALISA SKALA FAKTOR PRIORITAS
SKALA PRIORITAS TINGGI SKALA PRIORITAS RENDAH SKALA PRIORITAS SEDANG
ORGANISASI MANAJEMEN MATERIAL MURNI MITIGASI BENCANA SDM DESAIN LINGKUNGAN KEBUTUHAN LAHAN FASILITAS DAN UTILITAS KERJASAMA STAKEHOLDER AKSESIBILITAS MEDIA SISTEM INFORMASI
ANALISA PERUMUSAN ARAHAN SPESIFIKASI ISU DAN PERMASALAHAN PENGGUNAAN LAHAN
660,2 M2 LAHAN BELUM OPTIMAL DOMINASI LAND USE SEBAGAI SAWAH DAN PERMUKIMAN
TENAGA KERJA
KEBUTUHAN TINGGI, KUALITAS MASIH RENDAH
PRODUKTIVITAS GULA
TEKNOLOGI MESIN RENDAH
LAHAN TEBU
LUASAN LAHAN MENURUN
TEBU
35% TEBU TIDAK TERGILING
HASIL SAMPING
PUPUK HASIL OLAHAN LIMBAH TIDAK LAKU
PENGGUNAAN ENERGI & AIR
BELUM ADA EFISIENSI PENGGUNAAN
TABEL EKSPLORASI VARIABEL EKSPLORASI ARAHAN YANG BELUM KONSENSUS Variabel
Arahan
Ketersediaan Bahan Baku
Menyediakan bahan baku melalui perluasan areal perkebunan tebu di sekitar kawasan industri gula agar mempermudah jangkauan tebu
Standar Ukuran Kawasan Industri
Menetapkan standar ukuran kawasan simbiosis industri berdasarkan kebutuhan pertukaran material dan energi pada kawasan simbiosis industri
Karakteristik Meningkatkan pengetahuan dan Masyarakat Sekitar pemahaman bagi masyarakat sekitar atas kondisi lingkungan industri di sekitarnya melalui program pelatihan/ training terkait konsep pembangunan yang berkelanjutan Keterangan: dalam rangka mengembangkan R1: Bpk Tri Hariono kemampuan dan keterampilan masyarakat R2: Bpk Dadung Tifano R3: Ibu Noer Hariani R4: Bpk Yudi Widianto R5: Bpk Sandi Gunawan
Responden R1
R2
R3
R4
R5
TS
TS
S
S
TS
S
TS
S
S
S
S
TS
TS
S
S
TABEL HASIL EKSPLORASI VARIABEL ARAHAN UNTUK ITERASI TAHAP 1 Variabel
Arahan
Menetapkan standar ukuran kawasan industri berdasarkan kebutuhan pertukaran material dan energi pada kawasan simbiosis industri Ketersediaan Rekayasa genetik penanaman tebu Bahan Baku pada lahan kering dan tidak produktif Karakteristik Mengadakan sosialisasi dan penyuluhan dengan pendekatan Masyarakat psikologi secara berkala Sekitar Standar Ukuran Kawasan Industri
Keterangan
Belum konsensus
Variabel Baru
TABEL HASIL ITERASI 1 Variabel Ketersediaan Bahan Baku
Standar Ukuran Kawasan Industri
Arahan
Responden R1
R2
R3
R4
R5
Menyediakan bahan baku melalui rekayasa genetik tanaman tebu sehingga dapat tumbuh subur walaupun ditanam pada lahan kering sekalipun. Di daerah lain, rekayasa genetik ini dilakukan untuk mengembangkan produksi tebu pada lahan yang kering sehingga tebu akan senantiasa panen walaupun tidak pada masa panen seperti biasanya.
S
S
S
S
S
Menetapkan standar ukuran kawasan simbiosis industri berdasarkan kebutuhan pertukaran material dan energi pada kawasan simbiosis industri
S
S
S
S
S
S
S
S
S
S
Karakteristik Meningkatkan pengetahuan dan Masyarakat Sekitar pemahaman bagi masyarakat sekitar atas kondisi lingkungan industri di sekitarnya melalui program pelatihan/ training terkait konsep pembangunan yang berkelanjutan dalam rangka mengembangkan
ARAHAN DENGAN TINGKAT PRIORITAS TINGGI MENYEDIAKAN BAHAN BAKU MELALUI REKAYASA KETERSEDIAAN BAHAN BAKU
VOLUME HASIL SAMPING
JENIS PENGGUNAAN ENERGI
GENETIK TANAMAN TEBU SEHINGGA DAPAT TUMBUH SUBUR WALAUPUN DITANAM PADA LAHAN KERING SEKALIPUN. DI DAERAH LAIN, REKAYASA GENETIK INI DILAKUKAN UNTUK MENGEMBANGKAN PRODUKSI TEBU PADA LAHAN YANG KERING SEHINGGA TEBU AKAN SENANTIASA PANEN MEMANFAATKAN HASIL SAMPING DARI KEGIATAN WALAUPUN TIDAKBAHAN PADA MASA SEPERTI INDUSTRI SEBAGAI BAKUPANEN INDUSTRI LAIN, BIASANYA SEPERTI: •
MENGGUNAKAN HASIL SAMPING AMPAS TEBU UNTUK BAHAN BAKU PEMBUATAN KERTAS • MEMBANGUN INSTALASI PENYULINGAN BIOETHANOL UNTUK MENGOLAH HASIL SAMPING TETES TEBU • MEMANFAATKAN LIMBAH LUMPUR DARI LIMBAH PABRIK BIOETHANOL SEBAGAI BAHAN BAKU PABRIK BIOGAS • MENGOLAH KEMBALI LIMBAH PABRIK KERTAS, PABRIK BIOGAS, SERTA LIMBAH PABRIK GULA MENGGUNAKAN ENERGI TERBARUKAN DARI HASIL BERUPA ABU DAN BLOTONG SEBAGAI BAHAN SAMPING DENGAN MENDIRIKAN BIODIGESTER BAKU PEMBUATAN PUPUK ORGANIK GUNA MENGHASILKAN LISTRIK DAN ENERGI PANAS YANG DIPERLUKAN DALAM PROSES PENGOLAHAN INDUSTRI GULA, INDUSTRI KERTAS, INDUSTRI BIOETHANOL, INDUSTRI BIOGAS, DAN INDUSTRI PUPUK
ARAHAN DENGAN TINGKAT PRIORITAS TINGGI KUALITAS DAN KETERSEDIAAN TENAGA KERJA
MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS TENAGA KERJA DENGAN MEMBENTUK SUSTAINABLE LABOR COMMUNITY BAGI PEKERJA. SUSTAINABLE LABOR COMMUNITY DAPAT DICAPAI MELALUI PELATIHAN DAN UPAYA-UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN TENAGA KERJA UNTUK TERUS BERINOVASI
ARAHAN DENGAN TINGKAT PRIORITAS SEDANG MENYEDIAKAN LAHAN KAWASAN SIMBIOSIS KETERSEDIAAN LAHAN
STANDAR UKURAN KAWASAN INDUSTRI TINGKAT PARTISIPASI PEMERINTAH
KARAKTERISTIK MASYARAKAT SEKITAR TINGKAT KEPERCAYAAN PELAKU INDUSTRI
INDUSTRI GULA YANG TERINTEGRASI DENGAN MEMBUKA LAHAN DI SEKITAR KAWASAN INDUSTRI GULA UNTUK MENDIRIKAN INDUSTRI TURUNAN DENGAN KEBUTUHAN LAHAN MASING-MASING INDUSTRI MINIMAL 1,34 HA MENETAPKAN STANDAR UKURAN KAWASAN SIMBIOSIS INDUSTRI BERDASARKAN KEBUTUHAN PERTUKARAN MATERIAL DAN ENERGI PADA KAWASAN SIMBIOSISPEMERINTAH INDUSTRI MENINGKATKAN PARTISIPASI GUNA MENDUKUNG PELAKSANAAN KAWASAN SIMBIOSIS INDUSTRI MELALUI PEMBERIAN INSENTIF DAN PENGHARGAAN (AWARD) BAGI INDUSTRI YANG MELAKUKAN EFISIENSI SUMBER DAYA ALAM PADA PROSES PRODUKSI AGAR DAPAT MENDORONG PELAKU-PELAKU INDUSTRI LAIN UNTUK LEBIH MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN PEMAHAMAN PEDULI TERHADAP LINGKUNGAN BAGI MASYARAKAT SEKITAR ATAS KONDISI LINGKUNGAN INDUSTRI DI SEKITARNYA MELALUI SOSIALISASI DAN PENYULUHAN DENGAN MENCIPTAKAN KONDISI DAN SUASANA KERJASAMA PENDEKATAN PSIKOLOGI SECARA BERKALA YANG BAIK ANTAR PELAKU INDUSTRI YANG TERLIBAT, MAKA TUNTUTANNYA ADALAH DENGAN MEWUJUDKAN KONSEP “GOOD CORPORATE GOVERNANCE” YANG DAPAT MENDORONG SUATU KETERBUKAAN (TRANPARANSI) DALAM SETIAP
ARAHAN DENGAN SKALA PRIORITAS RENDAH MENCIPTAKAN ORGANISASI MANAJEMEN DENGAN KERJASAMA ANGGOTA ORGANISASI
KETERSEDIAAN ORGANISASI
KETERSEDIAAN HYDRAN KEBAKARAN JARAK AMAN ANTAR BANGUNAN KETERSEDIAAN IPAL LUAS RTH
DESAIN SEDEMIKIAN RUPA SEHINGGA DAPAT MENGAKOMODIR PARA ANGGOTANYA AGAR DAPAT BEKERJASAMA DENGAN BAIK MELALUI PENGGALIAN KEBERSAMAAN DAN PELIBATAN SEMUA ANGGOTA ORGANISASI/ KELOMPOK DALAM KESELURUHAN SISTEM DAN MANAJEMEN KAWASAN SIMBIOSIS MEMBENTUK ORGANISASI MANAJEMEN DARI INDUSTRI ANGGOTA PERWAKILAN MASING-MASING INDUSTRI UTAMA DAN TURUNAN YANG BERTUGAS SEBAGAI ADMINISTRATOR KONTRAK PERTUKARAN DUKUNGAN PELAYANAN DAN FASILITAS PADA KAWASAN SIMBIOSIS INDUSTRI MENEMPATKAN HYDRAN KEBAKARAN DENGAN JARAK 100 METER PADA TEMPAT YANG MUDAH DILIHAT DAN DIJANGKAU OLEH PETUGAS PEMADAM KEBAKARAN MENETAPKAN JARAK BEBAS SAMPING DAN BELAKANG MINIMUM 4 METER PADA MASING-MASING BANGUNAN MELAKUKAN SISTEM GREYWATER ATAU SISTEM PENGOLAHAN AIR SEHINGGA DAPAT DIGUNAKAN KEMBALI MENINGKATKAN LUASAN RTH DALAM KAWASAN SIMBIOSIS INDUSTRI DENGAN PROSENTASE SEBESAR 9% DARI TOTAL LUAS KAWASAN INDUSTRI
ARAHAN DENGAN SKALA PRIORITAS MENYEDIAKAN DAN MENINGKATKAN JARINGAN RENDAH UTILITAS SESUAI DENGAN KEBUTUHAN SIMBIOSIS JENIS DAN JUMLAH UTILITAS
JENIS DAN JUMLAH FASILITAS KETERSEDIAAN SARPRAS TRANSPORTASI KETERSEDIAAN JAR. KOMUNIKASI
INDUSTRI GULA, SEPERTI: • MENINGKATKAN KINERJA JARINGAN DRAINASE AGAR DAPAT DIGUNAKAN KEMBALI DENGAN MELALUI PROSES PENGOLAHAN TERLEBIH DAHULU • MEMBANGUN INSTALASI JARINGAN LISTRIK DARI PENGOLAHAN BIOGAS PADA BIODIGESTER KEPADA INDUSTRI-INDUSTRI YANG LAIN • MEMBANGUN INSTALASI PENYALURAN AIR MENGGUNAKAN KONSEPGREYWATER GREEN CONSTRUCTION OLAHAN DARI SISTEM IPAL DENGAN BENTUK GREEN BUILDING PADA MENUJU INDUSTRI-INDUSTRI YANG LAIN BANGUNAN-BANGUNAN INDUSTRI TURUNAN MENGGUNAKAN REL KERETA ATAU MENGGUNAKAN LOKOMOTIF UNTUK DISTRIBUSI BAHAN BAKU PADA KAWASAN INDUSTRI YANG BERDEKATAN MEMBANGUN SISTEM JARINGAN KOMUNIKASI YANG TERDIRI DARI TOOLS YANG AKAN MENDUKUNG TRANSAKSI PELAKSANAAN PERTUKARAN HASIL SAMPING ANTAR INDUSTRI DALAM KAWASAN DENGAN DATA-DATA PENGELOLAAN YANG BAIK
KESIMPULA N
Hasil dari identifikasi jenis industri turunan pada industri gula di PG Toelangan ditemukan bahwa industri ini dapat bekerjasama dengan industri bioethanol, industri biogas, industri kertas, dan industri pupuk dengan angka produktivitas beragam yakni antara 268.000 rupiah/ton dari limbah tetes, 26.290.369 rupiah/ton dari vinase, dan 808.329 rupiah/ton dari limbah ampas tebu. Didapatkan arahan pengembangan dengan tingkat prioritas tinggi berkenaan dengan jaminan ketersediaan bahan baku industri utama (gula), jaminan volume hasil samping bagi input industri turunan, jenis penggunaan energi yang ramah lingkungan, peningkatan kualitas dan jumlah tenaga kerja Arahan pada tingkat prioritas sedang terkait dengan ketersediaan lahan, standar ukuran kawasan industri, serta dukungan dan dorongan dari stakeholder terkait. Arahan pada tingkat prioritas rendah terkait dengan kerjasama antar industri, upaya pencegahan dan mitigasi bencana kebakaran, peningkatan kualitas pengolahan air limbah, pemenuhan standar RTH, peningkatan kualitas dan penyediaan utilitas pendukung, peningkatan kualitas fasilitas ramah lingkungan, penggunaan alat transportasi efisien dan ramah lingkungan, serta peningkatan jaringan telekomunikasi dalam rangka efisiensi pergerakan.
REKOMENDASI DAN SARAN •
Dapat memberikan gambaran dan masukan pada pemerintah setempat mengenai pengembangan kawasan industri gula yang berkelanjutan • Memberikan input bagi pemerintah dalam perencanaan tata ruang di sekitar kawasan industri gula di Toelangan • Memberikan gambaran bagi pelaku industri gula yang lain akan penggunaan konsep simbiosis industri ini pada industrinya agar tercipta industri gula yang berkelanjutan • Memberikan kesadaran lingkungan bagi pemerintah, pelaku industri, serta masyarakat sekitar agar saling berintegrasi menciptakan lingkungan yang berkelanjutan Saran dari hasil penelitian Arahan pengembangan kawasan simbiosis industri gula di Toelangan ini dapat digunakan sebagai informasi awal dan masukan dalam perencanaan dan pengembangan kawasan industri yang berkelanjutan bagi industri gula di Kabupaten Sidoarjo. Saran untuk studi lanjutan Diperlukan adanya penelitian lebih detil mengenai penentuan lokasi pengembangan dan perencanaan teknis kawasan secara menyeluruh pada masing-masing industri turunan yang akan dikembangkan. Penelitian lanjutan diharapkan menambahkan beberapa variabel tentang kelayakan secara ekonomi dan finansial terkait biaya pengembangan dan operasional.
Anonim. 2007. Revitalisasi Industri Gula di Jawa Timur. Makro Ekonomi Regional. Jurnal Evaluasi Perkembangan Ekonomi, Perbankan & Sistem Pembayaran Jawa Timur Triwulan III-2007. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi. 2009. Penerapan Konsep Eco Industrial Park (EIP) di Kawasan Industri Surya Cipta. Proposal Untuk Meningkatkan Citra dan Daya Saing Kawasan Industri. Pusat Teknologi Lingkungan. Chertow, Marian, et.al. 2004. The Industrial Symbiosis Research Symposium at Yale: Advancing the Study of Industry and Environment. Yale School of Forestry and Enviromental Studies. Yale Publishing Services Center: Yale. Chertow, Marian. 2013. Taking Action on Materials: Global Examples of By-Product Synergy. Yale University: Yale. Djajadiningrat, Surna T, Melia Famiola. 2004. Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan (Eco-Industrial Park). Penerbit Rekayasa Sains: Bandung. Isnaeni, Dwityas. 2011. Perubahan Pola Aglomerasi Industri Manufaktur di Kabupaten Bekasi Antara Tahun 2002 dan 2007. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia: Depok. Kristanto, Ir. Philip R. 2002. Ekologi Industri. Penerbit ANDI: Yogyakarta. Luciana, Constantin, et.al. 2009. Implementation of Industrial Ecosystem’s Principles in Romania. International Symposium: Bucharest. Ometto, A. R, et.al. 2006. The benefits of a Brazilian agro-industrial symbiosis system and the strategies to make it happen. Journal of Cleaner Production 15 (2007) 1253-1258. www.sciencedirect.com Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 Tentang Kawasan Industri. Roberts, Brian, Trevoer Kanaley. 2006. Urbanization and Sustainability in Asia. Case
SEKIAN DAN TERIMA KASIH