APLIKASI PUPUK KALSIUM DAN BORON UNTUK MENGURANGI CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)
DHIKA PRITA HAPSARI
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi pupuk kalsium dan boron untuk mengurangi getah kuning pada buah manggis (Garcinia mangostana L.) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2015 Dhika Prita Hapsari NIM A24110187
ABSTRAK DHIKA PRITA HAPSARI. Aplikasi Pupuk Kalsium dan Boron untuk Mengurangi Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Dibimbing oleh ROEDHY POERWANTO. Cemaran getah kuning pada buah manggis menyebabkan rendahnya kualitas buah manggis. Cemaran getah kuning terjadi akibat lemahnya dinding sel pada buah. Dinding sel yang lemah disebabkan oleh rendahnya kandungan kalsium dan boron. Kalsium berfungsi memperkuat integritas dinding sel dan boron berfungsi menjaga stabilitas dinding sel. Penelitian ini bertujuan untuk menguji kombinasi pupuk kalsium dan boron dengan dosis yang rendah untuk mengurangi cemaran getah kuning pada buah manggis. Penelitian ini dilakukan di 3 lokasi kebun manggis, yaitu Cigudeg, Citeureup, dan Sukabumi, serta analisis sampel di Laboratorium Pascapanen Institut Pertanian Bogor pada bulan November 2014 sampai dengan Maret 2015. Penelitian dirancang menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan satu faktor, yaitu kombinasi dosis kalsium dan boron. Perlakuan terdiri atas 5 taraf yang diulang sebanyak 4 kali dengan setiap ulangan terdiri atas 1 pohon sehingga jumlah pohon manggis yang dibutuhkan adalah 20 pohon pada masing-masing kebun percobaan. Setiap pohon terdiri atas 20 sampel buah. Kombinasi dosis pupuk yang digunakan pada penelitian ini yakni tanpa pupuk (kontrol), 1 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon, 1 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon, 1.5 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon, dan 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dosis yang paling efektif mengurangi cemaran getah kuning pada buah manggis di ketiga lokasi percobaan adalah dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon. Aplikasi kalsium dan boron dengan dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon nyata menurunkan skor dan persentase cemaran getah kuning pada kulit dan aril buah, serta tidak mempengaruhi kualitas fisik dan kimia buah manggis. Kata kunci: dinding sel, hara mineral, kualitas buah, pemupukan
ABSTRACT DHIKA PRITA HAPSARI. Application of Calcium and Boron Fertilizer to Reduce Yellow Sap in Mangosteen (Garcinia mangostana L.). Supervised by ROEDHY POERWANTO. The yellow sap contamination causes low quality of mangosteen. Yellow sap contamination occurs due to weak cell walls in the fruit. Weak cell walls caused by low calcium and boron. Calcium has a function to strengthen the integrity of the cell wall and boron provide the stability maintenance of the cell wall. This research aims to examine the combination of calcium and boron with a low dose to reduce yellow sap contamination in mangosteen. The research was located in 3 mangosteen orchard in Cigudeg, Citeureup, Sukabumi, and analysis of samples in Post Harvest Laboratory of Bogor Agricultural University in November 2014 to March 2015. The research was designed by Randomized Complete Block Design (RCBD) with one factor of the combination of calcium
and boron dose. The treatment consisted of 5 levels that repeated 4 times with each repetition consisted of one tree so that the number of mangosteen tree is 20 trees in each experimental orchard. In each tree, 20 fruits were collected randomly. The combination of fertilizers that used in this research was without fertilizer (control), 1 kg Ca / tree + 0.047 g B / tree, 1 kg Ca / tree + 1.553 g B/ tree, 1.5 kg Ca / tree + 0.047 g B / tree , and 1.5 kg Ca / tree + 1.553 g B / tree. The results of this research indicated that the most effective dose to reduce contamination of yellow sap in mangosteen in three experimental orchard was a dose of 1.5 kg Ca / tree + 1.553 g B / tree. The application of calcium and boron at a dose of 1.5 kg Ca/tree + 1.553 g B/tree significantly reduced scores and percentage of yellow sap contamination on peel and aryl of fruit, and did not affect the physical and chemical quality of mangosteen fruits.
Keywords: cell wall, fertilization, fruit quality, mineral nutrient
APLIKASI PUPUK KALSIUM DAN BORON UNTUK MENGURANGI CEMARAN GETAH KUNING PADA BUAH MANGGIS (Garcinia mangostana L.)
DHIKA PRITA HAPSARI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Agronomi dan Hortikultura
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 ini berjudul Aplikasi Pupuk Kalsium dan Boron untuk Mengurangi Getah Kuning pada Buah Manggis (Garcinia mangostana L.). Penelitian ini didanai oleh Hibah Kompetensi dengan judul penelitian “Perbaikan Kualitas Buah Manggis dan Mangga sebagai Upaya Peningkatan Ekspor Buah Tropika Nusantara” dengan Ketua Tim adalah Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Roedhy Poerwanto, MSc selaku pembimbing, serta Dr Ir Ketty Suketi, MSi dan Dr Edi Santosa, SP, MSi selaku dosen penguji. Selain itu, terima kasih kepada Ibu Maryati Sari, SP, Msi sebagai dosen pembimbing akademik, Pak Makmun, Pak Diki, dan Ibu Iis yang bersedia menjadikan kebun manggisnya sebagai bahan percobaan penulis, serta Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT), program Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dan seluruh keluarga besar AGH atas motivasi dan dukungan, baik dalam bentuk moril maupun materil. Ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak, ibu, serta seluruh keluarga dan kerabat atas segala doa, dukungan, dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi yang membaca dan membutuhkannya.
Bogor, Juli 2015 Dhika Prita Hapsari
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
ix
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Penelitian
2
Hipotesis
2
TINJAUAN PUSTAKA
2
Botani
2
Syarat Tumbuh
4
Getah Kuning (Gamboge)
4
Peranan Kalsium
5
Peranan Boron
6
METODE PENELITIAN
7
Tempat dan Waktu
7
Bahan dan Alat
8
Rancangan Percobaan
8
Prosedur Percobaan
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
12
Kondisi Umum
12
Cemaran Getah Kuning
14
Kualitas Fisik Buah
17
Kualitas Kimia Buah
20
Perbandingan Ketiga Lokasi Percobaan
21
Perkiraan Keuntungan
25
KESIMPULAN DAN SARAN
26
Kesimpulan
26
Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
26
LAMPIRAN
29
RIWAYAT HIDUP
31
DAFTAR TABEL 1
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
14 15 16
Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap cemaran getah kuning pada aril buah manggis (persentase buah dan juring tercemar getah kuning) Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap cemaran getah kuning pada aril buah manggis (skor cemaran getah kuning) Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap cemaran getah kuning pada kulit buah manggis Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap diameter transversal dan longitudinal buah manggis Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap bobot buah, bagian-bagian buah, dan edible portion di Cigudeg Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap bobot buah, bagian-bagian buah, dan edible portion di Citeureup Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap bobot buah, bagian-bagian buah, dan edible portion di Sukabumi Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap ketebalan dan kekerasan kulit buah manggis Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap PTT dan TAT buah manggis Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap skor rasa buah manggis Pengaruh aplikasi kalsium dan boron serta lokasi terhadap cemaran getah kuning Interaksi kalsium dan boron dengan lokasi percobaan terhadap skor cemaran getah kuning pada kulit Pengaruh aplikasi kalsium dan boron serta lokasi terhadap diameter transversal dan longitudinal, kekerasan, dan ketebalan buah manggis Pengaruh aplikasi kalsium dan boron serta lokasi terhadap bobot bagian-bagian buah dan edible portion Pengaruh aplikasi kalsium dan boron serta lokasi terhadap kualitas kimia buah manggis Analisis keuntungan pada kebun manggis yang mengaplikasikan Ca dan B dan kebun manggis yang tidak melakukan aplikasi
14 15 16 17 18 19 19 20 20 21 22 22
23 24 24 25
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6
Kebun manggis Cigudeg Kebun manggis Citeureup Kebun manggis Sukabumi Anthesis Cemaran getah kuning pada aril Cemaran getah kuning pada kulit
13 13 13 13 15 15
DAFTAR LAMPIRAN 1 2
Data curah hujan Agustus 2014−Maret 2015 Klasifikasi buah manggis berdasarkan diameter dan bobot buah (BSN 2009)
30 30
PENDAHULUAN Latar Belakang Manggis yang mendapat julukan sebagai Queen of Tropical Fruits merupakan komoditas ekspor utama produk hortikultura setelah cabai dan nenas (Kementan 2014) yang banyak digemari baik oleh masyarakat Indonesia maupun luar negeri. Buah ini memiliki rasa buah yang menarik dengan kombinasi rasa asam dan manis. Keistimewaan lain dari manggis adalah kandungan senyawa antioksidan pada kulit buah manggis yang melebihi vitamin C dan E yang tidak terdapat pada buah-buah lain (Silalahi 2002). Potensi ekspor buah manggis yang sangat tinggi berperan dalam sektor perekonomian. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) ekspor manggis pada tahun 2010 mencapai 8 225 ton meningkat sebesar 90% dibandingkan dengan ekspor pada tahun 2009 yang hanya mencapai 4 285 ton. Peningkatan tersebut terus berlanjut pada tahun 2011 dan 2012 dengan ekspor masing-masing mencapai 12 603 dan 20 168 ton dengan tujuan ekspor Cina, Taiwan, Hongkong, Timur Tengah, Eropa, bahkan saat ini telah masuk ke Selandia Baru. Ekspor manggis sempat mengalami penurunan pada tahun 2013, yaitu senilai USD 5.73 juta. Nilai ekspor tersebut menurun cukup drastis dibandingkan dengan tahun 2012 yang mencapai nilai ekspor USD 17.4 juta. Ekspor manggis pada periode Januari-Juni 2014 kembali mengalami peningkatan yaitu mencapai USD 5.43 juta (Kementan 2014). Penurunan ekspor manggis yang cukup drastis pada tahun 2013 terjadi akibat penurunan produksi buah manggis. Selain disebabkan oleh terjadinya penurunan produksi buah manggis, kualitas buah manggis yang tidak layak ekspor juga menjadi salah satu penurunan ekspor manggis. Mutu yang rendah pada sebagian besar buah manggis antara lain disebabkan oleh adanya getah kuning pada kulit bagian luar dan kulit bagian dalam atau aril buah manggis. Getah kuning tersebut mempengaruhi penampilan, kualitas, dan rasa buah manggis. Getah kuning pada kulit bagian dalam dapat mengotori aril sehingga rasa buah menjadi pahit dan tidak layak untuk dikonsumsi. Berdasarkan penelitian Dorly (2009) pada irisan melintang perikarp dan struktur tiga dimensi buah manggis tampak struktur saluran sekretori getah kuning yang dikelilingi oleh sel-sel epitelium yang khas. Getah kuning dapat mencemari kulit dan aril buah apabila saluran getah tersebut pecah. Pecahnya saluran getah kuning sangat dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh tanaman, seperti kandungan hara, pH tanah, KTK, dan perubahan ketersediaan air. Menurut Poerwanto et al. (2010) perubahan tekanan turgor dapat menyebabkan dinding sel-sel epitel menerima desakan, baik dari dalam (turgor plasma sel) maupun dari luar (turgor cairan getah). Sel-sel epitel yang lemah akibat kekurangan kalsium akan pecah dan mengeluarkan getah kuning yang akan mencemari aril buah manggis. Pecahnya saluran getah kuning dapat dicegah dengan membuat unsur kalsium tersedia bagi tanaman manggis karena kalsium merupakan salah satu unsur penting yang dapat memperkuat dinding sel. Unsur lain yang berfungsi untuk memperkuat dinding sel adalah boron yang merupakan komponen struktural sel. Peranan boron sangat penting dalam pembelahan dan pembesaran sel pada fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Dear dan Weir 2004).
2 Penambahan unsur hara tersebut diharapkan dapat memperkuat dinding sel sehingga mencegah pecahnya saluran getah kuning. Berkurangnya cemaran getah kuning dapat meningkatkan persentase manggis yang layak ekspor. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya pemberian pupuk kalsium dan boron, baik secara tunggal maupun bersamaan, terbukti mampu menurunkan cemaran getah kuning pada kebun manggis di lokasi penanaman yang berbeda. Wulandari (2009) menyatakan bahwa dosis 3.5 ton Ca/ha nyata menurunkan getah kuning manggis di Leuwiliang. Penelitian yang dilakukan oleh Primilestari (2011) dengan menggunakan dosis yang lebih rendah menyatakan bahwa dosis 2 ton Ca/ha nyata menurunkan cemaran getah kuning di Lampung. Cemaran getah kuning juga dapat diturunkan dengan menggunakan dosis 2.89 ton Ca/ha + 0.78 kg B/ha (Saribu 2011) di Leuwiliang. Berdasarkan hal tersebut, pada penelitian ini mencoba menurunkan dosis kalsium dan boron dari penelitian sebelumnya untuk menguji keefektifan aplikasi pupuk kalsium dan boron dengan dosis yang rendah dalam mengurangi cemaran getah kuning pada buah manggis.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji aplikasi pupuk Ca dan B dengan dosis rendah terhadap cemaran getah kuning, penampilan, kualitas, dan rasa buah manggis di beberapa lokasi penanaman manggis.
Hipotesis Apilkasi pupuk Ca dan B dengan dosis rendah dapat mengurangi cemaran getah kuning sehingga dapat meningkatkan kualitas, penampilan, dan rasa pada buah manggis di Cigudeg, Citeureup, dan Sukabumi.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Manggis merupakan tanaman buah tropika yang berasal dari hutan tropis yang teduh di kawasan Asia Tenggara, yaitu hutan belantara Malaysia atau Indonesia. Dari Asia Tenggara, tanaman ini menyebar ke daerah Amerika Tengah dan daerah tropis lainnya seperti Srilanka, Malagasi, Karibia, Hawaii dan Australia Utara (Menristek 2000). Buah yang bernama latin Garcinia mangostana L. ini termasuk ke dalam famili Guttiferae dan merupakan spesies terbaik dari Garcinia. Buah manggis mendapat julukan Queen of Tropical Fruit karena buahnya yang sangat eksotik, rasanya lezat, bentuk buah yang indah, serta tekstur daging buah yang putih halus. Selain itu manggis juga mendapat julukan sebagai
3 Nectar of Ambroise, Golden Apples of Hesperides, dan Finest Fruit in The World (Syah 2009). Pohon manggis merupakan evergreen-tree dengan pertumbuhan yang sangat lambat dan tingginya dapat mencapai 6−25 meter. Sistem perakaran manggis lemah dan mudah terganggu sehingga transplanting harus dilakukan dengan hatihati (Yaacob dan Tindall 1995). Daunnya berbentuk bulat telur, lonjong, atau elips dengan posisi yang berlawanan dan berwarna hijau tua mengkilap di bagian atas dan hijau kekuningan di bagian bawah. Daun manggis memiliki panjang 9−25 cm dan lebar 4.5−10 cm (Orwa et al. 2009). Bunga manggis berada pada bagian terminal cabang. Kuncup bunga manggis muncul di ujung ranting dan memerlukan waktu kurang lebih 40 hari sampai anthesis (bunga mekar). Bunga manggis memiliki empat sepal dan empat petal yang berwarna merah muda. Petal akan rontok setelah anthesis (Rai 2004). Menurut Ropiah (2009) perkembangan bunga manggis dapat di bagi menjadi 5 fase yaitu: (1) inisiasi tunas bunga yang ditandai dengan pembengkakan berwarna merah pada ujung tunas, (2) pecah tunas, (3) pembentukan kuncup, (4) pertumbuhan dan perkembangan kuncup, dan (5) anthesis. Ashari (2006) menyebutkan bahwa benang sari pada manggis tidak dapat berkembang sempurna (rudimenter) sehingga pembentukkan dan perkembangan buahnya terjadi secara apomiksis. Pola pertumbuhan buah manggis membentuk kurva sigmoid, diawali dengan dominasi pertumbuhan perikarp hingga 20 HSA kemudian dilanjutkan dengan terjadinya perkembangan aril dan biji (Osman et al. 2006). Buah manggis berbentuk bulat dan berkulit licin. Buah manggis tergolong dalam tipe buah buni karena kulit buah manggis terdiri dari tiga bagian, yaitu lapisan luar (eksokarp) menjadi lapisan luar yang tipis, lapisan tengah (mesokarp), dan laipsan dalam (endokarp) yang tebal, lunak, dan berair (Poerwanto dan Susila 2013). Menurut Yaacob dan Tindall (1995) buah manggis mempunyai 4−8 segmen dan setiap segmen mengandung satu bakal biji diselimuti oleh aril (salut biji) berwarna putih, empuk dan mengandung sari buah. Tidak semua bakal biji dalam segmen dapat berkembang menjadi biji. Umumnya hanya 1−3 bakal biji yang dapat berkembang menjadi biji. Buah manggis berwarna hijau muda (light green) pada umur 1 hingga 7 MSA dan berwarna hijau sedang (medium green) pada umur 8 hingga 12 MSA buah. Selanjutnya buah berwarna hijau muda dengan sedikit bercak garis merah muda di sekitar kelopak pada umur 13 MSA. Pada umur 14 MSA kulit buah manggis berwarna hijau muda dengan guratan garis berwarna merah jambu. Pada umur 15 MSA kulit buah berwarna merah jambu, sedangkan buah akan berwarna ungu ketika sudah tua pada16 MSA (Dorly 2009). Buah manggis dapat disajikan dalam bentuk segar, sebagai buah kaleng, dan dibuat sirop/sari buah. Secara tradisional buah manggis adalah obat sariawan, wasir dan luka. Kulit buah manggis mengandung pektin, tanin, resin, serta senyawa xanthone yang sangat bermanfaat untuk mengatasi masalah kesehatan (Mansyah et al. 2007). Kulit buah manggis juga dimanfaatkan sebagai pewarna tekstil, sedangkan batang pohon dipakai sebagai bahan bangunan dan kayu bakar/kerajinan (Menristek 2000). Menurut Qosim (2013) masyarakat pada umumnya memanfaatkan tanaman manggis karena buahnya yang segar, mengandung gula sakarosa, dekstrosa, dan levulosa. Komposisi bagian buah yang dimakan per 100 g meliputi 79.2 g g air, 0.5 g protein, 19.8 g karbohidrat, 0.3 g
4 serat, 11 mg kalsium, 17 mg fosfor, 0.9 mg besi, 14 IU vitamin A, 66 mg vitamin C, tiamin 0.09 mg, riboflavin 0.06 mg, dan niasin 0.1 mg. Syarat Tumbuh Tanaman manggis dapat tumbuh baik pada dataran rendah sampai ketinggian 1000 m di atas permukaan laut, namun pertumbuhan terbaik dapat dicapai pada daerah dengan ketinggian di bawah 500−600 m di atas permukaan laut (Menristek 2000). Tanah yang gembur dengan drainase yang baik dan pH rendah sampai netral merupakan kondisi yang optimal untuk pertumbuhan tanaman manggis. Selain itu, pertumbuhan yang baik dapat didukung dengan kelembaban yang tinggi serta curah hujan tahunan 1200 mm atau lebih, namun tanaman manggis memerlukan musim kering yang pendek untuk menginduksi pembungaan. Beberapa tanaman manggis ditemukan tumbuh produktif di daerah aliran air yang membuat akar-akarnya hampir selalu dalam keadaan basah (Osman dan Milan 2006). Permeabilitas tanah yang baik dengan kelembaban tinggi dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman manggis terkait dengan lemahnya sistem perakaran, baik pada saat seedling maupun setelah tanaman dewasa (Yaacob dan Tindall 1995). Tanaman manggis membutuhkan kalsium dalam jumlah yang besar untuk memperkuat dinding sel. Defisiensi kalsium merupakan salah satu penyebab utama terjadinya cemaran getah kuning pada buah manggis yang disebabkan kebutuhan kalsium yang tidak terpenuhi pada bagian buah (Dorly 2009). Kalsium bersifat immobile sehingga terdistribusi melalui aliran transpirasi. Rendahnya Ca pada tanaman dapat berkaitan dengan kondisi tanah. Tanah gembur yang banyak mengandung bahan organik dengan reaksi tanah agak asam sampai netral pada pH 5.0−7.0 dibutuhkan untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman manggis (Yaacob dan Tindall 1995). Getah Kuning (Gamboge) Salah satu permasalahan pada buah manggis adalah adanya cemaran getah kuning. Getah kuning pada tanaman manggis yang biasa disebut dengan gamboge merupakan cairan getah berwarna kuning yang keluar akibat pecahnya saluran getah pada buah manggis. Manggis yang terkena serangan getah kuning memiliki bobot yang lebih berat dibandingkan dengan buah yang normal (PKBT 2007). Getah kuning terdapat hampir di seluruh bagian tanaman manggis (Mansyah 2007). Menurut Dorly et al. (2008) saluran getah kuning manggis dijumpai pada bagian eksokarp, mesokarp, endokarp, aril buah, bunga, batang dan daun dengan saluran getah yang terdapat pada tangkai buah menyatu dengan saluran getah pada buah. Getah kuning dapat mencemari manggis pada kulit bagian luar (pericarp) dan kulit bagian dalam (endocarp). Salah satu penyebab getah kuning pada kulit bagian luar adalah gangguan mekanis seperti tusukan, gigitan serangga, dan benturan (Ashari 2006). Getah kuning pada kulit bagian dalam lebih disebabkan oleh faktor endogen, yaitu gejala fisiologis yang berkaitan dengan pecahnya
5 dinding sel pada saluran getah kuning manggis akibat tekanan turgor karena perubahan kondisi lingkungan yang ekstrim (Syah 2009). Menurut Dorly et al. (2011) terdapat teori yang menyebabkan terjadinya cemaran getah kuning pada buah manggis, yaitu pembentukan saluran getah, perkembangan buah, faktor iklim, dan pemberian kalsium. Saluran getah dijumpai tidak hanya pada perikarp melainkan juga pada jaringan aril, terutama pada buah manggis yang berumur 14 hingga 16 MSA. Spot getah kuning pada aril buah muda sulit dideteksi karena aril masih melekat pada kulit buah dengan kandungan getah yang masih encer sehingga pada saat buah disayat getah akan keluar mengotori aril. Getah kuning pada buah yang sudah tua atau matang akan mengering sehingga tidak menimbulkan masalah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dorly (2009) mengenai saluran sekretori getah kuning, saluran getah kuning dijumpai pada seluruh bagian tanaman manggis kecuali akar. Getah kuning manggis tidak akan menjadi masalah apabila tetap berada di dalam saluran getah. Terdapat beberapa hal yang menyebabkan pecahnya saluran getah kuning pada buah manggis, yaitu desakan akibat perubahan turgor dan desakan akibat perbedaan perkembangan bagian buah manggis. Dorly et al. (2008) menyebutkan bahwa kulit buah mulai menipis pada minggu kelima setelah anthesis, diikuti dengan pertumbuhan biji yang pesat. Pada minggu kesepuluh setelah anthesis, biji tumbuh pesat, namun pertumbuhan aril semakin melambat. Pertambahan volume buah sedikit, tetapi pertambahan biji meningkat pesat sehingga muncul desakan dari dalam berupa stress mekanik yang dapat menyebabkan saluran getah kuning pecah pada 10 MSA dan mulai mengotori aril pada 14 MSA. Poerwanto et al. (2010) menyatakan bahwa mekanisme terjadinya cemaran getah kuning terkait dengan perkembangan buah, peranan Ca, dan perubahan potensial air sebagai berikut. Pada saat perkembangan buah, biji bertambah besar dengan pertambahan volume yang sedikit sehingga terjadi desakan dari dalam ke arah perikarp. Akibatnya sel-sel epitel saluran getah kuning mengalami tekanan dan akan mudah pecah sehingga menyebabkan bocornya saluran getah kuning. Tekanan turgor yang tinggi juga akan menyebabkan pecahnya saluran getah. Tekanan turgor yang tinggi tersebut terjadi apabila fluktuasi potensial air tanah terjadi secara drastis dalam waktu yang pendek. Perubahan tekanan turgor akan memberikan tekanan pada dinding sel epitel, baik dari dalam (karena turgor plasma sel) maupun dari luar (turgor cairan getah). Buah manggis yang memiliki dinding sel epitel yang lemah akan menyebabkan pecahnya saluran getah kuning akibat desakan dari perubahan turgor dan perbedaan perkembangan buah. Lemahnya dinding sel epitel tersebut disebabkan oleh rendahnya kandungan kalsium di dalam sel. Keutuhan dinding sel epitel akan terjadi apabila kebutuhan akan kalsium dan boron tercukupi sehingga dapat mencegah pecahnya saluran getah kuning. Peranan Kalsium Unsur kalsium (Ca) adalah unsur yang paling berperan dalam pertumbuhan sel. Kalsium merupakan penyusun dinding sel terutama sebagai substansi perekat Ca-pektat. Kalsium menjaga ketegaran dinding sel melalui ikatan cross-link antar
6 rantai pektat pada lamela tengah (Marschner 1995). Ca merupakan komponen yang menguatkan dan dapat mengatur aliran fotosintesis menembus dinding sel. Perannya sangat penting pada titik tumbuh akar. Bahkan bila terjadi defisiensi Ca, pembentukan dan pertumbuhan akar terganggu sehingga penyerapan hara terhambat (Taiz dan Zeiger 2010). Kalsium merupakan salah satu unsur hara makro yang bersifat immobile sehingga kalsium yang diangkut ke buah hanya dalam jumlah kecil jika dibandingkan dengan jumlah yang diangkut ke daun. Kalsium diangkut dari akar ke bagian pucuk tanaman melalui aliran transpirasi (Saure 2004). Hal tersebut menyebabkan kalsium banyak dijumpai pada bagian daun karena sebagian besar air ditranspirasikan melalui daun. Buah hanya sedikit melakukan transpirasi sehingga akumulasi kalsium pada buah hanya sedikit. Kondisi tersebut didukung dengan pernyataan Dayod et al. (2010) bahwa akumulasi Ca berbeda pada berbagai organ, yaitu berlimpah pada daun yang mengalami transpirasi tinggi dan relatif rendah pada jaringan yang rendah transpirasinya. Wallace dan Mueller (2008) juga menyatakan bahwa kandungan Ca di dalam daun semakin meningkat seiring dengan meningkatnya umur daun. Taiz dan Zeiger (2010) menyebutkan bahwa mobilitas kalsium yang sangat rendah tersebut merupakan faktor utama yang menyebabkan gejala kekurangan kalsium pada tanaman Gejala kekurangan kalsium ini ditunjukkan dengan jaringan nekrotik pada daerah yang sedang berkembang. Pada buah manggis, kekurangan unsur ini menyebabkan dinding sel epitel rapuh dan mudah rusak sehingga memicu keluarnya getah kuning pada manggis. Buah normal yang tidak tercemar getah kuning memiliki kandungan kalsium yang lebih tinggi dibandingkan buah yang tercemar getah kuning. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Dorly (2009), pemberian kalsium dalam bentuk dolomit pada tanah mampu meningkatkan kadar Ca dalam eksokarp dan menurunkan cemaran getah kuning pada kulit luar manggis. Peranan Boron Unsur boron memiliki dua fungsi utama bagi tanaman. Fungsi pertama yaitu boron memudahkan pengikatan molekul glukosa dan fruktosa menjadi selulosa untuk mempertebal dinding sel (Gusyana 2010). Boron berperan dalam pembentukan pektin yang nantinya akan berikatan dengan Ca dan membentuk polimer cross-link untuk memperkuat dinding sel pada buah pir (Dong et al. 2000). Fungsi kedua yakni boron dapat membentuk ester dengan sukrosa sehingga sukrosa yang merupakan bentuk gula terlarut dalam tubuh tanaman lebih mudah diangkut dari tempat fotosintesis ke tempat pengisian buah. Proses tersebut menyebabkan buah akan terasa lebih manis dengan aroma yang khas. Menurut Leite (2008) konsentrasi gula pada tanaman Eucalyptus meningkat seiring dengan meningkatnya pemberian boron. Kelebihan dan kekurangan unsur mikro ini dapat menyebabkan beberapa masalah pada tanaman. Kelebihan unsur boron dapat menyebabkan toksisitas pada tanaman. Sintesis sel pada tanaman akan terganggu dan beberapa proses fisiologi akan berubah akibat toksisitas boron. Proses fisiologi yang berubah tersebut meliputi gangguan perkembangan dinding sel, gangguan metabolik dengan
7 mengikat gugus ribose ATP, NADH, dan NADPH, serta terhambatnya pembelahan dan pemanjangan sel (Reid et al. 2004). Toksisitas boron terjadi pada penelitian yang dilakukan oleh Purnama (2014). Hasil penelitiannya menunjukkan cemaran getah kuning yang lebih tinggi pada aplikasi dosis boron sebesar 2.32 g B2O3/pohon dibandingkan dengan aplikasi dosis boron yang lebih rendah. Dosis tersebut meningkatkan kandungan boron di perikarp dengan peningkatan sebesar 39.91%. Peningkatan kandungan boron sebesar itu menyebabkan toksisitas boron dan meningkatkan cemaran getah kuning dibandingkan dengan dosis yang lain yang lebih rendah. Kondisi tersebut sejalan dengan penelitian Martias (2012) yang melaporkan bahwa kandungan B di endokarp dengan konsentrasi > 150 mg.kg-1 meningkatkan persentase cemaran getah kuning terutama pada buah yang kekurangan unsur Ca. Kelebihan kandungan B tidak begitu menjadi masalah apabila kandungan Ca buah tercukupi. Defisiensi boron juga menyebabkan beberapa kelainan pada tanaman. Gejala defisiensi tersebut akan lebih terekspresi pada tanaman saat tanah dalam kondisi kering atau kelembaban yang sangat rendah (Dear dan Weir 2004). Bagian tanaman yang baru tumbuh akan lebih memperlihatkan gejala defisiensi dibandingkan dengan bagian tanaman dewasa. Defisiensi boron lebih banyak mempengaruhi proses pemanjangan sel dibandingkan dengan proses pembelahan sel yang kemudian menyebabkan berhentinya pemanjangan akar, perluasan daun serta hilangnya kesuburan (Miwa et al. 2010). Menurut Poerwanto et al. (2010) kandungan Ca dan B dalam tanah adalah yang paling menentukan keluarnya getah kuning pada buah manggis. Pemberian pupuk boron (B) mampu menurunkan cemaran getah kuning pada aril seiring dengan meningkatnya kadar B di endokarp. Saribu (2011) pada penelitiannya juga melaporkan bahwa aplikasi boron pada tanaman manggis mampu menurunkan cemaran getah kuning, baik diaplikasikan secara tunggal maupun bersamaan dengan kalsium. Dong et al. (2000) menyebutkan bahwa terdapat interaksi kalsium dan boron dengan pektin pada buah pir yang membentuk jaringan polimer cross-link sehingga membuat struktur dinding sel menjadi kuat. Dinding sel yang kuat akibat jaringan polimer antar pektin dapat mencegah pecahnya saluran getah kuning akibat desakan-desakan yang terjadi karena perubahan turgor dan perbedaan perkembangan buah.
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di kebun manggis Kabupaten Bogor tepatnya di Desa Wargajaya, Kecamatan Cigudeg dan Desa Leuwikaret, Kecamatan Citeureup, serta kebun manggis di Kabupaten Sukabumi tepatnya di Desa Bojongkembar, Kecamatan Cikembar pada bulan November 2014 sampai dengan Maret 2015. Analisis kualitatif, kuantitatif, dan preparasi sampel untuk analisis kimia dilakukan di Laboratorium Pascapanen Institut Pertanian Bogor.
8 Bahan dan Alat Pohon manggis yang digunakan adalah pohon manggis berumur lebih dari 15 tahun yang sedang dalam masa anthesis dari kebun manggis Cigudeg, Citeureup, dan Sukabumi. Bahan lain yang digunakan adalah dolomit sebagai sumber Ca, pupuk finbor sebagai sumber B, larutan NaOH 0.1 N, indikator phenolphthalein (PP), dan akuades. Alat yang digunakan meliputi jangka sorong, timbangan digital, hand refraktometer, hand penetrometer, digital balance, atomic absorption spectrometer (AAS), labu takar, gelas ukur, buret, erlenmeyer, saringan, serta alat-alat laboratorium lainnya. Rancangan Percobaan Percobaan ini dilakukan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan 1 faktor. Perlakuan yang digunakan sebanyak 5 taraf sebagai berikut. 1. Tanpa pupuk (kontrol) 2. 1 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon 3. 1 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon 4. 1.5 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon 5. 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon Masing-masing taraf diulang sebanyak 4 kali dengan setiap ulangan terdiri atas 1 pohon sehingga jumlah pohon manggis yang dibutuhkan adalah 20 pohon pada masing-masing kebun. Setiap pohon terdiri atas 20 sampel buah. Pemilihan 20 pohon manggis sebagai tanaman contoh dan 20 buah sebagai sampel dilakukan secara acak. Model matematika yang digunakan sebagai analisis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Yij = µ + αi + βj + εij Keterangan : Yij = nilai pengamatan pada aplikasi dolomit dan finbor ke-i terhadap ulangan ke-j µ = nilai rataan umum αi = pengaruh perlakuan dolomit dan finbor ke-i βj = pengaruh kelompok ke-j εij = pengaruh galat pada aplikasi dolomit dan finbor ke-i terhadap ulangan ke-j i = 1, 2, 3 ; j = 1, 2, 3 Perbandingan peubah yang diamati pada ketiga lokasi percobaan menggunakan rancangan kelompok lengkap teracak (RKLT) faktorial dengan faktor pertama adalah dosis kalsium dan boron sebanyak 5 taraf sebagai berikut. Tanpa pupuk (kontrol) 1. 2. 1 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon 3. 1 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon 4. 1.5 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon 5. 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon
9 Dan faktor kedua adalah lokasi sebanyak 3 taraf sebagai berikut. 1. Cigudeg 2. Citeureup 3. Sukabumi Lokasi yang dipilih menjadi kebun percobaan adalah kebun yang belum pernah diteliti sebelumnya. Penggunaan dosis Ca dan B merupakan hasil modifikasi dari dosis hasil penelitian Purnama (2014). Penelitian ini menggunakan dosis Ca yang lebih rendah untuk menguji keefektifan Ca dengan dosis rendah dalam menurunkan cemaran getah kuning, dimana 1 kg Ca/pohon setara dengan 1.75 ton dolomit/ha dan 1.5 kg Ca/pohon setara dengan 2.5 ton dolomit/ha. Dosis boron yang digunakan merupakan dosis yang paling efektif menurunkan cemaran getah kuning pada penelitian Purnama (2014), yaitu dosis 1.553 g B/pohon yang setara dengan 1.6 kg finbor/ha dan 0.047 g B/pohon yang setara dengan 50 g finbor/ha. Data dianalisis menggunakan uji F, jika hasilnya berpengaruh nyata maka akan dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Prosedur Percobaan Pelaksanaan Percobaan 1. Persiapan tanaman Pohon manggis yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah pohon yang sedang dalam fase pembungaan sebanyak 20 pohon pada tiap lokasi percobaan. 2. Pembersihan Gulma Pembersihan gulma dilakukan agar tidak terjadi persaingan hara antara gulma dan pohon manggis yang diberikan dolomit dan finbor. 3. Aplikasi Kalsium dan Boron Aplikasi kalsium dilakukan pada saat anthesis dengan menggunakan dolomit yang memiliki kandungan CaO sebesar 30%. Dolomit ditabur pada alur pupuk secara merata sesuai tajuk tanaman kemudian ditutup dengan tanah agar tidak tercuci oleh air hujan. Aplikasi boron dilakukan pada saat anthesis menggunakan pupuk finbor yang mengandung 48% B2O3. Aplikasi finbor dilakukan dengan cara dilarutkan dalam air kemudian disiramkan di bagian dalam alur pemupukan dolomit. 4. Pemanenan Buah dipanen ketika telah memenuhi kriteria panen. Buah yang dipanen pada umumnya berumur 105-114 HSA (hari setelah anthesis). Pengamatan Percobaan Komponen yang diamati terdiri atas 3 bagian, yaitu pengamatan terhadap cemaran getah kuning, kualitas fisik, dan kualitas kimia buah manggis. Terdapat 2 komponen cemaran getah kuning yang diamati sebagai berikut.
10 1.
2.
Cemaran getah kuning pada aril Persentase buah tercemar Pengukuran tingkat cemaran ini dilakukan dengan menghitung jumlah buah yang bagian arilnya tercemar getah kuning terhadap seluruh sampel buah dalam 1 pohon. Persentase aril tercemar Pengukuran tingkat cemaran ini dilakukan dengan menghitung jumlah juring yang tercemar getah kuning terhadap seluruh juring dalam 1 buah. Skor cemaran Pengukuran tingkat cemaran ini dilakukan dengan metode skoring berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Kartika (2004) sebagai berikut. Skor 1 : baik sekali, daging buah putih bersih, tidak terdapat getah kuning baik di antara aril dengan kulit maupun di pembuluh buah. Skor 2 : baik, daging buah putih dengan sedikit noda (hanya bercak kecil) karena getah kuning yang masih segar hanya pada satu ujung. Skor 3 : cukup baik, terdapat sedikit noda (bercak) getah kuning di salah satu juring atau di antara juring yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit. Skor 4 : buruk, terdapat noda (gumpalan) getah kuning baik di juring, di antara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit. Skor 5 : buruk sekali, terdapat noda (gumpalan) baik di juring di antara juring atau di pembuluh buah yang menyebabkan rasa buah menjadi pahit, warna daging buah menjadi bening. Cemaran getah kuning pada kulit Persentase buah tercemar Pengukuran tingkat cemaran ini dilakukan dengan menghitung jumlah buah yang bagian kulit luarnya tercemar getah kuning terhadap seluruh sampel buah dalam 1 pohon. Skor cemaran Pengukuran tingkat cemaran ini juga dilakukan dengan metode skoring berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Kartika (2004) sebagai berikut. Skor 1 : baik sekali, kulit mulus tanpa tetesan getah kuning. Skor 2 :baik, kulit mulus dengan 1-5 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah. Skor 3 : cukup baik, kulit mulus dengan 6-10 tetes getah kuning yang mengering tanpa mempengaruhi warna buah. Skor 4 : buruk, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan bekas aliran yang menguning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah. Skor 5 : buruk sekali, kulit kotor karena tetesan getah kuning dan membentuk jalur-jalur berwarna kuning di permukaan buah, warna buah menjadi kusam.
11 Pengamatan terhadap kualitas fisik buah manggis terdiri atas 5 komponen sebagai berikut. 1. Diameter buah Diameter buah diukur setelah buah dipanen dengan menggunakan jangka sorong secara horizontal (transversal) dan vertikal (longitudinal). 2. Bobot buah dan bagian-bagiannya Bobot buah diukur dengan menggunakan timbangan digital. Bobot buah yang diukur meliputi bobot buah, bobot kulit, bobot cupat, bobot aril, dan bobot biji. 3. Kekerasan kulit buah Kekerasan kulit buah diukur menggunakan alat hand penetrometer dengan cara menusukkan jarum pada kulit buah. Kekerasan kulit buah lalu dapat dilihat pada skala yang tertera di alat tersebut. Pengukuran meliputi bagian ujung, tengah, dan pangkal buah. 4. Ketebalan kulit buah Ketebalan kulit buah diukur dengan cara membelah buah secara melingkar kemudian diukur menggunakan jangka sorong. 5. Edible portion Edible portion adalah bagian aril buah yang dapat dimakan dibandingkan dengan bagian keseluruhan buah. Nilai edible portion dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut. Edible portion = Pengamatan terhadap kualitas kimia terdiri atas 3 komponen sebagi berikut. 1. Skor rasa buah Pengamatan terhadap skor rasa buah manggis dilakukan berdasarkan metode skoring yang telah dilakukan oleh Suyanti et al. (1999) sebagai berikut. Skor 1 : asam sangat dominan dibanding manis. Skor 2 : asam agak dominan dibanding manis. Skor 3 : manis sedikit asam. Skor 4 : manis. Skor 5 : sangat manis. 2. Padatan Terlarut Total Pengukuran PTT dilakukan menggunakan hand refraktometer dengan cara memberikan satu tetes cairan buah pada lensa pembaca. Angka yang muncul pada layar hand refraktometer merupakan PTT dalam buah manggis. 3. Asam Tertitrasi Total Asam tertitrasi total (ATT) yang terdapat dalam buah manggis dapat diukur menggunakan metode titrasi NaOH dengan langkah-langkah sebagai berikut.
12 Daging buah manggis Dihaluskan sampai membentuk pasta Timbang 10 g pasta buah manggis Masukkan ke dalam labu takar Tambahkan akuades sampai didapatkan volume larutan 100 ml Disaring Hasil saringan diambil sebanyak 25 ml Masukkan ke dalam Erlenmeyer Tambahkan 2 tetes indikator phenolptalein (PP) Lakukan titrasi dengan menggunakan NaOH 0.1 N Didapatkan volume NaOH yang terpakai untuk titrasi Berdasarkan metode tersebut, asam tertitrasi total yang terkandung dalam buah manggis dapat diketahui dengan menggunakan rumus sebagai berikut. ATT = ml NaOH x N NaOH x fp x 64 x 100% mg contoh Keterangan : ml NaOH = volume NaOH yang terpakai N NaOH = normalitas NaOH (0.1 N) fp = faktor pengenceran 64 = faktor asam dominan mg contoh = 10 000 mg
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi dengan karakteristik yang berbeda. Lokasi pertama adalah Cigudeg yang terletak di ketinggian 370 mdpl pada koordinat lintang 6°29'32.91"S dan bujur 106°33'30.27"T. Kebun penanaman manggis di Cigudeg berbentuk terasering karena kondisi lahan yang miring. Tanaman manggis ditanam dengan jarak 4 m x 4 m bersamaan dengan tanaman lain seperti durian dan sengon. Lokasi kedua adalah kebun manggis di Citeureup yang terletak di ketinggian 221 mdpl pada koordinat lintang 6°30'32.97"S dan bujur
14 Cemaran Getah Kuning Aplikasi kalsium dan boron mampu menurunkan persentase buah tercemar pada aril, persentase aril tercemar per buah, dan skor cemaran getah kuning pada aril di ketiga lokasi percobaan. Hasil pengaruh kombinasi kalsium dan boron terhadap cemaran getah kuning pada aril secara lengkap ditampilkan pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap cemaran getah kuning pada aril buah manggis (persentase buah dan juring tercemar getah kuning) Perlakuan (kg Ca/pohon +g B/pohon) 0 1.0 + 0.047 1.0 + 1.553 1.5 + 0.047 1.5 + 1.553
Persentase buah tercemar getah kuning (%) Cigudeg Citeureup 45.00a 43.25ab 36.00ab 33.00ab 16.00b
57.50a 38.25ab 42.00ab 29.25b 18.00b
Sukabumi 40.75a 30.00ab 41.25a 29.00ab 12.00b
Persentase aril tercemar getah kuning per buah (%) Cigudeg Citeureup 28.85a 21.81ab 18.88ab 19.26ab 8.66b
23.37a 13.30ab 16.20ab 15.00b 10.92b
Sukabumi 25.25a 15.25ab 18.50ab 12.50ab 6.50b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. Dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa hampir setengah dari perlakuan kontrol terkena cemaran getah kuning, bahkan di Citeureup persentase buah tercemar getah kuning mencapai 57.5%. Pemberian kalsium dan boron dengan dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon nyata menurunkan cemaran getah kuning dibandingkan dengan kontrol baik pada parameter persentase buah tercemar, persentase juring tercemar, maupun skor cemaran. Penurunan pada persentase buah tercemar dan persentase juring tercemar cukup tinggi. Penurunan persentase buah tercemar sebesar 29% di Cigudeg, 40% di Citeureup, 29% di Sukabumi, serta penuruan persentase juring tercemar sebesar 20% di Cigudeg, 12% di Citeureup, dan 18% di Sukabumi. Dosis 1.5 kg Ca/pohon +1.553 g B/pohon adalah perlakuan terbaik dibandingkan dengan perlakuan lain dalam menurunkan persentase cemaran getah kuning. Dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa perlakuan dengan dosis 1.5 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon di Citeureup nyata menurunkan persentase cemaran getah kuning dibandingkan dengan kontrol, namun tidak berbeda nyata dengan dosis 1.5 kg Ca/pohon +1.553 g B/pohon. Berdasarkan hal tersebut, maka dosis 1.5 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon dapat digunakan untuk menurunkan persentase cemaran getah kuning pada aril di Citeureup, sedangkan kedua lokasi lain memerlukan penggunaan dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon untuk dapat menurunkan persentase cemaran. Kondisi yang berbeda ditunjukkan pada paramater skor cemaran getah kuning. Tabel 2 menunjukkan bahwa aplikasi kombinasi kalsium dan boron tidak berpengaruh nyata terhadap skor cemaran getah kuning di Sukabumi. Pengaruh yang tidak nyata di Sukabumi disebabkan karena kualitas buah yang sudah cukup
16 Pengamatan cemaran getah kuning juga dilakukan pada kulit buah manggis. Hasil pengataman secara rinci disajikan pada Tabel 3. Kondisi cemaran getah kuning yang terjadi pada kulit buah manggis lebih parah dibandingkan dengan yang terjadi pada aril. Persentase buah tercemar getah kuning hampir mencapai angka 100% di Cigudeg dan Citeureup, serta 71% di Sukabumi. Aplikasi kalsium dan boron mampu menurunkan intensitas dan tingkat keparahan cemaran buah manggis yang terjadi di ketiga lokasi tersebut. Dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon nyata menurunkan persentase dan skor cemaran getah kuning pada kulit di ketiga lokasi percobaan. Penurunan persentase yang cukup tinggi tersebut sebesar 38.5% di Cigudeg, 61% di Citeureup, dan 46% di Sukabumi. Dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon dapat menurunkan skor cemaran getah kuning yang cukup signifikan, yaitu dari 2.30 menjadi 1.52 di Cigudeg, dari 2.66 menjadi 1.35 di Citeureup, dan dari 1.84 menjadi 1.29 di Sukabumi. Dapat dilihat pada Tabel 3 bahwa dosis 1 kg Ca/pohon + 0.047 g B/pohon sudah menunjukkan pengaruh yang nyata menurunkan persentase dan skor cemaran getah kuning di Citeureup, namun dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon menunjukkan tingkat penurunan yang nyata lebih tinggi dibandingkan dosis yang lain. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon adalah dosis yang paling efektif untuk menurunkan cemaran getah kuning pada kulit dibandingkan dengan dosis yang lain baik di Cigudeg, Citeureup, maupun Sukabumi. Tabel 3 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap cemaran getah kuning pada kulit buah manggis Perlakuan (kg Ca/pohon + g B/pohon) 0 1.0 + 0.047 1.0 + 1.553 1.5 + 0.047 1.5 + 1.553
Persentase buah tercemar getah kuning (%) Cigudeg 91.75a 82.25a 81.50a 71.50ab 53.25b
Skor cemaran getah kuning
Citeureup
Sukabumi
Cigudeg
Citeureup
Sukabumi
96.00a 78.25b 68.00b 75.25b 35.00c
71.00a 76.25a 60.25a 50.00ab 25.00b
2.30a 2.03ab 1.88b 1.87b 1.52c
2.66a 1.94b 1.78b 1.93b 1.35c
1.84a 2.01ab 1.78ab 1.63ab 1.29b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%. Pengamatan cemaran getah kuning yang dilakukan dengan 2 kriteria penilaian (persentase dan skor) memiliki tujuan yang berbeda. Pengamatan terhadap persentase cemaran getah kuning dilakukan untuk mengetahui intensitas cemaran yang terjadi, baik pada buah dalam satu pohon maupun pada juring per buah. Persentase cemaran tidak memperhatikan parah atau tidaknya jumlah getah yang mencemari buah. Buah akan dikatakan tercemar walaupun hanya sedikit getah kuning yang keluar. Skor cemaran getah kuning menunjukkan tingkat keparahan getah kuning yang mencemari buah. Data yang ditampilkan pada Tabel 1, 2 dan 3 cenderung menunjukkan penurunan intensitas cemaran getah kuning yang diikuti dengan penurunan tingkat keparahan cemaran getah kuning pada tanaman yang diberi kalsium dan boron.
17 Penurunan cemaran getah kuning baik pada aril maupun pada kulit diperkirakan terjadi akibat meningkatnya kandungan kalsium dan boron pada buah yang telah diberi dolomit dan finbor. Menurut Marschner (1995) kalsium berperan sebagai perekat antar dinding sel. Kalsium yang berperan sebagai penyusun dinding sel tersebut diserap dalam bentuk Ca2+ melalui aliran transpirasi dan intersepsi akar. Unsur boron berperan dalam pembelahan dan pembesaran sel yang sedang berkembang (Dear dan Weir 2004). Kebutuhan boron yang tidak tercukupi pada tanaman menyebabkan tanaman sangat rentan mengalami kerusakan sel termasuk pecahnya saluran getah. Martias (2012) pada penelitiannya menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi kalsium dan boron di kulit buah manggis dapat menurunkan cemaran getah. Kalsium dan boron di dalam jaringan akan berinteraksi dengan pektin membentuk polimer cross-link (Dong et al. 2000). Ikatan polimer tersebut membuat dinding sel lebih stabil dan lentur terhadap perubahan tekanan. Pemberian dolomit meningkatkan kandungan kalsium di perikarp khususnya pada eksokarp (Dorly et al. 2011). Hal tersebut juga didukung oleh penelitian yang telah dilakukan Depari (2011) yang menyatakan adanya pola peningkatan kandungan Ca di kulit buah manggis akibat pemberian dolomit. Peningkatan kandungan boron di dalam endokarp karena aplikasi kalsium dan boron juga telah dibuktikan pada penelitian yang dilakukan oleh Saribu (2011). Keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kalsium dan boron mampu mengurangi cemaran getah kuning terutama dengan dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dorly et al. (2011) dan Depari (2011) yang menyatakan bahwa terdapat korelasi antara skor getah kuning dengan kandungan Ca di kulit buah, yaitu peningkatan kandungan Ca pada kulit buah dapat menurunkan skor getah kuning di kulit luar dan aril buah. Purnama (2014) juga menyatakan adanya korelasi negatif antara kandungan Ca dan B di perikarp dengan skor dan persentase cemaran getah kuning. Kualitas Fisik Buah Terdapat beberapa kualitas fisik yang diamati pada penelitian ini, yaitu diameter transversal dan longitudinal, bobot buah dan bagian-bagian buah, edible portion, kekerasan buah, dan ketebalan kulit buah. Tabel 4 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap diameter transversal dan longitudinal buah manggis Perlakuan Cigudeg Citeureup (kg Ca/pohon + T (mm) L (mm) T (mm) L (mm) g B/pohon) 0 53.44 45.36 36.83 32.03 1.0 + 0.047 51.95 46.45 34.31 30.16 1.0 + 1.553 55.71 46.98 50.60 43.65 1.5 + 0.047 55.85 48.02 49.47 42.31 1.5 + 1.553 56.82 47.41 53.05 46.46 Uji F tn tn tn tn Keterangan : T (diameter transversal), L (diameter longitudinal)
Sukabumi T (mm)
L (mm)
58.44 55.58 53.12 57.14 56.52 tn
49.43 46.85 46.22 47.89 46.98 tn
18 Aplikasi kalsium dan boron menunjukkan pengaruh yang tidak nyata terhadap diameter buah baik transversal maupun longitudinal di ketiga lokasi percobaan. Diameter transversal berkisar 51−57 mm di Cigudeg, 34−53 mm di Citeureup, dan 53−58 mm di Sukabumi, sedangkan diameter longitudinal berkisar 45−47 mm di Cigudeg, 30−46 mm di Citeureup, dan 46−49 mm di Sukabumi (Tabel 4). Berdasarkan standar ukuran diameter dan bobot buah manggis yang ditetapkan Badan Standar Nasional (2009), buah manggis di Cigudeg termasuk pada kode 3 (53−58 mm) dan 4 (46−53 mm), di Citeureup termasuk pada kode 5 (34−53 mm), dan di Sukabumi termasuk pada kode 3 (53−58 mm). Bagian-bagian buah yang diamati pada penelitian ini adalah bobot buah total, bobot cupat, bobot kulit, bobot aril, dan bobot biji. Dari bagian-bagian buah yang diamati tersebut dapat dietahui nilai edible portion (bagian buah manggis yang dapat dikonsumsi). Aplikasi kalsium dan boron tidak mempengaruhi bobot bagian-bagian buah dan edible portion. Pertambahan bobot buah dipengaruhi oleh pertambahan luas dan volume sel yang tidak dipengaruhi kalsium (Primilestari 2011). Kalsium berperan untuk menjaga integritas dinding sel dalam bentuk Ca pektat sehingga tidak mempengaruhi pertambahan volume dan luas sel. Dapat dibandingkan dari Tabel 5, Tabel 6, dan Tabel 7 bahwa bobot buah di Citeureup memiliki bobot yang paling rendah dibandingkan dengan 2 lokasi yang lain. Bobot buah di Citeureup berkisar 44−78 g, berbeda dengan bobot buah di Cigudeg dan Sukabumi yang relatif lebih berat dengan bobot masing-masing berkisar 75−89 g dan 88−101 g. Berdasarkan data bobot tersebut, buah manggis di Citeureup termasuk pada kode 4 (51−75) dan 5 (30−50), sedangkan buah manggis di Cigudeg dan Sukabumi termasuk pada kode 3 (76−100) berdasarkan ketetapan Badan Standar Nasional (2009). Kisaran bobot bagian buah yang lain tidak jauh berbeda antar lokasi percobaan, yaitu 32−62 g untuk bobot kulit, 1.8−3.4 g untuk bobot cupat, 18−33 g untuk bobot aril, dan 4.3−11 g bobot biji. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa bobot kulit memiliki bobot yang paling berat dibandingkan dengan bobot bagian buah yang lain. Dari data tersebut juga dapat disimpulkan bahwa satu buah manggis terdiri atas 57−61 % kulit buah. Pengamatan terhadap edible portion pada Tabel 7, Tabel 8, dan Tabel 9 yang realtif sama antar lokasi percobaan menunjukkan bahwa satu buah manggis memiliki 24−31% bagian yang dapat dikonsumsi. Tabel 5 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap bobot buah, bagian-bagian buah, dan edible portion di Cigudeg Perlakuan (kg Ca/pohon + g B/pohon) 0 1.0 + 0.047 1.0 + 1.553 1.5 + 0.047 1.5 + 1.553 Uji F
Bobot buah total (g)
Bobot kulit (g)
Bobot cupat (g)
Bobot aril (g)
Bobot biji (g)
Edible portion (%)
75.25 81.58 84.10 87.41 89.48 tn
44.19 47.93 49.71 51.91 49.57 tn
3.05 3.47 3.34 3.24 3.46 tn
27.39 26.91 29.87 31.78 27.16 tn
5.36 4.64 5.51 6.02 5.61 tn
29.25 27.5 29.0 29.5 24.5 tn
19 Tabel 6 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap bobot buah, bagian-bagian buah, dan edible portion di Citeureup Perlakuan (kg Ca/pohon + g B/pohon) 0 1.0 + 0.047 1.0 + 1.553 1.5 + 0.047 1.5 + 1.553 Uji F
Bobot buah total (g)
Bobot kulit (g)
Bobot cupat (g)
Bobot aril (g)
Bobot biji (g)
Edible portion (%)
56.08 44.67 66.78 64.34 78.58 tn
32.88 22.34 38.38 36.82 45.41 tn
1.86 1.81 2.49 2.75 2.75 tn
18.72 17.44 25.04 24.53 30.29 tn
4.38 4.33 4.67 5.69 5.50 tn
24.7 21.0 31.0 29.0 31.5 tn
Tabel 7 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap bobot buah, bagian-bagian buah, dan edible portion di Sukabumi Perlakuan (kg Ca/pohon + g B/pohon) 0 1.0 + 0.047 1.0 + 1.553 1.5 + 0.047 1.5 + 1.553 Uji F
Bobot buah total (g)
Bobot kulit (g)
Bobot cupat (g)
Bobot aril (g)
Bobot biji (g)
Edible portion (%)
101.55 88.33 90.67 95.47 93.09 tn
62.69 53.48 55.76 57.49 58.30 tn
3.44 3.31 3.39 3.20 3.12 tn
34.93 29.93 30.14 33.66 31.86 tn
5.67 5.01 4.57 5.12 6.79 tn
25.0 29.5 24.7 28.0 27.0 tn
Parameter kualitas fisik lain yang diamati adalah kekerasan dan ketebalan kulit buah. Penambahan unsur kalsium dan boron dikhawatirkan akan membuat kulit buah menjadi keras akibat meningkatnya ketegaran dinding sel karena ikatan pektin yang kuat. Tabel 8 menunjukkan bahwa pemberian kalsium dan boron tidak meningkatkan kekerasan kulit dan tidak menyebabkan kulit sulit untuk dibuka. Menurut Qanytah (2004), penambahan unsur kalsium dapat menghambat permeabilitas air pada membran sehingga mengurangi laju respirasi. Laju respirasi yang tinggi akan membuat membran sel kehilangan air yang menyebabkan ikatan antar pektin pada ruang antar sel yang tadinya terisi air semakin kuat. Hal inilah yang akan menyebabkan kulit semakin keras. Data pada Tabel 8 juga menunjukkan bahwa ketebalan kulit di Citeureup lebih rendah dibandingkan dengan 2 lokasi yang lain. Ketebalan kulit di Citeureup berkisar 4.05−6.45 mm yang lebih rendah dibandingkan dengan ketebalan kulit di Cigudeg dan Sukabumi dengan ketebalan kulit masing-masing berkisar 6.18−7.01 mm dan 6.8−7.73 mm. Ketebalan kulit yang lebih rendah di Citeureup sesuai dengan data pada Tabel 7 yang menunjukkan bobot kulit yang lebih rendah di Citeureup dibandingkan 2 lokasi yang lain. Kulit yang lebih tebal menunjukkan volume kulit yang lebih banyak sehingga nilai bobot juga akan lebih tinggi. Kekerasan kulit di setiap lokasi percobaan relatif sama, yaitu berkisar 2−3.69 kg/dtk.
20 Tabel 8 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap ketebalan dan kekerasan kulit buah manggis Perlakuan Tebal kulit (mm) (kg Ca/pohon + Cigudeg Citeureup Sukabumi g B/pohon) 0 6.18 6.45 7.73 1.0 + 0.047 6.31 4.05 7.06 1.0 + 1.553 6.71 5.71 6.80 1.5 + 0.047 6.68 5.85 6.72 1.5 + 1.553 7.01 6.02 6.88 Uji F tn tn tn
Kekerasan (mm/g/dtk) Cigudeg
Citeureup
Sukabumi
0.06 0.05 0.06 0.07 0.07 tn
0.06 0.05 0.05 0.06 0.06 tn
0.06 0.05 0.07 0.05 0.04 tn
Kualitas Kimia Buah Padatan terlarut total (PTT) dan total asam tertitrasi (TAT) adalah komponen kualitas kimia yang mempengaruhi rasa buah. Tabel 9 menunjukkan pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap nilai PTT dan TAT yang tidak berbeda nyata. Tabel 9 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap PTT dan TAT buah manggis Perlakuan (kg Ca/pohon + g B/pohon) 0 1.0 + 0.047 1.0 + 1.553 1.5 + 0.047 1.5 + 1.553 Uji F
PTT (0brix)
TAT (%)
Cigudeg
Citeureup
Sukabumi
Cigudeg
Citeureup
20.1 19.5 18.9 19.3 20.0 tn
13.1 13.6 17.7 18.7 18.6 tn
18.6 18.4 18.4 18.48 20.6 tn
0.74 0.79 0.71 0.75 0.65 tn
0.58 0.47 0.69 0.67 0.68 tn
Sukabumi 0.88 0.78 0.85 0.82 0.78 tn
Nilai PTT berkisar 18.9−20.10brix di Cigudeg, 13.1−18.70brix di Citeureup dan 18.4−20.60brix di Sukabumi. Total padatan terlarut buah menunjukkan kandungan gula pada buah tersebut. Apabila nilai PTT semakin tinggi maka rasa buah akan semakin manis. Nilai PTT di Citeureup lebih rendah dibandingkan dengan nilai PTT di lokasi yang lain. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa rasa buah manggis di Cigudeg dan Sukabumi lebih manis dibandingkan dengan rasa buah manggis di Citeureup. Tabel 9 menunjukkan nilai TAT mulai dari yang terendah adalah Citeureup berkisar 0.58−0.69%, Cigudeg berkisar 0.65−0.79%, dan Sukabumi berkisar 0.78−0.88%. Sama halnya dengan PTT, nilai TAT yang semakin tinggi menunjukkan kandungan asam yang semakin tinggi pula. Hasil yang disajikan pada Tabel 10 menunjukkan bahwa aplikasi kalsium dan boron tidak mempengaruhi skor rasa buah di ketiga lokasi percobaan. Skor rasa buah pada ketiga lokasi percobaan berkisar antara 2 (asam agak dominan dari manis) dan 3 (manis sedikit asam). Namun, pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa lokasi yang memiliki skor mulai dari yang terendah adalah Citeureup, Sukabumi,
21 dan Cigudeg. Skor yang lebih rendah menunjukkan rasa buah yang lebih asam. Data yang diperoleh tersebut sesuai dengan hasil yang disajikan pada Tabel 9 mengenai nilai PTT yang menunjukkan bahwa Citeureup memiliki rasa manis yang paling rendah dibandingkan dengan Sukabumi, serta Cigudeg memiliki rasa manis yang paling tinggi di antara kegita lokasi percobaan. Tabel 10 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron terhadap skor rasa buah manggis Perlakuan (kg Ca/pohon + g B/pohon) 0 1.0 + 0.047 1.0 + 1.553 1.5 + 0.047 1.5 + 1.553 Uji F
Cigudeg 3.6 3.4 3.4 3.7 3.3 tn
Skor rasa buah Citeureup 2.5 2.8 2.9 2.9 2.8 tn
Sukabumi 3.3 3.2 3.3 3.1 3.1 tn
Perbedaan tingkat kemanisan dan keasaman yang dapat dilihat dari nilai PTT, TAT, dan skor rasa buah salah satunya dapat disebabkan karena adanya pengaruh lingkungan di masing-masing lokasi percobaan. Kebun manggis di Citeureup merupakan kebun campuran sehingga tanaman manggis berada pada area yang ternaungi tanaman lain, seperti durian dan rambutan. Kondisi tersebut berbeda dengan kebun manggis di Cigudeg dan Sukabumi yang berada pada area yang tidak ternaungi dan terkena cahaya matahari langsung. Area dengan intensitas cahaya matahari yang lebih tinggi akan lebih banyak melakukan fotosintesis. Koyama dan Takemoto (2014) menyatakan bahwa pada kondisi defisit cahaya tidak dapat menstimulasi stomata untuk membuka sehingga laju fotosintesis rendah. Kondisi defisit cahaya menyebabkan terjadinya proses perombakan energi menjadi bentuk karbohidrat yang lebih sederhana. Gula merupakan senyawa organik hasil fotosintesis. Menurut Marschner (1995), karbohidrat hasil fotosintesis akan digunakan untuk pembentukan pati dan sintesis mono maupun polisakarida. Hasil fotosintesis yang tinggi akan menghasilkan glukosa yang tinggi akibat senyawa kompleks yang terhidrolisis menjadi glukosa sehingga semakin tinggi fotosintat maka kadar glukosa akan semakin tinggi. Perbandingan Ketiga Lokasi Percobaan Tabel 11 menunjukkan pengaruh lokasi percobaan terhadap cemaran getah kuning yang terjadi di ketiga lokasi percobaan. Faktor kalsium dan boron menunjukkan hasil yang sama dengan pembahasan sebelumnya bahwa dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g/pohon merupakan dosis terbaik dalam menurunkan cemaran getah kuning baik yang terjadi di kulit maupun di aril, sedangkan lokasi yang menunjukkan cemaran getah kuning paling rendah adalah Sukabumi. Faktor lokasi menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap cemaran getah kuning pada kulit, baik skor maupun persentase buah yang tercemar pada kulit. Skor dan persentase cemaran getah kuning pada kulit di Sukabumi nyata lebih rendah dibandingkan dengan kedua lokasi yang lain.
22 Tabel 11 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron serta lokasi terhadap cemaran getah kuning Cemaran pada aril buah Persentase Persentase buah aril Skor tercemar tercemar cemaran (%) (%) Pupuk (kg Ca/pohon+ g B/pohon) 0 39.75a 1.0 + 0.047 34.72ab 1.0 + 1.553 30.41ab 1.5 + 0.047 27.77ab 1.5 + 1.553 20.90b Lokasi Cigudeg 34.85 Citeureup 29.17 Sukabumi 28.38 Interaksi tn
Cemaran pada kulit buah Persentase buah Skor tercemar cemaran (%)
19.50a 15.67ab 17.85ab 15.58ab 10.63b
2.29a 1.58b 1.61b 1.48b 1.45b
70.70a 69.92a 65.60a 65.58a 29.00b
2.31a 2.00b 1.81bc 1.81bc 1.54c
19.49 14.07 14.00 tn
1.61 1.74 1.62 tn
73.00a 59.00ab 47.72b tn
1.97a 1.99a 1.70b *
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Skor cemaran getah kuning di Cigudeg dan Citeureup mencapai 1.9, sedangkan di Sukabumi hanya mencapai skor 1.7. Kondisi yang sama juga terjadi pada parameter persentase buah tercemar pada kulit. Tabel 11 menunjukkan cemaran getah kuning sebesar 73% di Cigudeg dan 59% di Citeureup yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan cemaran yang terjadi di Sukabumi, yaitu hanya sebesar 47.72%. Interaksi yang nyata antara pemberian kalsium dan boron dengan lokasi percobaan hanya terdapat pada parameter skor cemaran getah kuning pada kulit. Tabel 12 Interaksi kalsium dan boron dengan cemaran getah kuning pada kulit Pupuk (kg Ca/pohon+g B/pohon) Cigudeg 0 2.31b 1.0 + 0.047 2.03bc 1.0 + 1.553 1.87bcd 1.5 + 0.047 1.88bcd 1.5 + 1.553 1.52cd
lokasi percobaan terhadap skor Lokasi Citeureup 3.11a 1.91bcd 1.78bcd 1.93bcd 1.51cd
Sukabumi 1.72bcd 2.05bc 1.78bcd 1.63cd 1.32d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Dapat dilihat pada Tabel 12 interaksi yang terjadi antara pemberian kalsium dan boron dengan lokasi percobaan menunjukkan penurunan skor cemaran getah
23 kuning pada kulit yang berbeda di tiap lokasi percobaan. Skor cemaran getah kuning pada kulit yang paling rendah ditunjukkan pada aplikasi dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon di Sukabumi dengan penurunan skor cemaran dari 1.72 menjadi 1.32, sedangkan skor cemaran paling tinggi sebesar 3.1 ditunjukkan di Citeureup pada tanaman yang tidak diberi kalsium dan boron. Tabel 13 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron serta lokasi terhadap diameter transversal dan longitudinal, kekerasan, dan ketebalan buah manggis
Pupuk (kg Ca/pohon+ g B/pohon 0 1.0 + 0.047 1.0 + 1.553 1.5 + 0.047 1.5 + 1.553 Lokasi Cigudeg Citeureup Sukabumi Interaksi
Diameter transversal (mm)
Diameter longitudinal (mm)
Kekerasan buah (mm/g/dtk)
Ketebalan kulit (mm)
55.46 54.15 53.14 50.72 48.46
43.20 42.15 45.61 46.07 46.94
0.06 0.05 0.06 0.06 0.06
6.81 5.96 6.40 6.41 6.63
54.75a 45.88b 56.15a tn
46.84a 39.78b 47.47a tn
3.10 2.82 2.65 tn
6.57a 5.65b 7.03a tn
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Kualitas fisik yang meliputi diameter transversal dan longitudinal, kekerasan buah, ketebalan kulit buah, bobot bagian-bagian buah, dan edible portion tidak menunjukkan perbedaan yang nyata akibat pemberian kalsium dan boron, namun sebagian besar menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap lokasi percobaan. Dapat dilihat pada Tabel 13 bahwa diameter transversal, diameter longitudinal, dan ketebalan kulit buah di Citeureup nyata lebih rendah dibandingkan kedua lokasi yang lain. Tabel 14 juga menunjukkan kondisi yang sama pada peubah bobot buah total, bobot cupat, dan bobot aril, sedangkan pada peubah bobot kulit menunjukkan hal yang sedikit berbeda. Bobot kulit di Cigudeg nyata lebih tinggi dibandingkan dengan bobot kulit di Citeureup dan nyata lebih rendah dibandingkan dengan bobot kulit di Sukabumi. Perbedaan nilai kualitas fisik yang terjadi disebabkan oleh perbedaan ukuran buah yang dihasilkan pada masing-masing lokasi percobaan. Ukuran buah yang paling kecil dihasilkan di Citeureup. Ukuran buah menentukan karakter fisik buah yang berkaitan dengan pertambahan volume. Semakin kecil ukuran buah maka bobotnya juga akan semakin kecil, begitu pula dengan diameter buah. Perbedaan ukuran buah yang dihasilkan pada masing-masing lokasi tidak dipengaruhi oleh pemberian kalsium dan boron. Primilestari (2011) menyatakan bahwa pertambahan bobot buah dipengaruhi oleh pertambahan luas dan volume sel yang tidak dipengaruhi kalsium.
24 Tabel 14 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron serta lokasi terhadap bobot bagianbagian buah dan edible portion Bobot buah (g)
Bobot cupat (g)
47.83 42.96 47.95 48.74 51.09
3.19 3.04 3.07 3.06 3.11
28.79 25.42 28.35 29.98 29.76
5.16 4.65 4.64 5.39 5.57
26.45 26.45 28.25 28.82 27.67
48.66b 36.00c 57.54a tn
3.31a 2.64b 3.29a tn
28.62a 24.39b 32.10a tn
5.29 4.44 5.52 tn
27.95 27.94 26.85 tn
Pupuk (kg Ca/pohon+ g B/pohon) 0 79.59 1.0 + 0.047 73.97 1.0 + 1.553 87.08 1.5 + 0.047 82.41 1.5 + 1.553 80.52 Lokasi Cigudeg 83.58a Citeureup 63.91b Sukabumi 93.82a Interaksi tn
Bobot aril (g)
Bobot biji (g)
Edible portion (%)
Bobot kulit (g)
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Kualitas kimia tidak menujukkan perbedaan yang nyata akibat pemberian kalsium dan boron, tetapi lokasi percobaan menunjukkan adanya perbedaan yang nyata terhadap nilai PTT buah manggis (Tabel 15). Tabel 15 Pengaruh aplikasi kalsium dan boron serta lokasi terhadap kualitas kimia buah manggis PTT (0brix) Pupuk (kg Ca/pohon+ g B/pohon 0 1.0 + 0.047 1.0 + 1.553 1.5 + 0.047 1.5 + 1.553 Lokasi Cigudeg Citeureup Sukabumi Interaksi
TAT (%)
Skor rasa buah
17.61 17.37 18.35 19.01 19.74
1.08 0.85 0.75 0.74 0.70
3.36 3.15 3.21 3.20 3.10
19.70a 16.54b 18.92a tn
0.72 0.93 0.82 tn
3.49 2.96 3.13 tn
Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 5%.
Nilai PTT di Citeureup nyata lebih rendah dibandingkan dengan kedua lokasi lain. Hal tersebut dapat disebabkan karena fotosintesis yang lebih rendah di Citeureup akibat banyaknya naungan di sekitar pohon manggis yang sebagian
25 besar terletak di daerah pekarangan warga. Hasil fotosintesis berupa karbohidrat yang kemudian akan dirombak menjadi senyawa mono dan polisakarida yang meningkatkan kandungan gula pada buah. Koyama dan Takemoto (2014) menyatakan bahwa pada kondisi defisit cahaya tidak dapat menstimulasi stomata untuk membuka sehingga laju fotosintesis rendah. Kondisi defisit cahaya menyebabkan terjadinya proses perombakan energi menjadi bentuk karbohidrat yang lebih sederhana, sehingga tingkat kandungan gula pun menurun. Perkiraan Keuntungan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dosis yang paling efektif menurunkan cemaran getah kuning adalah dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon. Tabel 16 menyajikan perbandingan keuntungan yang didapatkan apabila melakukan aplikasi Ca dan B dengan dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon tidak melakukan aplikasi Ca dan B pada luas lahan 1 ha. Tabel 16 Analisis keuntungan pada kebun manggis yang mengaplikasikan Ca dan B dan kebun manggis yang tidak melakukan aplikasi
Pengeluaran Dolomit Finbor Tenaga kerja Total pengeluaran Pendapatan Manggis yang layak jual (aplikasi Ca dan B) Manggis yang layak jual (tanpa aplikasi Ca dan B) Keuntungan Aplikasi Ca dan B Tanpa aplikasi Ca dan B
Jumlah
Satuan
2.5 1.6 10
ton kg orang
40 30
Harga satuan (Rp)
Total (Rp)
800 000 50 000 100 000
2 000 000 80 000 1 000 000 3 080 000
ton
5 000 000
200 000 000
ton
5 000 000
150 000 000
pendapatan – pengeluaran 400 000 000 – 3 080 000 300 000 000 – 0
196 920 000 150 000 000
Perhitungan analisis keuntungan secara sederhana tersebut dilakukan dengan asumsi jarak tanam manggis dalam 1 ha adalah 5 m x 4 m sehingga terdapat 500 pohon manggis dalam luas lahan 1 ha. Produksi manggis diasumsikan sebanyak 100 kg/pohon/tahun. Persentase buah yang tercemar getah kuning pada kebun manggis yang tidak mengaplikasikan Ca dan B sebesar 40% sehingga buah manggis yang layak dijual sebanyak 60% dari total panen, sedangkan buah yang tercemar getah kuning pada kebun yang melakukan aplikasi Ca dan B dapat diturunkan menjadi 20% sehingga buah manggis yang layak dijual sebesar 80%. Keuntungan yang didapat dengan mengaplikasikan Ca dan B lebih besar dibandingkan dengan tidak mengaplikasikan Ca dan B dengan selisih pendapatan mencapai Rp 46 920 000.
26
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Aplikasi kombinasi unsur kalsium dan boron dengan dosis rendah yang paling efektif mengurangi cemaran getah kuning buah manggis di ketiga lokasi percobaan adalah dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon. Pemberian kombinasi kalsium dan boron pada dosis tersebut nyata menurunkan skor dan persentase cemaran getah kuning pada kulit dan aril, serta tidak mempengaruhi kualitas fisik dan kimia buah manggis. Lokasi percobaan memberikan pengaruh yang nyata terhadap cemaran getah kuning pada kulit, beberapa kualitas fisik, dan PTT buah manggis. Saran Petani manggis diharapkan dapat mengaplikasikan kalsium dan boron dengan dosis yang efektif berdasarkan penelitian ini, yakni dosis 1.5 kg Ca/pohon + 1.553 g B/pohon. Aplikasi kalsium dan boron tersebut akan mengurangi cemaran getah kuning sehingga pendapatan petani dan ekspor manggis Indonesia dapat meningkat.
DAFTAR PUSTAKA Ashari S. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya. Jakarta (ID): UI Press. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik: Hortikultura. [diunduh 2014 Maret 7]. Tersedia pada : http://www.bps.go.id/. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2009. Standar Nasional Indonesia Manggis. Jakarta (ID): Badan Standardisasi Nasional (BSN). Dayod M, Tyerman SD, Leigh RA, and Gilliham M. 2010. Calcium storage in plants and the implications for calcium biofortification. Protoplasma. 247: 215–231. Dear BS, Weir RG. 2004. Boron deficiency in pastures and field crops. Agfact P1.AC.1, 2nd edition. Depari SOS. 2011. Studi waktu aplikasi kalsium terhadap pengendalian getah kuning dan kualitas buah manggis (Garcinia mangostana) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dirjen Hortikultura. 2007. Vandemekum Manggis. Jakarta (ID): Direktorat Budidaya Tanaman Buah Direktorat Jenderal Hortikultura. Dong X, Wrolstad RE, Sugar D. 2000. Extending shelf life of fresh-cut pears. J. Food Sci. 65:181–186. Dorly, Tjitrosemito S, Poerwanto R, Juliarni. 2008. Secretory duct structure and phytochemistry compounds of yellow latex in mangosteen fruit. Hayati J Biosci. 15(3): 99-104.
27 Dorly. 2009. Studi struktur sekretori getah kuning dan pengaruh kalsium terhadap cemaran getah kuning pada buah manggis [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Dorly, Wulandari I, Tjitrosemito S, Poerwanto R, Efendi D. 2011. Studi pemberian kalsium untuk mengatasi getah kuning pada buah manggis (Garcinia mangostana L.). J Agron Indonesia. 39(1): 49-55. Gusyana D. 2010. Cara meningkatkan produktivitas sawit [internet]. [diunduh 2014 Mar 16]. Tersedia pada: http://www.mediaperkebunan.net/index.php? option=com_content&view= article&id=86: cara- meningkatkan- produktivitas sawit&catid=9:opini&Itemid =5. Kartika JG. 2004. Studi pertumbuhan buah, gejala getah kuning, dan burik pada buah manggis (Garcinia mangostana) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [Kementan] Kementerian Pertanian. 2014. Ekspor impor komoditas pertanian. Buletin Triwulanan. 6(3): 1-3. Koyama K, Takemoto S. 2014. Morning reduction of photosynthetic capacity before midday depression [internet]. [diunduh 2015 Juli 2]. Tersedia pada: http://www.nature.com/srep/2014/140317/srep04389/full/srep04389.html. Leite SMM, Valle CFd, Bonine CAV, Marino eCL. 2008. Boron influence on concentration of polyols and other sugars in Eucalyptus. R Árvore. Viçosa-MG. 32(5): 815-820. Mansyah E, Jawal AS, Jumjumidang. 2007. Getah Kuning Kendala Utama Ekspor Manggis. Iptek Hortikultura Deptan. No 3. Marschner H. 1995. Mineral Nutrition of Higher Plant. London (GB): Academic Press. Martias. 2012. Studi peranan lingkungan (sifat fisika dan sifat kimia tanah serta cuaca) terhadap cemaran getah kuning buah manggis (Garcinia mangostana) [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Menristek. 2000. Manggis [internet]. [diunduh 2014 Maret 16]. Tersedia pada: http://www.ristek.go.id. Miwa K, Tanaka M, Kamiya T, Fujiwara T. 2010. MIPs and Their Role in the Exchange of Metalloids. Jahn TP, Bienert GP, editor. New York (US): Landes Bioscience and Springer Science+Business Media. Orwa C, A Mutua, Kindt R, Jamnadass R, Anthony S. 2009 Agroforestry Database:a tree reference and selection guide version 4.0 [internet]. [diunduh 2015 Februari 15]. Tersedia pada: http://www.worldagroforestry.org/sites/ treedbs/treedatabases.asp. Osman M, Milan AR. 2006. Mangosteen – Garcinia mangostana. Southampton (GB): Southampton Centre for Underutilised Crops, University of Southampton. [PKBT] Pusat Kajian Buah-buahan Tropika. 2007. Standar Operasional Prosedur Manggis (Garcinia mangostana). Bogor (ID): Pusat Kajian Buah-buahan Tropika, LPPM-IPB. Poerwanto R, Dorly, Maad M. 2010. Getah kuning manggis. Di dalam: Utama IMS, Susila AD, Antara NS, Putra NK, Susrusa KB, editor. Reorientasi Riset untuk Mengoptimalkan Produksi dan Rantai Nilai Hortikultura; 2010 Nop 2526; Denpasar, Indonesia. Denpasar (ID): Perhorti. hlm 255-260. Poerwanto R, Susila AD. 2013. Teknologi Hortikultura. Bogor (ID): IPB Press.
28 Primilestari S. 2011. Pengendalian getah kuning dan peningkatan kualitas buah manggis melalui aplikasi kalsium dengan dosis dan sumber yang berbeda [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Purnama T. 2014. Pemberian kalsium dan boron untuk pengendalian cemaran getah kuning pada buah manggis (Garcinia mangostana L.) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Qanytah. 2004. Kajian perubahan mutu buah manggis (Garcinia mangostana L.) dengan perlakuan precooling dan penggunaan giberelin selama penyimpanan [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Qosim WA. 2013. Kulit manggis untuk kesehatan. [diunduh 2014 Mar 14]. Tersedia pada: http://www.xamthone.web.id/kulit-maggis-untuk-kesehat an.html. Rai IN. 2004. Fisiologi pertumbuhan dan pembungaan tanaman manggis (Garcinia mangostana L.) asal biji dan sambungan [disertasi]. Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor. Reid RJ, Hayes Je, Post A, Stagoulis JCR, Graham RD. 2004. A critical analysis of the causes of boron toxicity in plants. Plant Cell Environ. 25:1405-1414. Ropiah S. 2009. Perkembangan morfologi dan fisiologi buah manggis (Garcinia mangostana L.) selama pertumbuhan dan pematangan [tesis]. Bogor (ID) Institut Pertanian Bogor. Saribu PD. 2011. Studi aplikasi kalsium dan boron terhadap pengendalian getah kuning pada buah manggis (Garcinia mangostana) [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Saure MC. 2004. Calcium translocation to fleshy fruit: its mechanism and endogenous control. Scientia Horticulturae. 105: 65-89. Silalahi J. 2002. Senyawa polifenol sebagai komponen aktif yang berkhasiat dalam teh. Majalah Kedokteran Indonesia. 52(10):361-400. Suyanti, Roosmani, Sastra D. 1999. Karakteristik mutu buah manggis segar. J Hort 8(4):1284-1292. Syah MJA. 2009. Teknologi Pengendalian Getah Kuning pada Buah Manggis. Jakarta (ID): Puslitbanghorti. Taiz LY, Zeiger E. 2010. Symptoms of deficiency in essential minerals. Plant Physiology. [diunduh 2014 September 10]. Tersedia pada: http://5e.plantphys.net/ Wallace A, Mueller MT. 2008. Calcium uptake and distribution in plants. Journal of Plant Nutrition. 2(2): 247-256. Yacoob O, Tindall HD. 1995. Mangosteen Cultivation. FAO Plant Production and Protection Paper 129. 1st ed. Belgia (BE): Food and Agriculture Organization of the United Nations.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Data curah hujan Agustus 2014−Maret 2015 Tahun 2014
2015
Keterangan Sumber
Bulan Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret
Cigudeg 233 8 122 415 181 376 313 91
Curah hujan (mm) Citeureup 400 75 312 219 364 282 298
Sukabumi 109 X 813 737 436 251 308
: - (tidak ada hujan), x (alat rusak) : Badan Meteorologi dan Geofisika Bandung
Lampiran 2 Klasifikasi buah manggis berdasarkan diameter dan bobot buah (BSN 2009) Kode ukuran 1 2 3 4 5
Diameter (mm) > 62 59−62 53−58 46−52 38−45
Bobot (g) > 125 101−125 76−100 51−75 30−50
31
RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak ke-2 dari 4 bersaudara pasangan Sigit Karyadi dan Ratih Triwidiyanti yang dilahirkan pada tanggal 10 Oktober 1994 di Pulu Raja, Sumatera Utara. Penulis memiliki seorang kakak perempuan yang bernama Diyan Gitawanti Pratiwi, seorang adik laki-laki bernama Bagus Bagaskara Putri dan seorang adik perempuan yang bernama Adhisty Larasati. Tahun 2006 penulis lulus dari SD Taman Asuhan dan melanjutkan pendidikan di SMP Taman Asuhan sampai tahun 2009. Selanjutnya penulis menyelesaikan pendidikan menengah di SMA Plus Al-Azhar Medan pada tahun 2011. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan dan kepanitiaan. Penulis merupakan staff departemen Litbangtan Himagron pada tahun 2013 dan staff departemen Mibaorsen pada tahun 2014. Penulis menjadi bendahara dalam kegiatan Lomba Karya Tulis Ilmiah (LKTI) tingkat nasional yang diselenggarakan Himagron pada tahun 2013. Selain itu penulis juga menjadi bendahara Event Aneka Lomba Festival Bunga dan Buah Nusantara (FBBN) 2014 yang diselenggarakan oleh IPB bekerjasama dengan Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementrian Pertanian, Kementrian Perdagangan, dan Kementrian Badan Usaha Milik Negara. Penulis meraih penghargaan sebagai peringkat kedua IP tertinggi mahasiswa BUD 2011 pada Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Tahun ajaran 2014/2015 penulis menjadi asisten mata kuliah Dasar-Dasar Agronomi.