Mengenal 15 Tanda Kematian & Cara Menghadapi Ajal dengan Bahagia Oleh:
HASAN NAFSI
Buku ini berlaku untuk semua agama/kepercayaan/ideologi
NO. BUKU/ANGGOTA:
PRAKTEK JIWA DAMAI – MENGENAL 15 TANDA KEMATIAN & CARA MENGHADAPI AJAL DENGAN BAHAGIA
Catatan Penting Pemilik Buku Ini NOMOR BUKU/ANGGOTA: NAMA: TANGGAL LAHIR: AGAMA/KEPERCAYAAN/IDEOLOGI*): *) Pilih salah satu
ALAMAT LENGKAP & KODE POS:
KOTA/KABUPATEN & PROVINSI: ALAMAT EMAIL & SKYPE: NOMOR HP / TELEPON: PERTAMA KALI MELIHAT 9 TANDA KEMATIAN: •
HARI:
•
TANGGAL:
•
PUKUL:
CATATAN:
Halaman 1
PRAKTEK JIWA DAMAI – MENGENAL 15 TANDA KEMATIAN & CARA MENGHADAPI AJAL DENGAN BAHAGIA
PRAKTEK JIWA DAMAI: Mengenal 15 Tanda Kematian & Cara Menghadapi Ajal dengan Bahagia
Oleh:
HASAN NAFSI Penggagas Konsep Jiwa Damai & Ketua Dewan Pembina LSM PPMM
Cetakan ke-17, 2012
Penerbit:
Lembaga Swadaya Masyarakat Pusat Pemberdayaan Masyarakat Marjinal
(LSM PPMM)
Jakarta, Juli 2012
Halaman 2
PRAKTEK JIWA DAMAI – MENGENAL 15 TANDA KEMATIAN & CARA MENGHADAPI AJAL DENGAN BAHAGIA
Lahirlah engkau ke dunia ini, wahai anak Adam… dalam keadaan menangis sementara orangorang-orang di sekitarmu bahagia menyambutmu Lalu berjuanglah untuk kedamaian jiwamu hingga suatu hari nanti engkau akan tinggalkan dunia ini dalam keadaan bahagia sementara orangorang-orang di sekitarmu menangis melepaskanmu…
Raabi'ah Al-'Adawiyyah Al-Qasiyyah alias Raabi'ah Al-Bashri (muslimah sufi, perawan suci, kekasih Allah) 717 – 801 Masehi
Halaman 3
PRAKTEK JIWA DAMAI – MENGENAL 15 TANDA KEMATIAN & CARA MENGHADAPI AJAL DENGAN BAHAGIA
Daftar Isi Kata Pengantar -5 BAB 1
PENDAHULUAN -6 1. Kematian & Tanda-tandanya -6 2. Penelitian tentang Kematian -7 3. Konsep Jiwa Damai Menghapus Mitos tentang Kematian -9 4. Tanda-tanda Kematian Menurut Dunia Medis vs Konsep Jiwa Damai -10 5. Tanda-tanda Kematian Menurut Islam dan Budha vs Konsep Jiwa Damai -11 • Agama Islam & kontroversi tentang tanda-tanda kematian -11 • Tanda-tanda kematian menurut agama Budha -12 6. Manfaat Mengenal Tanda-tanda Kematian -13
BAB 2
KONSEP DAN GAYA HIDUP “JIWA DAMAI” -15
BAB 3
LIMA BELAS TANDA KEMATIAN -18 1. Sembilan Tanda Kematian Awal & Enam Tanda Kematian Akhir -18 • Sembilan tanda kematian awal -18 • Enam tanda kematian akhir -19 2. Orang-orang yang Memiliki Keterbatasan untuk Mendeteksi Tandatanda Kematian -20
BAB 4
MONITORLAH TANDA KEMATIAN ANDA SECARA RUTIN -21
BAB 5
JIKA TANDA-TANDA KEMATIAN ANDA TELAH TIBA -23 1. Tersenyumlah -23 2. Lakukan Persiapan Hari ke-1 Hingga ke-40 Pra-Kematian Anda -23
BAB 6
11 LANGKAH MENGHADAPI AJAL DENGAN BAHAGIA -25 1. Menuju Kehidupan yang Sebenarnya -25 2. 11 Langkah Menghadapi Ajal dengan Bahagia -25
BAB 7
PENJELASAN HASAN NAFSI TENTANG TANDA KEMATIAN KE-15 & LANGKAH 11 -31
BAB 8
PENUTUP -35
Daftar Referensi -36
Halaman 4
PRAKTEK JIWA DAMAI – MENGENAL 15 TANDA KEMATIAN & CARA MENGHADAPI AJAL DENGAN BAHAGIA
Kata Pengantar Pertama-tama, kami haturkan terima kasih yang tulus atas kesediaan Anda membaca buku yang sangat sederhana ini. Semoga buku ini ada manfaatnya bagi Anda. Selain itu, kami – atas nama ribuan warga miskin – juga sangat berterima kasih kepada Anda karena dengan membeli buku ini Anda secara otomatis telah memberi sumbangan untuk membiayai program-program pengentasan kemiskinan yang kami laksanakan di seluruh Indonesia. Tujuan penulisan buku ini ialah membagi pengetahuan dan pengalaman kami yang sangat terbatas tentang kematian yang selama ini diyakini hampir setiap orang sebagai suatu fenomena yang penuh misteri, horor, dan penderitaan. Padahal, faktanya, kematian adalah sesuatu yang indah dan nikmat asalkan kita mengenali tanda-tandanya serta faham cara menghadapi dan mengelolanya. Salah satunya ialah dengan menerapkan suatu konsep bernama Jiwa Damai. Kami percaya bahwa kematian – seperti halnya kehidupan – adalah hak azasi manusia yang paling vital dan universal. Oleh karenanya, buku ini diperuntukkan bagi semua orang tanpa memandang suku, bangsa, agama/kepercayaan/ ideologi, jenis kelamin, orientasi seksual, identitas jender, status sosial/ekonomi/ politik, dan latar belakang lainnya. Pada kesempatan ini kami ingin menghaturkan terima kasih yang paling tulus kepada semua pihak yang telah memberi dukungan moril maupun materil bagi kelancaran penerbitan buku ini yang kini telah memasuki cetakan ke-17. Kami sadar, bahwa buku ini pasti masih banyak kekurangannya. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan dan menghargai adanya kritik dan saran dari semua pihak. Dan jika ada hal-hal yang kurang jelas berkaitan dengan isi buku ini, silahkan hubungi kami melalui email (
[email protected]). Selamat membaca!
Jakarta, 9 Juli 2012
Hasan Nafsi Penggagas Konsep Jiwa Damai & Ketua Dewan Pembina LSM PPMM
Halaman 5
PRAKTEK JIWA DAMAI – MENGENAL 15 TANDA KEMATIAN & CARA MENGHADAPI AJAL DENGAN BAHAGIA
Bab 1 Pendahuluan 1.
KEMATIAN & TANDA-TANDANYA
Pada suatu hari, anak Adam bernama Qabil terlibat cekcok sengit dengan Habil, saudaranya. Karena tak kuat menahan emosi, Qabil menghajar Habil hingga tewas. Inilah manusia pertama yang mengalami kematian dalam sejarah umat manusia. Ketakutan dan kebingungan Qabil yang luar biasa dalam menghadapi peristiwa yang belum pernah dialaminya seumur hidup itu merupakan potret gamblang dari ketidak-tahuan manusia tentang fenomena kematian yang penuh misteri. Kematian atau ajal adalah akhir dari kehidupan, ketiadaan nyawa dalam organisme biologis seseorang. Ada dua jenis kematian manusia, yaitu kematian secara klinis (clinical death) dan kematian secara biologis (biological death). Kematian secara klinis ditandai dengan berhentinya pernapasan dan aliran darah. Kematian ini identik dengan perhentian jantung (cardiac arrest) dimana jantung seseorang telah berhenti bekerja. Orang yang mati secara klinis terkadang bisa hidup kembali – meskipun peluangnya sangat kecil – lewat prosedur pemompaan pernapasan secara darurat yang disebut resusitasi jantung paru-paru atau cardiopulmonary resuscitation (CPR). Ada batas waktu sekitar 4 menit untuk kemungkinan “menghidupkan kembali” seseorang yang mati klinis. Kematian secara biologis adalah kematian otak yang – berbeda dengan kematian klinis – bersifat permanen, mustahil bisa dihidupkan kembali. Tetapi, tubuh orang yang mati secara biologis bisa dibiarkan tetap hidup. Jantungnya menjadi “subkontraktor” – ketimbang “pegawai” – dari tubuhnya yang akan berdetak sesuai iramanya sendiri tanpa pengawasan langsung dari otak seperti pada manusia normal. Oleh karena jantungnya bekerja tanpa input otak, maka jantung itu bisa hidup lama meskipun otaknya telah mati. Kematian manusia biasanya didahului dengan sejumlah tanda kematian (signs of death). Dari segi kualitasnya, tanda-tanda kematian itu bisa dibagi menjadi dua, yaitu tanda-tanda kematian ilmiah (scientific signs of death) yang merupakan hasil riset ilmu-ilmu terkait, dan tanda-tanda kematian mistis (mystical signs of death) yang biasanya dikembangkan berdasarkan mitos, dogma, religi, atau kepercayaan tertentu. Halaman 6
PRAKTEK JIWA DAMAI – MENGENAL 15 TANDA KEMATIAN & CARA MENGHADAPI AJAL DENGAN BAHAGIA
Tanda-tanda kematian juga dapat digolongkan menjadi tanda-tanda kematian internal (internal signs of death) yang hanya dapat diindera oleh orang yang akan meninggal, dan tanda-tanda kematian eksternal (external signs of death) yang dapat diindera oleh orang yang akan meninggal maupun orang lain antara lain dengan memperhatikan berbagai perobahan fisik, emosional, dan spiritual pada orang yang akan meninggal.
2.
PENELITIAN TENTANG KEMATIAN
Semenjak awal kehadiran homo sapiens di planet ini 200.000 tahun yang lalu, fenomena kematian telah menjadi misteri terbesar dalam sejarah manusia. Para filosof dan ilmuwan sejak zaman Yunani kuno pun telah berupaya menguak misteri tentang kematian. Upaya ini kian meningkat sejak lima abad lalu terutama berkat kerja keras para pakar spiritualisme seperti Emanuel Swedenborg (1688– 1772) dan Franz Mesmer (1734–1815) dari Eropah, dan Andrew Jackson Davis (1826–1910) dari Amerika, dan para ahli spiritisme yang dipelopori Allan Kardec di Perancis pada abad ke-19. Pada tahun 2007, ilmuwan Amerika Robert Lanza mengusulkan teori biosentrisme yang salah satu substansinya membahas tentang kematian. Meskipun selama puluhan abad kaum ilmuwan di dunia, dari generasi ke generasi, terus bekerja keras untuk memecahkan berbagai teka-teki tentang kematian, namun hingga kini kematian dan ajal masih menjadi misteri terbesar bagi mereka. Kematian juga masih menjadi momok yang paling mengerikan bagi siapapun. Tiap orang tak sanggup dan tak siap menghadapinya, namun juga mustahil menghindarinya. Kematian pun semakin dirasakan sebagai siksaan fisik dan mental yang terberat di babak paling akhir kehidupan manusia. Namun semua paradigma buruk tentang kematian itu telah terhapus berkat ditemukannya metode ilmiah untuk mendeteksi tanda-tanda kematian pada diri sendiri maupun pada diri orang lain. Metode tersebut merupakan salah satu komponen vital dari sebuah konsep yang disebut “Jiwa Damai” yang dikembangkan oleh Hasan Nafsi di Indonesia sejak tahun 1976 dan kini telah menyebar ke berbagai penjuru nusantara, bahkan ke Amerika, Eropa, Australia, Jepang, dan Cina. Hasan Nafsi adalah seorang praktisi spiritualisme dan pengobatan tradisional yang lahir tahun 1959 di Sumatera Barat. Ia memiliki beberapa kemampuan gaib yang tidak dimiliki orang lain, antara lain indera keenam. Sejak kanak-kanak ia sudah akrab bersahabat dengan makhluk-makhluk halus yang membuatnya secara ajaib mampu mengobati orang-orang yang sakit parah, melihat secara telepatis sesuatu yang jauhnya ratusan bahkan ribuan kilometer, mendeteksi Halaman 7
PRAKTEK JIWA DAMAI – MENGENAL 15 TANDA KEMATIAN & CARA MENGHADAPI AJAL DENGAN BAHAGIA
barang-barang yang hilang, membaca pikiran orang, meramalkan sesuatu secara akurat, melumpuhkan sihir serta ilmu-ilmu jahat lainnya, dan sebagainya. Ia juga piawai dalam mengendalikan badai, petir, hujan, dan kekuatan-kekuatan alam lainnya sehingga tidak membahayakan atau mengganggu manusia. Sejak usia belasan tahun, Hasan Nafsi mulai tertarik dan giat mempelajari fenomena tentang kematian. Sejak tahun 1976 hingga kini ia telah berkeliling ke seluruh pelosok nusantara hingga ke mancanegara untuk mengumpulkan berbagai data dan informasi tentang kematian dan tanda-tanda kematian dari kaum ilmuwan – utamanya para ahli kedokteran forensik, psikologi, psikiatri, biologi manusia, dan antropologi – maupun dari kaum agamawan, para penganut aliran kepercayaan, serta para ahli mistik dan mitologi tradisional termasuk para pimpinan masyarakat adat (indigenous communities). Berdasarkan serangkaian pengalaman profesional dan penelitiannya selama bertahun-tahun itu, pada tahun 1980 Hasan Nafsi merumuskan sebuah teknik untuk mendeteksi 15 tanda kematian pada diri setiap manusia. Dengan teknik ini, tiap orang mampu mengetahui dengan akurat bahwa 10 tahun lagi – atau minimal 40 hari lagi – dirinya, atau orang lain yang dideteksinya, akan wafat. Sejak tahun 1980 Hasan Nafsi telah mengajarkan teknik itu kepada lebih dari 2.000 orang pria maupun wanita dari berbagai usia, suku, agama/kepercayaan, pendidikan, profesi, status sosial, dan latar-belakang lainnya, baik di seluruh pelosok tanah air maupun di mancanegara termasuk Amerika, Eropa, Australia, Jepang, dan Cina. Sebagian besar dari 2.000-an orang itu sekaligus menjadi responden bagi Hasan Nafsi dalam menyempurnakan risetnya tentang 15 tanda kematian tersebut yang hingga kini terus berlangsung. Sejak tahun 1980 hingga saat ini, lebih 300 orang di antara para responden tersebut telah wafat dan Hasan Nafsi berkesempatan mengamati dari dekat proses kematian mereka masing-masing, mulai dari beberapa jam sebelum meninggal hingga nyawa mereka putus. Dari pengalaman yang sangat unik dan mahal ini, Hasan Nafsi bukan hanya berhasil menyempurnakan teknik tentang pendeteksian 15 tanda kematian tersebut, namun ia juga berhasil menemukan fakta-fakta empiris yang sangat berharga, antara lain: •
Kehidupan dan kematian merupakan sebuah kontinum yang tak dapat dipisahkan.
•
Kualitas kematian seseorang sangat ditentukan oleh kualitas kehidupan orang itu sendiri. Dengan kata lain: baik buruknya kematian seseorang saat ini sangat ditentukan oleh baik buruknya orang itu dalam menjalani kehidupannya di masa lalu.
•
Jadi, mustahil ada kematian yang damai tanpa kehidupan yang damai. Oleh sebab itu, agar seseorang dapat menikmati kematian yang damai kelak, ia harus membudayakan kehidupan yang damai saat ini. Halaman 8
PRAKTEK JIWA DAMAI – MENGENAL 15 TANDA KEMATIAN & CARA MENGHADAPI AJAL DENGAN BAHAGIA
Berdasarkan proses penelitian dan pengembangan yang terus berlangsung itu, pada tahun 1989 Hasan Nafsi merumuskan sebuah konsep tentang cara menikmati kehidupan yang damai saat ini serta menikmati kematian yang damai kelak saat ajalnya tiba. Karena konsep ini bertumpu pada jiwa yang damai maka ia pun memberinya nama Jiwa Damai. Hasan Nafsi pun mengajarkan konsep ini kepada ribuan sahabat sekaligus muridnya di seluruh dunia. Konsep ini kemudian berkembang menjadi semacam budaya atau gaya hidup (lifestyle) hingga saat ini. Buku ini disusun berdasarkan konsep tersebut. Uraian yang lebih terinci tentang hakekat dan prinsip-prinsip dari konsep dan gaya hidup Jiwa Damai kami sajikan dalam Bab 2.
3.
KONSEP JIWA DAMAI MENGHAPUS MITOS TENTANG KEMATIAN
Dengan konsep Jiwa Damai yang terus diteliti dan dikembangkan itu, Hasan Nafsi tidak hanya berhasil merumuskan suatu pedoman dan gaya hidup tentang kehidupan dan kematian yang bahagia, namun ia mampu pula membuktikan secara ilmiah bahwa kematian orang-orang yang menerapkan gaya hidup Jiwa Damai lebih nikmat dibanding orang-orang lain yang tidak menerapkannya. Bukti-bukti ilmiah tersebut antara lain ia rekam dari penampilan fisik dan proses kematian para sahabatnya yang semasa hidupnya menjalani gaya hidup Jiwa Damai. Pada akhir hayatnya raut wajah mereka ini nampak tenang dan ramah, tubuh mereka santai (tidak kaku), dan masing-masing mengalami ejakulasi menjelang kematiannya. Hampir semua bukti-bukti ini tidak terdapat pada jenazah serta proses kematian orang-orang lainnya yang semasa hidupnya tidak menjalani gaya hidup Jiwa Damai. Lebih jauh lagi, Hasan Nafsi yakin bahwa kematian yang bahagia itu jauh lebih indah dibanding kehidupan yang bahagia seperti apapun kehidupan itu. Kesimpulan ini berdasarkan bukti-bukti tersebut di atas serta fakta-fakta empiris dan spiritual yang ditemukan sejak konsep dan gaya hidup Jiwa Damai dirumuskan oleh Hasan Nafsi dan diterapkan oleh ribuan orang di seluruh dunia pada tahun 1989 hingga saat ini. Dengan konsep dan gaya hidup Jiwa Damai itu, Hasan Nafsi secara revolusioner berhasil merobah paradigma tentang kematian dari sebuah takdir mengerikan yang tak terduga menjadi sebuah peristiwa yang telah diketahui jauh sebelumnya sehingga bisa dikelola dengan sebaik-baiknya. Kematian pun berobah dari sebuah horor yang mencekam menjadi sebuah ritual yang menyenangkan sehingga tidak perlu lagi ditakuti maupun dihindari.
Halaman 9
PRAKTEK JIWA DAMAI – MENGENAL 15 TANDA KEMATIAN & CARA MENGHADAPI AJAL DENGAN BAHAGIA
4.
TANDA-TANDA KEMATIAN MENURUT DUNIA MEDIS VS KONSEP JIWA DAMAI
Dunia medis pada umumnya mendeteksi tanda-tanda kematian berdasarkan sejumlah perobahan fisik dan perobahan emosional dan spiritual yang dapat diindera pada setiap orang yang akan meninggal. Perobahan fisik itu antara lain adalah: •
Saat diraba, sekujur tubuh orang yang akan meninggal – termasuk tangan dan kakinya – terasa dingin karena sirkulasi darahnya kian melemah sehingga kulitnya pun memucat dan berbintik-bintik.
•
Ia akan diserang rasa kantuk yang luar biasa serta kehilangan kesadaran sehingga mereka cenderung tertidur sangat pulas. Beberapa di antaranya bahkan tidak pernah terbangun lagi.
•
Ia akan mengalami disorientasi, pikun, gelisah, meracau, dan ngawur.
•
Tubuhnya tidak sanggup lagi diasupi makanan maupun cairan.
•
Ia kehilangan kemampuan untuk menelan gara-gara kondisinya yang terus melemah. Pada saat yang sama, air ludah serta sekresi lainnya meningkat. Akibatnya, ia akan mengorok seperti sedang dicekik. Hal ini dapat diatasi dengan merobah posisi tubuhnya.
•
Ia kehilangan kemampuan untuk mengontrol berak dan kencingnya.
•
Irama napasnya tidak teratur lagi, terkadang cepat, terkadang lambat, bahkan terkadang berhenti selama sepuluh atau duapuluh detik.
Sedangkan perobahan emosional dan spiritualnya adalah: •
Ia selalu ingin menyendiri.
•
Ia melihat dan berusaha berkomunikasi dengan para anggota keluarga atau sahabatnya yang telah meninggal dunia.
•
Ia selalu berceloteh sembarangan yang seringkali tidak masuk akal.
Semua tanda kematian di atas ini sangat berbeda dengan yang terdapat dalam konsep Jiwa Damai. Perbedaan menonjol antara keduanya antara lain adalah: •
Dalam versi dunia medis, tanda-tanda kematian akan datang hanya beberapa hari – atau maksimal beberapa minggu – sebelum seseorang meninggal. Sedangkan tanda-tanda kematian dalam konsep Jiwa Damai Halaman 10
PRAKTEK JIWA DAMAI – MENGENAL 15 TANDA KEMATIAN & CARA MENGHADAPI AJAL DENGAN BAHAGIA
akan datang dalam kurun waktu 10 tahun atau minimal 40 hari sebelum detik kematian seseorang. Berkat ini, tiap praktisi Jiwa Damai punya waktu yang sangat leluasa untuk membenahi serta mempersiapkan segala sesuatunya sebelum ia pergi untuk selama-lamanya. •
5.
Dalam versi dunia medis, tanda-tanda kematian akan datang di saat orang yang bersangkutan sudah berada dalam kondisi yang sangat lemah, pikun, tak berdaya, sehingga tak mampu lagi berbuat apa-apa. Sedangkan dalam versi Jiwa Damai, tanda-tanda kematian akan tiba di saat orang yang bersangkutan masih dalam keadaan segar-bugar, sehat lahir-batin, dan mampu mengendalikan dirinya dengan sempurna hingga detik akhir kematiannya.
TANDA-TANDA KEMATIAN MENURUT ISLAM DAN BUDHA VS KONSEP JIWA DAMAI
Dari sekian banyak agama di dunia, ada dua agama yang paling menonjol dalam membahas tanda-tanda kematian, yaitu Islam dan Budha.
AGAMA ISLAM & KONTROVERSI TENTANG TANDA-TANDA KEMATIAN Hingga kini, isyu tentang tanda-tanda kematian masih menjadi sesuatu yang kontroversial di kalangan umat Islam. Ada sejumlah kelompok yang melarang pembahasan isyu itu sebab dianggap bertentangan dengan firman Allah dalam kitab suci Al-Qur’an. Namun ada pula beberapa kelompok lainnya – termasuk para praktisi konsep Jiwa Damai – yang membolehkannya. Kelompok yang melarang pembahasan tanda-tanda kematian mendasarkan argumentasinya pada dua ayat dalam Al-Qur;an, yaitu: •
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (Al Israa’ ayat 85).
•
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Lukman ayat 34).
Ayat pertama di atas ini jelas menegaskan bahwa roh adalah urusan (domain) Tuhan yang tidak boleh diganggu-gugat oleh manusia. Sedangkan ayat Halaman 11
PRAKTEK JIWA DAMAI – MENGENAL 15 TANDA KEMATIAN & CARA MENGHADAPI AJAL DENGAN BAHAGIA
berikutnya merupakan statemen bahwa tidak ada manusia yang dapat mengetahui dimana dia akan mati. Pada awalnya, para pemuka Islam yang anti terhadap tanda-tanda kematian menghujat konsep Jiwa Damai. Namun Hasan Nafsi berhasil meyakinkan mereka bahwa konsep Jiwa Damai sama sekali tidak bertentangan dengan ajaran Islam, terutama jika dikaitkan dengan kedua ayat tersebut di atas, yaitu: •
Tentang ayat pertama yang menegaskan bahwa “roh itu urusan Tuhan“: yang diteliti dan dirumuskan dalam konsep Jiwa Damai bukanlah roh, melainkan tanda-tanda kematian. Ini adalah dua hal yang berbeda meskipun memiliki keterkaitan yang sangat erat. Dan penegasan berikutnya – pada ayat yang sama – yang berbunyi: “dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit”: pengertian kata sedikit itu bukan berarti tidak ada samasekali. Bahkan ukuran sedikit menurut Allah pastilah maha-banyak menurut manusia. Atau paling tidak, ruang yang sedikit itu pastilah sangat luas bagi manusia untuk mempelajari tandatanda kematian.
•
Dan ayat kedua yang menyatakan bahwa “tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati“: yang dibahas dalam konsep Jiwa Damai adalah kapan (waktu) – bukan dimana (lokasi) – seseorang akan mati.
Akhirnya, para penghujat konsep Jiwa Damai paham dan yakin bahwa tandatanda kematian yang menjadi salah satu komponen vital dalam konsep Jiwa Damai benar-benar tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Bahkan sebagian besar di antara mereka akhirnya mendalami konsep Jiwa Damai kemudian mempraktekkannya secara konsisten hingga saat ini. TANDA-TANDA KEMATIAN MENURUT AGAMA BUDHA Secara filosofis, agama Budha mengaitkan tanda-tanda kematian manusia (sebagai mikrokosmos) dengan “kematian” empat elemen dasar makrokosmos – yaitu tanah, air, api, dan angin – yang menjadi material utama pembentukan tubuh manusia. Yang pertama adalah “kematian” elemen tanah yang ditandai secara eksternal dengan kian menyusutnya tubuh orang yang akan meninggal; dan secara internal berupa munculnya hayalan-hayalan kosong – berupa fatamorgana – dalam pikiran orang tersebut. Yang kedua ialah “kematian” elemen air yang ditandai secara eksternal dengan kian mengeringnya mulut dan lidah serta berbagai cairan tubuh seperti air seni,
Halaman 12
PRAKTEK JIWA DAMAI – MENGENAL 15 TANDA KEMATIAN & CARA MENGHADAPI AJAL DENGAN BAHAGIA
darah, dan sperma orang yang akan meninggal; dan secara internal dengan munculnya bayangan asap dalam pikiran orang tersebut. Berikutnya adalah “kematian” elemen api yang ditandai secara eksternal dengan kian merosotnya suhu tubuh serta makin dinginnya area di sekitar pusar yang menjadi sentral energi panas tubuh orang yang akan meninggal; dan secara internal dengan munculnya bayangan seperti kunang-kunang dalam pikiran orang tersebut. Dan yang terakhir adalah “kematian” elemen angin yang ditandai secara eksternal dengan hilangnya daya gerak akibat padamnya angin yang menggerakkan “baling-baling” mesin dalam tubuh orang yang akan meninggal; dan secara internal dengan munculnya bayangan seperti api lilin dalam pikiran orang tersebut. Beberapa jam atau beberapa hari setelah “kematian” elemen yang terakhir itu, orang yang bersangkutan pun meninggal. Tanda-tanda kematian dalam agama Budha ini secara substansial sedikit mirip dengan beberapa tanda kematian dalam konsep Jiwa Damai. Namun, seperti halnya semua tanda kematian dari berbagai versi yang telah diuraikan di atas, tanda-tanda kematian dalam agama Budha pun akan tiba pada saat orang yang akan meninggal berada dalam kondisi pikun, lemah, dan tak mampu berbuat apa-apa selain pasrah pada berbagai siksaan kematian yang sangat menyakitkan. Dalam konsep Jiwa Damai, ketika tanda-tanda kematian tiba, bahkan ketika malaikat maut mencabut nyawa, orang yang bersangkutan selalu dalam keadaan segar-bugar lahir dan batin dan ia pun akan menikmati detik-detik kematiannya dengan bahagia dan penuh rasa nyaman, sampai-sampai ia mengalami ejakulasi seperti layaknya sepasang perjaka dan perawan yang menjadi pengantin baru tengah menikmati malam pertama dengan pasangan hidupnya.
6.
MANFAAT MENGENAL TANDA-TANDA KEMATIAN
Mengenal tanda-tanda kematian sangatlah penting bagi setiap orang yang menginginkan akhir hayatnya tidak dikejutkan dengan kematian yang datang secara tiba-tiba tanpa diduganya. Meskipun kematian adalah takdir yang mustahil dihindari, namun akan jauh berbeda situasinya antara orang yang mengenal tanda-tanda kematian dengan yang tidak. Jadi, jelas sekali, tiap orang perlu memiliki pengetahuan yang memadai tentang tanda-tanda kematian.
Halaman 13
PRAKTEK JIWA DAMAI – MENGENAL 15 TANDA KEMATIAN & CARA MENGHADAPI AJAL DENGAN BAHAGIA
Namun – seperti yang telah dibahas sebelumnya dan yang akan diuraikan pada bab-bab berikutnya – dari semua versi pengetahuan tentang tanda-tanda kematian serta fenomena akhir kehidupan, hanya konsep Jiwa Damai yang menawarkan cara menghadapi ajal dengan kondisi fisik, mental, dan spiritual yang prima serta perasaan bahagia dan nyaman tanpa rasa sakit sedikitpun. Dan ini telah dibuktikan oleh penelitian dan pengembangan yang kontinyu sejak tahun 1989 atas ribuan praktisi Jiwa Damai yang masih hidup serta ratusan lainnya yang telah meninggal dengan damai dan bahagia – baik orang-orang dari seluruh Indonesia maupun orang-orang dari negara-negara lain termasuk dunia barat. Dengan mengenal 15 tanda kematian (Bab 3), serta 11 langkah untuk menghadapi ajal dengan bahagia (Bab 6), menjelang akhir hayat nanti Anda akan punya waktu yang cukup panjang untuk membereskan berbagai hal sebelum Anda meninggal, utamanya: •
Merencanakan suasana kematian Anda – apakah Anda ingin wafat dalam keadaan sendirian atau ditemani oleh keluarga atau kerabat. Apakah Anda ingin wafat dengan diantar doa-doa. Dan sebagainya.
•
Membuat wasiat dan mengatur warisan untuk para anggota keluarga yang akan Anda tinggalkan.
•
Saling bermaafan dengan para anggota keluarga, tetangga, sahabat, rekan kerja, dan sebagainya, sehingga Anda nanti bisa berangkat ke alam baka dengan perasaan sangat plong.
•
Melakukan hal-hal khusus sebagai kesan terakhir yang indah bagi orangorang yang akan Anda tinggalkan.
•
Jika Anda seorang penganut agama/kepercayaan tertentu, Anda dapat mengintensifkan kegiatan ibadah menjelang akhir hayat Anda dan ini akan menambah kebahagiaan Anda saat menghadap Tuhan Anda nanti.
•
Dan sebagainya.
(Bab 2 s/d bab terakhir tidak ditampilkan)
Halaman 14
PRAKTEK JIWA DAMAI – MENGENAL 15 TANDA KEMATIAN & CARA MENGHADAPI AJAL DENGAN BAHAGIA
Harga buku Rp 50.000,(termasuk ongkos kirim & sumbangan Anda) Seluruh hasil penjualan buku ini akan kami gunakan untuk membiayai program-program pemberdayaan masyarakat marjinal – utamanya masyarakat miskin – di seluruh Indonesia. Untuk itu, atas nama ribuan warga miskin tersebut, kami haturkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada Anda yang telah membeli buku ini.
CARA MEMILIKI BUKU INI: • Transfer harga buku ini ke “LSM Pusat Pemberdayaan Masyarakat Marjinal” nomor rekening: 070-00-0618212-0 pada Bank Mandiri Cabang Jakarta Plaza Mandiri. • Kirim nomor Record/resi transfer itu berikut nama dan alamat lengkap Anda (untuk pengiriman buku ini) ke alamat email kami (
[email protected]). • Setelah kami menerima transfer Anda, buku ini akan segera kami kirim dan akan tiba di alamat Anda paling lambat satu minggu untuk wilayah Jabodetabek, dan dua hingga tiga minggu untuk wilayah di luar Jabodetabek. Jika lewat dari waktu itu buku ini belum tiba, tolong segera beritahu kami lewat alamat email kami tersebut. • BAGI SIAPAPUN YANG TERGOLONG WARGA KURANG MAMPU: Anda tak perlu mentransfer dana. Cukup Anda ajukan permintaan kepada kami melalui alamat email tersebut disertai alamat lengkap Anda. Anggota KJD di wilayah Anda akan menyerahkan buku ini kepada Anda secara GRATIS sebagai sumbangan mereka kepada Anda. Untuk sementara, kami baru bisa melayani pemberian buku gratis di wilayah Sumatera Barat, Yogyakarta, Bali, NTT, dan Kalimantan Tengah. Wilayah lainnya akan segera menyusul.
Lembaga Swadaya Masyarakat “Pusat Pemberdayaan Masyarakat Marjinal” (LSM PPMM) adalah lembaga pengabdian para praktisi Jiwa Damai di Indonesia yang berupaya mengurangi segala bentuk penderitaan yang menimpa kelompok-kelompok masyarakat marjinal – utamanya masyarakat miskin – melalui kegiatan-kegiatan Bakti Khusus dan Bakti Umum. Untuk informasi selengkapnya, silahkan kunjungi blog kami: www.lsmppmm.wordpress.com. Halaman 15