1
PENGARUH AFEKTIVITAS DAN KESADARAN (AWARENESS) AKAN KESEHATAN TERHADAP INTENSI PEMBELIAN SANDAL KESEHATAN MELALUI ELECTRONIC HOME SHOPPING PADA LANJUT USIA (LANSIA) PWRI NGANJUK
Andhini Fitria Prasanti
[email protected] Program Studi Psikologi Universitas Brawijaya
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara afektivitas dan kesadaran (awareness) akan kesehatan terhadap intensi pembelian produk sandal kesehatan melalui Electronic Home Shopping pada lanjut usia (lansia) PWRI Nganjuk. Teknik sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Subjek yang digunakan dalam penelitian sebanyak 105 lansia yang tergabung dalam organisasi PWRI Nganjuk memiliki rentang usia 60 – 75 tahun dengan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Data dianalisis menggunakan metode regresi linier berganda dengan uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan dan afektivitas dan variabel kesadaran (awareness) akan kesehatan kaum lanjut usia tidak berperan signifikan terhadap intensi pembelian produk sandal kesehatan melalui Electronic Home Shopping pada lansia PWRI Nganjuk. Secara parsial baik variabel afektivitas dan kesadaran (awareness) tidak berperan signifikan terhadap intensi pembelian produk sandal kesehatan melalui Electronic Home Shopping pada lansia PWRI Nganjuk. Kata Kunci : Afektivitas, Kesadaran (Awareness), Intensi Membeli ABSTRACT The purpose this research was determine effect from affectivity and awareness toward buying intention of healthy sandals product through Electronic Home Shopping for elderly in PWRI Nganjuk. Sampling technique used purposive sampling. Subjects used 105 elderly are members PWRI Nganjuk. with range age start 60 until 75 years for male and female. Data analyzed using multiple linear regression with classical assumption and hypothesis testing. The results showed simultaneous affectivity and awareness variable not contribute significantly toward buying intention of healthy sandals product through Electronic Home Shopping for elderly in PWRI Nganjuk. Partially affectivity variable not contribute significantly toward buying intention of healthy sandals product through Electronic Home Shopping for elderly in PWRI Nganjuk. Partially awareness variable not contribute significantly toward buying intention of healthy sandals product through Electronic Home Shopping for elderly in PWRI Nganjuk.
Keywords: Affectivity, Awareness, Buying Intention
2 LATAR BELAKANG Fase-fase kehidupan setiap manusia selalu mengalami suatu perubahan. Perubahan terjadi secara afektif dan secara fisik. Perubahan secara afektif pada lansia ditandai dengan munculnya kebutuhan akan perhatian dari orang lain di sekitarnya, ketergantungan lansia terhadap pertolongan dan perawatan dari orang lain, kemampuan lansia yang lebih baik dalam mengatur emosi, dan lebih bijaksana dalam memutuskan atau menyelesaikan suatu permasalahan karena pengalaman yang dimiliki (Santrock, 2003). Perubahan secara afektif menurut Rocke (2009) terkait proses penuaan pada lansia adalah timbulnya respon-respon afektif dalam menghadapi proses tersebut, seperti : frustasi (frustrated) menghadapi perubahan hormon terkait seksualitas, antusias (enthusiastic) menghadapi penuaan, atau mungkin timbulnya perasaan takut (afraid) akan adanya perubahan dari proses penuaan. Beberapa perubahan afektivitas pada lansia tersebut menimbulkan keinginan dari lansia untuk menemukan cara yang tepat dalam menghadapi proses penuaan. Menurut Santrock (2003) salah satu permasalahan dari proses penuaan adalah kekhawatiran lansia akan kesehatan, oleh sebab itu cara yang dapat dilakukan lansia yang menginginkan menjadi lansia prima adalah dengan melakukan perawatan kesehatan. Perubahan fisik ditandai dengan perubahan pada sel-sel tubuh tidak hanya karena penyakit khusus, tetapi lebih pada proses penuaan (Permana, 2009). Penyakit-penyakit kronis (chronic disorder) dicirikan dengan adanya serangan yang perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama. Penyakit-penyakit kronis jarang muncul pada masa dewasa awal, akan meningkat pada masa dewasa tengah dan menjadi suatu hal yang biasa pada masa dewasa akhir. Penyakit kronis yang umumnya banyak diderita kaum lansia yaitu radang sendi (artritis) dan osteoporosis (Santrock, 2003). Perubahan fisik dalam proses penuaan tersebut dapat menimbulkan rasa kepedulian para lansia akan dirinya sendiri, terutama masalah kesehatan. Hal tersebut menjadi salah satu penyebab munculnya keinginan lansia untuk menjaga kesehatan, agar dapat mencegah penyakit kronis yang bervariasi. Menurut Ginting (2012) tingkat kesadaran (awareness) mengenai kesehatan merupakan pemahaman atau pengetahuan seseorang tentang dirinya dan keberadaan dirinya terkait kesehatan dalam keshidupan sehari-hari. Kesadaran (awareness) akan kesehatan lansia menyebabkan peningkatan akan kebutuhan perawatan kesehatan. Untuk melakukan perawatan kesehatan lansia harus memperhatikan biaya yang ditanggung atau dikeluarkan (Santrock, 2003). Perawatan kesehatan untuk lansia bervariasi, ada yang harus mengeluarkan biaya tinggi, seperti : pemeriksaan secara berkala di rumah sakit, membeli berbagai nutrisi untuk tubuh dan membeli alat untuk perawatan kesehatan. Ada yang tidak harus mengeluarkan biaya tinggi atau bahkan tidak mengeluarkan biaya, seperti : mengikuti senam lansia, teratur berolah raga setiap hari dan membuat obat herbal dari tanaman toga yang dimiliki di sekitar rumah (Santrock, 2003). Sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan lansia akan perawatan kesehatan, maka salah satu media belanja yaitu Electronic Home Shopping menawarkan kepada konsumen lansia sebuah produk perawatan kesehatan. Penawaran produk dilakukan dengan menggunakan media iklan atau katalog. Melalui iklan yang ditampilkan konsumen dapat melihat dan mendengarkan informasi mengenai produk. Berdasarkan iklan yang telah ditampilkan, diharapkan muncul respon dari konsumen terhadap, sehingga dapat diketahui intensi pembelian produk. Berdasarkan hal yang dikemukakan oleh Gould Electronic Home Shopping adalah suatu media belanja dengan kegiatan menjual dan membeli atau transaksi jual-beli dapat dilakukan di rumah melalui media elektronik, dimana informasi dan transaksi untuk barang konsumsi serta jasa yang ada dapat dilihat, kemudian dipesan melalui media interaktif seperti : telepon dan video. Video dan media interaktif dibuat untuk membedakan cara berbelanja melalui
3 Electronic Home Shopping dengan cara berbelanja melalui media belanja lainnya. Berbelanja melalui Electronic Home Shopping akan memperoleh informasi mengenai barang dan jasa yang ditawarkan kepada konsumen melalui telepon dan media interaktif lainnya. Salah satu produk yang ditawarkan oleh Electronic Home Shopping adalah produk sandal kesehatan. Produk tersebut memiliki daya tarik tersendiri bagi konsumen. Bukti daya tarik sandal kesehatan ini adalah banyak bisnis online tertarik untuk menjual pada website-website atau blogger yang digunakan sebagai sarana pemasaran produknya. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Greco (2011) pada penelitiannya keistimewaan dari Electronic Home Shopping adalah memperkenalkan produk dengan menggunakan iklan, sehingga lansia jauh lebih mudah mendapatkan informasi mengenai produk. Melalui informasi yang menarik dan inovatif mengenai produk sandal kesehatan melalui Electronic Home Shopping tersebut diharapkan mampu menimbulkan minat lansia dalam membeli produk. Minat membeli suatu produk disebut dengan intensi membeli. Intensi menurut Ajzen merupakan suatu indikasi dari kesiapan seseorang untuk menunjukkan perilaku. Kemudian ditegaskan bahwa niat individu untuk melakukan sesuatu merupakan suatu fungsi dari sikap terhadap perwujudan perilaku dalam situasi tertentu yang berhubungan dengan orientasi individu dan berkembang atas dasar keyakinan serta pertimbangan terhadap apa yang diyakini, norma-norma yang berpengaruh atas perwujudan perilaku dan motivasi (gabungan antara persepsi reference-group atau significant-person terhadap perwujudan perilaku) (Ajzen, 2005). Berdasarkan uraian diatas, maka disimpulkan bahwa pada masa lansia terjadi perubahan secara afektif dan secara fisik. Kedua perubahan menjadikan lansia berfikir dan memiliki keinginan untuk menemukan cara yang tepat dalam menghadapi perubahan akibat dari proses penuaan. Menurut Santrock (2003) salah satu permasalahan dari proses penuaan adalah kekhawatiran lansia akan kesehatan. Menurut Ginting (2012) tingkat kesadaran (awareness) akan kesehatan merupakan pemahaman atau pengetahuan seseorang tentang dirinya dan keberadaan dirinya terkait kesehatan dalam keshidupan sehari-hari. Keinginan dan kepedulian dalam menjaga kesehatan dapat dilakukan dengan cara melakukan perawatan kesehatan, sesusai dengan yag dikemukakan oleh Santrock (2003) bahwa dalam melakukan perawatan kesehatan lansia harus memperhatikan biaya yang ditanggung atau dikeluarkan Terkait perawatan kesehatan, salah satu media belanja yaitu Electronic Home Shopping menawarkan produk perawatan kesehatan yaitu sandal kesehatan yang dipasarkan melalui iklan dan katalog. Melalui iklan dan katalog setiap konsumen dapat memperoleh informasi produk. Informasi produk yang inovatif, jelas dan efisien diharapkan mampu menimbulkan minat pembelian atau sering disebut intensi pembelian. Sehubugan dengan konsumen dalam penelitian ini adalah lansia, maka peneliti mengacu kepada penelitian dari Greco (2011) bahwa lansia yang menggemari Electronic Home Shopping mayoritas adalah lansia yang masih aktif dalam kegiatan sosial dan lingkungan atau berorganisasi. Hal tersebut yang mendasari peneliti memilih untuk menggunakan subjek lansia yang masih aktif tergabung dalam organisasi PWRI Nganjuk. PWRI (Persatuan Wredatama Republik Indonesia) adalah organisasi kemasyarakatan yang digunakan sebagai tempat berhimpunnya atau berkumpulnya para Pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) seluruh Indonesia yang berazaskan pada pancasila, bersifat nasional, mandiri, demokrasi, menjunjung tinggi hak asasi manusia dan bersifat nirlaba, modern dan tetap menjaga serta menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan masyarakat di bawah naungan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Berdasarkan kesimpulan awal mengenai uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji tentang “Pengaruh Afektivitas Dan Kesadaran (Awareness) Akan Kesehatan Terhadap Intensi Pembelian Produk Sandal Kesehatan melalui Electronic Home Shopping Pada Lansia PWRI (Persatuan Wredatama Republik Indonesia) Nganjuk”.
4 KAJIAN PUSTAKA Afektivitas Menurut Atmoko afektivitas merupakan titik awal dari munculnya berbagai macam emosi. Ketika diketahui pengaruh suatu perlakuan terhadap afektivitas, maka dapat disimpulkan pula tendensi pengaruh perlakuan tersebut terhadap emosi atau faktor-faktor psikologis yang lebih jauh (Prawitasari, 2012). Menurut Forgas afektivitas merupakan suatu reaksi yang melibatkan reaksi kognitif, namun diantara afektivitas dan reaksi kognitif memiliki perbedaan. Afektivitas lebih bersifat argumen, reaksi psikologis dan neuroanatomocally dari reaksi kognitif individu. Afektivitas lebih primer dan hanya sebuah respon, jika reaksi kognitif mencakup perhatian dan interpersonal proses. Afektivitas berupa informasi mengenai pemikiran dan pendapat dari individu. Afektivitas lebih memiliki konsep tradisional yang meliputi perasaan, pemikiran dan tingkah laku (Forgas, 2004). Menurut David Watson afektivitas merupakan emosi positif dan negatif dari individu, dimana emosi positif dan negatif ini memiliki beragam respon (Rocke, 2009). Menurut Diener (Diponegoro, 2005) menjelaskan ada dua jenis dari afektivitas yaitu : 1. Afektivitas Positif (Posittive Affect) 2. Afektivitas Negatif (Negative Affect) Setelah mengetahui definisi dari afektivitas dan jenis-jenis afektivitas, maka perlu diketahui bahwa afektivitas memiliki suatu proses, sehingga dapat dijelaskan secara khusus proses afektivitas. Beberapa ahli mengemukakan pendapat mengenai proses dari afektivitas. Afektivitas dibedakan menjadi dua Positive Affect (PA) dan Negative Affect (NA). Proses dari afektivitas dimulai dengan adanya suatu stimulus yang mendasari proses afektif. Stimulus dapat berupa apapun, misalnya adanya suatu tayangan atau suara. Dari stimulus tersebut menghasilkan dua respon atau reaksi yaitu Positive Affect (PA) yang lebih memikirkan kembali dampak dari suatu proses, asimilatif, general, produktif dan memungkinkan untuk memikirkan kembali suatu pemikiran. Individu cenderung kreatif, terbuka, konstruktif dan inklusif ketika muncul respon yang baik dari sebuah stimulus yang ada (Forgas, 2004). Respon berikutnya yaitu respon Negative Affect (NA) Negative Affect (NA) lebih general dalam sistem, analisis dan strategi dalam suatu proses. Indivudu lebih induktif dan memikirkan hal ekternal, memiliki perhatian besar terhadap situasi yang kurang menyenangkan (Forgas, 2004). Diantara kedua respon tersebut memiliki perbedaan. Positive Affect (PA) lebih cenderung memikirkan suatu stimulus secara lebih terperinci sedangkan Negative Affect (NA) cenderung kurang memikirkan stimulus yang ada (Forgas, 2004). Kedua afektivitas tersebut memiliki beberapa bentuk ungkapan atau respon dari suatu proses kognitif. Masing-masing affect memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing yang dirasakan oleh individu. Munculnya perasaan positif dan negatif pada individu merupakan proses afektivitas yang melibatkan proses kognitif di dalamnya. Namun perlu ditegaskan bahwa proses afektivitas dan proses kognitif secara khusus memiliki perbedaan yang cukup signifikan dalam respon dan proses yang dihasilkan (Forgas, 2004). Dalam proses afektivitas terdapat dua efek yang ditimbulkan yaitu (Forgas, 2004) adalah pengaruh afektivitas terhadap kesalahan atribusi (affective influences on attrubution errors) dan pengaruh afektivitas terhadap memori masa lalu (affective influences on eyewitness memory). Kesadaran (Awareness) Akan Kesehatan Kesadaran diartikan sebagai kondisi terjaga atau mampu mengerti apa yang sedang terjadi. Kedua, kesadaran diarikan sebagai semua ide, perasaan, pendapat dan sebagaimua yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang. Selain itu kesadaran diartikan sebagai
5 pemahaman atau pengetahuan seseorang tentang dirinya dan keberadaan dirinya (Wardhani, 2008). Secara harfiah, kesadaran sama artinya dengan mawas diri (awareness). Kesadaran juga bisa diartikan sebagai kondisi dimana seorang individu memiliki kendali penuh terhadap stimulus internal maupun stimulus eksternal. Namun, kesadaran juga mencakup dalam persepsi dan pemikiran yang secara samar-samar disadari oleh individu sehingga akhirnya perhatiannya terpusat (Supratiknya, 1993). Ada dua macam kesadaran, yaitu (Supratiknya, 1993) : 1. Kesadaran Pasif 2. Kesadaran Aktif Menurut Soekamto menyatakan bahwa terdapat empat indikator kesadaran yang masingmasing merupakan suatu tahapan bagi tahapan berikutnya dan menunjuk pada tingkatan kesadaran tertentu, mulai dari terendah sampai dengan tertinggi, antara lain : pengetahuan, pemahaman, sikap dan pola perilaku (tindakan) (Wardhani, 2008). Berikut ini merupakan indikator-indikator dari kesadaran (awareness) (Wardhani, 2008) : 1. Pengetahuan (knowledge) meliputi : tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis), dan evaluasi (evaluation) 2. Sikap (attitude) meliputi : menerima (receiving), merespon (responding), menghargai (valuing), dan bertanggung jawab (responsible) 3. Tindakan (action) meliputi : Persepsi (perception), Respon terpimpin (guided response), Mekanisme (mechanism), dan Adopsi (adoption) Intensi Pembelian Produk Sandal Kesehatan Menurut Barata, sebelum terjadinya suatu perilaku, ada hal yang menjadi prediktor utama dalam menentukan perilaku, yaitu intensi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Schiffman mengatakan intensi adalah hal yang berkaitan dengan kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau berperilaku tertentu (Ajzen, 2005). Intensi dapat dijelaskan melalui teori perilaku terencana yang merupakan pengembangan dari teori tindakan beralasan oleh Fishbein dan Ajzen. Teori perilaku terencana didasarkan pada asumsi bahwa individu dapat berperilaku secara bijaksana, sehingga mereka memperhitungkan semua informasi yang ada baik secara implisit maupun eksplisit dan mempertimbangkan akibat dari perilaku mereka (Ajzen, 2005). Terdapat 3 aspek intensi pembelian produk yang berasal dari aspek-aspek intensi berperilaku dari Ajzen, yaitu sebagai berikut : 1. Sikap konsumen terhadap perilaku membeli 2. Norma subjektif terhadap perilaku membeli 3. Kontrol perilaku terhadap perilaku membeli Dalam intensi pembelian produk sandal kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sesuai dengan teori intensi pembelian yang telah dikemukakan oleh Ajzen (2005) , yaitu : 1. Faktor Individu : a. Sikap b. Kepribadian c. Perbedaan nilai yang dianut oleh setiap konsumen d. Emosi e. Intelijensi 2. Faktor Sosial a. Usia dan Jenis Kelamin b. Ras dan Etnis c. Pendidikan d. Pendapatan e. Agama
6 3. Faktor Informasi Pengalaman a. Pengetahuan b. Paparan Media Faktor lain yang dapat mempengaruhi intensi pembelian produk sandal kesehatan melalui Electronic Home Shopping berdasarkan penelitian dari Greco (2011) mengenai “Profile of Elderly Home Shopper” faktor yang mempengaruhi pembelian produk melalui Electronic Home Shopping adalah : 1. Elderly in Home Shopper 2. Demographic Characteristic 3. Attudinal Characteristic
METODE Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lanjut usia yang tergabung dalam organisasi PWRI Nganjuk yang berjumlah 575 orang dan pernah melihat iklan atau membeli produk sandal kesehatan dari media belanja Electronic Home Shopping, kemudian penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 105 lansia dari populasinya, sampel tersebut juga dijadikan subjek uji coba sekaligus menjadi subjek penelitian. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Penelitian ini menggunakan teknik explanatory research. Dari segi analisis data, penelitian ini tergolong dalam penelitian kuantitatif. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi linier berganda dengan menggunakan uji asumsi klasik dan uji hipotesis. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji heterokedatisitas, uji multikolinearitas, uji otokorelasi dan uji linieritas. Uji hipotesis terdiri dari metode analisis regresi linier berganda, uji F dan uji T. Instrumen penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini terdiri atas 3 jenis skala, yaitu skala afektivitas (yang diadaptasi dari skala PANAS Rocke (2009), namun dimodifikasi oleh peneliti) dengan jumlah item sebanyak 24 item dan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,848, skala kesadaran (awarenesss) akan kesehatan (yang diadaptasi dari teori pada penelitian Wardhani (2008)) dengan jumlah item sebanyak 73 item dan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,983 kemudian skala intensi pembelian produk (yang diadaptasi dari teori Ajzen (2005)) dengan item sebanyak 14 item dengan nilai Cronbach Alpha sebesar 0,846. Dari 3 skala tersebut dinyatakan reliabel, karena nilai Cronbach Alpha lebih besar daripada 0,20 dan berdasarkan indeks Cronbach Alpha yang dimiliki tergolong sangat reliabel. Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu langkah awal yang adalah melakukan uji coba kepada 50 orang lanjut usia yang tergabung dalam organisasi PWRI Nganjuk pada wilayah Kramat yaitu di Jl. Wilis I, II, dan III, Jarakan, Kramat Kabupaten Nganjuk. Hasil penelitian tersebut akan dianalisis dengan menguji validitas, reliabilitas dan uji hipotesis. Langkah selanjutnya alat ukur yang berupa kuesioner tersebut diuji validitas isi dengan menggunakan expert judgement yang dilakukan oleh dosen pembimbing, sekaligus skala tersebut dibagikan kepada 10 orang mahasiswa Psikologi untuk mengetahui hal-hal yang perlu dievaluasi secara kualitatif agar di dapatkan alat ukur yang sesuai dengan tema peneliti dan tujuan penelitian. Setelah dilakukan revisi, peneliti melanjutkan pengambilan data penelitian dengan mengambil subjek sebanyak 55 lanjut usia yang tergabung di dalam organisasi PWRI Nganjuk. Dari keseluruhan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 105 orang yang juga dijadikan sebagai subjek uji coba atau yang lebih dikenal dengan try out terpakai.
7 HASIL Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara afektivitas dan kesadaran (awareness) akan kesehatan kaum lansia terhadap intensi pembelian produk sandal kesehatan melalui Electronic Home Shopping. Berikut adalah hasil uji hipotesis berdasarkan data yang telah diperoleh dari lapangan. Analisis regresi digunakan untuk mendapatkan pengaruh variabel-variabel bebas (X) (dalam penelitian ini adalah variabel afektivitas dan kesadaran (awareness)) terhadap variabel terikat (Y) (dalam penelitian ini adalah variabel intensi pembelian). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis regresi linier berganda, dimana peneliti dibantu dengan program SPSS (Statistical Package for the Social Science) 17.0. Berikut merupakan hasil yang diperoleh : Tabel 1 : Hasil Analisis Regresi Prediktor
Standard Koefisien β
Konstanta Afektivitas Keasadaran (Awareness)
Koefisien β 18,951
0,036 0,094
Berdasarkan uji regresi yang dilakukan terbentuk model regresi sebagai berikut : Y = 18,951 + 0,036X1 + 0,094 X2 Persamaan regresi ini menunjukkan nilai konstanta koefisien regresi sebesar 18,951, berarti tanpa adanya pengaruh dari variabel X1 dan X2 variabel Y akan bernilai sebesar (+) 18,951. Nilai koefisien afektivitas sebesar 0,036 menunjukkan apabila terdapat kenaikan skala tanggapan responden sebanyak 1 poin pada X1 dan variabel yang lain dianggap tetap atau tidak ada perubahan sama sekali, maka akan terjadi penurunan pada variabel Y sebesar 0,036. Nilai koefisien kesadaran (awareness) sebesar 0,094 menunjukkan apabila terdapat kenaikan skala tanggapan responden sebanyak 1 poin pada X2 dan variabel yang lain dianggap tetap atau tidak ada perubahan sama sekali, maka akan terjadi kenaikan pada variabel Y sebesar 0,094. Dalam penelitian ini hasil hipotesis simultan dapat diketahui dengan melakukan uji F. Uji F berfungsi untuk menunjukkan apakah semua variabel yang digunakan dalam model regresi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Y. Berikut ini adalah hasil dari uji hipotesis secara simultan yang telah dilakukan dengan bantuan program SPSS. Tabel 2. Hasil Uji Hipotesis secara Simultan Rsquare
Fhitung
Ftabel
0,022
1,146
3,08
Signifikansi 0,322
Keputusan Terima H0
Dengan menggunakan Uji F diketahui nilai Fhitung adalah sebesar 1,146 Jika dibandingkan dengan Ftabel maka, nilai tersebut tampak lebih besar (1,146 < 3,08). Selain itu, dapat diketahui pula nilai nilai signifikansi dari uji hipotesis secara simultan yaitu sebesar 0,322 yang lebih besar dari α (0,05), sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara afektivitas dan kesadaran (awareness) akan kesehatan kaum lanjut usia terhadap intensi pembelian produk melalui Electronic Home Shopping. Selain uji hipotesis di atas, dapat pula diketahui sumbangan dari variabel X terhadap variabel Y melalui nilai regresi yang dihitung menggunakan SPSS. Nilai R square yang
8 ditunjukkan adalah sebesar 0,022. Hal ini menunjukkan bahwa sumbangan atau peranan pemenuhan pengaruh antara afektivitas dan kesadaran (awareness) akan kesehatan kaum lansia terhadap intensi pembelian produk sandal kesehatan melalui Electronic Home Shopping sebesar 2,2% sedangkan 97,8% dipengaruhi oleh faktor lain. Dalam penelitian ini hasil hipotesis parsial dapat diketahui dengan melakukan uji T. Berikut ini adalah hasil dari uji hipotesis secara simultan yang telah dilakukan dengan bantuan program SPSS. Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis Variabel Afektivitas secara Parsial Thitung 0,406
Ttabel 1,982
Signifikansi 0,685
Keputusan Terima H0
Dengan menggunakan Uji T diketahui nilai Thitung sebesar 0,406. Jika dibandingkan dengan Ttabel, nilai tersebut tampak lebih kecil (0,406 < 1,982). Selain itu, berdasarkan hasil olah data menggunakan SPSS, diketahui pula nilai signifikansinya adalah sebesar 0,685 yang lebih besar dari α (0,05), sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara afektivitas kaum lanjut usia terhadap intensi pembelian produk sandal kesehatan melalui Electronic Home Shopping. Tabel 4. Hasil Uji Hipotesis Variabel Kesadaran (awareness) Thitung
Ttabel
Signifikansi
Keputusan
1,467
1,982
0,145
Terima H0
Dengan menggunakan Uji T diketahui nilai Thitung sebesar 1,467. Jika dibandingkan dengan Ttabel maka, nilai tersebut tampak lebih kecil (1,467 < 1,982). Selain itu, berdasarkan hasil olah data menggunakan SPSS, diketahui pula nilai signifikansinya adalah sebesar 0,145 yang lebih besar dari α (0,05), sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara kesadaran (awareness) kesehatan kaum lansia terhadap intensi pembelian produk sandal kesehatan melalui Electronic Home Shopping.
DISKUSI Setelah dilakukan uji hipotesis secara simultan, diperoleh hasil Fhitung sebesar 1,146 dan Ftabel sebesar 3,08, nilai tersebut menunjukkan Ftabel lebih besar dari Fhitung (3,08 > 1,146). Sedangkan signifikansi dari uji hipotesis sebesar 0,322 dengan perbandingan nilai 𝛼 lebih kecil (< 0,05). Berarti ada pengaruh yang signifikan antara afektivitas dan kesadaran (awareness) akan kesehatan kaum lanjut usia berpengaruh signifikan terhadap intensi pembelian produk sandal kesehatan melalui Electronic Home Shopping. Hal ini juga diperkuat dengan hasil dari uji korelasi, dimana nilai signifikansi ketiga variabel, sama-sama bernilai 0,000 (< 0,05). Dimana hal ini menunjukkan bahwa, peran afektivitas dan kesadaran (awareness) akan kesehatan kaum lanjut usia terhadap intensi pembelian produk sandal kesehatan melalui Electronic Home Shopping tidak memiliki hubungan yang kuat dan signifikan. Untuk melihat besarnya pengaruh variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y, dapat dilihat melalui nilai Rsquare yaitu 0,022 atau 2,2%. Dimana hasil tersebut menunjukkan bahwa afektivitas dan kesadaran (awareness) akan kesehatan kaum lanjut usia hanya berperan sebesar 2,2% saja terhadap intensi pembelian produk sandal kesehatan melalui Electronic
9 Home Shopping, sementara sisanya, 97,8% dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini, seperti : 1. Faktor individu : a. Faktor sikap dapat berpengaruh terhadap intensi pembelian produk sandal kesehatan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan sikap yang ditunjukkan oleh lansia terhadap penawaran produk sandal kesehatan melalui Electronic Home Shopping yang ditampilkan dari iklan dapat menimbulkan sikap yang positif, seperti : tertarik untuk membeli produk tersebut atau sikap yang cenderung negatif, seperti : tidak mempercayai semua informasi mengenai produk akhirnya tidak berminat untuk membeli. b. Faktor kepribadian dari lansia dapat menjadi faktor yang dapat memicu munculnya intensi pembelian produk. Pada penelitian ini lansia yang memiliki kepribadian yang lebih terbuka terhadap lingkungan tertarik akan penawaran produk dan mayoritas memiliki bahkan berencana akan membeli produk sandal kesehatan melalui Electronic Home Shopping, namun beberapa lansia yang menarik diri dari lingkungan atau lebih pasif akan cenderung mengabaikan penawaran produk, sehingga terlihat kurang memiliki minat terhadap produk. Faktor kepribadian ini dapat diteliti kembali untuk peneliti berikutnya, dikarenakan faktor kepribadian yang nampak tersebut diperoleh dari penelitian pada organisasi PWRI Nganjuk. c. Faktor nilai dapat menjadi pertimbangan bagi lansia untuk membeli produk atau berminat membeli produk sandal kesehatan melalui Electronic Home Shopping, seperti nilai-nilai budaya yang tertanam di wilayah Nganjuk dengan nilai-nilai budaya yang tertanam di wilayah lain atau negara lain. Berdasarkan penguuna dari Electronic Home Shopping sendiri di Indonesia terutama di wilayah Nganjuk dapat dikatakan masih sedikit dibandingkan negara lain. Hal tersebut dapat menjadi faktor yang mempengaruhi intensi pembelian sebuah produk. d. Faktor emosi seringkali menjadi faktor yang penting dalam intensi pembelian. Berdasarkan penelitian yang dilakukan banyak lansia yang membeli produk sandal kesehatan tidak karena kegunaan, namun lebih cenderung emosi sesaat terhadap produk, seperti : membeli produk karena penawaran diskon yang besar, membeli produk karena anggota organisasi PWRI mayoritas memiliki sandal kesehatan dan bahkan ada yang membeli sandal kesehatan untuk menjaga harga diri di lingkungan organisasi PWRI Nganjuk. e. Faktor inteligensi dapat berperan dalam intensi pembelian. Pada penelitian yang dilakukan dalam sebuah organisasi PWRI tingkat inteligensi masing-masing anggota berbeda, hal itu dapat dilihat dari kepekaan atau pemahaman lansia terhadap informasi produk, seperti : ada beberapa lansia yang tidak memahami bahkan tidak mengerti maksud dari penawaran produk sandal kesehatan termasuk manfaat dan cara penggunaannya, namun ada lansia yang mudah memahami informasi, sehingga respon terhadap produk lebih bervariasi. Hal tersebut yang dapat menimbulkan intensi pembelian. 2. Faktor sosial a. Faktor usia dari lansia dapat menentukan intensi pembelian produk. Hal ini karena pada penelitian sebelumnya lansia diatas 65 tahun Greco (2011) cenderung lebih menyukai belanja di rumah, seperti : menggunakan media belanja Electronic Home Shopping. Berdasarkan usia tersebut dapat diketahui minat pembelian produk oleh lansia. Hal yang dikemukakan oleh Greco (2011) tidak jauh berbeda dengan fakta yang ditemukan dalam penelitian ini. b. Faktor jenis kelamin dapat mempengaruhi intensi, seperti dalam uji demografis dalam penelitian ini, faktor jenis kelamin mempengaruhi adanya intensi, namun sangat kecil
10 pengaruhnya. Hal ini dilihat dari perbedaan nilai rata-rata, meskipun dalam uji analisis perbedaan ini tidak signifikan mempengaruhi intensi. c. Faktor pendapatan merupakan faktor yang mempengaruhi intensi pembelian produk. Pada penelitian ini dari anggota PWRI dimana mayoritas dari pensiunan Pegawai Negeri Sipil (PNS) banyak yang memiliki sandal kesehatan dan ada beberapa lansia yang mulai tertarik untuk membeli sandal kesehatan melalui Electronic Home Shopping. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa dengan pendapatan sebagai pensiunan PNS, lansia masih tertarik dan mampu untuk membeli produk sandal kesehatan, sebagai salah satu cara untuk melakukan perawatan kesehatan. 3. Faktor informasi pengalaman : a. Faktor paparan media dapat mempengaruhi intensi pembelian. Pemaparan media melalui iklan yang menarik akan memicu konsumen untuk tertarik terhadap produk. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian bahwa mayoritas dari lansi yang tergabung dalam organisasi PWRI lebih memahami produk sandal kesehatan melalui Electronic Home Shopping dari iklan, bahkan seluruh lansia dalam organisasi tidak mengetahui produk sandal kesehatan selain pemasaran dari iklan ada pemasaran melalui katalog. Berdasarkan pemaparan diatas mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi intensi pembelian produk sandal kesehatan melalui Electronic Home Shopping tersebut sesuai dengan faktor-faktor intensi yang dikemukakan oleh Ajzen (2005). Afektivitas berhubungan perasaan dari lanjut usia dalam menghadapi proses penuaan. Dalam menghadapi penuaan, seringkali lanjut usia mengekspresikan perasaan yang positif (afektivitas positif) terhadap kondisi fisiknya, seperti : perasaan antusias dalam menjalani masa lanjut usia, gembira melakukan aktifitas sehari-hari atau mungkin bersemangat bergabung dalam kegiatan organisasi khusus lanjut usia. Namun ada sebagian lanjut usia yang memiliki perasaan negatif (afektivitas negatif) terhadap kondisi fisiknya, seperti : putus asa dalam menghadapi perubahan fisik, sedih melihat fisik yang tidak lagi muda atau bahkan merasa frustasi karena tidak mampu melakukan aktifitas seperti dulu. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Diponegoro (2005) bahwa, terdapat dua jenis afektivitas yaitu afektivitas positif dan afektivitas negatif. Ketika seorang lanjut usia mengekspresikan perasaan positif dan negatif, maka tidak dapat atau belum dapat dikatakan orang tersebut memiliki intensi membeli terhadap produk sandal kesehatan, karena berdasarkan yang dikemukakan oleh Azjen (2005) bahwa munculnya intensi membeli dipengaruhi banyak faktor selain faktor individu atau faktor konsumen itu sendiri dan berdasarkan yang dikemukakan oleh Santrock (2003) bahwa lanjut usia dalam menjaga kesehatan perlu adanya perawatan kesehatan dan adanya penghasilan yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan akan kesehatan tersebut agar dapat menjadi lansia yang prima, pendapatan lansia pada masa pensiun cenderung tidak stabil, sehingga itu mungkin akan menjadi faktor lain yang dapat mempengaruhi intensi membeli produk sandal kesehatan yang ditawarkan oleh Electronic Home Shopping. Tidak hanya itu, penurunan fisik yang terjadi pada lanjut usia dapat menimbulkan rasa kepedulian terhadap fisik. Menurut Wardhani kepedulian terhadap fisik dan diri sendiri tersebut merupakan bentuk kesadaran (awareness). Kesadaran (awareness) yang dimaksud adalah kesadaran (awareness) akan kesehatan terkait penurunan fisik yang terjadi. Hal ini dianggap mampu menimbulkan kebutuhan akan perawatan kesehatan dari lanjut usia. Terkait perawatan kesehatan tersebut banyak media belanja menyediakan layanan dan produk yang baik kepada konsumen. Salah satunya Electronic Home Shopping yang menyediakan sandal kesehatan. Penawaran sandal kesehatan yang dilakukan dapat mempengaruhi intensi pembelian produk tersebut. Menurut Santrock (2003) penyedia perawatan kesehatan dan pasien merupakan aspek penting dalam perawatan kesehatan. Hal ini sesuai dengan penelitian Gould (1996) yang
11 menunjukkan kelebihan dan kekurangan media belanja Electronic Home Shopping yang merupakan media belanja dengan kegiatan menjual dan membeli atau transaksi jual-beli yang dapat dilakukan di rumah dengan menggunakan media elektronik. Media belanja dengan terobosan baru ini juga digunakan oleh lanjut usia di organisasi PWRI Nganjuk, namun tidak semua anggota dari PWRI memiliki intensi membeli produk tersebut. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian dari 575 anggota PWRI hanya 105 orang yang dapat dijadikan sampel penelitian, karena 105 orang tersebut masuk dalam kriteria sampel yang menyebutkan bahwa pernah membeli dan mengetahui produk sandal kesehatan dari Electronic Home Shopping, sedangkan 470 orang tidak pernah membeli dan tidak mengetahui informasi mengenai produk tersebut. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kesadaran (awareness) dari lansia tersebut tidak dapat mempengaruhi intense membeli produk, karena faktor informasi mengenai produk dan penawaran produk kurang, sehingga tidak dapat dipastikan bahwa faktor kesadaran (awareness) merupakan faktor satu-satunya yang dapat menimbulkan intensi pembelian, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ajzen (2005). Asumsi diatas diperkuat dengan penelitian dari Greco (2011) yang menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembelian produk melalui Electronic Home Shopping yaitu faktor elderly in home shopper yaitu faktor yang cenderung melihat karakteristik konsumen dalam pembelian sebuah produk, kemudian faktor demographic characteristic yaitu faktor yang memfokuskan kepada peminat Electronic Home Shopping umumnya kalangan keluarga yang memiliki tingkat kemakmuran menengah ke atas, memiliki pengetahuan yang cukup mengenai produk dari Electronic Home Shopping, memiliki pendidikan yang cukup tinggi, seperti : pegawai dan pensiunan. Faktor lainnya adalah faktor tempat tinggal dari konsumen pengguna Electronic Home Shopping, penggunanya cenderung konsumen yang berada di perkotaan dengan tempat tinggal yang kurang strategis atau jauh dari tempat perbelanjaan, sehingga Electronic Home Shopping dapat digunakan sebagai sarana belanja yang praktis. Banyaknya faktor tersebut yang menjadikan faktor kesadaran (awareness) akan kesehatan menjadi tidak kuat atau kurang dapat mendasari munculnya intensi pembelian. Setelah dilakukan uji hipotesis, afektivitas sebagai X1 secara parsial diperoleh hasil bahwa Thitung sebesar 0,406 dan dan nilai Ttabel sebesar 1,982, maka nilai Thitung lebih kecil dibandingkan Ttabel (1,982> 0,406) dengan nilai signifikansi sebesar 0,685 dan perbandingan nilai 𝛼 lebih kecil (0,05). Berarti afektivitas tidak berpengaruh signifikan terhadap intensi pembelian produk sandal kesehatan melalui Electronic Home Shopping. Afektivitas tidak mempengaruhi intensi pembelian produk sandal kesehatan melalui Electronic Home Shopping, dikarenakan dari hasil pengujian hipotesis secara statistik dinyatakan bahwa afektivitas tidak memberikan sumbangan yang cukup besar dalam mempengaruhi intensi pembelian sandal kesehatan melalui Electronic Home Shopping. Sesuai dengan hasil tersebut mengindikasikan ada beberapa faktor selain afektivitas yang dapat mempengaruhi intensi pembelian. Berdasarkan proses afektivitas diketahui bahwa afektivitas dimulai dengan adanya suatu stimulus, misalnya stimulus tersebut iklan produk sandal kesehatan melalui Electronic Home Shopping. Kemudian stimulus tersebut memungkinkan untuk menghasilkan dua respon yaitu respon positif dan negatif dari lanjut usia terhadap produk. Berdasarkan penjelasan mengenai proses afektivitas diatas penggunaan media periklanan dalam pemasaran yang dilakukan mungkin berpengaruh terhadap intensi pembelian produk sandal kesehatan melalui Electronic Home Shopping. Seperti yang dikemukakan oleh Ajzen (2005) bahwa informasi menimbulkan afektivitas baik positif maupun negatif terhadap produk.
12 Setelah dilakukan uji hipotesis kesadaran (awareness) secara parsial, diperoleh hasil Thitung sebesar 1,467 dan Ttabel 1,982, dapat dilihat nilai Thitung lebih besar daripada Ttabel (1,982 > 1,467) dengan signifikansi sebesar 0,145 dan perbandingan nilai 𝛼 lebih kecil (0,05). Berarti kesadaran (awareness) akan kesehatan kaum lanjut usia tidak berpengaruh signifikan terhadap intensi pembelian produk sandal kesehatan melalui Electronic Home Shopping. Kesadaran (awareness) kaum lanjut usia merupakan bentuk kepedulian lanjut usia terhadap kesehatan. Bentuk kepedulian kaum lanjut usia terhadap kesehatan di Wilayah Nganjuk dilakukan dengan membentuk komunitas senam lanjut usia di wilayah Nganjuk yang dilakukan setiap hari. Seperti yang dalam penelitian Ginting (2012) kesadaran dalam bentuk lain yaitu pemahaman atau pengetahuan tentang dirinya dan keberadaan dirinya. Kesadaran (awareness) tidak berpengaruh terhadap intensi pembelian produk dikarenakan lanjut usia di wilayah Nganjuk kurang tertarik terhadap produk-produk kesehatan yang ditawarkan melalui media periklanan, seperti : televisi. Selain itu lanjut usia di wilayah Nganjuk merasa bahwa tidak hanya dengan membeli produk sandal kesehatan melalui Electronic Home Shopping dapat menjaga kesehatan. Menurut anggota senam lanjut usia untuk menjaga kesehatan yang paling baik bagi lanjut usia adalah dengan olahraga teratur dan mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin, jika terpaksa harus menggunakan produk kesehatan, maka lanjut usia harus melihat manfaat dari produk yang akan dibeli. Strategi komunikasi yang tepat kepada lanjut usia di wilayah Nganjuk diperlukan agar lanjut usia tertarik terhadap produk perawatan kesehatan yang ditawarkan oleh media belanja Electronic Home Shopping dan menggunakan perawatan kesehatan yang lebih baru. Hal ini sesuai penelitian Ginting (2012) bahwa penggunaan strategi komunikasi yang tepat, maka masyarakat dapat memiliki kesadaran (awareness) akan kesehatan. Berdasarkan uraian diatas, maka ada beberapa keterbatasan dan kekurangan yang dilakukan peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini, antara lain : penelitian ini menggunakan media belanja Electronic Home Shopping, dimana media belanja tersebut masih tergolong sesuatu yang baru di Indonesia , oleh sebab itu hasil dari penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, terutama dilihat dari peminat media belanja ini. Perbedaan budaya (setting culture) ini menimbulkan kecenderungan bahwa lanjut usia yang berdomisili di wilayah desa lebih tertarik dibandingkan dengan lanjut usia di wilayah kota, sedangkan pada penelitian sebelumnya justru pada wilayah kota yang sering menggunakan media ini. Selain itu subjek dalam penelitian ini terbatas, karena hanya dilakukan pada komunitas kecil lanjut usia yang mencakup kota dan desa di wilayah Nganjuk, sehingga hasil yang didapat kurang adanya generalisasi dari kedua wilayah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA Ajzen. (2005). Attitudes, Personality and Behavior. USA : Open University Press Diponegoro, M. Ahmad. (2005). Validitas Konstruk Skala Afek. Psychological Journal, Vol. 2, No.1, Hal : 64 – 74. FastWorld by DRTV 2013. Diakses pada http://www.thefastworld.com/. Tanggal 22 Februari 2013 Forgas, P. Joseph. (2004). Feeling and Thinking (The Role of Affect in Social Cognition). Amerika : Cambrige University Press.
13 Ginting, Ellen. (2012). Strategi Komunikasi Dan Tingkat Kesadaran Kesehatan (Studi Korelasional Pengaruh Strategi Komunikasi Tim Penggerak PKK Pokja IV Terhadap Tingkat Kesadaran Masyarakat Mengenai Kesehatan Di Kelurahan Dendang Kecamatan Stabat Kabupaten Langkat). Jurnal Kesehatan, Hal 1-15. Gould, Jane. (1996). Driven To Shop ? The Role Of Transportation In Future Electronic Home Shopping. Journal Of Marketing, hal 1-18. Greco, Alan. (2011). A Profile Of Elderly In-Home Shopper. Journal Of Applied Bussiness Research, Vol. 4, No. 1, Hal 180-189. Permana. (2009). Hubungan Penurunan Fungsi Gerak Lansia Terhadap Strategi Koping Stres Lansia Di Panti Jompo Welas Asih Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. Journal of Nursing. Vol. 4, No. 3, Hal. 125-130. Prawitasari, Johana E. (2012). Psikologi Terapan: Melintas Batas Disiplin Ilmu. Jakarta: Erlangga. PWRI Kecamatan Kramat, Kabupaten Nganjuk. (2013). Data Jumlah Anggota Organisasi PWRI Nganjuk. Rocke, Christina. (2009). Intraindividual Variability in Positive and Negative Affect Over 45 Days : Do Older Adults Fluctuate Less Than Young Adult ?. Journal Psychology and Aging, Vol. 24, No. 4, Hal. 863-878. Santrock, J. W. (2003). Life Span Development. Edisi Kelima, Jilid 1I (terjemahan). Jakarta : Erlangga. Sarwono, Jonathan. (2009). Statistik Itu Mudah: Panduan Lengkap Untuk Belajar Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16. Yogyakarta: ANDI. Supratiknya, A. (1993). Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta : Kanius. Wardhani. (2008). Studi Tentang Kesadaran Pekerja Terhadap Pelaporan Kecelakaan Kerja Di PT Astra Nissan Diesel Indonesia. Jurnal Manajeman. Universitas Indonesia. Diakses pada http://lontar.ui.ac.id/opac/themes/green/dataIdentifier.jsp?id=122795. Tanggal 12 Januari 2013